KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, October 8, 2012

IBADAH RAYA MINGGU, 07 OKTOBER 2012



IBADAH RAYA MINGGU, 07 OKTOBER 2012


Tema: SIAPA YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SORGA
           (Seri 01)


Subtema: DIA HARUS MAKIN BESAR, TETAPI AKU HARUS MAKIN KECIL 

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh beribadah pada malam hari ini.

Pada minggu yang lalu kita sudah mengakhiri firman penggembalaan mengenai pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
Tiba saatnya kita memperhatikan firman penggembalaan yang baru, untuk Ibadah Raya Minggu.
Saya kira kita semua cukup diberkati oleh firman penggembalaan yang sudah diakhiri pada minggu yang lalu, secara khusus diakhiri dengan hukuman yang menimpa Sodom dan Gomora.
Banyak pelajaran yang harus kita perhatikan dari sana. Kita belajar dari Abraham yang memilih ke kanan, itulah Kanaan, sedangkan Lot memilih ke kiri, karena ia melihat sekitar Lembah Yordan yang tanahnya subur, sehingga dengan selekasnya ia memilih bagian sebelah kiri.

Saudaraku, sebelah kiri dalam pola Tabernakel, mengarah ke pintu gerbang.
Sedangkan Abraham memilih sebelah kanan , berarti dia akan mengarah terus sampai ke barat.
Oleh sebab itu, biarlah kita memilih bukan menurut pandangan mata, bukan menurut keinginan hati, tetapi pilihan itu menurut keinginan Tuhan.
Kalau kita memilih apa yang menjadi keinginan Tuhan, maka Tuhan yang bertanggung jawab atas kita semua; masa depan kita ada di tangan Tuhan, sampai masa tua rambut putih, Tuhan tetap gendong kita (Yesaya 46: 4).
Digendong, berarti; kita ...
-       Ditanggung
-       Dipikul
-       Diselamatkan.

Itu perlu untuk diperhatikan, sehingga ibadah ini bukanlah ibadah yang lahiriah, ibadah yang liturgis, tetapi ibadah yang mengandung janji dan kuasa, baik janji untuk masa sekarang, maupun janji untuk masa yang akan datang.
Itu perlu diperhatikan supaya keadaaan kita baik, bahkan lebih baik dari waktu-waktu yang lalu.

Sekarang, tiba saatnya kita memperhatikan Matius 18, untuk firman penggembalaan yang baru, untuk Ibadah Raya Minggu.
Matius 18: 1-5
(18:1) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
(18:2) Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
(18:3) lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
(18:4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
(18:5) Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Pertanyaan 12 murid kepada Yesus, ialah; Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?
Dari pertanyaan ini, kita dapat menyimpulkan bawah 12 murid ini ingin menjadi yang terbesar.

Lukas 22: 24-25
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.

Ketika 12 murid menginginkan menjadi yang terbesar, pada saat itu terjadi keributan besar di antara murid-murid, terjadi perselisihan, terjadi pertengkaran, karena ingin menjadi yang terbesar

Selanjutnya, kalau kita kembali perhatikan Matius 18, setelah 12 murid bertanya, Yesus tidak selekasnya menjawab pertanyaan itu, tetapi justru pada ayat 2, Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka.

Sekarang balik bertanya; Mengapa Yesus memanggil seorang anak kecil lalu menempatkannya di tengah-tengah mereka?
Matius 18: 3-4
(18:3) lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
(18:4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

Jadi, saudaraku, dari apa yang diperbuat Yesus Kristus, dapatlah kita simpulkan bahwa; yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga adalah barangsiapa merendahkan diri dan menjadi sama seperti anak kecil itu, sehingga dengan demikian, dialah yang terbesar dalam Kerajaan sorga.
Jadi untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga, harus merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil, berarti; orang yang merendahkan diri = orang yang mau menjadi kecil.

Selama kita ingin menjadi besar, selama itu pula akan terjadi perselisihan-perselisihan satu dengan yang lain.
Barangkali mulut tidak berselisih satu dengan yang lain, tetapi ketika seseorang ingin menjadi yang terbesar, pada saat itu perselisihan sudah terjadi, itu dapat dilihat dari suasana yang ada, menjadi  panas dan tegang (tidak kondusif).
Pemikiran manusia dengan pemikiran Tuhan, sangat berbeda, kalau manusia ingin menjadi besar dengan caranya, namun menimbulkan perselisihan-perselisihan, tetapi bagi mereka yang terbesar dalam Kerajaan Sorga, mereka harus merendahkan diri dan mau menjadi kecil, inilah pemikiran Tuhan.

Kita kaitkan dengan pribadi Yohanes Pembaptis
Matius 11: 11
(11:11) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.

Yohanes Pembaptis begitu besar di hadapan Tuhan, itu terlihat dari pernyataan Yesus Kristus kepada orang banyak, yaitu; Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis.

Matius 11: 2
(11:2) Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus,

Yesus menyatakan hal itu, pada waktu Yohanes Pembaptis berada di dalam penjara.

Sekarang kita melihat pernyataan Yohanes Pembaptis ...
Yohanes 3: 24
(3:24) sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.
Sekarang kita melihat sebelum Yohanes Pembaptis dimasukkan ke dalam penjara.

Yohanes 3: 30
(3:30) Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.

Allah harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil, inilah pribadi Yohanes Pembaptis.
Berarti; supaya Allah makin besar, maka saya dan saudara harus makin kecil.
Kalau kita semakin besar, maka Allah semakin kecil, kalau Allah menjadi kecil, berarti Kerajaan Allah juga kecil.
Di sinilah kita melihat bahwa Yohanes Pembaptis betul-betul mau merendahkan diri dan menjadi sama seperti anak kecil.

Saudaraku, biarlah mulai malam ini, kita mencabut perkataan, pemikiran yang salah; di mana dahulu kita merasa besar, merasa lebih tua, lebih rohani.
Sebab, kalau pemikiran yang dahulu kita pertahankan, Tuhan tidak akan pernah menjadi besar, dan kita tidak akan pernah menjadi kecil.

Ketika Tuhan menjadi besar, Yohanes Pembaptis berkata; aku harus makin kecil.
Kalau Tuhan ingin bertambah-tambah dalam kehidupan kita, maka manusia daging harus berkurang-kurang = Tuhan makin besar, kita makin kecil.
Itu sebabnya pada saat Yohanes Pembaptis dipenjara Yesus mengatakan; Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis.
Barangkali kalau kita menganut paham ini, semua menjadi baik, semua menjadi indah, semua menjadi kondusif dan tenang, tidak ada perselisihan satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, biarlah Tuhan makin besar, kita makin kecil.

Tidak boleh fifty-fifty antara manusia dengan Tuhan, artinya seseorang tidak boleh berpikiran “aku setengah, Tuhan setengah”.
Kalau Tuhan makin besar, maka kita akan semakin kecil.

Mari kita lihat dalam bentuk grafiknya ...

Misalnya;
-      Keinginan manusia turun 3 (-3), berarti Allah naik 3 (+3).
-      Keinginan manusia turun 4 (-4), berarti Allah naik 4 (+4).
Sejauh mana kita mau merendahkan diri / menjadi kecil, sejauh itulah Tuhan makin besar dalam kehidupan kita semua.
Keinginan, harga diri, ambisi, segala sesuatu yang berasal dari daging dibuat minus (-), sehingga Tuhan plus (+), sampai kita nanti menjadi yang terbesar dalam kerajaan sorga.

Berbanding terbalik kalau kita yang plus, Allah yang minus, kalau kita +2, maka Allah -2 = kita makin besar, tetapi makin kecil dalam Kerajaan Sorga. Inilah yang harus kita sadari.

Perhatikan dalam nikah rumah tangga, baik antara kakak dan adik, juga dengan yang lain, terjadinya perselisihan, itu karena saling membesarkan diri di hadapan Tuhan, akhirnya menjadi kecil / minus (-) di dalam Kerajaan Sorga.
Saya kira, kita perlu memperhatikan firman Tuhan malam ini, jangan diabaikan begitu saja, supaya keadaan menjadi lebih baik, tidak ada perselisihan satu dengan yang lain, dengan kata lain, menikmati suasana kerajaan sorga.
Saudara bayangkan kalau suami isteri, kakak-adik setiap hari bertengkar, berselisih, siapa yang kuat? Saya kira tidak ada satupun yang kuat.
Tetapi sekalipun seseorang tahu, bahwa perselisihan, pertengkaran itu menyebabkan keadaan tidak menjadi tenang, tidak damai, anehnya mereka berusaha mencoba-coba. Ini adalah kekeliruan.
Kita belajar dari Yohanes Pembaptis, sehingga Tuhan yang mengakui kita besar, kita tidak perlu membesarkan diri dengan cara-cara manusiawi, yang selalu membesar-besarkan dirinya.

Mari kita lihat; letak Yohanes Pembaptis makin kecil di hadapan Tuhan.
Matius 11: 7-10
(11:7) Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari?
(11:8) Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja.
(11:9) Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi.
(11:10) Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.

Sebelum Yesus tampil lewat pelayanan-Nya di muka umum, Yohanes Pembaptis telah mendahului Yesus Kristus dan mempersiapkan jalan untuk Tuhan.

Lebih rinci kita perhatikan Matius 3.
Jalan yang dipersiapkan untuk Tuhan
Matius 3: 1-3
(3:1) Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan:
(3:2) "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
(3:3) Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."

Yang pertama kita perhatikan dari sikap Yohanes Pembaptis, yaitu:
-      Mempersiapkan jalan untuk Tuhan, berarti; meluruskan jalan bagi Dia.
Kalau selama ini kita menempuh jalan yang bengkok dan berliku-liku, sekarang tempuhlah jalan yang lurus, jalan yang dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis untuk Tuhan, ketika ia mendahului Yesus Kristus.
Saudaraku, biarlah segala sesuatu lurus, dimulai dari; cara berpikir lurus, sudut pandang lurus, gerak gerik lurus, cara berbicara lurus.
Adakalanya orang berbicara terlihat seperti baik, tetapi di balik pembicaraan itu ada sesuatu maksud yang tidak baik, itu bukanlah jalan yang lurus.

Berbuat sesuatu tetapi di balik itu ada sesuatu yang tidak baik, itu bukanlah jalan yang lurus, apalagi dalam hal melayani tetapi di balik pelayanan itu ada sesuatu yang tidak baik, itu bukan jalan yang lurus, itu jalannya ular, sebab ular jalannya tidak pernah lurus.
Mulai hati dan pikiran, lurus saja, jangan ada sesuatu yang tidak baik di balik perbuatan-perbuatan kita.

Yang kedua kita perhatikan dari sikap Yohanes Pembaptis, yaitu:
-      Ketika Yohanes Pembaptis berseru / seruan untuk bertobat dan sekaligus supaya mempersiapkan jalan untuk Tuhan, seruan itu terjadi di padang gurun, bukan di istana raja dan Yohanes Pembaptis tidak mengenakan pakaian yang mewah, sebab bagi Yohanes Pembaptis; Tuhan makin besar, tetapi ia semakin kecil.
Siapa orang yang mau memandang dan menghiraukan, bila seseorang berseru di padang gurun?
Di sinilah letaknya bahwa Yohanes Pembaptis merendahkan diri dan menjadi sama seperti anak kecil di hadapan Tuhan.
Oleh sebab itu, biarlah kita merendahkan diri dan menjadi sama seperti anak kecil, sehingga Dia semakin bertambah-tambah, kita semakin berkurang-kurang. Haleluya...
Tuhan semakin besar, aku semakin kecil = manusia lahiriah semakin merosot.

Keadaan seseorang bila semakin kecil, Tuhan semakin besar.
2 Korintus 4: 16
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

Manusia batiniah semakin dibaharui dari sehari ke sehari.
Manusia batiniah -> manusia rohani = manusia di dalam.

Kalau kita perhatikan di sini, manusia batiniah / rohani ...
2 Korintus 4: 17
(4:17) Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

Manusia batiniah mengabaikan penderitaan dan kehinaan, sehingga penderitaan dan kehinaan itu dianggap ringan. Kemudian, jika penderitaan itu terjadi (dialami seseorang), justru ia semakin rohani, yang akan melihat kemuliaan Allah.

2 Korintus 4: 18
(4:18) Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Sasaran manusia batiniah / rohani adalah kehidupan yang kekal, itulah Kerajaan Sorga = yang tidak kelihatan.
Berarti, ketika manusia lahiriah merosot (-), manusia batiniah / rohani semakin bertambah-tambah (+).

Ciri-ciri aku semakin kecil, Tuhan semakin besar.
2 Korintus 4: 16
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

Manusia batiniah tidak tawar
hati sekalipun manusia lahiriahnya semakin merosot.
Berarti, manusia batiniah mengabaikan kehinaan, untuk tekun memikul salib, satu di dalam penderitaan Yesus Kristus.

Matius 5: 13
(5:13) "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Berarti, kalau manusia batiniah tidak tawar hati menanggung penderitaan / tekun memikul salib, maka ia menjadi garam dunia, menjadi kesaksian bagi dunia.
Garam = memberi rasa, lewat kesaksian hidup.

Ketika manusia tinggal di dalam dunia yang fana ini, sesungguhnya harus memikirkan perkara-perkara di atas / perkara yang rohani = Kerajaan Sorga, sebab jika manusia tidak memikirkan perkara di atas, maka ia disebut manusia duniawi / manusia lahiriah yang hanya memikirkan perkara-perkara lahiriah / perkara-perkara di bawah (dunia).

Di sinilah peran manusia batiniah untuk menjadi garam bagi manusia duniawi, ini perlu kita perhatikan dan perlu kita sadari, supaya manusia duniawi turut memikirkan perkara-perkara di atas, sehingga dengan demikian, mereka (manusia duniawi) juga turut semakin kecil (-), Tuhan semakin besar (+), dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan di bumi seperti di sorga.
Terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment