KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, May 29, 2021

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 20 MEI 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 20 MEI 2021
 
KITAB RUT
(Seri:137)
 
Subtema: RUT PEREMPUAN BAIK-BAIK
 
Kita bersyukur kepada TUHAN oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita dihimpunkan di tengah-tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang senantiasa setia untuk ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab yang digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia, baik yang di dalam negeri, maupun yang di luar negeri, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook atau online.
Selanjutnya, mari kita berdoa, dalam doa itu kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul meneguhkan kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Mari kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari Rut 3.
Rut 3:11
(3:11) Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.
 
Singkat kata: Boas bersedia untuk menyanggupi permintaan Rut, yakni menjadi pelindung dan penebus bagi Rut.
Alasan Boas untuk menyanggupi permintaan Rut ialah, di sini dikatakan dengan jelas: Sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik. Singkatnya: Rut adalah seorang perempuan baik-baik, bukan perempuan nakal.
 
Kemudian, jejak Rut sebagai seorang perempuan baik-baik, tercatat dengan jelas di dalam kitab Rut pasal 1, pasal 2, sampai pasal 3. Adapun jejak Rut sebagai perempuan baik-baik, antara lain:
Pada pasal yang pertama (Rut 1): Rut tetap berpaut kepada Naomi, mertuanya itu, dari Moab sampai ke Betlehem, tanah Yehuda. Sedangkan, Orpa di tengah jalan kembali kepada bangsanya, kembali kepada orang tuanya, berarti; tidak mau melepaskan dirinya dari noda kekafiran. Sebaliknya Rut; dia meninggalkan noda kekafirannya dan berada di Betlehem bersama Naomi mertuanya itu.
Kita ini bukan bangsa Yahudi; kita ini bangsa Indonesia, kita ini bangsa kafir, tetapi biarlah kiranya pengikutan kita sama seperti Rut, yang senantiasa berpaut kepada Naomi, mertuanya itu, hingga kita semua berada di Betlehem, rumah roti bagi TUHAN.  
Kemudian, jejak Rut pada pasal yang kedua (Rut 2); Rut berada di ladang Boas. Pada minggu yang lalu telah diuraikan, dan kiranya hal itu menjadi berkat yang besar bagi kita semua. Biarlah kiranya kita berada di ladang TUHAN, berarti; jangan membawa diri ini untuk berada di ladang yang lain, antara lain:
-          Jangan kita membawa diri ini untuk berada di ladang si pemalas, karena ladang si pemalas semuanya ditumbuhi oleh onak dan duri, dan itu menyakiti hati TUHAN dan sesama.
-          Kemudian, jangan kita membawa diri ini untuk berada di ladang dunia -- berbicara soal ketidaktaatan Adam --, supaya tidak merugikan kita masing-masing, supaya kita jangan bersusah payah mencari rejeki di atas tanah ini seumur hidup kita masing-masing. Dan ini menjadi suatu sinyal besar kepada laki-laki, secara khusus kepada mereka yang menjadi imam, kepala rumah tangga.
 
Kemudian, pada saat Rut berada di ladang Boas, terlihatlah dengan jelas karakter (tabiat) Rut sebagai seorang pekerja keras, yang disertai dengan kerendahan hatinya, dan itu adalah tanda bahwa Rut menghargai kemurahan-kemurahan yang besar itu, yang ia peroleh dari TUHAN.
Kalau menjadi bagian dari anggota keluarga Allah karena meninggalkan kekafirannya, itu adalah kemurahan hati TUHAN yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pribadi lepas pribadi. Jadi, jangan anggap enteng saat kita beribadah kepada TUHAN, jangan sibuk dengan perasaan, jangan sibuk dengan hati. Pokoknya, seperti Maria saja kita datang dengar firman; duduk diam dekat kaki TUHAN, terus dengar Firman TUHAN.
 
Ingat: Kalau kita berada di tengah ibadah, dan karena kita mau melepaskan noda kekafiran, itu karena kemurahan TUHAN. Jadi, jangan sibuk dan pusing dengan perkara lahiriah, jangan sibuk dengan perasaan hati manusia lagi. Kalau kita berada dalam kegiatan Roh, berikan dirimu dipimpin oleh Roh; jangan lagi berikan dirimu dipimpin oleh daging-daging yang banyak meresahkan hati TUHAN.
 
Sekarang kita akan melihat jejak Rut yang ketiga, tentu saja di dalam kitab Rut 3. Namun, sebelum kita melihat jejak Rut yang ketiga, pada pasal yang ketiga ini, terlebih dahulu kita memperhatikan:
Rut 3:1-18 dibagi menjadi 2 (dua) bagian:
-          Ayat 1-7: Rut tidur (berbaring) di bawah kaki Boas.
-          Ayat 8-18: Rut mohon kepada Boas untuk menjadi pelindung dan penebus.
Kemudian, dalam susunan Tabernakel, Rut 3 terkena pada Meja Roti Sajian, dengan roti di atas meja sajian.
 
Sedikit kita akan kupas mengenai Meja Roti Sajian ini, karena kita tidak fokus kepada Meja Roti Sajian. Hanya saja, dalam susunan Tabernakel, Rut 3 ini terkena pada Meja Roti Sajian; nanti kita bisa lihat buktinya, bahwa Rut 3 betul-betul terkena kepada Meja Roti Sajian.
 
Kita akan melihat 2 (dua) kata, yaitu “meja dan “roti”.
Tentang: MEJA.
Arti rohani dari meja dapat kita langsung temukan di dalam Amsal 3.
Amsal 3:1,3
(3:1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (3:3) Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu,
 
Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku ... Jangan lupakan ajaran TUHAN, nasihat Firman TUHAN. Oleh sebab itu, biarlah hatimu memelihara perintahku ... Firman TUHAN harus dipelihara di dalam hati kita masing-masing.
 
Kemudian, kembali di sini dikatakan, pada ayat 3: Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Selanjutnya: Tuliskanlah itu pada loh hatimu.
 
Amsal 7:1-3
(7:1) Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. (7:2) Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. (7:3) Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu.
 
Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku -- perkataan yang keluar dari mulut Allah, itulah Firman Allah --, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup -- berpegang teguh kepada perintah Allah, supaya kita hidup --; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. Firman Allah itu harus disimpan rapi-rapi sama seperti menjaga biji mata.
Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu. Biarlah kiranya Firman Allah itu ditulis pada loh hati.
 
Singkat kata: Meja adalah gambaran dari hati manusia. Kemudian, adapun kegunaannya adalah dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan dan menampung Firman Allah yang suci sebanyak-banyak yang kita dengar dan terima dari TUHAN.
 
2 Korintus 3:3
(3:3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
 
Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, Alkitab yang berjalan, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis oleh pelayanan rasul-rasul, termasuk Rasul Paulus secara khusus, ditulis bukan dengan tinta -- bukan lagi ditulis dengan tinta di atas lembaran-lembaran gulungan kitab, bukan lagi ditulis (digores) pada dua loh batu --, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup -- Firman itu ditulis, dimeteraikan oleh Roh Kudus --, bukan pada loh-loh batu, melainkan dimeteraikan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
 
Syarat untuk menjadi tempatnya roti (Firman Allah) yang hidup.
Imamat 24:6
(24:6) engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
 
Engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun -- masing-masing terdiri dari 6 (ketul) roti tiap-tiap susunnya --, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
Singkat kata: 12 (dua belas) ketul roti diatur menjadi 2 (dua) susun, 6 (enam) ketul roti tiap-tiap susun, di atas meja dari emas murni.
Biarlah kiranya hati kita murni untuk menerima Firman Allah. Kemurnian di hati adalah syarat pokok supaya firman itu mendapat tempat di hati kita. Jangan kita mendengar firman, tetapi hati kita tidak murni, itu tidak ada artinya, sebagaimana yang tertulis di dalam Yesaya 28:8; bagaimana hati mereka seperti tempat muntahan, hati mereka menjadi tempat kotoran, tidak layak untuk dijadikan sebagai tempatnya Firman Allah. Tetapi, hati kita harus murni.
Yesaya 28:8, Sungguh, segala meja penuh dengan muntah, kotoran, sehingga tidak ada tempat yang bersih lagi, menunjukkan bahwa hati tidak layak untuk menjadi tempatnya Firman.
 
Jadi, syarat untuk menjadi tempatnya firman ialah hati ini harus murni menerima Firman TUHAN.
Saya juga yang menyampaikan Firman, harus murni; jangan ada kepentingan-kepentingan, supaya nanti Firman itu betul-betul berkuasa di dalam hati kita masing-masing.
Seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, tentu saja bahagia, manakala Firman itu mendapat tempat di hati dari sidang jemaat, sehingga segala pergumulan di kaki salib tidak menjadi sia-sia.
 
Sesudah kita melihat tentang meja, selanjutnya kita akan melihat ...
Tentang: ROTI.
Roti adalah makanan yang menjadi kebutuhan pokok manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing manusia itu sendiri.
 
Yohanes 6:48-50
(6:48) Akulah roti hidup. (6:49) Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. (6:50) Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
 
Yesus berkata: “Akulah roti hidup.” Selanjutnya, di sini dikatakan: Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
Biarlah kita semua makan roti hidup supaya kita hidup. Sebaliknya, kalau tidak makan roti hidup, maka sama seperti nenek moyang bangsa Israel; selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, akhirnya mayat mereka bergelimpangan.
 
Inilah roti yang turun dari sorga. Yesus adalah roti hidup, roti yang turun dari Sorga. Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati, melainkan hidup sampai selama-lamanya.
Oleh sebab itu, biarlah kita betul-betul menghargai Firman yang dibukakan, dan itu merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup kekal. Dan perlu untuk diketahui bersama-sama: Barangsiapa makan roti hidup ia tidak akan mati.
 
Asal atau cikal bakal dari roti hidup, terkait dengan Injil Yohanes 6:48, dengan perinciannya sebagai berikut:
-          6 x 2 = 12.
-          Sedangkan, ayat 48:2 = 24
Berarti, itu menunjuk Injil Yohanes 12:24.
Ini loh kemurahan TUHAN. Setelah saya teliti: Oh iya, semuanya terkait ya Firman itu”. Setelah saya selidiki; saya baca, saya hitung, saya kali bagi, oh luar biasa.
 
Kita akan membaca Yohanes 12:24, untuk melihat “ketemu tidak”, “benar tidak”, bahwa roti hidup itu asal muasalnya atau cikal bakalnya adalah dari Injil Yohanes 12:24, namun terlebih dahulu membaca ayat 23.
Yohanes 12:23-24
(12:23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. (12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
 
Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan, tetapi prosesnya untuk sampai dipermuliakan adalah mati dan bangkit di atas kayu salib.
Inilah proses untuk dipermuliakan: Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia jatuh ke tanah dan mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
 
Jadi, roti hidup adalah biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati. Yesus adalah biji gandum yang telah jatuh ke tanah dan mati. Roti itu sumbernya dari gandum, tidak datang dari mana-mana; itu cikal bakal dari roti. Yesus adalah roti hidup.
Yesus berkata: Yesus adalah biji gandum yang telah jatuh ke tanah dan mati, supaya kelak kita dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Dan ayat ini sangat sinkron sekali dengan Imamat 24:5.
 
Kita akan memperhatikan Imamat 24, dengan perikop: “Roti Sajian.
Imamat 24:5
(24:5) "Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa;
 
Engkau harus mengambil tepung yang terbaik … Inilah tepung yang terbaik itu; dimulai dari gandum, kemudian nanti proses menjadi roti hidup itu adalah harus mengambil tepung yang terbaik. Kemudian, membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa, harus mengambil tepung yang terbaik.
 
Singkatnya: Roti bundar sebagai roti sajian itu harus berasal dari tepung yang terbaik, yaitu yang diirik terlebih dahulu, lalu ditumbuk halus menjadi tepung halus, lalu dibakar menjadi 12 (dua belas) roti bundar. Jadi;
-          Gandum itu diirik dengan halus.
-          Lalu ditumbuk dengan 2 (dua) batu tumbuk sampai halus.
-          Lalu dibakar menjadi 12 (dua belas) roti bundar.
Itu prosesnya. Jadi, sama; Yesus adalah biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati, itu prosesnya.
 
Pendeknya: Rut berada di tempat pengirikan.
 
Sekarang, kita akan melihat: TUJUAN UNTUK BERADA DI TEMPAT PENGIRIKAN.
Kita akan memperhatikan Rut 3, dengan perikop: “Rut dan Boas di tempat pengirikan.” Jadi, kembali saya sampaikan: Rut 3, kalau kita kaitkan dengan pola (susunan) Tabernakel, terkena pada Meja Roti Sajian. Setelah diirik dengan halus, karena ditumbuk dengan 2 (dua) batu sampai halus, itu adalah tepung yang terbaik, lalu selanjutnya dibakar.
 
Rut 3:5-7
(3:5) Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (3:6) Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. (3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
 
Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." Berarti, Rut ini adalah pribadi yang dengar-dengaran. Biarlah kiranya kita semua menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran. Miliki roh dengar-dengaran, supaya baik hidupmu, masa depanmu baik, masa depan kita baik. Jangan dengar-dengaran kepada daging, sebab tidak baik nanti masa depan.
 
Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. Kalau dengar-dengaran, maka ia akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan oleh Naomi, mertuanya. Itu dengar-dengaran; pasti dia melakukan tepat dan benar sesuai dengan perintah TUHAN.
 
Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, selanjutnya datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu.
Jadi, sudah sangat jelas bahwa pasal 3 ini, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena kepada Meja Roti Sajian, sebab semua terkait dengan jelai gandum.
 
Kemudian datanglah Rut, perempuan itu, dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ. Singkat kata: Rut berbaring di bawah kaki Boas, di tempat pengirikan.
Rut melakukannya tepat seperti apa yang diperintahkan Naomi mertuanya itu. Jadi, Rut ini adalah pribadi yang dengar-dengaran, sebab dia melakukan tepat seperti apa yang diperintahkan oleh Naomi mertuanya itu, yakni berbaring di bawah kaki Boas.
 
Itulah jejak Rut yang ketiga, bahwasanya; betul-betul dia adalah perempuan baik-baik. Sesuai dengan apa yang tertulis pada Rut 3:10, Rut tidak datang untuk mengejar laki-laki yang muda, baik laki-laki muda yang kaya maupun laki-laki muda yang miskin. Jadi, betul-betul dia itu adalah perempuan baik-baik, tidak nakal, tidak kecentilan. Ini adalah suatu pelajaran yang begitu manis, sungguh indah untuk kita perhatikan bersama-sama.
Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita semua menjadi suatu kehidupan yang dengar-dengaran, kegunaannya adalah untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah, sama seperti Rut berbaring di kaki Boas. Kalau berbaring di kaki Boas, menunjukkan bahwa Rut itu memiliki kerinduan, sama seperti kerinduan dari pada mempelai perempuan TUHAN. Kita harus memiliki kerinduan yang sama, seperti kerinduan dari pada Rut ini.
 
Kerinduan Rut ini adalah sama seperti kerinduan dari pada mempelai TUHAN. Saya akan buktikan, dan mari kita baca bersama-sama Kidung Agung 1, dengan perikop: Mempelai Perempuan dan Puteri-Puteri Yerusalem.
Ada perbedaan sedikit antara mempelai perempuan dan puteri-puteri Yerusalem; perbedaannya nampak sekali pada ayat 7. Lihatlah kerinduan dari mempelai perempuan pada ayat 7.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Mempelai perempuan berkata kepada Mempelai Laki-Laki Sorga: Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku.
Satu dari dua belas murid yang pernah bersandar di dada Yesus adalah Rasul Yohanes, sekalipun dia adalah seorang yang paling muda dari 12 (dua belas) rasul tersebut. Itu keadaan yang paling tepat.
Yesus dari Sorga turun ke bumi sebagai hamba bagaikan kapal yang berlayar di tengah lautan bebas; Dia menghadapi ombak, gelombang lautan besar, badai, angin besar untuk mencari pelabuhan hati kita masing-masing, karena di dalam kapal itu terdapat begitu banyak harta yang berharga untuk kita miliki. Jadilah syahbandar yang baik.
Kemudian, ketika Rasul Yohanes bersandar di dada Yesus, jelas dia memahami segala sesuatu yang TUHAN mau; dari detak jantung Yesus, dia tahu seperti apa yang TUHAN mau. Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku; orang gugup, orang senang bisa nampak dari detak jantung.
 
Di sini mempelai perempuan menjadikan Mempelai Laki-Laki sebagai jantung hati, poros untuk mengalirkan darah ke seluruh anggota tubuh. Berarti, Yesus benar-benar hidupnya, tidak ada yang lain. Itu loh perbedaan antara mempelai perempuan dengan puteri-puteri Yerusalem; perbedaan ini harus nyata dalam kehidupan kita dengan gereja-gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini.
 
Selanjutnya, kelebihan dari mempelai perempuan TUHAN dari pada puteri-puteri Yerusalem, akan kita perhatikan pada bagian B: ... di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Kerinduan di hati dari mempelai perempuan yang paling mendalam adalah mencari tempat untuk berbaring, berarti; mencari tempat untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala dengan benar dan baik di hadapan TUHAN.
 
Yang saya sayangkan sekali di hari-hari terakhir ini, banyak orang Kristen tidak paham antara tergembala dengan beribadah.” Beribadah memang harus, tetapi kita pun harus mencari tempat untuk berbaring, dengan lain kata; rindu untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala dengan baik dan benar. Orang yang beribadah belum tentu tergembala, tetapi orang yang tergembala pasti tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok:
1.      Tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci = persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus.
2.      Tekun dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian -- menjadi kesaksian karena persekutuan dengan Roh --.
3.      Tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan, itulah persekutuan dengan kasih Allah Bapa.
Itu kehidupan yang tegembala.
Kalau beribadah itu bagus, tetapi belum tentu kehidupan yang beribadah itu tergembala. Tetapi yang TUHAN tuntut dari kehidupan kita adalah supaya kehidupan kita menjadi suatu kehidupan yang tergembala, sama seperti mempelai perempuan TUHAN.
 
Di sini dikatakan: Di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Berarti, mencari tempat untuk berbaring, artinya; mencari tempat untuk menjadi suatu kehidupan tergembala yang baik dan benar. Jadilah kehidupan yang tergembala yang baik dan benar, sebab TUHAN adalah Gembala yang baik.
 
Selanjutnya, marilah kita melihat; orang-orang yang berbaring di bawah kaki Boas rohani, yakni TUHAN Yesus Kristus, Dialah Gembala yang baik, di dalam Mazmur 23, dengan perikop: “TUHAN, Gembalaku yang baik.
TUHAN adalah Gembala yang baik; untuk itu, kita tidak perlu ragu. Siapa yang mengatakan ini?
Mazmur 23:1-2
(23:1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (23:2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
 
Mazmur Daud ... Ini adalah nyanyian Daud. Apa yang dikatakan oleh Daud sesuai dengan pengalamannya.
Apa pengalaman Daud dalam menjadi suatu kehidupan yang tergembala? TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku; ingat, ini adalah poin utama. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang.
 
Pengakuan Daud di sini adalah: TUHAN adalah gembalaku, menunjukkan bahwa Daud adalah kehidupan yang tergembala dengan baik dan benar.
Kemudian pengakuan berikutnya: Takkan kekurangan aku”, artinya;
-          Secara jasmani; apa yang dimakan, diminum dan dipakai segalanya tercukupkan, tidak kekurangan.
-          Kemudian, secara rohani; segala noda, segala cacat cela dan segala kelemahan-kelemahan yang memalukan itu tidak nampak lagi, sehingga tidak kekurangan aku.
Itulah yang terjadi apabila kita berbaring di bawah kaki Boas rohani, yakni TUHAN Yesus Kristus, Dialah Gembala yang baik.
 
Kita sedikit melebar, sesuai dengan kaitannya, di dalam Kejadian 48, dengan perikop: “Yakub memberkati Manasye dan Efraim.
Kejadian 48:14
(48:14) Tetapi Israel mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye -- jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung.
 
Tetapi Israel -- Israel itu adalah Yakub, sebab Yakub berganti nama menjadi Israel -- mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye -- jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung.
Efraim itu anak kedua; dia di sebelah kiri daripada Yakub. Sedangkan, Manasye ada di sebelah kanan dari pada Yakub. Jadi, disilangkan tangannya untuk memberkati dua anak ini.
-          Tangan kanan kepada Efraim, anak kedua, yang berada di sebelah kiri Yakub.
-          Sedangkan tangan kiri kepada Manasye, anak pertama, yang berada di sebelah kanan Yakub.
Jadi,  kedua tangan Yakub disilangkan. Persis seperti peristiwa Yakub dan Esau menerima berkat dari TUHAN.
 
Berkat tangan kanan ialah untuk Efraim, anak kedua dari Yusuf. Biarlah berkat tangan kanan menjadi bagian kita semua, menjadi pembela. TUHAN bela kehidupan kita, itulah yang sedang terjadi dan yang dialami oleh Israel sendiri; TUHAN bela.
Efraim dan Manasye itu ibarat Amerika dan Inggris. Siapa yang memberkati hamba-hamba TUHAN; siapa yang mengutuki hamba-hamba TUHAN, terkutuklah ia. Itulah sebabnya, Amerika Serikat sangat diberkati TUHAN; dia tahu bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan. Berpihaklah kepada penggembalaan, berpihaklah kepada Yang Diurapi. Jangan berpihak kepada manusia daging, apapun itu hasutan-hasutan daging; entah itu daging dari anak, entah itu daging dari orang tua, jangan berpihak. Berpihaklah kepada Yang Diurapi.
 
Kejadian 48:15-16
(48:15) Sesudah itu diberkatinyalah Yusuf, katanya: "Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, (48:16) dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini, sehingga namaku serta nama nenek dan bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh karena mereka dan sehingga mereka bertambah-tambah menjadi jumlah yang besar di bumi."
 
Sesudah itu diberkatinyalah Yusuf, katanya: "Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku ... Jadi, sebetulnya, Abraham, Ishak (anak Abraham), Yakub (cucu Abraham), semuanya tergembala dengan baik. Jadi, berkat penggembalaan inilah yang diteruskan dan dilanjutkan kepada Efraim dan Manasye, dua anak dari pada Yusuf yang lahir di Mesir.
Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang ... Abraham, Ishak dan Yakub pun tergembala, maka kita pun harus tergembala. Seyogianya, kita semua harus menjadi suatu kehidupan yang tergembala. Pastikanlah itu di dalam hidup kita masing-masing. Abraham, Ishak, Yakub saja tergembala, dan dilanjutkan kepada Efraim dan Manasye.
 
Dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orang-orang muda ini -- diberkati juga orang-orang muda, itulah Efraim dan Manasye --, sehingga namaku serta nama nenek dan bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh karena mereka dan sehingga mereka bertambah-tambah menjadi jumlah yang besar di bumi. Demikian juga dengan Abraham, Ishak, dan Yakub adalah suatu kehidupan yang tergembala.
 
Apa tandanya kalau tergembala?
-          Dilepaskan dari segala bahaya. Puncak bahaya adalah manakala nanti antikris berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini, di mana mereka itu menjadi diktator ganas, bagaikan binatang buas, seperti macan tutul, beruang dan singa. Jadi, saat antikris berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini, itulah puncak kegelapan malam, dan itu akan terjadi nanti.
-          Diberkati dan mahsyur.
Itulah berkat yang juga diterima oleh Manasye dan Efraim, kedua anak Yusuf.
-          Efraim menerima berkat tangan kanan Yakub.
-          Manasye menerima berkat tangan kiri Yakub.
 
Jadilah kehidupan yang tergembala, maka kita akan dilepaskan dari segala bahaya, dipelihara, dibela, dilindungi oleh TUHAN, dan itu nyata. Kita butuh pembelaan TUHAN pada masa puncak kegelapan, itulah puncak kesesakan, di mana antikris akan berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Kita butuh pembelaan TUHAN.
Oleh sebab itu, sungguh-sungguh tergembala. Jangan hanya sekedar “beribadah”, tetapi harus “tergembala.” Itulah yang saya maksud tadi; beribadah itu memang harus, tetapi beribadah berbeda dengan tergembala. Kalau tergembala, pasti tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, sedangkan orang yang beribadah belum tentu tergembala. Itulah bedanya.
Kemudian, berkat yang kedua adalah diberkati dan mahsyur; itulah berkat yang juga diterima oleh Manasye dan Efraim. Abraham, Ishak, Yakub juga tergembala, dan berkatnya turun kepada dua anak Yusuf, itulah Efraim dan Manasye.
 
Lanjut kita memperhatikan Kejadian 49, dengan perikop: “Perkataan Yakub yang penghabisan kepada anak-anaknya.
Sebelum mati, Yakub menyampaikan pesan berkat kepada 12 (dua belas) suku Israel, kepada Yehuda.
Kejadian 49:10
(49:10) Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.
 
Berkat Yakub kepada Yehuda adalah tongkat kerajaan tidak beranjak dari Yehuda. Kemudian, lambang pemerintahan dari antara kakinya, sehingga bangsa-bangsa takluk kepadanya.
Tetapi perlu untuk diketahui: Untuk sampai kepada tongkat kerajaan, tentu saja diawali dari tongkat penggembalaan. Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita semua tergembala dengan baik, dengan benar, digembalakan oleh satu gembala yang memegang tongkat gembala.
 
Jadi, untuk sampai kepada tongkat kerajaan, terlebih dahulu melewati tongkat penggembalaan. Dan ini adalah hal yang benar, bukan saya mengada-ngada; lihat saja di dalam Wahyu 19:6.
 
Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
 
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat ... Goncangan yang terjadi nanti;
-          Bagi dunia, itu adalah celaka, malapetaka, sebagai tanda penghukuman bagi dunia.
-          Tetapi bagi mempelai TUHAN, itu adalah tanda kelepasan.
Masakan saat dunia diguncang, kita juga turut binasa bersama dengan dunia yang diguncang? Itu tidak mungkin.
 
Singkatnya:
-          Pada ayat 6, Yesus tampil sebagai Raja, tentu saja dalam kemuliaan. Tidak ada raja yang tampil tanpa kemuliaan.
-          Pada ayat 7, Yesus tampil sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga.
Mengapa demikian? Sebab pada pesta nikah itu, Anak Domba telah disembelih. Dalam sebuah perjamuan pesta, pasti ada hidangan tersedia, itulah anak domba yang telah disembelih. Anak domba, jelas kaitannya dengan tongkat penggembalaan.
 
Jadi, betapa pentingnya bagi kita di hari-hari terakhir ini untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala, untuk selanjutnya berada dalam kemuliaan, tongkat kerajaan. Dari tongkat penggembalaan akan membawa kehidupan yang tergembala sampai kepada tongkat kerajaan, itulah kemuliaan.
 
Kalimat demi kalimat, kalau diperhatikan dengan seksama, mengandung suatu arti, mengandung suatu makna yang begitu dalam. Jadi, seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, maka dia harus hanyut dan tenggelam sedalam-dalamnya, dihisap dalam kasih Allah, dalam doa penyembahan, supaya di situ dia bisa mendapatkan pembukaan Firman Allah, dan Firman yang dibukakan itu langsung disampaikan kepada sidang jemaat.
 
Kita lihat referensi yang lain terkait dengan antara tongkat penggembalaan, itulah kehidupan yang tergembala, selanjutnya akan dibawa kepada tongkat kerajaan, itulah kemuliaan, di dalam Wahyu 4.
Wahyu 4:1-2
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
 
Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. Sesudah langit, bumi berlalu, selanjutnya TUHAN akan menunjukkan segala sesuatunya kepada Rasul Yohanes dalam sebuah penglihatan di pulau Patmos -- sekarang disebut Istanbul, Turki --.
 
Segera aku dikuasai oleh Roh -- dalam suasana Roh, di tengah-tengah Roh, dalam kuasa Roh Allah yang penuh -- dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. Kepada Rasul Yohanes, TUHAN memperlihatkan sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
 
Seindah-indahnya sorga, semegah-megahnya sorga, namun itu tidak ada artinya kalau sebuah takhta tidak terdiri di dalamnya, di mana Seorang akan duduk di atas takhta itu.
Hidup kita ini adalah Tabernakel sorgawi -- seperti yang diperlihatkan TUHAN kepada Rasul Yohanes --. Hidup kita Tabernakel, rumah TUHAN secara rohani.  Sehebat-hebatnya manusia oleh karena pangkat tinggi, kedudukan tinggi, pendidikan tinggi, gelar tinggi, jabatan tinggi, kaya, punya harta banyak, namun itu tidak ada artinya, kalau Allah tidak bertakhta di hatinya; nol.
Demikian juga hamba TUHAN harus tahu itu; seorang hamba TUHAN tidak boleh sibuk mencari sensasi-sensasi, sebab itu tidak ada artinya, kalau sebuah takhta tidak terdiri di hatinya. Kalau Allah tidak bertakhta di hidup-Nya, itu semua tidak ada artinya.
Izinkan Allah bertakhta di dalam dirimu masing-masing, di dalam diri kita masing-masing, supaya betul-betul kemuliaan Allah nyata dalam kehidupan kita masing-masing.
 
Itulah Wahyu 4, sekarang kita akan memperhatikan Wahyu 5.
Wahyu 5:6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
 
Aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih. Artinya, untuk sampai kepada tongkat kerajaan, tongkat kemuliaan, maka sudah harus terlebih dahulu menjadi Anak Domba yang telah disembelih.
 
Jadi, antara Wahyu 19:6-7 sinkron dengan Wahyu 4:2 dan Wahyu 5:6. Untuk sampai kepada tongkat kerajaan, yaitu kemuliaan, sudah terlebih dahulu menjadi suatu kehidupan yang tergembala. Jelas, kehidupan yang tergembala, mau tidak mau, harus menjadi domba yang tersembelih. Tidak ada domba yang tergembala namun tidak tersembelih; jadi, harus tersembelih.
Sekali lagi saya sampaikan: Untuk sampai kepada tongkat kerajaan, tongkat kemuliaan, diawali dari tongkat gembala, dengan lain kata; tergembala dan rela untuk disembelih. Kalau tergembala itu banyak aturan yang harus diikuti, terkhusus soal korban, seperti pada Wahyu 5:6 ini dikatakan: “seekor Anak Domba seperti telah disembelih”, berarti harus tersembelih.
 
Jangan sampai ada di dalam sebuah penggembalaan, namun tidak mau disembelih, tidak mau jadi korban; tenaganya tidak mau jadi korban, pikirannya tidak mau jadi korban, waktunya tidak mau jadi korban, uangnya tidak mau jadi korban, materinya juga tidak mau jadi korban; itu bukanlah domba yang tergembala, itu adalah domba liar namanya.
Hari ini kita harus dengar-dengaran, tetapi besok juga kita harus sama, harus dengar-dengaran. Jangan hari ini korban, tetapi besok tidak, itu namanya domba jadi-jadian. Jangan menjadi domba jadi-jadian, tetapi roh tergembala itu harus betul-betul menguasai kehidupan kita, rela untuk disembelih.
 
Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih. Jadi, untuk sampai kepada kemuliaan, maka tanda penyembelihan itu harus nampak. Berarti, tidak boleh palsu; untuk menjadi domba-domba yang tergembala, tidak boleh palsu, tetapi tanda penyembelihan itu sudah harus termeterai.
Jangan sampai melayani enak-enak, hebat-hebat, tetapi tanda penyembelihan itu tidak ada; itu adalah kemuliaan palsu. Jangan menjadi imam-imam yang palsu, jangan menjadi domba-domba yang palsu, tetapi tanda penyembelihan itu sudah harus nampak.
Bukankah malam ini kita menghadap takhta kemuliaan Allah lewat Ibadah Pendalaman Alkitab? Maka, tanda penyembelihan itu harus nampak. Jangan bersungut-sungut, tetapi tanda penyembelihan itu harus betul-betul nyata. Kalau ada di dalam takhta kemuliaan, maka tanda penyembelihan harus terlihat.
 
Setelah kita melihat Kejadian 49:10, soal penggembalaan, selanjutnya, kita akan maju memperhatikan Kejadian 49:11.
Kejadian 49:11
(49:11) Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur.
 
Yehuda akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledai Yehuda akan ditambatkan pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur. Kehidupan yang tergembala itu, berarti; kehidupan yang tertambat (terikat) pada pohon anggur pilihan.
 
Apa manfaatnya kalau kita tertambat (terikat) pada pohon anggur pilihan? Kita boleh mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
Kembali kita memperhatikan ayat 11 ini: Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya, tabiat, perbuatan, solah tingkah dengan anggur dan bajunya, tabiatnya, perbuatannya dicuci dengan darah buah anggur.  Itulah kehidupan yang tergembala, tertambat pada pohon anggur pilihan, yaitu; mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
 
Jadi, jangan saudara berpikir bahwa beribadah itu adalah hanya sebuah kewajiban, adalah hanya sebuah aturan bagi orang Kristen, tidak. Tergembala itu sama seperti tertambat pada pohon anggur pilihan, untuk apa? Supaya pada saat kita tergembala, maka kita betul-betul mengalami penyucian; disucikan oleh darah Anak Domba.
Pakaian itu menjadi putih bersih berkilau-kilauan karena disucikan oleh darah Anak Domba, bukan disucikan oleh yang lain-lain. Jadi, jangan suka membenarkan diri untuk menyucikan diri, sebab itu adalah penyucian yang palsu.
 
Penyucian yang benar adalah belajar dari Firman; tertambatlah pada pohon anggur pilihan, supaya kita semua mengalami penyucian oleh darah Anak Domba itu sendiri. Kalau kita tidak tergembala, maka sampai kiamat dunia, tidak akan mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
Tetapi biarlah kita mengalami penyucian sampai Maranatha, karena kehidupan kita tertambat pada pohon anggur pilihan.
 
Selanjutnya kita akan memperhatikan Wahyu 7. Saya tidak habis pikir, ada kalanya, dalam Ibadah Raya Minggu, Ibadah Doa Penyembahan, Ibadah Pendalaman Alkitab semacam ini, ayat yang sama terulang-ulang; saya tidak habis pikir.
 
Kita akan memperhatikan Wahyu 7, dengan perikop: “Orang-orang banyak yang tidak terhitung banyaknya.” Dari mana ini datangnya?
Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
 
Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya. Datangnya dari mana? Dari segala bangsa dan dari segala suku dan dari segala kaum dan dari segala bahasa, kemudian;
YANG PERTAMA: Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba.
Malam ini, kita datang menghadap takhta Allah, berdiri menghadap takhta Anak Domba Allah lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Saya berharap -- ini adalah doa saya kepada TUHAN yang paling mendalam -- supaya kita semua betul-betul ada di antara himpunan besar orang banyak itu, yang datang dari berbagai bangsa apapun, suku apapun, kaum minoritas, kaum mayoritas, kaum apa saja, kiranya kita semua ada berada dalam himpunan besar orang banyak itu untuk menghadap takhta Allah. Tetapi untuk menghadap Anak Domba, harus dimulai dari sejak sekarang. Tunjukkan kesetiaan itu untuk menghadap takhta Anak Domba dari sejak sekarang; maka, setialah.
 
YANG KEDUA: Mereka memakai jubah putih.
Kita harus pelajari lebih jauh lagi tentang jubah putih ini pada ayat 13-14.
Wahyu 7:13-14
(7:13) Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" (7:14) Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
 
Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, satu dari antara 24 (dua puluh empat) tua-tua bertanya kepada Rasul Yohanes dalam penglihatan itu:  "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya."
Lalu ia berkata kepadaku, satu dari antara 24 (dua puluh empat) tua-tua bertanya kepada Rasul Yohanes: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar ...” Kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya, mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
 
Berarti, menyangkal diri, memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan ini adalah suatu kesempatan yang besar bagi kita untuk mencuci jubah sampai putih bersih berkilau-kilauan, sebab di sini dikatakan: “mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba”, itu adalah tanda sengsara, yaitu kesusahan. Janganlah kesempatan yang ada ini disia-siakan begitu saja.
Saat kita beribadah, lalu berada dalam kesusahan, sangkal diri dan pikul salib, karena terlalu banyak korban tenaga, pikiran, waktu, uang dan materi, jangan sia-siakan hal itu. Gunakanlah itu menjadi suatu kesempatan yang indah, kesempatan emas untuk mencuci jubah sampai putih bersih berkilau-kilauan.
 
Tiadalah mungkin kita menjadi putih bersih kalau kita tidak mencelupkan jubah itu ke dalam darah Anak Domba; janganlah kita menghindar dari sana. Itu sebabnya, di atas tadi saya katakan: Tiadalah mungkin kita mengalami penyucian, kalau kita jauh dari darah Anak Domba, kalau kita jauh dari tengah ibadah dan pelayanan dengan segala korban-korban yang harus kita persembahkan kepada TUHAN.
Jadi, kesusahan besar karena menyangkal diri dan memikul salib, karena banyaknya korban, itu adalah kesempatan, maka cucilah jubahmu di situ. Biar saudara memiliki detergen hebat di rumah saudara, namun itu tiadalah mungkin bisa mencuci jubahmu, pakaianmu, tabiat yang lama, tabiat yang kotor; pakaian yang penuh dengan noda tidak mungkin bisa dibersihkan oleh detergen apapun, kecuali hanya oleh karena darah Anak Domba. Kesusahan besar adalah suatu kesempatan emas untuk mencuci jubah menjadi putih bersih. Jangan salah kaprah.
Itu sebabnya, saya sampaikan di atas tadi: Orang yang “beribadah” dan “tergembala” itu berbeda. Semua orang bisa datang beribadah, tetapi belum tentu mau disembelih.
 
Di sinilah kita harus belajar dan merenung, bahwa kita ini datang di tengah ibadah apakah karena sudah tergembala, atau hanya karena untuk melepas hutang, karena ada sesuatu? Kalau karena ada sesuatu, itu artinya anda belum tergembala.
 
Kemudian, kita belajar terus dari ayat 15.
Wahyu 7:15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
 
Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah ... Itu sebabnya, mereka layak; kumpulan besar orang banyak layak berdiri di hadapan takhta Allah, kemudian melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Mengapa? Karena jubah mereka sudah terlebih dahulu di dalam darah Anak Domba.
 
Jadi, kalau seorang imam, kalau seorang pelayan TUHAN, hamba TUHAN menghindar dari sengsara karena salib, menghindar karena kesusahan yang besar, karena korban yang begitu banyak, maka sampai kapan pun jubahnya tetap tidak bisa menjadi putih bersih berkilau-kilauan.
Dan kalau pun dia ada di tengah-tengah ibadah pelayanan, itu bukan TUHAN yang utus dia, itu hanya karena maunya dia sendiri. Memang tetap dalam suasana pengurapan dan mungkin kesembuhan juga bisa terjadi dia lakukan, karena Setan saja bisa lakukan kesembuhan. Bersyukurlah kepada TUHAN, karena kita semakin memperoleh pengertian yang suci dan mulia dari TUHAN.
 
Sesudah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba, barulah kita ...
1.      Layak berdiri di hadapan takhta Allah (beribadah kepada TUHAN).
2.      Melayani Dia siang dan malam di Bait Suci-Nya.
Dan hal ini terjadi sesudah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
 
Jadi, jangan susah-susah untuk mengantar-antar editan dari perumahan Taman ke pastori, atau melakukan segala sesuatu yang terkait dengan ibadah dan pelayanan, yaitu mencuci mobil, atau apapun, tidak usah susah-susah. Gunakan itu sebagai kesempatan bagimu untuk mencuci jubahmu, supaya engkau layak untuk melayani TUHAN.
Kalau engkau melayani tanpa mencuci jubah, itu adalah keinginanmu, tetapi TUHAN tidak akan pernah memakai engkau.
 
Kemudian, bagian B pada ayat 15: Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Anak Domba Allah yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Hal ini sama saja dengan tudung perlindungan terhadap anggota-anggota tubuh Kristus.
 
Mari kita lihat perbedaan dengan mereka yang beribadah dan tergembala, dari CIRI-CIRI DOMBA YANG TERGEMBALA.
Yohanes 10:2-4
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. (10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
 
Ciri-ciri domba-domba yang tergembala:
1.      Domba-domba mendengar suara Gembala, sama artinya; dengar-dengaran.
2.      Domba-domba mengikuti Gembala.
 
Sejauh ini kita sudah digembalakan oleh Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), ikutilah ke mana pun dia membawa kita. Yang pasti, Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh Mempelai. Ikuti saja ke mana pun kita dibawa; tidak usah bimbang.
Ikuti geraknya Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel; tidak usah bimbang, karena Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh Kristus yang sempurna. TUHAN sudah memberikan Pengajaran Pembangunan Tabernakel, yang disingkat dengan “PPT” kepada kita.
 
Hal ini nampak jelas sebagai ciri-ciri manakala domba-domba tergembala dengan baik, yaitu;
1.      Dengar-dengaran.
2.      Ikuti Gembala.
Jangan ikuti yang lain, sebab hanya satu Gembala. Jangan ikuti cara yang lain.
 
DAMPAK POSITIF DENGAR-DENGARAN.
Yohanes 10:3
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
Gembala memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya = Dikenal.
 
Biarlah kiranya kita saling kenal dan mengenal; saya mengenal domba-domba, dan domba-domba mengenal saya.
-          Jadi, tidak hanya sekedar datang, duduk, dengar Firman, lalu sidang jemaat sebagai domba pulang begitu saja.
-          Sebaliknya, dari sisi gembala; datang beribadah, berdiri di mimbar untuk menyampaikan Firman, lalu sesudah ibadah, pulang begitu saja.
Tidak demikian; tetapi kita harus saling kenal dan mengenal. Belajarlah dari Firman, sebab ibadah ini bukan Taurat; oleh sebab itu, kita harus saling kenal dan mengenal lebih dalam.
Jangan saudara lebih mengenal preman di luaran sana dari pada lebih mengenal TUHAN. Jangan gembala lebih mengenal orang di luaran sana dari pada domba-domba yang digembalakan; pandai mengambil hati orang di luaran sana, tetapi tidak memperhatikan domba-domba di dalam penggembalaan, itu tidak benar.
 
Jadi, harus saling kenal dan mengenal, karena itu juga dinyatakan di dalam Yehezkiel 20.
Yehezkiel 20:37
(20:37) Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.
 
Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku ... Domba-domba lewat dari bawah tongkat gembala, berarti; tergembala. Selanjutnya, memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.
Tadi, dalam Yohanes 10 kita perhatikan: Gembala memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya = Dikenal. Sedangkan di sini kita perhatikan; kehidupan domba yang tergembala itu dihitung oleh gembala.
 
Jadi, dari sini kita dapat mengambil suatu kesimpulan yang baik dan positif: Kalau tergembala dengan benar, tergembala dengan baik, maka nama kita dikenal, nama kita terdaftar di sorga. Kemudian, menjadi bilangan TUHAN, dengan lain kata; terhitung menjadi bagian tubuh Kristus (menjadi bilangan TUHAN).
Jangan sampai kita terhitung menjadi bilangan antikris, yang memiliki cap meterai 666 (enam ratus enam puluh enam), tetapi biarlah kita terhitung menjadi bilangan TUHAN, itulah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang sebagai inti mempelai, tetapi bayangan dari inti mempelai ialah Wahyu 7:9, di mana mereka datang dari berbagai suku, kaum, bahasa dan bangsa. Itulah hitungan bilangan TUHAN, yaitu 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang dan bayangannya.
 
Itulah kalau dengar-dengaran (domba yang dengar-dengaran), yaitu; “nama terdaftar di sorga”, kemudian “dihitung” menjadi bilangan TUHAN. Apa bilangan TUHAN? Itulah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang tertulis dalam Wahyu 7:1-8, sedangkan bayangan Mempelai tertulis pada Wahyu 7:9, itulah kumpulan besar orang banyak yang datang dari berbagai suku, kaum, bahasa dan bangsa.
 
Biarlah kiranya nama kita semua terdaftar di sorga. Biarlah kita semua dihitung menjadi bilangan TUHAN, karena kita semua menjadi suatu kehidupan yang tergembala, itulah domba-domba yang tersembelih, di mana tanda penyembelihan itu ada di dalam tubuh-Nya. Saya bersyukur kepada TUHAN Yesus, karena Dia adalah Gembala yang baik kepada kita semua.
 
Kita kembali memperhatikan Injil Yohanes 10.
Yohanes 10:3-4
(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
 
Perhatikan bagian kalimat dari ayat 3: Ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar, dituntun ke luar. Dari kandang domba itu, domba-domba dituntun ke luar.
Kemudian, jika semua domba-domba yang digembalakan itu telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
 
“Dituntun ke luar” atau “dibawa ke luar”, berarti ini adalah suatu kegiatan yang membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh Kristus yang sempurna. Dituntun ke luar adalah suatu kegiatan yang membawa kita pada kesatuan tubuh. Jadi, tidak hanya ada di dalam penggembalaan ini, tetapi seorang gembala yang baik juga harus menuntun domba-dombanya ke luar.
Apa arti ke luar? Itu merupakan suatu kegiatan positif, supaya kita boleh bersatu dengan kawanan domba yang lain; dan hal itu nampak jelas di dalam Yohanes 10:16.
 
Yohanes 10:16
(10:16) Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
 
TUHAN Yesus berkata: Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini.
 
Jadi, kawanan domba Allah bukanlah hanya bangsa pilihan, bukan hanya Yahudi (Israel), tetapi domba-domba yang lain, juga adalah kawanan domba yang harus digembalakan menjadi satu kawanan penggembalaan, itulah Israel dan kafir. Ketika dibawa ke luar, itu adalah suatu kegiatan yang luar biasa, supaya kita semua menjadi satu.
Kemarin, 2 (dua) kali berturut-turut kita mengadakan suatu persekutuan Kebaktian Paskah Kebangkitan dan Kebaktian Kenaikan TUHAN Yesus; kita dituntun ke luar lewat persekutuan hamba-hamba TUHAN via zoom. Ketika kita dituntun ke luar, maka harus ada kerelaan di hati; jangan justru bersungut-sungut dengan berkata: “Sedikit sedikit korban ... Sedikit sedikit korban ...
 
Harus ada kerelaan di hati untuk dituntun ke luar untuk menyatu dengan anggota tubuh yang lain, sebab kawanan domba Allah bukan hanya bangsa pilihan (umat Israel), tetapi juga bangsa kafir yang mau masuk dalam penggembalaan itu untuk dipersatukan, Israel dengan kafir menjadi satu, itulah puncak persekutuan yang sempurna. Israel dan kafir bersatu, itulah persekutuan dalam bentuk internasional.
Jadi, dimulai dengan persekutuan yang terkecil, itulah kandang penggembalaan ini; antar kandang penggembalaan, antar sinode gereja, sampai nanti antar negara, memuncak antar persekutuan internasional kafir dan Israel.
Jadi, TUHAN sudah berikan kereta kepada kita, itulah Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), sebuah wadah yang akan menolong dan membawa kita masuk dalam persekutuan dengan domba-domba yang lain.
 
Sekarang kita akan memperhatikan: Kapan waktu yang tepat untuk mencari tempat untuk berbaring?
Kita kembali belajar dari Kidung Agung 1.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Ini adalah kerinduan dari mempelai TUHAN, yaitu mencari tempat untuk berbaring, berarti; menjadi suatu kehidupan yang tergembala.
 
Kita memperhatikan kalimat: ... Di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Jadi, mempelai perempuan mencari tempat untuk berbaring adalah pada waktu petang hari. Berarti, sebelum menjelang malam hari, sebelum puncak gelapnya malam, itulah puncak kesesakan, sebab pembinasa keji berdiri di tempat kudus.
 
Jadi, hari-hari terakhir ini adalah gambaran dari petang hari. Ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk mencari tempat untuk berbaring, mencari tempat untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala. Ini adalah waktu yang tepat; hari-hari terakhir ini adalah waktu petang (hari petang) menjelang malam, menjelang puncaknya kegelapan, puncak kesesakan, di mana aniaya antikris (pembinasa keji) berdiri di tempat kudus. Mereka akan berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun menjadi diktator buas.
 
Kita akan melihat hal itu di dalam 2 Tesalonika 2, dengan perikop: “Kedurhakaan sebelum kedatangan TUHAN.” Jadi, kedurhakaan dulu terjadi, barulah selanjutnya TUHAN datang. Oleh sebab itu, mulai dari sejak sekarang; jangan suka memberontak, tetapi jadilah domba-domba yang tergembala.
Sebelum TUHAN datang, pendurhakaan dan pemberontakan itu akan terlaksana dulu. Siapakah mereka yang mendurhaka ini? Apakah saya, atau saudara? Siapa yang mendurhaka nanti? Mari kita lihat dan belajar dari Alkitab.
 
2 Tesalonika 2:3-4
(2:3) Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, (2:4) yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.
 
Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Oleh sebab itu, biarlah kita tergembala dengan baik-baik. Dengar-dengaranlah, ikutilah Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Jangan disesatkan oleh ajaran apapun dan oleh siapapun dalam bentuk pelayanan apapun; jangan lagi. Saya dan saudara sudah berada pada jalur yang tepat dan benar; tidak usah ragu, yakin saja.
 
Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa. Sebelum hari itu terjadi, sebelum hari TUHAN datang pada kali yang kedua, terlebih dahulu murtad harus dinyatakan, itulah orang-orang (manusia) durhaka yang harus binasa.
Jadi, sebelum TUHAN datang, sebelum hari TUHAN, terlebih dahulu murtad terjadi; itulah orang-orang durhaka yang suka memberontak, tetapi akhirnya binasa. Pendeknya, sebelum TUHAN datang, antikris terlebih dahulu tampil.
Tetapi saya mau sampaikan: Antikris sudah ada di depan mata. Jangan saudara anggap enteng, dengan berkata: “Ah, aman, biasa, seperti biasa. Kerja, pulang, tidur. Kerja, pulang, tidur. Paling saya genapi sedikit-sedikit dengan ibadah.” Eits, saya sampaikan dengan tandas: Antikris sudah ada di depan mata. Saya tidak mau menguraikannya secara gamblang, karena saya tidak mau berdosa kepada TUHAN dan pemerintah. Saya hanya sampaikan saja begitu; mengerti sajalah maksud saya.
 
Siapakah manusia durhaka yang harus binasa? Yaitu lawan yang meninggikan diri, itulah orang-orang yang sombong, di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Mereka meninggikan diri dan mengaku sebagai Allah yang harus disembah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah, itulah antikris.
Hati-hati, kalau satu kekuasaan sudah mulai memerintah di dalam rumah TUHAN; hati-hati. Saya tidak mau memanjangkan, tetapi saudara mengerti saja.
Itu sebabnya, tadi saya berkata: “Saudara sudah berada di track yang benar”, itu memang sudah benar. Bukan saya membela penggembalaan ini dan saya pura-pura menyatakan “ini yang paling benar”, tidak, tetapi memang sudah paling benar. Jangan sampai pengikutan saudara sia-sia hanya karena sesuap nasi; hati-hati.
 
2 Tesalonika 2:5
(2:5) Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu, ketika aku masih bersama-sama dengan kamu?
 
Tidakkah kamu ingat, bahwa hal itu telah kerapkali kukatakan kepadamu ... Tentang kedatangan antikris ini sudah harus disampaikan berkali-kali dan saudara tidak boleh bosan mendengarkannya. Harus diingatkan terus sampai terpatri di hati kita masing-masing.
 
2 Tesalonika 2:6
(2:6) Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya.
 
Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia ... Sebetulnya, antikris itu sudah ada di atas muka bumi, bahkan di antara kita. Tetapi mengapa pergerakannya itu belum 100% (seratus persen), karena ternyata masih ada yang menahan, apakah itu?
 
2 Tesalonika 2:7-8
(2:7) Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, (2:8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.
 
Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja ... Sebetulnya, antikris itu sudah mulai bekerja, tetapi masih ada yang menahan. Lalu jikalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, pada waktu itulah antikris memproklamirkan dirinya sebagai antikris.
 
Jadi, antikris itu sudah ada, tetapi belum memproklamirkan dirinya dengan terang-terangan. Segala sesuatunya ini sudah mengarah kepada satu kekuasaan tunggal. Pelan-pelan dengan barcode, dengan chip, naik terus dengan data-data melalui A, B, C, D ... hal ini tidak bisa saya terangkan supaya saya tidak berdosa kepada pemerintah dan kepada sorga. Belum disebut “antikris”, tetapi gelagat, geliat, gerakan ini, sudah menuju pergerakan antikris. Walaupun belum memproklamirkan dirinya “saya antikris”, tetapi geliat, gelagat, gerakannya sudah nampak. Saudara harus percaya kepada Firman.
Maka, jangan mendua hati dengan berkata: “Tetapi, kata pendeta itu di Youtube tidak begitu” Kalau saudara mau tergembala di situ, silahkan pergi, tetapi kalau saudara mau tergembala di sini, maka dengarlah suara penggembalaan yang baik. Dengar-dengaran dan ikuti Gembala; tidak boleh mendua hati dengan gembala lain, sebab nanti beda pengertiannya. Arti di sana “begitu”, arti di sini “begini”, tidak boleh sana sini, begini begitu. Kalau di sini, ya di sini saja; titik.
 
Setelah yang menahannya itu disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka (antikris) baru akan menyatakan dirinya terang-terangan sebagai antikris, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya, tentunya sesudah aniaya antikris 3.5 (tiga setengah) tahun.
Sebetulnya juga, pada akhirnya mereka akan binasa, tetapi pada awalnya, itu akan terjadi, di mana pembinasa keji berdiri di rumah TUHAN selama 3.5 (tiga setengah) tahun.
 
Jadi, selama korban-korban sehari ini masih dinyatakan, hargailah itu. Apakah itu korban sehari-hari?
1.      Korban sembelihan à Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib (penyembelihan).
2.      Korban santapan à Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni; tidak ditambahkan dan dikurangkan.
 
Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni, berarti Firman tidak ditambahkan dan dikurangkan.
Apa yang ditambahkan? Satu ayat ditambahkan cerita isapan jempol, dongeng nenek tua, filsafat.
Apa yang dikurangkan? Itulah berita Firman, pengajaran salib diganti dengan 2 (dua) hal;
1.      Pengajaran salib diganti dengan Teologi kemakmuran, artinya; orang Kristen harus kaya, tidak boleh miskin.
2.      Pengajaran salib diganti dengan sensasi-sensasi, sibuk mengadakan mujizat-mujizat, itulah yang disebut ibadah laut dan ibadah bumi.
 
Jadi, kalau sudah disingkirkan korban sehari-hari ini, barulah nanti antikris langsung memproklamirkan dirinya sebagai antikris. Saat ini sudah ada antikris dan sudah bekerja, dan saya sudah melihat pekerjaannya, hanya saja belum memproklamirkan dirinya bahwa dia adalah antikris
Jangan saudara ingin “pulang”, tetapi saudara tidak mendapatkan pengertian, saudara abaikan pengertian ini, saudara rugi sendiri. Tidak boleh lagi ibadah seperti itu demi nyawa saudara, demi nyawa keluargamu, demi anakmu. Bagaimana kalau anakmu disembelih di depan matamu? Siapa yang kuat?
Oleh sebab itu, berhati-hati, sungguh-sungguhlah beribadah. Tidak cukup, lebih dari pada itu harus tergembala untuk selanjutnya menjadi domba sembelihan, karena darah Anak Domba adalah satu-satunya cara untuk menyucikan diri, menyucikan jubah yang kotor, yang penuh noda cacat cela itu, tidak ada lagi cara yang lain.
 
Jadi, jangan saudara sibuk dihipnotis oleh seorang hamba TUHAN yang sibuk mengadakan sensasi dalam setiap pertemuan ibadah.  
Di Amerika banyak sekali yang seperti itu; sebentar-sebentar buka jas, lalu dihempaskan ke jemaat, supaya jemaat rubuh. Memangnya, kalau jemaat sudah “rubuh” untuk apa? Bukankah pengertian yang datang dari Firman, itulah yang kita utamakan. Lalu, kalau sudah terjadi mujizat dihempaskan dihempaskan dihempaskan, lalu untuk apa? Apa kelanjutannya?
Kalau Firman diuraikan, kelanjutannya adalah kita melangkah sesuai dengan ketetapan Firman sampai langkah-langkah Firman membawa kita sampai Yerusalem baru.  Kita harus bijaksana untuk mencari tempat untuk berbaring.
 
2 Tesalonika 2:10
(2:10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
 
Dengan rupa-rupa tipu daya jahat ... Di situ banyak terjadi mujizat, tetapi sebetulnya itu adalah mujizat-mujizat palsu. Untuk apa mengadakan mujizat palsu? Siapa yang menerima mujizat palsu ini? Terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
Kebenaran yang sejati hanyalah salib. Hanya salib yang dapat menyelamatkan hidup manusia dari bumi ke sorga. Kalau kita hanya menerima rupa-rupa tipu daya, mujizat-mujizat, itu semua tidak ada artinya.
 
Siapa yang menerima rupa-rupa tipu daya, mujizat-mujizat palsu? Adalah mereka yang akan binasa, yaitu mereka yang tidak menerima dan tidak mengasihi kebenaran yang sejati, itulah Salib. Padahal, yang menyelamatkan kita adalah salib. Pengantara dari bumi ke sorga adalah salib. Itu sebabnya, Yesus tergantung di atas kayu salib, menjadi pengantara Allah dengan manusia.
 
Jadi, sudah sangat jelas sekali, bahwa; Rut ini adalah perempuan yang baik-baik, setelah kita mendapatkan pengertian yang luar biasa ini. Rut adalah perempuan baik-baik, dia bukan perempuan nakal, dia tidak mengejar orang-orang muda, baik yang kaya maupun yang miskin; dia justru datang berbaring di bawah kaki Boas dengan tepat dan benar. Biarlah kita datang dengan tepat dan benar di bawah kaki Boas rohani.
TUHAN Yesus Kristus, Dialah Gembala yang baik, takkan kekurangan, baik jasmani maupun secara rohani.
-          Secara jasmani; makan, minum dan pakaian dicukupkan.
-          Secara rohani; segala kekurangan, segala kelemahan tidak nampak lagi. Kekurangan yang memalukan itu tidak nampak lagi, itulah yang namanya tidak kekurangan.
 
Sekarang kita lihat: ORANG-ORANG YANG TIDAK MAU TERGEMBALA.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Kehidupan yang tidak tergembala atau kehidupan yang mengembara di sini ialah “teman-teman. Jangan sampai kita ini hanyalah sebatas teman seperjalanan saja. Janganlah kita hanya sebagai teman-teman seperjalanan, karena kalau hanya sebagai “teman” saja, bukan sebagai “sahabat”, maka kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang mengembara, tidak tergembala.
 
“Teman-teman” ini bukanlah “sahabat”, hanya sebatas teman seperjalanan saja. Kalau dia adalah “sahabat”, maka dia akan mengerti kita dalam kesusahan. Yesus adalah Saudara dan Sahabat sejati, di dalam Amsal 17:17; Dia mengerti kita.
Tetapi di sini kita melihat, kehidupan yang tidak tergembala, kehidupan yang mengembara, itu adalah “teman-teman.” Jangan kita menjadi “teman-teman” semata.
 
Pada akhirnya juga saya mengerti; mana “teman-teman”, mana “sahabat.
 
Mari kita melihat Injil Matius 11.
Matius 11:16-17
(11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
 
Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar ... Anak-anak Kerajaan Sorga memang sedang berada di pasar; lalu, pada saat itu berseru kepada teman-temannya. Kemudian, anak-anak Kerajaan Sorga ini bertindak 2 (dua) hal:
1.      Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari. Anak-anak Kerajaan Sorga meniup seruling bagi “teman-teman”, tetapi “teman-teman” tidak menari.
2.      Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Anak-anak Kerajaan Sorga menyanyikan kidung duka, tetapi “teman-teman seperjalanan” tidak berkabung.
Berarti, kehidupan yang tidak tergembala adalah kehidupan yang tidak taat kepada Firman, seperti apapun bunyi Firman disampaikan, namun mereka tetap tidak taat. Itulah “teman-teman.
 
Seperti apapun bunyi Firman yang disampaikan itu, namun “teman-teman” tidak taat kepada bunyi Firman yang disampaikan. Justru sebaliknya, dibalik ketidak-taatan itu, apa yang nyata dalam kehidupan teman-teman?
Jangan sampai kehidupan kita ini hanya sebatas “teman-teman” saja loh ya; sepertinya ada dalam penggembalaan, tetapi ternyata hanya sebatas “teman-teman” saja, hanya untuk meramai-ramaikan ibadah ini saja. Kalau hanya ramai-ramaikan, lihatlah kelakuan mereka pada ayat 18-19.
 
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
“Teman-teman” berkata: Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Sesudah Yohanes Pembaptis -- yang disebut Elia -- yang mempersiapkan jalan bagi sang Raja, lalu sang Raja datang, tetapi di sini disebut; Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
Singkatnya: “Teman-teman” tampil sebagai pengejek-pengejek, di mana kelakuan dari pada “teman-teman” hanyalah menjadi sebagai pengejek-pengejek.
Kita sudah melihat pengejek-pengejek di dalam 2 Petrus 3, di mana mereka tidak percaya kepada janji kedatangan TUHAN untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, bahkan mereka tidak mau tahu bahwa Firman Allah itu berkuasa mengadakan yang tidak ada menjadi ada, bahkan memelihara hidup kita untuk membawa sampai kepada kehidupan kekal. Demikianlah “teman-teman” ini tampil sebagai pengejek-pengejek.
 
Ejekan YANG PERTAMA: Kepada Yohanes, “teman-teman” berkata: “ia tidak makan, dan tidak minum”, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan.
“Teman-teman” berkata bahwa Yohanes kerasukan setan, mengapa? Karena Yohanes tidak makan dan tidak minum, dengan lain kata; Yohanes puasa. Sesungguhnya, puasa itu penting, mengapa? Sebab dengan puasa, maka daging ini hancur dan rusak berkeping-keping, sehingga tidak layak, tidak bisa didiami oleh roh jahat dan roh najis, dengan lain kata; supaya tidak menjadi takhta Setan.
Kalau daging dielus-elus, ujung-ujungnya adalah menjadi takhta Setan. Tetapi kalau daging ini rusak wujudnya, hancur oleh salib dan oleh puasa, maka tidak akan menjadi takhta Setan.
Tetapi “teman-teman” berkata: “Ia kerasukan setan.” Yang benar yang mana? Perkataan “teman-teman”, itulah pengejek-pengejek, atau apa yang dilakukan oleh nabi Yohanes? Tetapi yang pasti di sini ialah hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
 
Ejekan YANG KEDUA: Kepada Anak Manusia, “teman-teman” berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Mengapa mereka berkata demikian? Sebab Anak Manusia datang, Ia makan dan minum.
Jadi, kedatangan Anak Manusia untuk yang kedua kalinya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Apa buktinya Ia datang sebagai Mempelai Pria Sorga? Sebab dalam pesta nikah Anak Domba Allah telah disembelih; tersedia hidangan sebagai makanan dan minuman.
Itulah kedatangan Anak Manusia untuk yang kedua kali tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, tetapi “teman-teman” justru berkata: Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Jelas, kalau pada akhirnya orang berdosa, pemungut cukai mau berbalik dari keadaannya yang lama dan bertobat, maka akan menjadi sahabat Anak Manusia dalam pesta nikah Anak Domba.
 
Lihatlah, kalau tidak tergembala, maka tidak akan mengerti apa-apa; nol pengertiannya tentang sorga, tentang keselamatan. Bagaimana kita bisa selamat kalau tidak punya pengertian? Apakah orang bodoh bisa masuk sorga? Tidak bisa. Tetapi dengan pengertian oleh Firman Allah, maka kita dapat menyenangkan hati TUHAN.
Lihatlah, pada akhirnya benar, sebab di sini dikatakan: Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Siapa yang berhikmat, apakah pengejek atau Yohanes Pembaptis? Siapa yang berhikmat, apakah Anak Domba Allah, Mempelai Sorga, atau pengejek?
Oleh sebab itu, kita bersyukur kepada TUHAN; tergembalalah dengan sungguh-sungguh, supaya kita di hadapan TUHAN bukan hanya sebatas “teman-teman seperjalanan” saja, tetapi sudah harus menjadi sahabat-sahabat Anak Manusia dalam pesta nikah Anak Domba. Haleluya.. Amin..
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 

No comments:

Post a Comment