KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, October 6, 2012

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 05 OKTOBER 2012

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 
05 OKTOBER 2012

Subtema: PENGAJARAN YANG BENAR MELEPASKAN DIRI DARI KUBANGAN BABI.

Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya besar, kita boleh beribadah malam hari ini.
Pergunakan waktu yang singkat ini, jangan disia-siakan, sebab ada masanya nanti orang tidak bisa beribadah, orang tidak menemukan kebenaran firman Tuhan.
Biarlah kita semakin sungguh-sungguh menguduskan diri kepada Tuhan, sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada Tuhan, setia beribadah dan melayani Tuhan, tidak usah mengeraskan hati, supaya kita berhasil dan semakin giat menjelang kedatangan Tuhan untuk yang kedua kalinya. 

Kembali kita memeriksa kitab Maleakhi 2: 6
(2:6) Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnyaDalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.

Allah menunjukkan 3 hal tentang orang Lewi, kepada para imam yang melayani di Tabernakel;
I.     Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya.
II.    Kecurangan tidak terdapat pada bibirnya.
III.  Dalam damai sejahtera dan kejujuran, orang-orang Lewi mengikuti Tuhan.

Sekarang kita perhatikan keterangan yang pertama.
Keterangan:
I.     PENGAJARAN YANG BENAR ADA DALAM MULUTNYA.
Dikaitkan dengan; pelayanan Yesus Kristus.

Matius 7: 28
(7:28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,

Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya.
Berarti, di dalam mulut Yesus terdapat pengajaran yang benar.

Adapun pengajaran-pengajaran itu, antara lain;
1.    Hal penghakiman (Matius 7: 1-5).
2.    Hal yang kudus dan berharga (Matius 7: 6).
3.    Hal pengabulan doa (Matius 7: 7-11).
4.    Jalan yang benar (Matius 7: 12-14).
5.    Hal pengajaran yang sesat (Matius 7: 15-23).
6.    Dua macam dasar (Matius 7: 24-27).

Itulah pengajaran yang disampaikan oleh Yesus Kristus kepada orang banyak, dan ketika pengajaran yang benar itu disampaikan, mereka semua takjub.
Pengajaran mempelai ini membuat hidup kita menjadi takjub, karena apa yang tidak ada menjadi ada, kemudian yang mati dihidupkan kembali, kemudian pengajaran mempelai mendewasakan rohani kita, dan puncaknya membawa sidang-Nya masuk dalam pesta nikah Anak Domba, itu semua karena pengajaran yang benar, sampai membuat kita takjub.

Dua minggu lalu kita sudah memperhatikan hal penghakiman, yaitu tidak boleh menghakimi diri sendiri, orang lain, dan tidak boleh menghakimi iblis setan dengan kata-kata hujat.
Kemudian, minggu lalu, kita telah memperhatikan hal yang kudus dan berharga, bagian yang pertama, yaitu jangan memberikan barang yang kudus kepada anjing.
Semoga malam ini kita juga dibuat takjub oleh pengajaran yang benar, yang keluar dari mulut Yesus.

Sekarang kita memperhatikan;
HAL YANG KUDUS DAN BERHARGA (Bagian B)

Matius 7: 6
(7:6) "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Dalam ayat 6 ini, ada 2 hal yang dinyatakan;
A.    Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing.
B.    Jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi.

Terlebih dahulu kita melihat tentang; BABI
2 Petrus 2: 22
(2:22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."

Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
Artinya; kehidupan yang telah dibersihkan oleh air firman Tuhan, kembali lagi mengulangi dosa-dosa / kesalahan- di waktu-waktu yang lalu.

Sedikit kesaksian.
Ketika saya masih kecil, di Sumatera (kec. Pakkat), seringkali saya memperhatikan babi, karena pada waktu itu babi masih dibiarkan berkeliaran. Babi yang sudah bersih, kembali lagi ke kubangan, dan kesukaannya memang kubangan, bukan yang lain-lain.
Kegiatan nomor satu selain makan dan minum adalah kubangan, tidak ada lagi yang lain selain itu, dan itu mutlak bagi babi.
Tidak ada babi yang menghindari kubangan, justru kesukaannya adalah kubangan.

1 Petrus 4: 4
(4:4) Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu.

Kubangan di sini, disebut juga ketidaksenonohan.

Bagi babi, kesukaannya adalah mencemplungkan diri ke dalam kubangan ketidaksenonohan itu. Kalau orang lain tidak turut mencemplungkan diri, maka ia akan memfitnah orang lain, menyatakan orang lain yang salah, sesungguhnya dia yang salah.

Mari kita lihat; kubangan (ketidaksenonohan)
1 Petrus 4: 3
(4:3) Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.

Adapun kubangan itu, antara lain;
1.    Hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu.
Hawa nafsu adalah tabiat dari daging.
Kemudian tabiat daging banyak sekali, itu sebabnya di sini dikatakan “hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu”, maksudnya adalah menuruti tabiat daging yang begitu banyak macamnya.

2.    Hidup dalam keinginan.
Ini juga merupakan kubangan dari babi.
Saudaraku, kalau menuruti keinginan yang bukan keinginan dari Tuhan, itu adalah ambisi, hati-hati, dengan keinginan!
Banyak keinginan di dunia ini, kalau itu bukan merupakan bagian dari keinginan / rencana Tuhan, berarti itu adalah keinginan manusia = ambisi.

Setiap orang punya keinginan, saya sendiri punya keinginan, tetapi kalau keinginan itu bukan keinginan Tuhan, itu merupakan ambisi.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan malam ini, karena malam ini, pemikiran, hati kita, pandangan kita, segala sesuatu diterangi oleh firman Tuhan. Itu adalah keuntungan bagi kita, karena kita setia beribadah melayani kepada Tuhan.

Saudara, kalau kita membaca kisah tentang Lot; ia berada di daerah Sodom, itu karena keinginannya, bukan keinginan Tuhan. Setelah Sodom dan Gomora ditunggangbalikkan, Lot dan kedua putrinya diselamatkan dan berada di Zoar.
Selanjutnya, Lot menetap di sebuah goa, karena Lot takut tinggal di Zoar, pada saat itulah kedua putrinya berzinah dengan Lot, sehingga anak yang pertama melahirkan Moab, dan anak perempuan Lot yang kedua melahirkan Amon. Namun kalau kita perhatikan, akhirnya Moab dan Amon menjadi musuh dari bangsa Israel. Ini harus diperhatikan, supaya kita tidak dikuasai oleh roh ambisi (keinginan sendiri).

3.    Hidup dalam kemabukan
Mabuk, artinya; merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, lebih dari yang lain dalam segala sesuatu.
Orang mabuk disebut juga orang-orang malam (1 Tesalonika 5).
Sesuai dengan pernyataan Tuhan, kalau mabuk, mabuk waktu malam.
Malam = gelap = hidup di dalam kegelapan dosa, itu adalah orang-orang mabuk.

4.    Hidup dalam pesta pora
Pesta pora = pesta yang meriah, pesta yang besar, pesta yang mewah.
Saudaraku, pesta pora bertolak belakang dengan pesta nikah Anak Domba.

Wahyu 19: 7-9
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Mereka yang diundang masuk dalam pesta nikah Anak Domba, dikaruniakan pakaian putih.
Pakaian putih, itulah perbuatan-perbuatan benar dari orang-orang kudus.
Keadaan mereka yang diundang dalam pesta nikah Anak Domba, penuh dengan sukacita sorgawi yang dikerjakan Roh Kudus, tetapi berbeda dengan keadaan orang yang berpesta pora, penuh dengan sukacita yang berasal dari dunia ini.

Pesta nikah Anak Domba, itu bukan dongeng nenek-nenek tua / cerita yang kosong, tetapi nyata suatu kali kelak. Suatu saat nanti, pesta nikah ini akan terwujud.
Itu sebabnya dalam pengajaran mempelai tidak ada cerita-cerita, dongeng nenek-nenek tua.
Tidak salah kalau ada pesta, tetapi jangan hanya mencari kemeriahan / riuh pikuknya dunia ini, jangan itu saja yang dicari.

5.    Hidup dalam perjamuan minum
Saudaraku, perjamuan minum, berarti; menjamu orang lain, hanya untuk minum minuman.
Kalau kita menjamu orang lain hanya untuk minum-minuman, itu juga disebut perbuatan yang sia-sia, karena menghabiskan banyak waktu, tanpa arti bagi Tuhan.

1 Petrus 4: 2
(4:2) supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.

Kalau menjamu orang lain hanya untuk minum-minuman, waktu yang ada habis dengan sia-sia.
Kalau hanya bertemu dan minum minuman dengan orang lain untuk menghabiskan waktu, kiranya itu jauh dari kita semua, karena menurut saya, itu tidak ada artinya.

Berbanding terbalik kalau kita masuk dalam perjamuan suci.
1 Korintus 11: 23-24
(11:23) Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
(11:24) dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
(11:25) Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
(11:26) Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Perjamuan suci, yaitu;
-      makan daging Yesus, itulah roti yang dipecah-pecahkan = roti tanpa ragi / tanpa dosa kejahatan = hidup tanpa ragi.
-      dan minum darah Yesus, itulah anggur dalam cawan = satu di dalam pengorbanan Yesus Kristus.

Kalau kita mengadakan perjamuan suci, itu artinya kita memberitakan (membawa) kematian Tuhan, sampai Ia datang untuk yang kedua kalinya.

2 Korintus 4: 7-10
(4:7) Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
(4:8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
(4:9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
(4:10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

Kalau kita membawa (mengingat) kematian Yesus dalam kehidupan kita, berarti; memperoleh kekuatan yang berlimpah-limpah yang berasal dari Allah, itulah harta di dalam bejana tanah liat.

Saudaraku, bejana tanah liat itu rapuh dan mudah hancur, demikianlah kehidupan kita semua.
Tetapi kalau kita membawa kematian Yesus dalam kehidupan kita, kita kuat dan tidak rapuh.
Apa kekuatan kita kalau kita tidak membawa kematian Yesus dalam hidup kita?
Harta, kemampuan, kepintaran? Itu semua tidak bisa membuat kita kuat, tetapi yang membuat kita kuat adalah harta dalam bejana tanah liat, berarti; membawa kematian Yesus di dalam hidup kita.

Bukti seseorang kuat.
-      Dalam segala hal kami ditindas namun tidak terjepit.
Orang yang tertindas biasanya terjepit, dengan kata lain, tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi kita lihat di sini, orang yang memperoleh kekuatan, karena membawa kematian Yesus di dalam hidupnya, maka ia kuat, dan tidak terjepit.
-      Habis akal namun tidak putus asa.
Kalau orang habis akal, sepertinya tidak ada jalan keluar, sehingga banyak orang yang putus asa.
Tetapi kalau harta itu ada di dalam bejana tanah liat, sekalipun bejana tanah liat itu rapuh, sekalipun habis akal, namun tidak putus asa, tidak kecewa.
-      Dianiaya namun tidak ditinggalkan sendirian.
Teraniaya namun tidak ditinggalkan sendiri.
Kalau dahulu saya ingat sebelum di dalam Tuhan, sedikit saja aniaya, saya merasa sepertinya Tuhan tidak bersama dengan saya. Tetapi sekarang, kata-kata itu tidak keluar lagi sekalipun teraniaya, semua karena kemurahan Tuhan.
-      Dihempaskan namun tidak binasa.
Mengapa? Karena kita memiliki kekuatan.
Di dalam bejana tanah liat ada harta, yaitu membawa kematian Yesus Kristus di dalam diri kita.

Untuk menjadi kuat, saudara tidak perlu melatih badan, sebab latihan badani terbatas gunanya, kemudian untuk menjadi kuat tidak perlu fitness / olahraga, dan sebagainya, seperti Ade Rai, tetapi datang saja kepada Tuhan, taat setia dengar-dengaran kepada firman Tuhan, tergembala dengan baik dalam satu kandang satu gembala = tinggal di dalam Tuhan, Tuhan dan kematian-Nya di dalam kita.

6.    Hidup dalam penyembahan berhala
Berhala adalah segala sesuatu yang melebihi dari pada Tuhan.
Kalau sesuatu itu melebihi dari Tuhan, itu adalah berhala, apapun bentuknya.
Kalau seseorang lupa beribadah karena pekerjaan, pekerjaan itu disebut berhala.
Dalam 1 Petrus 4: 3, dikatakan; penyembahan berhala adalah hal yang terlarang.

Kalau kita perhatikan;
-      Ketika bangsa Israel menyembah patung lembu emas tuangan, terjadi banyak kesalahan (Keluaran 32: 1-8).
Kemudian, di dalam penyembahan berhala terdapat roh najis, itu sebabnya, pada saat mereka menyembah patung lembu emas tuangan, mereka juga makan dan minum, selanjutnya bangsa itu bangkit dan bersukacita.
Makan dan minum = dosa seks.
-      Kemudian, terulang kembali penyembahan berhala yang kedua kalinya, ketika bangsa Israel sampai di Sitim, mereka menyembah allah orang Moab, yaitu berpasangan dengan Baal-Peor, di situ juga terjadi kesalahan-kesalahan, yaitu mempersembahkan korban sembelihan kepada Baal-Peor dan turut makan dari apa yang dipersembahkan kepada Baal-Peor (Bilangan 25: 1-4).
·         Makan makanan yang dipersembahkan kepada Baal-Peor, artinya; menuruti kebenaran (aturan) yang berasal dari berhala itu sendiri.
·       Mempersembahkan korban kepada Baal-Peor, artinya; rela berkorban hanya untuk berhala.
Banyak sekali gereja Tuhan berkorban hanya untuk sesuatu yang tidak perlu, yang tidak penting bagi Tuhan.

Selain roh najis, di dalam penyembahan berhala, terdapat juga kebodohan-kebodohan, seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel ketika menyembah patung lembu emas tuangan dan ketika berpasangan dengan Baal-Peor.

Oleh sebab itu, biarlah kita memperhatikan 6 kubangan ini supaya kita tidak mencemplungkan diri di dalamnya.

Praktek babi yang mandi kembali ke kubangan.
2 Petrus 2: 20-21
(2:20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.
(2:21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.

Prakteknya; melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, karena pengenalan akan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi terlibat lagi di dalamnya = telah dibenarkan oleh firman Tuhan, tetapi kemudian berbalik dari firman Tuhan yang menguduskan itu.

Jadi, kalau kita semua adalah orang-orang yang cemar karena dunia dan arusnya yang begitu deras sekali, lalu kita mengenal Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat, kemudian karena pengenalan itu, kita melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia ini.
Tetapi kalau kembali mencemarkan diri, meninggalkan firman Tuhan yang menguduskan seseorang, ini adalah praktek babi yang mandi kembali ke kubangan.

Saya dan kita semua, sudah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia ini karena pengenalan akan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi kalau kembali lagi / terlibat lagi dalam kecemaran dunia, inilah praktek babi yang mandi kembali ke kubangan, dan ini sangat disayangkan.
Terlibat dalam kecemaran dunia = menajiskan diri = haram di hadapan Tuhan.

Imamat 11: 7
(11:7) Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.

Kalau seseorang meninggalkan kebenaran firman Tuhan / firman Tuhan tidak mendarah daging, maka ia menjadi haram, menjadi najis di hadapan Tuhan.

·      Memamah biak = mendengar / menerima firman Tuhan dan melakukan firman Tuhan, sampai firman itu mendarah daging.
Seperti lembu sapi, pada siang hari makan rumput sebanyak-banyaknya, kemudian malam hari, dikunyah kembali, sampai memperoleh sari-sari dari makanan itu, itulah memamah biak.
Kalau seseorang telah dibenarkan, disucikan, tetapi terlibat kembali di dalamnya (kecemaran-kecemaran dunia), menjadi haram, najis di hadapan Tuhan = tidak memamahbiak.

·      Kuku berbelah dua -> firman Tuhan, yaitu;
-      kuku yang satu -> perjanjian lama.
-      kuku yang satu -> perjanjian baru.
Tetapi apa artinya memiliki pengertian tentang kebenaran firman Tuhan, kalau firman Tuhan itu tidak mendarah daging (memamah biak). Kalau mengerti firman Tuhan, tetapi tidak menjadi pelaku (membelakangi firman yang menguduskan seseorang), maka ia haram dan najis di hadapan Tuhan.

·      Babi hutan, itu gambaran dari kehidupan yang tidak tergembala = liar, dan menjadi binatang buas.
Saudara, perhatikanlah perbedaan antara babi PELIHARAAN dengan BABI HUTAN.
-      Kalau babi peliharaan, sampai tuapun dia tidak akan punya taring.
-      Tetapi babi hutan, kalau sudah tua, gigi taringnya akan memanjang = binatang buas.
Saudara, kita harus menyadari kalau seseorang hidup menurut keinginan daging, berarti dia sedang diterkam oleh binatang buas.
Berarti kesimpulannya; sidang jemaat harus tergembala dengan baik dalam satu kandang satu gembala, tidak liar, supaya taat setia dengar-dengaran. Itu sudah menjadi keharusan, tidak bisa tidak = terlepas dari binatang buas = tidak menuruti tabiat-tabiat daging.

Akibat babi yang mandi kembali ke kubangan:
Matius 8: 31
(8:31) Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu."

Kalau kita perhatikan di sini, setan meminta kepada Yesus supaya dipindahkan ke dalam kawanan babi = babi menjadi tempatnya setan-setan, yaitu roh-roh jahat dan roh-roh najis .

Saudaraku, jika di antara kita masih memiliki banyak kekurangan, banyak kesalahan, juga masih suka kembali ke kubangan, mari kita bersama-sama memperhatikan firman Tuhan. Pengajaran yang benar keluar dari mulut Yesus, itu harus diperhatikan dengan baik, supaya pengajaran yang benar itu, menguduskan kita semua.

Supaya kita tidak menjadi haram / najis di hadapan Tuhan, mari kita lihat jalan keluarnya.
Matius 7: 6
(7:6) "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi.
Mutiara = barang yang berharga.

Mari kita lihat; barang yang berharga itu.
Matius 13: 45
(13:45) Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
(13:46) Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Mutiara yang berharga diumpamakan seperti Kerajaan Sorga.
Saudaraku, orang yang mencari Kerajaan Sorga, di sini kita perhatikan; seperti seorang pedagang yang menemukan mutiara yang berharga, selanjutnya ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli mutiara itu.

Matius 19: 18-20
(19:18) Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
(19:19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
(19:20) Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
(19:21) Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."

Yesus menyampaikan kepada orang muda yang kaya itu, untuk menjual seluruh miliknya, supaya ia memperoleh kerajaan Sorga.

Matius 19: 22
(19:22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Orang muda yang kaya ini tidak mau menjual seluruh harta miliknya, itu dilihat dari kesedihannya.
Berarti, orang muda ini digambarkan juga seperti babi, yang lebih menyukai kubangan dari pada mutiara yang indah dan berharga, itulah Kerajaan Sorga.

Kita bandingkan dengan; Petrus cs.
Matius 19: 27-28
(19:27) Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
(19:28) Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Berbeda dengan orang muda kaya, yang mempertahankan harta kekayaannya, sebab Petrus telah meninggalkan segala sesuatu = menjual segala harta miliknya.

Kemudian, adapun harta milik yang harus dijual antara lain;
Matius 19: 29
(19:29) Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.

1.    Rumahnya.
= sangkal diri pikul salib.
2.    Saudara laki-laki / perempuan.
= melepaskan diri dari hawa nafsu daging.
3.    Bapa ibunya.
Artinya; menjadi anggota tubuh Kristus = tubuh dan kepala menyatu.
4.    Meninggalkan anak-anaknya.
= melakukan kehendak Allah Bapa.
5.    Meninggalkan ladangnya.
= tidak terikat dengan usaha pekerjaan.

Inilah seluruh harta milik yang dipunyai setiap orang di muka bumi ini yang harus dijual, untuk memperoleh kerajaan Sorga.

Saya tidak menjelaskan secara rinci tentang kelima hal di atas sebagai harta milik yang dipunyai, karena saya sudah sampaikan pada kebaktian Ibadah Kaum Muda Remaja, 22 September 2012  ( http://gptserangcilegon.blogspot.com/2012/09/ibadah-kaum-muda-remaja-22-september_980.html ).

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment