KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, September 29, 2015

IBADAH RAYA MINGGU, 27 SEPTEMBER 2015

IBADAH RAYA MINGGU, 27 SEPTEMBER 2015

Tema:   JEMAAT DI LAODIKIA (Wahyu 3: 14-22)
            (Seri 19)

Subtema:  MENDENGAR SUARA TUHAN

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya yang abadi, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu, disertai kesaksian, semua karena kemurahan hati Tuhan tentunya.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan dalam Ibadah Raya Minggu mengenai SIDANG JEMAAT DI LAODIKIA dari Wahyu 3: 14-22.
Kita memperhatikan ayat 20.
Wahyu 3: 20
(3:20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Kalimat yang kita perhatikan dari ayat ini: Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu.
Dari pihak Tuhan: berdiri di muka pintu dan mengetok.
Dari pihak kita: mendengar suara Tuhan & membuka pintu bagi Dia.
Di awali dengan mendengar suara Tuhan lalu ditindaklanjuti dengan membuka pintu, namun mendengar suara Tuhan bukan suatu perkara yang mudah, sebab kebanyakan orang lebih suka mendengar suara asing dari pada mendengarkan suara Tuhan.
Jangankan orang-orang di luaran sana, anak-anak Tuhan yang sudah tergembala dengan baik saja masih suka mendengarkan suara asing dari pada mendengar suara Tuhan, sehingga hampir tidak mungkin ia mampu membuka pintu bagi Tuhan.
Berkali-kali kita telah mendengar suara Tuhan, tetapi rupanya suara lain lebih kuat sehingga kita terpengaruh. Bukan suara Tuhan tidak berkuasa, tetapi rupanya kebanyakan orang lebih suka mendengar suara asing.
Itu telah kita lihat/perhatikan dalam Kidung Agung 5: 2-6, mempelai laki-laki sorga berada di muka pintu dan mengetok, tetapi mempelai perempuan menunda-nunda untuk membuka pintu dengan segudang alasan = lebih suka mendengar suara asing.

Matius 13: 4-7
(13:4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
(13:5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
(13:6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
(13:7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.

Benih yang ditabur di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di semak duri adalah gambaran dari gereja Tuhan yang lebih suka mendengar suara asing dari pada mendengarkan suara Tuhan.

-      Di pinggir jalan = lebih suka mendengar suara Iblis/Setan, yaitu roh jahat dan roh najis.
Penyebabnya: mendengar firman tetapi tidak sampai mengerti.
-      Di tanah yang berbatu-batu = lebih suka mendengar suara daging.
Penyebabnya: keras hati.
-      Di tengah semak duri =  telah dipengaruhi oleh dunia dan arusnya.
Penyebabnya: oleh kekuatiran yang hebat dan keinginan untuk kaya lebih besar dari pada keinginan untuk mencintai Tuhan.

Kita bandingkan dengan TANAH YANG BAIK.
Matius 13: 8,23
(13:8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
(13:23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

Tanah yang baik/subur artinya; mendengar firman Tuhan/suara Tuhan sampai mengerti = dengar-dengaran.
Sehingga ia berbuah 100, 60, 30 kali lipat.
-      100 kali lipat = tergembala dengan baik.
Berbicara 100 domba berbicara tentang kandang penggembalaan. Ini adalah buah yang bagus. Tergembalalah dengan baik selama kita hidup di muka bumi ini, supaya kelak kita berada di dalam penggembalaan yang kekal.
-      60 kali lipat = menghargai hak kesulungan dan kemurahan Tuhan serta menghargai firman Allah yang disampaikan, itulah pribadi Yakub. Ia lahir pada saat Ishak berumur 60 tahun.
-      30 kali lipat = menghargai kegiatan-kegiatan dan pekerjaan Tuhan. Itu bisa kita lihat pada waktu Yesus Kristus mengawali pelayanan-Nya pada usia 30 tahun.
Jadilah pribadi yang berbuah, diawali dengan DENGAR-DENGARAN.

Sekarang kita akan melihat pribadi yang mendengar suara Tuhan.
1 Samuel 3: 4-8
(3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa."
(3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur.
(3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali."
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.
(3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.

Tiga kali Samuel mendengar suara Tuhan = dengar-dengaran.
-      Dengar-dengaran yang pertama = dengar-dengaran kepada bapa jasmani, buktinya: hormat kepada orang tua.
-      Dengar-dengaran yang kedua = dengar-dengaran kepada bapa rohani, buktinya: tergembala dengan baik dalam satu kandang penggembalaan. Kalau domba-domba tergembala dengan baik, ia akan mendengar suara gembala & mengikuti gembala.
-      Dengar-dengaran yang ketiga = dengar-dengaran kepada Bapa di sorga, buktinya: taat dan tunduk. Taat = patuh pada ajaran yang benar.

Bukti Samuel dengar-dengaran:
Ketika dipanggil ia selalu menjawab: “Ya bapa.
Artinya; di dalam diri orang yang dengar-dengaran, hanya ada satu kata, yaitu: “YA”, tidak lebih tidak kurang.
Perlu diketahui; menambahkan kata lebih dari ya = pemberontakan = roh kedurhakaan.

Sesungguhnya, Samuel adalah seorang yang sabar dan dapat menguasai diri. mengapa tidak? Sedang enak tidur, ia dipanggil sebanyak 3 kali. Tetapi ia tidak bersungut-sungut, tidak ngomel, tidak memberontak, tidak marah.
Bagaimana ketika saudara sedang tidur lalu dipanggil? Oleh sebab itu tadi saya katakan; Samuel adalah orang yang sabar dan dapat menguasai dirinya. Pendeknya, Samuel mengerti arti sebuah panggilan.
Sedikit kesaksian, ketika saya sakit, tengah malam terpaksa saya menelepon Bp. Barita dan ibu Tugiyah, akhirnya mereka datang, lalu menolong saya karena seluruh anggota tubuh saya terasa sakit.

2 Korintus 1: 19
(1:19) Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".

Di dalam pemberitaan firman tentang Yesus Kristus hanya ada kata: “Ya”, tanda dengar-dengaran.

2 Korintus 1: 20
(1:20) Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.

Sebab Kristus adalah “ya” bagi semua janji Allah, dimana janji Allah itu telah digenapi oleh-Nya di atas kayu salib.

Matius 26: 42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Yesus Kristus minum cawan Allah, artinya; Yesus harus menanggung penderitaan di atas kayu salib sehingga dengan demikian jadilah kehendak Allah.
Pendeknya; Yesus Kristus telah menggenapi seluruh kehendak Allah di atas kayu salib.
Di sini kita lihat, tidak ada kata-kata penolakan. Yesus harus meminum cawan Allah dan Ia tidak menolak apa saja yang menjadi rencana Allah, semuanya Ia kerjakan, sehingga kehendak Allah tergenapi di atas kayu salib.

Kolose 1: 19
(1:19) Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.

Jadi, sekali lagi saya katakan; orang yang dengar-dengaran hanya ada satu kata di dalam dirinya, yaitu “ya”, tidak ada penolakan, sehingga tadi sudah kita lihat; seluruh kehendak Allah tergenapi di atas kayu salib.

Kolose 1: 15-20
(1:15) Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
(1:16) karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
(1:17) Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
(1:18) Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
(1:20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

-      Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan = sempurna.
-      Ia adalah yang sulung. Berarti, yang terlebih dahulu atau yang lebih utama dari segala yang diciptakan.
Kemudian, Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
-      Di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu = firman Allah sanggup menjadikan yang tidak ada menjadi ada, karena firman Allah berkuasa menjadikan segala sesuatu dan menopang dalam kekuasaan.
Kemudian kita perhatikan di sini; di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa. Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
-      Ialah kepala tubuh, berarti penyelamat tubuh.
-  Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, kuasa-Nya menjadikan kita manusia baru.
-   Dan Ia memperdamaikan dosa manusia oleh darah Salib Kristus, Ia menjadi pendamaian, pengantara antara Allah dengan manusia.

Jadi nyatalah seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.

Kalau kita lebih suka mendengarkan suara Tuhan, maka hal ini menjadi bagian kita semua; Ia adalah gambar Allah (sempurna), yang sulung (lebih utama), segala sesuatu diciptakan untuk Dia dan oleh Dia, Ialah kepala tubuh (penyelamat tubuh), Ialah yang sulung yang berkuasa menjadikan kita manusia baru, dan dosa kita diperdamaikan.
Oleh darah salib Kristus, dosa kita diperdamaikan, inilah bagian kita.
Yesus Kristus adalah ya di dalam segala sesuatu.

Tetapi anehnya kebanyakan orang lebih suka mendengar suara asing. Biarpun mulut ini berbusa-busa menyuarakan bahwa kenajisan dan kejahatan tidak baik, tetap saja orang lebih suka mendengar suara asing.
Kalau kita perhatikan, sesungguhnya Yesus Kristus adalah ya di dalam segala sesuatu, oleh sebab itu, jadilah pribadi yang lebih suka mendengar suara Tuhan dari pada mendengar suara asing, supaya semua ini menjadi bagian kita; seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.
Jadi, apa yang ada di dalam Dia, itu menjadi bagian kita, kalau saja kita lebih suka mendengar suara Tuhan, dan ketika dipanggil hanya ada satu kata: “Ya”, tidak lebih tidak kurang.

2 Korintus 1: 20
(1:20) Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.

Itulah sebabnya, oleh doa kita mengatakan: “Amin” untuk memuliakan Allah.
Amin adalah bahasa Ibrani, yang artinya; sungguh, benar, pasti. Itu nyata dalam kehidupan kita masing-masing/nyata dalam perkataan dan perbuatan.
Berkuasa dalam perkataan = ya, dan dengan berkata amin; kita berkuasa dalam perbuatan -> perkataan & perbuatan sama.
Kalau perkataan tidak sama dengan perbuatan, berarti tidak berkuasa dalam perkataan, tidak berkuasa dalam perbuatan.
Seringkali saat mendengar firman Tuhan kita menangis, tetapi tidak “Amin”, tidak nyata dalam perbuatan.
Kalau hanya ada satu kata: “Ya”, maka perbuatan kita memuliakan Tuhan = Amin.
Kalau lebih tertarik dengan suara asing, itu bisa terlihat jelas, dan ini harus diakui, supaya beroleh belas kasih Tuhan.
Tetapi dengan satu kata: “Ya”, maka kita memuliakan Tuhan.

2 Korintus 1: 17-18
(1:17) Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat "ya" dan "tidak"?
(1:18) Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".

Tidak bertindak serampangan dalam merencanakan banyak hal, dalam merencanakan segala sesuatu di tengah-tengah ibadah pelayanan, itulah pribadi Rasul Paulus.
Serampangan artinya; di dalam dirinya ada ya dan tidak. Seharusnya hanya ada satu kata: “ya” saja, saat kita dengar suara Tuhan, tidak lebih tidak kurang.
Namun Rasul Paulus tidak serampangan di tengah-tengah ibadahnya kepada Tuhan = tidak serentak ya dan tidak.
Serampangan = tidak dingin, tidak panas, pengikutannya suam-suam, tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Kalau serampangan, di dalam dirinya ada ya dan tidak, orang yang demikian tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.

Dampak positif dengar-dengaran.
1 Samuel 3: 9-10
(3:9) Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: "Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar." Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya.
(3:10) Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar."

Setelah ketiga kalinya Samuel menjumpai imam Eli,  maka Eli berkata: “Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar.
Kalau tadi Samuel berkata: “Ya bapa”, tetapi sekarang ia berkata: “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar”, artinya menjadi hamba Tuhan = hamba kebenaran.

Maria adalah seorang hamba Tuhan, sehingga ia menaruh setiap perkataan Tuhan di dalam hatinya, dan ia berkata: “jadilah kehendak-Mu”, dia adalah hamba Tuhan, hamba kebenaran. Kehendak Tuhan yang jadi dalam setiap hamba kebenaran, bukan kehendak daging, bukan kehendak Iblis/Setan, bukan kehendak arus dan pengaruh dunia.
Jadilah hamba kebenaran diawali dengan dengar-dengaran.
Jadi, hamba Tuhan itu bukan karena predikat S1, S2, S3 Theologia, bukan diukur dari sekolah yang tinggi, bukan dilihat dari kecakapan seseorang, bukan dilihat dari harta kekayaan yang dimiliki seseorang, tetapi hamba Tuhan diawali dengan dengar-dengaran, dan tidak suka memberontak. Kalau ada kata lebih dari ya, itu adalah pemberontak, dikuasai roh pendurhakaan.

Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.
Kalau seseorang dengar-dengaran, itu sanggup membahagiakan si pembicara. Demikian juga kalau kita dengar-dengaran, maka kita mampu membahagiakan Tuhan, mampu menyukakan hati Tuhan.
Disaat diberikan kesaksian, ada alasan ini dan itu, sibuk dengan ini dan itu. Saya tidak tertarik dengan hal yang demikian.
Kalau saudara tidak sungguh-sungguh mendengar firman Tuhan, saya juga tidak bahagia. Jadi, saudara jangan tersinggung bila ditegor saat tidak baik mendengar firman Tuhan.
Jadilah hamba Tuhan, hamba kebenaran, dan kebenaran itu harus permanen, supaya terbukti bahwa dalam setiap ibadah yang kita ikuti, merasakan pelayanan Roh bukan pelayanan tubuh.
Pelayanan tubuh; hari ini kita bisa menangis, tetapi tidak ditindaklanjuti dengan amin, tidak ditindaklanjuti dengan pembaharuan hidup, itu tidak ada artinya. Tetapi pelayanan Roh; menjangkau manusia batin sampai terjadi pembaharuan manusia batin.
Ada kabar gembira, saya mendengar kotbah dari seorang hamba Tuhan lewat TV, beliau mengatakan; kalau dalam satu gereja lebih banyak perempuan maka gereja itu tidak hidup. Tetapi kenyataannya, di dalam suatu gereja lebih banyak perempuan. Kalau laki-laki dengar-dengaran / pemimpin dengar-dengaran, itu adalah gereja yang hidup. Tetapi kiranya ada keseimbangan; jumlah jiwa antara perempuan dan laki-laki ada keseimbangan, oleh sebab itu doakan.
Yang laki-laki tetap setia, yang perempuan lebih sungguh-sungguh lagi, supaya jumlah jiwa bertambah.

“Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar.” Tuan dari setiap hamba-hamba Tuhan adalah Tuhan Yesus Kristus, bahagiakanlah Dia! Dengan jalan mendengar suara Tuhan.

1 Samuel 3: 19
(3:19) Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.

Tidak satu pun dari firman Tuhan yang didengar Samuel, dibiarkannya gugur = firman itu hidup & mendarah daging di dalam diri Samuel.
Kita sudah awali dari Wahyu 3: 20, selanjutnya setiap ayat demi ayat, pasal demi pasal yang telah disampaikan, jangan satu pun dibiarkan gugur, biarlah firman itu hidup, mendarah daging.
Logos menjadi rema, yaitu; firman Allah yang hidup dan yang diurapi.

Ibrani 4: 12
(4:12) Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Kalau firman Allah itu hidup dan mendarah daging dalam diri seseorang, berarti mengalami penyucian terhadap 3 perkara;
1.     Penyucian terhadap jiwa dan roh.
Roh adalah motor penggerak tubuh.
2.     Penyucian terhadap sendi-sendi dan sumsum= penyucian terhadap tubuh.
3.     Penyucian terhadap pertimbangan dan pikiran hati = penyucian terhadap perasaan yang salah.

Pendeknya; kalau firman itu mendarah daging, tidak akan membiarkan satu pun dari firman-Nya itu gugur, berarti; mengalami penyucian terhadap tubuh, jiwa dan roh.

1 Samuel 3: 20
(3:20) Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN.

Samuel dipercayakan jabatan nabi.
Tugas nabi: bernubuat, berarti; menyelidiki, mengoreksi segala sesuatu yang terkandung dalam hati.
Sekali lagi; penyucian itu sampai akhirnya ia layak menerima jabatan nabi.
Saya ini seorang hamba Tuhan telah menerima jabatan dari Tuhan, yaitu; Jabatan gembala. Kalau akhirnya Tuhan mempercayakan jabatan nabi, puji Tuhan, untuk menyelidiki, mengoreksi keadaan kita semua, supaya terjadi penyucian terhadap tubuh, jiwa dan roh.
Kalau segala sesuatu yang terkandung dalam hati terkoreksi, maka keadaan kita nyata di hadapan Tuhan sehingga banyak orang datang kepada Tuhan = mengatakan Amin untuk memuliakan Tuhan.

Lukas 1: 70-71
(1:70) -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus --
(1:71) untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita,

Kalau kita mengalami penyucian, musuh juga akan dikalahkan.
Ada 2 musuh abadi:
1.     Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya = musuh dalam selimut.
2.     Iblis/Setan, itulah roh jahat & roh najis.

Di sekretariat gereja; jangan ada kenajisan, jangan sampai ada kenajisan di situ, musuh abadi harus dikalahkan. Dalam kandang penggembalaan ini, kalau saudara melihat ada yang lemah, jangan diturut-turuti.
Dengarlah suara Tuhan, jangan dengar suara asing, supaya akhirnya kita dilepaskan dari musuh dan juga dilepaskan dari tangan semua orang yang membenci = daging.

1 Samuel 3: 1-3
(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
(3:2) Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya.
(3:3) Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.

Sesungguhnya pada waktu firman Tuhan jarang dan penglihatan pun tidak sering, tetapi anehnya Samuel adalah pribadi yang dengar-dengaran.
Kalau seandainya firman Tuhan seringkali didengarkan/disampaikan demikian juga penglihatan sering, maka bukan hal yang aneh kalau seseorang dengar-dengaran.

Syarat menjadi pribadi yang dengar-dengaran.
YANG PERTAMA: Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli.
Berarti dibutuhkan penyerahan secara total. Ibu dari Samuel menyerahkan Samuel sepenuhnya di bawah pengawasan imam Eli.
Di antara kita ada beberapa pemuda antara lain; Gideon telah diserahkan oleh orangtuanya di tempat ini, Kevin telah diserahkan oleh gembalanya dari Siantar, demikian juga kita di sini berada dalam pengawasan kandang penggembalaan GPT Betania Serang & Cilegon, biarlah memberi diri secara total dalam penyerahan, dalam ketekunan, dalam kesetiaan kepada Tuhan, tidak boleh bermain-main.
Penyerahan diri kepada Tuhan tidak boleh setengah-setengah.
Kita melihat Habel, dia mempersembahkan kambing domba yang tambun kepada Tuhan, artinya; dia memberikan yang terbaik kepada Tuhan = ini adalah penyerahan diri secara total. 
Berbanding terbalik dengan Kain; ia hanya mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya, artinya; tidak mengasihi Tuhan dengan sepenuhnya, sehingga Tuhan tidak mengindahkan Kain dan korban persembahannya = penyerahan tidak sepenuhnya, tidak mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Biasanya orang yang seperti ini cenderung uring-uringan.
Sungguh-sungguh kepada Tuhan, penyerahan harus secara total. Saya berani menyampaikan hal ini, karena saya sudah mengalami apa yang baik dari Tuhan.
Penyerahan harus total sehingga kita bertindak dengan berani melakukan sesuatu hal yang sifatnya menyenangkan hati Tuhan.

Syarat menjadi pribadi yang dengar-dengaran.
YANG KEDUA: Lampu rumah Allah belum lagi padam, Samuel telah tidur.”
Samuel telah tidur, artinya; masuk dalam pengalaman kematian = daging tidak lagi bersuara.

Roma 6: 3-4
(6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
(6:4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Jadi, pengalaman kematian itu: berarti daging tidak bersuara sampai akhirnya mengubur kehidupan yang lama.
Kalau mati harus dikubur. Kemudian, perhatikan juga saat penguburan, jangan sampai saat dikubur, namun ada anggota tubuh yang terlihat. Misalnya, dikubur namun mulut masih terlihat, artinya; berada di tengah ibadah & pelayanan, tetapi mulut masih bersuara. Badan sudah dikubur namun mata masih terlihat, artinya; masih menuruti keinginan mata.
Hal ini membuat orang tidak tertarik, membuat orang lain terkaget-kaget.
Kalau tidak dikubur dengan baik, yang terjadi adalah bau bangkai, dan ini membuat orang terutama Tuhan tidak tertarik.

Yohanes 11: 11-14
(11:11) Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya."
(11:12) Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh."
(11:13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.
(11:14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati;

Tidur di sini arti rohaninya adalah masuk dalam pengalaman kematian, berarti daging tidak lagi bersuara, kehidupan yang lama segera dikubur, nanti pada hari yang ketiga akan dibangkitkan; menjadi manusia baru.
Kematian satu paket dengan kebangkitan.

Kembali kita baca ...
1 Samuel 3: 3
(3:3) Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.

Di sini kita perhatikan: “Lampu rumah Allah belum lagi padam, Samuel telah tidur.
Artinya; tidak susah masuk dalam pengalaman kematian.
Oleh karena kematian Yesus di atas kayu salib, kita dibenarkan. Jangan susah masuk dalam pengalaman kematian, jangan biarkan daging itu terus menerus bersuara.
Saya tahu, pada awal kita mulai berubah, bagi daging rasanya sakit dan tidak enak bagi daging. tetapi itu tidak mengapa, itu jauh lebih baik.  Segeralah masuk dalam pengalaman kematian.

Tempat Samuel tidur : Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada Ruangan Maha Suci, di dalamnya terdapat satu alat utama, itulah tabut perjanjian.

Imamat 16: 2-3
(16:2) Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.
(16:3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.

Yang berhak masuk ke dalam Ruangan Maha Suci adalah imam besar dengan membawa seekor lembu jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.

Imamat 16: 14-15
(16:14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali.
(16:15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.

Kemudian, mengadakan pendamaian dengan tujuh kali percikan darah di atas tutup pendamaian dan tujuh kali percikkan di depan tabut perjanjian.
Tujuh kali percikkan di atas tutup pendamaian, artinya; sengsara yang dialami Yesus Kristus untuk menanggung dosa manusia.
Tujuh kali percikkan di depan tabut perjanjian, artinya; sengsara yang dialami oleh gereja Tuhan di dalam penyuciannya untuk mengalami kesempurnaannya.
Tujuh kali percikkan ini berarti menanggung sengsara, aniaya karena firman = menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Jadi, menanggung penderitaan bukan karena kesalahan sendiri.
Bersungut-sungut dalam penderitaan di tengah-tengah ibadah & pelayanan, berarti dosa belum diperdamaikan dengan Allah.
Yesus telah mengalami tujuh kali percikkan darah di atas tutup pendamaian, maka kita juga harus mengalami tujuh kali percikkan darah untuk sampai kepada kesempurnaan.
Tidak ada yang sampai kepada Allah Bapa tanpa darah salib Kristus, salib adalah pengantara antara langit dan bumi.

Lalu pertanyaannya: di sini belum jelas keberadaan Samuel, hanya dikatakan; “Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.
Tugas seorang imam hanya sampai Ruangan Suci dengan mengenakan pakaian putih/lenan halus, sedangkan yang masuk ke dalam Ruangan Maha Suci hanyalah Imam besar dengan membawa darah tadi.
Jadi, dapat kita simpulkan; Samuel telah mengalami penyucian untuk membawa hidupnya sempurna, dia banyak menanggung penderitaan, dia banyak mengalami percikkan darah.

Mari kita lihat; dia adalah seorang imam besar.
1 Samuel 2: 18-19
(2:18) Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.
(2:19) Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan.

Tubuh Samuel berlilitkan kain efod, adalah tanda bahwa ia adalah seorang imam besar yang berhak masuk dalam Ruangan Maha Suci. Seorang imam besar mengenakan baju efod. Samuel seorang imam besar, saya tidak ragu mengatakan hal ini. Oleh sebab itu, ia bisa tidur di dalam Ruangan Maha Suci, ia mengalami penyucian, tujuh kali percikkan.
Perhatikan firman ini sungguh-sungguh, jangan dengar suara asing, jangan dengar suara daging, jangan dengar suara dari roh najis.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment