KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, May 26, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 18 MEI 2021



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 18 MEI 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri:143)
 
Subtema: TERIKAT DENGAN FIRMAN
 
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memerintah di tengah ibadah ini, memerintah di hidup kita masing-masing.
Dan, biarlah kiranya kita boleh menikmati berkat dan kemurahan TUHAN lewat firman yang dibukakan pada malam hari ini, untuk selanjutnya membawa kita rendah di kaki salib TUHAN, tersungkur di hadapan TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup. Sebetulnya, itu disebut juga menjadi gunung Sion, yang menjulang permai dan menjadi kegirangan bagi bangsa-bangsa.
Dan kiranya, biarlah hal itu terjadi; lewat Pengajaran Mempelai, bangsa-bangsa berduyun-duyun datang ke gunung Sion.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 3, dan kita masih berada di ayat 19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Singkat kata: Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Kemudian, sikap dari seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya ialah seorang suami janganlah berlaku kasar terhadap isterinya.
 
Ayat ini kita hubungkan langsung dengan 1 Petrus 3.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
 
Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, berarti; tidak berlaku kasar = Suami yang bijaksana.
 
Pemuda-pemuda; mulai dari sekarang, hargailah pemberitaan Firman TUHAN, hargailah nasihat Firman, supaya engkau menjadi orang yang berakal budi dan bijaksana, menjadi seorang suami yang bijaksana untuk menuntun isterimu.
Demikian juga, pemudi-pemudi, perempuan atau wanita muda; hargailah nasihat Firman TUHAN, supaya kelak engkau berakal budi dan menjadi bijaksana, sehingga doa-doamu didengarkan oleh TUHAN, dan TUHAN kirimkan kepadamu seorang suami yang bijaksana.
 
Terkait dengan ORANG YANG BIJAKSANA, kita baca Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Di sini dikatakan: Orang yang bijaksana itu sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Kemudian, adapun tugas dari orang yang bijaksana adalah menuntun banyak orang kepada kebenaran.
 
Demikian juga dengan seorang suami yang bijaksana akan menuntun isterinya, akan menuntun seisi rumahnya kepada kebenaran. Itulah suami yang bijaksana; menuntun isterinya, menuntun seisi rumahnya kepada kebenaran. Maka, isteri dan anak-anak harus berbahagia kalau kepala rumah tangga menjadi kepala rumah tangga yang bijaksana.  
 
CONTOH KEBIJAKSANAAN dalam Perjanjian Baru di dalam 1 Korintus 10, dengan perikop: “Israel sebagai suatu peringatan.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
 
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus menghimbau sidang jemaat di Korintus agar mereka menjauhkan diri mereka dari penyembahan berhala.
 
1 Korintus 10:16-17
(10:16) Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (10:17) Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
 
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama:
-          Yang Pertama: Ibadah dan pelayanan yang disertai (ditandai) dengan sengsara adalah persekutuan dengan darah salib Kristus. Melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN disertai dengan sengsara, itu adalah persekutuan dengan darah salib.
-          Kemudian, yang kedua: Menikmati roti yang dipecah-pecahkan, yakni Firman Allah yang dibukakan, itu adalah persekutuan dengan tubuh Kristus = terwujudnya kesatuan tubuh yang berbeda-beda.
 
Jadi, yang mempersatukan atau yang mempersekutukan kita dengan TUHAN dan mempersekutukan kita dengan sesama hanyalah tubuh dan darah salib Kristus, tidak ada cara yang lain. Sekalipun dengan hikmat atau kepandaian dari orang yang pandai di bumi ini, namun itu tidak akan bisa mempersekutukan dia dengan TUHAN, tidak akan bisa membawa dirinya untuk bersatu dengan orang lain, dengan sesamanya, dengan orang yang di sekitarnya, kecuali hanya dengan darah salib Kristus, kecuali dengan Firman Allah yang dipecah-pecahkan, Firman yang dibukakan.
 
Memang, ada kalanya banyak orang Kristen kurang paham mengenai soal ibadah, di mana mereka banyak berkata: Ibadah dan pelayanan itu tidak perlu datang ke gereja, sebab yang penting adalah berbuat kasih, berbuat baik.
Perlu untuk diketahui: Seseorang tidak akan bisa berbuat kasih dan berbuat baik, kalau dia tidak berada di tengah ibadah; itu sebabnya, kita perlu berada di tengah ibadah untuk mendengarkan Firman TUHAN, sehingga dengan demikian, kita bisa bersatu dengan anggota tubuh yang lainnya.
Sekalipun berbeda watak, karakter, sikap, berbeda suku, kaum, bahasa, dan bangsa, tetapi lewat pembukaan Firman, kita semua menjadi satu, dan kesatuan tubuh Kristus itu merupakan sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini, bukan soal berkat, mujizat, sensasi yang sering diadakan oleh hamba-hamba TUHAN yang salah kaprah itu.
 
1 Korintus 10:18
(10:18) Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah?
 
Orang-orang yang mendapat bagian dalam pelayanan mezbah dipelihara langsung oleh TUHAN.
 
Oleh sebab itu, jangan pernah berpikir, bahwa;
-          melayani itu adalah suatu beban,
-          melayani itu adalah suatu pengorbanan yang menyakitkan.
Tetapi ingatlah; orang-orang yang mendapat bagian dalam pelayanan mezbah dipelihara langsung oleh TUHAN, dan itu juga dituliskan dalam Imamat 7:6, Setiap laki-laki di antara para imam haruslah memakannya; haruslah itu dimakan di suatu tempat yang kudus; itulah bagian maha kudus.
Singkat kata: Orang yang mendapat bagian dalam pelayanan mezbah, memang betul-betul dipelihara langsung oleh TUHAN, apalagi jika dia dengan sungguh-sungguh dan tulus melayani TUHAN, tanpa pusing dengan soal penghidupannya.
 
Lebih jauh kita melihat …
1 Korintus 10:14, 19-20
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
Sebagai seorang yang bijaksana, dengan tegas Rasul Paulus menghimbau kepada jemaat di Korintus: “Jauhilah penyembahan berhala!
Maksudnya di sini adalah supaya jemaat di Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh jahat, seperti bangsa Israel selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun; mereka itu bersekutu dengan roh-roh jahat, sekalipun mereka menjadi barisan yang dipimpin oleh Musa, ataupun rombongan yang nampaknya beribadah kepada TUHAN; namun sesungguhnya, persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Itulah yang dimaksud dengan perkataan: “Jauhilah penyembahan berhala!
 
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
 
Persamaan dari ayat ini adalah;
-          satu sisi beribadah atau bersekutu dengan TUHAN,
-          namun dalam kesempatan yang lain bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
Kita tidak bisa bersekutu dengan TUHAN, tetapi dalam kesempatan yang lain bersekutu dengan roh-roh jahat. Itu sebabnya, dengan tegas Rasul Paulus menghimbau supaya menjauhi diri dari penyembahan berhala, sama seperti bangsa Israel; mereka nampaknya beribadah kepada TUHAN, tetapi sesungguhnya persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat.
 
Jadi, kalau kita bersekutu dengan TUHAN, tetapi dalam kesempatan yang lain bersekutu dengan roh-roh jahat, maka otomatis persembahan yang kita persembahkan itu arahnya kepada roh-roh jahat, bukan kepada TUHAN. Perhatikanlah firman ini, supaya kita tidak mengalami kerugian yang besar.
 
Mari kita melihat ROH-ROH JAHAT YANG DIMAKSUD OLEH RASUL PAULUS sebagai hamba TUHAN yang bijaksana itu.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Singkat kata: Yang dimaksud dengan persekutuan oleh roh-roh jahat adalah:
1.       Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.       Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.       Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.       Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.       Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
Itulah penyembahan berhala kepada roh-roh jahat selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun.
 
Kita masih lanjut mengikuti penjelasan dari hal yang kedua.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Adapun peristiwa ini ditulis dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran 32:1-35. Menurut pembagiannya, antara lain:
A.      Ayat 1-6 tentang lembu emas.
B.      Ayat 7-14 tentang murka Allah kepada bangsa Israel.
C.      Ayat 15-20 tentang 2 (dua) loh batu yang dipecahkan.
D.      Ayat 21-29 tentang Musa marah kepada Harun, abangnya.
E.       Ayat 30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa Israel.
 
PENJELASAN KELUARAN 32:1-6
Keluaran 32:1-6
(32:1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." (32:2) Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku." (32:3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. (32:4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" (32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
 
Demikianlah pembagian yang pertama, dari ayat 1-6, dan kita sudah membacanya dan kita semua sudah menyimak.
Adapun inti dari ayat 1-6 adalah bangsa Israel membuat patung lembu emas, menunjukkan bahwa; bangsa Israel tidak setia kepada Allah yang telah membebaskan mereka dari penindasan atau perbuadakan Mesir dan Firaun.
 
Sejenak tentang KETIDAK-SETIAAN ini, kita baca Mazmur 18.
Mazmur 18:26-27
(18:26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, (18:27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.
 
Di hadapan TUHAN, kita harus menunjukkan 3 (tiga) hal dalam pengikutan kita kepada TUHAN, antara lain:
1.       Setia.
2.       Tidak bercela.
3.       Hidup suci.
Mengapa demikian? Sebab, terhadap orang yang bengkok atau hatinya tidak lurus -- berarti, tidak setia, bercela atau tidak hidup suci --, TUHAN berlaku belat-belit. Kalau TUHAN berlaku belat belit, maka segala doa, segala permohonan, segala harapan (kerinduan) kita tidak mungkin terjawab, dan ini adalah kesia-siaan.
 
Pertanyaannya: Mengapa kita harus setia, tidak bercela dan hidup suci (tidak bengkok hatinya)?
Jawabannya kita akan temukan pada ayat 28-30. Semoga ini menjadi pelajaran yang indah bagi kita malam ini.
Mazmur 18:28-30
(18:28) Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan. (18:29) Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku. (18:30) Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok.
 
Tadi pertanyaannya: Mengapa kita harus setia, tidak bercela dan hidup suci (tidak bengkok hatinya)?
Jawabannya ada 3 (tiga):
1.       Karena ternyata, TUHAN-lah yang menyelamatkan dan membebaskan bangsa yang tertindas.
2.       Karena ternyata, TUHAN-lah yang membuat kita menjadi pelita yang bercahaya terhadap bangsa-bangsa yang diam di dalam kegelapan. Berarti, dipakai TUHAN untuk menerangi bangsa-bangsa dalam kegelapan.
3.       Karena ternyata, bersama dengan TUHAN kita berani menghadapi gerombolan, kita berani melompati tembok.
 
Jangan sampai kita tidak berlaku setia di hadapan TUHAN, jangan sampai kita berlaku bengkok di hadapan TUHAN, supaya TUHAN tidak berlaku belat-belit kepada kita.
Sebaliknya dengan setia, hidup suci, dan tidak bercela, maka 3 (tiga) hal akan dinyatakan kepada kita:
1.       TUHAN menyelamatkan bangsa yang tertindas.
2.       TUHAN membuat kita menjadi pelita yang bercahaya terhadap bangsa-bangsa yang diam di dalam kegelapan.
3.       Bersama dengan TUHAN, kita berani menghadapi gerombolan; bersama dengan TUHAN, kita juga berani melompati tembok; dengan lain kata, tidak ada perkara yang sulit di hadapan TUHAN.
 
Itu sebabnya, di dalam Amsal 20:6; Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia sangat sulit untuk ditemukan.
Oleh sebab itu, biarlah kita menunjukkan sikap 3 (tiga) hal di hadapan TUHAN, yaitu; setia, suci, dan tidak bercela, supaya TUHAN tidak berbelat-belit kepada kita masing-masing; sebaliknya, TUHAN akan menampilkan kita dalam 3 (tiga) hal, sesuai dengan ayat 28-30. Kita patut bersyukur kepada TUHAN karena TUHAN menyatakan hal ini kepada kita masing-masing.
 
Adapun alasan dari bangsa Israel untuk tidak setia, telah disampaikan pada minggu lalu. Kemudian, proses terjadinya anak lembu emas, sehingga mereka menjadi tidak setia, itu juga sudah diuraikan pada minggu yang lalu, di mana mereka menanggalkan anting-anting emas, sampai akhirnya masuk dalam peleburan api.
Jadi, permulaan dari kejatuhan, secara khusus tidak setia, adalah menanggalkan anting-anting emas, dengan lain kata; tidak dengar-dengaran. Biarlah kita belajar untuk tetap dengar-dengaran. Dengar-dengaran itu indah, dengar-dengaran itu akan semakin melayakkan kita untuk dipakai oleh TUHAN lebih heran lagi.
 
-          Jadi, alasan dari bangsa Israel untuk tidak setia; sudah diuraikan.
-          Kemudian, proses terjadinya anak lembu emas (ketidak-setiaan) itu; juga sudah diuraikan.
Kiranya hal itu menjadi suatu berkat yang besar; jangan diabaikan begitu saja.
 
Marilah kembali memperhatikan Keluaran 32. Mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul meneguhkan hati kita malam ini.
Keluaran 32:3-4
(32:3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. (32:4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"
 
Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan; sesudah itu, keluarlah lembu emas tuangan.
Jadi, sesudah anting-anting emas itu diterima oleh Harun, selanjutnya masuk pada peleburan api, lalu tercetaklah anak lembu emas tuangan. Sesudah anak lembu emas itu tercetak dengan wujud anak lembu emas, selanjutnya kita akan melihat kebodohan berikutnya dari Harun.
Selanjutnya, Harun dan bangsa itu berkata: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" Perkataan Harun kepada bangsa Israel ini akan kita bandingkan dengan Ulangan 5:1-5.
 
Kita perhatikan Ulangan 5, dengan perikop: “Kesepuluh Firman
Ulangan 5:1-5
(5:1) Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul dan berkata kepada mereka: "Dengarlah, hai orang Israel, ketetapan dan peraturan, yang pada hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan melakukannya dengan setia. (5:2) TUHAN, Allah kita, telah mengikat perjanjian dengan kita di Horeb. (5:3) Bukan dengan nenek moyang kita TUHAN mengikat perjanjian itu, tetapi dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita semuanya yang masih hidup. (5:4) TUHAN telah bicara dengan berhadapan muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api -- (5:5) aku pada waktu itu berdiri antara TUHAN dan kamu untuk memberitahukan firman TUHAN kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung -- dan Ia berfirman:
 
Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul dan berkata kepada mereka: "Dengarlah, hai orang Israel, ketetapan dan peraturan, yang pada hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan melakukannya dengan setia.  Jadi, Firman itu perlu dipelajari untuk selanjutnya dilakukan.
 
TUHAN, Allah kita, telah mengikat perjanjian dengan kita di Horeb. Bukan dengan nenek moyang kita TUHAN mengikat perjanjian itu, maksudnya; TUHAN mengikat perjanjian itu bukan dengan bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir, bukan, tetapi dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita semuanya yang masih hidup, itulah bangsa Israel, atau generasi kedua yang lahir di padang gurun. TUHAN mengikatkan perjanjian-Nya kepada mereka, kepada generasi kedua bangsa Israel yang lahir di padang gurun.
 
TUHAN telah bicara dengan berhadapan muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api -- aku pada waktu itu berdiri antara TUHAN dan kamu untuk memberitahukan firman TUHAN kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung -- dan Ia berfirman.
Singkat kata: TUHAN Allah telah mengikatkan perjanjian dengan bangsa Israel di Horeb (gunung TUHAN), dengan perantaraan Musa; karena sesungguhnya, bangsa Israel tidak mampu mendengarkan perkataan-perkataan TUHAN, tidak mampu melihat api yang bernyala-nyala.
 
Tadi kita sudah melihat, bahwa; bangsa Israel terikat dengan perjanjian Allah. Sekarang, pertanyaannya: Mengapa mereka terikat dengan perjanjian Allah?
Ulangan 5:6
(5:6) Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
 
TUHAN Allah yang membebaskan bangsa Israel dari tanah perbudakan atau dari penindasan Firaun dan Mesir. Jadi, wajar saja bangsa Israel harus mengikatkan diri mereka terhadap perjanjian TUHAN, terikat dengan Firman Allah.
 
Biarlah kita semua terikat dengan Firman Allah. Kita yang masih hidup ini harus terikat dengan Firman Allah. Kalau kita sudah mati, kita tidak bisa mengikatkan diri dengan Firman TUHAN.
Selagi hayat masih dikandung badan, selagi kita masih hidup, selagi kita mempunyai sepasang telinga, hendaklah kita mendengarkan Firman TUHAN sampai kita terikat dengan Firman TUHAN, menjadi pelaku Firman TUHAN; maka, biarlah kita pelajari Firman yang kita dengar untuk selanjutnya kita lakukan bersama-sama dalam hidup kita masing-masing di hadapan TUHAN.  
 
Inilah alasan mengapa bangsa Israel harus terikat dengan Firman TUHAN, karena sesungguhnya TUHAN-lah yang membebaskan bangsa-bangsa dari penindasan dunia dan Setan, tidak ada cara yang lain. Oleh sebab itu, mau tidak mau, kita harus terikat dengan firman. Kalau kita terikat dengan Firman Allah, maka Firman itu yang menuntun perjalanan yang kita tempuh sampai kita dibawa masuk ke tanah perjanjian Allah, Yerusalem yang baru, Kanaan Sorgawi, sampai kita dibawa ke rumah Bapa di Sorga.
Jadi, kita harus terikat dengan Firman, sebab itulah nanti yang menuntun perjalanan yang kita tempuh, karena jalan yang kita tempuh itu belum pernah dilalui oleh siapa pun.
 
Tidak pernah ada orang naik Sorga, lalu turun lagi, lalu naik Sorga, lalu turun lagi, apa buktinya? Karena ternyata banyak hamba TUHAN yang mengaku dirinya naik turun Sorga, tetapi ternyata keliru dalam hal pelayanannya. Kalau seandainya dia sudah pernah naik ke Sorga, maka dia tidak akan pernah salah, dia akan menyampaikan Firman sesuai dengan apa yang dia lihat dari Sorga.
Oleh sebab itu, sekalipun mata jasmani kita belum melihat Sorga, namun kita harus terikat dengan Firman Allah untuk menuntun jalan-jalan yang kita tempuh, itulah jalan yang membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Jangan kita bodoh.
 
Biar sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, namun hal itu tidak mampu menuntun perjalanan yang akan kita tempuh menuju Kerajaan Sorga. Biar kita diberkati dengan berkat yang limpah, memiliki harta, kekayaan, uang yang banyak, namun hal itu semua tidak akan bisa menuntun perjalanan yang akan kita tempuh menuju Kerajaan Sorga.
Jangan bodoh lagi seperti kebodohan dari banyak orang Kristen di hari-hari terakhir ini. Tetapi biarlah yang hidup ini terikat dengan perjanjian TUHAN, terikat dengan Firman, sebab hanya TUHAN yang mampu membebaskan kita dari penindasan dunia ini dan penindasan dari antikris.
 
Hanya TUHAN-lah yang membebaskan kita dari penindasan dunia dan Setan. Oleh sebab itu;
-          pada zaman Israel di Mesir, TUHAN tampilkan seorang pembebas, itulah Musa.
-          Pada zaman Perjanjian Baru, Yesus dilahirkan untuk menyelamatkan bangsa Israel dan Herodes.
-          Dan di zaman akhir ini nanti, perempuan itu akan melahirkan Seorang Anak Laki-Laki untuk merampas kita dari bumi ini.
Oleh sebab itu, tidak ada cara lain, selain mengikatkan diri dengan Firman TUHAN.
 
Saya heran melihat di media sosial, setiap minggu dalam pertemuan ibadah, seorang hamba TUHAN terkenal sibuk mengadakan sensasi. Tidak salah mujizat terjadi di dalam rumah TUHAN, memang itu harus terjadi, tetapi Firman TUHAN harus diajarkan sampai betul-betul kehidupan dari anak-anak TUHAN itu terikat dengan Firman TUHAN.
Saya sampai terheran-heran dengan mujizat yang diadakan itu, justru sebaliknya, yang saya lihat adalah hal negatif, bukan positif. Kadang-kadang, tanpa dia sadari, hamba TUHAN yang terkenal ini ingin memproklamirkan dirinya melebihi dari TUHAN, apa buktinya? Dia lepaskan itu jasnya, lalu dihempaskan kepada manusia, sampai manusia itu tersungkur (terjerembab); setiap kali ibadah, selalu mengadakan seperti itu. Mengapa tidak sibuk memeriksa Firman TUHAN, lalu selanjutnya Firman -- yang disebut oleh Rasul Paulus sebagai rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad -- disampaikan; mengapa bukan itu yang disampaikan untuk menyelamatkan umat TUHAN dari penindasan dunia dan Setan?
Apakah dengan jas yang terbuka itu lalu digunakan untuk menghempaskan sidang jemaat, lalu dengan begitu jemaat mengerti rencana TUHAN? Tentu tidak.  Jadi, kalau saya menyampaikan ini, tidak ada unsur iri dan dengki, tidak ada karena saya cemburu terhadap hamba TUHAN itu, karena dengan cara itu dia meraup banyak keuntungan, dengan cara itu dia terkenal sehingga jemaatnya puluhan ribu, tidak, sedikitpun tidak. Tetapi saya gereget, mengapa dia tidak sibuk memeriksa Firman TUHAN untuk selanjutnya hidupnya dan sidang jemaat diajak untuk mempelajari kitab Suci.
Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, sampai detik ini, TUHAN membawa kita untuk mempelajari Firman TUHAN, untuk selanjutnya kita lakukan.
 
Adapun bunyi perjanjian itu akan kita perhatikan dalam Ulangan 5.
Ulangan 5:7-9
(5:7) Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. (5:8) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5:9) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
 
Adapun bunyi dari perjanjian itu, antara lain;
-          Yang Pertama, pada ayat 7: Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
-          Yang Kedua, pada ayat 8: Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun.
-          Yang Ketiga, pada ayat 9: Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.
Mengapa demikian? Sebab TUHAN Allah adalah Allah yang cemburu.
Inilah bunyi dari perjanjian itu, dan mereka harus terikat dengan perjanjian itu di hadapan TUHAN.  
 
Singkat kata: Tidak boleh menyembah berhala. Tidak boleh hidup di dalam penyembahan berhala, apapun jenisnya.
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN, misalnya;
-          Kalau meninggalkan TUHAN karena pekerjaan, itu adalah berhala.
-          Meninggalkan TUHAN atau ibadah pelayanan hanya karena kesibukan di dunia ini, itu berhala.
-          Meninggalkan TUHAN karena pendidikan, itu juga berhala.
-          Termasuk kekerasan di hati, itu adalah berhala.
Jangan kita hidup di dalam penyembahan berhala, karena hal itu menimbulkan cemburunya Allah kepada kita masing-masing, sebab kita tidak mungkin lebih kuat dari pada TUHAN.
 
Kalau kita memperhatikan Keluaran 32:4, setelah munculnya patung anak lembu emas tuangan itu, Harun dan bangsa itu berkata: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!Kita bandingkan dalam Ulangan 5:7-9, kesimpulannya: Harun adalah gambaran dari hamba TUHAN di akhir zaman yang suka memutar-balik fakta. Hitam menjadi putih, atau sebaliknya putih menjadi hitam. Yang benar menjadi salah; yang salah menjadi benar. Itulah gambaran dari hamba TUHAN di akhir zaman, itulah Harun.
 
Jadi, Harun ini adalah gambaran dari hamba TUHAN di akhir zaman yang suka memutar-balik fakta. Misalnya; A menjadi B, sebaliknya B menjadi A, atau yang salah menjadi benar, yang benar menjadi salah, atau yang putih menjadi hitam, yang hitam menjadi putih; memutar-balik fakta. Padahal, Harun sendiri menyaksikan ketika TUHAN Allah mengikatkan perjanjian dengan bangsa Israel dengan perantaraan Musa; dia tahu dan melihat hal itu.
 
Sekali lagi saya katakan: Harun ini adalah gambaran dari hamba TUHAN di akhir zaman yang suka memutar-balik fakta; yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Sebetulnya, hal ini harus dihindari, sebab seorang hamba TUHAN tidak boleh pandai-pandai bersilat kata.
 
Kita akan memperhatikan 2 Timotius 2, dengan perikop: “Nasihat dalam menghadapi pengajar yang sesat”.
2 Timotius 2:14
(2:14) Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya.
Seorang hamba TUHAN dilarang untuk memutar-balik fakta kebenaran dengan bersilat kata, sebab akibat bersilat kata ialah mengacaukan orang yang mendengarnya, mengacaukan sidang jemaat yang mendengarkan perkataan-perkataan yang memutar-balik fakta kebenaran, mengacaukan sidang jemaat yang mendengar Firman itu. Jadi, pikiran sidang jemaat menjadi kacau balau.
 
Pendeknya: Orang yang mendengar menjadi bingung, tidak tahu arah tujuan hidupnya. Itulah orang yang bingung; tidak tahu arah tujuan hidupnya.
 
2 Timotius 2:15
(2:15) Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.
Perlu untuk diketahui: Seorang hamba TUHAN di dalam melayani pekerjaan TUHAN, terkhusus di dalam pemberitaan Injil, tidak perlu untuk malu di dalam menyampaikan perkataan kebenaran, tidak perlu untuk malu menyampaikan pengajaran Salib.
-          Kalau salib ditegakkan di tengah ibadah dan pelayanan, maka lahiriah dari seorang hamba TUHAN akan merosot.
-          Kemudian, hamba TUHAN itu sendiri akan menjadi seorang hamba yang rendah hati.
-          Kemudian, hamba TUHAN yang semacam ini tidak pusing dengan penghidupannya sendiri.
Kalau lahiriah merosot, ini bisa menyebabkan seseorang menjadi malu. Kalau seorang hamba TUHAN tidak punya apa-apa, hal ini bisa memicu seseorang menjadi malu.
Tetapi dengan tegas Rasul Paulus memberi nasihat yang suci, mulia dan agung terhadap anak kekasihnya, itulah Timotius, yaitu: Seorang hamba TUHAN di dalam melayani pekerjaan TUHAN, terkhusus di dalam pemberitaan Injil, tidak usah malu.
 
Memang, kalau pengajaran salib ditegakkan di hadapan sidang jemaat, maka hamba TUHAN itu terlebih dahulu harus rendah hati, hamba TUHAN itu harus terlebih dahulu merosot dalam hal yang lahiriah. Kalau dia masih mengadopsi pengertian duniawi, maka hal itu akan membuat dirinya malu.
Itu sebabnya, dengan tegas Rasul Paulus berkata: Dalam memberitakan Injil, itulah perkataan yang benar, seorang hamba TUHAN tidak usah malu, tidak usah gengsi, sekalipun lahiriahnya merosot.
 
Banyak hamba TUHAN, apalagi kalau gelarnya sudah tinggi, hal ini memicu terjadinya kesombongan, kalau dia lupa dengan salib; sehingga pakaiannya harus necis, mentereng, kemudian cara bicaranya harus dibuat-buat seperti orang hebat. Tetapi yang perlu adalah di dalam memberitakan Injil, seorang hamba TUHAN tidak usah malu, sekalipun lahiriahnya merosot dan disertai dengan kerendahan hati.
Ayo, sidang jemaat juga harus mengadopsi pikiran yang seperti ini juga. Kita datang menghadap TUHAN harus dengan rendah hati walaupun lahiriah merosot. Tidak usah bingung, karena arah tujuan hidup kita adalah Yerusalem baru, pengantin perempuan mempelai Anak Domba. Kalau ada berkat baru, ya terima, tetapi yang lama pun ya pakai saja.
Rasul Paulus kan pernah berkata: Aku tahu kelimpahan, aku juga tahu kekurangan. Kelimpahan dialami, kekurangan juga dialami; jadi, tidak usah sok kaya.
 
2 Timotius 2:16
(2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan.
Nasihat Rasul Paulus berikutnya kepada Timotius adalah hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci. Apakah itu?
 
2 Timotius 2:17-19
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. (2:19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
Himeneus dan Filetus mengajarkan bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung di tengah-tengah sidang jemaat (di antara mereka), tetapi dia mengatakan hal itu tanpa dasar yang teguh, yaitu tanpa sengsara Salib, atau tanpa pengalaman kematian.
Kalau kematiannya palsu, maka otomatis kebangkitannya palsu. Himeneus dan Filetus mengatakan “kebangkitan sedang berlangsung”, tetapi tanpa dasar yang teguh, tanpa korban Kristus, tanpa pengalaman kematian; ini kan omongan kosong yang tak suci.
 
Akibat omongan yang kosong dan tak suci adalah menambah dosa kefasikan. Berarti, orang yang mendengar itu menjadi sombong dan lupa kepada kasih dan kuasa salib Kristus. Dosa kefasikan itu sama dengan dosa sombong, yang menyebabkan seseorang lupa kepada kasih, lupa kepada kuasa salib, itulah fasik, itulah orang yang bermegah, yang merasa diri bisa tanpa TUHAN. Itu adalah kesombongan dari orang fasik.
Inilah yang terjadi kalau selalu berbicara tentang kebangkitan tanpa kematian; itu jelas omongan yang kosong, itu jelas omongan yang tak suci. Bicara kebangkitan tanpa kematian, itu adalah omongan kosong, perkataan yang tak suci, walaupun dia ada di tempat suci.
 
Bukti omongan yang kosong dan tidak suci merusak iman.
Keluaran 32:5
(32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!"
Bukti omongan yang kosong dan tidak suci merusak iman, di sini kita melihat: Pada akhirnya, didirikanlah mezbah di depan anak lembu emas. Artinya, beribadah kepada anak lembu emas, beribadah kepada berhala, dengan demikian; iman dari pada bangsa itu telah rusak.
Kalau beribadah kepada berhala, bergantung kepada berhala, menunjukkan bahwa; iman sudah rusak. Seharusnya, iman kita adalah kepada TUHAN Yesus Kristus, karena salib-Nya berkuasa.
 
Kalau beribadah kepada berhala, itu menunjukkan bahwa iman sudah rusak. Maka, tidak sedikit orang Kristen berkata: “Kalau saya tidak kerja, dari mana saya bisa beli beras? Dari mana saya bisa bayar token listrik, bayar SPP anak-anak?” Sudah salah kaprah.
Orang batak jangan lagi mengadopsi dosa nenek moyang semacam ini. Kalau masih ada uang Rp 25.000,- di dompet atau di lemari, atau kalau masih ada Rp 100.000,- disimpan di bank, jangan bilang “tidak ada uang”, bilang saja “masih ada, TUHAN ku kaya”. Ada uang 70 (tujuh puluh) juta, 100 (seratus) juta, tetapi bilang “tidak ada uang”, tetapi kalau akhirnya benar-benar diambil dan uang itu benar-benar tidak ada, bagaimana? Menangis darah-lah nanti.
Orang batak dengan dosa turunan seperti ini, menyesallah; jangan lagi seperti itu. Tetapi bukan hanya orang batak, baik itu suku Cina, suku Jawa, atau pun suku Kalimantan, suku batak Karo, suku apa saja yang ada, dosa turunan semacam ini jangan dipertahankan.
 
Didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu, artinya; beribadah kepada patung anak lembu emas, beribadah kepada berhala, dengan demikian; iman dari pada bangsa itu telah rusak, telah bobrok.
 
2 Timotius 3:8
(3:8) Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.
 
Akibat menentang kebenaran -- yaitu sengsara salib -- adalah:
1.       Akal seseorang bobrok atau rusak parah.
2.       Iman seseorang tidak tahan uji.
Kalau kita berani menentang salib, maka akalnya bobrok (rusak parah) dan imannya tidak tahan uji.
 
Biarlah hal ini kita tulis dengan rapi-rapi. Jangan pura-pura menulis, padahal tidak menulis. Dahulu ada jemaat yang pura-pura menulis, disertai kepala yang manggut-manggut, tetapi tulisannya sudah naik ke atas, padahal garisnya ke samping. Mungkin karena dia sudah terlalu jengkel karena kotbah itu sudah terlalu lama, dan mungkin dari malam dia tidak atur strategi persiapan diri untuk menghadapi ibadah karena sibuk main game dari jam satu, jam dua malam, akhirnya pada saat ibadah, dia menulis disertai kepala yang manggut-manggut, tetapi tulisannya tidak sesuai dengan garis alinea yang lurus ke samping, tetapi tulisannya justru naik menanjak ke atas. Kalau naik ke gunung Sion ya bagus, tetapi kalau naik ke gunung-gunung yang merusakkan iman, bagaimana itu?
Tidak ada yang pura-pura manggut di sini, bukan? Pak guru juga tidak pura-pura, bukan? Karena pak guru juga pasti marah kalau muridnya pura-pura manggut. Di mana-mana, kalau zaman dahulu, ketika guru melihat muridnya pura-pura mencatat, ia pasti akan dilempar kapur oleh gurunya. Di Sumatera, zaman dahulu, kalau murid tidak dengar-dengaran, kapur itu dipatahkan, lalu dilempar, atau jika di tangannya ada penghapus papan tulis, maka penghapus itu dilempar, sehingga muka kita menjadi putih semua.
 
Inilah yang terjadi kalau kita menentang kebenaran sejati, itulah salib Kristus, yaitu:
1.       Akal bobrok, rusak parah.
2.       Iman tidak tahan uji.
 
Iman tidak tahan uji, maksudnya; setiap kali ada ujian, dia menjadi lemah. Nanti, tidak ada uang, apalagi tanggal tua, dia menjadi lemah. Melihat ini itu tidak sesuai dengan hati dan pikirannya, dia menjadi lemah. Akhirnya, kelemahan itu digunakan sebagai alasan untuk tidak datang beribadah; kan jadi bodoh, bukan?
 
Praktek iman tidak tahan uji.
Keluaran 32:6
(32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
Bangsa itu mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan kepada berhala.
 
Seharusnya, korban bakaran dan korban keselamatan itu harus kita persembahkan kepada TUHAN; tetapi mereka justru mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan kepada berhala, bukan kepada TUHAN.
 
Tentang: KORBAN BAKARAN.
Korban bakaran à Penyerahan diri sepenuhnya kepada TUHAN. Biarlah kita menyerah kepada TUHAN saja.
 
Imamat 6:8-9
(6:8) TUHAN berfirman kepada Musa: (6:9) "Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya.
 
Potongan-potongan dari korban bakaran itu harus diletakkan di atas Mezbah Korban Bakaran, sementara api dari Mezbah Korban Bakaran itu tidak boleh padam. Berarti, potongan-potongan daging dari kepala sampai ekor itu harus sampai hangus, itulah penyerahan diri sepenuh, di mana daging tidak bersuara lagi manakala tiap kali kita membawa korban dan persembahan kepada TUHAN.
 
Baru-baru ini kita sudah menyelesaikan tugas yang mulia yang dipercayakan oleh TUHAN di atas pundak untuk kita berikan pertanggunganjawab, itulah persekutuan Kebaktian Kenaikan TUHAN Yesus Kristus dalam Pengajaran Pembangunan Tabernakel, di mana kita membutuhkan banyak biaya di situ untuk keperluan live streaming dan juga ganti biaya untuk kuota hamba-hamba TUHAN yang mengikuti persekutuan, kurang lebih 71 (tujuh puluh satu) orang dari 17 (tujuh belas) organisasi denominasi gereja, dan hal ini membutuhkan banyak biaya.
Dan kalau kita mempersembahkan korban bakaran, itu harus sampai hangus dari kepala sampai ekor. Jangan kepalanya hangus, tetapi buntutnya tidak hangus; ngomel terus di belakang “eh, korban terus di situ ...”, ngoceh terus di belakang. Baik di rumah, di kendaraan, di tempat ibadah, di tempat pekerjaan, di mana-mana, ngoceh terus. Ibadahnya lama, ngoceh terus. Itu bukan korban bakaran.
 
Korban bakaran, berarti korban itu dipersembahkan di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, sampai hangus, sampai daging tidak bersuara lagi. Tetapi untuk berhala, untuk patung anak lembu emas tuangan -- yang disebut allah yang mati --, bangsa Israel membawa korban semacam ini; ini kan suatu kerugian yang besar.
Coba separuh dari itu kita bawa kepada TUHAN, apa TUHAN tidak disenangkan hati-Nya? Tetapi betul, iman mereka menjadi rusak; korban bakaran yang begitu rupa, dia bawa, dia persembahkan kepada patung lembu emas tuangan, kan itu bodoh, di mana akal sehatnya?
Untuk pekerjaan, setengah mati kita jungkir balik keringat-keringatan, tetapi untuk melayani tidak demikian. Untuk menempuh pendidikan setinggi langit, menempuh cita-cita setinggi langit, kita korban sampai larut malam, belajar dan belajar, tetapi untuk ibadah tidak demikian.
Tidak salah kalau kita bekerja sungguh-sungguh di tempat pekerjaan, itu harus, tetapi tolong, jangan kita bisa korbankan segala sesuatu untuk berhala, tetapi untuk TUHAN tidak demikian, tidak mau korbankan segala sesuatu. Ini adalah akal yang bobrok, tidak sehat; imannya sudah lemah.
 
Untuk berhala, korbannya luar biasa, sampai hangus; tetangganya berhutang lalu tidak dibayar hutangnya, hal itu bisa dianggap hangus, tetapi kalau diajar untuk membawa korban persembahan untuk pekerjaan TUHAN, masih ada saja buntutnya, ngomel dan ngoceh terus.
Separuh saja apa yang kita kerjakan di luaran sana diberikan untuk TUHAN, itu sudah cukup menyenangkan hati TUHAN; tetapi kalau bisa, 100% (seratus persen) korban bakaran itu untuk TUHAN saja, tetapi kenyataannya, 50% (lima puluh persen) pun tidak.
Untuk berhala HP (android), untuk berhala apa saja, bisa habis waktu, habis tenaga, habis pikiran, habis dana untuk itu, tetapi untuk TUHAN hitung-hitungan, namun anehnya, untuk berhala dipersembahkan segala sesuatunya; ini kan sudah bobrok, akalnya sudah tidak sehat lagi. Jadi, banyak akal yang bobrok; banyak orang Kristen yang akalnya sudah rusak, walaupun jenius kelihatannya secara manusiawi.
 
Tentang: KORBAN KESELAMATAN.
Yang dipersembahkan dari korban keselamatan, terkhusus adalah lemak. Hal itu ada ditulis di dalam Imamat 3:1-17, yang berbicara tentang “korban keselamatan”.
Dari korban keselamatan itu, yang dipersembahkan kepada TUHAN ialah bangsa Israel harus mempersembahkan lemak, Imamat 3:3, Kemudian dari korban keselamatan itu ia harus mempersembahkan lemak yang menyelubungi isi perut, dan segala lemak yang melekat pada isi perut itu sebagai korban api-apian bagi TUHAN.
Demikian juga pada ayat 9, Kemudian dari korban keselamatan itu ia harus mempersembahkan lemaknya sebagai korban api-apian bagi TUHAN.
Lalu, kemudian pada ayat 16, Imam harus membakar semuanya itu di atas mezbah sebagai santapan berupa korban api-apian menjadi bau yang menyenangkan. Segala lemak adalah kepunyaan TUHAN.
 
Jadi, lemak dari korban keselamatan itu ...
-          Ayat 3; harus dipersembahkan kepada TUHAN.
-          Kemudian, pada ayat 9 juga; harus dipersembahkan kepada TUHAN.
-          Lalu, pada ayat 16; segala lemak, memang adalah kepunyaan TUHAN.
 
Kiranya hal ini ditulis dengan rapi-rapi. Imam harus tahu tentang “lemak”. Jangan sampai imam tidak tahu “lemak”.
 
Apa itu arti rohani lemak?
Mazmur 63:5-6
(63:5) Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu. (63:6) Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji.
 
Saat kita memuji TUHAN dengan sukacita yang luar biasa, dengan roh yang berlonjak-lonjak, itu bagaikan lemak kepada TUHAN; itulah lemak-lemak sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan hati TUHAN.
 
Mazmur 65:12
(65:12) Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak;
 
Jejak tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah, itulah sengsara salib atau korban Kristus, mengeluarkan lemak. Melayani dengan segala korban, beribadah dengan sengsara salib, akan menghasilkan lemak, menghasilkan minyak (lemak-lemak), dan itu dipersembahkan hanya untuk TUHAN.
 
Tetapi kenyataannya, ketika bangsa Israel mendirikan patung anak lembu emas, mereka mendirikan mezbah, dan selain mempersembahkan korban bakaran, mereka juga mempersembahkan korban keselamatan, membawa lemak-lemak dari daging korban yang dipersembahkan sebagai korban api-apian bagi TUHAN. Luar biasa mereka memuji TUHAN, mereka bersorak-sorai dengan roh yang berlonjak-lonjak, kemudian jungkir balik dengan segala jerih payah di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi sayangnya, itu semua mereka bawa dan mereka persembahkan hanya untuk berhala.
Oleh sebab itu, kalau bernyanyi, jangan serempet-serempet kepada kenajisan loh ya, harus hanya kepada TUHAN. Kalau bersolah-tingkah, berpakaian, gerak-gerik dengan segala korban-korban apapun, harus dikhususkan hanya bagi TUHAN. Tetapi sayangnya, lemak-lemak itu mereka persembahkan kepada berhala, bukankah itu bodoh?
Oleh sebab itu, kita semua harus mempelajari Firman yang sudah kita dengar, supaya Firman menjadi praktek, dengan lain kata; terikat dengan perjanjian Firman, sebab Firman menjadi praktek sehari-hari.
 
Inilah yang terjadi akibat iman yang bobrok, yaitu membawa korban keselamatan, lalu dipersembahkan di atas mezah untuk lembu emas, bodohnya minta ampun. Biar lembu emas itu mahal harganya, tetapi itu adalah kebencian bagi TUHAN. Biar engkau berhasil dengan kekuatanmu, tetapi kalau engkau jauh dari TUHAN, itu adalah kebencian bagi TUHAN.
 
Malam ini, kita lunakkan hati TUHAN. Musa dan Samuel adalah hamba TUHAN yang biasa menaikkan syafaat, memohon, melunakkan hati TUHAN.
Akal yang sudah bobrok, yang terlanjur-lanjur mempersembahkan korban bakaran dan keselamatan, biarlah malam ini kita tersungkur di kaki salib, lalu berkata: “TUHAN, saya akan membawakan korban bakaran kepada-Mu. TUHAN, korban keselamatan ini hanya bagi-Mu. TUHAN, ampunilah kehidupan saya yang seperti Haman di masa lalu, biarlah itu dikubur di dalam kematian-Mu, TUHAN.
 
Cincin meterai sudah ada di pihak kita. Kita diberi kesempatan untuk berada dalam kegiatan Roh; maka sekarang, kesempatan ini kita manfaatkan. Oleh sebab itu, persembahkanlah korban bakaran, persembahkanlah korban keselamatan kita masing-masing kepada TUHAN. Haleluya.. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment