KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, September 17, 2025

IBADAH RAYA MINGGU, 14 SEPTEMBER 2025

 

IBADAH RAYA MINGGU, 14 SEPTEMBER 2025

 

KITAB WAHYU 19:10

(Seri: 3)

 

Subtema: MENGUDUSKAN HARI SABAT

 

Mula pertama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, oleh karena rahmat-Nya kita dihimpunkan di atas gunung Tuhan yang kudus, datang beribadah lewat Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh.

 

Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan yang turut bergabung lewat online / live streaming / video internet baik dari Facebook dan Youtube, atau dari media sosial apa saja yang dipergunakan. Kiranya damai sejahtera dari Sorga turun memenuhi setiap kehidupan kita, turun memenuhi ruangan ini untuk memberi satu sukacita sekaligus bahagia saat kita duduk diam mendengarkan Sabda Allah dekat kaki Tuhan.

 

Mari kita sambut KITAB WAHYU sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu.

Namun tetaplah berdoa dalam Roh, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.

 

Wahyu 19:10

(19:10) Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: "Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat."

 

Hidup rohani kita harus sampai kepada tingkat ibadah tertinggi disebut juga puncak ibadah yakni: doa penyembahan. Kemudian, penyembahan itu harus ditujukan langsung kepada Allah saja. Akan tetapi, jika kita perhatikan di sini, Rasul Yohanes, sekalipun sudah berumur 90 tahun -- sudah tua dan sudah banyak pengalaman – namun di dalam hal ini, penyembahannya masih keliru, walaupun ia tidak menyembah antikris, tetapi tujuan penyembahannya salah.

 

Perlu untuk kita ketahui:

-          Penyembahan hanya ditujukan kepada Allah saja.

Tanda penyembahan kepada Allah: berbakti atau beribadah hanya kepada Allah saja, dan tidak kepada yang lain.

-          Sedangkan, penghormatan ditujukan kepada manusia dan itu memang perlu.

Contoh: Anak perlu menghormati kedua orang tuanya. Demikian jgua sidang jemaat, hormat kepada pemimpin jemaat itulah gembala sidang.

 

Jadi, kita harus bisa membedakan antara penyembahan dan hormat. Itu sebabnya kalau kita perhatikan di sini, malaikat Allah itu berkata; ‘Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus.”

 

Matius 4:8-9

(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."

 

Penyembahan tertinggi dari setan tritunggal ialah: kerajaan dunia dengan segala kemegahan, kemewahan, dan keindahan dari dunia, disebutlah itu mamon. Jangan kita terjebak dalam penyembahan semacam ini itulah penyembahan "mamon."

Karena mamon (kerajaan dunia dan kemegahannya) lalu tinggalkan ibadah, itu salah, jangan kita terjebak dengan hal itu. Dan marilah kita buktikan hal itu mulai dari sekarang sampai Tuhan datang pada kali yang kedua.

 

Matius 4:10

(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

 

Semua makhluk di bumi dan di Sorga harus menyembah kepada Tuhan Allah saja, tidak kepada yang lain.

Sarana yang digunakan untuk mencapai penyembahan yang benar: Manusia harus beribadah atau membaktikan dirinya hanya kepada Allah saja. Sebab, ibadah adalah inventaris Sorgawi sekaligus sarana untuk mencapai doa penyembahan.

Tidak mungkin kehidupan anak-anak Tuhan mencapai penyembahan yang tertuju langsung kepada Allah, kalau ia tidak beribadah, tidak membaktikan dirinya kepada Allah saja.

 

Mari kita buktikan apakah ibadah itu betul-betul inventaris dari Sorga dan sekaligus sebuah sarana untuk mencapai penyembahan kepada Allah.

 

Kita lihat terlebih dahulu…

Keluaran 20:8-10 -- Perikop: "Kesepuluh firman."

(20:8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (20:9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (20:10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

 

Hukum yang keempat: ingat dan kuduskan hari Sabat.

Inilah salah satu butir dari 10 hukum yang tertulis dalam dua loh batu.

Hari Sabat adalah hari ketujuh disebut juga hari perhentian, berarti kesempatan bagi kita untuk beribadah atau membaktikan diri kepada Tuhan baik suami, isteri, anak laki-laki maupun anak perempuan, karyawan ataupun karyawati.

Saudara, saat ini kita sedang memasuki hari perhentian, sehingga kita ada kesempatan untuk membaktikan diri ini kepada Tuhan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan ini.

 

Jadi, intinya, menguduskan hari sabat artinya;

-          Bebas dari kegiatan / pekerjaan di bumi

-          Bebas dari segala ikatan-ikatan di bumi

-          Bebas dari perhambaan dosa

 

Kita akan buktikan ayat yang senada dalam…

Ulangan 5:15

(5:15) Sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.

 

Merayakan hari Sabat berarti;

-          Bebas dari segala perbudakan

-          Bebas dari perhambaan dosa

-          Bebas dari penjajahan Firaun rohani itulah iblis setan

 

Keluaran 20:11

(20:11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

 

Tuhan telah memberi contoh atau teladan bagi kita di dalam hal menguduskan hari Sabat. Sebab, di sini dikatakan, enam hari Tuhan bekerja menciptakan langit bumi dan segala isinya, namun hari ketujuh; Tuhan berhenti. Maka, jika anak Tuhan tidak membaktikan dirinya, tidak mau menguduskan hari Sabat, berarti dia tidak mau mengikuti teladan Tuhan dalam hal merayakan hari Sabat.

 

Kita buktikan dulu teladan yang Tuhan berikan dalam merayakan hari Sabat dalam…

Kejadian 1:31 - Kejadian 2:1-2

(1:31) Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (2:1) Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (2:2) Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.

 

Singkat kata di sini dikatakan; "Berhentilah Ia pada hari ketujuh."

Itu berarti, Tuhan menjadikan segala sesuatu (langit, bumi dan segala isinya) selama enam hari, sesudah itu berhentilah Ia pada hari ketujuh.

 

Kejadian 2:3

(2:3) Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

 

Selanjutnya di sini kita memperhatikan; Allah memberkati dan menguduskan hari Sabat.

Tuhan memberkati hari ketujuh artinya; setiap orang yang beribadah atau membaktikan dirinya kepada Tuhan, maka hidup dijamin salib Kristus. Ini adalah jaminan yang terkuat dari semua jaminan yang ada di bumi ini.

Sekalipun ada seseorang yang membuat jaminan dan ditandatangani diatas materai yang sangat mahal, itu tidak bisa menjamin kehidupan seseorang. Yang menjamin hidup kita adalah salib Kristus.

 

Mungkin saudara bertanya-tanya, mengapa gambala saya bisa mengatakan seperti itu. Mari kita perhatikan kembali….

Kejadian 1:26-28A

(1:26) Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (1:27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (1:28) Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

 

Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar dan rupa Allah, selanjutnya Allah memberkati mereka (laki-laki dan perempuan).

 

Kata "memberkati" merujuk kepada SALIB KRISTUS, yang sangat berkuasa mempersatukan laki-laki dan perempuan. Sebagaimana yang disampaikan Yesus Kristus kepada murid-murid di dalam Matius 19:5 --- Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Dan hal itu telah digenapi Yesus 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib, pembuktiannya ada dalam Filipi 2:5-8.

Yesus Kristus adalah Allah, tetapi Ia telah melepaskan reputasi-Nya berarti;

-          Meninggalkan kemuliaan-Nya.

-          Meninggalkan Bapa-Nya dan rumah-Nya di Sorga.

Lalu turun ke bumi dan menjadi manusia. Dan dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib. Inilah penggenapan dari Matius 19:5 tadi, sehingga lewat salib; tubuh dan kepala Bersatu (keduanya menjadi satu).

 

Itulah sebabnya dengan berani saya katakan; Tuhan memberkati hari ketujuh. Artinya, setiap orang yang beribadah, membaktikan dirinya kepada Tuhan, maka secara otomatis, hidupnya dijamin oleh salib Kristus. Jaminan yang lebih kuat dari semua jaminan yang dibuat oleh manusia di atas muka bumi ini.

 

Jadi, sekali lagi saya sampaikan, orang yang menguduskan hari ke-tujuh (hari Sabat) diberkati, maksudnya; hidupnya dijamin oleh salib Kristus. Dengan lain kata ….

-          Dosanya diampuni = ditebus dengan darah salib

-          Berdamai dengan Allah, hingga kelak menjadi milik Allah seutuhnya.

Jadi berkatnya luar biasa saudara.

 

Kejadian 2:4-7

(2:4) Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, – (2:5) belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; (2:6) tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu -- (2:7) ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

 

Ketika Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit:

a.       Belum ada semak atau rumput-rumputan

b.       Belum timbul tumbuh-tumbuhan di padang.

c.       Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi.

d.       Belum ada orang yang mengusahakan tanah, dengan kata lain; Adam dan Hawa belum diciptakan untuk mengusahakan taman Eden.

Akan tetapi, ada kabut naik ke atas dari bumi. Kabut naik ke atas berbicara soal penyembahan. Penyembahan dari mana? Jelas ini adalah teladan DARI ALLAH dalam penyembahan, dan penyembahan ini sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib.

 

Mari kita lihat kisah tersebut dalam …

Matius 27:45-46 -- Perikop: "Yesus mati"

(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. (27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

 

Di sini kita melihat kegelapan meliputi seluruh daerah Golgota dari jam 12 sampai jam 3 sore. Lalu, kira-kira pada jam 3 sore, berserulah Yesus dengan suara yang nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" artinya; Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?

 

Jadi, dari seruan ini kita bisa melihat bahwa yang mengerjakan penebusan dan pendamaian atas dosa dunia adalah Allah yang Esa di dalam pribadi Yesus Kristus, tidak ada yang lain. Sebagaimana yang tertulis dalam 1 Timotius 2:5 --- Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.

Berhala-berhala dan ilah-ilah yang lain tidak dapat memperdamaikan dosa kita kecuali pribadi Yesus Kristus. Seorang diri Yesus mengerjakan penebusan dan pendamaian, tidak ada yang lain. Tetapi pointnya bukan di sini.

 

Mari kita lanjutkan pembacaan dalam…

Matius 27:50

(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.

 

Yesus berseru "Eli, Eli, lama sabakhtani?" itu merupakan doa penyahutan dan sekaligus doa penyembahan. Kenapa saya katakan seperti itu? Karena Yesus diutus ke bumi untuk mengerjakan penebusan dan pendamaian dan Yesus menyahut “Ya Bapa” Saya sudah mengerjakannya, “Ya Bapa” inilah pergumulan dari sidang jemaat, pergumulan dari umat-Mu, Saya bawa kepada Engkau Bapa, itulah doa penyahutan sekaligus doa penyembahan kepada Allah Bapa.

 

Sesudah Yesus berseru, lalu Yesus menyerahkan nyawa-Nya. Jadi, penyembahan = penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada Allah saja, itulah arti penyembahan.

Menyembah memang berlutut, tetapi, manusia batin kita juga harus berlutut artinya; menyerahkan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada Allah saja. Banyak orang Kristen berlutut, tetapi manusia batinnya tidak diserahkan kepada Tuhan.

 

Kemudian, pada saat penyembahan itu terjadi, kita lihat apa yang terjadi dalam…

Matius 27:51

(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

 

Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, berarti terjadi perobekan daging. Daging tidak akan mungkin robek jika ibadah seseorang tidak sampai kepada puncaknya itulah doa penyembahan. Itulah sebabnya dalam kesabaran Tuhan yang sangat besar dan tinggi, Ia berjuang untuk menuntun ibadah kita sampai kepada puncaknya itulah doa penyembahan, supaya kita mengalami perobekan daging.

 

Saudara, kalau daging tidak mengalami perobekan, disebutlah itu daging yang utuh, sementara, daging yang utuh akhirnya menjadi takhta setan. Jadi, daging hanya sebatas takhta setan saja.

Ketika ibadah sampai kepada puncaknya itulah penyembahan --- penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah saja --- terjadilah perobekan daging dan disitulah Allah bertakhta. Setan bertakhta di daging, tetapi Allah bertakhta di manusia dalam (batin manusia).

 

Ibrani 9:11-12 -- Perikop: "Kristus adalah Pengantara dari perjanjian yang baru."

(9:11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.

 

Yesus adalah Imam Besar Agung, Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan lebih sempurna, Ia telah menyerahkan diri-Nya di atas kayu salib. Sampai akhirnya, terjadilah perobekan daging, seperti tabir terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Singkat kata, Yesus adalah Tabernakel sejati. Jadi, Ibrani 9:11-12 = Matius 27:50-51

 

Setelah saya selidiki dengan seksama, orang yang menguduskan hari Sabat, selain diberkati, ia menemukan adanya satu penyembahan bagaikan kabut / asap yang naik dari bumi. Padahal manusia belum ada pada saat itu, belum ada ibadah-ibadah untuk diusahakan oleh Adam dan Hawa. Lalu ini asap dari mana? Inilah penyembahan sebagai teladan dari Tuhan kepada kita. Dan itu juga sudah dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib 2000 tahun yang lalu.

Mengapa Tuhan Yesus menggenapi penyembahan ini? Karena pada akhirnya Adam dan Hawa jatuh pada dosa dan dosa itu menjalar dari Adam sampai kepada kita sekarang. Intinya, dosa itu sudah masuk ke dunia dan upah dosa adalah maut, sehingga, terulang kembali peristiwa yang sama. Jadi, apa yang terjadi di bukit Golgota adalah pengulangan yang sudah terjadi 4000 tahun yang lalu di waktu Allah memberi teladan dalam penyembahan itu.

Andaikata Adam dan Hawa tidak melanggar hukum Allah, tidak mungkin ada teladan yang baru di dalam hal penyembahan, penyerahan diri kepada Tuhan, cukup penyembahan yang pertama di dalam Kejadian 2:6.

 

Kita lihat persamaannya di dalam…

Ibrani 10:19-21 -- Perikop: "Ketekunan"

(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.

 

Yesus adalah Imam Besar Agung, Ia memimpin ibadah kita sampai kepada Ruangan Maha Suci lewat perobekan daging sebagai perwujudan dari doa penyembahan. Jadi, kalau ibadah tidak sampai kepada puncaknya itulah doa penyembahan, tidak mungkin terjadi perobekan daging.

 

Sekali lagi saya sampaikan, perobekan daging adalah perwujudan dari doa penyembahan, sehingga terbukalah jalan yang baru bagi kita. Sehingga, kita layak dibawa masuk ke dalam Ruangan Maha Kudus, tembus ke takhta Allah. Tidak ada cara lain untuk tembus ke takhta Allah selain doa penyembahan.

 

Saudara, kita sudah melihat Tuhan memimpin ibadah kita sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan, sampai akhirnya terjadi perobekan daging; Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas ke bawah. Dengan demikian, Tuhan telah membuka jalan yang baru untuk menembusi takhta Allah. Kita patut bersyukur kepada Tuhan, Dialah Kepala rumah Tuhan, Dia Imam Besar kita. Tetapi jangan salah saudara, kita tidak mungkin serta merta berada pada puncak ibadah itulah doa penyembahan sehingga terjadi perobekan daging; tanpa hari ketujuh, tanpa menguduskan hari Sabat.

 

Itu sebabnya, Kejadian 1:26-28; Tuhan memberkati hari Sabat. Kemudian, Kejadian 2:1-7, di situ tampak penyembahan, merupakan teladan dari penyembahan Allah kepada kita. Lalu dikerjakan kembali oleh Yesus 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib. Tetapi, tidaklah mungkin sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan, kalau tidak menguduskan hari sabat. Itu sebabnya, sesudah Tuhan menyelesaikan langit dan bumi dan segala isinya selama enam hari, hari ketujuh Ia berhenti (Kejadian 2:2). Barulah Kejadian 2:6, tampilnya teladan penyembahan dari Allah untuk kita semua.

 

Mari kita lihat hari Sabat yang harus dikuduskan…

Ibrani 10:22-24

(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

 

Oleh sebab itu, marilah menguduskan hari Sabat = tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Kenapa saya katakan demikian?

Sebab, pada ayat 22-24 kita menemukan 3 (tiga) kata, yaitu:

1.       Pada ayat 22 IMAN -> Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.

2.       Pada ayat 23 Pengharapan -> Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian Roh.

3.       Pada ayat 24 Kasih -> Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = kasih.

Jadi, untuk sampai kepada doa penyembahan, kita harus menguduskan hari Sabat lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok. Itulah arti dari; karena itu marilah kita menghadap Allah.

 

Pengertian ini bukan karangan-karangan saya, pengertian ini bukan saya buat-buat. Tetapi memang harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sebab itu datang dari Sorga. Apa yang saya lihat, apa yang saya dengar, itu yang saya sampaikan. Kalau saya tidak menyampaikan kebenaran ini, berarti saya adalah…

-          Hamba Tuhan yang sedang mengurangkan Firman Tuhan.

Persamaannya; menyampaikan dua ayat, tetapi pemberitaan Firman tentang salib diabaikan.

-          Kalau ditambahkan, menyampaikan satu dua ayat tetapi ditambahkan dengan dongeng-dongeng, cerita isapan jempol, takhayul-takhayul dan filsafat-filsafat kosong.

Firman yang ditambahkan adalah ajaran orang-orang Farisi; menambahkan ragi pada Taurat, sehingga sama seperti roti menjadi khamir. Memang nampaknya berkembang, bahkan gereja penuh karena ditambahkan cerita isapan jempol dunia, tetapi bagian dalam dari roti itu kosong, dan bila ada tekanan roti itu langsung kisut.

Jadi, pengertian ini harus saya sampaikan dengan jujur. Jadi, jangan kita ikuti pengertian-pengertian yang tidak sesuai dengan pola Kerajaan Sorga, yang dengan seenaknya menyampaikan begini dan begitu.

 

Kemudian, pada ayat ini juga dikatakan; marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, barulah nanti pengharapan dan puncaknya kasih. Jadi, jangan ragu lagi soal menguduskan hari Sabat lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, sehingga dengan demikian kita mencapai doa penyembahan.

 

Sekali lagi saya sampaikan, ibadah yang dijamin oleh salib Kristus adalah ibadah yang membawa kita sampai tingkat ibadah yang tertinggi (puncak ibadah) itulah doa penyembahan.

 

Kejadian 2:6-7

(2:6) tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu -- (2:7) ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

 

Tuhan menjadikan manusia, supaya akhirnya mengikuti ibadah sesuai dengan pola yang telah Tuhan kerjakan, hingga memuncak sampai kepada doa penyembahan

 

Kita lihat pola ibadah itu dalam…

Yesaya 58:13-14 -- Perikop: "Menghormati hari Sabat."

(58:13) Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, (58:14) maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut TUHANlah yang mengatakannya.

 

Kita harus menguduskan hari Sabat, berarti; jangan menginjak-injak hukum Sabat, jangan mengecilkannya dengan kesibukan-kesibukan di dunia. Jadi, kalau kita sibuk dengan kegiatan-kegiatan dunia = menginjak-injak hukum Sabat. Tidak masuk hari perhentian karena kesibukan dunia = menginjak-injak hukum Sabat.

 

Dan ternyata, hari Sabat adalah ...

a.       Hari kenikmatan.

b.       Hari kudus Tuhan.

c.       Hari yang mulia.

 

Mari kita selidiki ketiga hal tersebut, diawali dengan …

Tentang: HARI KENIKMATAN

Bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada HALAMAN. Sedangkan di Halaman terdapat 2 (dua) alat:

1.       Mezbah Korban Bakaran → salib, dimana Kristus menjadi korbannya.

Singkat kata, hari ketujuh adalah ibadah pelayanan yang ditandai dengan pengorbanan. Jika hal itu kita kerjakan karena hembusan nafas Allah (bukan karena keinginan daging), niscaya kita menikmatinya, tidak ada persungutan, tidak ngomel, tidak menggerutu.

2.       Kolam Pembasuhan Tembaga, berbicara tentang baptisan artinya; pengalaman kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Inilah yang disebut dengan manusia baru atau satu kehidupan yang sudah mengalami pembaharuan, yang lama sudah dikubur di dalam kematian. Menjadi manusia baru adalah suatu kenikmatan. Tidak ada orang yang dapat menikmati dosa, karena dosa justru orang menjadi susah, stres dan seterusnya.

 

Tentang: HARI KUDUS TUHAN

Bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada RUANGAN SUCI.

Di dalam Ruangan Suci terdapat 3 (tiga) macam ibadah alat → Ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok.

1.       Meja Roti Sajian = Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = Dikuduskan oleh Firman Allah.

2.       Pelita Emas = Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh = Dikuduskan oleh Roh Allah.

3.       Mezbah Dupa = Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = Dikuduskan oleh doa penyembahan itulah kasih Allah

 

Pendeknya, ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok adalah hari kudus Tuhan dan kita harus menguduskannya. Kita dikuduskan oleh Firman Allah, Roh Allah dan kasih Allah. Tidak ada cara lain untuk menguduskan kita selain dikuduskan oleh tiga macam alat yang ada di dalam Ruangan Suci.

 

Tentang: HARI YANG MULIA

Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel maka terkena pada Ruangan Maha Kudus = Agung dan mulia.

Di dalam Ruangan Maha Suci terdapat 1 (satu) alat yaitu Tabut Perjanjian.

Tabut Perjanjian berbicara tentang:

1.       Takhta Allah (Keluaran 25:22)

2.       Hubungan nikah antara Kristus sebagai Mempelai Laki-laki dengan sidang jemaat sebagai Mempelai perempuan-Nya berdasarkan kasih.

Mengapa saya katakan demikian? Sebab Tabut Perjanjian terdiri dari 2 (dua) hal, ibarat kepala dan tubuh,

-    Tabut atau peti perjanjian → Gereja Tuhan yang sempurna disebut juga mempelai Tuhan = tubuh.

Memang Tabut atau peti terbuat dari kayu penaga -- berbicara soal kedagingan dan kayu penaga itu keras (manusia daging keras) -- tetapi tabiat dari manusia daging telah dilapisi oleh emas dari dalam dan luar, sehingga yang nampak adalah tabit Ilahi itulah kesucian dan kemurnian Roh kudus.

-    Tutupan pendamaian dengan 2 kerub di atasnya à Allah Trinitas yakni; Tuhan Yesus Kristus sebagai Mempelai Pria Sorga = kepala.

Barulah nanti tutupan grafirat dengan dua kerub ditaruh di atas tabut perjanjian itu.

 

Jadi saudara, dari Pengajaran Tabernakel kita mempunyai pengetahuan yang benar, pengetahuan yang suci dan pengetahuan yang mulia.

-    Pengetahuan yang benar; dinikmati

-    Pengetahuan yang suci; menguduskan

-    Pengetahuan yang mulia; membawa kita menjadi sempurna itulah mempelai Tuhan = dipermuliakan.

 

Jadi, pengetahuan itu penting saudara, teramat lebih pengetahuan yang datang dari Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Pengetahuan ini begitu akurat dan sempurna untuk membawa kita pada satu kedudukan itulah mempelai Tuhan, gereja Tuhan yang sempurna. Oleh sebab itu kita harus menghormati dan menguduskan hari Sabat, dengan ...

-          Tidak menjalankan segala acaramu di bumi ini

-          Dengan tidak mengurus urusanmu di bumi ini

-          Tidak berkata omong kosong.

Omong kosong maksudnya, perkataan dalam bentuk lisan maupun tulisan; tidak berfaedah. Omong kosong juga bisa ditampilkan dari perbuatan bodoh yang tidak berfaedah.

 

Selanjutnya, apabila kita menguduskan hari Sabat (hari ketujuh) dengan lain kata tekun dalam 3 macam ibadah pokok sesuai dengan pola Tabernakel, janji Tuhan kepada kita: akan bersenang-senang atau hidup bahagia karena Tuhan, bukan karena uang banyak atau karena bisnis berhasil. Bukti kita akan bersenang-senang ...

a.       Kita akan melintasi puncak bukit-bukit di bumi.

b.       Kita diberi makan dari milik pusaka Yakub.

Kita akan melihat kedua hal tersebut.

 

Tentang: Melintasi puncak bukit-bukit di bumi

Melintasi puncak bukit-bukit di bumi à satu kenyataan dimana kita sudah berada pada puncak ibadah yakni doa penyembahan. Sedangkan, puncak bukit-bukit di bumi à puncak pencobaan yang akan terjadi di bumi selama 7 tahun dimana antikris menjadi raja dan memerintah atas bumi dan pemerintahan antikris memuncak pada 3½ tahun yang terakhir.

 

Ayub 39:29

(39:29) Oleh pengertianmukah burung elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan?(TB)

 

Jika anak-anak Tuhan sudah berada pada puncak ibadah (doa penyembahan), maka sayap rajawali akan menerbangkannya dari Utara ke Selatan, berarti; lepas dari takhta setan di bumi ini selama 7 tahun yang memuncak pada 3½ tahun yang terakhir.

Berarti, dari sini kita bisa melihat bahwa kita sudah melintasi puncak bukit-bukit di bumi lewat doa penyembahan. Sebab, lewat doa penyembahan kita layak menerima dua sayap burung nasar yang besar, yang akan menerbangkan kita dari utara ke Selatan = mengatasi puncak bukit-bukit di bumi.

 

Ayub 39:30-31

(39:30) Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi? (39:31) Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.

 

Berada pada tingkat ibadah tertinggi (puncak ibadah), jelas karena KEMURAHAN TUHAN, bukan karena gagah, hebat dan kuatnya manusia. Jadi, pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel adalah kemurahan. Jika kita menguduskan hari Sabat dengan pola Tabernakel itu juga kemurahan, karena dengan Pola Tabernakel ibadah kita dibawa sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan. Sementara apabila kita sudah berada pada puncak ibadah, maka sulit dijangkau oleh mata ular itulah antikris.

 

Tentang: Tuhan memberi makan dari milik pusaka Yakub.

Yang menjadi ahli waris Kerajaan Sorga = hidup di dalam kemurahan Tuhan. Biarlah kiranya tanah air Sorgawi menjadi milik pusaka kita.

 

Saudara, Yakub berganti nama menjadi Israel. Kita bukan Israel jasmani, tetapi kalau kita menjadi Israel rohani, itu karena kemurahan Tuhan. Kalau akhirnya tanah air Sorgawi menjadi milik pusaka kita, lalu kita makan dari situ = kemurahan Tuhan.

Betapa luar biasanya Pengajaran Tabernakel ini saudara. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia"  lewat Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel (1 Korintus 2:9)

 

Kita sudah melihat pembahasan tentang Wahyu 19:10 -- sembahlah Tuhan Allah! Jangan keliru dalam penyembahan, penghormatan hanya kepada manusia. Bagaimana cara supaya sampai kepada penyembahan? Sarananya adalah ibadah, sebab ibadah adalah inventaris Sorgawi, peliharalah.

 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment