KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, February 10, 2022

IBADAH RAYA MINGGU, 14 NOVEMBER 2021


 
IBADAH RAYA MINGGU, 14 NOVEMBER 2021
 
KITAB WAHYU PASAL 13
Wahyu 13:11-18
(Seri: 23)
 
Subtema: BERPADANAN DENGAN INJIL KRISTUS
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian Zangkoor. Terpujilah kasih karunia TUHAN yang sudah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi kita untuk datang menghadap Dia lewat Ibadah Raya Minggu pada petang malam ini.
 
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia: Selamat menikmati sabda Allah. Kiranya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap kehidupan kita masing-masing, pribadi lepas pribadi.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Kitab Wahyu 13, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam bumi
Wahyu 13:15
(13:15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.
 
Binatang pertama yang keluar dari dalam laut, yakni antikris, memberi kuasanya yang besar kepada binatang kedua yang keluar dari dalam bumi, yakni nabi-nabi palsu. Dan oleh kuasa itu, nabi-nabi palsu dapat memberikan nyawa kepada patung binatang (patung antikris), sehingga patung binatang itu berbicara seperti manusia dan bertindak begitu rupa.
Pendeknya: Nabi-nabi palsu telah menghasilkan ilah tiruan yang harus disembah oleh setiap orang yang diam di bumi.
 
Kemudian, setiap orang yang tidak menyembah patung binatang (ilah tiruan) itu dibunuh. Berarti, di dalam penyembahan itu mengandung unsur paksaan atau ancaman. Kalau kita bandingkan dengan sistem ibadah dan pelayanan kita kepada TUHAN, di dalamnya tidak ada unsur paksaan dan ancaman, justru TUHAN memberikan pilihan kepada kita masing-masing.
Sampai hari ini, banyak orang Kristen yang masih mempertahankan kekerasan di hati, mempertahankan kebebalannya, menyukai kelemahannya, namun sampai hari ini, TUHAN dengan segala panjang sabar-Nya menantikan kehidupan kita masing-masing.
 
TUHAN tidak pernah memaksa kita untuk menjadi pengikut Kristus, tetapi TUHAN memberi pilihan kepada kita, seperti apa yang tertulis di dalam Injil Matius 7:13-14, di mana di dalam dunia ini ada 2 (dua) jalan yang harus kita pilih.
1.      Jalan sempit dan pintu sesak.
2.      Jalan luas dan pintu lebar.
Pilih satu dari antara kedua jalan tersebut.
TUHAN tidak pernah memaksa kita semua untuk “menyangkal diri dan memikul salib” masing-masing. TUHAN tidak pernah memaksa kita untuk datang beribadah kepada TUHAN, tetapi TUHAN justru memberi pilihan; dan dari dua pilihan itu, kita harus menentukan satu dari dua jalan yang harus kita pilih.
 
Jadi, setiap orang bebas untuk memilih tanpa ada unsur paksaan. Tetapi perlu untuk diketahui: Setiap orang sudah harus siap untuk menerima konsekuensi atas pilihannya itu. Jadi, tidak boleh ada penyesalan di kemudian hari. Penyesalan yang terbaik adalah penyesalan yang jauh terjadi bilamana kesempatan itu masih ada.
 
Kemudian, jika kita mengenal kasih karunia Allah dan kita hidup di dalam kasih karunia Allah itu, maka tentu saja:
-          Tidak ada unsur paksaan untuk beribadah kepada Dia. Berarti, bebas dari pemerintahan yang bersifat diktator.
-          Aturan-aturan yang berlaku di dalam pemerintahan Allah tidak dijalankan secara Taurat atau secara lahiriah.
Tetapi di dalam Wahyu 13:15, kita melihat: Semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh. Keadaan semacam ini persis seperti yang terjadi pada zaman raja Nebukadnezar yang melemparkan Sadrakh, Mesakh, Abednego ke dalam perapian yang bernyala-nyala, bahkan 7 (tujuh) kali lebih panas dari dapur api mana pun, karena ketiganya tidak mau menyembah patung emas yang telah didirikan oleh Nebukadnezar.
Pada minggu yang lalu, hal ini telah dijelaskan dan diterangkan. Saya berharap, apa yang sudah kita terima, kiranya itu dipegang dan menjadi praktek dalam kehidupan sehari-hari. Kita beribadah di dalam pemerintahan Allah tidak dalam bentuk lahiriah, tetapi penuh dengan penyerahan diri.
 
Kita akan kembali memperhatikan Daniel 3:15, mengapa? Karena ada sesuatu perkara lain yang dapat kita petik dari peristiwa ini.
Daniel 3:15A
(3:15) Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
 
Nebukadnezar berkata kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego: Setelah mendengarkan bunyi-bunyian, antara lain; sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, selanjutnya Nebukadnezar berkata supaya mereka sujud menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar itu sendiri.
 
Singkatnya: Sadrakh, Mesakh dan Abednego diperintahkan untuk sujud menyembah patung yang dibuat oleh Nebukadnezar setelah mendengar bunyi:
-          Bunyi sangkakala, yang terkait dengan Firman Allah.
-          Bunyi seruling, yang terkait dengan sebuah ajaran tentang pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan.
-          Bunyi kecapi, yang berbicara tentang penyembahan.
Jadi, penyembahan terhadap patung yang didirikan oleh Nebukadnezar ini seolah-olah itu datangnya dari TUHAN, dari Allah, dari Tempat Yang Mahatinggi.
 
Adapun ukuran dari patung itu:
-          Tingginya 60 (enam puluh) hasta.
-          Lebarnya 6 (enam) hasta.
Jumlahnya adalah 66 (enam puluh enam); seolah-oleh hal itu terkait dengan Firman Allah yang tertulis di dalam Kitab Suci, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, di mana seluruhnya ada 66 (enam puluh enam) kitab.
Kemudian, patung itu juga terbuat dari emas; seolah-olah itu berbicara tentang kemurnian yang berasal dari Allah, dari sorga.
 
Jadi, begitu hebat, begitu rupa, begitu halus Setan untuk menyesatkan anak-anak TUHAN. Kalau kita tidak mengerti Firman Allah, tidak mengerti isi hati TUHAN yang dibeberkan kepada kita, maka dengan apa yang dikerjakan oleh nabi-nabi palsu yang telah memberikan nyawa kepada patung binatang itu, tentu saja kita bisa digiring, pengertian setiap manusia juga akan digiring, pemahaman manusia juga akan digiring, perasaan manusia juga akan digiring sampai kepada puncak penyembahan dari pada Setan, yaitu menyembah patung binatang itu, sementara patung binatang itu sudah diberikan nyawa, sehingga patung binatang itu dapat berbicara dan bertindak begitu rupa. Siapa yang tidak terkecoh dengan hal ini?
Inilah pentingnya bagi kita untuk menerima pembukaan rahasia Firman yang dibeberkan dalam setiap pertemuan ibadah. Jangan saudara terpaksa untuk berada di dalam pemerintahan TUHAN ini, sebab itu adalah kebodohan yang sangat fatal dari kehidupan orang Kristen yang tidak mengerti (tidak paham) rencana Allah.
 
Daniel 3:15B
(3:15) Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
 
Kemudian, Nebukadnezar berkata: Jika Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak menyembah patung emas -- yang tingginya 60 (enam puluh) hasta dan lebarnya 6 (enam) hasta --, maka akan secepatnya dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala, yang 7 (tujuh) kali lebih panas dari dapur api mana saja.
 
Daniel 3:15C
(3:15) Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
 
Selanjutnya, Nebukadnezar berkata: Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?
Maksud perkataan Nebukadnezar ini adalah tidak ada satu tuhan yang dapat melepaskan Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari hukuman yang dinyatakan oleh Nebukadnezar. Itu adalah pernyataan dari raja Nebukadnezar kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
 
Tetapi, mari kita lihat BAGAIMANA SIKAP DARI PADA KETIGANYA terhadap pernyataan raja Nebukadnezar. Hal ini perlu untuk kita perhatikan, supaya kita memiliki sikap yang sama manakala peristiwa yang menjadi nubuatan besar akan terjadi dan akan digenapi.
 
Daniel 3:16
(3:16) Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.
 
Jawab dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego kepada Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” Artinya, tidak perlu membela diri dan tidak perlu berargumentasi untuk menyatakan suatu kebenaran, karena Nebukadnezar sudah keukeuh dengan keputusannya.
 
Suatu saat nanti, kesesakan besar juga akan terjadi, yaitu pada saat antikris berkuasa dan memerintah atas seantero dunia ini, yang mana hal itu akan berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun -- dan hal itu terjadi atas seizin TUHAN --, maka apa yang terjadi tidak perlu untuk diluruskan, karena itu harus terjadi. Kita tinggal menghadapi saja, tidak perlu dilurus-luruskan, sebab antikris pun tidak bisa diluruskan. Memang mereka akan mengambil keputusan bahwa suatu kali nanti, mereka akan menjadi penguasa di atas muka bumi ini, mereka akan menjadi diktator yang ganas, dan keputusan mereka tidak bisa diubah-ubah.
Oleh sebab itu, kita pun tidak perlu meluruskan apa yang sudah direncanakan oleh Setan. Itu sebabnya,  Sadrakh, Mesakh dan Abednego berkata: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” Yang diperlukan oleh ketiganya adalah iman mereka, sikap pendirian mereka saja; dan itulah yang harus kita buktikan di hari-hari terakhir ini.
 
Saudara jangan pernah berpikir bahwa Kerajaan Sorga dapat diraih seperti kita meraih cita-cita kita di atas muka bumi ini; tidak segampang itu.
 
Daniel 3:17-18
(3:17) Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (3:18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
 
Sadrakh, Mesakh dan Abednego menolak untuk menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar. Ketiganya memiliki pendirian yang kuat untuk tetap menyembah Allah yang hidup.
Kalau mereka menolak untuk menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar, berarti mereka tetap memuja Allah yang hidup, tetapi konsekuensinya; mereka rela kehilangan nyawa, karena mereka harus dicampakkan ke dalam perapian yang tujuh kali lebih panas dari dapur api mana saja.
 
Seperti apa yang dikatakan Sadrakh, Mesakh dan Abednego: “Kalau TUHAN melepaskan kami dari api dan dari tangan raja, ya  puji TUHAN. Kalau pun tidak, kami tetap tidak akan memuja patung emas yang tuan dirikan.” Apa maksudnya? Itu artinya, bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego rela kehilangan nyawanya. Mereka tetap memuja Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub; untuk hal itu, mereka rela kehilangan nyawa.
Itu sebabnya, berkali-kali saya sampaikan: Ibadah dan pelayanan ini seharga dengan setetes darah salib di Golgota. Jadi, jangan pernah anda menganggap enteng ibadah pelayanan ini, supaya jangan kita dientengkan oleh TUHAN di kemudian hari seperti Esau.
 
Ayo, miliki pendirian semacam ini: Rela kehilangan nyawa karena hati mereka tetap memuja Allah yang hidup; tidak ada Allah yang lain selain Allah Abraham, Ishak, Yakub (Israel). Terkait dengan pernyataan ini, maka hal itu dibenarkan, karena Yesus sendiri juga menyampaikan hal yang senada kepada murid-murid-Nya, di dalam Injil Matius 16.
Matius 16:24
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
 
Syarat untuk mengikuti TUHAN Yesus Kristus:
1.      Menyangkal dirinya, berarti; tidak bermegah terhadap segala sesuatu yang dia miliki, tidak bermegah terhadap kelebihan-kelebihannya, apa pun itu. Segalanya disangkali.
2.      Memikul salibnya, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung = Memikul tanggung jawab. Orang yang mau menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung adalah orang yang mau bertanggung jawab di hadapan TUHAN. Orang yang menolak salib adalah orang yang tidak mau bertanggung jawab di hadapan TUHAN. Pengertian ini harus tertancap di dalam loh daging, di hati pikiran kita masing-masing.
3.      Mengikut TUHAN à Orang-orang yang memiliki pendirian yang kuat. Apa pendirian kita selama mengikut TUHAN? Yaitu pengalaman kematian dan kebangkitan. Kalau kita tekun di dalamnya, maka suatu kali nanti kita akan dipermuliakan saat Ia datang dalam kemuliaan yang kekal.
 
Matius 16:25
(16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
 
Barangsiapa menyelamatkan nyawanya, mempertahankan nyawanya -- tidak mau sangkal diri, tidak pikul salib, tidak ikut TUHAN --, maka ia akan kehilangan nyawa = Binasa.
Orang tua harus mengasihi nyawa anak. Saudara laki-laki, saudara perempuan harus saling memperhatikan nyawa saudaranya. Nyawa orang tua juga harus diperhatikan. Jangan bermasa bodoh satu dengan yang lain, dengan lain kata; jangan mengentengkan pemerintahan TUHAN, itulah ibadah dan pelayanan.
 
Sebaliknya barangsiapa dengan rela kehilangan nyawanya -- berarti; sangkal diri, pikul salib, ikut TUHAN --, maka ia akan memperoleh hidup kekal dan bahagia selamanya di dalam kebahagiaan kekal.
Jadi, jauh sebelum Yesus menyatakan hal ini kepada murid-murid-Nya, ternyata hal ini sudah dipraktekkan oleh 3 (tiga) pahlawan Kristus, itulah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Jadilah pahlawan-pahlawan Kristus di dalam memperjuangkan kebenaran di hadapan TUHAN.
 
Matius 16:26
(16:26) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
 
Jangankan batangan emas atau batangan perak, jangan kedudukan atau jabatan tinggi, seluruh dunia ini pun tidak ada artinya, tidak ada gunanya, kalau dia harus kehilangan nyawa. Bukankah yang ada ini, segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah barang fana? Artinya, suatu kali nanti akan berlalu, lisut begitu saja.
 
Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Perkara-perkara yang ada di dalam dunia ini adalah barang fana. Harta, kekayaan yang berlimpah, uang yang banyak, termasuk kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi, tidak dapat menyelamatkan manusia serta nyawanya dari dalam dunia ini, dengan kata lain; barang fana tidak dapat menyelamatkan kehidupan yang fana.
 
Barang fana tidaklah mungkin dapat melepaskan manusia dari kehidupan yang fana ini; itu tidak mungkin. Yang fana kok digunakan untuk melepaskan yang fana; itu tidak bisa. Hanya darah Yesus yang sanggup menyelamatkan kita dari dalam dunia ini, karena di dalam darah juga ada nyawa, yang sudah dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran 2000 (dua ribu) tahun yang lalu.
 
Jadi, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, mereka ini adalah pahlawan-pahlawan Kristus untuk menegakkan kebenaran di hadapan TUHAN; mereka rela kehilangan nyawa, asal hati mereka tetap terpaut dengan TUHAN, asal mereka tetap memuja Allah yang hidup yang harus dipuja oleh setiap orang, karena Dia adalah Sang Khalik yang menciptakan langit dan bumi, dan kita pun ciptaan-Nya.
 
Matius 16:27
(16:27) Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.
 
Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya  Allah yang hidup lebih mulia dari semua patung berhala ilah zaman ini, lebih mulia dari allah ilah tiruan.
 
Ingat: Pada saat Dia datang pada kali yang kedua, dalam kemuliaan Bapa-Nya yang diiringi oleh malaikat-malaikat-Nya, pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Intinya: Ada hari yang namanya hari pembalasan.
Jadi, saudara jangan merasa leluasa untuk berbuat sesuatu yang sesuai dengan kehendak daging saja; hati-hati. Apakah saudara pikir Kerajaan Sorga itu segampang meraih cita-cita di bumi ini? Tidak seperti itu, melainkan harus dengan penyerahan penuh kepada TUHAN; tidak bisa setengah hati kepada TUHAN, setengah hati kepada dunia, itu tidak bisa. Harus memiliki sikap seperti yang ditunjukkan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
 
Jadi kalau saya bertindak dan bersikap seperti itu, maka saudara jangan tersinggungan, sebab yang saya pikirkan adalah sorga, bukan yang sekarang ini saja.
 
Kita kembali untuk membawa Wahyu 13.
Wahyu 13:15
(13:15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.
 
Singkat kata: Setiap orang yang tidak menyembah patung binatang itu, maka ia akan dibunuh.
Jadi, pilihannya ada 2 (dua):
1.      Dibunuh jika tetap berpihak kepada TUHAN = Rela kehilangan nyawa.
2.      Menyangkal TUHAN, karena harus menyembah patung binatang itu.
 
Keadaan yang sulit semacam ini akan membuat anak-anak TUHAN mengalami ketakutan yang mencekam, dan jiwa pun akan tergoncang pada saat itu, karena ada unsur paksaan dan ancaman maut yang dihadapi oleh anak-anak TUHAN. Suatu kali, kalau itu diperhadapkan kepada kita, maka itu dapat menggoncang jiwa.
Hari ini mungkin kita bisa enak-enak, tetapi suatu kali ketika Firman digenapi dan kita diperhadapkan dengan situasi semacam ini, maka jiwa bisa tergoncang. Kalau tidak ingat Firman, maka kehidupan yang tergoncang akan secepatnya diseret oleh ekor naga merah padam.
 
Tetapi bagi anak-anak TUHAN, tidak ada pilihan lain selain dari pada berdiri teguh dalam iman yang kuat, seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang tidak takut terhadap paksaan dan ancaman yang datang dari Nebukadnezar.
Kemarin, saya tanya salah satu pemuda di tempat ini: Kamu sekarang menganggur, apakah masih tetap bertahan di dalam penggembalaan, atau pulang kampung ke Simotung? Lalu pemuda itu menjawab: Lebih baik saya menganggur asal saya memuja Allahku. Lalu saya bertanya kembali: Itu dari lip service atau dari hatimu? Dia kembali menjawab: Dari hati yang dalam, Om. Lalu saya lanjutkan dalam hati: TUHAN, perhatikan dia.
TUHAN Yesus sangat masygul kepada orang yang mau duduk di kaki TUHAN seperti Maria; TUHAN sangat memperhatikan kehidupan semacam itu. TUHAN tidak peduli dengan kehidupan yang fasik dan sombong, walaupun ia mempunyai harta, kekayaan, kedudukan, jawaban tinggi, tetapi hati TUHAN masygul manakala kita tetap duduk dekat kaki TUHAN. Janganlah kita seperti Marta yang acuh tak acuh terhadap pembukaan Firman, padahal pembukaan Firman itu merupakan isi hati TUHAN yang dibeberkan kepada kita semua.
 
Jadi, itu juga merupakan ancaman, walaupun ancaman pada masa sekarang ini -- seperti yang saya ceritakan barusan -- tidak seperti ancaman yang datang dari nabi-nabi palsu dan antikris tadi, sampai nanti jiwa tergoncang hebat, tetapi yang dibutuhkan dari anak-anak TUHAN adalah sikap dan pendirian yang kuat.
 
Mari kita lihat Filipi 1, dengan perikop: “Nasihat supaya tetap berjuang” Jadilah laskar Kristus, berjuanglah untuk menghidupi Firman Allah. Tunjukkanlah sikap kesatria yang memiliki pendirian yang kuat di hadapan TUHAN, supaya hati TUHAN senang.
 
Filipi 1:27-28A
(1:27) Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, (1:28) dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah.
 
Kerinduan dari Rasul Paulus ialah supaya jemaat di Filipi berpadanan dengan Injil Kristus. Berpadanan dengan Injil Kristus = Bersekutu dengan Firman Allah, sehingga dalam persekutuan kita dengan Injil Kristus, maka 2 (dua) hal terlihat dengan jelas:
1.      Bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil.
2.      Dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu.
Jadi, sangat masuk akal, kalau Rasul Paulus meminta dan merindukan supaya jemaat di Filipi ini berpadanan dengan Injil Kristus, bersekutu dengan Firman Allah.
 
-          Jangan bersekutu dengan hasrat daging.
-          Jangan bersekutu dengan roh jahat dan roh najis.
-          Jangan bersekutu dengan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Tetapi secepatnya kita mewujudkan kerinduan TUHAN untuk bersekutu dengan Firman Allah, supaya;
-          kita memiliki pendirian yang kuat dan teguh,
-          kemudian kita juga tiada digentarkan sedikit pun oleh lawan, dengan lain kata; tidak ada ketakutan terhadap ancaman maut dan unsur paksaan tadi.
 
Tetapi saya ragu, Rasul Paulus juga ragu, kalau jemaat di Filipi ini tidak bersekutu dengan Firman Allah. Tiadalah mungkin seseorang memiliki pendirian yang kuat dan teguh, dan tiadalah mungkin memiliki keberanian untuk menghadapi lawan dengan segala ancaman maut dan unsur paksaan tadi.  Oleh sebab itu, dengan tandas Rasul Paulus meminta amat sangat, supaya jemaat di Filipi ini betul-betul bersekutu dengan Firman Allah.
 
Kita pun datang menghadap TUHAN, tentu saja bukan untuk pamer (show) dalam melayani, juga bukan untuk menampilkan yang lahiriah, yang melekat di dalam raga ini. Kita datang di tengah ibadah, supaya kita belajar bersekutu dengan Firman Allah yang dibeberkan lewat pembukaan rahasia Firman TUHAN. 
Hal ini pun merupakan doa saya, supaya kita benar-benar bersekutu dengan Firman Allah; bukan hanya saat berada di tengah ibadah, tetapi di luar ibadah juga tetap bersekutu dengan Firman Allah yang memberi keteguhan di hati, supaya berdiri kuat dan juga memiliki keberanian terhadap ancaman-ancaman yang datang dari lawan.
 
Filipi 1:28B
(1:28) dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah.
Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan … Apa yang sudah diperbuat oleh nabi-nabi palsu -- di mana mereka memberikan nyawa kepada patung binatang -- itu merupakan tanda dan alamat kebinasaan bagi mereka. Jadi, perbuatan mereka itu adalah sebuah tanda, sebuah alamat yang jelas untuk kebinasaan mereka.
 
Tetapi bagi kehidupan anak-anak TUHAN, bagi kehidupan sidang jemaat yang senantiasa bersekutu dengan Firman Allah, itu adalah tanda dan alamat yang menyelamatkan, alamatnya Kerajaan Sorga; dan itu datangnya dari Allah. Jadi, ujian yang akan dihadapi, ancaman maut yang datang dari nabi palsu terjadi atas seizin TUHAN.
 
TUHAN Yesus baik; oleh sebab itu, belajarlah mulai dari sekarang untuk bersekutu dengan Firman Allah, jangan lagi bersekutu dengan yang lain-lain. Berpadananlah dengan Firman Allah; jangan abaikan penggembalaan. Kalau engkau entengkan ibadah pelayanan ini, maka nanti engkau dientengkan oleh TUHAN; TUHAN tidak berikan kesempatan untuk darah-Nya menebus dosa, karena sudah dari awal kita entengkan darah penebusan itu.  Saya tidak sedang memaksa, tetapi saya sedang memberi pengertian supaya pikiran kita semua terbuka, supaya paradigma yang lama dibaharui di dalam hal mengikuti TUHAN.  
 
Filipi 1:29
(1:29) Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,
 
Kepada anak-anak TUHAN yang hidup di dalam persekutuan dengan Firman Allah, yang berpadanan dengan Injil Kristus, dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, tetapi dikaruniakan juga untuk menderita bersama-sama dengan Dia.
 
Banyak orang Kristen berkata: “Yang penting percaya” Perhatikan: Kepada kita dikaruniakan bukan hanya untuk percaya kepada Dia, melainkan juga dikaruniakan untuk menderita bersama dengan Dia. Hal ini harus kita ketahui.
Mau percaya kepada Dia, tetapi tidak mau dikaruniakan untuk menderita bersama dengan Dia; ini tidaklah benar. Mau menerima berkat-Nya, tetapi ogah-ogahan ketika diajar menderita bersama dengan Dia; kan curang namanya? Tidak boleh curang di dalam hal mengikut TUHAN.
Waktu susah, kita menangis dan memohon kemurahan TUHAN, tetapi setelah diberkati, dicukupkan semuanya, diberikan pekerjaan kok lupa karunia menderita bersama dengan Dia? Ini kan tidak lucu, bukan? Jangan lupa diri.
 
Itu sebabnya, di dalam 2 Timotius 2, Rasul Paulus berkata pada ayat 16: Hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci, karena ajaran semacam itu menambah dosa kesombongan (kefasikan). Yang TUHAN mau, yang diajarkan di tengah ibadah pelayanan adalah tentang salib Kristus, supaya kita semua rendah hati.
Kemudian, pada ayat 17 dituliskan bahwa: Omongan kosong dan tidak suci itu sama seperti penyakit kanker, sebab akar-akarnya menjalar. Itu sebabnya, pada ayat 18-19 dikatakan: Himeneus dan Filetus mengajarkan kebangkitan telah berlangsung, tanpa dasar yang teguh, tanpa pengalaman kematian, sehingga akhirnya merusak iman sebagian orang.
Apa bukti bahwa iman sudah rusak? Mereka sombong, angkuh, lupa dengan kebaikan dan kemurahan TUHAN. Mereka mau percaya kepada Dia dan mau diberkati oleh Dia, tetapi tidak mau dikaruniakan untuk menderita bersama dengan TUHAN. Oleh sebab itu, pada ayat 22: Hindarilah omongan yang kosong, sebab itu sama dengan nafsu orang muda.
 
Sewaktu Petrus masih muda; dia mengikat pinggang dan berjalan ke mana saja ia mau. Tetapi setelah ia tua; dia ulurkan tangan, orang lain mengikat tangannya, dan dibawa ke tempat yang tidak ia kehendaki; itulah salib dan kematian Yesus Kristus untuk menolong kawanan domba Allah yang dipercayakan oleh TUHAN.
 
Jadi, kembali saya sampaikan: Kepada kita dikaruniakan bukan saja untuk diberkati, tetapi juga dikaruniakan untuk menderita bersama dengan Dia; itu juga karunia.
Masakan kalau sudah diberkati, kita berkata: “Oh, kasih karunia”, tetapi ketika memikul salib bersama dengan TUHAN di tengah ibadah pelayanan ini, kita justru berkata: “Oh, bukan kasih karunia” Hindarilah omongan kosong, hindarilah nafsu orang muda, sebab itu merusak iman, karena mengandung kesombongan. Lihatlah, orang yang puas dengan kelebihannya, pasti ia sombong, keras hati, tidak mau diluruskan, dan menganggap bahwa pengertiannya saja yang benar.
 
Filipi 1:30
(1:30) dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku.
Rasul Paulus sungguh-sungguh mengajarkan ajaran yang tulus murni, kemudian jemaat di Filipi ini juga diajar supaya betul-betul hanya mengikuti ajaran salib yang disampaikan oleh Rasul Paulus. Jangan ikuti cara yang lain.
 
Sekarang, kita perhatikan 2 Timotius 2, dengan perikop: “Panggilan untuk ikut menderita
2 Timotius 2:9
(2:9) Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.
 
Oleh karena persekutuan kita dengan Firman Allah, jelas kita banyak mengalami penderitaan, bahkan Rasul Paulus sendiri harus dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi satu hal yang harus kita ketahui: Firman Allah tidak dapat dibelenggu oleh siapa pun. Kalau kita harus sangkal diri, pikul salib, ikut TUHAN, rela kehilangan nyawa, ingat: Firman Allah tidak dapat dibelenggu oleh siapa pun. Tiada ruginya kita bersekutu dengan Firman Allah.
 
2 Timotius 2:10
(2:10) Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.
Rasul Paulus sabar menanggung penderitaan oleh karena persekutuan dengan Firman Allah. Mengapa? Supaya orang-orang pilihan mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.
-          Jika orang tua sabar menderita karena persekutuan dengan Firman Allah, maka anak-anak tertolong.
-          Atau, bilamana anak-anak sabar menderita karena persekutuan dengan Firman Allah, maka orang tua yang malas beribadah juga tertolong dan diselamatkan dalam kemuliaan kekal.
 
Tetapi di dalam hal menanggung penderitaan karena persekutuan dengan Firman Allah, kita pun tidak perlu malu. Jangan malu bersekutu dengan Firman Allah.
Masakan kita malu rendah hati? Masakan kita malu pikul salib? Masakan kita malu berdoa ketika makan di pinggir jalan? Itu tidak masuk akal bagi seorang anak TUHAN. Seharusnya, kita menjadi pejuang iman, laskar Kristus; berjuang untuk menghidupi Firman. Jangan malu. Kalau dituduh oleh karena koreksi Firman, tidak usah malu, apalagi gusar, bahkan sampai menuding kembali si pemberita Firman.
 
Kalau bersekutu dengan Firman Allah, berpadanan dengan Injil Kristus memang banyak menanggung penderitaan, tetapi harus sabar, supaya orang lain tertolong; kemudian, jangan malu. Tidak perlu malu untuk rendah hati, tidak perlu malu untuk memikul salib, tidak perlu malu untuk mengasihi sesama dengan kasih Agape.
 
Mari kita memperhatikan 2 Timotius 1, dengan perikop: “Ucapan syukur dan nasihat untuk bertekun
2 Timotius 1:3-4
(1:3) Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. (1:4) Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.
 
Terhadap Timotius, anak kekasihnya, Rasul Paulus sangat berbangga hati di hadapan TUHAN, karena Timotius ini seorang muda; di dalam pekabaran Injil, dia banyak mencucurkan air mata. Memang, hamba TUHAN pun kalau hatinya dengan tulus di dalam melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN, seringkali sakit, apalagi melihat kawanan domba itu memberontak; mulut tidak melawan, tetapi sikap melawan. Kecuali kalau dia mata duitan, maka dia tidak pernah hatinya hancur.
Kalau di tengah ibadah itu hanya ibadah laut dan ibadah bumi, hamba TUHAN yang menyelenggarakan kebaktian semacam itu, tidak akan pernah pilu hatinya, tidak pernah hancur hatinya ketika melihat keberadaan domba yang memberontak, sebab yang penting baginya hanyalah uang.

Tetapi setelah kembali dari pelayanan pekabaran Injil, Rasul Paulus ingin melihat Timotius dalam keadaan sehat walafiat, tidak kekurangan suatu apa pun. Hatinya terharu kepada Timotius, suatu kehidupan yang taat, setia, dengar-dengaran kepada bapa rohaninya.
Di sini pun Rasul Paulus masygul hatinya, pilu hatinya melihat Timotius berjuang dalam pekabaran Injil, supaya sidang jemaat teguh berdiri, tidak takut terhadap ancaman maut. Inilah tugas kami. Tugas saya bukanlah morotin uang saudara dari saku saudara, bukan, itu jauh dari hati saya, bahkan bila perlu saya juga turut berkorban dan menjadi contoh teladan dalam berkorban -- walaupun melakukannya dari kekurangan --.
 
2 Timotius 1:5
(1:5) Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.
 
Iman itu dijabarkan di tengah ibadah pelayanannya dalam pekabaran Injil, dipraktekkan dengan tulus ikhlas; dan hal itu menyedot perhatian dari sang bapa, itulah Rasul Paulus.
Kalau iman itu dipraktekkan dengan tulus ikhlas, maka hal itu menyedot perhatian Bapa di sorga.
 
2 Timotius 1:6-7
 (1:6) Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (1:7) Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
 
Itu sebabnya, Rasul Paulus memperingatkan Timotius supaya tetap berkobar-kobar di tengah-tengah pemberitaan Injil sesuai dengan karunia Allah.
Kalau kita berpadanan dengan Injil Kristus, maka nyatalah pernyataan TUHAN:  Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan”, tetapi lewat pemberitaan Injil, Allah memberikan:
1.      Roh yang membangkitkan kekuatan yang berasal dari TUHAN, bukan dari diri sendiri, untuk menghadapi ancaman dan unsur paksaan dari nabi palsu.
2.      Roh yang membangkitkan kasih di dalam diri kita, sehingga kita bisa mengasihi TUHAN. Kalau kita mengasihi TUHAN, maka kita juga mampu mengasihi sesama, seperti mengasihi diri sendiri.
3.      Roh yang membangkitkan ketertiban, sehingga semua menjadi tertib; datang beribadah dengan tertib, imam-imam melayani TUHAN dengan tertib, menghadap TUHAN dengan tertib, tidak ada sesuatu pun yang tidak tertib. Duduk diam mendengar Firman juga dengan tertib, tidak ada rasa bosan yang ditunjukkan -- karena rasa bosan adalah pengaruh Setan di dalam hati dan pikiran --. Jadilah kehidupan yang tertib.
Itulah pentingnya kita berpadanan dengan Injil Kristus.
 
Inilah yang diperjuangkan oleh Rasul Paulus, selanjutnya diajarkan kepada Timotius, dan Timotius juga melakukan semua itu dengan iman yang tulus ikhlas, bahkan tidak sedikit ia mencucurkan air mata. Itulah ciri orang yang tulus, yaitu banyak mencucurkan air mata, rela berkorban, hatinya rela hancur.
 
2 Timotius 1:8
(1:8) Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
 
Kalau bersekutu dengan Firman Allah, berpadanan dengan Injil Kristus, memang banyak menanggung penderitaan -- sepertinya dibelenggu seperti seorang penjahat --, tetapi sekalipun harus mengalami hal yang demikian; jangan malu bersaksi tentang TUHAN.
Kemudian Rasul Paulus juga meminta supaya Timotius jangan malu sekalipun Rasul Paulus sedang berada di dalam penjara, karena Rasul Paulus dipenjara bukan karena suatu kejahatan, tetapi karena sebuah kebajikan di hadapan TUHAN, yaitu pekabaran Injil.
 
Rendah hati pun tidak usah malu. Saat mendengar Firman dan untuk menatap wajah si pemberita Firman pun tidak usah malu, supaya Firman yang kita dengar itu membawa kita hancur hati, sampai akhirnya kita enak untuk menyembah. Kalau malu, maka sukar untuk menyembah; ingat perkataan saya ini. Kalau saudara rendah hati saat mendengar Firman, pasti hancur hati saat menyembah; itu tidak bisa dipungkiri. Saya berbicara bukan berdasarkan pengetahuan, tetapi berdasarkan pengalaman bersama dengan Firman TUHAN.
 
Dengan tulus saya menyampaikan: Supaya saya dan saudara betul-betul dalam kedudukan yang benar, berpadanan dengan Injil Kristus, bersekutu dengan Firman selalu, di mana pun kita berada, dalam keadaan, situasi, kondisi apa saja, maka tidak usah malu. Kalau kita berpadanan dengan Injil Kristus, kalau kita bersekutu dengan Firman Allah, maka tidak perlu malu walaupun memang banyak menanggung penderitaan.
Kalau sekarang saja malu, lalu bagaimana nanti ketika menghadapi ancaman maut dan unsur paksaan nanti?
 
2 Timotius 1:9-10
(1:9) Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (1:10) dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
 
Kita dipanggil oleh TUHAN dalam panggilan kudus, maka kita pun harus berpadanan dengan panggilan itu; hargai panggilan itu, karena kita dipanggil oleh karena kasih karunia, bukan karena kita hebat, bukan karena kita pandai, bukan karena kita suci, karena sesungguhnya, kita adalah bangsa kafir.
Itu sebabnya, di sini dikatakan: “Oleh Injil telah mematahkan kuasa maut” Kalau Injil diberitakan sampai kepada bangsa kafir, maka jelas Injil telah mematahkan kuasa maut. Itulah pentingnya bersekutu dengan Firman Allah; Injil itu nanti yang mematahkan maut.
 
Jangan sesekali kita ceraikan diri dari Firman Allah. Di sini kita seperti malaikat; mau mengakui gembala dengan berkata: “Om”, tetapi jika di luar sana cerai dengan Firman, maka itu semua tidak ada artinya, mau belum terpatahkan. Tetapi oleh Injil, maut dipatahkan.
 
2 Timotius 1:11
(1:11) Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.
 
Untuk pekabaran Injil, TUHAN memberikan jabatan kepada Rasul Paulus, antara lain:
1.      Penginjil.
2.      Rasul.
3.      Guru atau pengajar.
Tetapi di dalam Kitab Suci yang lain, Rasul Paulus juga menerima jabatan nabi dan jabatan gembala. Jadi, 5 (lima) jabatan itu dia terima; itulah keistimewaan dari seorang Rasul Paulus -- tidak ada rasul seperti dia --.
 
2 Timotius 1:12
(1:12) Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.
 
Jadi, dalam pekabaran Injil, dia rela menderita; di dalam persekutuan dengan Firman, dia banyak kali menanggung penderitaan, tetapi Rasul Paulus tidak malu, Timotius tidak malu, sidang jemaat pun tidak boleh malu.
 
Mengapa kita tidak perlu malu menanggung penderitaan oleh karena persekutuan dengan Firman Allah? Alasan Rasul Paulus adalah:
1.      Rasul Paulus percaya kepada Pribadi yang tidak akan mempermalukan dia; itu sebabnya, dia berkata: “aku tahu kepada siapa aku percaya.
2.      Rasul Paulus yakin sepenuh bahwa Allah berkuasa memelihara Firman Allah yang dipercayakan kepada dia, sampai TUHAN datang pada kali kedua.
Setan bisa membunuh raga (tubuh) ini, tetapi Firman Allah tidak dapat dibelenggu oleh Setan.
Begitu hebatnya janji TUHAN dalam menyelamatkan kita, kalau kita betul-betul berpadanan dengan Injil Kristus, kalau kita bersekutu dengan Firman Allah.
 
Jadi, kita tidak perlu malu menanggung penderitaan oleh karena persekutuan dengan Firman Allah, karena TUHAN Yesus tidak pernah mempermalukan anak-anak TUHAN. Kesusahan bisa terjadi di atas muka bumi ini, dan setiap orang pasti mengalami kesusahan, baik orang yang di luar TUHAN, baik orang yang di dalam TUHAN (anak TUHAN), namun yang menjadi pembeda adalah:
-          Kesusahan mereka yang di luar TUHAN tidak akan pernah mendapatkan jalan keluar; itu sebabnya, banyak orang yang mengambil jalan pintas, antara lain; menjadi WTS, atau menjadi gigolo, atau korupsi, dan ujung-ujungnya, jalan pintas yang terakhir adalah bunuh diri.
-          Tetapi sesusah-susahnya kesusahan anak TUHAN, tetap ada jalan keluar, sebab TUHAN tidak akan mempermalukan kita.
 
1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
 
Allah meletakkan di Sion:
-          Sebuah batu terpilih.
-          Sebuah batu penjuru.
-          Sebuah batu yang mahal.
Jelas itu adalah pribadi Yesus Kristus yang disalibkan, itulah korban Kristus, dasar dari tiap-tiap bangunan.
 
Kemudian, siapa yang percaya kepada salib Kristus (korban Kristus), maka tidak akan dipermalukan. Jadi, tidak ada ruginya bila kita berpadanan dengan Injil Kristus, tidak ada ruginya bila kita bersekutu dengan Firman, dan untuk Firman itu kita banyak menanggung penderitaan. Kalau pun harus merendahkan diri dan melakukan Firman, maka tidak usah malu, karena Rasul Paulus berkata: aku tahu kepada siapa aku percaya, yaitu Pribadi yang tidak pernah mempermalukan.
Ayo, junjung tinggi korban-Nya, maka tidak akan pernah dipermalukan, sebab salib Kristus selalu memberi jalan keluar. Tongkat yang di tangan Musa diangkat, sesudah itu diulurkan ke atas laut, maka ada jalan keluar. Jika kita menjunjung tinggi salib Kristus, maka selalu ada jalan keluarnya, tidak mungkin tidak ada.
Mungkin menurut manusia tidak ada lagi jalan keluar, tetapi bagi TUHAN tidak ada yang mustahil, artinya; TUHAN tidak akan permalukan kita di dalam kesusahan dan penderitaan sehebat apapun.
 
Bandingkan dengan ayat 7.
1 Petrus 2:7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
 
Bagi orang yang percaya, korban Kristus itu mahal harganya, tetapi bagi mereka yang tidak percaya, yang tidak taat, yang tidak menghargai korban Kristus -- itulah ahli-ahli bangunan, imam-imam kepala, tua-tua dan ahli Taurat orang Yahudi --, maka salib Kristus di tengah ibadah menjadi sandungan, karena mereka tidak hidup di dalamnya.
 
1 Petrus 2:8
(2:8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
 
Mereka tersandung padanya, tersandung kepada salib Kristus, tersandung kepada korban Kristus, tersandung dengan banyaknya korban-korban di tengah ibadah dan pelayanan ini, karena mereka tidak taat kepada Firman.
Jika tidak tersandung kepada korban, maka mereka pasti taat; tetapi karena mereka tidak taat, maka mereka tersandung kepada salib, tersandung kepada korban yang menyelamatkan saya dan saudara dari bumi. Tidak ada yang lain yang dapat menyelamatkan saya dan saudara, selain korban Kristus. Maka jelas; TUHAN tidak akan mempermalukan kita semua, asal kita percaya  kepada korban Kristus, tinggikan korban selalu di dalam hidup ini.
 
Kita kembali untuk membaca 2 Timotius 1.
2 Timotius 1:13-14
(1:13) Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (1:14) Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.
 
Nasihat berikutnya dari Rasul Paulus kepada Timotius, ada 2 (dua):
1.      Berpegang kepada ajaran yang telah dia terima dari Rasul Paulus, sebagai contoh ajaran sehat.
2.      Memelihara harta yang indah, itulah karunia-karunia Roh Kudus.
 
Terkhusus imam-imam, peliharalah harta yang indah, peliharalah karunia-karunia Roh Kudus itu. Ada karunia untuk memimpin pujian, ada karunia untuk membaca Alkitab, ada karunia sebagai pemain musik dan bagian-bagiannya, ada karunia untuk yang lain-lain; itu adalah harta yang indah, yang harus dipelihara.
Ajaran sehat harus dipelihara, tetapi harta yang indah, itulah karunia Roh Kudus, juga harus dipelihara; sebab keduanya bekerja sama. Yang belum melayani TUHAN, sungguh-sungguhlah sampai kepada yang kedua itu. Setelah berpegang kepada ajaran sehat, lanjutkan sampai kepada tingkat berikutnya, yaitu melayani sesuai dengan karunia Roh Kudus -- sebagai harta yang indah -- dengan tulus ikhlas.
Tidak usah melihat kiri kanan untuk membenarkan diri. Pandang saja salib di Golgota. Hanya Firman saja yang benar, maka tidak usah kita memakai alasan ini dan itu untuk membenarkan diri.
 
2 Timotius 1:15
(1:15) Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes.
Kalimat pada ayat ini mengingatkan kita: Asia Kecil sebetulnya adalah negara Turki sekarang. Sementara Rasul Yohanes dibuang ke pulau Patmos, yang sekarang disebut Istanbul; di situlah dia mendapat wahyu dari TUHAN, dan di situlah banyak berdiri jemaat-jemaat, itulah yang disebut jemaat di Asia Kecil.
Tetapi sayangnya, sekarang ini, jemaat-jemaat itu semua, termasuk 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia Kecil, juga jemaat Kolose dan lain sebagainya, tidak ada lagi di situ. Di negara Turki, tidak ada lagi orang Kristen di sana.
 
Maka, benarlah apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus: “Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku” Akhirnya, mereka tinggalkan TUHAN, karena malu terhadap salib, tidak mau menanggung penderitaan karena persekutuan dengan Firman, malu merendahkan diri, termasuk Figelus dan Hermogenes. Karena semua sidang jemaat di Asia Kecil malu menderita karena persekutuan dengan Firman TUHAN, malu merendahkan diri, malu untuk berada di titik nol, tidak mau mencucurkan air mata, tidak mau bayar harga dari hari ke hari, akhirnya mereka tinggalkan TUHAN.
 
2 Timotius 1:16
(1:16) Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara.

Sebaliknya, doa dari seorang rasul yang hebat berlaku kepada keluarga Onesiforus, di mana sikapnya, persekutuannya dengan Firman TUHAN berulang-ulang menyegarkan hati sang si pemberita Injil.
Mengapa keluarga Onesiforus menyegarkan hati si pemberita Injil? Karena dia tidak malu di dalam persekutuannya dengan Firman Allah; walaupun banyak penderitaan, ia tidak malu.
 
Saya berharap, keluarga sidang jemaat GPT “BETANIA” senantiasa menyegarkan hati TUHAN, karena di dalam persekutuan kita dengan Firman Allah, walaupun menanggung banyak penderitaan, namun tidak malu. Jangan malu rendah hati; segarkan hati TUHAN, senangkan hati TUHAN di mana pun kita berada.
Bayangkan kalau kita tidak tergembala, maka habislah kita, karena kita tidak mengerti apa-apa. Mungkin kelihatannya melayani, tetapi sebenarnya tidak mengerti apa-apa. Tetapi karena kita digembalakan dengan baik, Firman penggembalaan menggembalakan kita, maka isi hati TUHAN dibeberkan, sehingga yang tidak kelihatan itu bisa nampak, dengan demikian; kita bisa menyegarkan, menyenangkan hati TUHAN, karena dalam persekutuan kita dengan Firman, walau banyak menanggung penderitaan, namun tidak malu, tidak gengsi rendah hati.
 
2 Timotius 1:17
(1:17) Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku.
Bayangkan, dari Asia Kecil, keluarga Onesiforus ini juga harus pergi ke Eropa untuk pergi memenuhi kehidupan sang si pemberita Injil; bahkan mengunjungi di penjara pun, mereka tidak malu.
 
Ada salah satu keluarga dari sidang jemaat ini yang mengantarkan daun kelor ke pastori untuk dimasak sebagai sayur; puji TUHAN, TUHAN balaskan korban-korban saudara. Tetapi ingat: Keselamatan lewat penjelasan Firman Allah yang kita terima lebih dari korban-korban kita.
 
2 Timotius 1:18
(1:18) Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.
Doa dari Rasul Paulus kepada TUHAN adalah supaya rahmat TUHAN, kasih karunia TUHAN dilimpahkan kepada keluarga Onesiforus. Itu juga menjadi doa saya kepada saudara; setiap kali saya selesaikan penyembahan, saya sebut semua nama satu per satu “TUHAN tolong yang belum bekerja. TUHAN tolong yang sakit; sinusitis sembuh, kudis-kudis sembuh, yang lain-lain juga sembuh, nanti lupus juga sembuh. Paling tidak, beri umur panjang untuk melayani pekerjaan TUHAN.
 
Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku. Bayangkan, dari jemaat di Asia Kecil (di Turki tadi) berangkat ke Roma untuk melihat Rasul Paulus di dalam penjara, kemudian kembali lagi ke Efesus; berapa banyak dana biaya yang dibutuhkan, yang dia keluarkan untuk mendukung (mensupport) pekabaran Injil ini? Tetapi dia tidak malu.
Mungkin, terlalu banyak dana yang dikeluarkan, itu juga bisa menjadi celah bagi keluarganya, saudaranya, sahabatnya, temannya, dan mungkin dia dipermalukan, sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 1:22-24, di mana pemberitaan Injil kepada orang Yahudi adalah suatu batu sandungan, bagi orang Yunani adalah suatu kebodoahn. Jadi, dia dibodoh-bodohi karena terlalu banyak korban; tetapi dia tidak malu ketika dia dibodoh-bodohi.
 
Ini adalah suatu teladan yang TUHAN ingatkan bagi kita. Pemberitaan Injil tidaklah membuat kita menderita, tetapi pemberitaan Injil memberikan kita roh yang membangkitkan kekuatan, membangkitkan kasih, membangkitkan ketertiban. TUHAN tidak mengaruniakan roh ketakutan kepada kita semua.
 
1 Petrus 1:23
(1:23) Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
Lewat Pemberitaan Injil, kita dilahirkan kembali -- oleh Firman Allah sebagai benih Ilahi --, supaya kehidupan yang dilahirkan oleh benih Ilahi (Firman Allah) beroleh hidup kekal.
 
1 Petrus 1:24
(1:24) Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, (1:25) tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
 
Semua yang hidup adalah seperti rumput dan kemuliaannya pun seperti bunga rumput; jika rumput menjadi kering, maka kemuliaannya juga gugur. Sebaliknya, Firman Allah (benih Ilahi) tetap untuk selama-lamanya. Inilah firman yang disampaikan Injil; inilah Injil Kristus.
 
Injil terdiri dari 2 (dua) bagian:
1.      Injil Sinoptik, yaitu Matius, Markus, Lukas, Yohanes, yang secara khusus menceritakan pribadi Yesus dari sorga turun ke dunia, mati bangkit, lalu kembali lagi dipermuliakan.
2.      Dari Kisah Para Rasul sampai dengan Wahyu, juga disebut Injil, yang menceritakan tentang keadaan dari gereja TUHAN, mulai dari kelahirannya, perkembangannya, sampai dewasa, masuk dalam pesta nikah yang tertulis dalam kitab Wahyu.
Inilah yang disampaikan oleh Injil itu. Jadi, tidak ada ruginya bila kita bersekutu dengan Firman Allah, tidak ada ruginya bila kita berpadanan dengan Injil Kristus, sebab yang ada ini akan berlalu, tetapi Firman Allah tetap untuk selama-lamanya.
 
Kita kembali membaca Wahyu 13:15.
Wahyu 13:15
(13:15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.
 
Semua orang yang tidak menyembah patung binatang itu, pada akhirnya akan dibunuh. Di atas tadi sudah saya sampaikan; hal ini menunjukkan bahwa ada unsur paksaan dan ancaman maut. Inilah pemerintahan dari antikris bilamana nanti berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun, karena ekor dan kepala ular naga merah padam -- itulah nabi palsu dan antikris -- bekerja sama, sehingga ketika anak-anak TUHAN (gereja TUHAN) mengalami ancaman maut sedemikian rupa, maka jiwa pasti tergoncang, hidup tidak menentu, tidak ada damai, tidak mengalami ketenangan; situasi semacam inilah yang ditunggu-tunggu oleh Setan.
 
Maka, selanjutnya kita perhatikan ayat 16.
Wahyu 13:16-17
(13:16) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, (13:17) dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.
 
Setelah dalam keadaan kacau, carut marut, keadaan tidak tenang, tidak menentu, maka itu adalah kesempatan emas bagi Setan; dialah yang menyebabkan, sehingga semua orang, semua lapisan masyarakat  -- kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba -- tanpa terkecuali diberi tanda di tangan kanannya atau pada dahinya, itulah cap dari antikris.  Kemudian, kegunaan dari cap antikris adalah bebas membeli dan bebas menjual.
 
Oleh karena keadaan genting, takut mati, takut ini, takut itu, akhirnya “dipaksalah”. Saya tidak bisa jabarkan lagi, tetapi panjangkanlah di hati saudara.
Masihkah saudara mengajarkan ilmiah kepada saya? Mungkin saudara belum mengerti dengan apa yang saya maksud ini, tetapi kalau saudara sudah menghadapi itu, maka saudara pasti mengerti apa yang saya maksud ini.
Ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh Setan; digoncang dulu, sesudah digoncang, kacaulah keadaan semua lapisan masyarakat, baik kaya atau miskin, baik tua maupun muda. Bukan hanya yang miskin yang kacau, tetapi yang kaya juga kacau; barulah diberikan “tanda”, dari pada mati. Akhirnya, banyaklah pemikiran-pemikiran, ide-ide untuk membenarkan supaya hidup; seolah-olah dari kecil sampai besar hidupmu tidak dipelihara oleh TUHAN.
Jangan rusak DNA yang sudah TUHAN berikan di dalam tubuh saudara; jangan ditambah-tambah.  Dahulu tidak ada itu, buktinya; dipelihara TUHAN kok sampai hari ini. Lalu, kenapa setelah ada, saudara lantas benarkan ini itu, lalu diajarkan ke saya. Oleh sebab itu, berhikmatlah. Jangan menjadi bodoh karena sudah takut oleh kekacauan yang terjadi; akhirnya, dari pada mati, maka ya sudahlah.
Saya ini harus mengajarkan kita semua tunduk kepada pemerintah. Daniel juga tunduk kepada pemerintahan Darius. Jangan saudara salah berpikir.
 
Inilah yang ditunggu oleh Setan, dan hal itu sudah tiba dengan halus. Perkara halus inilah yang mudah sekali menyusup sehingga kita membenarkan hal itu dengan berbagai alasan. Panjangkanlah hal ini.
Itu sebabnya saya katakan tadi: Kalau memang mata ular naga melihat, ya jangan sangkali TUHAN. Saya hanya berpesan: Cepat-cepat potong leher ini Pak Antikris, jangan digorok sedikit-sedikit, langsung tebas saja, sebab saya tidak akan menyembah antikris, saya hanya menyembah TUHAN. Itu pesan saya kalau memang nanti dapat dilihat oleh mata ular (antikris). Jangan sangkali TUHAN; itu pesan saya.
Saya tidak ajar saudara untuk bunuh diri, tetapi bilamana dapat dikejar, pesan saya; jangan sangkali TUHAN, karena penderitaan ini hanya 3.5 (tiga setengah) tahun. Kebahagiaan di sorga itu unlimited dan di neraka juga unlimited. Lebih baik menderita 3.5 (tiga setengah) tahun, atau menderita karena kepala dipenggal, dari pada menderita selamanya di neraka.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment