KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, October 23, 2018

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 21 AGUSTUS 2018




IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 21 AGUSTUS 2018

KITAB KOLOSE
(Seri:136)

Subtema: “ADAT ISTIADAT ATAU AJARAN TURUN TEMURUN”

Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua, salam dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus, oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet, Youtube, maupun Facebook di dalam negeri maupun di luar negeri dimanapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita malam hari ini.

Segera saja kita memperhatikan firman pengenggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose, kiranya Tuhan memberkati kita malam hari ini.
Kolose 2:8
(2:8) Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.

Hati-hati supaya jangan ditawan oleh filsafat kosong dan palsu, yakni ajaran turun temurun atau ajaran warisan dan roh-roh dunia.

Markus 7:1-4
(7:1) Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.
(7:2) Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
(7:3) Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;
(7:4) dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berpegang kepada adat istiadat nenek moyang mereka, berarti berpegang kepada ajaran turun temurun atau ajaran yang diwariskan, antara lain;
-       Tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu.
-       Kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya terlebih dahulu.
-       Cara mencuci antara lain; cawan, kendi, dan perkakas-perkakas tembaga aturannya harus diperhatikan.
Itulah ajaran yang diwariskan oleh nenek moyang bangsa Yahudi, kemudian ajaran ini dipegang teguh oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, maka disebutlah ajaran turun temurun atau ajaran yang diwariskan.

Markus 7:5
(7:5) Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bertanya kepada Yesus; "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
Lewat pertanyaan ini menunjukkan bahwa orang-orang Farisi betul-betul berpegang teguh dengan ajaran adat istiadat atau ajaran yang diwariskan.

Markus 7:6
(7:6) Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.

Yesus menjawab mereka sesuai dengan nubuatan Yesaya yakni; “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.”
Pendeknya; orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menjalankan ibadah Taurat atau ibadah lahiriah = bibir (mulut) memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan, itulah ibadah Tuarat atau ibadah lahiriah.

Markus 7:7
(7:7) Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.

Ibadah Taurat (ibadah lahiriah) adalah ibadah yang sia-sia, tidak ada artinya bagi Tuhan, sekalipun ibadah itu dijalankan dengan segala pengorbanan yang banyak.

Markus 7:8
(7:8) Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

Pendeknya; orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengabaikan perintah Allah demi adat istiadat (ajaran yang diwariskan) itulah ajaran turun temurun.

Markus 7:9-12
(7:9) Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
(7:10) Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
(7:11) Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --,
(7:12) maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat pandai mengesampingkan perintah Allah demi ajaran turun temurun atau ajaran yang diwariskan itulah adat istiadat mereka.

Dampak negatif mengesampingkan perintah Allah demi adat istiadatnya; orang-orang Farisi atau ahli-ahli Taurat mengabaikan hukum Musa yang kelima berarti tidak menghormati ayah dan ibunya.

Tugas dari AYAH dan IBU ...
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

Rasul Paulus di tengah-tengah pelayanannya sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Ibu -> gembala sidang, mengasuh dan merawat.

Tentang: MENGASUH.
Mengasuh berarti memberi didikan yang baik dan ajaran yang sehat dan murni.
Ibrani 12:5
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
Sebagai anak-anak Tuhan jangan anggap enteng atau jangan mengabaikan didikan Tuhan, kemudian jangan putus asa apabila ada teguran firman dan nasihat firman Tuhan.

Ibrani 12:6-7
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
(12:7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

Camkanlah ini baik-baik, didikan salib berlaku hanya bagi:
-       Orang yang dikasihi-Nya.
-       Orang yang diakuinya sebagai anak.
Kesimpulannya; kalau harus menanggung ganjaran oleh karena didikan salib berarti Allah mengakui dia sebagai anak sebab tidak ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya.

Ibarani 12:8
(12:8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Menolak diidkan salib menunjukkan bahwa ia bukan anak dan bukan orang yang dikasihi tetapi dia adalah anak-anak gampang, anak yang lahir di luar nikah, anak yang tidak sah, anak yang tidak diakui.
Itulah tentang mengasuh berarti memberi diidkan yang baik dan ajaran yang sehat dan murni, itu datangnya dari didikan salib, tidak dicampur-campur dengan yang lain-lain, itu ajaran yang sehat dan murni.

Tentang: MERAWAT.
Merawat berarti mengurus dan menjaga orang yang sakit.

Sekarang kita akan melihat bagaimana Tuhan merawat kehidupan anak-anak Tuhan.
Ayub 5:18
(5:18) Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.
Perhatikan kalimat; “Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.” Berarti;
-       Dibalut setelah dilukai.
-       Disembuhkan setelah dipukuli.
Itulah pengajaran salib yang telah kita terima malam ini.
Pengajaran salib itu sakit bagi daging tetapi setelah kehidupan kita dioperasi oleh pedang roh yaitu; firman Allah yang memisahkan jiwa dan roh, sum-sum dan sendi-sendi, dan dapat membedakan pertimbangan dan pikiran hati, segala sakit disembuhkan. Jadi terlebih dahulu dilukai (dioperasi) oleh pedang roh yaitu firman Allah supaya terjadi pemulihan dan kesembuhan.

Hosea 6:1-2
(6:1) "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.
(6:2) Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.

Disini jelas dikatakan; “Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita,”
Jadi pengajaran saliblah yang menyembuhkan dan yang membalut luka-luka di batin kita masing-masing. Bukan pengajaran asing yaitu firman yang ditambahkan dan dikurangkan, bukan, tetapi pengajaran salib.

Lebih rinci kita memperhatikannya, supaya kita nanti betul-betul dengan hati yang lapang hati yang bulat menerima pengajaran salib sekalipun rasanya tidak enak bagi daging.
Ulangam 32:39
(32:39) Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.

Yang sakit disembuhkan sebab Yesus telah diremukkan, Ia telah menanggung penderitaan itu di atas kayu salib.
Jadi yang menyembuhkan sakit itu adalah pengajaran salib bukan ajaran yang lain-lain, bukan pengajaran asing yaitu firman yang ditambahkan dan dikurangkan.
Firman yang ditambahkan yaitu firman satu dua ayat lalu ditambahkan cerita isapan jempol, dongeng nenek tua, takhayul-takhayul, filsafat-filsafat kosong, dan lain sebagainya.
Firman yang dikurangkan berita salib diganti dengan dua hal;
1.     Teori kemakmuran, artinya; orang Kristen tidak boleh miskin harus kaya.
2.     Berita salib diganti dengan tanda-tanda heran ataupun mujizat-mujizat saja.
Padahal jelas kita ketahui seperti yang sudah-sudah saya sampaikan, biar sejuta kali terjadi mujizat di depan mata kalau seseorang tidak mau memikul salibnya mujizat itu tidak ada artinya.
Dia telah diremukkan di atas kayu salib supaya yang sakit disembuhkan, berarti pengajaran salib itulah yang menyembuhkan luka-luka di batin ini.
Coba seandainya kita tidak menerima pengajaran salib dan mata kita tidak diarahkan kepada pengajaran salib maka yang salah akan tetap salah dan hati ini akan rasanya sakit melihat kesalahan orang lain, tetapi ketika mata kita diarahkan kepada pengajaran salib membuat kita mengalami pemulihan/ kesembuhan, luka-luka batin dibalut oleh Tuhan.

Sikap bapak atau ibu (gembala) saat mengasuh dan merawati anaknya:
1 Tesalonika 2:5-7
(2:5) Karena kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi --
(2:6) juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

Sikap Rasul Paulus saat mengasuh dan merawati sidang jemaat;
1.     Tidak bermulut manis, misalnya; memberi sejuta harapan tapi kosong.
2.     Tidak punya maksud loba, berarti tidak serakah, tidak tamak atau tidak cinta akan uang di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya.
3.     Tidak mencari pujian dari manusia.
Orang yang suka dengan pujian manusia tidak tahan terhadap ujian.
Dengan tiga sikap tersebut menunjukkan bahwa, baik yang menerima ajaran salib maupun yang memberi pengajaran salib sama-sama memikul salib.
Demikianlah sikap seorang gembala terhadap anak-anaknya, saat mengasuh dan merawati anak-anaknya.

Markus 7:13
(7:13) Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Dan masih banyak perkara lain yang sama dengan itu dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Jadi orang-orang Fairisi ini dan ahli-ahli Taurat ini betul-betul berpegang kepada ajaran adat istiadat nenek moyang mereka itullah yang disebut ajaran turun temurun atau ajaran warisan.

Dampak negatif ditawan oleh ajaran turun temurun/ajaran yang diwariskan.
Markus 7:14-15
(7:14) Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.
(7:15) Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."

Camkanlah; “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
Misalnya makanan yang masuk ke dalam mulut itu tidak menajiskan seseorang sebab makanan itu akan turun ke perut dan dibuang ke dalam jamban, tetapi apa yang keluar dari mulut itu yang menajiskan seseorang.

Maskus 7:19
(7:19) karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
Makanan yang masuk ke dalam mulut itu tidak masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perut lalu dibuang ke dalam jamban, itu hal yang benar, itu proses yang dialami seseorang ketika dia menikmati makanan, itu tidak menajiskan orang itu, itu hal yang lumrah yang dialami setiap orang.

Markus 7:20-22
(7:20) Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,
(7:21) sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
(7:22) perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.

Apa yang keluar dari dalam hati itulah yang menajiskan seseorang, alasannya: sebab dari dalam hatinya timbul segala pikiran jahat yaitu; percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Inilah semua perkara yang menajiskan seseorang.
Inilah dampak negatif yang terjadi kalau seseorang ditawan oleh ajaran turun temurun yang diawariskan. Pendeknya; menjalankan ibadah Taurat menjadi najis di hadapan Tuhan.

Sebab itu berkali-kali saya mengingatkan kalau ibadah sungguh-sungguh perhatikan firman Tuhan, jangan sampai mulut (bibir) memuliakan Tuhan tapi hatinya jauh dari Tuhan, itu yang menajiskan seseorang.
Jadi bukan makanan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan seseorang sebab makanan itu tidak masuk ke dalam hati, makanan itu turun ke perut dan proses akhirnya jatuh ke jamban itu lumrah dan itu benar. Tetapi apa yang keluar itulah yang menjiskan seseorang, sebab dari dalam hati timbul segala pikiran jahat, antara lain satu per satu yang sudah kita baca tadi.
Hati-hati yang masih ngantuk-ngantuk dengar firman itu juga pekerjaan roh najis, beribadah dengan pikiran melayang-layang itu roh najis.
Jangan pertahankan ibadah yang diwariskan seperti itu, kita harus berjuang, maka malam ini Tuhan memberi jalan keluarnya bagi kita.

Jalan keluarnya dengan dua langkah:
Langkah pertama.
Markus 7:16
(7:16) [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]

Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!
Pendeknya; gunakanlah telinga untuk mendengar sekaligus memperhatikan firman Tuhan yang disampaikan.
Kita semuanya mempunyai telinga untuk mendengar, barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar firman Tuhan, jangan gunakan untuk yang lain-lain.

Matius 13:3-8
(13:3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
(13:4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
(13:5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
(13:6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
(13:7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
(13:8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.

Yesus memberitahukan perumpamaan tentang seorang penabur;
1.     Benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
2.     Benih yang yang ditaburkan di tanah berbatu-batu.
3.     Benih yang ditaburkan di tanah semak duri.
4.     Benih yang ditaburkan di tanah yang baik.
Inilah perumpamaan tentang seorang penabur, barangsiapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan perumpamaan tentang seorang penabur ini.
Sedangkan benih itu ditaburkan di empat tempat, artinya rohaninya:
1.     Pinggir jalan, artinya; mendengar firman Allah tetapi tidak sampai mengerti.
Kerugiannya; hatinya dikuasai si jahat.
2.     Tanah berbatu-batu, artinya; mendengar dan menerima firman dengan senang hati tetapi tidak berakar, tumbuh tapi tidak berakar. Kerugiannya; tidak tahan terhadap ujian.
Kalau tumbuh tapi tidak berakar tidak tahan ujian. Biarlah kiranya kita berakar di dalam Tuhan, supaya nanti berbuah di hadapan-Nya.
3.     Di tanah semak duri, artinya; mendengar firman Tuhan tetapi hatinya dikuasai oleh kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpit firman Tuhan itu.
4.     Tanah yang baik, artinya; mendengar firman Tuhan sampai mengerti sehingga ia berbuah seratus, enam puluh, tiga puluh kali lipat.

Matius 13:9
(13:9) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
“Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar,” selanjutnya dilakukannya maka ia akan berbuah seratus, enam puluh, tiga puluh kali lipat, seperti benih yang ditaburkan di tanah yang baik.
Tanah yang baik -> lemah lembut dan rendah hati.

Langkah kedua.
Markus 7:17
(7:17) Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu.

Langkah kedua; masuk ke sebuah rumah. Tujuannya; untuk menyingkir dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.

Biarlah Tuhan yang berkuasa atas kehidupan kita, maka kita harus menyingkir dari ajaran adat istiadat atau ajaran turun temurun, ajaran yang diwariskan dari nenek moyang, harus menyingkir dari situ karena kita adalah rumah Tuhan.

Keluaran 12:14-15
(12:14) Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya.
(12:15) Kamu makanlah roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya; pada hari pertama pun kamu buanglah segala ragi dari rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang beragi, dari hari pertama sampai hari ketujuh, orang itu harus dilenyapkan dari antara Israel.

“Makan roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya dari hari pertama sampai pada hari yang ketujuh.”
Syarat menikmati roti tidak beragi selama tujuh hari, tidak boleh ada ragi dalam kemah-kemah dari bangsa Israel.
Ragi orang Farisi adalah berpegang teguh kepada adat istiadat, maka memang kita harus menyingkir karena kita adalah rumah Tuhan, tidak boleh ada ragi dalam kehidupan kita ini setiap kali menikmati roti tak beragi ajaran yang sehat dan murni, supaya tidak binasa.

Keluaran 12:19
(12:19) Tujuh hari lamanya tidak boleh ada ragi dalam rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang beragi, orang itu harus dilenyapkan dari antara jemaah Israel, baik ia orang asing, baik ia orang asli.

Setiap orang yang makan sesuatu yang beragi orang itu dilenyapkan dari antara jemaat Israel, tidak akan sampai pada hari yang ketujuh.
Hati ke-7 -> hari perhentian kekal, itulah kerajaan sorga .
Sebab tadi apa yang keluar dari dalam mulut itu yang menajiskan seseorang, sebab pikiran jahat timbul dari dalam hati antara lain percabulan, pembunuhan, dan lain sebagainya, itulah yang menajiskan seseorang. Dan tidak boleh ada ragi selama merayakan roti tanpa ragi supaya tidak binasa.

Banyak diantara kita mengerti aturan secara lahriah tapi yang jauh lebih penting dari situ diabaikan itulah yang menajiskan orang itu. Malam ini kita sesali segala kenajisan kita. Amin.



TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment