KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, May 6, 2021

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 29 APRIL 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 29 APRIL 2021
 
KITAB RUT
(Seri:135)
 
Subtema: PERJALANAN HIDUP ROHANI RUT: Iman, Pengharapan dan Kasih Rut
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah-tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab, yang disertai dengan perjamuan suci.
Biarlah kiranya bahagia dan damai sejahtera memerintah di hidup kita, di tengah ibadah ini, dan Roh Allah menguasai kehidupan kita, sehingga ibadah ini menjadi korban dan persembahan, bahkan dupa yang berbau harum dan menyenangkan hati TUHAN.
 
Selanjutnya, mari kita sambut STUDY RUT atau KITAB RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Kita masih berada pada Rut 3.
Rut 3:11
(3:11) Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.
 
Boas bersedia untuk menyanggupi permintaan Rut pada ayat 9, yaitu;
1.      Melindungi.
2.      Penebusan.
 
Sesungguhnya, segala doa, segala permohonan, segala harapan dan permintaan kita kepada TUHAN, pada dasarnya TUHAN bisa sanggupi. Tidak ada sesuatu yang tidak bisa disanggupi oleh TUHAN, tetapi tentu saja, doa dan harapan kita harus bekerja sama dengan apa yang menjadi kerinduan TUHAN tentunya; semata-mata doa kita bukan hanya untuk kesenangan pribadi, tetapi doa kita, permohonan kita, kerinduan kita harus selaras dengan TUHAN tentunya.
Jadi, tidak ada yang tidak bisa TUHAN sanggupi, semuanya bisa TUHAN sanggupi, tetapi tentu saja, doa dan permohonan dan permintaan  harus selaras dengan kerinduan, harus selaras dengan keinginan TUHAN itu sendiri, sebab segala sesuatu yang kita minta, tentu juga tujuannya hanya untuk menyenangkan hati TUHAN, bukan untuk menyenangkan hati manusia.
 
Pertanyaannya: APA ALASAN BOAS MENYANGGUPI PERMINTAAN RUT?
Rut 3:11B mengatakan: Sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik. Setiap orang di dalam kota Betlehem tahu bahwasanya Rut adalah seorang perempuan baik-baik. Pendeknya: Rut dikategorikan sebagai perempuan baik-baik.
Kalau kita disebut menjadi gereja baik-baik, maka TUHAN akan sanggupi segala permintaan, TUHAN akan sanggupi segala permohonan, TUHAN akan jawab segala doa-doa yang kita naikkan kepada TUHAN. Setiap orang dalam kota Betlehem tahu bahwa Rut adalah seorang perempuan baik-baik.
 
Rut dikategorikan sebagai perempuan baik-baik, di mana jejak digitalnya atau perjalanan hidupnya sudah terekam dan tercatat dengan jelas pada kitab Rut pasal 1, pasal 2, dan pasal 3 tentunya. Jadi, semua orang yang ada di dalam kota Betlehem tahu bahwa Rut itu adalah perempuan baik-baik.
Biarlah kiranya kehidupan kita menjadi gereja (perempuan) yang baik-baik, menjadi kehidupan yang baik-baik secara lahir dan batin. Jangan kita sibuk hanya memperhatikan lapisan luar, di mana lahiriahnya terlihat baik tetapi lapisan dalam tidak terlihat baik, tetapi lapisan lahir batin harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
 
Jadi, jejak digitalnya atau perjalanan hidup rohaninya sungguh-sungguh terekam dan tercatat dengan jelas pada kitab Rut pasal 1, pasal 2, dan pasal 3. Marilah kita periksa, dimulai dari Rut pasal 1; memang, kelihatannya kita mundur, tetapi tidak mengapa, karena TUHAN mau memberkati kita malam ini dan seterusnya.
 
PERJALANAN HIDUP ROHANI RUT PADA RUT PASAL 1.
Rut 1:1-2
(1:1) Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. (1:2) Nama orang itu ialah Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke daerah Moab, diamlah mereka di sana.
 
Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Kalau hakim yang memerintah, berarti belum ada raja yang memerintah di Israel pada waktu itu. Jadi, pada zaman hakim-hakim ini terjadilah kelaparan yang hebat.
Oleh karena kelaparan yang hebat, yang sangat mencekam, yang sangat meresahkan penduduk Israel, termasuk Betlehem, lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing. Mereka pergi ke daerah Moab meninggalkan Betlehem, Efrata.
-          Nama orang itu ialah Elimelekh.
-          Nama isterinya adalah Naomi.
-          Dan nama kedua anaknya laki-laki adalah Mahlon dan Kilyon.
Mereka itu adalah orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda.
 
Namun pada ayat berikutnya, Rut 1:3-6, pada akhirnya, Naomi harus kehilangan segala-galanya, kehilangan harta, kehilangan kekayaannya, kehilangan harta bendanya, termasuk orang-orang yang paling dikasihinya, itulah;
-          Elimelekh, suaminya.
-          Kemudian, kedua putranya, yaitu Mahlon dan Kilyon.
Dan akhirnya, Naomi menjadi janda.
 
Rut 1:7
(1:7) Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda,
 
Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya. Jadi, kedua menantunya juga sudah menjadi janda. Satu janda gereja tua, dua janda gereja muda, mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda.
 
Setelah Naomi kehilangan segala-galanya, termasuk kehilangan Elimelekh, suaminya, dan kehilangan dua putranya, yaitu Mahlon dan Kilyon, akhirnya Naomi kembali (pulang) ke tempat asalnya, yakni Betlehem, tanah dari suku Yehuda, beserta kedua menantunya, yaitu Rut dan Orpa yang juga sudah menjadi janda. Baik Naomi sudah menjadi janda, maupun kedua menantunya (Rut dan Orpa) juga sudah menjadi janda.
 
Setelah Naomi mendengarkan bahwasanya TUHAN kembali memberkati keadaan Israel, termasuk tanah Yehuda, itulah Betlehem-Efrata, akhirnya Naomi kembali ke Betlehem-Efrata, tanah Yehuda, bersama-sama dengan kedua menantunya yang sudah janda itu, itulah Rut dan Orpa.
 
Rut 1:8-13
(1:8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras (1:10) dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu." (1:11) Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (1:12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"
 
Sementara mereka berjalan pulang untuk ke tanah Yehuda, di sini kita melihat; Naomi mendesak kedua menantunya itu untuk kembali kepada orang tuanya, untuk kembali kepada bangsanya, yakni bangsa Moab.
 
Naomi mendesak kedua menantunya itu -- Rut dan Orpa -- untuk kembali kepada orang tuanya dan kembali kepada bangsanya, sebanyak 3 (tiga) kali:
YANG PERTAMA, ayat 8-10. Alasan Naomi mendesak kedua menantunya untuk pulang ialah supaya pada akhirnya kedua menantunya itu mendapat tempat perlindungan masing-masing di rumah suaminya. Namun, baik Rut maupun Orpa menolak untuk pulang kepada bangsa mereka, yaitu bangsa Moab. Mereka tetap bersikeras untuk ikut dengan Naomi.
YANG KEDUA, ayat 11. Alasan Naomi mendesak kedua menantunya untuk pulang ialah sebab Naomi tidak dapat melahirkan anak laki-laki lagi bagi kedua menantunya itu. Itulah alasan yang kedua, sehingga ia mendesak kedua menantunya itu untuk segera pulang atau kembali ke rumah orang tuanya dan kepada bangsanya, karena dia tidak mungkin lagi dapat melahirkan anak laki-laki lagi kepada kedua menantunya.
YANG KETIGA, ayat 12-13. Alasan Naomi mendesak kedua menantunya untuk pulang ialah supaya hal yang pahit seperti yang dialami oleh Naomi jangan menimpa kedua menantunya itu (Rut dan Orpa).
 
Maka, selanjutnya kita melihat ayat 14 ...
Rut 1:14
(1:14) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
 
Pada akhirnya, di sini kita melihat: Di tengah jalan, Orpa mencium mertuanya itu minta diri. Artinya, setelah didesak sebanyak 3 (tiga) kali, akhirnya pengikutan dari pada Orpa berhenti di tengah jalan.
 
Kalau pengikutan kita berhenti di tengah jalan, maka kerugiannya sangat besar sekali, sebab segala sesuatu yang telah dipersembahkan, sebab segala sesuatu yang telah dikorbankan menjadi sia-sia, menjadi percuma. Kalau segala yang kita korbankan ini harus menjadi sia-sia, ya lebih baik tidak usah ikut TUHAN dengan sungguh-sungguh dari sejak sekarang; tinggal di rumah saja, ikuti maunya saudara, ikuti keinginan daging saudara, ikuti kehendak daging, ikuti kehendak pikiran, tidak usah ikut TUHAN sungguh-sungguh, kalau memang pengikutan kita harus berhenti di tengah jalan.
 
Untuk apa kita ikut TUHAN kalau harus berhenti di tengah jalan? Semua sia-sia; tenaga, pikiran yang sudah dikorbankan, uang, material yang sudah dikorbankan menjadi sia-sia. Kalau memang harus menjadi sia-sia, tidak usah ikut TUHAN dengan sungguh-sungguh, di rumah saja tidur, ikuti kehendak daging, ikuti keinginan daging, ikuti apa maunya saudara walaupun itu menyakiti hati TUHAN; tetapi saya tidak memberi saran yang demikian.
Yang saya maksud adalah kalau toh akhirnya pengikutan kita berhenti di tengah jalan, ya mulai dari sejak sekarang saja tidak ikut TUHAN. Dari pada capek pura-pura rendah hati kepada TUHAN Yesus, pura-pura rendah hati kepada gembala, tetapi akhirnya pengikutan berhenti di tengah jalan, ya lebih baik tidak usah dari sekarang.
Apakah ada yang pura-pura rendah hati di sini? Di depan baik, tetapi di belakang tidak. Kalau saya bicara seperti ini, berarti masih ada.
 
Intinya: Pengikutan dari gereja Orpa berhenti di tengah jalan. Pengikutan yang seperti ini akan mengalami kerugian yang besar.
 
Kita kembali membaca ayat 14 bagian C.
Rut 1:14
(1:14) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.
Sedangkan gereja Rut tetap berpaut pada Naomi, mertuanya.
 
Apapun kesulitan, apapun penderitaan, apapun pergumulan-pergumulan hidup yang disebut dengan ujian dan pencobaan yang sangat mendesak kehidupan kita, namun biarlah pengikutan kita tidak berhenti di tengah jalan.
Saya kembali sampaikan: Apapun kesulitan kita, apapun penderitaan yang kita alami saat ini, apapun pergumulan-pergumulan yang kita alami saat ini, itu semua disebut dengan ujian dan pencobaan yang sangat mendesak -- mungkin karena ekonomi mendesak, penyakit mendesak, banyak lagi hal yang mendesak --, namun pengikutan kita kepada TUHAN tidak boleh berhenti di tengah jalan.
 
Itulah kondisi rohani gereja Rut; tidak berhenti di tengah jalan. Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita tetap berpaut kepada TUHAN, walaupun mengalami kesulitan sebagai desakan, walaupun mengalami banyak pergumulan, didesak oleh kesulitan, didesak oleh pergumulan, didesak oleh apa saja sebagai ujian dan cobaan, namun kita tetap berpaut kepada TUHAN.
Jangan hanya karena baru menganggur sedikit, lalu langsung uring-uringan; tetap ikut TUHAN, jangan berhenti di tengah jalan.
 
Rut 1:15
(1:15) Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."
 
Setelah Orpa berhenti di tengah jalan, berkatalah Naomi kepada Rut: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."
 
Sekarang kita lihat: REAKSI RUT mendengarkan pernyataan ini yang selalu diulang-ulang sebagai ujian yang mendesak Rut. Mari kita lihat respon dari pada Rut terhadap desakan itu.
Rut 1:16
(1:16) Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;
Kata Rut kepada Naomi: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau
 
Artinya; pendirian dan ketetapan hati dari gereja Rut sangat kuat, sehingga tidak mudah dipengaruhi, tidak mudah diombang-ambingkan oleh apapun, termasuk kesulitan, termasuk penderitaan, termasuk pergumulan yang mendesak.
 
Kita kembali membaca ayat 16 bagian B sampai dengan ayat 17.
Rut 1:16
(1:16) Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; (1:17) di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
 
Kalau tadi akhirnya pengikutan gereja Orpa berhenti di tengah jalan, tetapi sebaliknya, Rut tetap berpaut pada Naomi.
Ketetapan hati Rut ini dibuktikan dengan perkataannya, yakni ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan -- di mana kuburmu, di situlah kuburku --.
 
Perkataan Rut kepada Naomi dibagi 3 (tiga) bagian, YANG PERTAMA: Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam.
Perkataan ini kalau dikaitkan dengan Pola (Pengajaran) Tabernakel, terkena pada daerah HALAMAN.  Daerah Halaman, itu berbicara tentang IMAN atau percaya.

Biarlah kiranya TUHAN pertajam karunia jabatan kita, secara khusus untuk bisa mengatur alat musik (sound system), tetapi harus dengan rendah hati, supaya diurapi TUHAN. Rendah hati itu bukan hanya saat ibadah, tetapi setiap waktu harus rendah hati. Dalam kerendahan itu, di situlah urapan itu deras sekali datang, sebab Dia mencari tempat yang rendah; seperti air yang mengalir, dia tidak menjangkau ketinggian. Bahkan di tempat yang rendah pun, ketika ada gundukan di situ, dia akan lalui.  Kalau saudara melihat muara, ketika ada gundukan di situ pun akan tetap bisa dilalui sampai berada di laut, itulah titik terendah (titik nol). Jadi, dari situlah ukuran kerendahan hati.
Tidak bisa kita rendah hati di tengah ibadah, tetapi di rumah menjadi bos terus, tidak rendah hati, itu tidak bisa. Kita butuh pengurapan TUHAN. Saya pun tetap belajar untuk rendah hati, walaupun saya adalah kepala rumah tangga; tidak harus menjadi diktator, karena saya butuh pengurapan dari Allah. Jadi, seorang hamba TUHAN membutuhkan pengurapan untuk mengerjakan semuanya ini, sebab semuanya harus berjalan dengan lancar.
Roh Kudus itu tidak bisa dimanipulasi, percayalah. Saya pun ketika membelakangi Roh Kudus, rasanya setengah mati ketika menyampaikan Firman TUHAN. Doakan, supaya saya tenang dalam menyampaikan firman malam ini.
 
Kembali saya sampaikan: Perkataan dari pada Rut yang pertama, kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena pada Halaman, sedangkan halaman itu berbicara tentang iman atau percaya.
 
Kita akan memperhatikan Roma 10, dengan perikop: “Ketidakpercayaan Israel”, dengan lain kata; Israel tidak percaya kepada TUHAN. Mengapa ketidakpercayaan bangsa Israel ini harus ditulis?
Roma 10:16-18
(10:16) Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?" (10:17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (10:18) Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi."
 
Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?" Yesaya ini adalah nabi dari Israel, bukan nabi dari bangsa kafir; jadi, dia diutus kepada bangsa Israel dan Yehuda.
Setelah Rasul Paulus memberitahukan tentang kondisi bangsa Israel pada zaman Yesaya memberitakan firman, lalu pada ayat 18, Rasul Paulus berkata: Aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi."
 
Pada akhirnya, oleh karena ketidakpercayaan bangsa Israel ini, bangsa kafir (bangsa yang bukan Yahudi) percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, sebab bangsa kafir telah menerima kabar baik, dengan demikian; perkataan-perkataan dari hamba-hamba TUHAN yang diutus oleh TUHAN telah sampai ke ujung bumi, sampai kepada bangsa kafir, sampai ke bangsa Indonesia, sampai kepada kita malam ini.
Singkat kata: Iman percaya timbul dari pendengaran akan firman Kristus, firman Yang Diurapi. Harus firman Kristus, harus firman Yang Diurapi.
 
Mari kita lihat FIRMAN YANG DIURAPI.
Saudara harus tahu firman Kristus, firman Yang Diurapi.
2 Petrus 1:20-21
(1:20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (1:21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
 
Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, tidak boleh diartikan sesuka hati saat khotbah. Banyak saya lihat hamba TUHAN yang seperti itu, baik di televisi, baik di media sosial, mereka sesuka hati dalam menyampaikan firman TUHAN. Sesungguhnya, Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang (hamba-hamba TUHAN) berbicara atas nama Allah.
 
Singkatnya: Firman Allah yang disampaikan oleh hamba-hamba TUHAN yang diutus oleh TUHAN tidak boleh ditafsirkan menurut kehendaknya sendiri, tetapi oleh dorongan Roh-El Kudus. Firman itu disampaikan harus dengan dorongan Roh-El Kudus, itulah yang disebut ilham Roh-El Kudus.
Misalnya; ayat menjelaskan ayat, atau ayat menerangkan ayat. Jadi, ayat yang satu dijelaskan oleh ayat yang lain; saling menjelaskan, saling menerangkan, saling menguatkan antara ayat yang satu dengan ayat yang lain, itulah pemberitaan firman dalam ilham Roh Kudus, itulah firman Yang Diurapi. Jadi, dengan demikian, iman timbul dari pendengaran firman Kristus.
 
Tidak mungkinlah satu ayat atau dua ayat firman, lalu diterangkan dengan si kancil, dijelaskan dengan si buaya, dijelaskan oleh cerita-cerita isapan jempol, dijelaskan dengan dongeng-dongeng yang tidak jelas keasliannya, tidak mungkinlah iman timbul dari sana. Walaupun sepertinya sidang jemaat terhipnotis oleh karena bahasa yang tinggi-tinggi, oleh karena gaya dari hamba TUHAN tersebut luar biasa, lalu oleh karena gaya, sehingga terhipnotis, tanpa sadar, sidang jemaat sebagai audiens memberi applause (tepuk tangan); sebetulnya, itu bukan iman.
Yang pasti, iman timbul dari firman Kristus, firman yang diurapi; ayat satu menjelaskan ayat yang lain, ayat satu menerangkan ayat yang lain. Jadi, saling menerangkan, saling menjelaskan; mulut ini hanyalah penyambung mulut bibir lidah TUHAN.
 
Ketika bangsa Israel menolak firman, TUHAN mengutus hamba-hamba-Nya sampai ke ujung bumi; di situlah iman itu timbul, sehingga bangsa kafir pun percaya kepada Allah, percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, Allah yang esa, Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub, Allah Israel, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat yang berdaulat atas kehidupan kita masing-masing.
 
Semua belajar dan perhatikan hal ini, jangan diabaikan. Kita harus rendah hati. Tiadalah mungkin kita bisa berubah kalau kita tidak rendah hati saat menerima firman; tidak akan bisa berubah, percayalah.
Biar sehebat apapun seorang motivator, dia tidak akan bisa menyucikan hidup manusia. Jangankan hidup manusia, hidupnya (hidup dari seorang motivator) saja tidak suci, dan dia pun tidak bisa menyucikan audiens (sidang jemaat). Hanya Firman TUHAN yang bisa menyucikan kehidupan manusia, tetapi tentu harus disampaikan dengan Ilham Roh Kudus, supaya iman itu timbul.
 
2 Timotius 3:16-17
(3:16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (3:17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
 
Firman yang diilhamkan oleh Roh Allah yang suci, berkuasa dan bermanfaat:
1.      Untuk mengajar kita.
2.      Untuk menyatakan kesalahan kita.
3.      Untuk memperbaiki kelakuan kita.
4.      Untuk mendidik orang dalam kebenaran.
 
Empat hal ini tidak akan mungkin terjadi kalau kita hanya sekedar mendengar motivator. Empat hal ini akan kita alami dan terjadi dalam kehidupan kita, kalau kita mau menerima pemberitaan firman dalam ilham Roh-El Kudus, itulah firman yang diurapi, sehingga dengan demikian; tiap-tiap manusia atau anak-anak TUHAN atau milik kepunyaan TUHAN diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. TUHAN memperlengkapi kita untuk setiap perbuatan yang baik.
 
Kalau empat hal ini nyata di dalam diri kita, berarti TUHAN memperlengkapi kita untuk setiap perbuatan yang baik. Oleh sebab itu, dari tadi saya sampaikan; kita harus dengan rendah hati untuk mendengar firman, tetapi firman yang bagaimana? Mendengar firman yang diurapi, maka dari situ iman akan timbul.
Kalau saudara merasa hal ini penting, stabilokan: Dengan demikian, milik kepunyaan TUHAN diperlengkapi untuk setiap perbuatan yang baik.”
 
Kita perhatikan Amsal 1, dengan perikop: “Nasihat hikmat.” Nasihat Firman TUHAN harus kita terima malam ini dalam bentuk ilham Roh Kudus, ayat menerangkan ayat.
Amsal 1:20-23
(1:20) Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, (1:21) di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. (1:22) "Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? (1:23) Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu.
 
Hikmat Allah diserukan, antara lain;
-          Diserukan di jalan-jalan,
-          Diserukan di lapangan-lapangan,
-          Diserukan di atas tembok-tembok,
-          Diserukan di depan pintu gerbang kota.
Hal ini sama dengan pengakuan dari pada Rut kepada Naomi, mertuanya: Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam.
Itu kan masih di daerah luar (halaman), di lapangan -- itu berarti di halaman --, dan itu berbicara “iman.
 
Kasih TUHAN tidak pernah berkesudahan, bukan? Nasihat firman, didikan firman, kita terima, sebab TUHAN mau perlengkapi kita sebagai milik kepunyaan-Nya untuk setiap perbuatan baik. Tidak bisa kita berbuat baik di luaran sana, di mana pun kita berada, kalau TUHAN tidak memperlengkapi kita dengan firman Kristus.
 
Roma 10:11
(10:11) Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."
 
Barangsiapa yang percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, bukan hanya bangsa Yahudi, tetapi juga bangsa kafir percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, maka ia tidak akan dipermalukan.
Jadi, orang yang memiliki iman, baik bangsa Yahudi, maupun bangsa kafir -- yang bukan Yahudi --, tidak dipermalukan oleh TUHAN.
 
Hal yang senada juga diucapkan oleh Rasul Petrus. Jadi, apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, ternyata juga dinyatakan oleh Simon Petrus; dialah saksi hidup tentang penyaliban Yesus Kristus.
Sebetulnya, kita dibenarkan oleh iman, dibenarkan oleh darah salib (iman), dan dialah (Simon Petrus) saksi yang masih hidup, dan dia juga yang menyaksikan itu.
 
1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
 
Rasul Paulus dengan tegas mengatakan: Allah telah meletakkan di Sion ...
-          Sebuah batu yang terpilih.
-          Sebuah batu penjuru.
-          Sebuah batu yang mahal.
Ini adalah gambaran dari korban Kristus, gambaran dari pribadi Yesus Kristus yang disalibkan. Berbicara “batu” di sini, itu selalu terkait dengan pribadi Yesus yang disalibkan, itulah korban Kristus. Dan barangsiapa percaya kepada korban Kristus, Yesus yang disalibkan, maka ia tidak akan dipermalukan.
Jadi, iman percaya kita kepada darah salib itu penting; dan siapa yang percaya kepada korban Kristus tidak dipermalukan.
 
1 Perus 2:7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
 
Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal -- korban Kristus itu mahal --, tetapi bagi mereka yang tidak percaya, bagi mereka yang tidak memiliki iman: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, yang disalibkan oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.
 
Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan.
-          Batu yang telah dibuang, jelas itu berbicara tentang korban Kristus.
-          Tukang-tukang bangunan, itulah imam-imam kepala, tua-tua, ahli Taurat yang menyalibkan pribadi Yesus Kristus.
Itulah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Jadi, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, jelas itu menunjuk; korban Kristus.
 
Kedudukan dari iman, ada pada daerah Halaman, sedangkan pada daerah halaman terdapat 2 (dua) alat di dalamnya:
1.      Mezbah Korban Bakaran.
2.      Kolam Pembasuhan Tembaga.
 
Kalau dikaitkan dengan anatomi (tubuh manusia), maka kedudukan dari;
-          Mezbah Korban Bakaran ini ada pada kaki manusia, secara khusus tungkai bawah (tulang kering).
-          Sedangkan Kolam Pembasuhan Tembaga, kedudukannya ada pada tungkai atas manusia (paha).
Jadi, Mezbah Korban Bakaran dan Kolam Pembasuhan ini menopang Ruangan Suci, menopang pekerjaan TUHAN.  Iman itu dasar, itulah yang menopang Ruangan Suci.
 
Ibrani 11:1
(11:1) Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Iman itu adalah dasar untuk berharap, dasar untuk menopang Ruangan Suci (berharap).
 
-          Tabernakel lahiriah, itulah yang dibangun oleh Musa.
-          Tabernakel rohani, itulah tubuh kita (anatomi tubuh kita).
Jadi, kita tidak perlu membangun Tabernakel Musa. Yang kita bangun adalah Tabernakel rohani, sampai kepada sempurna, Tabernakel sejati, Kristus Yesus.
 
Sebab, banyak orang Kristen keliru soal Tabernakel ini. Ada yang bilang, Tabernakel adalah ajaran kuno, ajaran ketinggalan zaman, dan lain sebagainya, padahal dia tidak mengerti “arti rohani.
 
Kembali saya sampaikan: Iman adalah dasar untuk berharap, dasar untuk menopang Ruangan Suci. Kemudian, iman adalah bukti dari yang tidak kita lihat.
Kalau kita percaya bahwa langit bumi ini diciptakan oleh firman, itu adalah iman. Iman itu selain dasar untuk berharap, juga bukti dari yang tidak kita lihat. Ketika langit bumi serta unsur-unsurnya ini diciptakan, pada saat itu kita tidak ada di situ. Jadi, iman adalah bukti dari yang tidak kita lihat.
Sekali lagi saya tandaskan: Selain dasar untuk menopang Ruangan Suci, dasar untuk berharap, iman juga adalah bukti dari yang tidak kita lihat.
 
Itulah perkataan Rut pada bagian yang pertama. Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, itu terkena pada daerah Halaman, yang berbicara tentang iman percaya. Oleh sebab itu, Rut tidak dipermalukan oleh TUHAN sampai kapan pun.
Itu sebabnya, atas seizin TUHAN, Rut adalah;
-          Satu-satunya bangsa kafir yang dipercaya untuk membangun Israel menjadi Israel yang besar.
-          Satu-satunya bangsa kafir yang memiliki kitab dalam kitab suci ini.
Itulah iman.
 
Perkataan Rut kepada Naomi dibagi 3 bagian,  YANG KEDUA: Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.
Perkataan ini kalau dikaitkan dengan Pola (Pengajaran) Tabernakel, terkena pada RUANGAN SUCI.

Malam ini kita semua berada dalam perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab, Bible Study, berarti “belajar.” Kalau pun saudara lebih tua dari saya, saudara tidak perlu malu untuk Bible Study.
 
Kembali saya sampaikan: Perkataan Rut yang kedua ini, kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, terkena pada Ruangan Suci, yang berbicara tentang pengharapan.
Saya ini tidak asal-asal untuk mengatakan bahwa Ruangan Suci itu berbicara tentang pengharapan. Saya akan membuktikannya kepada saudara.
 
Saya berharap, kiranya sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, atau umat TUHAN yang senantiasa memberikan diri digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di dalam negeri, maupun di luar negeri, perhatikanlah baik-baik, ikuti dengan baik-baik supaya pengikutan kita tidak berhenti di tengah jalan, seperti gereja Orpa. Mari kita belajar sama seperti Rut, dan kehidupan kita digambarkan seperti gereja Rut di hari-hari terakhir ini.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Ruangan Suci itu berbicara tentang PENGHARAPAN.
1 Yohanes 3:3
(3:3) Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.
 
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci = Pengharapan.
Kalau kita mau menyucikan diri, sama seperti Dia hidup dalam kesucian, itu adalah pengharapan.
 
Mengapa kita harus hidup suci dan memberikan diri untuk disucikan oleh firman Allah? Karena kita menaruh pengharapan kepada Dia. Kalau kita tidak menaruh pengharapan ya untuk apa kita menerima penyucian firman? Lebih baik kita datang untuk melihat mujizat, lebih baik kita datang seperti hamba TUHAN yang sibuk mengadakan mujizat di dalam rumah TUHAN, di dalam kemah, di dalam gereja, untuk apa?
Tetapi yang pasti, penyucian supaya kita hidup suci adalah karena kita menaruh pengharapan kepada Allah, itulah Ruangan Suci, ruang penggembalaan, di situ kita mengalami penyucian oleh air yang limpah, karena kita menaruh pengharapan. Penyucian supaya kita hidup suci, itu adalah pengharapan. Kalau tidak mau disucikan, berarti tidak menaruh pengharapan kepada Allah.
 
Lewat pengertian yang suci, kita dapat menyenangkan hati TUHAN kelak. Tanpa pengertian, tiadalah kita bisa menyenangkan hati TUHAN, setiap kali kita menghadap TUHAN.
 
Ibrani 6:19
(6:19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,
 
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. Dan pengharapan itu telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, itulah Ruangan Maha Suci.
 
Kita ini berada di dalam penggembalaan GPT “BETANIA”, bagaikan berada di dalam Ruangan Suci, sehingga di dalam Ruangan Suci, di dalam penggembalaan ini, kita mengalami penyucian untuk menjadi sama dengan Dia yang adalah suci. Itu juga merupakan tanda bagi kita untuk menaruh pengharapan yang besar kepada Allah, tidak kepada yang lain.
Kalau tidak hidup suci, tidak mau menerima penyucian, maka kita bisa menaruh harap kepada yang lain; bisa menaruh harap kepada Setan yang bisa memberi kekayaan, walaupun tanpa kesucian. Tetapi orang yang menaruh harapan amat sangat besar kepada TUHAN, harus mengalami penyucian, supaya sama dengan Dia yang adalah suci.
 
Roma 8:24
(8:24) Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
 
Kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat bukanlah pengharapan lagi, sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
Ketika kita sudah melihat, lalu bagaimana kita menaruh harap kepada yang dilihat? Kita mengharap kepada yang tidak dilihat, itulah pengharapan yang benar.
 
Kita menerima penyucian oleh Firman Allah, itu karena kita menaruh pengharapan kepada yang tidak kita lihat, menaruh pengharapan yang besar kepada Allah, supaya kita masuk sorga, walaupun saat ini kita belum melihat sorga.
Jadi, sudah sangat jelas: Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, dan pengharapan itu berkuasa melabuhkan kita sampai kepada keselamatan, sampai ke balik tabir, itulah Ruangan Maha Suci, dengan lain kata; diselamatkan, itulah keselamatan kekal.
 
Kalau seseorang tidak mau menerima penyucian, maka ia pasti tidak menaruh pengharapan kepada Allah. Percayalah. Tetapi selama seseorang mau menerima penyucian demi penyucian di tengah Ruangan Suci (penggembalaan), pasti orang semacam ini menaruh pengharapan yang besar kepada Allah, tidak menaruh pengharapan kepada yang kelihatan;
-          Tidak menaruh pengharapan kepada pekerjaan.
-          Tidak menaruh pengharapan kepada gaji.
-          Tidak menaruh pengharapan kepada uang.
-          Tidak menaruh pengharapan kepada bisnis usaha.
-          Tidak menaruh pengharapan kepada apa saja yang kelihatan.
Tetapi pengharapan yang benar adalah berharap kepada yang tidak kelihatan.
 
Roma 8:25
(8:25) Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
 
Kalau memang kita mengharapkan Kerajaan Sorga, mengharapkan yang tidak kelihatan oleh mata, maka kita harus menantikannya dengan tekun.
 
Maukah saudara bertekun? Maukah saudara berpaut kepada TUHAN? Atau saudara mau berhenti di tengah jalan? Apakah terlalu banyak ujian yang mendesak? Bertekunlah walaupun ada ujian yang mendesak; entah itu derita, entah itu kesulitan, entah itu derita karena sakit, karena ini itu, kesulitan karena ekonomi merosot, pergumulan masih banyak, namun jangan berhenti di tengah jalan.
Saya tahu, tidak mudah untuk melewati itu semua. Saya pun harus mengakuinya, dan saya juga harus sampaikan: “Tidak mudah”, tetapi tetaplah berpaut kepada TUHAN. Biarlah kita menaruh pengharapan kepada TUHAN, kepada yang tidak kita lihat, dan untuk menantikannya, maka kita harus bertekun.
 
Marilah kita lihat “Ketekunan” itu di dalam Ibrani 10. Marilah kita lihat KETEKUNAN itu; apa yang dimaksud dengan ketekunan?
Ibrani 10:22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
 
Pada pembacaan Ibrani 10:22-24, kita menemukan 3 (tiga) kata di dalamnya:
1.      Pada ayat 22 terdapat kata IMAN à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
2.      Pada ayat 23 terdapat kata PENGHARAPAN à Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
3.      Pada ayat 24 terdapat kata KASIH à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.

Saudara perhatikanlah firman ini, semua harus rendah hati, supaya jangan sia-sia pengikutan kita. Tidak ada artinya jika kita sombong. Orang yang sombong akan direndahkan TUHAN, sedangkan orang yang rendah akan ditinggikan oleh TUHAN.
-          Siapa yang mau dibesarkan? Maka, rendah hati sajalah.
-          Siapa yang mau ditinggikan? Maka, rendah hati saja.
Kadang kita keliru;
-          Mau menjadi orang besar, tetapi tidak mau rendah hati,
-          Mau ditinggikan, tetapi tidak mau rendah hati,
Sehingga menjadi bodoh. Maka, lebih baik, kita pertahankan pengertian sorgawi lewat nasihat firman.
Lucunya, kadang seseorang tidak mengerti apa yang saya sampaikan, namun malah tersinggung, padahal yang saya sampaikan ini benar.
 
Kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel:
-          MEJA ROTI SAJIAN, arti rohaninya; tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = Domba-domba diberi makan. Hasilnya adalah iman (firman). Makanan rohani kita adalah firman iman.
-          PELITA EMAS, arti rohaninya; tekun dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian = Domba-domba diberi minum Roh. Hasilnya adalah pengharapan. Terang itu ada, karena ada minyak urapan Roh Kudus, ada kesaksian.
-          MEZBAH DUPA, arti rohaninya; tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan. Hasilnya adalah kasih. Hanyut dan tenggelam dan dihisap dalam kasih Allah saat kita menyembah TUHAN lewat doa penyembahan.
Jadi, yang disebut tergembala dalam Ruangan Suci, yang disebut menaruh pengharapan kepada Allah, yang disebut menaruh pengharapan kepada yang tidak kelihatan -- itulah Sorga --, maka harus tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok.
 
Ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, itu bukanlah buatan tangan manusia, tetapi itu adalah buatan tangan Allah, dari sorga. Jadi, saudara jangan keliru soal ibadah-ibadah di atas muka bumi; jangan seenaknya sendiri, jangan seenak udelnya hamba TUHAN mengatakan ibadah Family Altar, ibadah inilah, ibadah pertengahan minggu-lah, macam-macam, padahal dia tidak mengerti soal penggembalaan, dia tidak mengerti soal ketekunan dalam mengharapkan sorga yang tidak kelihatan. Saya greget melihat hamba TUHAN yang demikian.
Tetapi anehnya, lebih suka sidang jemaat mencari hamba TUHAN yang sesuka udelnya mengadakan ibadah; ada ibadah Family Altar, ada ibadah pertengahan minggu, ada ibadah ini, ada ibadah itu. Terserah, buat saja ibadah semacam itu, tetapi soal ibadah dari Allah, ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, itu adalah harga mati; di situlah kita bertekun mengharapkan yang tidak kelihatan.
 
Enak bukan? TUHAN tolong kita untuk masuk sorga. Jadi, kalau tidak selamat, maka jangan salahkan TUHAN loh saudara, khususnya dalam penggembalaan GPT “BETANIA” ini.
 
Ibrani 10:25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
 
Tekunlah dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok untuk menantikan pengharapan dari Allah, yang tidak kelihatan, itulah Kerajaan Sorga.
 
Kalau kita semua ditanya: Mau sorga atau neraka? Maka, pasti akan menjawab "Sorga, Oom" dengan cepat, tetapi tidak mau bertekun. Bukankah itu bodoh namanya?
Sekarang, sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, saudara umat TUHAN yang senantiasa bertekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, termasuk malam ini dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, ayo bertekun untuk menantikan pengharapan yang tidak kelihatan, itulah Kerajaan Sorga.
 
Banyak orang Kristen hanya mau “enaknya”, tetapi yang “tidak enaknya” tidak mau. Padahal sebetulnya, ketika kita memikul salib, semuanya menjadi enak sebetulnya. Awalnya kita ogah-ogahan karena takut, tetapi setelah dialami dan diselami, ternyata rendah hati itu nikmat.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Awalnya kita seperti ogah-ogahan terhadap salib, tetapi sebetulnya kalau kita lemah lembut dan rendah hati, betul-betul bertekun di dalam memikul salib itu, maka tenang jiwa kita, enak. Yang tidak tidak enak itu adalah keras hati, tebal hati, sombongnya minta ampun, tidak mau rendah hati. Harga diri dipasang terus, maka susahlah jadinya hidup ini, sehingga kaku mengasihi TUHAN, kaku mengasihi sesama, tidak mau ramah-ramah. Padahal kalau sudah diselami; enak, tenang kita ini. Enak tenang dan enak tenan. Enak toh? Sesungguhnya enak, tetapi karena kita sudah diawali dengan ogah-ogahan “ah, tiga macam ibadah pokok, lalu salib lagi”, loh yang bikin tenang itu adalah salib.
 
Roma 15:4
(15:4) Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.
Apa yang sudah ditulis oleh Musa soal Tabernakel, itu adalah menjadi pelajaran dengan segala arti rohaninya, supaya kita tekun menaruh pengharapan kepada TUHAN, soal ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok. Itu harus menjadi pengalaman kita dalam bentuk yang rohani. Saya berharap, kita belajar dari apa yang sudah kita terima malam ini.  
 
Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita. Ketika Musa naik di gunung Sinai, di situlah Musa menerima petunjuk dari Allah untuk mendirikan Tabernakel, lalu ditulis dengan rapi, dan tulisan itu bisa kita baca di dalam  Keluaran 25-30, soal petunjuk untuk mendirikan Tabernakel.
Lalu, juga menjadi pelajaran bagi kita sekarang secara rohani. Kalau dulu, Musa membuat 3 (tiga) macam alat di dalam Ruangan Suci, maka untuk kita sekarang, kita ambil arti rohaninya, itulah ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok, supaya apa? Supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok dan penghiburan dari firman yang tertulis.
Entah apa jadinya kalau kita jauh dari ibadah; yang menderita tetap menderita. Tetapi oleh karena firman ini, kita terhibur, ada pengharapan.
 
Perkataan Rut kepada Naomi dibagi 3 (tiga) bagian,  YANG KETIGA: Di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Di mana kuburmu, di situ pun kuburku.
Perkataan ini kalau dikaitkan dengan Pola (Pengajaran) Tabernakel, terkena pada RUANGAN MAHA SUCI. Sedangkan Ruangan Maha Suci berbicara tentang kasih yang tidak berkesudahan.
 
Rut 1:17
(1:17) di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
 
Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut! Hal ini berbicara tentang kasih. Jika sudah dipersatukan oleh kasih, maka tidak bisa dipisahkan oleh apapun, kecuali maut.
 
Jadi, sudah sangat jelas: Perkataan Rut yang ketiga ini, kalau dikaitkan dengan Pola Tabernakel, terkena pada Ruangan Maha Suci. Sedangkan Ruangan Maha Suci berbicara tentang kasih yang sifatnya kekal, tidak berkesudahan, tidak bisa terpisah oleh kasih, kecuali maut.
Tingkat rohani dari gereja Rut di hari-hari terakhir ini harus memuncak sampai kepada kasih; tidak terpisah dengan Allah, apapun resikonya, kecuali oleh maut. Jangan sampai karena tidak punya uang, lalu kita berpindah haluan dengan mengikuti allah asing. Jangan karena menganggur, kita tinggalkan penggembalaan, terpisah dari kasih Allah, lalu akhirnya tidak jelas keadaannya. Tetapi apapun yang terjadi, biarlah kiranya saya dan saudara tetap satu di dalam TUHAN, diikat oleh kasih Allah, tidak dapat dipisahkan oleh apapun, kecuali maut (kematian) menjemput.
Jangan dijemput orang untuk bekerja, lalu kita tinggalkan kasih Allah. Jangan dijemput pekerjaan, lalu kita tinggalkan kasih Allah. Siapapun yang menjemput, biarlah kita tetap satu dengan Allah, diikat oleh kasih yang kekal, kecuali dijemput oleh maut. Hanya satu yang menjemput kita bisa terpisah dari Allah, itulah maut.
 
Marilah kita lihat hal yang senada di dalam Yohanes 21, dengan perikop: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Inilah tuntutan TUHAN kepada hamba-hamba TUHAN, yaitu supaya kawanan domba Allah tergembala dengan baik; maka, seorang hamba TUHAN tidak boleh terpisah dari kasih Allah, selain dijemput oleh maut. Seorang hamba TUHAN harus memiliki komitmen, apalagi seorang gembala sidang.
 
Yohanes 21:15-17
(21:15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (21:16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (21:17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
 
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Namun, setelah mendengarkan pernyataan Simon Petrus, kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
 
Kemudian, kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Ini adalah pertanyaan yang kedua. Padahal, pertanyaan Yesus yang pertama sudah dijawab, namun masih ada pertanyaan yang kedua dengan pertanyaan yang sama.
 Lalu, jawab Petrus kepada TUHAN Yesus: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Petrus kembali menjawab Yesus dengan jawaban yang sama. Lalu, setelah mendengarkan jawaban Simon Petrus yang kedua ini, kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Tetap dengan pernyataan yang sama.
 
Lalu, kata Yesus untuk yang ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Setelah mendengarkan pertanyaan yang sama untuk yang ketiga kali ini, maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, dengan kata lain; sedihlah hati Petrus karena Yesus tahu bahwa Simon Petrus tidak mengasihi Yesus dengan kasih yang kekal, tidak mengasihi TUHAN dengan kasih Agape.
TUHAN Yesus tahu segala sesuatu, itu sebabnya Yesus berulang-ulang bertanya, lalu sedihlah hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, sama dengan; sedihlah hati Petrus karena TUHAN Yesus tahu bahwa ternyata dia tidak mengasihi TUHAN dengan kasih Agape, kecuali dengan kasih fileo dan kasih eros.
-          Kasih fileo adalah kasih daging.
-          Kasih eros adalah hubungan antara lawan jenis saja.
Sesungguhnya, yang TUHAN mau adalah kasih Agape, sifatnya kekal, tidak berubah-ubah, supaya kehidupan kita tidak terpisah dari kasih Allah, selain dijemput oleh maut. Itulah yang TUHAN mau.
Inilah yang TUHAN tuntut dari seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, yaitu mengasihi TUHAN dengan kasih Agape. Ketika dia mengasihi TUHAN dengan kasih Agape, maka dia pun bisa mengasihi sesama sama seperti mengasihi dirinya sendiri, dengan kata lain; dia dapat bertanggung jawab terhadap kawanan domba Allah yang dipercayakan oleh TUHAN.
 
Lalu Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Akhirnya, Simon Petrus menyerah dan mau mengasihi TUHAN dengan kasih Agape. Kalau kita menerima teguran, kita harus mau mengakui dan menyerah, sesuai dengan tuntutan firman yang kita terima.
 
Kembali saya sampaikan: Yang TUHAN mau dari seorang hamba TUHAN, yang TUHAN tuntut dari seorang gembala sidang adalah untuk mengasihi TUHAN dengan kasih Agape, sehingga dengan demikian ia dapat mengasihi kawanan domba Allah seperti mengasihi diri sendiri.
Kalau mengasihi karena keinginan daging (yang pertama), TUHAN belum puas. Kalau mengasihi karena ada lawan jenis, TUHAN belum puas. Yang TUHAN mau adalah seorang hamba TUHAN mengasihi TUHAN dengan kasih Agape, sehingga dengan demikian, ia bisa mengasihi kawanan domba Allah seperti dirinya sendiri.
 
Kalau saya melihat kondisi sidang jemaat terpuruk, saya bukan hanya sedih, tetapi juga kepikiran. Jika sidang jemaat terpuruk disebabkan oleh kesombongan, saya kepikiran; terpuruk karena memang ekonomi lemah, saya kepikiran; itulah supaya saudara tahu. Masih ada di antara kita yang menganggur, itu adalah beban saya. Saya selalu tangisi dalam sahutan saya kepada TUHAN.
 
Yohanes 21:18
(21:18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
 
Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki. Inilah hamba TUHAN dengan nafsu muda: Mengikat pinggang sendiri, kemudian berjalan ke mana saja sesuai dengan kehendaknya, keinginan hatinya saja, persis seperti Elimelekh; dia meninggalkan TUHAN hanya karena keinginan hatinya, dia bawa keluarganya sampai ke Moab. Sesudah di Moab, tidak sesuai dengan harapan yang besar kepada TUHAN, ternyata justru apa yang dia bawa dari Betlehem, semuanya habis, sehingga akhirnya menderitalah Naomi seorang diri. Itulah nafsu orang muda, dan itu harus dijauhkan; kita sudah mendapat pelajaran itu pada minggu-minggu yang lalu.
 
Tetapi perhatikan, pada bagian B: Tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.
Inilah kondisi dari pada Simon Petrus setelah ia tua: Ia mengulurkan tangan dan orang lain mengikatnya, dan selanjutnya membawa dia ke tempat yang tidak dia kehendaki.
Kalau dahulu, dia melangkah sesuai kehendaknya, tetapi setelah “tua”, dia mengulurkan tangan, menyerahkan diri kepada TUHAN, dipakai sesuai kehendak TUHAN, lalu orang lain mengikat tangannya, lalu dibawa ke tempat yang tidak ia kehendaki; itu adalah sangkal diri pikul salib. Inilah yang TUHAN tuntut dari seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, supaya dengan sungguh-sungguh mengasihi TUHAN dengan kasih yang kekal, kasih Agape, bukan fileo, bukan eros.
Kita pun hendaknya sama seperti demikian. Biarlah kiranya kasih Agape tinggal di dalam diri kita masing-masing.
 
PRAKTEK KASIH AGAPE tinggal di dalam diri kita, yang akan kita perhatikan dalam 1 Korintus 13, dengan perikop: “Kasih”, tetapi bukan kasih fileo, bukan kasih eros. Yang TUHAN tuntut dari sidang jemaat di Korintus adalah kasih Agape. Dan lewat Rasul Paulus, TUHAN pun bercerita tentang kasih Agape.
1 Korintus 13:1-3
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
 
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Kalau hamba TUHAN fasih lidah di tengah-tengah pemberitaan Firman TUHAN, entah itu menggunakan bahasa Ibrani, entah itu menggunakan bahasa Inggris, menggunakan bahasa daerah, menggunakan bahasa dari tiap-tiap negara, namun kalau ia tidak memiliki kasih, maka sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing; tidak berfaedah, sebab tidak mempunyai nada tinggi dan tidak mempunyai nada rendah, tidak berfaedah. Tidak bisa menyelami hati orang yang sombong, tidak bisa menyelami hati orang yang rendah hati; ini kan egosentris namanya. Inilah nafsu orang muda dari seorang hamba TUHAN, walaupun usianya tua.
 
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; kemudian memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih Agape, aku sama sekali tidak berguna.
 
Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku -- tidak salah memberitakan Injil, baik lewat TikTok, atau instagram, atau media sosial lainnya --, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih Agape, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
 
Yang TUHAN tuntut dalam pemberitaan firman yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus adalah kasih Agape; kasih yang sifatnya kekal, kasih yang abadi, kasih yang tidak berkesudahan; tidak terpisahkan dari kasih Kristus, kecuali dijemput maut. Inilah pribadi dari pada Rut di dalam hal mengikuti Naomi, gereja yang sudah mempunyai pengalaman dalam makan asam garam.
 
1 Korintus 13:4,8
(13:4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (13:8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati. Kasih tidak berkesudahan. Itulah kasih Agape.
 
Saya hanya membicarakan tentang kasih yang selalu diawali dengan kata “kasih”, seperti yang terdapat pada;
-          Ayat 4: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati.
-          Kemudian, pada ayat 8: Kasih tidak berkesudahan.
Itulah kasih Agape.
 
Jadi, kalau kita perhatikan perjalanan rohani dari pada gereja Rut sungguh luar biasa, mulai dari imannya, pengharapannya sampai kepada kasihnya, karena pengikutannya kepada TUHAN tidak berhenti di tengah jalan.
Sampai pada akhirnya nanti, Rut akan digambarkan seperti Tabut Perjanjian, yang terdiri dari 2 (dua) bagian:
Bagian yang pertama: Peti dari Tabut perjanjian yang sudah dilapisi dengan emas, bagian dalam dan luarnya, lahir batin ditutupi oleh tabiat Ilahi.
Bagian yang kedua: Tutupan grafirat (tutupan pendamaian) dengan 2 (dua) kerub di atasnya à Allah Tri Tunggal, yakni TUHAN Yesus Kristus.
-          Tutupan grafirat, itulah Yesus, Anak Allah.
-          Kerub pertama, itulah Allah Bapa, dengan kasih-Nya.
-          Kerub kedua, itulah Allah Roh-El Kudus.

Kemudian, dalam Keluaran 25, kedua sayap dari kedua kerub itu menudungi tutupan grafirat, dan kedua kerub itu berhadap-hadapan, fokus menghadap kepada tutupan grafirat. Demikian juga Allah Bapa dan Allah Roh Kudus berfokus kepada pekerjaan pendamaian yang dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah, untuk menutupi peti perjanjian, untuk menaungi peti perjanjian, sehingga tidak nampak lagi kekurangan-kekurangan, termasuk kekurangan dari Rut yang adalah bangsa kafir (bangsa Moab), sehingga 3 (tiga) benda ada di dalam peti Tabut Perjanjian, di mana semuanya bersifat kekal, mulai dari pada;
1.      Buli-buli emas berisi manna, itulah firman yang sifatnya kekal. Buli-buli, bejana tanah liat, tetapi sudah dilapisi dengan emas -- sifatnya kekal -- , berisikan manna.
2.      Kemudian, dua loh batu, itulah kasih yang sifatnya kekal.
3.      Lalu, tongkat Harun yang bertunas, itu berbicara tentang Roh Allah yang bersifat kekal, bersifat permanen.
 
Kalau sudah bersifat permanen, mari kita lihat Rut 1:18-22
Rut 1:18-22
(1:18) Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya. (1:19) Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: "Naomikah itu?" (1:20) Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. (1:21) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." (1:22) Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.
 
Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya. Akhirnya, Setan pun bosan melihat kita, kalau kita tetap berpaut kepada TUHAN. Karena darah salib jaminannya, maka Setan pun bosan untuk mendesak dengan segala ujian-ujian yang dinyatakan, segala dakwaan, penghukuman yang dinyatakan oleh Setan.
 
Naomi tidaklah Setan, tetapi pemikirannya yang Setan. Kalau menghalangi orang untuk ikut TUHAN, itu adalah pemikiran Setan, sama seperti pemikiran dari pada Simon Petrus. Ketika Yesus menceritakan keadaan-Nya, bahwa Ia harus mati terbunuh di atas kayu salib, lalu bangkit pada hari ketiga, setelah mendengar itu, Petrus berkata: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis." Petrus bukan Iblis, tetapi segala kegiatan ada rohnya. Kegiatan Petrus yang mengajak Yesus untuk menolak salib, itu adalah pekerjaan Setan.
Jadi, Setan pun bosan kok melihat kita, kalau dalam kehidupan kita ini dilumuri dengan darah salib. Oleh sebab itu, kalau tidak ada tanda darah, jangan coba-coba tengking Setan, apalagi dengan sombong berkata: “Saya lawan dia.” Hati-hati, saudara bisa kerasukan Setan nanti, tetapi harus dengan rendah hati; ada tanda darah.
 
Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: "Naomikah itu?"
Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi ke Moab dengan kelimpahan, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."
Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai. Akhirnya, Rut dan Naomi tiba di Betlehem pada saat permulaan musim menuai jelai.  Apakah itu kebetulan? Tidak.
 
Inilah hebatnya TUHAN; kalau TUHAN mau angkat kita, bangsa kafir, maka kita akan menuainya. Awal musim sampai akhir musim, kita akan menuainya. Dari Alfa sampai Omega, Salib yang menjembatani kita semua, dan itulah yang menopang kita sekaliannya. Ingatlah itu.
 
Inilah yang diketahui oleh Boas di dalam Rut 3:11, di situ Boas berkata: Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu, yaitu melindungi dan penebusan; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.
Inilah perempuan baik-baik dengan segala tindak-tanduknya. Inilah perempuan baik-baik dengan segala solah tingkahnya; sudah teruji di dalam hal pengikutannya kepada Naomi, mertuanya, di mana dia adalah gereja Rut yang setia. Oleh sebab itu, setialah.
 
TUHAN berlaku setia kepada orang yang setia; TUHAN berlaku suci kepada orang yang suci; tetapi terhadap orang yang bengkok hatinya, tidak lurus hatinya, TUHAN berlaku belat-belit. Biarlah kiranya kita semua menjadi kehidupan yang setia.
Kelompok yang mengaku diri baik ada banyak, bahkan sampai tidak mau dipersalahkan; tetapi kelompok yang setia sangat sukar untuk ditemukan. Biarlah kita semua menjadi kelompok gereja Rut yang setia, sampai tiba di Betlehem, rumah roti. Jangan pernah lagi engkau tinggalkan rumah roti, supaya engkau jangan kehilangan segala sesuatunya. Kembalilah, kalau engkau pernah terhilang.
Mungkin engkau sudah tinggalkan TUHAN, atau mungkin sepertinya engkau di dalam TUHAN tetapi sebetulnya engkau sudah tinggalkan TUHAN, lalu engkau harus kehilangan segala sesuatunya; sadarilah, kembalilah, tibalah sampai di Betlehem, rumah roti, maka semua gempar. Jadilah gereja TUHAN yang baik-baik. Haleluya.. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment