KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, October 13, 2015

IBADAH RAYA MINGGU, 11 OKTOBER 2015

IBADAH RAYA MINGGU, 11 OKTOBER 2015

Tema    : JEMAAT DI LAODIKIA (Wahyu 3: 14-22)
              (Seri 20)

Subtema: MENDENGAR SUARA TUHAN (Bagian kedua)

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Kristus dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya yang abadi, kita semua dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian, semua karena kemurahan hati Tuhan tentunya.

Kita sudah mendengarkan dua kesaksian, yang pertama dari ibu Marbun, dimana ia telah melihat dan merasakan kasih itu, tetapi masih kurang-kurang untuk melakukannya. Biarlah kiranya Tuhan memberikan kesabaran, kekuatan, Roh yang melimpmah-limpah, supaya ia sanggup menghadapi segala sesuatunya.
Segala sesuatu yang terjadi dan yang kita alami, tidak ada yang kebetulan. Semua terjadi atas seijin Tuhan supaya kita berada di dalam rencana Tuhan. Biarlah kita tetap setia di dalam Tuhan, seperti Yesus setia; Dia setia dalam segenap rumah Tuhan, setia sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib, sehingga di dalam kesetiaan-Nya terangkum seluruh kebenaran firman.
Apapun yang kita alami, susah senang, ataupun beratnya beban hidup, tetaplah setia. Jangan putus asa, jangan kecewa. Orang yang putus asa dan kecewa, tidak akan memperoleh apa-apa. Kita selesaikan tugas dan tanggung jawab kita sampai garis akhir supaya memperoleh mahkota kebenaran yang disediakan.
Saya sendiri juga tidak mau putus asa. Kalau saya menggunakan logika saya, saya mendengarkan suara daging saya, pikiran saya, saya akan putus asa, kecewa dan tinggalkan ibadah pelayanan ini.
Kalau saya menggunakan logika, maka saya akan berkata mengapa begini dan mengapa begitu Tuhan? tetapi Tuhan punya rencana supaya iman kita kepada Kristus dimurnikan. Tuhan ingin melihat pertumbuhan rohani kita.
Juga saya bersyukur kepada kesaksian orangtua kami, beliau mengalami kesembuhan. Semua karena kemurahan Tuhan lewat doa-doa yang dinaikkan oleh anak-anak Tuhan.
Tadi juga ibu Marbun meminta dukungan doa kepada kita semua. Biarlah kita semua turut mendoakan karena kita adalah anggota tubuh Kristus, satu dengan yang lain saling terkait dan saling membutuhkan.
Satu orang bersukacita, kita turut bersukacita. Satu orang menderita, kita turut merasakannya.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu mengenai SIDANG JEMAAT DI LAODIKIA dari Wahyu 3: 14-22.
Kita memperhatikan ayat 20.
Wahyu 3: 20
(3:20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Terlebih dahulu kita perhatikan kata: “Lihat”, berarti memandang dan memperhatikannya dengan seksama supaya kita bisa mengetahui dan mendapatkan sesuatu dari apa yang kita lihat. Jadi, bukan asal-asal melihat.

Pertanyaannya: Apa yang harus kita lihat?
Yaitu: “Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu”, ini yang harus kita lihat.

Kalimat ini dibagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama: “AKU BERDIRI DI MUKA PINTU DAN MENGETOK
Ini adalah bagian Tuhan yang telah Ia kerjakan bagi gereja Tuhan, bagi tubuh-Nya.
Kidung Agung 5: 2-5
(5:2) Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"
(5:3) "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"
(5:4) Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
(5:5) Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.

Mempelai laki-laki berada di muka pintu dan mengetok.
Kemudian, keberadaan dari mempelai laki-laki saat berada di muka pintu dan mengetok:
a. “kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam
Arti rohaninya; Yesus Kristus, Dia juga mempelai laki-laki sorga telah menanggung kehinaan itu di atas kayu salib.
Embun malam à kasih yang semakin dingin karena bertambahnya dosa. Malam = gelap karena dosa telah meliputi dunia ini.
Jadi, semakin dosa bertambah, keadaan dunia semakin gelap. Itulah tetesan embun malam yang mengenai kepala/rambut mempelai laki-laki sorga, Dia menanggung kehinaan itu.

Markus 9: 12
(9:12) Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan?
"Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan" inilah keadaan dari pada Yesus Kristus sebagai mempelai laki-laki sorga ketika berada di muka pintu dan mengetok, dan ini harus kita lihat. Jangan lihat perasaan, pikiran, dan kebenaran diri sendiri.

b. “bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu
Pada pegangan kancing pintu bertetesan cairan mur.
Mur = getah damar à darah Yesus Kristus yang menetes dari luka-luka-Nya.
Jadi, getah damar akan menetes kalau sudah terlebih dahulu pohonnya dilukai, seperti itulah keberadaan Yesus ketika Ia berada di atas kayu salib.
Tetapi, mur juga berbicara tentang minyak, artinya; yang diurapi à Kristus, Dialah raja di atas segala raja. inilah keadaan Yesus Kristus saat datang pada kali yang kedua.

Keadaan Yesus dalam dua hal ini harus kita lihat ketika berada di muka pintu dan mengetok.
Kalau kita betul-betul melihat, memandang dan memperhatikan dengan seksama, barulah kita mengambil keputusan: ya atau tidak, terima atau tolak. Tetapi, barangkali mata jasmani kita tidak dapat melihat peristiwa 2015 tahun lalu ketika Yesus menanggung kehinaan di atas kayu salib, kini setelah hati nurani yang jahat dibasuh oleh air yang murni, kita dapat melihat dengan mata rohani.

Kita bandingkan ketika Yohanes melihat Yesus dalam dua kali kesempatan.
Yang pertama.
Yohanes 1: 29
(1:29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
“Lihatlah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”, artinya; memandang korban Kristus, sebab Kristus dikorbankan di atas kayu salib untuk menghapus dosa manusia.
Ini adalah pernyataan Yohanes yang pertama kepada murid-muridnya.

Yohanes 1: 30-31
(1:30) Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.
(1:31) Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."

Ketika jalan diluruskan bagi Dia, selanjutnya Ia pun dinyatakan kepada umat Israel, kepada saya dan saudara, diawali dengan memandang korban Kristus.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, memandang korban Kristus terkena pada mezbah korban bakaran barulah kemudian memberi diri dibaptis, selanjutnya Ia dinyatakan kepada umat Israel untuk menebus dosa manusia. Itulah tujuan kedatangan Yesus yang pertama.
Memandang korban Kristus = memiliki pandangan yang tulus.

Yang kedua.
Yohanes 1: 35-36
(1:35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya.
 (1:36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!"

“Lihatlah Anak Domba Allah”, berarti memandang Yesus sebagai Raja.
Ia tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, pada saat Ia datang pada kali yang kedua.
Setelah memandang korban Kristus selanjutnya memandang Dia sebagai Raja, saya kira, ini patut kita lihat.

Yohanes 1: 37-39
(1:37) Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.
(1:38) Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?"
(1:39) Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat.

Kalau kita memandang Yesus Kristus sebagai Raja, maka kita akan tinggal bersama-sama dengan Dia; dimana Ia berada, di situ juga kita berada.
Ayo, lihat, jangan sampai kita menjalankan ibadah hanya secara lahiriah, melayani secara lahiriah, sehingga tidak merasakan pelayanan Roh.
Malam ini kita bisa menangis karena tersentuh firman Tuhan, tetapi tidak ditindaklanjuti dengan perubahan dalam hidup = pelayanan tubuh.
Kalau masih bermegah dalam hal lahiriah; ia keliru mengikuti Tuhan. Kalau kita melihat keadaan Yesus Kristus dalam dua kesempatan, maka pengikutan kita tidak pernah salah, suatu kali kelak kita tinggal bersama-sama dengan Dia tepat dimana Dia berada, di situ kita berada.
Kerinduan kita adalah untuk menjadi pengantin perempuan, sehingga pada saat Dia tampil sebagai Raja dan mempelai pria sorga, bersandingan dengan Dia = memandang jauh ke depan.

Kelebihan-kelebihan memandang jauh ke depan:
-      Tidak mudah putus asa dan kecewa.
-      Memiliki keyakinan iman yang teguh tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak suci.

Yohanes 1: 40-41
(1:40) Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus.
(1:41) Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)."

Andreas, berkata; “Kami telah menemukan Mesias.” Mesias artinya Kristus = Yang Diurapi.
Ayo lihat dan perhatikan dengan seksama, pandang dengan seksama. Kalau kita melihat yang lain, hancur hati kita.
Oleh sebab itu, jangan gunakan logika di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.

Sekarang, kita akan memperhatikan mempelai perempuan, apakah ia mau membuka pintu atau tidak?
Kidung Agung 5: 3
(5:3) "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"

Mempelai perempuan menunda-nunda untuk membuka pintu bagi mempelai laki-laki dengan menggunakan segudang alasan.
Satu kali kita beralasan, maka untuk yang kedua kalinya Setan sudah menyediakan alasan berkeranjang-keranjang, bahkan jauh lebih tepat. Oleh sebab itu, jangan biasakan diri menjadi pribadi yang pandai mencari alasan-alasan.

Alasan-alasan dari mempelai perempuan, yaitu:
Alasan pertama: “Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi?”
Pernyataan ini menunjukkan seolah-olah kebenaran manusia, sanggup menutupi dosa / ketelanjangan.
Pada waktu Adam dan Hawa melanggar hukum Allah, akhirnya mereka jatuh dalam dosa dan menjadi telanjang. Kemudian, berupaya menutupi ketelanjangan mereka dengan menyemat daun pohon ara dan membuatnya cawat, artinya; dosa ditutupi oleh kebenaran diri sendiri.
Pohon ara à kebenaran manusia, tetapi cepat atau lambat kekurangan/ketelanjangan manusia akan terlihat kembali, sebab kebenaran manusia sifatnya tidak kekal seperti daun pohon ara akan hancur. Kebenaran manusia tidak mampu menutupi dosa. Justru, orang yang berusaha menutup-nutupi dosanya akan mengalami kelelahan.
Tetapi pada akhirnya pada Kejadian 3: 21, Allah memberikan pakaian dari kulit binatang kepada Adam dan isterinya. Binatang yang dikuliti menunjuk kepada korban Kristus. Berarti hanya salib Kristus yang sanggup menutupi dosa manusia, di luar salib tidak ada lagi kebenaran.
Alasan yang pertama dari mempelai perempuan menunjuk kepada dosa kenajisan.

Alasan kedua: “Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa seolah-olah mampu menyucikan dirinya dari segala dosa kejahatan dan kefasikan, sesungguhnya hanya Kristus yang mampu menyucikan dosa kita dengan air dan firman Allah.
Kita seringkali melihat motivator di TV, tidak salah mendengarkan motivator, tetapi ia tidak lebih berkuasa menyucikan dosa manusia selain firman Allah. Sesuai Efesus 5: 26-27, disucikan dikuduskan sesudah dimandikan oleh air dan firman.
Kalau mandi membutuhkan air yang banyak barulah bersih. Untuk menyucikan dosa manusia tidak dapat menggunakan dua tiga ayat atau dengan menyampaikan firman yang ditambahkan dan dikurangkan.
Jika dosa sudah disucikan, maka kita terlepas dari derita dan air mata = Tuhan hapuskan air mata.
Alasan kedua dari mempelai perempuan menunjuk kepada dosa yang ditimbulkan oleh daging.

Inilah dua alasan yang digunakan untuk menunda-nunda membuka pintu.
Kalau kita telah digembalakan oleh firman pengajaran mempelai tetap masih menunda-nunda untuk membuka pintu bagi mempelai Laki-Laki sorga, hal ini sangat disayangkan.

Penyebab mempelai perempuan menunda-nunda membuka pintu.
Kidung Agung 5: 2
(5:2) Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"

Aku tidur, tetapi hatiku bangun.
Tidur tidak tidur, bangun tidak bangun = tidak dingin tidak panas à pengikutan yang suam-suam, tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan.
Seperti jemaat di Laodikia tidak dingin tidak panas = suam-suam, mereka memperkayakan diri dan tidak kekurangan apa-apa, tetapi sebaliknya Tuhan berkata: Bahwa mereka melarat, malang, miskin, buta dan telanjang.

Kembali saya sampaikan bahwa Tuhan telah melakukan bagian-Nya yaitu berdiri di muka pintu dan mengetok.
Karya Allah 2015 tahun lalu ini harus kita lihat. Lihatlah, jangan arahkan pandangan kepada yang lain, supaya pengikutan kita tidak salah, supaya dimana Ia berada di situ juga kita berada.
Demikian juga dengan Tabernakel, miniatur Kerajaan Sorga, ukurannya harus tepat, tidak boleh tambah, tidak boleh kurang.

Bagian kedua: “JIKALAU ADA ORANG YANG MENDENGAR SUARA-KU DAN MEMBUKAKAN PINTU.
Ini adalah bagian kita, gereja Tuhan: mendengar suara Tuhan dan membuka pintu bagi Dia.
Dalam Yohanes 10: 2-4, kalau domba-domba tergembala, maka yang pertama terlihat adalah mendengar suara gembala = dengar-dengaran. Yang kedua; mengikuti gembala kemana saja ia dibawa. Sejauh ini kita telah digembalakan oleh firman pengajaran mempelai, biarlah kita mengikutinya kemana saja kita dibawa.
Jangan lihat yang lain, sebab yang menyebabkan mempelai perempuan tidak mau membuka pintu adalah roh jahat/roh najis, daging dan tabiatnya.
Ini adalah bagian kita yang harus kita kerjakan; dengar suara Tuhan dan buka pintu bagi Dia.

Mari kita mengikuti tentang mendengar suara Tuhan.
1 Samuel 15: 1
(15:1) Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN.

Tuhan mengurapi Saul menjadi raja untuk memimpin, menggembalakan bangsa Israel.
Syaratnya: dengarkanlah bunyi firman Tuhan = mendengar suara Tuhan.
Jadi, yang pertama-tama mendengar suara Tuhan adalah imam-imam, raja-raja/imamat rajani yang melayani Tuhan.
Yang seharusnya lebih dahulu dengar-dengaran kepada Tuhan adalah imam-imam, tetapi justru banyak di dalam gereja yang memberontak, mendurhaka kepada gembala, justru imam-imam.

Apa yang harus didengar?
1 Samuel 15: 2-3
(15:2) Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
(15:3) Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."

Yang harus didengar oleh raja Saul adalah perintah Allah, yaitu; menumpas habis orang Amalek, dimulai dari rajanya sampai kepada rakyatnya, laki-laki perempuan, tua muda, kecil besar, sampai kepada ternaknya. Inilah perintah Tuhan yang harus didengar oleh raja Saul.
Mengapa Allah berencana untuk menumpas Amalek? Allah bukan tanpa alasan untuk menumpas orang Amalek? Alasannya: Amalek menghalang-halangi perjalanan bangsa Israel ketika di padang gurun. Jadi Allah bukan tanpa alasan untuk menumpas habis orang Amalek.
Padang gurun adalah jalan salib, via dolorosa yang harus kita tempuh, tidak boleh menempuh jalan lain.
Sesungguhnya, antara Mesir dan Kanaan, jaraknya tidak jauh / dekat sekali jika melewati daerah Filistin. Tetapi Tuhan tidak menginginkan bangsa Israel melewati jalan pintas, harus melewati jalan salib.
Jalan pintas adalah jalan Setan. Filistin gambaran dari Setan. ketika Yesus memberitahukan bahwa Ia harus menanggung penderitaan, Simon Petrus menarik Yesus ke samping dan berkata: Sekali-kali takkan menimpa Engkau, tetapi Yesus berkata enyah kau Iblis. Setiap anak Tuhan harus menempuh jalan salib, kalau tidak, disebut anak Setan.
Tetapi tadi kita lihat, Amalek menghalang-halanginya. Banyak pelayanan gereja di akhir zaman ini menghalangi jalan salib dengan cara memberitakan firman yang ditambahkan dan dikurangkan, menggunakan metode ini dan itu supaya terjadi pertumbuhan jiwa, sampai tidak berani mengoreksi dosa sidang jemaat.
Saya masih ingat; diawal pelayanan di Serang Cilegon, saya juga membaca buku ini, buku itu, supaya jiwa bertambah-tambah. Saya kira itu tidak salah, tetapi tidak ada artinya. Gereja Tuhan tidak ada artinya menggunakan konsep ini dan itu, metode ini dan itu, kalau tidak menempuh jalan salib.
Saya kaget dan ngeri mendengar kotbah dari Seorang hamba Tuhan mengenai mengasihi Tuhan dengan segenap hati itu salah, sebab katanya itu adalah: kotbah padang gurun maksudnya bukan kasih karunia. Saya ngeri sekali mendengarnya. Saya berdoa supaya Tuhan meluruskan dia.
Tetapi kita telah diajar dengan seksama untuk melihat jalan Salib, kita diajar untuk mengikuti jalan Salib.
Tidak ada waktu lagi untuk bermain-main, Tuhan mau datang, tidak boleh liar, tidak boleh memberontak, tidak boleh membantah. Tugas saya sebagai gembala memperhatikan kawanan domba-domba / sidang jemaat , maka saya juga harus dengar-dengaran di bawah kaki Tuhan, itulah yang dilakukan Musa selama 40 hari 40 malam di gunung Tuhan.
Demikian juga perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun, itu juga berbicara tentang tamatnya daging, tetapi Amalek menghalangi perjalanan bangsa Israel, sehingga menjadi sandungan terhadap rencana Allah yang besar.
Kalau ada kekurangan kami mohon didoakan, jangan turuti kekurangan kami, supaya jangan menjadi Amalek rohani, jangan menjadi batu sandungan, jangan menjadi penghalang, dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna menjadi pengantin perempuan.

Matius 16: 21-23
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
(16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
(16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Kalau menghalang-halangi jalan salib adalah pekerjaan Iblis/Setan yang harus disingkirkan, sebab kebenaran harus ditegakkan.
Oleh sebab itu dengan tidak segan-segan Yesus berkata kepada Petrus: "Enyah Kau Iblis."
Simon Petrus memang bukan Setan tetapi ia mengikuti atau menganut ajaran setan.
Menolak jalan salib / menghalang-halangi jalan salib = batu sandungan.
Mengapa dia menjadi batu sandungan? Penyebabnya karena ia memikirkan apa yang dipikirkan manusia bukan pikiran Allah.
Simon Petrus memikirkan apa yang dipikirkan manusia, berarti ia menggunakan logika, sehingga ia tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah.
Yohanes 3: 16, begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga ia mengorbankan Anak-Nya yang tunggal sehingga dunia ini memperoleh selamat.

Apakah Saul memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah atau memikirkan apa yang dipikirkan manusia?
1 Samuel 15: 4, 7-9
(15:4) Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu orang Yehuda.
(15:7) Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir.
(15:8) Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang.
(15:9) Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.

-      Saul membiarkan Agag raja Amalek hidup-hidup sementara semua rakyatnya ditumpas habis.
-      Saul membiarkan bangsa Israel mengambil jarahan dari lembu sapi, kambing domba yang tambun tetapi menumpas binatang yang buruk rupa.
Kesimpulannya: Saul tidak dengar-dengaran, tidak mendengar suara Tuhan.
-      Agag raja Amalek gambaran dari Iblis/Setan, itulah roh jahat dan roh najis,
-      Binatang yang tambun à daging dengan segala hawa nafsunya.
Seharusnya semua itu harus ditumpas, tanpa terkecuali.
Oleh sebab itu, jangan gunakan perasaan & logika untuk ikut Tuhan. Kalau Tuhan berfirman, dengar dan lakukan saja.
Yesus Gembala Agung, kita adalah kawanan domba-Nya; dengar dan ikuti... (Yohanes 10:2-4).
Saul tidak dengar-dengaran, padahal dia adalah Raja yang seharusnya pertama-tama dengar-dengaran.
Berarti, kesimpulannya Saul tidak layak menjadi raja.

1 Samuel 15: 10-11
(15:10) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian:
(15:11) "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.

Tuhan sangat menyesal, hati Tuhan terlukai, itu bisa terlihat dari sakit hati Samuel, sehingga berserulah Samuel kepada Tuhan semalam-malaman, supaya Allah menyatakan kemurahan-Nya.
Saya tidak berhenti sujud di kaki Tuhan, itulah sekolah saya sebagai gembala. Kalau hamba Tuhan tidak sujud menyembah di kaki Tuhan = gembala upahan yang hanya mengikuti langkah-langkah kaki sendiri.
Inilah hati seorang hamba; terus berusaha melunakkan hati Tuhan. Sering kali kita membuat Tuhan menyesal oleh karena pola dan tingkah yang tidak sesuai di hadapan Tuhan, namun kita merasa lebih baik dan suci, lebih mendengar suara hati dan lebih menggunakan logika.
Ayo kita belajar melihat ini semua, betapa sakitnya dan pilunya hati Tuhan hanya karena tidak dengar-dengaran.

Ciri – ciri bila tidak mendengarkan suara Tuhan:
Yang pertama
1 Samuel 15: 12-13
(15:12) Lalu Samuel bangun pagi-pagi untuk bertemu dengan Saul, tetapi diberitahukan kepada Samuel, demikian: "Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda peringatan; kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal."
(15:13) Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN."

Saul merasa bahwa ia telah melakukan firman Tuhan = kebenaran menurut perasaan daging.
Banyak anak-anak Tuhan yang demikian, tidak dengar-dengaran tetapi merasa sudah melakukan firman Tuhan, merasa diri benar, merasa diri baik, merasa diri suci. Ia tidak membuktikan diri dengar-dengaran kepada Gembala Agung, tetapi merasa telah melakukan apa yang Tuhan inginkan.

Yang kedua
1 Samuel 15: 14-15
(15:14) Tetapi kata Samuel: "Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?"
(15:15) Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas."

Saul membiarkan lembu sapi, kambing domba yang tambun hidup dengan satu alasan untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa Saul berdalih, suka mencari alasan.

1 Samuel 15: 16-17
(15:16) Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: "Sudahlah! Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku tadi malam." Kata Saul kepadanya: "Katakanlah."
(15:17) Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?

Tuhan sudah mengurapi Saul menjadi raja, menjadi pemimpin, menjadi gembala atas Israel = ditinggikan di tempat tinggi, seharusnya Saul; mendengar perintah Tuhan dan melakukannya. Tetapi Saul tidak dengar-dengaran, dan Tuhan pun menyesal.

1 Samuel 15: 18-21
(15:18) TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.
(15:19) Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"
(15:20) Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
(15:21) Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."

Di sini kita melihat kekerasan hati dari pada Saul; ia masih saja berdalih mencari alasan.
Seharusnya kalau memang Saul salah, ia segera mengakui kesalahannya, tetapi karena kekerasan hatinya, ia masih berdalih mencari alasan untuk membenarkan dirinya, betul-betul Saul, seorang yang keras hati.
Dari perjumpaan pertama ia berdalih mencari alasan, juga untuk yang kedua kalinya ia berdalih mencari alasan.
Menjadi gembala/hamba Tuhan tidak gampang, harus tetap mengikuti jalan salib, sabar menghadapi orang keras hati dan tidak boleh kompromi.
Banyak di antara kita yang memberontak ketika kebenaran dinyatakan. Samuel juga harus sabar, tidak boleh berbantah-bantah supaya sampai di tanah yang dijanjikan.
Kesimpulannya; suka mencari alasan, suka berdalih = keras hati.

1 Samuel 15: 22
(15:22) Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.

Perlu untuk diketahui:
-      “Mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan.”
Korban sembelihan: jiwa yang hancur hati yang patah dan remuk..(Mazmur 51:19). Tetapi sekalipun tubuh hancur hangus terbakar, tetapi kalau tidak ada kasih, itu tidak ada artinya. Kalau saudara tidak mampu mendengar suara Tuhan, itu semua tidak ada artinya.

-      “Memperhatikan suara Tuhan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.”
Lemak-lemak yang dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran adalah puji-pujian (nyanyian) kepada Tuhan.
Puji-pujian tidak lebih berharga dari memperhatikan, mendengar suara Tuhan.
Banyak gereja Tuhan, dimana pemimpin pujian, pemain musik, jemaat dengan luar biasa memuji Tuhan, tetapi saat firman disampaikan mereka berada di luar gereja, pelayanan tidak ada artinya kalau tidak mendengar dan tidak memperhatikan suara Tuhan.
Saya tidak suka saat beribadah memuji Tuhan lalu tos sana sini, jingkrak sana sini, salam sana sini dengan tujuan untuk menyatakan kasih.
Kalau dalam ibadah menjadi imamat, Lewi untuk menyatakan kasih, di luaran sana maukah menjadi Samaria menolong orang yang menderita?
Jadi, bukan soal puji-pujiannya, perhatikan suara Tuhan, itu nomor satu.
Menyesallah kalau masih mendengar suara daging, suara najis, suara yang lain.

Akibat tidak dengar-dengaran.
1 Samuel 15: 23
(15:23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."

1.     Dikuasai oleh roh pendurhakaan, seperti anak yang memberontak kepada ayahnya.
Pendurhakaan setara dengan dosa bertenung, berarti mencari ramalan-ramalan ke tukang ramal untuk melihat masa depannya seperti apa, melihat masa depan di zodiak/perbintangan itu adalah roh tenung.
Masa depan kita di tangan Tuhan, bukan pada ramalan.
2.     Dikuasai kedegilan/kekerasan hati = menyembah berhala dan terafim (mendirikan patung).
Seringkali kita membuat patung, misalnya mempertahankan harga diri. Jangan dirikan patung bagi dirimu, jangan pertahankan harga diri.

Jadi, dosa tidak dengar-dengaran itu sangat fatal akibatnya.
Menurut ukuran manusia, Saul itu benar, tidak salah dilihat dari alasannya. Tetapi kalau kita menggunakan ukuran Tuhan, ternyata banyak salahnya, dia adalah orang yang keras hati, degil.
Sangat mengerikan sebetulnya. Maka seringkali saya katakan: dengar-dengaran saja.
Saya juga kalau tidak dengar-dengaran sangat mengerikan. Kalau suami isteri tidak dengar-dengaran kepada suara Tuhan, maka anak tidak bisa diatur. Demikian juga kalau gembala suami-isteri tidak bisa satu, maka jemaat tidak akan bisa mendengar suara gembala Agung.
Semua saya lihat satu per satu, tidak ada yang tidak saya lihat, tetapi saya tidak boleh putus asa ketika melihat ketidakbenaran, supaya kerinduan yang terbesar terwujud yaitu terwujudnya pembangunan tubuh Kristus.

1 Samuel 15: 24
(15:24) Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.

Saul masih kompromi dengan suara daging, buktinya: takut kepada rakyat.
Jangan gunakan akal pikiran, jangan dengar suara daging, supaya tidak kompromi dengan suara daging.

1 Samuel 15: 25
(15:25) Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN."

Kemudian, dia minta ampun atas segala dosanya, tetapi ini adalah minta ampun yang tidak benar karena menggunakan syarat: “Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN”
Untuk menyembah Tuhan, tidak perlu menggunakan syarat sebab Dia adalah Allah Abraham, Ishak, Allah Yakub, Allah yang hidup, hanya kepada Dia kita beribadah dan berbakti. Kalau menggunakan syarat, ini adalah pengakuan dosa yang tidak benar, pengakuan dosa yang tidak tulus ikhlas.
Biarlah kita bercermin kepada firman Tuhan.

1 Samuel 15: 26
(15:26) Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel."

Samuel tidak mau kembali kepada Saul karena Saul terlebih dahulu menolak firman, ia tidak dengar-dengaran terhadap suara Tuhan, tidak pantas menjadi raja, tidak pantas menjadi pemimpin.

1 Samuel 15: 27-28
(15:27) Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak.
(15:28) Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.

Akhirnya, Tuhan mengoyakkan jabatan raja atas Israel pada hari itu juga, seperti tangan Saul mengoyakkan punca jubah Samuel, jubah imam besar.
Jubah yang maha indah yang dikenakan oleh Yesus tidak dibagi-bagi, tidak dikoyakkan, supaya dengan jubah imam besar itu kita menjadi satu dengan Dia, seperti Dia satu dengan Bapa.
Kalau melayani, tidak boleh membuat suatu perpecahan, baik oleh karena dosa kejahatan atau kenajisan.

Kesimpulannya; Saul menolak firman sehingga ia tidak dengar-dengaran.
Tetapi dari sisi lain, Samuel berani menunjuk dosa raja Saul, raja yang besar, itulah firman nubuatan, firman para nabi, berani menunjuk-nunjuk dosa = mengoreksi, menyelidiki, segala yang terkandung di dalam hati.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel 5 jabatan terkena pada 5 jari, dan jabatan nabi terkena pada jari telunjuk yang menunjuk-nunjuk dosa.
Samuel berani menunjuk dosa Saul, raja yang besar. Ini suatu pertanyaan yang harus kita ketahui, pendeknya, kenapa samuel berani menunjuk dosa?

Jalan keluar.
1 Samuel 3: 4-8
(3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa."
(3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur.
(3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali."
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.
(3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.

Tuhan memanggil Samuel sebanyak tiga kali dan Samuel selalu menjawab ya bapa artinya: Samuel mendengar suara Tuhan = dengar-dengaran.
Kesimpulannya; kalau samuel berani menunjuk-nunjuk dosa karena ketidakdengar-dengaran saul itu karena samuel sudah terlebih dahulu dengar-dengaran.
Ketika saya menghimbau supaya tekun dalam 3 macam ibadah pokok, itu karena saya sudah terlebih dahulu melakukan itu.
Banyak contoh yang baik yang saya tunjukkan kepada saudara, misalnya; soal persepuluhan, berarti saya terlebih dahulu dengar-dengaran soal persepuluhan,  tetapi terkadang saudara memberontak.

Tiga kali mendengar suara TUhan.
-      Dengar-dengaran pertama = dengar-dengaran kepada bapa jasmani.
-      Dengar-dengaran kedua = dengar-dengaran kepada bapa rohani (gembala sidang).
-      Dengar-dengaran ketiga = dengar-dengaran kepada bapa di sorga.
Kalau dengar-dengaran, yang keluar dari mulut hanya ada kata ya bapa.
Bayangkan pada saat tidur lalu dipanggil namun ternyata imam Eli tidak memanggil bukankah itu sangat mengganggu.
Tetapi kalau seseorang dengar-dengaran, dari mulutnya hanya ada kata ya, tidak ada kata tidak = tidak bersungut-sungut.
Dalam 2 korintus 1, rasul Paulus tidak serampangan dalam hal merencanakan suatu rencana di tengah-tengah ibadah pelayanannya di hadapan Tuhan.
Serampangan artinya; ya dan tidak. Kalau melayani Tuhan sungguh-sungguh, tidak boleh setengah-setengah, tidak boleh serampangan (ya dan tidak).

2 Korintus 1: 17-18
(1:17) Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat "ya" dan "tidak"?
(1:18) Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".

Rasul Paulus melayani tidak serentak ya dan tidak = tidak serampangan.
Kalau dengar-dengaran hanya berkata: ya, tidak berani berbantah-bantah apalagi kepada hamba Tuhan yang diutus.

2 Korintus 1: 19
(1:19) Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".

Di dalam Kristus hanya ada ya, pendeknya kalau dengar-dengaran, firman Allah berkuasa untuk menghapus / melenyapkan kemustahilan.
Dalam Kolose 1:15, “Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” dan itu adalah bagian kita apabila berkata ya.
Kalau kita dengar-dengaran, maka yang keluar dari mulut adalah ya, maka seluruh kepenuhan Allah menjadi bagian kita, sebab Kristus adalah ya.

2 korintus 1: 20
(1:20) Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.

Kristus adalah ya bagi semua janji Allah, oleh sebab itu rasul Paulus hanya menceritakan tentang Kristus yang disalibkan, bukan firman yang ditambahkan dan dikurangkan.
Yesus tiga kali menaikkan doa dalam Matius 26 supaya cawan Allah berlalu, tetapi pada akhirnya ia berkata kehendakMu yang jadi = ya.
Oleh sebab itu, biarlah kita mengatakan amin dengan tujuan untuk memuliakan Allah.
Amin artinya; benar, pasti dan sungguh. Supaya nubuatan firman tergenapi dalam kehidupan kita, maka biarlah kita mengatakan amin.

Syarat dengar-dengaran.
1 Samuel 3: 1-3
(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.
(3:2) Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya.
(3:3) Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.

1.     Kita berada di dalam kandang penggembalaan ini, dibutuhkan penyerahan diri secara total, terlebih imam-imam, dibutuhkan penyerahan diri sepenuhnya, “seperti Samuel  yang muda itu menjadi pelayan Tuhan di bawah pengawasan imam Eli.”
Saudara sangat berharga di mata saya apalagi dimata Tuhan, oleh sebab itu harus menyerahkan diri secara total.
Samuel yang masih kecil saja bisa menyerah, bagaimana dengan kita? ini adalah tantangan bagi kita.
Menyerah berarti membuka pintu bagi Tuhan. Kalau belum menyerah = menutup pintu bagi Tuhan oleh karena kekerasan hati, daging, seperti mempelai perempuan, tidur tidak tidur, bangun tidak bangun, masih suam-suam.

2.     “Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.”
Ini menunjuk kepada pengalaman kematian.
Pengalaman kematian berarti daging tidak bersuara. Tetapi tiga hari kemudian Yesus bangkit, menjadi manusia baru, kita boleh merasakan segala berkat dan kemurahan hati Tuhan.
Ketika kita mengalami kematian, daging merosot, bau, tidak disukai orang, itulah pengalaman kematian. Tetapi pada saat di dalam pengalaman kematian, di situlah Tuhan menyatakan kemurahan-kemurahan-Nya.
Apa yang tak pernah didengar, yang tak pernah timbul di dalam hati, apa yang tak pernah dipikirkan manusia, itu yang diberikan Tuhan kepada mereka yang mengasihi Dia, unik tidak terselami oleh akal pikiran manusia.
Pengalaman kematian betul-betul bau, sampai orang tidak suka.
Saya tahu kebanyakan orang menghindari pengalaman kematian, tetapi kapan kita mengalami kebangkitan kalau kematian dihindari.
Sesungguhnya, pengalaman kematian tidak lama, hanya 3 hari saja, sementara kebangkitan itu sifatnya kekal. Yang membuat lama adalah hati, pikiran, logika kita, daging masih bersuara = setengah mati = susah dan menderita.

1 Samuel 3: 19-21
(3:19) Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.
 (3:20) Maka tahulah seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN.
(3:21) Dan TUHAN selanjutnya menampakkan diri di Silo, sebab Ia menyatakan diri di Silo kepada Samuel dengan perantaraan firman-Nya.

Akhirnya, Samuel dipercayakan jabatan nabi, dipercayakan untuk menunjuk dosa termasuk dosa raja Saul, sampai pada akhirnya Tuhan menampakkan diri di Silo. Tuhan mempercayakan pembukaan rahasia firman Tuhan.
Tuhan mempercayakan pembukaan rahasia firman di kandang penggembalaan ini karena kita terus dengar-dengaran.
Jangan keraskan hati, jangan tutup pintu hati bagi Dia.
Jangan dihindari walaupun sakit. Pengalaman kematian itu unik, dan oleh karena pengalaman kematian Tuhan menyatakan kasih karunia demi kasih karunia-Nya, Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment