KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, September 3, 2015

IBADAH RAYA MINGGU, 30 AGUSTUS 2015

IBADAH RAYA MINGGU, 30 AGUSTUS 2015

Tema:   Jemaat di Laodikia (Wahyu 3: 14-22)
            (Seri 17)

Subtema: MEMPELAI LAKI-LAKI BERDIRI DI MUKA PINTU DAN MENGETOK

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya yang abadi, kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu, disertai kesaksian.

Tadi kita sudah mendengarkan kesaksian dari bunda, orangtua kami, bahwa keadaan dunia ini memang sudah semakin tidak menentu karena dosa sudah semakin memuncak. Bumi sudah rusak, seiring rusaknya laku manusia.
Kebiasaan seorang laki-laki mempunyai isteri dua atau tiga bahkan empat, tetapi kenyataannya dalam satu rumah; ada satu isteri, dua suami. Namun tidak perlu heran, sebab perempuan Samaria juga mempunyai lima suami, dan satu lagi pada saat ia berbicara kepada Yesus, tetapi tidak tinggal dalam satu rumah, namun kesaksian tadi dua suami dengan satu isteri tinggal serumah, ini tidak lazim. Ini adalah pertanda bahwa kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Kemudian, berkaitan dengan itu, saya mendengar berita lewat TV, suatu kejadian aneh di benua Eropa, terdapat satu kota tanpa malam, berarti setan sedang membuat suatu tandingan besar, yaitu satu kota tanpa malam, Yerusalem baru.
Dengan kejadian ini, biarlah kita semakin sungguh-sungguh tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sungguh-sungguh menguduskan diri, mengingat waktu yang ada tinggal sedikit. Jangan sama bodoh seperti Esau; waktu yang sedikit dipakai untuk berburu daging, itu sebabnya kesukaannya tinggal di padang. Padang = dunia.
Dunia ini menyuguhkan segala sesuatu bagi daging, mengerti daging, mampu memberi kenikmatan bagi daging, pendeknya dunia ini nyaman bagi daging, tetapi dunia bukanlah tempat bagi anak-anak Tuhan.
Tuhan telah menggenapi janji-Nya, dengan memberi negeri Kanaan kepada bangsa Israel, sebagai milik pusaka mereka, sebab mereka adalah ahli waris.
Tujuannya adalah: Supaya mereka beribadah kepada Allah yang hidup.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari sidang jemaat di Laodikia, Wahyu 3: 14-22.
Kita telah menikmati firman pada ayat 19, sekarang kita memperhatikan ayat 20.
Wahyu 3: 20
(3:20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

“Tuhan berdiri di muka pintu dan mengetok”, ini dari sisinya Tuhan.
Sisinya anak-anak Tuhan / gereja Tuhan: Supaya kiranya membukakan pintu bagi Tuhan.
Tuhan sudah lama berdiri di muka pintu dan mengetok, hingga sampai malam ini Dia ada di muka pintu dan mengetok.

Kidung Agung 5: 2
(5:2) Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"

Mempelai laki-laki Sorga mengetuk pintu, disertai dengan kata manis dan penuh dengan kelemahlembutan.

Kidung Agung 5: 3
(5:3) "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"

Namun, mempelai perempuan tidak membuka pintu bagi mempelai laki-laki, karena berbagai-bagai alasan.
Alasan ini berbahaya, kalau satu kali anak Tuhan beralasan untuk menjauhkan diri dari tiga macam ibadah pokok, nanti itu menjadi suatu kebiasaan buruk, sebab untuk yang kedua kalinya Setan akan menyediakan alasan lebih banyak dan jauh lebih tepat.
Alasan mempelai perempuan ini tepat, tidak salah, tetapi justru dengan alasan ini, ia tidak membukakan pintu bagi mempelai laki-laki.

Alasan – alasan mempelai perempuan tidak membuka pintu:
Mempelai perempuan berkata: “Aku tidur, tetapi hatiku bangun” = tidur tidak tidur, bangun tidak bangun = suam-suam.
Persis seperti keadaan jemaat di Laodikia. Memang keadaan orang yang suam itu susah untuk membuka pintu bagi Tuhan, susah mengakui dosa secara tuntas, sehingga pengikutannya dari sehari ke sehari menjadi suam-suam.
Saya ingatkan kembali; seseorang yang belum mengakui dosa dengan tuntas, berada dalam situasi yang mengkuatirkan, sehingga sangat sulit membuka pintu untuk Tuhan = sulit menyelesaikan masalah.
Sesungguhnya, kalau saja membuka pintu untuk Tuhan satu kali, maka untuk selamanya menutup pintu bagi yang lain, yaitu; terhadap pengaruh-pengaruh yang tak suci, sehingga perkataan dan perbuatan tidak salah.

Kita perhatikan sidang jemaat di Laodikia.
Wahyu 3: 14-16
(3:14) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
(3:15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
(3:16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.

Tuhan mengetahui segala isi hati, tetapi Tuhan juga perlu mengetuk pintu. Yang Tuhan inginkan; supaya dingin atau panas = sungguh-sungguh.

Karena pengikutan jemaat di Laodikia suam-suam, Allah akan memuntahkan jemaat di Laodikia.
Apa yang masuk ke dalam mulut, turun ke dalam perut lalu dibuang ke jamban, itulah  yang benar. Tetapi apa yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan seseorang.
Seandainya mereka sungguh-sungguh; niscaya mereka tetap bagian dari anggota tubuh Kristus / tidak akan dimuntahkan, tidak akan menjadi najis.

Mari kita lihat KEADAAN ORANG YANG NAJIS.
Matius 15: 11
(15:11) "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Dengar dan camkan dengan baik: “Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.

Pertanyaannya: Siapakah Mereka Itu?
Matius 15: 17-20
(15:17) Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?
(15:18) Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.
(15:19) Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
(15:20) Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."

Apa yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang, sebab apa yang keluar dari mulut berasal dari hati, yaitu: Segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan.
Berarti kalau tujuh perkara tersebut ada dalam hati, tanda bahwa pintu masih tertutup karena dikunci oleh tujuh perkara tadi bagi Tuhan.
Sekali lagi saya tandaskan; dosa harus secara tuntas diakui di hadapan Tuhan, sebab dosa masa lalu kalau tidak dituntaskan ia sama seperti si pendendam yang terus mengejar sampai dendam itu terbalaskan.
Tuhan itu baik dan penuh perhatian, ketika mengetuk pintu disertai dengan kata-kata manis dan memberi pengertian, bukan dengan ocehan-ocehan kosong.

Apa dasar Tuhan berkata: “Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang?”
Matius 15: 7-8
(15:7) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
(15:8) Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.

Mereka memuliakan Tuhan dengan bibir, tetapi hatinya jauh dari Tuhan = ibadah lahiriah.
Mereka memuliakan Tuhan dengan bibir, tetapi hatinya jauh dari Tuhan = mempersembahkan manusia lahiriah (tubuh) tetapi tidak mempersembahkan manusia batiniah kepada Tuhan.

Matius 15: 9
(15:9) Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

Tuhan berkata: “Percuma mereka beribadah kepada-Ku”, artinya; menjalankan ibadah secara lahiriah adalah kesia-siaan. Berarti; tenaga, pikiran, waktu, bahkan materi yang telah dipersembahkan, semua menjadi sia-sia.
Ibadah lahiriah adalah ibadah yang dijalankan karena perintah manusia / aturan manusia saja, bukan karena penyerahan, bukan karena pengabdian.

1 Yohanes 2: 18-19
(2:18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.
 (2:19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.

Antikris berasal dari anak-anak Tuhan, tetapi karena mereka tidak tulus, tidak sungguh-sungguh beribadah dan melayani, tidak sepenuhnya di dalam penyerahan kepada Tuhan, akhirnya mereka murtad dan menjadi bagian dari antikris.
Sungguh-sungguh di dalam Tuhan digambarkan seperti: Pohon yang tumbuh dan berakar. Sebaliknya, kalau tumbuh namun tidak berakar, berarti tidak sungguh-sungguh.
Kalau pohon tumbuh dan berakar, maka akar ini berfungsi untuk menyerap air yang terkandung di dalam tanah, sehingga pohon itu tetap tumbuh dan menghasilkan buah, daunnya tetap hijau, pendeknya; memberi kekuatan.

Sidang jemaat saling mendoakan satu dengan yang lain apabila ada kelemahan satu dengan yang lain.
Mengasihi Tuhan dan sesama harus dengan sungguh-sungguh. Kalau menyukai bahkan menikmati kelemahan, kenajisan orang lain, itu adalah tanda bahwa seseorang belum sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, doakan, jangan putus asa, jangan anggap enteng didikan, karena memang kita ini butuh nasihat sebab masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan di sana-sini.

Matius 13: 5-6
(13:5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
(13:6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.

Sebagian benih itu jatuh di tanah berbatu –batu / tidak banyak tanahnya = tanahnya tipis.
Kerugiannya bila benih tumbuh di tanah berbatu – batu; tumbuh tetapi tidak berakar sehingga apabila matahari terbit layulah ia dan menjadi kering.
Ciri-ciri tanah yang tipis: Pada saat benih ditaburkan, ia segera tumbuh.

Kita lihat arti rohaninya ...
Matius 13: 20-21
(13:20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
(13:21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.

Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah; orang yang mendengar firman dan segera menerimanya dengan gembira.
Tetapi benih itu tidak berakar, kerugiannya ialah; tahan sebentar saja, sebab apabila datang penindasan / aniaya karena firman = sengsara salib, orang itu segera murtad.
Itulah orang yang tidak sungguh-sungguh / suam-suam, akhirnya menjadi murtad, menjadi bagian dari antikris.

Kita kembali memperhatikan ...
Kidung Agung 5: 2
(5:2) Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"

Kita sudah memperhatikan keadaan mempelai perempuan: “Aku tidur, tetapi hatiku bangun.”
Sekarang kita lihat keadaan mempelai laki-laki: “Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam.”
Jadi, sudah sepanjang malam mempelai laki-laki ada di muka pintu mempelai perempuan. Buktinya: Kepala dari mempelai laki-laki itu penuh dengan embun dan rambutnya penuh dengan tetesan embun malam.
Keadaan dunia ini semakin gelap, seiring dosa semakin memuncak, kasih pun semakin dingin, itulah yang dialami oleh mempelai laki-laki (penolakan). Sekalipun dalam kehinaan Tuhan tetap berada di muka pintu dan mengetuk, dalam penderitaan Tuhan tetap berada di muka pintu dan mengetuk, sampai pintu itu dibuka.

Sebagai Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala sesuatu yang ada di dalam Kerajaan Sorga, Dia turun ke bumi dan menjadi sama dengan manusia. Dia ditolak, Dia dihina, gambarannya: kepala-Nya penuh dengan embun, rambut-Nya penuh dengan tetesan embun malam. Dan penolakan itu bukan satu hari dua hari, bukan satu minggu dua minggu, bukan satu bulan dua bulan, bukan satu tahun dua tahun saja, tetapi 33,5 tahun / selama Yesus ada di muka bumi ini bangsa Israel menolak Yesus Kristus = sudah sepanjang malam, berarti sudah sepanjang dosa berkuasa, namun Tuhan tetap berada di muka pintu dan mengetok.
Agung dan mulialah kasih-Nya. Bayangkan, sekalipun dosa kenajisan dan kejahatan, dosa dusta, malas, mencuri dan dosa yang lain-lain masih tetap dipertahankan, namun sepanjang malam mempelai laki-laki tetap di muka pintu dan mengetuk.
Dia yang begitu mulia menjadi hina supaya kita yang hina menjadi mulia, itulah tetesan embun di rambut.
Berapa banyak dan berapa kali, oleh karena sikap kita, Dia yang mulia menjadi hina? Sudah tidak terhitung. Tetapi mempelai pria tetap bertahan di muka pintu. Bagaimana dengan perasaan kita?

Sementara mempelai laki-laki mengetuk pintu dengan kata-kata manis, kata-kata indah, bertubi-tubi keluar dari mulut mempelai laki-laki, itu bagaikan ayat menerangkan ayat, ayat yang satu menjelaskan ayat yang lain, begitu dalamnya cinta-Nya kepada kita.
Ada kalanya kita satu dua kali mengetok pintu langsung menyerah, tetapi mempelai laki-laki tidak menyerah, ia tetap bertahan, mengetok pintu dengan kata-kata manis, kata-kata indah dengan bertubi-tubi.

Bukti alasan – alasan mempelai perempuan....
Kidung Agung 5: 3
(5:3) "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"

Alasan pertama: Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi?
Alasan ini sesungguhnya tidak masuk akal, menunjukkan dosa sudah berakar.
Mempelai perempuan sudah mendengarkan kata-kata indah yang bertubi-tubi, namun ia masih tetap beralasan.
Suka mencari alasan = kebenaran diri sendiri.
Ingat; kalau satu kali kita lolos dengan alasan, untuk seterusnya Setan akan menyediakan alasan berkeranjang-keranjang, dan jauh lebih tepat lagi, sampai benar-benar ia jauh dari ibadah dan pelayanan = terpisah dari Tuhan.
Kalau memang Yesus Kristus adalah Mempelai Laki-Laki Sorga, Dia yang begitu mulia sebab Dia Tuhan, Dia Raja, apa salahnya mempelai perempuan itu segera mengenakan pakaiannya. Ada kalanya untuk sesama, untuk hal yang sia-sia kita mau berjuang, tetapi untuk Tuhan tidak.
Segera kembali kenakan jubah kebenaran dan kasih dan tidak mencari alasan.
Pendeknya; alasan-alasan membuat seseorang menjadi telanjang = tanpa kebenaran.

Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, karena melanggar hukum Allah, mereka menjadi telanjang... (Kejadian 3:1-7).
Kemudian, Allah membuat pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya kepada Adam dan Hawa, supaya tidak terlihat kelemahan-kelemahan mereka yang sangat memalukan itu ... (Kejadian 3:21).
Binatang yang dikuliti à korban Kristus (Yesus yang disalibkan).

Alasan kedua:Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?
Kebenaran diri sendiri tidak mampu membuat kita menjadi bersih di hadapan Tuhan. Kebenaran diri sendiri tidak mampu membersihkan kekotoran-kekotoran pada tubuh/diri kita.

Yang mampu membersihkan gereja Tuhan/ mempelai perempuan adalah ...
Efesus 5: 22-27
(5:22) Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
(5:23) karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
(5:24) Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
(5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Yang menguduskan gereja Tuhan adalah pribadi Yesus Kristus, Mempelai Laki-Laki Sorga, dengan air dan firman.
Gereja Tuhan tidak mampu menguduskan, menyucikan diri sendiri, apa pun alasannya.
Jadi, alasan-alasan tidak cukup membersihkan kekotoran-kekotoran pada tubuh/diri kita. Dengar saja firman Tuhan sampai firman Tuhan itu menyucikan segala dosa kejahatan dan kenajisan.
Kemudian, terwujudnya penyucian ini lewat ketundukan gereja Tuhan, tidak lewat yang lain-lain.

Sara adalah seorang isteri yang tunduk kepada Abraham suaminya.
1 Petrus 3:1-7
(3:1). Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
(3:2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
(3:3) Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
(3:4) tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
(3:5) Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
(3:6) sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

Bukti-bukti ketundukkan sara kepada abraham:
-     Sara taat kepada Abraham.
Taat = patuh pada ajaran yang benar = dengar-dengaran. Perlu diketahui; orang yang dengar-dengaran tidak akan pernah melalaikan pekerjaannya dan tidak mendahului kehendak Tuhan.
-     Sara menamai Abraham suaminya dengan sebutan tuan, menunjukkan bahwa Sara menempatkan diri sebagai hamba.
Seorang hamba berusaha untuk menyenangkan tuannya, bukan saja saat di hadapan tuannya, karena ia melakukannya seperti kepada Tuhan dengan segala ketulusan hati.
Tunduk adalah perhiasan rohani yaitu; manusia batiniah yang tersembunyi.

Akibat lama tidak membuka pintu.
Kidung Agung 5: 4-6
(5:4) Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
(5:5) Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.
(5:6) Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.

Lama pintu tidak dibuka-buka, akhirnya mempelai laki-laki pergi, berarti kesempatan untuk bertemu tidak ada lagi.
Kiranya kesempatan yang baik ini kita pergunakan sebaik mungkin sehingga pada saat Tuhan mengetuk pintu, kita segera membuka pintu bagi-Nya.

Setan sudah menunjukkan keadaannya dengan terang-terangan, antikris sudah bermunculan, orang tidak mau lagi menerima ajaran sehat, mereka memalingkan telinga kepada ajaran-ajaran yang tidak sehat, yaitu; firman yang ditambahkan dan yang dikurangkan ini menunjukkan bahwa antikris sudah muncul dengan terang-terangan. Selain roh najis merajalela dimana-mana, kemudian tidak ada lagi orang yang bisa dipercaya di muka bumi ini satu pun.
Terkadang orang di dalam rumah Tuhan saja tidak bisa dipercaya, apalagi mereka yang berada di luar Tuhan, tidak bisa dipercaya. Kemudian, tidak segan-segan Setan membuat satu kota tanpa malam, di sebelah Utara, tandingan dari Yerusalem baru. Itu adalah sisinya Setan.
Dari sisinya Tuhan; Ia sudah menunjukkan segala kuasa-Nya di tengah dunia ini, buktinya; Ia menggenapi firman Tuhan, antara lain: Apa yang dulu tidak pernah terjadi, sekarang sudah terjadi, misalnya hujan es di Sumatera khususnya di Medan dan di padang, angin puting beliung disertai dengan banjir dan longsor terjadi di China dan hampir setiap negara, kehancuran bumi sudah mulai terjadi di setiap penjuru bumi; hutan gundul, gunung meletus.
Ada lagi dari sisinya Tuhan: Atas perkenanan-Nya, suara sangkakala diperdengarkan di benua Amerika dan sebagian benua Eropa. Tetapi karena kita sudah terbiasa mendengarkan bunyi suara sangkakala yaitu firman pengajaran yang rahasianya dibukakan lewat tiga macam ibadah pokok, maka tidak perlu heran dengan bunyi suara sangkakala tersebut.

Kita lihat SANGKAKALA yang ketujuh.
Wahyu 11: 15
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."

Pada akhirnya, sangkakala yang ketujuh diperdengarkan: “Dia yang diurapi akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya.”
Berarti pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan maka tidak ada lagi kesempatan untuk membuka pintu.
Selagi Tuhan masih berkemurahan dengan memperdengarkan bunyi sangkakala, dengar dan perhatikan.
Bunyi sangkakala yang ditiup semakin lama akan semakin keras, untuk mengoreksi dan meyelidiki segala sesuatu yang terkandung di dalam hati. Mendengar bunyi sangkakala = membuka pintu.

Pada saat pintu dibuka ...
Kidung Agung 5: 5-6
(5:5) Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.
(5:6) Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.

Pada saat mempelai perempuan membuka pintu, mempelai laki-laki sudah pergi akibat banyaknya alasan-alasan.
Namun pada pegangan kancing pintu bertetesan cairan mur.
Minyak mur dihasilkan dari pohon mur, prosesnya; terlebih dahulu melukai pohon tersebut, sehingga mengeluarkan getah / meneteskan minyak mur. Itulah pribadi Yesus Kristus yang dikorbankan di atas kayu salib, namun menghasilkan bau harum seperti bau harum minyak mur, bila menyangkut kelepasan.
Itu sebabnya di atas tadi telah saya sampaikan; sepanjang malam ia mengetuk pintu dan sepanjang malam ia menerima kehinaan itu, buktinya: Pada saat mempelai perempuan memegang pada pegangan kancing pintu, penuh dengan tetesan cairan mur.
Tetapi setelah ia membuka pintu, mempelai laki-laki tidak ada, seperti pingsan rasanya.

Matius 15: 32
(15:32) Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan."

Keadaan lapar yang hebat ini dapat menyebabkan seseorang pingsan.
Oleh sebab itu, Yesus tidak membiarkan mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.
Pingsan = tidak mati tidak hidup = tidak sadarkan diri.
Kalau seseorang tidak sadar / menyadari diri, banyak perbuatan-perbuatan yang salah dihadapan Tuhan.
Dapat kita simpulkan; mempelai perempuan ini beribadah tetapi tidak menikmati firman Allah sebagai makanan rohani, tidak mampu memuaskan, mengenyangkan hidup rohaninya, karena berbagai macam alasan tadi (pembelaan diri dan sebagainya).

Reaksi mempelai perempuan setelah mempelai laki-laki pergi....
Kidung Agung 5: 6-7
(5:6) Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.
(5:7) Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukulinya aku, dilukainya, selendangku dirampas oleh penjaga-penjaga tembok.

Di sini kita melihat mempelai perempuan mengadakan usaha yaitu;
-       “Kucari dia, tetapi tak kutemui.”
Berarti tidak ada lagi kesempatan untuk mencari.
Ibrani 12:17
(12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.

Esau tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Saudaraku, ibadah dan pelayanan adalah hak kesulungan yang harus kita hargai, jangan sampai hak kesulungan itu diganti dengan sepiring sop kacang merah / sesuap nasi sehingga meninggalkan ibadah dan pelayanan.
Ibadah yang kita jalankan ini adalah kemurahan hati Tuhan sebagai panjang sabarnya Tuhan.

-       “Kupanggil, tetapi tak disahutnya.”
Yang menjadi pemisah antara manusia dengan Allah adalah dosa, yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap manusia ialah segala kejahatan... (Yesaya 59:2).

Dan akhirnya, mempelai perempuan dipukuli peronda-peronda kota, inilah konsekuensinya bila mempelai perempuan tidak memiliki Mempelai Laki-Laki sorga / tidak menempatkan Kristus sebagai kepala, lemah tak berdaya, serta tertindas karena dosa.
Peronda-peronda kota à kuasa kegelapan.
Mempelai perempuan memang beribadah dan melayani (berada di kota Raja besar) tetapi sayangnya menutup pintu bagi Mempelai Laki-Laki.
Kota Raja besar, itulah Yerusalem baru, pusat kerajaan damai = ibadah dan pelayanan.
-     Setelah dipukuli, kemudian dilukainya.
Terluka berarti ada bekas pada tubuh yang rusak, tergores atau tersayat sampai mengalirkan darah, tanda pengorbanan, tetapi bukan karena aniaya karena firman, melainkan karena kebodohan.
Banyak orang berkorban karena berupaya menutupi kekurangan-kekurangannya, kesalahan, sampai akhirnya melelahkan diri sendiri. Andaikata pintu segera dibuka untuk Tuhan, mau mengakui segala kekurangan dihadapan Tuhan, seseorang tidak capek, tidak lelah.
Kalau sampai hari ini masih menutup pintu, tidak mau mengakui kekurangan, pasti capek; hari ini menangis, besok tidak lagi, roh penurut, daging lemah. Itulah yang dialami mempelai perempuan.

-     Tidak berhenti sampai di situ: “Selendangku dirampas oleh penjaga-penjaga tembok.
Selendang dapat digunakan untuk mengikat pinggang. Ketika Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya, terlebih dahulu Ia mengikat pinggang, menunjukkan bawah Yesus adalah hamba Tuhan, Dia Imam Besar.
Selendang dirampas artinya; Tuhan tidak lagi mempercayakan pelayanan, betapa sakitnya keadaan orang seperti ini; sudah jatuh ditimpa tangga pula.

Jalan keluarnya: Pertahankan selendang untuk mengikat pinggang.
Yesaya 11: 5
(11:5) Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.

Ikat pinggang artinya; tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan.
Kalau imam-imam melayani dengan sungguh-sunguh di tengah-tengah ibadah-ibadah yang Tuhan percayakan, maka ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, persis seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.
Hargai ibadah, hargai pelayanan, jangan lepaskan selendang. Kalau diberi kepercayaan, tunjukkan ketundukan itu di hadapan Tuhan, jangan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar.
Maria (ibu Yesus) berkata dalam Injil Lukas 1:38... “Sesungguhnya Aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah kehendak-Mu” = YA = tunduk pada Allah.
Berapa besar nilai harga diri sehingga tidak mau tunduk kepada Kristus sebagai Kepala? Kita hanya debu tanah yang dibentuk. Tidak perlu malu, tidak perlu gengsi. Katakan saja ya, aku ini hamba Tuhan, jadilah seperti perkataan-Mu = ya. Di situlah letak keberhasilan Samuel yang masih kecil dan muda.
Ini menunjuk kepada pribadi Yesus Kristus, Dia adalah hamba Tuhan.

Matius 12: 15B-18
(12:15) Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.
(12:16) Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia,
(12:17) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
(12:18) "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.

Judul dari ayat ini: Yesus hamba Tuhan. Katakan dengan iman: “Saya juga mau menjadi hamba Tuhan (hamba kebenaran), jadilah kehendak-Mu.
Sebagai hamba Tuhan, Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, tetapi ia berkata kepada orang banyak: “Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Jadi, orientasi dari sebuah pelayanan bukan terletak pada kesembuhan semata, itu bagian kecil dari pelayanan. Tuhan akan menyatakan diri-Nya pada saat Ia tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga kepada mempelai perempuan-Nya, seperti kilat memancar dan melontarkan cahayanya dari Timur sampai ke Barat.

Sesungguhnya tugas dari seorang hamba Tuhan adalah: Untuk memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa, menyatakan kebenaran yang sejati di atas kayu salib, kepada bangsa-bangsa.
Itulah tugas hamba Tuhan, bukan menciptakan suatu ketidak-benaran, bukan membiarkan seseorang dalam dosa kejahatan dan kenajisan.
Siapa yang mau menjadi hamba Tuhan? Maklumkanlah hukum itu, jangan biarkan dosa ada di sekitar kita.
Sekarang ini Setan merajalela, bukan hanya di pesawat, di tempat prostitusi, di rumah sakit, di mana-mana, bahkan di gereja / rumah Tuhanpun bisa, tetapi kita semua adalah hamba Tuhan untuk memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.
Berpikir panjang, milikilah pandangan nubuatan, diawali dengan pandangan yang tulus, berarti senantiasa memandang korban Kristus, kemudian memandang Anak Domba, berarti memandang Yesus sebagai Raja Mempelai Pria Sorga.

Sebagai seorang hamba Tuhan harus memaklumkan hukum ...
Matius 12: 19
(12:19) Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.

Intinya; tidak terlihat kelemahan daging, antar lain;
1.     Ia tidak akan berbantah.
Banyak orang berbuat kesalahan kepada saya; baik dalam hati dan pikiran yaitu niat-niat jahat, maupun secara langsung / terang-terangan, tetapi saya berusaha untuk menghindar, supaya tidak terjadi perbantahan.
Satu kali  ada orang mau tusuk saya dengan pisau dapur, setelah ia didoakan, untung saudaranya segera menahan dia. Kalau saya berbantah, bisa saja ambil batu lalu saya lemparkan.
Memaklumkan hukum, menyatakan kebenaran; tidak berbantah. Baik tubuh, jiwa, roh, juga hati, pikiran dan perasaan jangan berbantah dengan sesama karena perjuangan kita bukan melawan darah dan daging.

2.     Tidak akan berteriak walaupun harus menanggung penderitaan.
Teriakan adalah suara daging karena tidak mau memikul salib. Ketika memikul salib, dan merasa tertindas, lalu berteriak, bukan seperti ini memaklumkan hukum. Hukum yang dimaklumkan adalah pikul salib, tidak berteriak pada saat pikul salib.

3.     Orang tidak akan mendengarkan suaranya di jalan-jalan.
Artinya; ia tidak akan menunjukkan kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh daging.
Untuk menuju suatu tujuan, ada jalan yang harus kita lewati, semoga jangan terlihat kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh daging.

Kuasanya:
Matius 12: 20
(12:20) Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.

Sampai pada akhirnya hukum yang dimaklumkan itu menang, memerdekakan orang lain dari dosa. Siapapun kita, merdekakan orang lain dari dosa, antara lain:
1.     “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya.”
Menunjukkan keadaan orang yang lemah tak berdaya.
Yesaya 11: 3-4
(11:3) ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.
(11:4) Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.

Sebagai hamba Tuhan yang sedang memaklumkan hukum, menyatakan kebenaran;
-       Ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan = hakim yang adil.
Berarti, tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain = adil; tidak mempersalahkan yang salah, tidak membenarkan yang benar, itu adalah keadilan.
Kalau mempersalahkan yang salah, membenarkan yang benar, itu bukanlah keadilan.
-       Akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran = menjadi wasit yang jujur.
Berarti, sebagai hamba Tuhan, Yesus tampil sebagai wasit untuk memberi keputusan yang jujur kepada orang tertindas. Penindasan terjadi karena banyaknya dosa, kelemahan, pelanggaran di sana sini, sehingga digambarkan seperti buluh yang patah terkulai, tetapi Yesus tampil sebagai wasit untuk memberi keputusan dengan segala kejujuran.
Kalau dalam satu pertandingan wasit tidak jujur, maka yang tertindas akan semakin tertindas.

Di dunia ini ada hakim, tetapi tidak memberikan keadilan, juga ada wasit, tetapi tidak memberikan keputusan dengan kejujuran. Tetapi Yesus adalah hakim yang adil dan wasit yang memberi keputusan dengan kejujuran.

Sebab ...
Yesaya 11: 3
(11:3) ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.

Sebagai seorang hamba Tuhan, kesenangannya ialah;
-       Takut akan Tuhan, membenci segala kejahatan (Amsal 8: 23).
-       Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang = tidak memberi keputusan dengan keputusan/kebenaran dari manusia daging, tetapi memberi keputusan yang jujur, memberi keadilan yang datangnya dari sorga.
Oleh sebab itu di sini dikatakan: “Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja” = tidak seenaknya, tidak anggap enteng.
Perhatikanlah firman dengan sungguh-sungguh supaya orang dimerdekakan dari dosa.

2.     “Sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.”
Sumbu yang pudar, berarti pelitanya hampir redup, hampir tidak menyala, cahaya dari pelita itu tidak lagi terang benderang, sudah pudar.
Sumbu yang pudar nyalanya itu disebabkan oleh Dunia dan pengaruhnya, daging dengan segala keinginannya, serta Iblis/Setan yaitu roh jahat dan roh najis, tetapi berada di dalam rumah Tuhan sebagai sumbu yang pudar.
Namun sumbu yang pudar nyalanya tidak Ia padamkan, artinya; masih diberi kesempatan untuk beribadah, diberi kesempatan dan melayani Tuhan = Tuhan menyatakan kasih karunia-Nya = dilepaskan dari hukum Taurat.
Hukum Taurat; tangan ganti tangan, mata ganti mata, gigi ganti gigi, artinya; kejahatan dibalas dengan kejahatan berarti; orang yang bersalah tidak luput dari hukuman, tetapi di sini; sumbu yang pudar tidak dipadamkan-Nya.
Satu kali kita melakukan kesalahan bahkan berkali-kali melakukan kesalahan, Tuhan tidak langsung menghukum, Ia tetap menyatakan kasih karunia-Nya kepada kita.
Barangkali hari ini kita masih sombong, tidak tahu diri, keras hati, angkuh, namun Tuhan tidak langsung memadamkan sumbu yang pudar, sebaliknya Tuhan ingin melihat pelita itu tetap menyala, sampai hukum itu menang = pelita yang bercahaya.

Jadilah hamba Tuhan. Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan menggenapi hukum Taurat, satu iota bahkan satu titikpun Ia tidak hapuskan dari hukum Taurat, justru Ia menggenapinya sampai hukum itu menang.
Barangkali kehidupan kita seperti buluh yang terkulai dan sumbu yang pudar,  lemah dan tertindas, karena banyaknya dosa, namun jangan putus asa, Dia akan memberi pengharapan.
Jangan putus asa dan kecewa, Yesus adalah hamba Tuhan, memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa sampai hukum itu menang, memerdekakan bangsa-bangsa dari dosa, karena Ia penuh dengan Roh Tuhan.

Yesaya 11: 1-2
(11:1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.
(11:2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;

Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat, roh keperkasaan, roh pengenalan, roh takut akan Tuhan; oleh sebab itu, setiap hamba Tuhan, anak Tuhan, harus penuh dengan Roh, supaya tidak timbul lagi dosa.
Bagi kaum muda, jangan ada seks pada diri sendiri, supaya pelita tetap bercahaya. Hidup di dalam Roh, sebab untuk menjadi kesaksian bukan gagah hebat, bukan karena keperkasaan namun oleh Roh Tuhan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment