KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, April 1, 2024

IBADAH JUMAT AGUNG, 30 MARET 2024



IBADAH JUMAT AGUNG, 30 MARET 2024

Tema: MENGIKUTI TELADAN TUHAN


Pertama-tama saya mengucap syukur kepada TUHAN setinggi-tingginya, yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah ibadah kebaktian Jumat Agung, berarti; mengingat bahwa Yesus telah menderita sengsara dan mati di atas kayu salib 2000 tahun yang lalu, dan itu harus kita ingat selalu. 


Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN, yang sudah bergabung dengan kandang penggembalaan GPT “Betania” lewat live streaming; Youtube, Facebook dimanapun berada; di dalam maupun di luar negeri.  Selanjutnya kita berdoa, dalam roh kita mohon kepada TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan hati kita masing-masing.


Secepatnya kita akan mengawali berita Firman dan Jumat Agung dari…

1 Petrus 2:21 dengan perikop: “Penderitaan Kristus sebagai teladan”

(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.


Singkat kata; Yesus telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya selanjutnya kita mengikuti jejak-Nya, yakni; teladan yang ditinggalkan-Nya bagi kita.


Sejenak kita membaca…

Yesaya 53:6

(53:6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.


Domba-domba menjadi sesat karena; domba itu masing-masing mengambil jalannya sendiri. Andaikata kita tidak menuruti jalan masing-masing, tidak mengikuti kehendak diri ini melainkan kehendak TUHAN (teladan yang ditinggalkan TUHAN) pasti kita tidak menjadi domba yang sesat. 


Hati-hati, kalau mengambil keputusan hendaknya bertanya kepada TUHAN terlebih dahulu. Kalau ingin bertindak, biarlah kita bertindak sesuai kehendak TUHAN saja. 


Amsal 16:9

(16:9) Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.


Intinya; kita harus mengikuti jejak TUHAN, yaitu; teladan yang ditinggalkan bagi kita, dengan demikian, TUHANlah yang menentukan arah langkah kita supaya jangan sesat.


Terkait dengan teladan yang ditinggalkan TUHAN Yesus…

Yohanes 12:20-23 dengan perikop: "Yesus memberiktakan kematian-Nya"

(12:20) Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. (12:21) Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." (12:22) Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. (12:23) Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.


Singkat kata, kepada orang banyak termasuk orang Yunani, Yesus berkata; "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan." Intinya, TUHAN Yesus memberitahukan kemuliaan kepada orang banyak termasuk orang Yunani, supaya manusia yang hidup di dunia ini tidak berputus asa, karena begitu banyaknya ujian dan cobaan yang harus dihadapi Selama kita mendiami kemah tubuh ini (tinggal di dunia ini), kita banyak menanggung penderitaan, ujian demi-ujian, cobaan demi cobaan silih berganti harus kita hadapi. 


Yang disebut pengikut Kristus; dia harus menanggung banyak penderitaan. Kalau menyatakan diri sebagai orang Kristen, tetapi menolak salib Kristus, menolak sengsara derita karena salib, itu bukan orang Kristen, walaupun dia berada di tengah ibadah dan pelayanan. 


Dibalik kemuliaan ada salib supaya manusia jangan sombong, kemudian dibalik salib ada kemuliaan; supaya manusia jangan putus asa. Jadi penderitaan salib dan kemuliaan harus bersama-sama. Kenapa harus ada salib? Supaya manusia jangan menjadi sombong dengan kelebihan yang dia punya. Kenapa ada kemuliaan? Supaya manusia jangan putus asa dibalik sengsara derita yang dialami di bumi ini. Hal itu seiringan dan sejalan. Jadi, kalau mau dimuliakan harus rela dihina. Kemudian, orang yang dihina pasti dimuliakan. Jangan berpikir ingin dimuliakan tetapi tidak mau dihinakan, itu tidak mungkin, ingat hal ini, sebab ini rumus. Jadi, jangan lari dari kenyataan. 


Yesaya 55:8

(55:8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.


Rancangan TUHAN bukanlah rancangan manusia

Itu berarti; rancangan TUHAN tidak sama dengan rancangan manusia.


Kemudian, jalan manusia bukan jalan TUHAN, sebab jalan TUHAN tidak sama dengan jalan dunia ini.

Jalan dunia hanya menarik segala sesuatu untuk kepentingannya sendiri, kepentingan kelompoknya dan golongannya.

Jadi, kalau mengikuti jalan dunia = mengasihi diri sendiri, sehingga sangat sukar baginya untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Dengan lain kata, manusia lebih mengasihi berkat-berkat secara lahiriah dan hidup hanya untuk diri sendiri.


Perlu untuk diketahui…

Matius 16:24

(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.


Syarat ikut TUHAN:

  1. Sangkal diri

  2. Pikul salib

  3. Mengikut TUHAN 

Singkat kata, di dalam mengikut TUHAN = harus rela kehilangan nyawa.


Matius 16:25

(16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.


Tetapi, barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya.

Pendeknya, jika mengikuti jalan dunia, maka;

  • Ia akan ditinggalkan sendirian.

  • Ia  akan kehilangan segala-galanya.

Sebaliknya, barangsiapa kehilangan nyawanya karena TUHAN, maka;

  • Ia tidak akan ditinggalkan sendirian.

  • Ia akan memperoleh segala-galanya termasuk hidup kekal.

Jadi, jalan manusia bukanlah jalan TUHAN. Tetapi, kita harus mengikut jejak TUHAN yaitu; teladan yang ditinggalkan TUHAN.


Kita kembali membaca…

Yohanes 12:24-25

(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.


Sewaktu orang Yunani ingin melihat Yesus, maka dengan terang-terangan Yesus berkata; Aku adalah biji gandum yang harus jatuh ke tanah dan mati, sehingga demikian, ia akan bertumbuh dan berbuah banyak. Berarti; kalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati; tidak akan ada pertumbuhan dan tidak akan berbuah banyak. 

Singkat kata, pertama-tama biji gandum harus jatuh ke tanah, yaitu; Yesus (biji gandum) dari Sorga turun (tempat yang tinggi) ke dunia ini. Artinya; Yesus harus merendahkan diri-Nya dihadapan Allah Bapa.

Pendeknya, jatuh ke tanah = merendahkan diri dihadapan Allah Bapa.


Kita semua harus tau untuk merendahkan diri dihadapan Allah Bapa. Merendahkan diri itu harus lahir dari hati, tidak dilihat dari perkataan yang lemah lembut. Bisa saja orang pura-pura lemah lembut dan rendah hati, tetapi belum tentu aslinya seperti itu. Jadi, kita masing-masing harus merendahkan diri dihadapan Allah bukan dihadapan manusia. Kalau dihadapan manusia bisa pura-pura, tetapi dihadapan TUHAN; tidak bisa pura-pura. 


Terkait dengan JATUH KE TANAH

Lukas 24:18-21 dengan perikop: "Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus"

(24:18) Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" (24:19) Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. (24:20) Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. (24:21) Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.


Dua orang murid berjalan ke Emaus, seorang diantaranya bernama Kleopas; ia menolak Yesus untuk menderita sengsara di atas kayu salib. Hal itu dapat dilihat dari perkataannya; Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.  Pendeknya, Kleopas tidak terima Yesus menderita sengsara dan mati di atas kayu salib. 

Berarti; Kleopas belum paham tentang gandum harus jatuh ke tanah, ia belum paham soal merendahkan diri dihadapan TUHAN, padahal ia seorang hamba.


Banyak orang mengaku diri pendeta, tetapi belum tentu bisa merendahkan diri. Kalau pendeta berkata: karena aku, karena aku, berarti perkataan itu diadopsi dari pada Lucifer. Dengan lain kata; belum tahu tentang biji gandum harus jatuh ke tanah, belum tahu merendahkan dirinya dihadapan Allahnya. Sekalipun sidang jemaat bukan pendeta, tetapi harus menjadi hamba TUHAN. sebab hamba TUHAN tahu untuk merendahkan dirinya di hadapan TUHAN.


Lukas 24:25

(24:25) Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!


Sebetulnya, terkait soal gandum yang harus jatuh ke tanah; tentang sengsara Yesus yang harus ditanggung di atas kayu salib, itu sudah dinubuatkan oleh para nabi, namun kenyataannya, kedua orang murid tersebut sama sekali tidak tahu. Oleh sebab itu Yesus berkata; “Hai kamu orang bodoh”. Jadi, kalau seseorang tidak mau menderita sengsara karena salib, dengan lain kata tidak tahu merendahkan dirinya dihadapan Allah itu adalah orang bodoh, walaupun ia mempunyai gelar/pangkat tinggi di bumi ini. 


Ciri orang bodohLamban hatinya.

Dengan lain kata; hatinya tidak cepat terdorong atau tergerak dengan cepat mengerjakan pekerjaan TUHAN, walaupun sudah di depan mata = tidak percaya kepada Firman Para Nabi.


Saya berdoa kepada TUHAN, semoga kita semua bukan orang yang bodoh, hati kita tidak lamban tetapi cepat untuk bergerak di dalam mengerjakan pekerjaan yang ada di depan mata. Kalau orang pandai; cekatan dalam pekerjaan TUHAN sebab; hatinya cepat terdorong. 


Lukas 24:26

(24:26) Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"


Mesias memang harus menderita sengsara di atas kayu salib untuk selanjutnya masuk ke dalam kemuliaan Allah Bapa.

Tidak mungkin ada kemuliaan bila tidak ada sengsara salib. 


Dalam Yohanes 12:20-23 TUHAN menceritakan tentang kemuliaan, tetapi sudah terlebih dahulu biji gandum jatuh ke tanah; jatuh dari Sorga (dari tempat tinggi) ke dunia ini. Itu berarti, Yesus (biji gandum) harus jatuh ke tanah (menderita di atas kayu salib) sebagai tanda kerendahan hati-Nya dihadapan Allah Bapa. Pendeknya tidak mungkin ada kemuliaan tanpa jatuh ke tanah.


Jangan mimpi untuk berada dalam kemuliaan kekal, sementara manusia menghindar/menolak salib di Golgota. 

Jadi, kalau suamimu atau isterimu ingin lari dari salib karena dibatasi keinginan dagingnya, doakan dia, jangan turuti keinginannya. Kalau anak-anak mengikuti keinginan dagingnya karena menolak salib; dokan. Atau, kalau orangtuamu yang menolak salib; doakan orangtuamu. Anak bisa saja lebih rohani dari orangtua. Masing-masing kita saling mendoakan, sebab tidak mungkin berada dalam kemuliaan, bila biji gandum tidak jatuh ke tanah.


Orang yang tidak mau menderita sengsara karena sakib adalah orang yang sombong, ia tidak bisa merendahkan diri, tidak bisa menerima kekurangan orang lain. Satu dengan yang lain; saling menerima kekurangan, tidak boleh merasa paling benar. Perlu untuk diketahui: merasa benar karena pemikiran, itu adalah kesombongan. 


Ciri-ciri biji gandum jatuh ke tanah (merendahkan diri)

Filipi 2:5-8

(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.


Di sini kita melihat tentang biji gandum yang jatuh ke tanah, sebab dalam keadaan sebagai manusia; Yesus telah merendahkan diri-Nya.


Jadi, ciri-ciri merendahkan diri adalah…

YANG PERTAMA: Telah mengosongkan diri = menghampakan diri.

Terkait menghampakan diri…

Yohanes 3:6-7

(3:6) Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. (3:7) Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.


Kepada Nikodemus Yesus berkata; kamu harus dilahirkan kembali. Maksudnya; supaya ia menjadi manusia roh. 

Nikodemus adalah guru agama orang Yahudi, artinya; ia ahli dalam hukum Taurat; mengerti Firman TUHAN. Tetapi, sekalipun ia adalah seorang Farisi, seorang pemimpin agama Yahudi, tetapi dia tidak memahami terkait dengan kelahiran baru (manusia roh).


Yohanes 3:8

(3:8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."


Kehidupan yang dilahirkan oleh Roh itu sama seperti angin yang bertiup kemana ia mau.

Jadi, orang yang menghampakan diri, orang yang dilahirkan oleh Roh; tidak hidup menurut kehendak diri sendiri lagi, tidak membuat rancangan-rancangan yang ada di dalam hidupnya, nikah dan rumah tangganya menurut kehendaknya, melainkan kehendak TUHAN yang jadi dalam dirinya. 


Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan, jadi, biarlah kehendak TUHAN saja yang jadi, bagian kita adalah menghampakan diri. Masa depanmu tidak ditentukan oleh manusia, susah nanti. Jalanmu bukan jalan TUHAN . 


Kejadian 1:1-2

(1:1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (1:2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.


Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Permukaan air adalah titik nol = mengosongkan diri = menghampakan diri

Jadi, jikalau kita benar-benar menghampakan diri, di situlah Roh Allah melayang-layang.


Mulai dari sekarang, biarlah kehendak TUHAN yang jadi bukan kehendak manusia. Jangan buat rancanganmu untuk hidupmu, nikahmu, keturunanmu, menurut kehendak daging. Bertobatlah dari rancangan-rancangan masa lalu walaupun nampaknya menggiurkan, menghasilkan rupiah banyak, sebab jalan manusia bukan jalan TUHAN.

Kita semua yang ada di sini, bukanlah suatu kebetulan, tetapi oleh kehendak TUHAN, jadi jangan kita menolak kehendak TUHAN, jangan tarik dirimu dari kehendak TUHAN, supaya jangan engkau rugi ke depan. 


Jadi, ciri-ciri merendahkan diri adalah…

YANG KEDUA: Mengambil rupa seorang hamba.

Terkait dengan mengambil rupa seorang hamba…

Lukas 17:7-8 dengan perikop: "Tuan dan hamba."

Kita harus tahu, Yesus Kristus adalah Tuan dari semua hamba-hamba TUHAN. Dan kita semua harus menjadi hamba TUHAN. Sedangkan seorang hamba TUHAN takluk kepada Tuannya.


Lukas 17:7-8 

(17:7) "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.


Jadi, jangan lupa untuk menghambakan diri (bekerja) kepada TUHAN, jangan malas bekerja di ladangnya TUHAN. Kalau di ladang dunia saja kita bisa rajin bekerja, apalagi di ladang TUHAN harusnya lebih lagi, sebab TUHANlah yang memberi makan, minum, nafas hidup. 


Keadaan seorang hamba dihadapan tuannya; tetap berikat pinggang. Artinya; melayani TUHAN sampai selesai.

  • Entah seorang hamba yang sedang membajak di ladang tuannya.

  • Entah seorang gembala yang sedang menggembalakan domba-doba tuannya senantiasa menyenangkan TUHAN, yaitu Tuan dari semua hamba-hamba TUHAN.


Jadi, seorang imam yang diberi tanggung jawab harus bekerja sampai selesai, sampai mati di situ, ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan; sampai selesai = setia, sebagaimana Yesaya 11:5.

Kalau TUHAN setia, masa kita tidak setia. Karena TUHAN setia, maka belajarlah untuk setia. 


Lukas 17:9

(17:9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?


Seorang hamba yang senantiasa berikat pinggang; tidak butuh ucapan terimakasih, bahkan tidak mengharapkan imbalan.


Manusia di bumi selalu mengharapkan imbalan. Kalau hamba TUHAN; tidak boleh mengharapkan imbalan, tidak mengharapkan ucapan terimakasih. Jadi, imam-imam, kalaupun saudara dipercaya untuk melayani TUHAN; peganglah kepercayaan TUHAN, setialah kepada TUHAN seperti ikat pinggang yang tetap berikat pada pinggang. Kemudian, kalaupun pekerjaan itu berat dan banyak tetaplah dikerjakan sampai selesai, tidak perlu mengharapkan ucapan terimakasih apalagi imbalan, kerjakan saja sesuai dengan kemampuan kita dihadapan TUHAN.


Saya lebih suka upah jerih payah saya dari TUHAN, karena upah dari TUHAN itu jauh lebih besar dari pada sekedar ucapan terimakasih. 


Lukas 17:10

(17:10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."


Hamba TUHAN atau pelayan TUHAN yang sedang bekerja untuk TUHAN, hendaklah berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna.” Jangan merasa berguna walaupun sudah menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan TUHAN, baik itu tugas yang banyak maupun tugas yang sedikit. Jangan merasa berjasa sekalipun sudah ada jasanya. Kalau kita bandingkan jasa-jasa kita dengan pengorbanan TUHAN; seujung kukupun tidak sebanding. 


Kemudian seorang hamba juga berkata; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.

Jadi, yang terpenting; seorang hamba harus menunjukkan suatu tanggung jawab. 


Setelah kita melihat ciri-ciri orang yang rendah hati, kita kembali membaca…

Yohanes 12:24-25

(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.


Biji gandum harus jatuh ke tanah (dari Sorga turun ke dunia), yakni; menderita sengsara di atas kayu salib sebagai tanda kerendahan hati. Hal ini harus kita alami.


Merendahkan diri kepada TUHAN mungkin akan lebih mudah, tetapi bagaimana ketika merendahkan diri kepada sesama? Rasanya sangat sulit. Kalau kepada TUHAN, setelah dengar Firman bisa langsung tersungkur di ujung kaki salib, dengan hancur hati berteriak menyembah TUHAN. Kalau kepada sesama, kadang dengan pertanyaan yang sederhana saja, sulit kita jawab dengan tulus, sebaliknya dijawab dengan ketus-ketus, apakah itu yang disebut merendahkan diri?


Jadi, kalau jatuh ke tanah; tanda rendah hati, itu bisa kita lakukan dihadapan TUHAN, tetapi bagaimana ketika merendahkan diri kepada sesama? Akan terasa lebih sulit sedikit. Tetapi sekarang, TUHAN mau ajar kita untuk betul-betul menjadi satu kehidupan yang rendah hati dan kerendahan di hati itu sifatnya permanen; tidak berubah-ubah, tidak ditentukan oleh situasi, kondisi, keadaan. Nanti dapat berkat, nampak rendah hati; wajah berseri. Lalu, berkat lahiriah jauh; wajah murung, tidak lagi menampilkan kerendahan di hati, itu namanya kerendahan di hati tidak permanen. Tetapi TUHAN mau kerendahan di hati sifatnya permanen.


Pengalaman biji gandum jatuh ke tanah (merendahkan) tidak cukup untuk bertumbuh dan berbuah banyak tetapi harus lanjut pengalaman berikutnya, yaitu mati:

  • Mati terhadap kehendak sendiri.

  • Mati terhadap yang selalu mengandalkan kekuatan, kemampuan, pengetahuannya sendiri.

  • Mati terhadap kehormatan yang lahir dari ambisi, yakni; ambisi untuk memiliki kedudukan yang tinggi, pangkat yang tinggi dan lain sebagainya. 

Lihat, oleh karena ambisi jadi caleg tidak terpenuhi, akhirnya stres, gila, telanjang di pinggir jalan. Tidak kesampean menjadi tentara akhirnya stres. Tidak kesampaian jadi polisi akhirnya stres. 


1 Korintus 15:36 dengan perikop: “Kebangkitan tubuh”

(15:35) Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" (15:36) Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu


Jatuh ke tanah tanda kerendahan di hati belum cukup untuk bertumbuh dan berbuah banyak tetapi harus lanjut pengalaman yang terakhir, itulah satu dengan pengalaman kematian. Jadi, jangan bodoh.


1 Korintus 15:37

(15:37) Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.


Yang ditaburkan itu biji gandum yang sudah mati, supaya nanti tumbuh dan berbuah banyak.

jadi bukanlah tubuh tanaman yang ditanam  yang akan tumbuh.


Ciri-ciri sudah satu dalam pengalaman kematian: Sudah tidak berkulit.

Arti rohaninya; rela dipermalukan, rela ditelanjangi. 


Kita jangan gagal paham terkait dengan Daud telanjang ketika memindahkan tabut; sesungguhnya Daud merasa diri tidak layak dihadapan TUHAN. Ini adalah pengalaman kematian. Dan akhirnya, memang Daud dipermalukan oleh Mikhal. Tetapi Mikhal akhirnya tidak punya anak sampai pada hari matinya, karena dia menghakimi sesuatu yang berkenan kepada TUHAN. Anak adalah buah kandungan (2 Samuel 6:23).


Orang yang sudah mati, biar sudah dimaki-maki dengan kata kasar, dia tidak bergeming, tidak peduli. Saudara juga pukul dia, dia tidak akan bangkit lagi untuk membalas kita. saudara ludahipun mukanya, ia juga tidak peduli dan Yesus sudah mengalami itu semua. Yesus telah menanggung ludah dari bangsa kafir dan bangsa Yahudi (Matius 27:30). Wajah-Nya dipukul, ditinju, lalu diolok-olok dan yang terakhir; Ia ditelanjangi, pakaian-Nya diambil dibagi menjadi empat sedangkan jubah-Nya diperoleh lewat undi (Yohanes 19:23-24). Jangan katakan; saya sudah mati, tetapi tidak rela dipermalukan, tidak siap untuk dikuliti.


Roma 6:5

(6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya


Kalau kematiannya benar maka; kebangkitannya pasti benar. Tetapi, kalau kematiannya palsu maka; kebangkitannya juga palsu.


Roma 6:8-7

(6:6) Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. (6:7) Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.


Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.

Berarti, kalau sudah satu dengan pengalaman kematian Yesus Kristus, berarti; bebas dari dosa. 

Pendeknya yang membebaskan kita dari dosa adalah kematian Yesus.


1 Petrus 2:21

(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.


Kita harus mengikuti jejak-Nya, dimulai dari; biji gandum jatuh ke tanah, kemudian lanjut pada pengalaman kematian. Itu teladan yang ditinggalkan TUHAN yang harus kita teladani di hari-hari terakhir ini.


1 Petrus 2:22-23

(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.


Tanda kehidupan yang sudah satu dengan pengalaman kematian Yesus, ada 3 (tiga):

  1. Tidak berbuat dosa = bebas dari dosa 🡪 penuh dengan Firman Allah.

  2. Tipu tidak ada di dalam mulutnya = tidak ada dusta lagi 🡪 penuh dengan Roh Allah yang suci.

  3. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan 🡪 penuh dengan kasih Allah.

Biasanya, orang paling suka membalas kejahatan dengan kejahatan; dia dijahati, lalu dibalas lagi, itu kehidupan manusia.  Kemudian, kecenderungan manusia di bumi ini; ketika menderita suka mengancam. Isteri atau suami tidak boleh saling mengancam. Misalnya; karena tidak dibuatkan secangkir kopi; gaji tida diberikan kepada isteri, akhirnya isteri dan anak menderita. 


Doa saya; kiranya pengalaman kematian betul-betul mantap dan satu dalam diri kita masing-masing. 


1 Petrus 2:24

(2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh


Di dalam pengalaman kematian ada pemulihan; lahir dan batin (jasmani dan rohani).


1 Petrus 2:25

(2:25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.


Di dalam pengalaman kematian, di situ kita mengalami pemeliharaan jiwa, yaitu; hidup kekal di dalam kerajaan Sorga.


Dan akhirnya, kita akan membaca ayat yang terakhir…

Filipi 2:8

(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.


Taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib = setia.

Melayani TUHAN harus sampai mati. Baik seorang pemimpin pujian, singer, pemain musik, zangkoor, singer, infokus, live streaming, pengetikan khotbah, sound system; sampai mati disitu berarti; setia.


Filipi 2:9-10

(2:9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, (2:10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (2:11) dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!


Sampai akhirnya, oleh karena pengalaman kematian; Yesus dipermuliakan oleh Allah Bapa. 

Bertahanlah dalam pengalaman kematian, di mulai dari sengsara derita, itulah tanda kerendahan di hati, bagaikan gandum jatuh ke tanah. Tetapi belum cukup, harus lanjut sampai kepada pengalaman kematian; supaya bertumbuh dan berbuah banyak = dipermuliakan oleh TUHAN. 


Demikianlah kasih TUHAN lewat Ibadah Jumat Agung malam ini. Berkat dari Firman Jumat Agung malam ini, turun atas kita masing-masing. Amin. 


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment