KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, February 7, 2022

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 09 NOVEMBER 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 09 NOVEMBER 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri:168)
 
Subtema: JANGAN MENGHUJAT KEMAH KEDIAMAN-NYA
 
Segala puji segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan. Tingkat ibadah yang tertinggi adalah doa penyembahan; oleh sebab itu, biarlah kiranya TUHAN memimpin hidup rohani kita sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang, Cilegon, Banten, Indonesia lewat live streaming video internet YouTube, Facebook di mana pun anda berada.
Kita mohonkan kepada TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul berkuasa dan meneguhkan setiap hidup kita, membawa kita rendah di kaki salib, sujud menyembah Dia. Hanya Dia Allah yang kita sembah karena hanya Dialah yang dapat memuaskan dahaga hasrat hati kita masing-masing.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Kita masih berada pada Kolose 3:19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Singkat kata: Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar, dan seorang suami juga dilarang berlaku kasar terhadap isterinya.
 
Tentang “suami dalam hal mengasihi isterinya”, kita baca lebih jauh di dalam 1 Petrus 3.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
 
Seorang suami harus berlaku bijaksana terhadap isterinya. Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan Mempelai Laki-laki Surga, bahkan Ia adalah Suami dalam kebenaran dan Suami dalam keadilan = Suami yang bijaksana.
 
Terkait dengan “kebijaksanaan” kita baca di dalam Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
 
Penampilan orang-orang bijaksana sama seperti penampilan bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala, berarti bersinar dan menjadi terang dalam kegelapan. Adapun tugas dari orang-orang bijaksana ialah menuntun banyak orang kepada kebenaran. Hal yang demikianlah ditunjukkan Rasul Paulus dalam melayani sidang jemaat di Korintus di hadapan Allah.
 
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana, pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
 
Kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus berkata: Jauhilah penyembahan berhala. Pendeknya: Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus berusaha untuk menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran.
 
Perkataan Rasul Paulus pada ayat 14-15, kita hubungkan dengan ayat 19-20.
1 Korintus 10:19-20.
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
 
Sebenarnya, pada ayat 14-15, Rasul Paulus sedang menceritakan keadaan dan ibadah bangsa Israel selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun kepada sidang jemaat di Korintus, yaitu: Sekalipun bangsa Israel menjadi suatu barisan jemaat yang dipimpin oleh Musa atau menjadi rombongan yang nampaknya beribadah di padang gurun, namun kenyataannya, persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Dan Rasul Paulus tidak mau dan tidak rela jika sidang jemaat di Korintus bersekutu dengan roh-roh jahat seperti bangsa Israel; itu sebabnya, dengan tegas Rasul Paulus melarang jemaat di Korintus bersekutu dengan roh-roh jahat.  
 
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
 
Bersama-sama harus kita ketahui, bahwa:
-          Pengorbanan kepada TUHAN dan pengorbanan kepada Setan tidak dapat dikerjakan bersama-sama.
-          Kehendak Allah dan kehendak roh-roh jahat juga tidak dapat dijalankan bersama-sama.
Tetapi kenyataannya, bangsa Israel (umat ketebusan TUHAN) melakukan kedua hal itu bersama-sama dalam perjalanan mereka di padang gurun selama 40 (empat puluh tahun). Itu sebabnya, mayat-mayat mereka bergelimpangan di padang gurun; tidak ada satu pun yang sampai ke tanah Kanaan, selain Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune.
 
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat. (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita. Kekeliruan perjalanan bangsa Israel selama 40 (empat puluh tahun) di padang gurun merupakan contoh untuk memperingatkan perjalanan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini supaya jangan mengikuti perjalanan mereka yang keliru.
 
Adapun persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama empat puluh tahun di padang gurun
1.      Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.      Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.      Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.      Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.      Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut.
 
Malam ini kita kembali mengikuti seri penjelasan dari hal yang ketiga, yaitu: BANGSA ISRAEL MELAKUKAN PERCABULAN.
Kisah tersebut ditulis dengan lengkap di dalam kitab Musa yang keempat, yakni Bilangan 25:1-18.
 
Bilangan 25:1-2
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.
 
Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab
dan turut menyembah Baal Peor. Pendeknya: Bangsa Israel hidup dalam kenajisan percabulannya.
 
Esau adalah orang yang berlaku cabul di hadapan TUHAN, sesuai Ibrani 12:6. Esau menjual hak kesulungannya demi semangkok sop kacang merah; ia memandang rendah hak kesulungan karena ia sudah dikuasai percabulan yang menajisakan kehidupannya.
Jangan kita datang menghadap TUHAN tetapi hati terikat kepada perkara lahiriah, sebab itu sama dengan kenajisan percabulan. Kehidupan yang seperti ini tidak dapat menyenangkan hati TUHAN; sebaliknya, memilukan hati TUHAN.
 
Dalam pujian, kita tadi mengakui: Banyak berkat yang sudah kita terima. Hal-hal yang lahiriah sudah dinyatakan, tetapi itu semua tidak dapat memuaskan hati kita, tetap saja dalam keadaan dahaga di hadapan TUHAN, buktinya; masih banyak percabulan, banyak kelemahan, banyak kesalahan yang masih dipertahankan. Jadi ternyata, hanya kasih Allah yang dapat memuaskan rasa dahaga ini.
Oleh sebab itu, kalau kita benar-benar mengerti arti dari sebuah ibadah, tentu saja kita akan bergantung kepada TUHAN dan ibadah ini menjadi kenikmatan bagi kita, bukan suatu pekerjaan yang harus kita kerjakan dengan terpaksa; tetapi kita betul-betul membutuhkan ibadah untuk memuaskan rasa dahaga kita. Jangan datang beribadah dengan cara yang lama; jangan kita menjalankan ibadah ini dalam bentuk Taurat.
 
Kita akan memperhatikan 1 Korintus 6, dengan perikop: “Nasihat terhadap percabulan” Nasihat percabulan dinyatakan pada kita, dan itu harus kita perhatikan supaya kita lepas dan cerai dari percabulan itu. Jangan kita mempertahankan kelemahan dalam percabulan.
 
1 Korintus 6:15
(6:15) Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
 
Setiap kehidupan manusia adalah anggota-anggota tubuh Kristus. Tubuh dibentuk bukan untuk diberikan kepada percabulan, TUHAN tidak rela akan itu. Ingat! TUHAN tidak rela apabila tubuh kita diserahkan kepada percabulan.
Jangan hasrat dan hati kita terpuaskan hanya karena perkara daging, sehingga kaki seperti terikat, sukar datang beribadah kepada TUHAN. Hati-hati dengan percabulan.
 
1 Korintus 6:16-17
(6:16) Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging." (16:17) Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.
 
-          Barangsiapa mengikatkan dirinya pada perempuan cabul = satu tubuh dengan perempuan cabul.
-          Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada TUHAN, maka akan satu roh dengan TUHAN.
Manusia terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh. Sedangkan roh manusia adalah motor penggerak dari tindakan-tindakan manusia itu sendiri.
Jika roh manusia menyatu dengan Roh Allah yang suci, maka:
-          Tindakan-tindakan manusia itu akan sama dengan tindakan-tindakan TUHAN.
-          Keinginan manusia akan sama dengan keinginan TUHAN.
Dengan demikian, sekalipun seseorang yang sudah satu roh dengan TUHAN mengalami hidup susah karena beratnya tekanan yang dialami, namun ia tidak akan pernah menyangkali TUHAN, karena tindakan dan keinginannya sama dengan tindakan dan keinginan TUHAN, terlepas dari percabulan.
 
1 Korintus 6:18
(6:18) Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
 
Oleh sebab itu, jauhkanlah diri kita dari segala jenis percabulan. Biarlah hidup kita satu roh dengan TUHAN, supaya apa yang diinginkan TUHAN itu juga yang kita kerjakan, dan apa yang TUHAN mau itu juga yang kita mau.
 
Kemudian, di sini dikatakan: Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
-          Musa pernah membunuh orang Mesir karena membela bangsanya sendiri, sehingga oleh karena kesalahan itu, ia takut dan lari ke Midian. Dosa semacam ini terjadi di luar dirinya sendiri.
-          Kemudian setelah terpanggil, Musa juga pernah berbantah-bantah dengan bangsa Israel di hadapan TUHAN, sehingga TUHAN berkata: Engkau tidak menghormati kekudusan Allah. Itu sebabnya Musa tidak masuk ke tanah Kanaan, sesuai dengan Bilangan 20:11-12. Dosa semacam ini juga terjadi di luar tubuhnya sendiri.
Tetapi orang yang menyatu dengan perempuan cabul, maka ia berdosa terhadap dirinya sendiri, ia mengotori dirinya; oleh sebab itu, jauhkanlah diri dari percabulan. Ingat itu!
 
Kembali kita membaca Bilangan 25:3.
Bilangan 25:3
(25:3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel;
 
Pada saat bangsa Israel berpasangan atau jatuh dalam berhala orang Moab, yaitu Baal-Peor, pada saat itu juga bangkitlah langsung murka TUHAN kepada bangsa Israel.
Jadi, sudah sangat jelas; orang yang berlaku cabul, ia berdosa terhadap dirinya sendiri; itu sebabnya, amarah TUHAN bangkit pada saat itu.
 
Ulangan 5:6-9
(5:6) Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. (5:7) Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. (5:8) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (5:9) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
 
Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama: Hanya TUHAN dan darah salib yang berkuasa membebaskan kita dari perbudakan dosa dunia ini.
 
Karena hanya TUHAN dan oleh darah salib TUHAN yang berkuasa membebaskan kita dari perbudakan dosa dunia, oleh sebab itu TUHAN meminta dengan sangat:
-          Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu.
-          Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapuni.
-          Jangan sujud menyembah kepadanya, jangan menyembah berhala dan ilah lain atau beribadah kepada ilah lain.
Jadi, ada hubungan timbal balik.
 
Kalau berhala dapat melepaskan dari perbudakan dosa dunia, maka sembahlah berhala itu. Tetapi saya sampaikan; berhala tidak mempunyai darah. Uang tidak mempunyai darah untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan dunia; oleh sebab itu, jangan sujud menyembah dan beribadah kepada berhala dan ilah lain.
 
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu. Jadi, waktu bangsa Israel hidup dalam kenajisan percabulanya, dan selanjutnya jatuh dalam penyembahan berhala orang Moab, pada saat itu bangkitlah murka TUHAN.
Amarah TUHAN pada saat itu adalah bentuk kecemburuan. Cemburu TUHAN bersifat preventif, artinya; membatasi, menghalangi supaya bangsa Israel tetap dalam kesuciannya, tidak hidup dalam penyembahan berhala dan beribadah kepada berhala.
Pendeknya: Jangan sujud menyembah dan beribadah kepadanya, menunjukkan bahwa; penyembahan adalah tingkatan dan puncak ibadah yang tertinggi. Hal ini harus disadari orang Kristen di hari-hari terakhir ini dan tidak boleh dilupakan supaya ibadah-ibadah di bumi menjadi persembahan ukupan atau menjadi persembahan yang berbau harum menyenangkan hati TUHAN.
 
Penyembahan sangat erat sekali kaitannya dengan nikah. Kalau penyembahannya benar itu merupakan cerminan dari sebuah nikah yang suci dan nikah yang benar. Sebaliknya kalau seseorang menghormati nikah yang suci di hadapan TUHAN, maka penyembahannya juga pasti benar di hadapan TUHAN; ia ada dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada TUHAN.
Masing-masing kita harus menghormati nikah suci kita di hadapan TUHAN; hubungan kita dengan TUHAN harus dihormati. Itu sebabnya, ketika bangsa Israel melakukan percabulan kenajisannya dan hidup dalam penyembahan berhala, pada saat itu bangkitlah amarah TUHAN, karena Dia cemburu dengan cemburu yang bersifat preventif, artinya; membatasi, menjagai, menghalangi supaya mereka tetap menghormati nikah suci.
 
Kita akan buktikan di dalam Wahyu 14.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
 
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang berada pada tingkatan ibadah yang tertinggi atau berada pada puncak ibadah, itulah gunung Sion. Gunung Sion adalah tingkatan ibadah yang tertinggi.
 
Wahyu 14:2
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain daripada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
 
Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain daripada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu. Hal ini jelas berbicara tentang hubungan intim antara tubuh dengan Kepala = hubungan dalam nikah yang suci.
 
Kalau hubungan antara suami dan isteri begitu intim, itu yang disebut nyanyian baru, nyanyian yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun.
Jadi, sudah sangat jelas; kalau ibadah itu berada pada tingkatan yang tertinggi, kalau ibadah itu sudah memuncak, maka erat kaitannya dengan penyembahan; atau sebaliknya, penyembahan erat kaitannya dengan nikah yang suci.
 
Kesimpulannya: Hidup dalam penyembahan yang benar, itu adalah cerminan ketika seseorang menghormati nikah suci. Berada dalam nikah yang suci, berarti; hidup dalam doa penyembahan. Sedangkan doa penyembahan erat kaitanya dengan nikah (hubungan intim).
Hubungan intim, itulah nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun kecuali 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) yang ditebus dengan Yesus Kristus Kepala Gereja Mempelai Pria Sorgawi yang kita cintai.
 
Sedikit sebagai tambahan: Kita bisa mengetahui manakala seseorang hidup dalam penyembahan yang benar, dengan berikut:
-          Kalau seseorang hidup dalam penyembahan yang benar, maka cerminannya adalah ia akan menghormati nikah yang suci.
-          Sebaliknya, kehidupan yang menghormati nikah suci, maka cerminanya adalah hidup dalam penyembahan yang benar.   
Singkatnya: Cerminan nikah yang suci adalah penyembahan yang benar. Cerminan penyembahan yang benar adalah menghormati nikah yang suci.  
 
Wahyu 14:2
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain daripada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
 
Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat.
Manakala seseorang betul-betul menghormati nikah suci, itu akan nampak dalam penyembahan yang benar. Sebaliknya kalau seseorang hidup dalam penyembahan yang benar, itu akan nampak dari cerminannya, di mana ia menghormati nikah suci. Dan kalau ia hidup di dalamnya, maka itu akan nyata sebagaimana Rasul Yohanes mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah bagaikan deru yang dahsyat.
 
Kehidupan seseorang yang menghormati nikah suci, kehidupan yang hidup dalam penyembahan yang benar, maka ia menjadi suatu kehidupan yang berkuasa; ia memiliki suatu kuasa, mempunyai pengaruh yang besar dan dahsyat yang datang dari TUHAN. Dan itu akan nyata di tengah ibadah dan pelayanannya di hadapan TUHAN; itu tidak bisa ditutup-tutupi.
Tetapi manakala seseorang hidup dalam kenajisan percabulan, maka ibadah pelayanannya tidak mempunyai kuasa, tidak bisa mempengaruhi orang untuk datang kepada TUHAN; justru menjatuhkan orang lain bersama dengan kelemahannya itu.
 
Biarlah masing-masing kita menghormati nikah suci karena itu merupakan cerminan dari sebuah penyembahan yang benar. Sebaliknya, jika berada pada tingkatan ibadah yang tertinggi atau berada pada penyembahan yang benar merupakan cerminan manakalah seseorang menghormati nikah sucinya.
 
Bilangan 25:4
(25:4) lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka di hadapan TUHAN di tempat terang, supaya murka TUHAN yang bernyala-nyala itu surut dari pada Israel."
 
Demi nikah yang suci dan demi nikah yang dihormati, dengan lain kata; demi ibadah yang memuncak, di sini kita melihat: Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka di hadapan TUHAN di tempat terang.
Selanjutnya, Musa memerintahkan orang-orang yang mengepalai bangsa itu -- itulah para hakim -- untuk menggantung orang yang berzinah, yang berlaku cabul di hadapan TUHAN itu.
 
Mari kita lihat tentang “digantungkan”.
Galatia 3:13
(3:13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
 
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita; Dia mau terkutuk dan digantungkan di atas kayu salib untuk menebus kehidupan kita dari segala dosa, termasuk dosa kenajisan percabulan.
Orang yang berlaku cabul haruslah digantung di tempat yang terang. TUHAN rela menerima kutuk di atas kayu salib supaya kita ada di dalam terang, tidak lagi hidup dalam kenajisan percabulanya.
 
Di dalam Bilangan 25:4, kita dapat melihat 3 (tiga) pribadi:
1.      Allah.
2.      Musa.
3.      Orang yang mengepalai bangsa (Hakim).
Allah berfirman kepada Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka di hadapan TUHAN di tempat terang. Kemudian Musa memerintahkan hakim-hakim untuk menghakimi orang yang berzinah (berlaku cabul)
Dalam hal ini, Allah tidak menghukum, kemudian Musa juga tidak menghukum berarti hakimlah yang menghukum. Peristiwa ini merupakan suatu nubuatan besar di hari-hari terakhir ini.
Sebagai bukti, kita lihat persamaannya:
-          Menghujat Allah Bapa akan diampuni.
-          Menghujat Allah Anak akan diampuni.
-          Tetapi menghujat Allah Roh El-Kudus tidak akan diampuni.
 
Matius 12:31-32
(12:31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.(12:32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.
 
Jangan kita hidup dalam percabulan dan kenajisan, sebab setiap dosa lain yang dilakukan manusia, itu terjadi di luar dirinya, tetapi siapa yang berlaku cabul dan berlaku najis itu berdosa terhadap dirinya sendiri. Singkat kata: Mereka yang hidup dalam kenajisan percabulan sudah berdosa terhadap Roh El-Kudus. Itu sebabnya, hakim-hakim yang menghakimi mereka.
Oleh sebab itu, kita harus cepat-cepat tanggap dan peka bahwasanya TUHAN sedang membuat suatu  rencana yang indah. Jangan bertahan dengan kelemahan, yaitu kenajisan percabulanya, sebab itu tidak ada artinya.
 
Kita akan memperhatikan Wahyu 13, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam laut” Binatang pertama yang keluar dari dalam laut adalah antikris.
Wahyu 13:3-4
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. (13:4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?"
 
Oleh karena mujizat kesembuhan yang diadakan antikris, maka seluruh dunia heran, lalu mengikuti binatang itu. Sebetulnya, itu adalah mujizat palsu, karena pada dasarnya; binatang pertama (antikris) itu keluar dari dalam laut. Laut adalah bayangan atau gambaran dari pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan.
Sebetulnya, satu dari tujuh kepala binatang itu sudah terluka parah, tetapi akhirnya sembuh. Berbanding terbalik dengan luka parah yang dialami Yesus oleh karena sengsara salib; yang mana pada akhirnya, luka karena sengsara salib itu membawa masuk sampai kepada pengalaman kematian, lalu dibangkitkan pada hari yang ketiga. Itu yang benar di dalam mengikuti TUHAN.
 
Jadi mujizat yang diadakan antikris itu adalah mujizat palsu. Dan oleh karena mujizat palsu itu, seluruh dunia heran dan kagum dengan mujizat palsu, lalu pada mengikuti antikris.  
Kemudian, orang-orang yang menjadi pengikut antikris, antek-antek dari antikris, pada akhirnya juga berada pada tingkatan ibadah yang tertinggi, yaitu menyembah naga dan menyembah binatang yang keluar dari dalam laut (antikris). Tetapi ini adalah penyembahan yang keliru yang diawali dari kenajisan percabulannya.
 
Wahyu 13:5-6
(13:5) Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya. (13:6) Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga.
 
Kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; dan ia melakukan itu selama tiga tahun setengah. Dan oleh karena mujizat palsu itu, ia menjadi sombong. Dalam kesombongannya, ia membuka mulutnya untuk:
1.      Menghujat Allah
2.      Menghujat nama-Nya (nama Yesus, anak Allah)
3.      Dan kemah kediaman-Nya
Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, itu terjadi di luar tubuh tubuhnya; tetapi orang yang berlaku cabul, ia berdosa terhadap tubuhnya, berdosa terhadap kemahnya yang adalah rumah TUHAN.
Singkat kata: Kalau tidak menghargai kegiatan Roh yang ada di dalam kemah, berarti menghujat Roh Kudus.
 
Sesudah kita mendapatkan pemahaman semacam ini, apakah saudara tidak bersyukur, berterimakasih kepada TUHAN supaya kita jangan terlanjur-lanjur dalam dosa berlaku cabul dan kenajisannya?
Ingat:
-          Menghujat Allah Bapa diampuni.
-          Menghujat Allah Anak diampuni.
-          Menghujat Roh El-Kudus tidak diampuni, bahkan ia akan dihakimi oleh Roh El-Kudus itu sendiri.
 
Dari apa yang kita dapat malam ini, sudah seharusnya kita mengucap syukur dari hati yang dalam, kita datang di bawah kaki salib dengan hati yang hancur. Biarlah kita memohon kemurahan TUHAN supaya penyucian ini berlaku atas kita.
Ingat: Oleh karena dosa kenajisan percabulan, maka bangkitlah murka TUHAN. Kalau kita kaitkan dengan Ulangan 5, “murka TUHAN” itu adalah wujud dari kecemburuan TUHAN. Dan kecemburuan TUHAN bersifat preventif, bukan bersifat membabi buta untuk menghadang (menghalangi) kita supaya kita tetap menghormati nikah suci dan tidak berlaku cabul di hadapan TUHAN.
Oleh sebab itu, biarlah kita menghormati nikah suci, di mana cerminannya adalah hidup dalam penyembahan yang benar.
 
Galatia 3:13
(3:13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
 
TUHAN sudah menebus kita, Ia Rela mati dan menerima kutuk itu dengan digantung di atas kayu salib. Itu sebabnya orang yang berlaku cabul (berbuat najis) tadi harus digantung di tempat yang terang, sehingga nyatalah penggenapannya di dalam Galatia 3:13 ini, di mana Yesus rela menerima kutuk, dan Ia rela digantung diatas kayu salib untuk menebus dosa kita.
 
Galatia 3:14
(3:14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Yesus rela terkutuk dan tergantung di atas kayu salib supaya di dalam Dia berkat Abraham Ishak Yakub sampai kepada bangsa-bangsa lain, itulah bangsa kafir, dengan segala kelemahannya.
Adapun kelemahan bangsa kafir ialah:
1.      Mudah diseret kepada berhala.
2.      Kenajisan percabulanya.
Tetapi dengan matinya Yesus di atas kayu salib, maka berkat Abraham, berkat Ishak, berkat Yakub sampai kepada bangsa kafir.
 
Zaman ini adalah zaman Roh El-Kudus sebab zaman ini adalah zaman 2000 tahun yang ketiga. Dari zaman Adam sampai sekarang, dunia ini berumur 6021 tahun. Maka di zaman akhir ini kita harus dipenuhkan oleh Roh El-Kudus. Jangan sampai kita dihakimi oleh Roh El-Kudus. Jangan kita menghujat kemah Allah, jangan kita menghujat Roh Allah. Jangan kita hidup didalam kenajisan percabulannya.
 
Kemudian, di sini dikatakan: Sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Oleh iman, bangsa kafir juga turut menerima roh yang suci. Kita juga turut menerima Roh Allah yang dijanjikan itu sebagai materai milik kepunyaan Allah, dengan lain kata; dimeteraikan oleh Roh El-Kudus.
 
Biarlah dari sejak sekarang kita belajar tidak berlaku cabul, tidak berlaku najis, supaya oleh iman, kita semua dipenuhkan oleh Roh El-Kudus yang dijanjikan TUHAN. Tetapi kalau di zaman akhir ini kita menghujat Roh Kudus, maka kita akan dihakimi oleh Roh Kudus itu sendiri dan tidak akan ada pengampunan.
 
FUNGSI ROH KUDUS.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
 
144.000 orang berada di bukit Sion, berarti ibadah mereka sudah berada pada tingkatan yang tertinggi, itulah doa penyembahan.
Lalu, lihatlah; gereja yang sudah pada tingkatan ibadah yang tertinggi di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya = Ada materai, itulah Roh Allah yang dijanjikan Allah, dan itu merupakan jaminan sebagai milik kepunyaan Allah.
 
Ternyata, suatu nubuatan yang sangat besar memberi pengertian yang luas kepada kita malam ini. Puji TUHAN, kita bersyukur kepada TUHAN, sebab harapan besar masih terbuka bagi kita bangsa kafir untuk menerima Roh Allah yang dijanjikan sebagai materai milik kepunyaan Allah sendiri, sebagai jaminan bagi hidup kita. Jadi, meterai dari milik kepunyaan Allah adalah Roh Kudus, sesuai 2 Korintus 1:21-22.
 
Wahyu 14:3
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain daripada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
 
Kehidupan yang sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus berada dalam hubungan nikah yang suci lewat doa penyembahan.
Jadi, sudah sangat jelas; menghormati nikah suci cerminanya adalah hidup di dalam doa penyembahan yang benar. Dan doa penyembahan adalah sejauh penyerahan diri kita kepada TUHAN. Biarlah kita menjadi milik kepunyaan Allah yang sudah menerima meterai Roh El-Kudus.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 
 
 
 
 

No comments:

Post a Comment