KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, June 6, 2024

KEBAKTIAN PASKAH PERSEKUTUAN PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) SESI 3

KEBAKTIAN PASKAH PERSEKUTUAN PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) SESI 3, 30 MEI 2024

Tema: ORANG-ORANG YANG BERSUNAT


Saya akan menyapa kita semua diawali dengan kata “shalom”. 

Shalom dalam bahasa Ibrani artinya; salam damai sejahtera dalam TUHAN kita Yesus Kristus

Kita bersyukur, oleh rahmat TUHAN, kita dibawa oleh TUHAN untuk berada di atas gunung TUHAN yang kudus, dan berada pada kebaktian paskah sesi yang terakhir ini.  Kiranya TUHAN kembali menyatakan kasih dan kemurahan-Nya, seperti TUHAN menyatakan kasih dan kemurahan-Nya pada sesi yang pertama dan sesi yang kedua.


Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN yang turut bergabung dalam kebaktian paskah PPT sesi yang terakhir ini lewat online/live streaming, baik saudara yang ada di dalam negeri, maupun yang di luar negeri. 

Saya percaya, TUHAN ada di tengah-tengah kita sebagai Imam besar Agung untuk melayani, berdoa, memperdamaikan dosa kita dan memberikan damai sejahtera, sehingga, kita boleh menikmati sabda Allah, sekaligus nanti akan menolong kehidupan kita pribadi lepas pribadi. 


Jangan lupa berdoa dalam Roh, mohon kemurahan TUHAN, supaya firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.


Kita kembali untuk memperhatikan tema yang ada yaitu: ORANG-ORANG BERSUNAT.


Filipi 3:1-2 Perikop: Kebenaran yang sejati

(3:1) Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu. (3:2) Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu.


Firman Allah yang disampaikan secara berulang-ulang memberi kepastian disebut juga dengan iman teguh, berarti kuat dan tidak mudah goyah terhadap:

  • Ujian dan cobaan hidup yang terjadi selama kita hidup di muka bumi ini.

  • Hal-hal yang tidak suci yang disebabkan oleh si seteru, antara lain:

1. Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat.

2. Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan dan menenggelamkan gereja TUHAN sampai ke dasar keterpurukan.

3. Iblis setan disebut juga si pendurhaka dengan segala tipu dayanya.

Jadi, inilah keuntungan bila firman Allah itu disampaikan berulang-ulang. 

Semakin Firman itu diulang, semakin rahasianya dibukakan, sampai akhirnya memberi kepastian (iman teguh), berarti; kuat dan tidak mudah goyah terhadap segala ujian.


Bukti iman teguh: hati-terhadap anjing-anjing, yakni pekerja-pekerja yang jahat, karena mereka memang penyunat-penyunat palsu.  Kalau tidak teguh seseorang menjalankan hidup yang sembarangan, sembrono, tabrak sana-tabrak sini.


Sebagai pemimpin sidang jemaat, tugas kita adalah mengerat kulit khatan, daging yang menajiskan terputus. Kalau kita masih terikat dengan daging besar (musuh dalam selimut), sampai kapanpun tidak akan pernah menyatu dengan TUHAN. 


Anggap saja seperti tiga serangkai; Daud, Abigail, serta Nabal (suami Abigail). Selama Nabal masih hidup, Abigail terikat dengan pernikahannya, tidak bisa cerai. Tetapi begitu Nabal si orang bebal dan dursila itu mati, baru ia bisa terikat dengan Daud.  Nabal namanya, bebal orangnya. Kemudian, Nabal disebut orang yang dursila. 

Dursila berarti; tidak mau dengar perkataan orang lain lagi = kebenaran diri sendiri, apalagi dia orang kaya. pengusaha dari Maon, perusahaannya ada di Karmel, dombanya ada 3000, kambingnya ada 1000, karyawannya begitu banyak.


Kembali saya sampaikan: tugas kita adalah memutuskan kulit khatan, supaya kita nanti menjadi satu dengan TUHAN.


Filipi 3:3

(3:3) karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.


Sesungguhnya yang disebut orang-orang yang bersunat adalah:

  1. Beribadah oleh Roh Allah, berarti ibadah pelayanan itu tidak didorong oleh daging dan kepentingannya.

  2. Bermegah di dalam Yesus Kristus, berarti rela menderita sengsara, bermegah dalam kelemahan, bermegah dalam penderitaan, bermegah dalam sengsara, tidak bermegah dalam kelebihan yang kita punya, sekalipun punya kelebihan.

  3. Tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, berarti menaruh percaya kepada yang rohani -- perkara yang di atas -- yaitu; ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. 


Singkat kata, kita telah menemukan serta mengenali orang-orang yang bersunat dan orang-orang yang tidak bersunat:

  • Orang-orang yang bersunatorang yang memiliki kepastian, berarti kuat dan tidak goyah.

  • Orang-orang yang tidak bersunat anjing-anjing (pekerja-pekerja yang jahat/penyunat palsu).


Kembali kita merujuk pada ayat 2,  disana terdapat tiga kali kata “hati-hatilah”

  • Hati-hatilah terhadap anjing-anjing.

  • Hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat.

  • Hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu. 

Hati-hati = waspada, itu berarti; dibutuhkan perjuangan keras di dalam menghadapi anjing-anjing dan penyunat-penyunat palsu. 


Saudara, dalam kesempatan ini kita kembali melihat perjuangan Daud di dalam menghadapi anjing-anjing dan penyunat-penyunat palsu.


1 Samuel 17: 36, 43

(17:36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (17:43) Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud.


Goliat dan orang-orang Filistin disebut anjing dan orang-orang yang tidak bersunat


Ulangan 10:16

(10:16) Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.


Tegar tengkuk, keras kepala, berkepala batu, juga keras hati, disebut orang-orang yang tidak bersunat. 

Jadi, kita semua harus mengalami sunat -- kulit khatan harus dikerat. Selama menyatu dengan si kulit khatan (Goliat), maka tidak akan pernah menyatu dengan TUHAN.


Oleh sebab itu, jangan tegar tengkuk, jangan keras kepala, jangan kepala batu, juga jangan keras hati; perhatikan firman TUHAN. Nanti kita pulang, dimanapun kita berada, tidak lagi tabrak sana-tabrak sini, tetapi selalu menyenangkan hati TUHAN. Kita datang dengan banyak pengorbanan, supaya nanti pulang tidak menjadi sia-sia, kita sudah membawa berkas-berkas, karena sudah ditabur dengan cucuran air mata.


Kisah Para Rasul 7:51

(7:51) Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.


Keras kepala (berkepala batu) adalah orang yang tidak bersunat hati dan tidak bersunat telinga.

  • Tidak bersunat hati = tidak taat kepada Firman.

Saya tambahkan sedikit soal tidak taat ini…

Bangsa Israel, mereka bangga dan bermegah dengan kelebihan yang mereka punya.

Kelebihan mereka adalah pertama-tama kepada mereka dipercayakan firman TUHAN dan sunat (Roma 3:1-2).

Lalu kalau kita amati lagi dalam Efesus 2:11-12; mereka bermegah dengan kelebihan itu. Tetapi lihatlah, pada Roma 2:25, apa artinya sunat kalau bangsa Israel tidak taat kepada TUHAN.  

Jadi, tidak bersunat hati = tidak taat. Apa artinya sunat kalau tidak taat kepada firman? Tidak ada.

  

  • Tidak bersunat telinga = tidak dengar-dengaran.

Saudara, yang dituntut oleh TUHAN Yesus dari seorang hamba TUHAN selain taat, juga dengar-dengaran. 

Bekerja dengan giat, tetapi, tidak mau dengar-dengaran kepada gembala; tidak ada artinya. Kemudian, karena kita mempunyai kemampuan dan pengetahuan (knowledge) – semuanya kita kerjakan –, tetapi, tidak mau dengar-dengaran kepada gembala; tidak ada artinya. 

Bekerja banyak, kemudian mampu mengerjakan banyak hal yang rumit-rumit, tetapi tidak bersunat telinga, tidak ada artinya. Untuk siapa kita bekerja, bukankah untuk TUHAN Yesus sebagai tuan dari semua hamba-hamba TUHAN? Kita bekerja bukan untuk kepentingan kita, bukan untuk dilihat orang lain, bukan untuk mencari puji-pujian dan hormat.


Inilah pentingnya sunat itu: hati disunat, telinga disunat. 

  • Kalau hati disunat, kita menjadi hamba yang taat.

  • Kalau telinga disunat, kita menjadi kehidupan yang dengar-dengaran kepada TUHAN Yesus sebagai tuan dari semua hamba-hamba TUHAN. 

Akhirnya, kita bisa berkata: aku ini doulos -- kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan (Lukas 17:10


Sikap dari orang yang tidak taat dan tidak dengar-dengaran (tidak sunat hati dan telinga): selalu menentang atau menantang Roh El-Kudus, persis seperti Goliat; selalu menentang barisan tentara Israel (barisan Roh Kudus) sampai hari keempat puluh; tampilnya Daud. Jadi, orang yang tidak bersunat, bikin susah hati TUHAN saja, sebab selalu menentang Roh El-Kudus. 


Jangan heran kalau gembala susah hati, bahkan stres, kalau domba-domba (sidang jemaat) tidak bersunat hati dan tidak bersunat telinga; memang pusing dan pusingnya tidak ketulungan. Kalau orang luar sana tidak bersunat , tidak jadi soal, tetapi ini di depan mata, terus saja berhadap-hadapan, tetapi itulah pergumulan seorang gembala. Pemimpin sidang jemaat; tetaplah kita berjuang, jangan tawar hati.


Pernah ada seorang jemaat menelpon dan berkata; om saya mau tergembala di situ. Saya menjawab; boleh, tetapi tujuanmu datang bukan untuk kerja tapi untuk tergembala. Ia menjawab; ia om. Kemudian saya katakan lagi; selama kamu tinggal di Pastoral, kamu makan sederhana – tahu, tempe –, dan tempat tidurnya tikar, mau pakai tikar? Ia menjawab; ia om. Tetapi sesudah mendapat pekerjaan; pergi dari penggembalaan -- sakitnya minta ampun. Dalam penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon, yang seperti ini, bukan satu, dua, atau sepuluh orang, banyaknya minta ampun. 


Sakit memang kalau sidang jemaat tidak bersunat hati dan telinga, tetapi kita tidak putus harap, tidak menjadi kecewa, tidak tawar hati. Sebab, Daud terus berjuang untuk memberi support, dukungan, charge kepada orang Israel, charge kepada kepada kakak yang tertua (Eliab), Abinadab dan syammah, charge kepada Saul pemimpin yang tidak pantas untuk menjadi pemimpin. 


Berkacalah dulu kita kepada: SUNAT YANG DIKERJAKAN ABRAHAM.  

Kejadian 17:10-11: Perikop: “Sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham”

(17:10) Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; (17:11) haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.


Sunat adalah tanda perjanjian Allah dengan Abraham serta keturunannya

Disunat berarti; memotong/memutuskan/mengerat kulit khatan. 


Kejadian 17:12-13

(17:12) Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. (17:13) Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.


Sunat adalah perjanjian TUHAN dengan Abraham dan keturunannya, dan perjanjian itu ternyata melekat dalam diri (tubuh) kita. Jadi, perjanjian itu harus melekat dalam diri kita dalam bentuk sunat, tidak boleh tidak.


Kejadian 17:7

(17:7) Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.


Perjanjian dari pihak Allah kepada manusia -- kepada Abraham dan keturunannya (yang hidup dalam iman Abraham):

  • TUHAN menjadi Allah Israel.

  • Sedangkan Israel menjadi umat Allah. Menjadi umat Allah adalah kemurahan.

Kemudian, perjanjian ini adalah perjanjian yang kekal turun temurun, maksudnya; hubungan Allah dengan umat-Nya selama-lamanya.


Karena sudah ada perjanjian, dengan lain kata agreement sudah ditandatangani berarti; perjanjian ini harus melekat dalam diri kita (tubuh kita) dalam bentuk sunat. Kalau sudah disunat, itulah perjanjian yang kekal, maksudnya; hubungan Allah dengan manusia sampai selama-lamanya. 

Jadi, hubungan kita dengan TUHAN tidak hanya sebatas sampai di sini, tetapi  hubungan kita dengan TUHAN selama-lamanya, asal saja perjanjian itu melekat dalam diri kita dalam bentuk sunat.


“Selama-lamanya” kalau dikaitkan dalam Alkitab berarti; dari Kejadian sampai Wahyu. 

Bumi ini ada, itu dalam kitab Kejadian, sampai nanti berakhirnya (lenyap) langit pertama, bumi pertama dan laut (antikris), itu ada di dalam kitab Wahyu. 


Mari kita lihat “selama-lamanya”

Wahyu 21:3-7

(21:3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. (21:4) Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (21:5) Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar." (21:6) Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.(21:7) Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.


Di sini lebih spesifik lagi; dari umat menjadi anak. Kalau secara rasio (akal manusia), ini tidak masuk akal, sebab dari mana umat bisa menjadi anak? Tetapi di atas tadi sudah disampaikan, kalau memang kita mau tanda tangan perjanjian yaitu; perjanjian yang melekat dalam tubuh, dalam bentuk sunat, hal ini (umat menjadi anak) akan berlaku bagi kita.


“Kemah Allah ada di tengah-tengah manusia,” dengan lain kata; perjanjian Allah dengan manusia sifatnya kekal selama-lamanya. Kemudian, perjanjian itu bukan saja dialami orang Israel, tetapi juga bangsa Kafir. TUHAN tidak kecualikan bangsa kafir, itu sebabnya ada pujian berkata “kemurahan Mu lebih dari hidup.”


Selanjutnya disini kita melihat, setelah ada perjanjian itu, TUHAN mengakui kita sebagai umat-Nya dan Dia menjadi Allah kita. Namun tidak berhenti sampai disitu, bahkan TUHAN mengakui kita sebagai anak, dan Ia menjadi Bapa bagi kita, asal saja perjanjian itu melekat dalam diri kita dalam bentuk sunat. Luar biasa prosesnya, oleh sebab itu, jangan lagi tegar tengkuk, jangan lagi kepala batu, jangan lagi keras hati, sama-sama kita perhatikan Firman TUHAN.


Hai Daniel, hai rekan-rekan hamba TUHAN yang saya kasihi, hai jemaat GPT “Betania” Serang & Cilegon jangan lagi kita kepala batu, keras kepala, keras hati, pandang salib di Golgota.


Kembali saya sampaikan,…

Ia mengakui kita sebagai umat-Nya, maka Ia menjadi Allah kita.  


Kemudian, TUHAN mengakui kita sebagai anak, berarti Ia menjadi Bapa kita.

Itu berarti, hubungan kita sebagai anak dengan TUHAN yang adalah Bapa, disebutlah itu hubungan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) lewat pembaharuan, sebagaimana pada ayat 5: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!", sebab, tidak mungkin dari bangsa kafir bisa langsung menjadi umat TUHAN 


Lewat pembaharuan hidup, kita terus berproses hari demi hari yang kita lalui. Oleh sebab itu TUHAN berkata; jangan kepala batu. Mesti bagaimana TUHAN berkata lagi? Jangan kita seperti pada masa kegeraman -- kertak gigi --, karena menentang Roh El-Kudus itu ternyata dosa warisan (dosa turunan) pada masa kegeraman. TUHAN mewariskan kepada kita; kerajaan Sorga. Tetapi, orang tua mewariskan kepada kita; dosa. Tetapi puji TUHAN, kita sudah punya Bapa di Sorga, kita adalah anak-anak Allah di bumi ini untuk sesaat lamanya.


Singkat kata, hubungan kita sebagai anak dan TUHAN sebagai Bapa, adalah hubungan DNA, artinya; TUHAN Bapa kita mewariskan karakter-Nya, sehingga kita menjadi satu kehidupan yang memiliki karakter Ilahi.


Sedikit tambahan: orang tua saya betul-betul hidup dalam kenajisan percabulan secara jasmani. Maka, saya ini DNAnya betul-betul dari bapa saya. Tetapi oleh kemurahan TUHAN yang besar, oleh karena darah Yesus, akhirnya saya terpanggil menjadi hamba TUHAN. 


Kita semua bukan saja dijadikan umat, tetapi berproses lagi lewat pembaharuan; menjadi anak Allah lewat hubungan DNA, berarti; memiliki karakter Ilahi. Inilah yang diwariskan TUHAN.


Kita melebar sedikit….

1 Petrus 1:18-19

(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.


Orang tua mewariskan dosa, tetapi TUHAN sudah baharui -- darah Yesus berkuasa membaharui, supaya dengan demikian kita menjadi anak Allah, tandanya: kita berkarakter Ilahi. Lewat pembaharuan, kita menjadi umat TUHAN sampai akhirnya menjadi anak, Dia adalah Bapa. Jadi, kita harus berkaca dari sunat yang dikerjakan oleh Abraham ini. 


Malam ini TUHAN turunkan suatu surat perjanjian, mari kita tanda tangani sekarang juga dengan materai yang paling besar nilainya. 


Ayat yang sama kita temukan lagi dalam 2 Korintus 6:14-15, disitu dikatakan; bangsa Israel menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan noda kekafiran, dan itu yang menajiskan bang Israel.


Sekarang kita lihat…

2 Korintus 6:16

(6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini:  "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka  dan hidup di tengah-tengah merekadan Aku akan menjadi Allah mereka,  dan mereka akan menjadi umat-Ku.


Sudah sangat jelas, Allah diam (hidup) di antara manusia, sehingga Dia nanti menjadi Allah kita, dan kita akan menjadi umat TUHAN. Jadi, 2 Korintus 6:16 = Wahyu 21:3-7.


2 Korintus 6:17

(6:17) Sebab itu:  Keluarlah kamu dari antara mereka,  dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan,  dan janganlah menjamah apa yang najis,  maka Aku akan menerima kamu.


Jangan lagi menjamah apa yang najis, keluar dari sana. Maka selanjutnya TUHAN berkata; Aku akan menerima kamu.

Pendeknya, setelah putus dari kulit khatan dengan lain kata; memisahkan diri dari noda kekafiran = tidak lagi menjamah yang najis, maka pada saat itulah TUHAN menerima kita. Jadi, setelah putus dari kulit khatan, akibatnya kita dapat bersatu dengan TUHAN. 


Saya bersyukur sekali, saya kira TUHAN memberi tema ini, yaitu: ORANG-ORANG BERSUNAT, bukan kebetulan, sebab, dalam kesempatan kebaktian paskah, sangat jarang sekali judul semacam ini. Ini bukan untuk bermegah, tetapi yang saya maksud; saya terlebih dahulu, sangat bersyukur sekali dengan tema yang ada ini.


Kembali saya sampaikan: setelah putus dari kulit khatan, maka secepatnya TUHAN menerima kita; saat itu juga, tidak lama-lama, seperti penjahat di sebelah kanan Yesus; hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (Lukas 23:43).


2 Korintus 6:18

(6:18) Dan Aku akan menjadi Bapamu,  dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan  demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa."


Selanjutnya, hubungan Allah dengan umat-Nya ternyata lanjut seperti Bapa dan Anak, bukan lagi seperti TUHAN dan umat, itulah yang disebut hubungan DNA = hubungan darah = berkarakter Ilahi

Hasilnya: TUHAN tidak meninggalkan kita selama-lamanya (kekal). 

Untuk sesaat kita di bumi ini, namun pada akhirnya langit, bumi, lautpun tidak ada lagi, sebab akan diganti dengan langit dan bumi yang baru; Yerusalem yang baru.


Mari kita lihat: keadaan orang yang tidak bersunat.

Kejadian 17:13-14

(17:13) Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. (17:14) Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."


Orang yang tidak bersunat, yakni; laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, harus dilenyapkan dari bangsanya, entah itu bangsa kafir, entah itu bangsa Israel. Sebab orang yang tidak bersunat = hidup tanpa perjanjian dengan Allah. 

Pendeknya, orang yang tidak bersunat; tidak ada perjanjian dengan TUHAN.


Abraham sudah adakan perjanjian, dan itu melekat dalam tubuh dalam bentuk sunat, sehingga dari pihak Allah; TUHAN menjadi Allah, sehingga Abraham dan keturunanya menjadi umat-Nya selama-lamanya. Kemudian, berproses lagi; TUHAN menjadi Bapa, sehingga Abraham dan keturunanya menjadi anak-anak-Nya. 


Biar hamba TUHAN, kalau kulit khatannya belum dikerat; ia tidak memiliki perjanjian dengan TUHAN. Kalau dia melayani, itu keinginannya sendiri, bukan dari TUHAN. Ini harus kita ketahui.

Sekarang, kita mau diakui jadi hamba TUHAN atau tidak? Kalau mau, buat dulu perjanjian dan tanda tangani, harus berani ambil keputusan malam ini, supaya persekutuan kita tidak menjadi sia-sia, sehingga kita pulang dalam damai sejahtera, membawa berkas-berkas dengan cucuran air mata, dibalik sengsara air mata, ada kemuliaan (Mazmur 126:5-6).


Biarlah perjanjian itu melekat dalam daging kita, dalam bentuk sunat.


Oleh karena rahmat TUHAN, tema ORANG-ORANG BERSUNAT ini dimulai dari 1 Samuel 16. Kemudian, masuk ke 1 Samuel 17 dan tadi siang kita sudah akhiri pada ayat 39. Sekarang kita masuk 1 Samuel 17:40.


Proses ketika TUHAN melenyapkan orang yang tidak bersunat ( yang tidak punya perjanjian dengan TUHAN).

1 Samuel 17:40 dengan perikop: "Perkelahian Daud dengan Goliat"

(17:40) Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu.


Persiapan Daud dalam melenyapkan (menumpas) habis orang yang tidak bersunat (Goliat dan Filistin), yaitu; orang yang tidak punya perjanjian dengan TUHAN, antara lain:

  1. Daud mengambil tongkat di tangannya.

  2. Lima batu licin yang terpilih di kantung gembala.

  3. Umban dipegang di tangannya. 

Tentu persiapan Daud ini tidak mungkin kita bisa selesaikan hanya satu jam kedepan. Oleh sebab itu, kita lihat secara garis besar saja atau secara sederhananya, yaitu; satu dari antara ketiga, itulah: tongkat gembala di tangannya.


Keterangan: TONGKAT GEMBALA DI TANGANNYA.

Kenapa saya katakan “tongkat gembala”? Karena memang Daud adalah seorang gembala, tidak mungkin tongkat yang lain; tongkat si penindas atau tongkat orang fasik.

Di dalam Alkitab ada tongkat orang fasik (si penindas), tapi ini bukan tongkat orang fasik, sudah pasti ini tongkat gembala, tidak usah ragu. Kalau ini kita akui sebagai tongkat gembala, maka harus kita akui ayat referensinya dalam Yehezkiel 20:37.


Yehezkiel 20:37

(20:37) Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.


Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku, memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu. Hal ini menunjuk domba-domba yang tergembala.

Inilah prosesnya, yaitu; kita semua harus lewat dari bawah tongkat gembala, untuk dimasukan ke kandang, berarti menjadi domba-domba yang tergembala, dengan kata lain; harus tergembala.

Mesir (dunia) tidak tau soal penggembalaan. Gembala kambing domba adalah kekejian bagi orang Mesir (dunia) (Kejadian 46:33-34)


Banyak Gereja tidak tau soal penggembalaan. Beberapa kali saya berbicara kepada seseorang; kamu harus tergembala. Lalu dia berkata; apa tergembala? padahal dia kharismatik sementara. Jikalau seseorang tidak tau soal penggembalaan, bagaimana dia mengalami penyunatan?


Kita lihat, domba-domba yang tergembala..

Yohanes 10:3-4 dengan perikop: "Gembala yang baik"

(10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.


Sifat domba yang tergembala, tandanya ada 2 (dua):

YANG PERTAMA: Domba-domba mendengar suara gembala = dengar-dengaran kepada suara gembala. 

Ini namanya bersunat telinga.


Jadi, mutlak harus tergembala, sebab di situ akan terjadi proses penumpasannya. Kita harus menjadi satu kawanan domba yang tergembala dalam penggembalaan GPT “Betania” Serang, Cilegon, Banten, Indonesia, tidak boleh liar sana sini, pergi ke semua gunung-gunung, dengan alasan mencari yang hijau-hijau (Firman), itu tidak bisa.

Saya tidak mengatakan, PPT ini kandang penggembalaan untuk gembala-gembala, PPT ini Fellowship kita. Tetapi PPT juga berfellowship dengan fellowship yang lain (anggota tubuh yang lain), saya tidak mau kultuskan PPT, saya harus tetap ikuti rencana TUHAN. Mega proyek Allah adalah pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.


Dengar-dengaran = bersunat telinga = tidak mau lagi berkeras kepala. 

Pulang dari sini kita tidak berkeras kepala lagi, jemaat tidak berkeras kepala lagi, jemaat tidak kepala batu lagi; melainkan dengar suara gembala.


Kita lihat, contoh dengar-dengaran.

1 Samuel 3:1 Perikop: Samuel terpanggil.

(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering. 


Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering. 

Jangankan dibukakan, disampaikan saja jarang. Kemudian, penglihatan-penglihatan pun tidak sering.


Saya tidak bermegah, hanya memberitahu saja; dalam penggembalaan GPT “Betania”, banyak penglihatan. Soal TUHAN sudah datang juga telah dilihat oleh salah seorang jemaat, soal KTP menjadi tulisan boster 6 juga dilihat oleh sidang jemaat. Jadi, kalau seseorang sudah di booster, berarti identitas sudah masuk; barcode sudah masuk.

Kalau saudara percaya dengan ungkapan mulut ini, ya percayalah, kalau tidak juga tidak apa-apa, jangan benci saya, tetapi kalau percaya dengarlah; andaikata, “jus racikan” sudah sampai ketiga, berarti data-data diri sudah di dapat. Sehingga, sekalipun bersembunyi di bukit-bukit, di cela-cela gunung akan dapat dikejar (Wahu 6:15-16). 

Kalau seperti itu, jangan sangkali salib, tinggal berkata; bapa antikris yang saya hormat, tajamkanlah golok/pedangnya, jangan digorok pelan-pelan, putuskan saja langsung leher saya. Sepertinya bercanda, tetapi ini betul. 

Pendeknya, kalau indetitas sudah di dapat, jangan sampai terima cap meterai dari antikris. Ini hanya tambahan sedikit, kalau terima puji TUHAN, kalau tidak terima; jangan marah.


Kemudian, ada lagi jemaat mendapat penglihatan. Jemaat ini berencana ingin pulang (tidak tergembala lagi), kemudian saat tidur, ia mendapat penglihatan yaitu; saat dia menempuh jalan lain, ia berhadapan dengan serigala. Saat terbangun ia menangis dan datang ke pastori, minta ampun kepada TUHAN dan mengaku salah.

TUHAN sudah datang, dalam proses perjalanan, tetapi masih berani meninggalkan TUHAN, akhirnya, TUHAN kasih penglihatan, itu adalah kemurahan TUHAN, sudah tergenapi Kitab Kisah Para Rasul 2:17; semua teruna-teruna nanti mendapat penglihatan. Memang nubuat terbesar adalah pembukaan Firman, tetapi bagi orang yang belum percaya, perlu juga penglihatan


1 Samuel 3:2-9

(3:2) Pada suatu hari Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. (3:3) Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah. (3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa." (3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur. (3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali." (3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu. (3:9) Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: "Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar." Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya.


Di sini kita melihat; Samuel yang masih muda ternyata adalah pribadi yang dengar-dengaran. 

Ciri orang yang dengar-dengaran, sama seperti Samuel, ketika dia mendengar panggilan itu sebanyak tiga kali, dia selalu menyahut “Ya Bapa” sebanyak tiga kali

  • Ya bapa yang pertama =  dengar-dengaran kepada bapa jasmani.

  • Ya bapa yang kedua =  dengar-dengaran kepada bapa rohani, dua kali  lipat dari bapa jasami.

  • Ya bapa yang ketiga  = dengar-dengaran kepada Bapa di Sorga

Inilah priadi Samuel. 


Yesus adalah Anak Allah, Dia adalah pribadi yang dengar-dengaran.


Mari kita lihat.

Matius 26:36-44 dengan perikop: "Di taman Getsemani"

(26:36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." (26:37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (26:38) lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." (26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" (26:43) Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. (26:44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.


Yesus Kristus Anak Allah adalah pribadi yang taat, setia, dengar-dengaran.

Kalau orang dengar-dengaran akan menyahut: “ya Bapa” sebanyak 3 (tiga) kali:

  • “Ya” kepada firman Allah.

  • “Ya” kepada Roh El-Kudus

  • “Ya” kepada kasih Allah Bapa.

Dia harus sangkali diri-Nya, Dia harus sangkali segala sesuatunya.

Inilah pribadi Yesus, pribadi yang dengar-dengaran, sehingga dengan demikian, Yesus layak menjadi Imam Besar Agung.


Tadi, Samuel kecil dibawa pengasuhan imam besar Eli, Samuel imam kecilnya. Yesus adalah pribadi yang dengar-dengaran, sebanyak tiga kali Ia berkata “ya  Bapa”, sehingga dengan demikian Dia layak menjadi Imam Besar Agung. Kalau kita dengar-dengaran, kita layak menjadi imamat rajani, pemimpin sidang jemaat yang diakui TUHAN.


Dimana buktinya Yesus menjadi Imam Besar Agung?


Mari kita selidik kembali…

Matius 26:36-38

(26:36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." (26:37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (26:38) lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."


Kisah ini menceritakan kepada kita bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung. Tetapi, untuk melihat bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung, harus dengan pola Tabernakel dalam susunannya. Mari kita lihat…

  • Waktu mereka  pada satu titik kemudian duduk, itu persis bagaikan di HALAMAN, disana ada Mezbah Korban Bakaran dan Kolam Pembasuhan. Kemudian melewati PINTU KEMAH, kepenuhan Roh kudus. 

  • Tetapi dari titik itu tiga murid dibawa itulah Petrus dan kedua anak Zebedeus, yaitu; Yakobus dan Yohanes

  • Namun setelah duduk di tempat itu, Yesus maju sedikit,

Yang maju sedikit dari tiga pribadi, bagaikan tiga alat yang ada di dalam Ruangan Suci dekat pintu tirai adalah MEZBAH DUPA EMAS

Jadi,  tingkat ibadah yang tertinggi adalah doa penyembahan. 


Matius 27:50 

(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.


Yesus berseru; Eli-Eli lama sabakhtani 🡪 doa penyembahan. Lalu Yesus menyerahkan nyawa-Nya.

Jadi, penyembahan artinya; penyerahan diri sepenuh (penyerahan nyawa) untuk taat hanya kepada kehendak Allah, itu yang membuat Dia menjadi Imam besar Agung, menjadi pendamaian, serta memimpin ibadah-ibadah di bumi sampai kepada tingkat ibadah yang tertinggi, itulah doa penyembahan. 


Di akhir zaman ini banyak gereja TUHAN dalam doa penyembahan dan pujian yang disebut praise and worship. Kemudian, ini digadang-gadang, sepertinya seseorang sudah dalam penyembahan. Memang praise and worship itu berarti; dia memuji TUHAN dan kalau dikaruniakan bahasa lidah puji TUHAN. Lalu sang gembala (almarhum) berkata; kami semua sudah di Ruangan Maha Suci, ini salah, berarti dia tidak mengerti soal penyembahan. 

Penyembahan itu bukan dari sisi jasmaninya, penyembahan itu dilihat dari sisi rohani yaitu; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah, itulah pengertian dari “maju sedikit”. 


Kenapa kita bisa sampai doa penyembahan yakni; “maju sedikit”? 


Mari kita lihat…

Wahyu 8:3-4 dengan perikop: "Meterai yang ketujuh"

(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.


Di sini nampak dengan jelas, Yesus tampil sebagai Imam Besar Agung untuk memimpin ibadah-ibadah di atas muka bumi sampai kepada puncak ibadah yang tertinggi itulah doa penyembahan -- bagaikan asap dupa kemenyan naik kehadirat Allah, menembusi takhta Allah


Kita kembali lagi membaca…

1 Samuel 3:7

(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.


Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. 

Timbul pertanyaan: kok bisa dengar-dengaran?


Kita sudah sepuluh tahun tergembala dalam satu penggembalaan, kok belum dengar-dengaran? Selama sepuluh tahun begitu hebat pembukaan rahasia firman, kok tidak dengar-dengaran, kok tidak bersunat telinga? Tetapi lihat, Samuel yang masih kecil sudah dengar-dengaran, padahal belum ada pembukaan rahasia Firman, penglihatan pun belum ada, karena sang pengasuh matanya rabun.


Jadi inilah jawabanya yaitu: TUHAN yang langsung menggembalakan dia menjadi satu kehidupan yang tergembala dan  dengar-dengaran. 


Dimana letaknya Samuel bisa dengar-dengaran? 


1 Samuel 2:18

(2:18) Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.


Yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. Inilah kata kuncinya.

Yesus juga Imam besar Agung; berlilitkan baju efod.

Berlilitkan baju efod maksudnya ada dalam tanda pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus, ini pendirian kita selama di bumi. Kalau kita tekun di situ, satu kali dipermuliakan bersama dengan Dia.


Inilah pentingnya kita dengar-dengaran = bersunat telinga, sampai akhirnya kita dibawa kepada tingkat ibadah yang tertinggi (puncak ibadah) yaitu doa penyembahan. Tetapi, sayangnya gereja-gereja hanya tahu Ibadah Raya Minggu (Pelita Emas), sangat disayangkan. Diajar yang baik tidak mau terima, menganggap semua ajaran sama saja. Kalau begitu iman mu, silahkan saja.  Tetapi menurut hemat saya dari pengajaran Tabernakel, tidak begitu -- anak-anak TUHAN harus tekun tiga dalam macam ibadah pokok supaya kelak berada pada puncak ibadah itulah doa penyembahan. 


“Waktu di taman Getsemani” itu pola Tabernakel.


Berjaga-jagalah dan berdoalah, ukurannya: 1 (satu) jam, jangan baru sepuluh menit menyembah sudah gelisah, kemudian lewat tukang bakso, pikiran sudah bercabang-cabang, kalau begini, bagaimana mau dengar firman satu jam?


Dampak positif berada pada puncak ibadah (doa penyembahan).

Matius 26:41

(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."


Banyak pencobaan, tetapi puncak pencobaan adalah pada saat antikris menjadi raja. 


Roh memang penurut, tetapi daging lemah.

Jadi, dari sini kita dapat melihat, berada pada tingkat ibadah tertinggi itulah doa penyembahan = menyalibkan kehendak daging. Ketika kehendak daging tersalibkan, maka Roh Allah yang berkehendak dalam daging.


Kalau ibadah belum memuncak sampai ke tingkat yang tertinggi, sampai kapanpun kepentingan daging tidak akan pernah tersalibkan. Tetapi, ketika ada penyembahan dengan lain kata; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah, jelas penyaliban terhadap kepentingan daging sudah berlangsung. Ketika daging tersalib, maka Roh Allah yang berkehendak, karena daging lemah. Dan dampak positifnya; kita tertolong pada masa aniaya antikris

Kalau ibadah hanya sampai kepada  Meja Roti dan Pelita Emas, hidup seseorang masih terancam, belum tertolong


Sebagai bukti... 

Wahyu 12:4-5

(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. (12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.


Di sini kita melihat, naga ingin menelan Anak laki-laki, tetapi Anak laki-laki itu dirampas.

Artinya: yang melepaskan kita dari daya tarik bumi adalah doa penyembahan – naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah/naik kehadirat Allah -- di situ Anak Allah.


Tetapi lihatlah..

Wahyu 12:17

(12:17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.


Naga marah kepada perempuan itu, ia tidak bisa mengejar mempelai perempuan; anak TUHAN yang sudah berada pada puncak penyembahan. Akhirnya. sasaran amarahnya;  pergi memerangi keturunannya yang lain. 

Siapa keturunannya yang lain? Itulah yang menuruti hukum-hukum Allah (Meja Roti Sajian) dan memiliki kesaksian Yesus (Pelita Emas), tetapi kurang satu alat yaitu Mezbah Dupa. Inilah sasaran dari antikris. 


Jadi, kita punya tanggung jawab seperti Yesus bertanggung jawab kepada tiga murid tadi berkata; berjaga-jagalah, berdoalah, Roh penurut, daging lemah, supaya tidak jatuh dalam pencobaan. Ini tanggung jawab gembala.

Tetapi, tanggungjawabi dulu diri sendiri, baru kita bisa menanggung jawab sidang jemaat yang pertama, yaitu; istri dan anak dan seterusnya. Tiadalah mungkin dipercayakan oleh TUHAN untuk mempertanggungjawabkan sidang jemaat untuk selamat, kalau diri sendiri belum sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan. 


Luar biasa orang-orang yang bersunat ini, TUHAN betul-betul berkemurahan kepada kita. Bagaimana mungkin kita bisa tertolong pada masa aniaya antikris kalau tidak punya pengertian semacam ini? Mustahil selamat. Maka dengan pola Tabernakel ini, kita ajar jemaat untuk tekun tiga macam ibadah pokok, semoga rahmat TUHAN memimpin ibadahnya sampai tingkat ibadah yang tertinggi itulah doa penyembahan. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment