KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, October 29, 2012

IBADAH RAYA MINGGU, 28 OKTOBER 2012


IBADAH RAYA MINGGU, 28 OKTOBER 2012

Tema: SIAPA YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SORGA
           (Seri 04)

Subtema: MENYADARI DIRI KECIL, BERARTI MENDIRIKAN RUMAH DI ATAS BATU

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh beribadah pada malam hari ini, dan biarlah kiranya Tuhan kembali menyatakan isi hati-Nya sebagai tanda belas kasihan-Nya bagi kita semua, biarlah uluran tangan Tuhan, kita rasakan malam hari ini.

Saudaraku, minggu yang lalu kita sudah menikmati firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu, bahwa; bangsa yang kecil, itulah semut, tetapi yang cekatan, sebab semut mengumpulkan makanannya pada musim panas / musim kemurahan Tuhan, untuk mampu melewati musim dingin.
Saudaraku, musim dingin adalah musim yang begitu mencekam, sebab ketika kasih itu sudah mulai dingin, kita akan merasakan kekejaman, mengalami penderitaan, dan lain sebagainya, itu adalah situasi yang begitu menyakitkan.
Tetapi, bagi mereka yang mau menjadi kecil, seperti semut, bangsa yang lemah, mereka akan berusaha mengumpulkan makanan pada musim panas. Selagi Tuhan berkemurahan bagi kita sekalian, mari kita mengumpulkan firman Allah sebagai makanan rohani, supaya kita mampu melewati musim dingin, yang akan terjadi.

Firman Tuhan bukanlah dongeng atau cerita-cerita isapan jempol, tetapi firman Tuhan itu, ya dan amin; telah terjadi dan akan kembali terjadi.
Sama seperti perjalanan bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun, itu merupakan alegoris, arti rohani dari perjalanan gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini.
Biarlah kita semakin sungguh-sungguh di dalam pengikutan kita kepada Tuhan, tidak ada waktu untuk bermain-main dan jangan permainkan ibadah pelayanan, pergunakanlah waktu ini sebaik-baiknya.
Sebab, Kerajaan Sorga bukan soal makan dan minum, bukan hal-hal yang lahiriah. Tidak ada artinya harta kekayaan kalau pada akhirnya binasa.
Harta, ijazah, kedudukan, posisi yang tinggi, tidak bisa / tidak mampu menyelamatkan jiwa, tetapi yang menyelamatkan jiwa adalah; jika kita menjadi kecil, berarti; merendahkan diri serendah-rendahnya, supaya kita menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga, sehingga barangsiapa menyambut anak kecil, berarti menyambut Yesus Kristus, menyambut duta besar Kerajaan Sorga, yang mewakili seisi Kerajaan Sorga.

Saya percaya, ibadah pelayanan ini telah kita bangun di atas dasar korban Kristus, bukan dibangun dengan kekuatan kita masing-masing, bukan dibangun dengan harta kekayaan, bukan dibangun dengan kepintaran, tetapi kita membangun ibadah pelayanan ini, betul-betul di atas dasar Korban Kristus.
Kalau kita membangun segala sesuatu, termasuk ibadah pelayanan, di atas dasar korban Kristus, tidak ada satupun manusia yang dapat mengganggu gugat ibadah pelayanan, bahkan setan sekalipun tidak mampu mengganggu gugat.
Barangkali, gereja A, gereja B membangun ibadah pelayanan di atas dasar yang lain, tetapi kita tidaklah demikian.
Kalau kita bersama-sama membangun ibadah ini di atas dasar korban Kristus, tidak ada yang mustahil, maka apa yang menjadi kerinduan kita, akan terwujud.
Kerinduan kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan, Gereja Pantekosta Tabernakel “Betania” Serang-Cilegon adalah; supaya firman pengajaran ini membumi di provinsi Banten, mulai dari pintu gerbang (timur) sampai ke Ruangan Maha Suci (barat).
Tetapi dengan syarat; kita harus bersatu hati / harus ada kesatuan hati, tidak boleh mementingkan diri sendiri, supaya tidak ada perpecahan.
Kalau mementingkan diri sendiri, maka tubuh Kristus tidak terlihat.
Oleh sebab itu, kepala tidak boleh berkata aku bukan kaki, jadi aku tidak membutuhkan kaki.
Anggota tubuh yang lainpun tidak boleh berkata; karena aku hanyalah pemain musik, berarti aku tidak melakukan yang lain, itu adalah kepentingan diri sendiri.

Biarlah ibadah pelayanan yang sudah dibangun di atas Korban Kristus ini, terus berjalan, tidak dirusak oleh apapun.
Jangan ijinkan roh jahat, roh najis menghambat pembangunan tubuh Kristus.
Ingat: sesuatu yang tidak baik, sesuatu yang tidak suci akan berujung pada kepahitan, percayalah, dan jangan biarkan kebenaran ditentukan oleh situasi / keadaan yang ada.
Tetapi biarlah betul-betul kita membangun ibadah ini di atas korban Kristus, supaya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna jangan terhambat.

Kembali kita memeriksa...
Matius 18: 1
(18:1) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"

Murid-murid bertanya kepada Yesus. Pertanyaannya adalah “Siapakah yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga?
Kalau kita perhatikan sekilas, pertanyaan ini bagus, ini adalah pertanyaan yang rohani, karena satu sisi kita melihat bahwa murid-murid menginginkan untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga.
Berarti, murid-murid merindukan untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

Tetapi kalau kita perhatkan pada ayat 2...
Matius 18: 2
(18:2) Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka

Ternyata 12 murid menginginkan menjadi yang terbesar dengan cara-cara dunia, dengan cara-cara manusiawi, karena setelah 12 murid bertanya, Yesus tidak segera menjawab pertanyaan itu, melainkan memanggil seorang anak kecil lalu menempatkannya di antara mereka.
Itu menunjukkan bahwa murid-murid menginginkan menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga, tetapi dengan cara- duniawi / manusiawi.

Lukas 22: 24-25
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.

Untuk menjadi yang terbesar dengan ukuran dunia;
-      Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka.
Berarti, untuk ukuran dunia, yang terbesar adalah raja-raja pemerintah-pemerintah, bangsa-bangsa.
-      Orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Pelindung-pelindung -> yang terbesar.
Siapakah pelindung-pelindung? Adalah mereka yang berkuasa di dunia ini, itulah yang terbesar, menurut ukuran dunia.

Kalau kita kembali perhatikan; murid-murid bertanya “Siapakah yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga?”.
Sekilas, pertanyaan ini rohani, tetapi setelah Yesus memanggil anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, di situlah kita mengetahui bahwa mereka menginginkan untuk menjadi yang terbesar dengan cara-cara dunia.

Akibat menginginkan yang terbesar dengan cara-cara duniawi.
AKIBAT PERTAMA
Lukas 22: 24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.

Kalau seseorang menginginkan untuk menjadi yang terbesar, justru pada saat itu terjadi perselisihan, terjadi pertengkaran satu dengan yang lain.
Saudaraku, barangkali mulut tidak bertengkar, tidak terjadi pertengkaran secara fisik, tetapi kalau suasananya tegang, tidak kondusif itu menunjukkan bahwa pertengkaran, perselisihan satu dengan yang lain sedang terjadi.
Oleh sebab itu, jangan pernah menginginkan menjadi yang terbesar dengan cara-cara duniawi.

AKIBAT KEDUA
Lukas 22: 31
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum,

Iblis menuntut untuk menampi Simon Petrus seperti gandum.
Berarti, Simon Petrus harus menghadapi ujian yang berat.
Saudaraku, ketika seseorang menghadapi ujian yang berat, pada saat itu seseorang akan mengalami sengsara yang besar, dan sengsaranya itu seperti gandum yang ditampi.

Perhatikan gandum yang ditampi?
Ketika penampian terjadi, gandum harus dilempar ke atas, kemudian dihentakkan / dibanting lagi dengan tampi, sampai jerami itu terpisah dari gandum (murni gandum).
Jadi, penderitaan itu digambarkan seperti: dihentakkan / dibanting, dilempar, supaya gandum itu terpisah dari jerami (murni).
Bagus dan baik sekali, kalau seseorang mampu menghadapi ujian yang berat, supaya ia dimurnikan seperti gandum yang ditampi, tetapi kalau setiap hari seseorang menghadapi ujian yang berat, siapa yang mampu?

Oleh sebab itu, jangan pernah menginginkan yang terbesar dengan cara-cara dunia, cara-cara manusiawi, di manapun kita berada, baik di rumah, di sekolah, di mana saja komunitas kita, sebab 2 hal itu akan terjadi, tidak bisa tidak. Firman Tuhan itu “ya” dan “amin”, Tuhan tidak pernah dusta = firman Tuhan akan tergenapi.

Supaya kita terlepas dari akibat-akibat karena menginginkan yang terbesar...
Jalan keluarnya bagi kita sekarang.
Matius 18: 3-5
(18:3) lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
(18:4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
(18:5) Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Jalan keluarnya; menyambut seorang anak kecil dalam nama Tuhan Yesus Kristus = menyambut Yesus Kristus.
Berarti, untuk menjadi kecil harus di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, jangan dibuat-buat.
-      Menjadi kecil dikerjakan oleh kasih-Nya, tabiat dari Tuhan = Allah Bapa.
-      Menjadi kecil dikerjakan oleh kebenaran firman, tabiat dari Yesus = Allah Anak.
-      Menjadi kecil dikerjakan oleh Roh Kudus, tabiat dari Kristus = Allah Roh Kudus.
Jadi, untuk menjadi kecil, jangan di buat-buat, harus di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Air muka jangan dibuat seperti rendah hati, tetapi harus di dalam nama Tuhan Yesus Kristus; saat memuji Tuhan harus sungguh-sungguh, jangan seperti merendahkan diri, namun itu dibuat-buat.

Anak kecil tidak bisa berbuat apa-apa = polos, jujur, tulus, tampil apa adanya.
Biarlah kita menjadi sama seperti anak kecil; polos, jujur, tulus, tampil apa adanya, sehingga dengan demikian, kita bebas untuk melayani Tuhan, tidak menjaga image, tidak kaku, karena dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Tetapi kalau dibuat-buat, kita tidak bebas menjangkau jiwa, karena menjaga image (menjadi kaku).
Bebaskan roh saudara dari segala keterikatan, kalau tidak, hanya bisa jaga image terus menerus, sehingga tidak dapat menjangkau jiwa, tidak sanggup melayani Tuhan dengan benar.
Kita bersyukur Tuhan memberi pemahaman ini, supaya kita tidak kaku melayani Tuhan.

Saudaraku, menyambut anak kecil, artinya; merendahkan diri serendah-rendahnya sampai berada di titik nol.
Titik nol adalah titik terendah.
Kalau turun ke angka satu, walaupun itu adalah angka yang paling kecil, tetapi angka satu masih ada nilainya.
Oleh sebab itu, jangan dibuat nilai terhadap diri, jangan dibuat harga, jangan pertahankan harga diri, sekalipun nilainya satu, tetapi biarlah kita berada di titik nol.
Berarti; merendahkan diri serendah-rendahnya, sampai tidak menganggap diri apa-apa, itulah nol = kosong.

Ketika kita melayani Tuhan di titik nol, Tuhan yang memberi isi, Tuhan yang memberi kemampuan, Tuhan yang memberi kekuatan, tetapi kalau kita berada di angka satu, Tuhan tidak akan mengisi, sebab angka satu masih ada isinya.

Sebagai contoh.
Lukas 22: 26
(22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.

Untuk menjadi yang terbesar; hendaklah menjadi yang paling muda.
-      Muda, berarti; selalu memberi penghormatan kepada yang tua.
Sekalipun usia tua, tetapi kalau menginginkan untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga, hendaklah menjadi yang paling muda, berarti; memberi hormat kepada yang paling tua.
-      Muda, berarti; senantiasa mau diajar.
Karena muda di sini, menggambarkan minim pengalaman / baru sedikit makan asam garam.
-      Muda, berarti; mengerahkan seluruh kekuatannya untuk pekerjaan Tuhan, sebab hiasan dari orang muda adalah kekuatannya.
Semakin orang muda kuat, semakin giat melayani Tuhan dan mengerahkan kekuatan untuk melayani Tuhan, itu semakin indah dilihat mata.
Tetapi kalau malas beribadah melayani Tuhan, lebih mengutamakan hal-hal yang lahiriah, berarti; tidak memiliki perhiasan = bukan orang muda.

Kita maju melangkah...
Ada 4 binatang yang terkecil di bumi.
Amsal 30: 24-28
(30:24) Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan:
(30:25) semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,
(30:26) pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu,
(30:27) belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur,
(30:28) cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.

Adapun keempat binatang yang terkecil itu adalah;
1.    Semut
Digambarkan seperti bangsa yang tidak kuat, itu sebabnya dia disebut salah satu binatang yang terkecil.
2.    Pelanduk
Disebut binatang yang kecil, karena dia adalah bangsa yang lemah.
3.    Belalang
Disebut binatang yang kecil, karena dia digambarkan tidak mempunyai raja.
Dalam kitab yang lain, bangsa yang tidak mempunyai raja akan hancur.
4.    Cicak
Disebut binatang yang kecil, karena mudah ditangkap dengan tangan.

Sebetulnya, binatang yang terkecil kalau menurut ukurannya, bukanlah keempat binatang di atas, masih ada yang lebih kecil lagi, misalnya; kutu, bakteri, dan sebagainya. Tetapi pernyataan kecil di sini bukan dilihat dari ukurannya, melainkan karena 4 binatang ini adalah binatang yang lemah

Malam ini, saya akan menyampaikan binatang yang kecil yang kedua...
Keterangan: PELANDUK

Amsal 30: 26
(30:26) pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu,

Pelanduk membuat rumahnya di bukit batu = mendirikan rumah di atas batu.
Pelanduk menyadari bahwa dia adalah salah satu binatang yang kecil, yang digambarkan seperti bangsa yang lemah, tetapi dia cekatan, oleh sebab itu dia membuat rumahnya di bukit batu = mendirikan rumah di atas batu.
Batu-> korban Kristus.

Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa yang kuat.
Saudaraku, kalau bangsa / seseorang merasa diri kuat, dia tidak akan mendirikan rumahnya di atas batu.

Terlebih dahulu kita melihat; bangsa / seseorang yang menganggap diri kuat.
Matius 21: 42-46
(21:42) Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
(21:43) Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.
(21:44) [Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.]"
(21:45) Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya.
(21:46) Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.

Kalau kita perhatikan di sini, tukang-tukang bangunan itu membuang batu, melempar batu, tidak menghargai batu yang mahal itu.
Tukang-tukang bangunan -> imam-imam kepala dan orang-orang Farisi = orang-orang yang merasa diri kuat / bangsa-bangsa yang merasa diri kuat.

Berarti; membuang batu, tidak menghargai batu yang mahal itu = tidak menghargai korban Kristus = tidak mendirikan rumahnya di atas batu = tidak mau membangun dirinya di atas korban Kristus.
Karena merasa diri hebat, besar dan kuat, sehingga imam-imam kepala, orang-orang Farisi tidak membutuhkan batu yang mahal itu.
Coba saja saudara perhatikan orang yang merasa diri hebat, merasa diri kuat, dia pasti mengandalkan kepintarannya, dia mengandalkan kekuatannya, ototnya dan hartanya, dia merasa tidak perlu berdiri di atas korban Kristus = berdiri di atas kebenaran diri sendiri.

Kalau kita memandang korban Kristus, dan itu kita jadikan landasan, patokan, ukuran dalam segala sesuatu / dasar hidup kita, kita pasti kuat, tetapi kalau kita membangun hidup kita di atas dasar manusiawi, di situlah seseorang akan mudah sekali goyah, dan akhirnya rubuh.
Seberapa besar kekuatan manusia menghadapi situasi yang ada? sehingga manusia tidak menghargai ibadah, tidak menghargai korban Kristus.
Tetapi di sini kita perhatikan, pelanduk, bangsa yang lemah, dia menyadari diri lemah, sehingga dia mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian, kalau kita perhatikan di sini...
Matiis 21: 44
(21:44) [Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.]"

Kalau menghargai batu penjuru, berarti;
-      barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur.
-      barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.
= menjadi korban sembelihan di hadapan Tuhan (Mazmur 51: 19).
Korban sembelihan di hadapan Tuhan adalah jiwa yang hancur hati yang remuk dan patah.

Tetapi, apakah mereka mau menjadi korban sembelihan?
1 Petrus 2: 7-8
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
(2:8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

Tukang-tukang bangunan itu tersandung terhadap Korban Kristus, terhadap salib Kristus, karena mereka tidak taat kepada firman Tuhan = tidak patuh pada ajaran yang benar.

Setialah beribadah melayani Tuhan; kekuatan kita, kepintaran, uang, harta, kekayaan, tidak mampu menghadapi masalah.
Kalau merasa diri lemah, berdirilah di atas korban Kristus. Terlebih imam-imam, tekun beribadah melayani Tuhan, tekun dalam 3 macam ibadah utama, sesuai dengan pola yang Tuhan tunjukkan kepada Musa.

Hargailah salib Kristus, hargailah korban Kristus, setia beribadah melayani Tuhan, itu menandakan seseorang berdiri di atas korban Kristus. Taatlah kepada firman Tuhan, maka seseorang tidak akan tersandung.

Perlu kita ketahui...
Kalau tidak berdiri di atas korban Kristus, apa kekuatan untuk menghadapi arus yang begitu deras?
Pengaruh dunia ini deras sekali, misalnya;
-      Rambut berdiri, ikut-ikutan dengan rambut yang berdiri.
-      Rambut dicat merah, ikut-ikutan dengan rambut  dicat merah.
-      Celana bagian belakang dipelorotin, ikut-ikutan melorotin celana bagian belakang.

Saya mengkuatirkan kalau seseorang tidak mau membangun hidupnya di atas batu penjuru / tidak membangun hidupnya di atas korban Kristus (salib Kristus).
Tetapi bagi anak-anak Tuhan yang berdiri di atas korban Kristus, saya tidak kuatir terhadap dia, di manapun dia berada saya tidak kuatir, karena ada darah Yesus menetes atasnya.

Sekarang, kita kembali melihat; pelanduk yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Efesus 2: 20-22
(2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
(2:21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
(2:22) Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Kalau rumah dibangun di atas batu penjuru, maka;
-      Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan.
Saya rindu melihat ibadah pelayanan ini semakin bertumbuh, sebab di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan.
Asal saja kita sungguh-sungguh membangun ibadah pelayanan ini, hidup ini di atas dasar korban Kristus, seluruh bangunan bertumbuh; ibadah pelayanan bertumbuh, segala sesuatunya bertumbuh ke atas dan secara otomatis akan berkembang ke kiri dan ke kanan (Yesaya 27: 6).

-      Rapi tersusun.
Mulai dari berbicara rapi tersusun, tidak asal mengumbar kata-kata, kemudian tingkah laku rapi tersusun, melayani Tuhan rapi tersusun, beribadah kepada Tuhan rapi tersusun, melakukan segala sesuatu rapi tersusun, itulah rumah yang dibangun di atas batu penjuru, di atas korban Kristus

-      Menjadi Bait Allah yang kudus di dalam Tuhan.
= hidup di dalam kekudusan = hidup suci.
Mulai dari cara berfikir suci, kemudian sudut pandang harus suci, di dalam hatipun harus suci, sekalipun tidak dilihat oleh mata manusia, supaya kita dapat membantu orang lain tidak tersandung.

Saudaraku, sadar atau tidak sadar, ketika cara berpikir, cara berbicara, sudut pandang seseorang tidak suci, orang lain bisa tersandung.
Saudara harus pikirkan orang lain, oleh sebab itu harus menjadi rumah Tuhan yang suci, sungguh-sungguhlah perhatikan firman Tuhan.
Jangan karena kehidupan yang tidak suci, orang lain tersandung.
Contoh tersandung / sandungan;
a.     Nyanyian berbalas-balasan, itu adalah sandungan.
b.    Orang lain jadi panas hati, itu juga sandungan.
Terkutuklah orang yang tersandung tetapi lebih terkutuk lagi orang yang menjadi batu sandungan.

Apakah saudara tidak terharu, betapa luar biasanya korban Kristus menjadikan kita sebagai orang yang kuat?
Apakah saudara tidak terharu, kalau ibadah pelayanan ini bertumbuh ke atas, dan berkembang ke kiri dan ke kanan?
Apakah saudara tidak terharu, kalau kita hidup menjadi orang yang rapi tersusun, mulai dari berbicara, cara berpikir, sudut pandang semuanya tersusun dengan rapi?
Apakah saudara tidak terharu, kalau kehidupan kita menjadi tempat kediaman Allah di dalam Roh?
Apakah saudara tidak terharu, kalau rumah yang dibangun di atas korban Kristus itu menjadi rumah Tuhan yang hidup dalam kesucian, sehingga orang lain tidak tersandung?

Biarlah malam ini kita bersama-sama mengakui segala kekurangan kita, katakan; “Tuhan, saya lemah. Saya seperti pelanduk, saya kecil, tetapi saya mau membangun hidupku di atas korban Kristus”.
Jangan ijinkan sesuatu yang tidak suci menguasai hati pikiran kita, tetapi biarlah kebenaran firman itu bertahan, tidak terpengaruh oleh situasi keadaan / lingkungan.

Efesus 2: 22
(2:22) Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Akhirnya, bangunan yang tumbuh, rapi tersusun, kemudian Bait Allah yang kudus di dalam Tuhan, akan menjadi tempat kediaman Allah di dalam Roh.

Kuasa bila dibangun di atas dasar korban Kristus.
Matius 7: 24-25
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
(7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Kalau rumah didirikan di atas batu, sekalipun 3 hal terjadi, yaitu turunlah hujan, datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh.
Rubuh = jatuh dalam dosa.

Jadi, kuasanya; tidak rubuh, tidak jatuh dalam berbagai macam dosa, yang disebabkan oleh;
-      Turunlah hujan.
Gambaran dari penghulu di udara, itulah tipu muslihat, tipu daya dari iblis setan.
-      Datanglah banjir.
Itulah dosa kenajisan.
-      Angin melanda.
Itulah pengajaran palsu dari hamba-hamba Tuhan yang mengajarkan ajaran-ajaran yang palsu.

Karena kita telah mendirikan rumah di atas batu, kita sanggup menghadapi tipu muslihat, tipu daya dari iblis setan, kita kuat atas dosa kenajisan, kita terlepas dari pengaruh ajaran palsu = kuat dan kokoh.

Hasilnya:
1 Petrus 2: 6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

Barangsiapa percaya kepada batu yang mahal itu, maka ia tidak dipermalukan, justru sebaliknya, diangkat bahkan dipermuliakan.
Biasanya yang menyebabkan seseorang malu adalah;
-      Dosa / ketelanjangan
-      Kebodohan (bodoh)
-      Kekurangan (baik secara jasmani, maupun rohani), dan lain sebagainya.

Marilah kita mempercayakan diri sepenuhnya kepada batu yang mahal itu, karena dengan demikian, saya dan saudara tidak dipermalukan, dengan syarat; senantiasa berada di gunung Sion, di rumah Allah Yakub, karena di situlah Allah meletakkan batu yang terpilih dan yang mahal itu.
Gunung Sion -> rumah Allah Yakub, tempat beribadah dan melayani Tuhan.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment