KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, November 7, 2017

IBADAH RAYA MINGGU, 29 OKTOBER 2017

IBADAH RAYA MINGGU, 29 OKTOBER 2017

KITAB WAHYU
(Seri 35)

Subtema: PENGHUNI SORGA SUJUD MENYEMBAH KEPADA ALLAH.

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Salam di dalam kasih Tuhan kita, Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan kembali untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.

Seperti yang sudah-sudah Tuhan memberkati kita lewat pembukaan firman, kiranya lewat segala doa kita merindukan berkat yang sama, supaya segala sesuatu dipulihkan dan mendatangkan kebaikan bagi kita semua.
Kalau hidup kita dipulihkan, rohani kita maju, maka semuanya menjadi maju. Penggembalaan ini maju, nikah jasmani dan nikah rohani maju, segala sesuatu maju.
Jangan menginginkan sesuatu yang tidak suci, itu tidak mendatangkan kebahagiaan, baik dalam ibadah, baik dalam nikah jasmani, nikah rohani, tidak mendatangkan kebaikan.
Dambakanlah sesuatu yang baik, sesuatu yang suci, sesuatu yang mulia dari Tuhan untuk mendatangkan damai sejahtera.

Wahyu 7: 10
(7:10) Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!"
Perhatikan kalimat: dengan suara nyaring mereka (himpunan orang banyak) berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!"
Suara nyaring -> nyanyian kemenangan dari himpunan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya.

Selanjutnya, nyanyian kemenangan berikutnya, antara lain;
a.     Nyanyian kemenangan karena Setan (si pendakwa) telah dilemparkan ke bawah ... Wahyu 12: 10-11
b.     Nyanyian kemenangan dari orang-orang yang mengalahkan binatang (antikris) dan patungnya dan bilangan namanya (666) ... Wahyu 15: 2-3.
c.     Nyanyian kemenangan atas jatuhnya Babel (pelacur besar)…Wahyu 19:1-2, oleh karena percabulan kenajisannya banyak raja-raja di bumi jatuh di dalam berbagai dosa. Oleh karena percabulan kenajisannya, banyak pedagang-pedagang di bumi akhirnya jauh dari Tuhan lebih menginginkan kekayaan, itu kenajisan.

Dampak positif dari nyanyian kemenangan yang terjadi.
Wahyu 7: 11-12
(7:11) Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah,
(7:12) sambil berkata: "Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"

Semua malaikat yang berada di sekeliling takhta itu, mereka tersungkur di hadapan takhta dan sujud menyembah kepada Allah.

Wahyu 19: 4
(19:4) Dan kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu, dan mereka berkata: "Amin, Haleluya."
Kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu.
Jadi, yang tersungkur di hadapan takhta dan sujud menyembah kepada Allah, bukan saja para malaikat yang ada di sekeliling takhta, tetapi juga 24 tua-tua dan 4 makhluk.

Sebab di dalam kerajaan Sorga ada tujuh perkara, dan ada dua kegiatan di dalamnya;
1.     Ibadah.
2.     Melayani Tuhan, melayani takhta-Nya.
Maka setiap makhluk yang ada di sorga semuanya tersungkur dan sujud menyembah kepada Allah, berarti tidak hanya para malaikat yang ada di sekeliling takhta, tetapi juga semua makhluk di sorga termasuk 24 tua-tua dan 4 makhluk.

Kesimpulannya; setiap kali ada kemenangan, akan dilanjutkan dengan PENYEMBAHAN.
Setiap ada nyanyian kemenangan, akan ditindaklanjuti dengan doa penyembahan, itu berbicara tentang penyerahan diri.

Kita lihat dulu di dalam 1 Raja-Raja ...
1 Raja-Raja 18: 38-42
(18:38) Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.
(18:39) Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"
(18:40) Kata Elia kepada mereka: "Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorang pun dari mereka tidak boleh luput." Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana.
(18:41) Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: "Pergilah, makanlah dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran."
(18:42) Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya.

Ketika Elia mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, kemudian doa-doa permohonannya dinaikkan lalu turunlah api menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.
Elia membunuh 450 nabi-nabi itu, selanjutnya pada ayat 42, Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya.

Saya merindukan supaya dalam setiap kali kita memperoleh kemenangan dari Tuhan, kiranya tetap merendahkan diri kepada Tuhan, tetap dalam keadaan sujud menyembah kepada Tuhan.
Jadi setiap kali ada nyanyian kemenangan, kiranya ditindaklanjuti dengan doa penyembahan.

Tadi potongan daging korban bakaran dipersembahkan, kita akan melihat kembali potongan daging dipersembahkan kepada Tuhan, Allah.
Filipi 2: 7-11
(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
(2:9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
(2:10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
(2:11) dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Dia taat sampai mati bahkan sampai mati di atas kayu salib, setelah itu Allah meninggikan Dia. Ini berbicara tentang kemenangan, terhadap musuh.

Selanjutnya, segala lutut bertelut, artinya; ditindaklanjuti dengan doa penyembahan, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Jadi, di dalam kemenangan akan ditindaklanjuti dengan doa penyembahan.
Penyembahan, berarti;
1.     Merendahkan diri di hadapan Tuhan.
2.     Tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Kita bersyukur kepada Tuhan. Bapa telah meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.

Tadi, Elia mempersembahkan korban bakaran, potongan-potongan daging dipersembahkan kepada Tuhan. Juga di dalam Filipi 2:8:9, potongan daging dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban bakaran, sehingga terjadi kemenangan.
Selanjutnya, bangsa Israel sujud menyembah kepada Allah, mereka mengakui bahwa Tuhan adalah Allah.
Dari pihak Elia; dia naik ke bukit Karmel, kemudian membungkuk (tersungkur), menundukkan kepala di antara dua lututnya.

Dalam Perjanjian Baru juga ada potongan daging dipersembahkan kepada Tuhan, sehingga Bapa meninggikan Dia dan mengaruniakan nama di atas segala nama. Itu tanda kemenangan.
Di dalam kemenangan ini ditindaklanjuti dengan doa penyembahan, segala lutut bertelut, kemudian segala lidah mengaku.

Lalu, kita lihat 1 Korintus 15 ...
1 Korintus 15: 24-26
(15:24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
(15:25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
(15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.

Ketika Yesus mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa, di situ terjadi kemenangan terhadap musuh;
-       Musuh yang pertama, terhadap Setan.
-       Musuh yang kedua itulah maut.

1 Korintus 15: 54-55
(15:54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
(15:55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"

Jadi, maut telah ditelan dalam kemenangan, sehingga dengan demikian kita dapat berkata: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?

1 Petrus 5: 8
(5:8) Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Tadi di atas saya sudah singgung sedikit, kemenangan itu harus ditindaklanjuti dengan doa penyembahan.
Oleh sebab itu, tujuan kita berjaga-jaga (hidup di dalam doa penyembahan), karena musuh abadi, yaitu; Setan, berjalan keliling sama seperti singa, mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya.
Berjaga-jaga -> doa penyembahan.


Matius 26: 37-41
(26:37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar,
(26:38) lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."
(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

“Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya jangan jatuh dalam pencobaan.”
Jadi kegunaan dari doa penyembahan itu supaya kita jangan jatuh dan lemah karena banyaknya pencobaan-pencobaan.

Tidak ada seorang pun di antara kita, bahkan sekalipun saya, berani berkata: saya kuat.
Tidak ada yang kuat kalau dia tidak hidup dalam doa penyembahan, kalau dia tidak berjaga-jaga.
Justru orang yang merasa diri kuat, dia lemah. Maka seringkali saya tersenyum melihat orang yang mengaku diri kuat.
Sebaliknya, saat kita bermegah di dalam kelemahan, kita kuat. Itu perlunya kita untuk berjaga-jaga. Si pencoba (si pendakwa), itulah Setan, persis seperti singa, dia akan mengaum-aum mencari mangsa yang lemah, yaitu: orang yang dapat ditelan.

Kalau saja penghuni-penghuni sorga juga tersungkur di hadapan takhta dan sujud menyembah kepada Allah, seharusnya kita pun sama seperti mereka.
Kalau selama kita masih mendiami kemah tubuh kita ini, banyak ujian, banyak sengsara.
Kerajaan sorga disebut dengan satu kota tanpa malam, karena Anak Domba itu yang menjadi pelita, menjadi terang, jadi tidak ada lagi dosa yang ditutup-tutupi, namun sekalipun demikian penghuni sorga tetap tersungkur di hadapan takhta dan sujud menyembah kepada Allah.
Berjaga-jaga dan berdoalah, tanda kerendahan hati dan penyerahan diri seorang hamba Tuhan, seorang imam dan seorang pelayan.

Ingat; kalau penghuni sorga saja tersungkur di hadapan takhta sujud menyembah kepada Allah, seharusnya kita lebih lagi, dengan satu alasan; bumi berada di bawah kuasa si jahat (penguasa kegelapan).

Sekarang kita akan kembali memperhatikan ...
Wahyu 19: 3-4
(19:3) Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya."
(19:4) Dan kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu, dan mereka berkata: "Amin, Haleluya."

Doa penyembahan itu bagaikan asap dupa yang naik di hadirat Tuhan sampai selama-lamanya.

Kita lihat; asap dupa kemenyan yang naik di hadirat Tuhan sampai selama-lamanya ...
Matius 4: 4-10
(4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
(4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
(4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
(4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Inilah asap dupa kemenyan yang berbau harum naik di hadapan Tuhan; dia terlepas dari daya tarik bumi.
Kalau benda dilempar ke atas, ujung-ujungnya akan jatuh ke bawah, benda apa saja, kecuali asap dupa kemenyan yang naik di hadirat Tuhan sampai selama-lamanya, dia terlepas dari daya tarik bumi.

Setan, si pendakwa (si pencoba) mencobai Yesus sebanyak tiga kali, yaitu;
-       Yang pertama; batu menjadi roti.
-       Yang kedua; menempatkan Yesus ditempatkan yang tinggi lalu memerintahkan untuk menjatuhkan diri dengan alasan malaikat akan menatang. Kemudian Yesus menjawab pada ujian kedua ini: Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!
-       Kemudian pada ujian yang ketiga, Setan membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, namun Yesus berkata: Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!
Inilah asap dupa kemenyan yang naik ke hadirat Tuhan sampai selama-lamanya, terlepas dari daya tarik bumi.

Tadi saya sudah sampaikan; semua benda apabila dilempar ke atas tetap akan jatuh ke bawah, tetapi asap dupa kemenyan tetap naik ke hadirat Tuhan, terlepas dari daya tarik bumi.
Jadi penyembahan itu bagaikan asap dupa kemenyan, dia sudah terlepas dari daya tarik bumi, yaitu: soal makan, kemudian tempat yang tinggi (kedudukan yang tinggi) serta kerajaan dan kemegahan dunia.

Kalau doa penyembahan sudah mendarah daging, dia terlepas dari daya tarik bumi, arus dan pengaruh dunia, juga magnet dunia, kemegahan dunia, terlepas dari itu semua.
Ayo, jadilah kehidupan doa dan penyembahan di hari-hari terakhir, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.

Kalau sudah menjadi kehidupan doa penyembahan, kerajaan dan kemegahan dunia terlalu kecil.
Mengapa matanya selalu tertuju ke bawah? Karena dia belum menjadi kehidupan doa penyembahan. Tuhan mau tinggikan kita setinggi-tingginya, namun turun lagi, itu sudah tanda bahwa dia belum hidup di dalam doa penyembahan.

Hati saya terharu menyampaikan firman ini walaupun sangat mungkin sederhana, tetapi saya terharu sekali.
Jadilah kehidupan doa penyembahan.

Mazmur 141: 1-2
(141:1) Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu!
(141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.

Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.”
-       Persembahan ukupan -> doa penyembahan.
-       Tangan yang terangkat -> penyerahan diri.
Korban pada waktu petang itu penyerahan diri Yesus.

Kalau tadi firman Tuhan berkata; “Roh memang penurut tetapi daging lemah.”
Kalau memang kita menyadari diri daging ini lemah, maka biarlah kita menyerah kepada Tuhan, angkatlah dua tangan.

Tuhan menuntun bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun, itu di luar kemampuan daging.
Juga perjalanan rohani kita, dengan sangkal diri pikul salib, itu di luar kemampuan daging kita, tinggal angkat tangan tanda penyerahan diri.

Daud adalah orang yang taat, setia, dengar-dengaran, dia menjadi kehidupan doa penyembahan.
“Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.”
Kalau menyadari diri daging lemah, ayo angkat tangan, katakan aku tidak mampu, menyerah saja.

Pendeknya, Yesus menjadi kehidupan doa, Daud juga kehidupan doa. Saya percaya Gereja Pantekosta Tabernakel Jemaat BETANIA adalah kehidupan doa.
Di kampung Betania ada tiga bersaudara, yaitu; Lazarus, Maria dan Marta. Maria itulah firman Allah -> meja roti sajian. Marta itulah kesaksian, pelita emas. Lazarus itulah doa penyembahan (pengalaman kematian) -> Mezbah Dupa.
Sementara kampung BETANIA sudah dekat dengan Yerusalem.
Sudah sangat dekat dengan perobekan daging. Sudah dekat dengan Yerusalem baru, itulah kampung Betania.

Sekarang pertanyaannya; Siapakah tiga penghuni sorga ini?
YANG PERTAMA: PARA MALAIKAT.
Ibrani 1: 6-7
(1:6) Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."
(1:7) Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: "Yang membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api."

Intinya; malaikat itu adalah pelayan-pelayan Tuhan.
Mungkin saja kita tidak diakui. Kita tidak butuh pengakuan manusia, yang penting; layani saja Tuhan.

Lihat, malaikat sebagai pelayan Tuhan; menjadi badai juga menjadi nyala api.
Badai berarti angin topan yang kencang. Dia sanggup memporakporandakan segala sesuatu yang ada di bumi sesuai kehendak Tuhan. Kalau Tuhan mau, bisa dijadikan badai.
Kemudian, juga pelayan-pelayannya menjadi nyala api. Apa kegunaan api? Membakar dan menghanguskan tabiat daging.
Ada kalanya sebagai hamba Tuhan tetapi tidak berani menjadi badai, untuk memporakporandakan apa yang bertentangan dengan Tuhan. Ini kesalahan besar, karena menggunakan perasaan.
Kalau Tuhan inginkan kita menjadi angin badai untuk memporakporandakan sesuatu yang tidak baik, maka itu harus dikerjakan. Kemudian, jadilah api untuk menghanguskan tabiat-tabiat daging.

Mengapa malaikat bisa menjadi angin badai dan juga pelayannya menjadi nyala api? Kita lihat dalam Markus 12.

Markus 12: 23-25
(12:23) Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."
(12:24) Jawab Yesus kepada mereka: "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.
(12:25) Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.

Hidup malaikat itu bersuasanakan kebangkitan; tidak ada lagi perasaan daging di sana.
Mengapa seseorang menjadi lemah, tidak bisa menjadi angin badai, tidak bisa menjadi api yang menghanguskan? Karena perasaan manusia dagingnya kuat.
Kalau kelemahan semacam ini masih melekat, malam ini mari kita akui dan menangislah.

Mazmur 104: 4
(104:4) yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu,

Angin sebagai suruhan-suruhan, kemudian api yang menyala sebagai pelayan-pelayan, berarti seorang hamba tidak ada kuasa untuk membantah.

Walaupun kita tidak dipandang, itu tidak terlalu penting, karena perhatian Tuhan lebih dari segalanya.

Sekarang pertanyaannya; Siapakah tiga penghuni sorga ini?
YANG KEDUA: DUA PULUH EMPAT TUA-TUA.
Wahyu 4: 4
(4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.

Di sekeliling takhta itu ada 24 takhta, dan di takhta-takhta itu duduk 24 tua-tua.
24 tua-tua duduk di atas 24 takhta.
Dalam pelajaran Tabernakel, itu terkena kepada meja roti sajian. Di atas meja tersaji 12 ketul roti. Satu tumpuk terdiri dari 6 ketul roti. Jadi jumlah keseluruhannya itu 12 ketul roti.

24 tua-tua duduk di atas 24 takhta itu berbicara tentang 12 rasul hujan awal dan 12 rasul hujan akhir.
-       12 rasul hujan awal yang dikaitkan dengan 12 anak Yakub. Satu dari 12 anak Yakub, itulah pribadi Yusuf yang akhirnya menyelamatkan Mesir dari kelaparan.
-       Kemudian 12 rasul hujan akhir itulah 12 murid Yesus dengan pengajaran rasul-rasul-Nya, sehingga kita dapat mengerti ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok...Kisah para rasul 2:42.
Jadi, 12 rasul hujan awal dan 12 rasul hujan akhir, tugas mereka adalah untuk menghakimi 12 suku Israel.
Sebab kaitan dari 24 tua-tua adalah takhta.

Matius 19: 27-28
(19:27) Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
(19:28) Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Orang-orang yang setia mengikuti Anak Domba, akan duduk di atas 12 takhta, untuk menghakimi 12 suku Israel.
Lebih jauh kita perhatikan dalam Injil Lukas 22.

Lukas 22: 28-30
(22:28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.
(22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku,
(22:30) bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Saat ini kita boleh tinggal diam bersama-sama di dalam kerajaan-Nya, duduk makan sehidangan dengan Dia, selanjutnya, akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel, menghakimi dosa.

Kalau kaitannya dengan takhta berarti tugasnya menghakimi dosa, supaya dosa tidak berkuasa lagi.
Ketika bangsa Israel dibawa masuk ke tanah Kanaan, mereka belum mempunyai seorang raja, lalu Tuhan mengangkat Samuel menjadi hakim, untuk menghakimi 12 suku Israel.
Menjadi hakim terhadap dosa, bukan menghakimi manusia tetapi menghakimi dosa supaya dosa tidak berkuasa lagi.

Sekarang pertanyaannya; Siapakah tiga penghuni sorga ini?
YANG KETIGA: EMPAT MAKHLUK.
Wahyu 4: 6-8
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
(4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

4 makhluk di hadapan takhta itu penuh dengan mata di sebelah muka dan di sebelah belakang.
-       Mata di sebelah muka, berarti perjalanan ke depan berada di dalam terang.
Sebab mata = pelita = terang.
-       Mata di sebelah belakang, artinya. Dosa masa lalu telah diselesaikan karena telah diterangi. Kalau dosa masa lalu belum diakui (belum diselesaikan), maka dosa masa lalu seperti si pendendam, dia akan mengikuti terus sebelum dendam itu terbalaskan. Tetapi kalau dosa masa lalu telah diakui, berarti masa lalu telah diterangi.
Bukan saja perjalanan ke depan berada dalam terang, tetapi dosa masa lalu harus diterangi juga.
Yang belum mengakui dosa masa lalu, akui malam ini, supaya perjalanan ke depan diterangi.

Kemudian, keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam sekelilingnya.
Arti rohaninya bagi kita; tidak terlihat lagi tabiat-tabiat daging.
Dalam Galatia 5 ada 15 tabiat daging, namun sayap-sayap dari 4 makhluk itu telah menutupinya.
4 makhluk -> manusia rohani, tabiat daging tidak terlihat lagi.

Kemudian, di sebelah dalam dari empat makhluk itu penuh dengan mata.
Jadi, ternyata bukan hanya perjalanan ke depan yang diterangi dan masa lalu diterangi, namun sampai manusia batin sekalipun sudah diterangi.
Ada kalanya kehidupan kita terlihat baik, terlihat rapi di sebelah luarnya, tetapi di dalamnya banyak dosa yang terselubung, menunjukkan bahwa di dalamnya belum ada mata, belum ada terang.
Tetapi di sini kita melihat di sebelah dalamnya juga penuh dengan mata, hatinya juga diterangi.
Harapan saya kepada Tuhan Yesus Kristus, hati kita semua diterangi, tidak ada sesuatu niat jahat di dalam hati. Siasat yang tidak baik diterangi.

Kemudian selain itu, dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam.
Artinya;
1.     Penyerahan diri kita kepada Tuhan harus sepenuhnya tidak berhenti, seterusnya.
2.     Ibadah pelayanan kita juga tidak berhenti, terus menerus siang dan malam.
Hubungan kita dengan Tuhan tidak ada henti-hentinya, terus menerus siang dan malam.
Ada kalanya kita menjalankan suatu persekutuan karena ada sesuatu, itu tidak baik, tetapi biarlah mulut kita terus berseru siang dan malam.
Penyerahan diri, doa permohonan kita, ibadah pelayanan tidak ada henti-hentinya, hubungan kita tidak boleh putus, tidak boleh terpisah dari Kristus sebagai kepala, Dia suami.

Adapun seruan mereka:
Yang Pertama: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa.
Mengakui kekudusan Tuhan. kekudusan Tuhan ini telah dibuktikan di hadapan Allah Bapa. Kekudusan bukan dibuktikan kepada sesama supaya tidak terjadi perselisihan, singgung menyinggung satu dengan yang lain. Yesus telah membuktikan kekudusan-Nya di hadapan Allah Bapa, oleh sebab itu tidak terjadi perselisihan di hadapan tiga pengadilan. Andaikata Yesus bermegah di hadapan manusia, mungkin terjadi peselisihan.
Adapun seruan mereka:
Yang Kedua: yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.
Artinya; mereka mengakui bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir.

Wahyu 1: 8, 17-18
(1:8) "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."
(1:17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
(1:18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.

Dari Alfa, untuk sampai kepada Omega, Yesus harus mati di atas kayu salib.
Dia yang Awal (hidup), kemudian turun ke bumi, Yesus mati di atas kayu salib dan yang akhir hidup kembali.
Dari Alfa untuk sampai kepada Omega, Yesus harus mati di atas kayu salib. Ini pengakuan yang luar biasa dari mulut 4 makhluk.

Kita seringkali mengecilkan salib, membesarkan yang lahiriah. Padahal jembatan dari Alfa (awal) untuk sampai kepada Omega (akhir) adalah Yesus mati di atas kayu salib.
Pengakuan ini harus terlihat dalam kehidupan kita masing-masing, buktikan di manapun kita berada.
Seruan 4 makhluk dapat kita peragakan lewat sikap dan perbuatan, tidak perlu dari mulut.
Ayo, tinggikan salib, peragakan dan demonstrasikan, bukan dari mulut supaya tidak terjadi pergesekan dari yang lain.

Lalu kita lihat 4 makhluk ini, adapun rupa mereka;
-       Makhluk yang pertama sama seperti singa, itu berbicara tentang kemuliaan dan keagungan Yesus sebagai Raja.
-       Makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, menunjukkan pelayanan Yesus sebagai hamba.
Lembu itu segala sesuatu yang ada pada seekor lembu itu sangat bermanfaat, maka dia layak menjadi hamba. Selain dagingnya dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran, juga kulitnya bisa digunakan, tenaganya juga bisa digunakan, juga bisa diperah susunya.
-       Makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, ini berbicara tentang sengsara Yesus sebagai Manusia.
Sengsara Yesus adalah sengsara Salib, teraniaya karena firman, bukan menderita karena pukulan atau kesalahan.
-       Makhluk yang keempat sama seperti burung nazar yang sedang terbang, itu menunjukkan keadilan, kebenaran Yesus sebagai Anak Allah.
Korban-Nya Yesus tidak hanya berlaku kepada bangsa Israel, tetapi juga kepada bangsa kafir, itulah keadilan dan kebenaran Yesus sebagai Anak Allah.

Inilah penghuni-penghuni sorga tersungkur di hadapan takhta dan sujud menyembah kepada Allah.
Jadi masuk akal kalau akhirnya mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan sujud menyembah kepada Allah, kita sudah melihat keberadaan dari penghuni sorga.
Tetapi yang perlu saya tandaskan untuk kita terus ingat; kalau penghuni sorga saja tersungkur di hadapan takhta, sujud menyembah kepada Allah, seharusnya penduduk bumi itu lebih.
Sorga itu satu kota tanpa malam, tidak ada Setan di sana, dia tidak berhak di sana, sedangkan bumi ini sedang berada di bawah kuasa si jahat, maka kita harus berjaga-jaga (hidup di dalam penyembahan).
Maka siapakah tiga penghuni sorga ini biarlah itu terjawab dalam diri kita masing-masing. Dijawab oleh sikap, perbuatan, segala sesuatu yang ada dalam diri kita di tengah ibadah dan pelayanan di hadapan Tuhan.

Ayo, respon mereka sungguh cepat sekali mendengar nyanyian kemenangan. Jangan cepat mendengar nyanyian berbalas-balasan. Begitu mendengar nyanyian kemenangan mereka langsung tersungkur.
Ayo, respon yang positif itulah respon terhadap nyanyian kemenangan. Respon negatif terhadap nyanyian berbalas-balasan.
Saya rasakan hadirat Tuhan, ada Tuhan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini. Mari kita sujud menyembah Tuhan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment