KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, May 20, 2021

Kebaktian Kenaikan PPT, 13 MEI 2021


 
KEBAKTIAN KENAIKAN PERSEKUTUAN:
PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT)
KAMIS, 13 MEI 2021 (SESI 1)
 
Tema: YESUS DIPERMULIAKAN (Kisah Para Rasul 1:3,9)
 
Subtema: CINCIN METERAI PALSU
 
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing, memenuhi ruangan di mana pun rekan-rekanku hamba TUHAN mengikuti secara online; kiranya sejahtera itu, bahagia itu memerintah di hati kita masing-masing. Segala puji, segala hormat selayaknya kita naikkan hanya bagi Dia; Dia layak untuk diagungkan, dimuliakan.
Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, tidak lupa juga menyapa umat TUHAN yang senantiasa tekun memberikan dirinya untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, baik lewat Facebook maupun Youtube di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita berdoa, dan dalam doa itu kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya Firman itu keluar. Dan itu adalah bukti bahwa TUHAN sangat mengasihi kita masing-masing.
 
Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih untuk kehadiran rekan-rekanku hamba TUHAN. Persekutuan ini dibangun oleh Kasih Mempelai, bukan dibangun atas dorongan keinginan daging kami sebagai panitia Kebaktian Kenaikan Persekutuan: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT), tetapi kami rindu supaya persekutuan ini benar-benar nyata, mengingat tanda-tanda zaman ini sudah jelas terlihat, dan memang muara dari ibadah adalah kesatuan tubuh Kristus yang sempurna.
 
Dan malam ini kita akan memperhatikan; sesudah Yesus Kristus melewati 2 (dua) proses, itulah pengalaman Yesus dalam tanda kematian-Nya, kemudian bangkit pada hari ketiga, lalu 40 (empat puluh) hari bersama-sama dengan murid di atas muka bumi ini, Ia menyatakan diri-Nya, menyatakan kemuliaan dari Kerajaan Sorga, lalu akhirnya terangkat ke sorga, itulah Injil Firman yang disampaikan oleh para rasul, para hamba-hamba TUHAN yang dipakai dengan luar biasa.
Kita berdoa, dengan rendah hati, kita nantikan uluran 2 (dua) tangan TUHAN: Shalom.
 
Kita juga punya yel-yel untuk sampai kepada kemuliaan atau kekekalan. Maka, kalau saya nyatakan “Kekekalan”, saudara menyahut “Penyembahan”, lalu kalau saya kembali menyatakan “Kekekalan”, maka saudara menyahut “Penyerahan diri”.
Kekekalan: Penyembahan. Kekekalan: Penyerahan diri.” Sebaliknya, “Penyembahan: Kekekalan. Penyerahan diri: Kekekalan”.
 
Tema malam hari ini adalah “YESUS DIPERMULIAKAN”, dengan subtema yang kita angkat dari Kisah Para Rasul 1:3,9, namun terlebih dahulu kita membaca Kisah Para Rasul 1:3, dengan perikop: “Roh Kudus dijanjikan”.
Kisah Para Rasul 1:3
(1:3) Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.
 
Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai -- sesudah kebangkitan-Nya, kepada mereka, Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya atau setelah melewati pengalaman kematian-Nya -- dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup -- hari ketiga Dia bangkit, Dia hidup --. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.
 
Singkatnya: Setelah melewati penderitaan-Nya -- atau pengalaman kematian --, akhirnya Yesus bangkit pada hari ketiga, dan dengan banyak tanda, Ia membuktikan bahwa Ia hidup. Kemudian, setelah kebangkitan-Nya itu, Ia masih diam di bumi ini selama 40 (empat puluh) hari, untuk menampakkan diri, sekaligus berbicara tentang Kerajaan Allah, sekaligus berbicara tentang kemuliaan Allah.
Hal ini sesuai dengan apa yang sudah kita baca tadi. Kita sudah membaca dan memperhatikannya bersama-sama.
 
Namun, kemuliaan atau Kerajaan Allah tidak hanya dibicarakan, bukan hanya impian semata, tetapi kelak akan menjadi bagian kita bersama-sama, itulah Firman Injil yang disampaikan oleh para rasul, para hamba-hamba TUHAN. Kita juga kelak akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Jadi, kemuliaan, Kerajaan Allah tidak sekedar dibicarakan, bukan hanya sekedar impian, tetapi itu kelak bisa menjadi bagian kita, itulah Injil Firman yang disampaikan.
 
Lanjut kita memperhatikan ayat 9, sebagai rangkaiannya.
Kisah Para Rasul 1:9
(1:9) Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
 
Akhirnya, terangkatlah Ia, berarti; Ia dipermuliakan.
Yesus naik dan dipermuliakan, dan hal itu disaksikan oleh murid-murid dan orang-orang Galilea, dan awan menutupi-Nya dari pandangan mereka.
 
Kisah Para Rasul 1:10-11
(1:10) Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, (1:11) dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
 
Kemudian, dua saksi Ilahi -- itulah Musa dan Elia -- berkata: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.
Perkataan dari dua saksi Ilahi ini, menunjukkan; kemuliaan atau Kerajaan Sorga bukan sekedar impian, bukan hanya sekedar selayang pandang, bukan hanya sekedar diraba-raba, tetapi tidak dimiliki. Tetapi yang benar adalah kemuliaan dan Kerajaan Sorga kelak akan menjadi bagian kita, secara khusus bagi orang-orang yang akan turut dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
 
Pada ayat 11 tadi, 2 (dua) saksi itu berkata: “... akan datang kembali ...”, dan itu diwujudkan sehingga hal itu ditulis oleh Rasul Yohanes di dalam Wahyu 1:7. Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. Jadi, apa yang dia lihat, itu ditulis oleh Rasul Yohanes, dan hal itu akan terwujud kelak.
 
Sekarang, kita akan melihat bukti kebenaran dari Kisah Para Rasul 1:11, yang juga ditulis dan dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika.
1 Tesalonika 4:13-14
(4:13) Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. (4:14) Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Kalau ada yang meninggal, tidak usah berlarut-larut dalam dukacita, apalagi menangis dengan jungkir balik.
Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, itulah Injil, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus -- dalam kematian dan kebangkitan -- akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
 
Jikalau kita percaya bahwa Yesus telah mati dan bangkit, maka kita juga harus percaya, bahwa: Mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Artinya; turut dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Hal ini harus diberitakan dengan tandas oleh seorang gembala sidang kepada sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN dalam sebuah penggembalaan.
 
1 Tesalonika 4:18
(4:18) Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.
 
Hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini: Yesus mati dan bangkit dan akhirnya naik ke Sorga, dipermuliakan.
Hal itu harus disampaikan kepada sidang jemaat sebagai berita penghiburan. Jadi, berita penghiburan itu bukan soal “berkat jasmani”, bukan soal “perkara lahiriah”, bukan soal “sensasi-sensasi” yang dibuat oleh kebanyakan hamba-hamba TUHAN.
Tetapi penghiburan yang dimaksud di sini adalah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya kelak bersama-sama dengan kita.
 
Sekarang kita akan melihat: KEMULIAAN ALLAH DALAM PERJANJIAN LAMA, sebagai bayangan dari kemuliaan TUHAN Yesus Kristus.
Kejadian 40:14-15
(40:14) Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. (40:15) Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini."
 
Singkatnya: Adapun hal ihwal Yusuf adalah ia dicuri, diculik dari negeri orang Ibrani, lalu dibawa ke Mesir, lalu dimasukkan ke dalam liang tutupan tanpa dosa, tanpa salah. Jelas, hal ini berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan, seperti Yesus Kristus, Anak Allah; dari sorga turun ke bumi, lalu mati di atas kayu salib tanpa dosa, lalu dibangkitkan pada hari yang ketiga.
 
Kejadian 40:23
(40:23) Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.
 
Kenyataannya, Yusuf tidak diingat oleh kepala juru minuman itu, sebaliknya dia dilupakan begitu saja. Artinya; pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan itu adalah merupakan kehendak Allah Bapa di sorga, bukan kehendak manusia; maka, kita harus terlebih dahulu bertekun di dalamnya, yaitu mati, bangkit, bersama dengan TUHAN.
Hal itu semata-mata bukan kehendak manusia. Kalau maunya Yusuf adalah dia cepat-cepat keluar dari liang tutupan, tetapi maunya TUHAN tidaklah seperti itu. Pengalaman kematian dan kebangkitan itu harus terlebih dahulu kita alami bersama-sama sebelum dipermuliakan bersama dengan Dia.
 
Intinya: Pengalaman kematian itu harus dialami oleh Yusuf, sesuai dengan kehendak Allah.
 
Kita akan perhatikan Kejadian 41, dengan perikop: “Yusuf di Mesir sebagai penguasa”, menjadi pemerintah, menjadi mangku negara, istilah sekarang adalah perdana menteri.
Kejadian 41:40-41
(41:40) Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." (41:41) Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
 
Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu. Yang memerintah adalah Yusuf, sekalipun Firaun mempertahankan takhtanya, namun itu tidak jadi soal.
 
Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
Singkatnya: Yusuf dilantik menjadi kuasa, menjadi kepala pemerintahan atas seluruh tanah Mesir, istilah sekarang disebut mangkunegara atau perdana menteri. Pendeknya: Yusuf dipermuliakan setelah ia melewati bermacam-macam kesusahan, setelah ia melewati bermacam-macam kesulitan, bermacam-macam penderitaan yang disebut dengan pengalaman kematian dan kebangkitan.
 
Jadi, untuk bersama-sama kita dipermuliakan dengan TUHAN, terlebih dahulu kita melewati pengalaman kematian dan kebangkitan.
Kalau bapak Pendeta Pong berkata: Kalau kematiannya benar, maka kebangkitannya juga benar. Tetapi kalau kematiannya tidak benar, maka kebangkitannya juga palsu. Namun kalau kita bertekun dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, maka kita juga turut dipermuliakan bersama-sama dengan TUHAN, itulah Firman Injil yang disampaikan oleh para rasul.
 
Yusuf dipermuliakan setelah ia melewati bermacam-macam kesusahan, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan, dan akhirnya betul-betul dipermuliakan oleh TUHAN; tidak palsu. Kemuliaannya pun tidak palsu.
 
Untuk meneguhkan apa yang sudah dialami oleh Yusuf tadi, kita perhatikan Kolose 3, dengan perikop: “Carilah perkara di atas”.
Hamba-hamba TUHAN, termasuk saya, harus mencari perkara di atas. Jangan sibuk mencari perkara di bawah.
Kolose 3:1-4
(3:1) Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. (3:2) Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (3:3) Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. (3:4) Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
 
Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Kerinduan di hati adalah supaya kita kelak bersama-sama dengan Dia di dalam kemuliaan.
 
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Kalau kita bertekun di dalam tanda kematian dan kebangkitan, maka pada ayat 4 ini dikatakan: Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Kalau kita bertekun di dalam tanda kematian dan kebangkitan, maka kelak kita pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan, dengan lain kata; turut dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
 
Setelah melewati pengalaman kematian, kelak kita pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia di dalam kemuliaan, turut dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Itu sebabnya, malam ini kita merayakan peristiwa yang luar biasa ini; ini bukanlah sekedar ibadah biasa, tetapi supaya kita betul-betul turut dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Oleh sebab itu, kalau kita dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara di atas, di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Allah Bapa; pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bawah (di bumi) ini.
Jangan kita sibuk memikirkan perkara-perkara lahiriah. Jangan kita membawa diri kita berada di ladang dunia. Jangan membawa diri kita untuk berada di ladang pemalas. Tetapi biarlah kita betul-betul mencari perkara di atas, di mana Kristus ada duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
 
BUKTI YUSUF DIPERMULIAKAN.
Kita akan memperhatikan Kejadian 41:42, namun pembacaan diawali dari ayat 41.
Kejadian 41:41
(41:41) Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
 
Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir", menjadi kepala pemerintah, menjadi mangkunegara atau perdana menteri = Dipermuliakan.
 
Sekarang, BUKTINYA kita perhatikan pada ayat 42.
Kejadian 41:42
(41:42) Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya.
 
Dengan meminjam tangan Firaun, Allah mengaruniakan 3 (tiga) hal kepada Yusuf:
1.      Cincin meterai.
2.      Pakaian dari lenan halus.
3.      Kalung emas.
Ini adalah bukti bahwa Yusuf dipermuliakan oleh TUHAN.
 
Selanjutnya, marilah kita mengikuti penjelasan dari 3 (tiga) hal di atas, yang diawali dari penjelasan tentang CINCIN METERAI.
Cincin meterai, jelas itu menunjuk; Roh Allah yang suci dengan kuasa yang sangat besar, atau kuasa penuh. Mengapa demikian? Sebab pada cincin tersebut terukir stempel kerajaan, yang disebut “meterai”.
Saya tambahkan sedikit: Sebuah surat akan diakui legalitasnya, atau dianggap sah, apabila surat itu telah diberi meterai atau diberi stempel. Sebaliknya, surat yang tertulis akan diragukan keabsahannya bila tanpa meterai atau tanpa stempel, sekalipun ada tanda tangan tertera di situ, sekalipun isi surat itu penting.
 
Kebenarannya dapat kita temukan dalam Ester 3. Mengenai cincin meterai ini, kita belajar dari Ester 3, dengan perikop: Muslihat Haman untuk memunahkan orang Yahudi.
Ester 3:8-9
(3:8) Maka sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. (3:9) Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak sepuluh ribu talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja."
 
Di sini kita melihat: Haman menghadap raja Ahasyweros dan memohon agar kiranya dikeluarkan surat titah atau surat perintah. Adapun isi surat titah, isi surat perintah itu ialah untuk membinasakan (memunahkan) semua bangsa Yahudi yang berada di bawah kekuasaan atau teritorial raja Ahasyweros. Itulah isi dari pada surat tersebut, yang merupakan permohonan dari Haman.
 
Ester 3:10
(3:10) Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu,
 
Setelah mendengarkan permohonan dari Haman yang licik ini, maka raja Ahasyweros mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu.
 
Ester 3:12
(3:12) Maka dalam bulan yang pertama pada hari yang ketiga belas dipanggillah para panitera raja, lalu, sesuai dengan segala yang diperintahkan Haman, ditulislah surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya; surat itu ditulis atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja.
 
Singkat kata: Oleh perintah Haman, maka panitera raja atau sekretaris raja menulis surat kepada ...
-          Wakil-wakil raja.
-          Setiap bupati yang menguasai daerah teritorial Ahasyweros.
-          Setiap pembesar bangsa, antara lain; kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya.
Kemudian, surat itu ditulis atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai atau diberi stempel dengan cincin meterai raja Ahasyweros.
 
Lalu, kita amati ayat 13.
Ester 3:13
(3:13) Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas -- yakni bulan Adar --, dan supaya dirampas harta milik mereka.
 
Akhirnya, surat yang isinya untuk membinasakan, untuk membantai, untuk memunahkan semua orang Yahudi tanpa terkecuali dalam satu hari saja, yakni pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas, dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan teritorial Ahasyweros; surat itu dikirim dengan perangko kilat.
 
Ester 3:14
(3:14) Salinan surat itu harus diundangkan di dalam tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, supaya mereka bersiap-siap untuk hari itu.
 
Salinan surat itu harus diundangkan di dalam tiap-tiap daerah, kemudian diumumkan kepada segala bangsa, supaya mereka bersiap-siap untuk hari itu, hari yang ditentukan untuk mengeksekusi seluruh orang Yahudi, besar kecil, tua muda, tanpa terkecuali. Dan nanti setelah dipunahkan, selanjutnya segala harta bendanya akan dirampas, itulah kelicikan dari pada Haman, dan tulisan itu sudah dituliskan pada ayat 14: salinan surat itu harus diundangkan di dalam tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa. Memang sadis dan mengerikan sekali.
 
Ester 3:15
(3:15) Maka dengan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan. Sementara itu raja serta Haman duduk minum-minum, tetapi kota Susan menjadi gempar.
 
Undang-undang itu pun dikeluarkan di dalam benteng Susan, tempat gadis-gadis cantik ditempatkan, di antaranya adalah Ester -- yang disebut Hadasa --. Singkat kata: Kota Susan pun menjadi gempar.
 
Setelah kita melihat surat dan isinya, yang dimeteraikan dengan stempel cincin meterai raja, sekarang timbul pertanyaan bagi kita: MENGAPA HAMAN BERIKHTIAR UNTUK MEMBUNUH, MEMBINASAKAN DAN MEMUNAHKAN ORANG-ORANG YAHUDI?
Untuk mendapat jawaban yang pasti, kita akan membaca Ester 3.
Ester 3:1
(3:1) Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda.
 
Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag ... Dari nama ini pun sebetulnya sudah jelas kita dapat mengenal orang seperti apa dia dan karakternya seperti apa.
 
Jadi, bermula ketika pangkat Haman serta kedudukannya ditetapkan lebih tinggi dari semua pembesar yang ada di istana raja Ahasyweros; bermula dari situ.
Kalau saudara diberkati dengan harta kekayaan, ya puji TUHAN. Kemudian, kalau pangkat dan kedudukanpun naik, ya puji TUHAN. Itu semua tidak harus dan tidak untuk disombongkan.
 
Ester 3:2-3
(3:2) Dan semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud. (3:3) Maka para pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berkata kepada Mordekhai: "Mengapa engkau melanggar perintah raja?"
 
Sehubungan dengan pangkat dan kedudukannya yang sudah dinaikkan itu begitu tinggi, melebih pejabat-pejabat lain di istana kerajaan Ahasyweros, maka semua pegawai raja yang di depan pintu gerbang istana raja harus berlutut, harus bersujud kepada Haman, sesuai dengan perintah raja.
Tetapi di sini kita melihat; Mordekhai tidak berlutut, Mordekhai tidak sujud kepada Haman, sehingga penunggu pintu gerbang istana raja pun terheran-heran, sebab Mordekhai telah melanggar perintah raja, sesuai dengan laporan Haman kepada raja Ahasyweros tadi, di mana hukum Yahudi berbeda dengan hukum mereka hanya karena Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepada Haman. Dari sini lah mulanya sehingga ada tulisan yang isinya untuk memunahkan orang Yahudi, lalu distempel dengan cincin meterai raja Ahasyweros.
 
Lebih jauh lagi kita melihat ayat 5-6.
Ester 3:5-6
(3:5) Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman, (3:6) tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros.
 
Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman, tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja. Bagi Haman, untuk memunuh satu orang Mordekhai saja, itu terlalu hina. Kedudukannya begitu tinggi, namun membunuh budak, itu terlalu hina bagi dia. Membunuh satu orang budak yang terbuang itu terlalu hina. Membunuh satu kecoak, terlalu hina bagi dia, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu; jadi, terlalu hina bagi dia untuk membunuh satu kecoak; istilahnya begitu.
Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros. Lalu Haman akhirnya berikhtiar untuk memunahkan orang Yahudi di pembuangan itu.
 
Singkatnya: Melihat Mordekhai tidak berlutut, tidak sujud kepada Haman, maka sangat panaslah hati Haman. Sejak itulah Haman berikhtiar untuk memunahkan orang-orang Yahudi, bangsa dari Mordekhai itu sendiri.
Pendek kata: Haman berusaha untuk membunuh seluruh orang Yahudi karena panas hati dari Haman tidak dapat diredam. Sebenarnya, ini adalah dosa Kain, dosa yang telah diwariskan beberapa ribu tahun yang lalu.
 
Haman berikhtiar untuk memunahkan orang-orang Yahudi hanya karena panas hatinya tidak bisa diredam. Jelas, ini adalah dosa Kain, yang diwariskan beberapa ribu tahun yang lalu.
Hati-hati dengan dosa panas hati. Kita bersyukur, organisasi Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) sudah memilih pemimpin untuk memimpin kita sampai tahun 2025, jelas itu dari TUHAN Yesus. Ada 2 (dua) kandidat pada awalnya, namun siapapun yang menang, itu dari TUHAN Yesus. Kalau ada sesuatu yang tidak sesuai, tidak perlu panas hati. Hati-hati dengan panas hati.
Ketika melihat isteri, maka suami tidak perlu panas hati. Ketika melihat suami, maka isteri tidak perlu panas hati. Ketika melihat anak yang kurang tunduk, hormat pada orang tua, maka orang tua jangan sampai panas hati berlebihan. Hati-hati.
 
Mari kita melihat dosa yang pertama kali menguasai manusia, pada Kejadian 4.
Kejadian 4:6-8
(4:6) Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? (4:7) Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (4:8) Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.
 
Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Kalau hati panas, maka muka pasti muram seperti cabe keriting.
Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Kalau hati kita baik, maka pasti wajah berseri awet muda; itulah yang membuat hamba-hamba TUHAN awet muda. Kesusahan sehari, cukup sehari; hari esok mempunyai kesusahannya sendiri, sehingga menjadi awet muda. Jika tidak ada beras, maka tidak usah panas hati. Jika tidak ada uang sekolah anak-anak, maka tidak usah panas hati. Jika tidak ada untuk membayar token listrik, maka tetap tenang saja.
 
Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu ... Sebetulnya, TUHAN sudah ingatkan Kain. Kemudian, TUHAN kembali berkata: ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya. Jadi, kita harus berkuasa terhadap panas hati; panas hati harus dikendalikan. Ketika melihat jemaat berontak, harus bisa tetap mengendalikan panas hati.
Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.
 
Singkat kata dari Kejadian 4:6-8 ialah Kain memukul Habel, adiknya, lalu membunuh dia, menunjukkan bahwasanya Kain tidak memiliki kasih. Akibat tidak memiliki kasih ialah seseorang tidak dapat meredam panas hatinya, sekalipun Kain telah ditegur dan diingatkan oleh TUHAN.
 
Membunuh itu menunjukkan bahwasanya Kain tidak memiliki kasih Allah. Kemudian, dalam 1 Yohanes 3:15 mengatakan: setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Membenci setara dengan dosa membunuh.
 
Kejadian 4:9
(4:9) Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"
 
Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Pertanyaan ini bukan berarti TUHAN tidak tahu apa-apa; TUHAN tahu segala sesuatu, tetapi TUHAN menunggu hati. Bukan TUHAN tidak tahu apa yang terjadi dengan kita, tetapi TUHAN ingin melihat ketulusan hati di tengah ibadah dan pelayanan kita kepada TUHAN.
 
Satu pertanyaan TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Namun dijawab dengan 2 (dua) jawaban:
1.      Aku tidak tahu!
2.      Apakah aku penjaga adikku?
Inilah kalau orang sudah tidak jujur, maka jawabannya pun banyak. Pertanyaannya satu, tetapi jawabannya banyak dan rame; ini biasa dikerjakan oleh orang yang tidak tulus hati. Demikianlah Kain di hadapan TUHAN.
 
Jadi, setelah Kain membunuh Habel, secepatnyalah TUHAN bertanya kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Lalu kita lihat jawab Kain yang dibagi menjadi 2 (dua) bagian:
Jawaban YANG PERTAMA: Aku tidak tahu!
Jelas, jawaban ini menunjukkan bahwasanya Kain adalah seorang pendusta = Tidak penuh dengan Roh Allah yang suci dan berkuasa, sesuai dengan suratan 1 Yohanes 2:20-27. Kalau kita menyangkali salib Kristus, sama seperti antikris tidak menegakkan salib Kristus di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, itu adalah pendusta.
Siapa yang disebut pendusta? Itulah antikris. Mengapa? Karena tidak menegakkan salib di tengah ibadah dan pelayanan, menyangkal Bapa dan Anak, itu adalah pendusta, itulah Kain di hadapan TUHAN, sekalipun ia berada di ladang TUHAN. Jadi, singkatnya: Kain tidak penuh dengan Roh Allah yang suci dan berkuasa, karena dia menyangkali salib Kristus, sesuai dengan suratan 1 Yohanes 2:20:27.
Sebaliknya, kalau kita semua penuh dengan Roh Kudus, maka tidak perlu diajar untuk mengasihi TUHAN dan mengasihi sesama, tidak perlu diajar untuk berbuat sesuatu yang baik dan mulia di hadapan TUHAN, karena Roh Kudus itu akan mengajar kita tentang segala sesuatu, dan ajaran Roh Kudus itu benar, tidak dusta. Maka, kalau seseorang penuh dengan Roh Kudus, dia tidak suka dengan dusta, dan tidak akan pernah menyangkali salib Kristus.
Jawaban YANG KEDUA: Apakah aku penjaga adikku?
Jelas, jawaban ini menunjukkan bahwasanya Kain tidak memiliki Firman Allah di dalam dirinya. Sebagai ayat referensinya:
-          Yeremia 6:17, Juga aku mengangkat atas mereka penjaga-penjaga, firman-Ku: Perhatikanlah bunyi sangkakala! Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau memperhatikannya!
-          Yehezkiel 3:17, "Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.
-          Yehezkiel 33:7, Dan engkau anak manusia, Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku.
 
Kesimpulannya: Mengapa kasih Allah, mengapa Roh Allah, mengapa Firman Allah tidak mendapat tempat di dalam hati Kain, tidak berkuasa di dalam diri Kain?
Mari kita perhatikan jawabannya di dalam Kejadian 4:3. Perhatikanlah, kalau panas hati tidak bisa dikendalikan, maka resikonya tinggi sekali.
Kejadian 4:3
(4:3) Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;
 
Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan. Pendeknya: Separuh hatinya dipersembahkan kepada TUHAN, tetapi separuh hati lagi dipersembahkan kepada yang lain-lain, dengan lain kata; hatinya tidak bulat, hatinya tidak utuh dipersembahkan kepada TUHAN, sehingga Firman Allah, Roh Allah dan kasih Allah tidak layak mendapat tempat di hati Kain, apalagi Haman dengan segala muslihatnya tadi.
 
Kain tidak bulat, tidak sepenuh hati di dalam hal mempersembahkan hasil tanahnya, di dalam hal mempersembahkan hatinya kepada TUHAN, sehingga Firman Allah, Roh Allah dan kasih Allah pun tidak layak untuk mendapat tempat di hati orang semacam ini.
Jadi, kalau hati kita hanya separuh kepada TUHAN, lalu separuh hati lagi ke tempat yang lain, maka tabiat dari Allah Trinitas itu tidak akan tinggal di dalam hati kita. Hati-hati. Dan biasanya, akhirnya, orang semacam ini menjadi orang yang licik, penuh dengan tipu muslihat, sama seperti Kain dan Haman, di mana panas hatinya tidak bisa dikendalikan sekalipun sudah diingatkan berkali-kali.
 
Singkat kata: Haman pun akhirnya berikhtiar untuk membunuh dan memunahkan orang Yahudi karena ia tidak berkuasa untuk meredam panas hatinya. Itulah soal “panas hati”.
 
Pertanyaan berikutnya: SIAPAKAH HAMAN INI?
Untuk mendapatkan jawabannya, kita kembali memperhatikan Ester 3.
Ester 3:1,10
(3:1) Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda. (3:10) Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu,
Siapakah Haman ini? Haman adalah bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi. Itulah biodata lengkap dari pada Haman.
 
Ada 3 (tiga) yang menjadi seteru Yahudi rohani atau gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, di mana hal itu dapat ditemukan di dalam surat Efesus 2, dengan perikop: “Semuanya adalah kasih karunia”.
Efesus ini bukanlah orang Yahudi. Efesus ini ada di Asia kecil. Efesus adalah bangsa di luar Yahudi, atau disebut bangsa kafir. Tetapi kalau Efesus juga mendapatkan perhatian TUHAN, dan menjadi bagian dari 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil yang diperhatikan oleh TUHAN, dan akhirnya menjadi kaki dian dengan 7 (tujuh) pelita yang menyala di atasnya, itu adalah kemurahan TUHAN, itu adalah kasih karunia TUHAN bagi kita semua.
 
Mari kita lihat bangsa kafir sebelum mengenal TUHAN, pada ayat 1-3.
Efesus 2:1-3
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
 
Kamu dahulu sudah mati, di luar TUHAN pasti mati, karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Secara khusus, dosa apa yang dimaksud Rasul Paulus?
1.      Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini,
2.      karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
3.      Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat.
Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
 
Ada 3 (tiga) seteru Yahudi rohani:
1.      Dunia dengan arusnya yang sangat kuat untuk menghanyutkan dan menenggelamkan hidup rohani dari anak-anak TUHAN.
2.      Penguasa kerajaan angkasa, atau disebut juga dengan Iblis atau Satan, yang menyebabkan banyak orang mendurhaka, yang menyebabkan banyak orang memberontak kepada TUHAN.
3.      Daging dengan segala hawa nafsu, dengan segala keinginan-keinginannya yang jahat, dan itu bisa saudara baca dalam kitab Galatia 5:19-21.
Inilah 3 (tiga) seteru Allah yang menghambat, yang menjadi sandungan terhadap perjalanan hidup rohani gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini.
 
Sebetulnya, TUHAN berusaha untuk membebaskan dan melepaskan kita dari perbudakan Mesir (dunia) ini dan dari Setan -- gambaran dari Firaun --, lalu dibawa keluar, sama seperti bangsa Israel selama 40 tahun dalam perjalanan di padang, itu adalah perjalanan salib, untuk dibawa sampai ke tanah perjanjian, itulah tanah Kanaan. Tetapi 3 (tiga) seteru ini adalah seteru abadi yang senantiasa menghalang-halangi perjalanan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, camkanlah.
Seteru abadi  Yang pertama: DUNIA.
Mengapa dunia ini? Karena dunia ini mempunyai arus yang begitu kuat untuk menghanyutkan, untuk menenggelamkan gereja TUHAN sampai mengalami kematian rohani. Itu sebabnya, dalam penggembalaan GPT “BETANIA” ini, saya sangat larang sekali hal-hal yang dari dunia masuk ke dalam gereja ini, apalagi di dalam hal menggunakan android saat mengikuti ibadah, mendengar Firman dengan menggunakan android, itu sebetulnya Alkitab sendiri sudah jelas sekali tidak memperbolehkannya, sama seperti orang yang bijaksana, itulah pribadi Rasul Paulus, yang berusaha untuk menuntun jemaat di Korintus, supaya mereka lepas dari penyembahan berhala, tetapi yang dimaksudkan Rasul Paulus adalah supaya mereka jangan bersekutu dengan roh-roh jahat, karena ternyata, sekalipun bangsa Israel ada dalam barisan yang kelihatannya menjadi barisan yang beribadah, yang nampaknya menjadi barisan yang beribadah yang dipimpin oleh Musa, tetapi rupa-rupanya, persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, karena tidak bisa kita bersekutu dengan tubuh dan darah Yesus lewat ibadah pelayanan ini, tetapi dalam kesempatan yang lain, kita bersekutu dengan roh-roh jahat, itu tidak mungkin bisa, sesuai dengan 1 Korintus 10.
Seteru abadi yang kedua: IBLIS ATAU SATAN, yang disebut juga penguasa kerajaan angkasa.
Iblis atau Satan inilah yang menyebabkan gereja TUHAN mendurhaka, gereja TUHAN memberontak kepada TUHAN. Apalagi kalau tidak puas dalam nikah, maka seseorang bisa mendurhaka kepada TUHAN. Apabila seseorang tidak puas dalam hal ekonomi, maka seseorang bisa mendurhaka kepada TUHAN. Kalau seseorang tidak puas dalam hal kedudukan jabatan di tengah ibadah dan pelayanannya seperti Bani Korah, di mana mereka masih mau juga menuntut pangkat imam kepada Musa; inilah yang menyebabkan terjadinya pemberontakan dan pendurhakaan.
Seteru abadi yang ketiga: DAGING dengan segala hawa nafsu daging, dengan segala keinginan-keinginannya yang jahat.
Kita harus ketahui; daging ini hanyalah takhta dari Setan, maka daging ini perlu dihancurkan di atas kayu salib supaya tidak layak menjadi takhtanya Setan. Jangan sesekali kita mengelus-elus daging, apalagi ketika kita mendapat teguran-teguran, apalagi ketika kita harus berkorban di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Kita yang sedang mengadakan PPT (Pengajaran Pembangunan Tabernakel) ini, dibutuhkan tenaga, pikiran, waktu, dibutuhkan korban, uang, dan segala macam. Jangan engkau mengelus-elus dagingmu, tetapi hancurkan dagingmu, supaya tidak layak menjadi takhtanya Setan, serta roh jahat dan roh najis.
Jadi, daging ini hanya sekedar takhtanya Setan, maka daging ini harus dihancurkan, hanya dengan satu cara, yaitu pikul saja salib masing-masing. Maka lihat saja, orang yang tidak puas dengan dagingnya, pasti ujung-ujungnya Setan berkuasa, roh jahat dan roh najis berkuasa di dalam diri seseorang.
 
Inilah 3 (tiga) seteru Allah yang menghambat, yang menjadi sandungan terhadap perjalanan rohani gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini.
 
Ester 3:10
(3:10) Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu,
 
Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag. Jadi, Haman bin Hamedata disebut juga orang Agag.
Berarti, roh Agag, raja Amalek, pada zaman Saul, ternyata masih berkuasa sampai kepada zaman raja Ahasyweros. “Orang Agag”, berarti roh Agag masih berkuasa, di mana hal itu dimulai dari zaman raja Saul.
 
Saya ini adalah orang Batak. Kalau disebut “orang Batak”, berarti roh batak ada di dalam diri saya. Masakan seseorang disebut “orang Jawa” tetapi roh batak menguasai dirinya, itu tidak mungkin. Kalau disebut “orang Batak”, maka pasti roh batak menguasai dirinya. Kalau disebut “orang Agag”, maka pasti roh Agag yang menguasai dirinya.
 
Mari kita lihat ROH AGAG, raja orang Amalek, di dalam 1 Samuel 15, dengan perikop: “Saul ditolak sebagai raja
Biarlah kiranya kita berpadanan dengan panggilan TUHAN, berarti; dengar-dengaran kepada panggilan TUHAN, supaya jangan ditolak. Banyak orang yang melayani, tetapi bukan karena keinginan TUHAN, sesuai dengan Matius 7, di mana TUHAN berkata: “Aku tidak mengenal kamu”, sementara sudah melakukan 3 (tiga) perkara ajaib; bernubuat (menyampaikan Firman), mengusir Setan dan melakukan banyak perbuatan-perbuatan ajaib (mujizat-mujizat), semuanya itu dilakukan demi nama TUHAN. Tetapi, lihat, apa yang TUHAN katakan: “Aku tidak mengenal kamu”. Jadi, banyak hamba-hamba TUHAN yang tidak dikenal TUHAN.
Tetapi saya yakin, biarlah dengan ketulusan hati kita berpadanan terhadap panggilan TUHAN. Baik juga rekan-rekanku hamba TUHAN; biarlah kita berpadanan dengan panggilan TUHAN.
 
1 Samuel 15:2
(15:2) Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
 
Orang Amalek menghalang-halangi, bahkan menjadi sandungan bagi bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun, ketika mereka keluar dari Mesir; dan TUHAN ingat itu. Hati-hati kalau tidak berubah, TUHAN selalu ingat segala sesuatunya.
Oleh sebab itu, TUHAN memerintahkan Saul untuk menumpas habis orang Amalek.
 
1 Samuel 15:3
(15:3) Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."
 
Karena orang Amalek ini menghalang-halangi perjalanan bangsa Israel di padang gurun ketika mereka keluar dari Mesir, maka TUHAN memerintahkan raja Saul untuk menumpas habis orang Amalek tanpa belas kasihan.
TUHAN mengatakan hal ini dengan tegas kepada raja Saul, itu karena Saul adalah seorang raja. Setiap raja yang diurapi harus bertanggung jawab dengan keselamatan jiwa rakyatnya, sesuai dengan 1 Samuel 10:1, di mana dia harus menghalau musuh yang ada di sekitarnya. Oleh sebab itu, perintah ini tidak boleh ditawar-tawar lagi.
 
1 Samuel 15:8-9
(15:8) Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang. (15:9) Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.
 
Tetapi kenyataannya, Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, kemudian menangkap binatang yang gemuk-gemuk, tetapi menumpas binatang yang kurus-kurus. Seharusnya, semua Amalek, mulai dari raja Agag sampai rakyatnya, tua muda, laki-laki perempuan, harus ditumpas tanpa mengenal belas kasihan, itu perintah Allah kepada Saul, tetapi kenyataannya, pada ayat 8-9: Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, bahkan mengambil binatang yang tambun-tambun = Tidak dengar-dengaran kepada panggilan TUHAN, tidak berpadanan dengan panggilan.
 
1 Samuel 15:10-11
(15:10) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian: (15:11) "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.
 
Setelah mengetahui dan melihat bahwa Saul tidak dengar-dengaran, lalu TUHAN berfirman kepada hamba-Nya yang luar biasa, itulah Samuel yang berlilitkan baju efod: "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." Maka sakit hatilah Samuel -- itu tanda bahwa dia berpihak kepada TUHAN. Sidang jemaat harus berpihak kepada penggembalaan, tidak boleh berpihak kepada yang lain -- dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.
 
Singkat kata: Melihat kelakuan dari pada Saul ini, Allah menyesal menjadikan Saul sebagai raja atas Israel, dan penyesalan itu disampaikan kepada Samuel yang berlilitkan baju efod, pribadi yang dengar-dengaran terhadap panggilan sorgawi. Lalu mendengarkan hal itu, maka sakit hatilah Samuel, dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman.
Samuel juga sakit hati, tetapi tidak panas hati. Sakit hati bukan berarti panas hati. Sakit hati itu berarti hatinya sakit. Lalu selanjutnya, ia bawa perkara itu di bawah kaki salib TUHAN, dia berseru-seru di bawah kaki salib TUHAN, dia bawa dirinya dalam doa penyembahan semalam-malaman. Ini adalah hamba TUHAN yang bertanggung jawab, hamba TUHAN yang berpadanan dengan panggilan, hamba TUHAN yang berlilitkan baju efod.
 
Lebih jauh kita melihat Agag, raja Amalek, di dalam Ulangan 25, dengan perikop: “Amalek harus dihapuskan”. Jadi, sebelum perintah TUHAN kepada Saul, sebelum Israel tiba di tanah perjanjian, sebetulnya Firman ini sudah disampaikan kepada Musa, kepada Yosua, tetapi Saul ini tidak dengar-dengaran terhadap panggilan TUHAN.
 
Ulangan 25:17-18
(25:17) "Ingatlah apa yang dilakukan orang Amalek kepadamu pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir; (25:18) bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah.
 
Amalek menghalang-halangi perjalanan bangsa Israel ketika keluar dari Mesir. Inilah perbuatan dari pada orang Amalek. Adapun siasat dari pada Amalek ialah menghantam barisan belakang orang Israel, yaitu semua orang yang lemah.
 
Di dalam kita menyelenggarakan segala kebaktian-kebaktian, termasuk 3 (tiga) macam ibadah pokok dalam penggembalaan, kita harus menjadi barisan depan. Jangan selalu menjadi barisan belakang, termasuk berkorban, itu adalah sasaran Amalek. Apapun yang kita kerjakan, harus menjadi barisan depan, jangan menjadi barisan belakang, sebab siasat Amalek, siasat orang yang tidak takut TUHAN, siasat yang menghalangi perjalanan gereja TUHAN untuk sampai ke tanah Kanaan rohani, Yerusalem baru, adalah menghantam barisan belakang, itulah kehidupan yang lemah berkorban, lemah dengan korban tenaga, lemah dengan korban pikiran, lemah dengan korban materi, lemah dengan korban uang dan lain sebagainya, itulah yang dihantam Amalek, orang yang tidak takut TUHAN. Jadilah barisan paling depan.
 
Saya, hamba TUHAN yang menerima jabatan gembala pun harus berdiri di dalam barisan yang paling depan; memberi contoh teladan dalam hal berkorban, termasuk korban untuk menyelenggarakan Kebaktian Kenaikan Persekutuan: Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) malam ini, sebab kita juga harus bersekutu dengan hamba-hamba TUHAN. Kita juga harus mengerti mereka, sebab mereka sudah memberi hati mereka dengan kita semua. Siapa kita ini, kalau hamba-hamba TUHAN mendatangi kita walaupun lewat online? Kita harus saling memperhatikan satu dengan yang lain.
Doa kita, kiranya, selain menjadi berkat, tetapi persekutuan ini juga semakin intim ke depan.
 
Ulangan 25:19
(25:19) Maka apabila TUHAN, Allahmu, sudah mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada segala musuhmu di sekeliling, di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki sebagai milik pusaka, maka haruslah engkau menghapuskan ingatan kepada Amalek dari kolong langit. Janganlah lupa!"
 
Kalau TUHAN mewariskan ibadah dan pelayanan ini sebagai milik pusaka bagi kita, maka haruslah kita menghapuskan ingatan kepada Amalek dari kolong langit ini. Apapun yang menghalangi dan menjadi batu sandungan, atau penghambat dalam perjalanan rohani kita, maka hal itu harus dihapuskan dari ingatan kita, dari kolong langit ini. Oleh sebab itu, kita harus berada dalam barisan depan, jangan menjadi barisan belakang yang lemah; korban lemah, pikiran lemah, tenaga lemah, uang lemah, harta lemah, semua lemah, hapuskan itu dari ingatanmu dari kolong langit ini.
 
Ternyata, roh ini menguasai Haman bin Hamadeta, ternyata betul-betul dia adalah orang Agag. Jadi, wajar saja, dia punya ikhtiar untuk memunahkan orang Yahudi. Lalu, oleh karena kelicikannya itu, Ahasyweros pun sempat klepek-klepek, sehingga dicabutnya cincin meterainya, lalu diberikan kepada Haman, dan isi surat surat yang licik itu pun distempel dengan stempel cincin meterai raja.
Apakah ini yang dikehendaki oleh TUHAN? Apakah ini kemuliaan yang dimaksud TUHAN? Apakah ini tanda kemuliaan yang TUHAN maksud? Bukan. Mari, kita selidiki terus.
 
Pendeknya: Hal-hal yang menghalangi (menghambat) perjalanan rohani kita, apapun bentuknya harus dihapuskan dari kolong langit ini. Apapun yang menghambat perjalanan rohani kita harus dihapuskan. Tetapi Saul melangkahi perintah TUHAN, tidak dengar-dengaran dengan panggilan sorgawi.
 
Kesimpulannya: Haman adalah gambaran dari 2 (dua) hal, YANG PERTAMA: Seteru orang Yahudi = Penghambat = Sandungan atas perjalanan rohani gereja TUHAN di atas muka bumi ini.
 
Gambaran YANG KEDUA, selanjutnya kita perhatikan dalam Ester 3.
Ester 3:1-2
(3:1) Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda. (3:2) Dan semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud.
 
Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda. Pangkatnya naik lebih tinggi dari pangkat yang ada di istana kerajaan Ahasyweros, kemudian kedudukannya juga ditetapkan lebih tinggi dari semua pembesar-pembesar yang ada di istana kerajaan Ahasyweros.
 
Dan semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud. Dengan pangkat kedudukan yang begitu menjulang tinggi, maka semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja harus berlutut, harus sujud kepada Haman, karena itu merupakan perintah raja Ahasyweros.
Tetapi lihatlah, satu pribadi dari suku Yahudi (orang buangan), itulah Mordekhai, tidak berlutut, tidak sujud kepada Haman, sehingga panas hatilah Haman. Dia tahu pangkatnya naik dan tinggi, kedudukannya lebih tinggi dari semua pembesar-pembesar di istana, sehingga ketika melihat di kecoak tidak berlutut dan tidak sujud, maka panas hatilah ia.
 
Singkat kata: Haman adalah gambaran dari orang yang gila hormat. Kalau orang lain tidak hormat, lalu ia panas hati, berarti ia gila hormat. Jangan gila hormat.
 
Tadi anak saya pergi latihan tanpa permisi karena saya marahi dia, tetapi sewajarnya, ia harus permisi seperti biasanya, namun dia tidak permisi, dia hanya permisi kepada isteri saya, dia hanya permisi kepada maminya. Saya tahu itu salah, tetapi biarlah Firman malam ini dia dengar, dan Firman itu berkuasa di dalam diri-Nya. Dan saya juga harus menguasai panas hati; jangan serta-merta membabi-buta, kasihan juga anak, tetapi anak harus tetap dididik dengan tegas.
Jangan kita gila hormat di dalam melayani pekerjaan TUHAN. Kita semua sama. Juga dengan rekan-rekan hamba TUHAN, kita sama, kita semua tidak gila hormat, tidak panas hati kalau jemaat tidak hormat. Sidang jemaat harus hormat, tetapi andaikata jemaat ini pun tidak hormat, saya tidak panas hati.
Dahulu juga sidang jemaat tidak hormat, tetapi sekarang sudah hormat, tentu itu semua karena Firman; maka, sidang jemaat juga harus berdoa supaya TUHAN bukakan Firman-Nya, sebab dari Firman kembali ke Firman. Kita menyelenggarakan ini karena Firman, maka apa pun yang kita punya, harus kembali kepada Firman; harus menjadi barisan depan, jangan menjadi barisan belakang, karena itu adalah siasat dari Amalek yang menghantam barisan belakang, yang lemah korban uang, lemah korban tenaga, lemah korban materai, lemah korban apapun. Hati-hati. Kalau tidak hormat ya tidak usah panas hati, saya akan tetap doakan saudara.
 
Sedikit kesaksian: Dahulu, saya temukan seorang bapak rumah tangga, lalu saya diizinkan masuk ke rumahnya, dan ternyata isterinya kerja di Rumah Sakit, dan anaknya 2 (dua) perempuan. Singkat cerita, mulailah ibadah pada tahun 2003. Setelah rutin ibadah; kadang Senin, kadang Sabtu, sesuka hati mereka, bukan sesuka hati saya. Waktu itu Firman disampaikan hanya satu dua ayat. Karena saya tahu bapak rumah tangga ini suka merokok, saya tegur habis: “Jangan merokok. Jangan dibakar uangnya. Jangan dirusak tubuhnya”, tetapi yang emosi justru isterinya, ibu rumah tangga. Saya tahu. Sesudah itu, selesai ibadah di rumahnya yang petak kecil kontrakan -- jadi, hanya muat enam atau delapan orang --, setiap kali ibadah selesai, makanan pun terhidang, namun ada lagi yang membuat hati ini sakit dan panas: karena teguran itu, mereka berempat (suami, isteri dan dua anak perempuan) bercerita sendiri, saya dicueki sampai selesai makan. Dalam hati: TUHAN, makan nasi ini kok tidak enak ya. Mereka bicara sambil makan, tetapi saya kok tidak diajak “ayo, ambil amang sayurannya”, tidak. Saya dicueki begitu saja.
Saya bicara kepada TUHAN: Sampai kapan saya dicueki, TUHAN? Sampai kapan hati ini sakit terus, TUHAN? Tetapi TUHAN bilang: Sampai Firman TUHAN tergenapi.
 
Jadi, kalau Firman tergenapi, kalau ayat Firman tergenapi, segera stabilokan itu. Tadi sore, seorang imam saya suruh datang ke pastori, dan hal yang sama pun saya sampaikan: sampai kapan leher Yusuf dibelenggu oleh besi? Sesuai dengan Mazmur 105:19, yaitu sampai Firman tergenapi. Biarlah kita gunakan leher, tundukkan kepala, sampai nanti kita dipermuliakan oleh TUHAN.
 
Ester 3:5
(3:5) Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman,
 
Melihat Mordekhai tidak berlutut dan sujud, maka panas hatilah Haman. Singkat kata: Haman adalah gambaran dari orang yang gila hormat.
 
Kalau kita perhatikan perikop dari Ester 3 ini adalah “Muslihat Haman untuk memunahkan orang Yahudi”. Tadi kita sudah memperhatikan, bahwa; Haman adalah gambaran dari orang yang gila hormat. Berarti, muslihat Haman adalah cincin meterai yang bukan berasal dari TUHAN. Kelicikan dari Haman, panas hati Haman, pribadi yang tidak takut TUHAN -- itulah Haman -- adalah cincin meterai yang bukan berasal dari TUHAN.
Jangan kita melihat sebuah gereja mewah, lalu kita berkata: “Oh, dia dipermuliakan TUHAN”, itu belum tentu cincin meterai dari Allah. Dari sini kita bisa banyak belajar. Jadi, muslihat Haman, kelicikan Haman, panas hati Haman, ketidak-takutan Haman kepada TUHAN, kebencian Haman kepada orang Yahudi, merupakan cincin meterai yang bukan berasal dari TUHAN.
Kalau Firman ini terlalu keras, jangan kita panas hati. Biarlah Firman itu tergenapi dalam hidup kita.
 
Sebaliknya, setiap orang yang hidup di dalam kuasa Roh Allah yang suci, ia pasti tidak gila hormat, melainkan ia akan sama seperti Mordekhai yang tidak berlutut, tidak menyembah siapa pun, kecuali Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak dan Yakub, Allah Israel, Allah yang berkuasa dan berdaulat, TUHAN dan Juruselamat hidup kita semua.
Jadi, muslihat Haman itu adalah cincin meterai yang bukan berasal dari TUHAN, sebab setiap orang yang hidup dikuasai Roh Kudus, maka hamba TUHAN, pelayan TUHAN, imam-imam, sampai kepada seluruh sidang jemaat, kalau betul-betul dia berada dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus, maka dia tidak gila hormat, dia tidak akan berlutut dan bersujud kepada manusia, kepada siapapun, melainkan dia tetap rendah hati, dia tetap menunjukkan kerendahan hatinya di hadapan TUHAN, sama seperti Mordekhai.
 
Kita sudah menerima Firman selama 1 (satu) jam 23 (dua puluh tiga) menit, tetapi biarlah kiranya kita sama seperti Maria yang duduk dekat kaki TUHAN, dan terus menikmati pembukaan Firman. Satu jam berlalu, namun tetap terus dengar Firman; satu jam setengah berlalu, namun tetap terus dengar Firman TUHAN; berarti, ada hal yang harus dinikmati dari pemberitaan Firman.
 
Kita akan membaca apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, pada Roma 8, dengan perikop: “Hidup oleh Roh”. Lihat, kalau betul-betul ada cincin meterai, kuasa dari Roh Allah yang penuh.
Roma 8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
 
Mereka yang hidup menurut Roh, dikuasai oleh Roh, berada dalam pengaruh yang besar dari Roh Allah yang suci, maka orang semacam ini hanyalah memikirkan hal-hal yang dari Roh, hanyalah memikirkan ibadah dan pelayanan, hanyalah memikirkan perkara rohani, hanyalah memikirkan perkara di atas, tidak lebih tidak kurang.
Singkatnya: Hanyalah berlutut dan bersujud kepada TUHAN, tidak menyembah kepada yang lain. Sekalipun ada tawaran tentang kerajaan dan kemegahan dunia yang ditujukan oleh Yesus di atas gunung itu, tetapi Yesus, Anak Allah, berkata: Sembahlah TUHAN Allahmu, hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti. Jadi, penyembahan menunjukkan bahwa seseorang sudah lepas dari daya tarik bumi; dia hanya memikirkan perkara di atas, perkara rohani.
 
Roma 8:6
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
 
Keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
-          Kalau soal HIDUP, kita kaitkan dengan Injil Yohanes 1, Dalam Dia (Firman) ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Jadi, kalau kita penuh dengan Roh Allah, maka kita hidup, dan hidup adalah terang manusia.
-          Selain itu, ada DAMAI SEJAHTERA, berarti; kalau kita penuh dengan Roh Allah, maka kita membawa damai sejahtera di mana pun kita ada, tidak menjadi pengacau, tidak mendurhaka, tidak memberontak, tidak merusak suasana sorga di tengah-tengah ibadah yang TUHAN percayakan.
Saya beri penghormatan setinggi-tingginya kepada rekan-rekanku hamba TUHAN; kalau kita boleh duduk dekat kaki TUHAN, meninggikan Firman TUHAN, semata-mata bukan karena kami gila hormat, tetapi kedudukan dari Firman TUHAN itu harus melebihi dari kedudukan-kedudukan Haman.
 
Roma 8:9
(8:9) Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
 
Jika orang tidak memiliki Roh Kristus, tidak hidup di dalam pengurapan kuat kuasa Roh Kudus, ia bukan milik Kristus. Jika seseorang tidak memiliki Roh Kristus, maka ia bukan milik Kristus = Cincin meterai yang bukan berasal dari Allah.
Kalau tidak ada damai sejahtera, tidak hidup dalam damai sejahtera, tidak hidup menjadi terang manusia, itu bukan cincin meterai dari Allah, itu adalah kemuliaan palsu.
 
Kita akan perhatikan Galatia 5, dengan perikop: “Hidup menurut daging atau Roh.
Hanya 2 (dua) saja pilihan; menurut daging atau Roh? Saya dan kita semua tentu memilih hidup dengan Roh saja, bukan? Biarlah kiranya hidup ini dikuasai seutuhnya oleh Roh Allah yang suci. Jangan lagi dikuasai oleh daging, supaya kita jangan sama seperti Haman, yang merupakan seteru dari orang Yahudi, sebab dia adalah orang Agag, yang menjadi batu sandungan dan membenci orang Yahudi, jelas ini adalah cincin meterai palsu, yang bukan berasal dari Allah, kemuliaannya bukan berasal dari Allah.
 
Galatia 5:22-23
(5:22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (5:23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
 
Lihat, ada 9 (sembilan) buah dari Roh Kudus: (1) kasih, (2) sukacita, (3) damai sejahtera, (4) kesabaran, (5) kemurahan, (6) kebaikan, (7) kesetiaan, (8) kelemahlembutan, (9) penguasaan diri.
 
Sedikit tentang “murah hati”, sebagai perkara yang kelima: Suatu kali kami diantar oleh hamba TUHAN yang saya kasihi, saya hormati betul beliau ini. Setelah kami tiba di Kandis, lalu hamba TUHAN ini membawa kembali kendaraan itu ke Medan. Saya tidak mengerti seberapa yang harus saya salamkan kepada beliau. Setelah tiba di kamar hotel itu, isteri bertanya: Papi kasi berapa? Saya beritahu “sekian”. Lalu isteri berkata: “Wah, mengapa begitu?” Memang pada saat itu terlalu banyak pengeluaran, saudara bisa bayangkan; dari Jakarta ke Medan, dari Medan carter mobil, tour ke beberapa tempat, tetapi sekalipun demikian, isteri saya ingatkan: “Mengapa begitu, papi?” Saya menyesal, lalu saya telepon beliau, tetapi ternyata beliau sudah jauh, sudah melewati Kandis ke arah Rantauprapat. Saya sedih sekali, lalu satu bulan kemudian saya telepon beliau; saya memang tidak ada kata-kata minta maaf secara khusus, tetapi saya berharap lewat telepon itu beliau mengerti saya. Lalu saya tanya anak-anak, saya berharap dengan uang saku anak, supaya TUHAN kirimkan damai sejahtera; tetapi kenyataannya, hubungan kami sampai hari ini tetap baik, dan beliau bersama-sama dengan kita sekarang. Tetapi beliau tidak kapok dengan kami; sekalipun saya tidak sebut nama, tetapi saya harap beliau yang di Labuhanbatu mengerti hal ini.
 
Tentang “kelemahlembutan” itu adalah sumber perhiasan manusia rohani, manusia batiniah, yaitu ketundukan.
Tentang “penguasaan diri”, itu adalah tangga yang terakhir.
 
Hukum apapun di atas muka bumi ini tidak akan dapat menentang kita kalau penuh dengan Roh Allah, kalau memiliki 9 (sembilan) buah Roh Allah. Tidak ada hukum yang menentang, mau hukum apa saja.
 
Galatia 5:24
(5:24) Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
 
Ciri-ciri cincin meterai dari Allah adalah menyalibkan daging dengan segala keinginan-keinginannya yang jahat; menyalibkan hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. Itulah ciri-ciri cincin meterai dari Allah.
 
Itulah Mordekhai; dia tidak berlutut, dia tidak sujud, dia tidak gila hormat = menyalibkan daging.
 
Galatia 5:25-26
(5:25) Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, (5:26) dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
 
Jikalau kita hidup oleh Roh, dikuasai oleh Roh Allah, berada dalam pengaruh yang besar dari Roh Allah, baiklah kiranya kita semua hamba-hamba TUHAN, semua imam, pelayan TUHAN, evangelist, penginjil, guru-guru, tua-tua, diaken, memberikan dirinya untuk dipimpin oleh Roh Allah.
Kalau kita ada di tengah-tengah kegiatan Roh, baiknya kita ada dipimpin dalam Roh. Jangan ada di tengah-tengah kegiatan Roh, tetapi dipimpin oleh daging. Pilih mana; hidup menurut daging atau Roh? Tetapi ingat; cincin meterai yang diterima oleh Haman adalah cincin meterai palsu, kemuliaan palsu, yang penuh dengan kelicikan.
 
Memang, TUHAN berkata: Kalau bertekun dalam kematian dan kebangkitan, maka kita juga turut dipermuliakan bersama dengan Dia, tetapi harus benar; kematiannya benar, kebangkitannya benar, maka cincin meterai kemuliaannya juga harus benar.
Kemuliaan yang tercap meterai di dalam diri ini harus benar, harus jujur, tidak boleh palsu. Perkataan benar, tidak palsu, karena hati juga benar, tidak palsu. Perasaan, pikiran dan lain sebagainya, harus benar, tidak palsu.
 
Dan janganlah kita gila hormat ... Inilah cincin meterai dari Allah; tidak gila hormat, melainkan tetap rendah hati satu dengan yang lain.
Dalam setiap pertemuan PD I / KOM II di Gereja Pantekosta Tabernakel, dalam pertemuan itu, saya lebih baik berdiam saja. Kalau TUHAN izinkan saya berbicara dalam kesempatan semacam ini di mana saja, ya puji TUHAN, tetapi kalau tidak, ya diam saja, tidak terlalu banyak menggurui; jujur, bukan untuk memuji diri.
Kalau kita ada dalam kegiatan Roh, gerakan Roh, kiranya Roh Allah itu memimpin hati pikiran, tubuh jiwa roh kita masing-masing; tidak palsu.
 
Milikilah cincin meterai yang tidak palsu, tidak gila hormat, kemudian janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. Kalau gereja tetangga lebih besar, ya puji TUHAN, semoga kecipratan; begitu saja. Tidak usah saling menantang, tidak usah saling gila hormat, “Siapa yang pembukaannya lebih besar? Siapa? Siapa?”, tidak usah begitu. Tidak usah saling menantang, tidak usah saling mendengki; itu adalah cincin meterai dalam kemuliaan Allah yang benar, tidak palsu.
Dengan demikian, kemuliaan dari Haman ini adalah kemuliaan palsu, sebab cincin meterai yang dia miliki bukan berasal dari Allah, tetapi dari Setan.
 
Kita akan tamatkan ibadah ini pada malam hari ini. Kita sudah duduk diam mendengar Firman selama satu jam tiga puluh lima menit. Kiranya Firman malam ini menjadi berkat. Dan kita doakan, cincin meterai atau kemuliaan yang sesungguhnya dari Allah, jikalau TUHAN kehendaki; besok, jam 10 (sepuluh) pagi, kita akan terima soal cincin meterai yang sesungguhnya.
Kalau tadi, cincin meterai yang palsu, kemuliaan palsu, itulah pribadi Haman, tetapi besok pagi kita akan melihat cincin meterai dalam kemuliaan Allah yang sesungguhnya, dalam pribadi Mordekhai dan anak asuhnya, itulah Ester. Kita doakan malam ini, supaya besok kita kembali melihat cincin meterai yang sesungguhnya.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment