KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, February 26, 2018

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 14 FEBRUARI 2018

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 14 FEBRUARI 2018

(Seri 140)
KITAB KOLOSE

Subtema: DARAH SUCI KARENA TIDAK MEMBUKA MULUT.

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan Tuhan, kita diberi kesempatan untuk mengusahakan dan memeliharakan Ibadah Doa Penyembahan ini, dan selanjutnya kita akan berada di bawah kaki salib Tuhan, tersungkur di hadapan takhta kasih karunia, sujud menyembah Allah yang hidup. Dia berkuasa, berdaulat atas pribadi kita lepas pribadi.

Saya juga menyapa umat Tuhan, anak Tuhan, hamba Tuhan di dalam dan luar negeri yang senantiasa mengikuti video internet live streaming youtube dan facebook di manapun anda berada. Salam persekutuan di antara kita.
Kiranya kasih karunia, damai sejahtera menjadi bagian kita dari malam ini sampai selama-lamanya.

Segera saja kita perhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 2.
Kolose 2: 1-14, dalam susunan Tabernakel terkena pada kaki dian emas atau kandil, di mana tujuh pelita menyala di atas kaki dian.

Keluaran 25: 31
(25:31) "Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni; dari emas tempaan harus kandil itu dibuat, baik kakinya baik batangnya; kelopaknya -- dengan tombolnya dan kembangnya -- haruslah seiras dengan kandil itu.

Kaki dian emas (kandil) seluruhnya dibuat “Dari emas murni, dari emas tempaan.”
Ditempa, berarti dipanaskan, tujuannya; supaya mudah dipukul dan dibentuk menjadi kaki dian emas, tujuh pelita menyala di atasnya.

Demikian juga sidang jemaat harus mengalami proses sengsara yang semacam ini untuk dapat menjadi terang di tengah-tengah dunia yang gelap ini.
Apa tanda dunia ini gelap? Bengkok hatinya dan sesat.

Kolose 2: 1
(2:1) Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi,

Rasul Paulus berkata: “Betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu.Dengan demikian Rasul Paulus telah ditempa untuk menjadi kaki dian emas atau kandil.
Pendeknya, sengsara salib yang kita alami di tengah-tengah ibadah pelayanan ini adalah satu-satunya cara untuk menjadikan kita sebagai terang di tengah dunia ini.
Terkhusus perjuangan berat yang dialami Rasul Paulus dalam mendoakan sidang jemaat di Laodikia.

Kolose 4: 10, 15-16, 18
(4:10) Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan Barnabas -- tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia, apabila dia datang kepadamu --
 (4:15) Sampaikan salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia; juga kepada Nimfa dan jemaat yang ada di rumahnya.
(4:16) Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu.
(4:18) Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karunia menyertai kamu.
Rasul Paulus bergumul dalam doa dan dalam segala perjuangan yang berat, sebab ia menulis surat kepada sidang jemaat di Laodikia dari dalam penjara, dari balik jeruji. Itu yang dimaksud tentang hal ihwal dari pada Rasul Paulus. Inilah yang dimaksud dengan pergumulan berat yang dialami Rasul Paulus.
Dibalik jeruji dia bergumul dalam doa untuk jemaat di Laodikia, dibalik jeruji dia bergumul untuk menuliskan surat untuk disampaikan kepada jemaat di Laodikia. Dia bergumul, berarti dia betul-betul memikirkan sidang jemaat di Laodikia.

Pertanyaannya: Mengapa Rasul Paulus harus bergumul dalam doa? Baik juga bergumul lewat mengirimkan tulisan (pesan) kepada sidang jemaat di Laodikia?
Pertanyaan ini harus dijawab. Segera saja kita perhatikan ...
Wahyu 3: 14-15
(3:14) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
(3:15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!

Setelah dikoreksi oleh firman dari Amin, ternyata terlihatlah keadaan dari sidang jemaat di Laodikia, di mana mereka dalam pengikutan kepada Tuhan; tidak dingin dan tidak panas = suam-suam kuku di tengah-tengah pengiringan mereka kepada Tuhan.

Wahyu 3: 16-17
(3:16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
(3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,

Penyebab suam-suam kuku: jemaat di Laodikia BERGANTUNG KEPADA HARTA DAN KEKAYAAN.
Sesuai dengan pengakuan mereka: “Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa.
Inilah yang menyebabkan sehingga mereka tidak dingin dan tidak panas atau suam-suam kuku di dalam mengikuti, mengiringi Tuhan.

Sekarang kita melihat ...
1 Petrus 1: 18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
(1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Kita harus tahu, bahwa kita semua ditebus dari cara hidup yang sia-sia atau dosa warisan, bukan dengan barang fana, yaitu harta dan kekayaan, bukan dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Jadi, darah yang mahal yaitu darah Kristus, yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Dia dianiaya (teraniaya) tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya. Dengan demikian darah Yesus menjadi darah yang mahal.
Ini sesuatu yang luar biasa.

Membuka mulutnya, artinya;
-        Membela diri karena benar = merasa diri benar.
-        Membalas kejahatan dengan kejahatan = berada di bawah hukum Taurat, berarti menjalankan ibadah secara lahiriah saja.
Sebaliknya, orang yang suka membuka mulutnya, maka darah yang mengalir di dalam hidupnya telah tercemari dengan dosa, baik dosa kejahatan, baik dosa kenajisan.

Tadi kita sudah melihat; Dia teraniaya tetapi membiarkan diri tertindas dan tidak membuka mulutnya, itu sebabnya darah yang mengalir dalam tubuh Yesus menjadi mahal sebab tidak tercemari dengan dosa, tidak bercacat cela.
Sebaliknya ketika mengalami aniaya mulut terbuka, maka darah yang mengalir dalam hidup orang semacam ini, tercemari dosa. Itu sebabnya pelayanan dari imamat Lewi tidak sempurna.
Saya pesankan untuk sekarang dan selama-lamanya; jangan suka membuka mulut lagi. Belajar untuk berdiam diri karena kita ditebus bukan dengan barang yang fana, kita ditebus dari dosa warisan, dosa nenek moyang, itulah perbuatan yang sia-sia, bukan dengan barang yang fana, bukan dengan harta dan kekayaan, juga bukan dengan perak dan emas tetapi dengan darah yang mahal.
Ketika dia teraniaya dia membiarkan diri tertindas, tidak membuka mulutnya, sehingga darah yang mengalir di dalam tubuh Yesus tidak bercacat cela, tidak ternodai dengan dosa kejahatan, tidak tercemari dengan dosa kenajisan.
Sudah salah, banyak mulut, pasti darah yang mengalir dalam hidup orang semacam ini tercemari dengan banyak dosa, termasuk kenajisan.

Kalau mulut terbuka, darah yang mengalir dalam tubuhnya ternodai dengan dosa kejahatan dan dosa kenajisan, tetapi tidak demikian dengan Ayub.
Ayub 1: 20-22
(1:20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
(1:21) katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
(1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Yang pertama; Ayub kehilangan harta dan kekayaan, serta kehilangan tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.
Ketika menghadapi ujian yang pertama, Ayub berkata: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”’
Jadi apapun yang dilakukan oleh Tuhan, Ayub tetap memuji nama Tuhan. Apapun yang kita alami, yang terjadi sesuai dengan kehendak Tuhan, tetaplah nama Tuhan dipuji.

Pendeknya; Ayub tidak berdosa sebab ia tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Dosa itu terjadi ketika mulut terbuka. Tetapi di sini Ayub tidak berdosa, sebab ia tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut, mulutnya tetap tertutup.
Sebaliknya, di sini kita bisa melihat; dua tindakan Ayub saat mengalami ujian yang pertama.
-        Ayub mengoyak jubah = jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk, menunjukkan bahwa Ayub menjadi domba sembelihan.
-        Mencukur kepala = merasa diri hina dan tidak layak karena dosa.
Biasanya orang kalau mengalami ujian, selain mulut terbuka, dia segera meninggalkan Tuhan, sama seperti keluarga Elimelekh, dia meninggalkan Betlehem-Yehuda sebab mereka itu adalah kaum Efrata, kaum yang terkecil dari suku Yehuda. Kecil tetapi tidak sadar diri, meninggalkan ibadah pelayanan, meninggalkan rumah roti. Tetapi di sini kita melihat, Ayub tidak seperti itu. dia mencukur rambutnya = merasa diri hina karena dosa.
Jadi sama, mulut dengan praktek atau perbuatan itu sama.

Saat ujian yang kedua dialami oleh Ayub.
Ayub 2: 7-9
(2:7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.
(2:8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
(2:9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"

Ayub ditimpa dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. Kemudian dalam keadaan menderita, justru isteri Ayub berkata:
-        Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?
Dalam Ayub 1: 1, di sini dikatakan bahwa Ayub , sebagai orang yang saleh dan jujur, dia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Oleh karena ujian yang kedua ini, isteri Ayub berkata: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?”
Yang mengalami penderitaan, ujian yang kedua adalah Ayub, bukan isterinya, tetapi isterinya yang banyak bicara/ mulut terbuka.
-        Kutukilah Allahmu.
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Dua tangan-Nyalah yang membentuk hidup kita dari segumpal tanah liat, dibentuk menurut gambar dan rupa-Nya, tetapi manusia lagi-lagi kurang sadar diri sehingga rupa Allah menjadi rusak.
-        Matilah, berarti isteri Ayub menghendaki supaya Ayub bunuh diri. Kalau seseorang mati dengan cara bunuh diri, ini adalah kematian yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Dalam setiap kehidupan manusia, Tuhan sudah membuat suatu rencana yang indah, bukan rancangan kecelakaan, tetapi kalau seseorang bunuh diri, sedang merusak, menggagalkan rancangan Tuhan.
Yesus, sebagai Anak Tunggal Bapa, dengan taat setia dengar-dengaran melakukan seluruh kehendak Allah Bapa, sekalipun dia menghadapi ujian yang dari atas, itulah tipu muslihat dari pada penghulu dunia yang gelap. Tetapi Dia sadar, perjuangan kita bukanlah melawan darah daging tetapi melawan penghulu dunia yang gelap, roh jahat di udara, dengan tipu muslihatnya, sehingga kehendak Allah terlaksana.

Seharusnya seorang isteri mendukung dan menopang. Itu sebabnya ketika Adam diciptakan dari segumpal tanah liat, dia melihat seluruh jenis binatang tidak ada yang layak menjadi penopang yang sepadan. Akhirnya Tuhan membuat Adam tidur, diambilnyalah salah satu tulang rusuk, lalu dibangunkan-Nyalah seorang perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi Adam.
Penolong yang sepadan berarti mendukung suami di dalam memikul salib.
Tetapi di sini, isteri Ayub berkata: “matilah”, berarti menginginkan supaya Ayub bunuh diri = menggagalkan rencana Tuhan. Tetapi tidak demikian dengan Yesus, Dia tetap melakukan kehendak Allah Bapa, sekalipun harus menghadapi ujian dari penghulu dunia yang gelap.

Sekarang kita lihat; DARI SISI AYUB saat menghadapi ujian ini, kita bisa lihat pernyataannya pada ayat 10.
Ayub 2: 10
(2:10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Jawab Ayub kepada isterinya:
-        Engkau berbicara seperti perempuan gila
Perempuan gila berarti tidak waras. Tidak waras berarti cara berpikirnya tidak sehat. Tetapi memang itu bisa dlihat dari tiga kali pernyataannya kepada Ayub.
Ini sangat beresiko tinggi kalau kita hidup bersama-sama dengan seorang yang tidak waras, tidak memiliki pikiran yang sehat. Maka hitam jadi putih, yang putih jadi hitam. Tuhan menginginkan kesucian, sedangkan orang yang tidak waras menginginkan kenajisan. Itu tidak waras, itu namanya gila.
Tuhan mendambakan kita hidup kudus seperti Dia kudus. Tetapi kalau orang gila (tidak waras), cara berpikirnya tidak sehat, yang diinginkan kenajisan, bertolak belakang dengan cara berpikir Tuhan.
-         “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk” = menerima yang baik dari Tuhan tetapi tidak mau sangkal diri dan memikul salib, sebab di dalam saliblah Allah membuat suatu rencana yang indah dalam kehidupan kita. Tetapi dalam hal ini Ayub sadar betul Tuhan sedang membuat suatu rencana yang indah dalam hidupnya, itu sebabnya dia berkata: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk.”

Pendeknya; Ayub tidak berbuat dosa karena ia menahan mulutnya.
Jadi darahnya tidak tercemari dengan noda dosa. Darahnya tidak bercacat cela karena mulutnya tidak terbuka.

Kadang, anak Tuhan, saat tertindas cepat sekali membuka mulut. Ini adalah ciri-ciri bahwa darah yang mengalir dalam tubuhnya tercemari dengan dosa, maka jangan heran, jemaat di Laodikia bergantung kepada harta dan kekayaan, seolah-olah mereka ditebus dengan harta dan kekayaan, yaitu barang yang fana.
Padahal Ayub berkata: kita datang dengan telanjang, juga kembali dengan telanjang. Dia yang memberi, Dia yang mengambil, namun nama Tuhan tetap terpuji.
Jadi mulutnya tidak terbuka. Dari situ kita mengenal pribadi Yesus, di mana darah-Nya sangat mahal.
Mari kita berkaca, bercermin kepada firman, kepada pribadi Yesus Kristus, Dialah firman yang hidup.

Dua tindakan Ayub saat ditimpa barah yang busuk:
-        Mengambil sekeping beling dan menggaruk-garuk badannya-> jiwa hancur, hati yang patah dan remuk = menjadi domba sembelihan.
-        Ayub duduk di tengah-tengah abu, berarti menyadari diri sebagai orang yang hina karena dosa. Banyak orang merasa diri benar dan mempersalahkan salib dan sengsara yang dialaminya.

Dengan demikian, kita dapat menarik kesimpulan; Ayub teraniaya tetapi membiarkan diri tertindas dan tidak membuka mulutnya.
Mengapa Ayub mau menerimanya? Karena darah dan daging serta harta dan kekayaan tidak mewarisi kerajaan Sorga dan tidak dapat menyucikan kita dari dosa.

Ayub 2: 11-12
(2:11) Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Téman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia.
(2:12) Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi. Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring. Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit.

Ketika teman-teman Ayub melihat, Elifas, Bildad, Zofar, memandang Ayub dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi. Dari gambaran ini kita bisa mengetahui dengan jelas, penderitaan Ayub begitu hebat, tetapi sekalipun demikian, mulutnya tidak terbuka, karena dia sadar, yang menyucikan dosa adalah darah yang mahal, darah Anak Domba yang tak bercacat cela, yang tidak dicemari oleh dosa.

Yesaya 53: 2-4
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.
(53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
(53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.

Ketika Yesus mengalami sengsara salib;
-        Ia tidak tampan dan semarak-Nya pun tidak ada
-        Ia dihina dan dihindari orang.
-        Ia sangat dihina sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia.
-        Kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Inilah gambaran sengsara yang dialami oleh Yesus Kristus. Dari gambaran ini kita bisa tahu, betapa hebatnya penderitaan Yesus. Namun sekalipun demikian, tetap mulut tidak terbuka.

Pendeknya; antara jemaat di Laodikia dengan pribadi Yesus sangat bertolak belakang atau kontradiksi.

Wahyu 3: 17
(3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
Ketika jemaat di Laodikia merasa kaya karena harta kekayaan yang dimilikinya, namun tidak demikian di mata Tuhan, sebaliknya jemaat di Laodikia melarat, malang, miskin, buta dan telanjang.
Saudaraku, sebetulnya Tuhan mengirimkan, menulis surat kepada tujuh sidang jemaat di Asia Kecil, supaya tujuh sidang jemaat di Asia Kecil itu, termasuk jemaat di Laodikia, menjadi kaki dian emas, menjadi tujuh obor atau tujuh pelita yang menyala di atas kaki dian. Itu yang menjadi kerinduan Tuhan sebetulnya.
Namun pengalaman mereka bertolak belakang dengan apa yang dialami oleh Yesus Kristus.

Wahyu 3: 18
(3:18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Nasihat Allah untuk sidang jemaat di Laodikia:
1.      Membeli emas yang telah dimurnikan dalam api.
2.      Membeli pakaian putih.
3.      Membeli minyak.

Sekarang kita lihat tentang; EMAS YANG TELAH DIMURNIKAN -> nyala api siksaan sebagai ujian.
1 Petrus 1: 6-7
(1:6) Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
(1:7) Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Maksud Tuhan saat kita mengalami ujian: untuk membuktikan kemurnian iman di hadapan Tuhan.
Hal semacam ini harus terjadi dan harus dialami oleh anak-anak Tuhan. Tuhan mau melihat kadar rohani kita di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kita kepada Tuhan, sama seperti emas.
Kadar emas ada 18 karat, 22 karat, 23 karat, 24 karat. 24 karat (logam mulia). Tetapi kadar ini ditentukan oleh hasil ujian, cobaan, nyala api, dapur api. Dan itu harus terjadi.  Semakin besar ujian, kadar rohani kita semakin bernilai tinggi.

Jadi, kemurnian iman itu jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana sekalipun ia telah diuji oleh api, artinya menjadikan kita untuk memiliki kekayaan sorgawi yang ada pada Allah Trinitas.
Allah Bapa, tabiat-Nya kasih. Allah Anak tabiat-Nya benar sesuai firman = pikul salib. Allah Roh Kudus, tabiat-Nya; menolong, menghibur, menguatkan, mengajar, dan lain sebagainya. Itu kekayaan sorgawi.
Bernilai tinggi, lebih tinggi nilainya dari emas fana.

Sekarang tentang; PAKAIAN PUTIH.
Membeli pakaian putih untuk dipakai, tujuannya; agar jangan kelihatan ketelanjangan yang memalukan, supaya tidak terlihat kelemahan yang memalukan.
Menutupi dosa di mata manusia, tetapi di mata Tuhan tidak, itu sama dengan mempermalukan diri-Nya di hadapan Tuhan.

Kejadian 3: 7, 21
(3:7) Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
(3:21) Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
Setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan Hawa agar mereka tidak telanjang.
Untuk membuat pakaian dari kulit binatang, maka terlebih dahulu binatang itu dibunuh, disembelih -> sengsara salib = kebenaran yang sejati. Di luar salib tidak ada lagi kebenaran.

Beda kalau kita menutupi dosa dengan kebenaran diri sendiri; rapuh sama seperti daun pohon ara yang digunakan untuk menutupi ketelanjangan mereka. Tidak lama akan telanjang lagi.
Inilah yang Tuhan mau, membeli pakaian putih seperti ini, berarti bayar harga, yaitu lewat sengsara salib, sebab untuk mengambil kulit binatang itu, maka terlebih dahulu binatang itu disembelih.
Belilah pakaian putih. Bayarlah harganya lewat sengsara salib.

Tentang: MINYAK.
Kegunaan minyak: untuk melumas mata, tujuannya; supaya dapat melihat. Berarti, hidup di dalam pengurapan.

Wahyu 4: 5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

Menjadi terang karena diurapi Roh Kudus. Maka minyak itu memang harus dibeli untuk melumas mata, supaya menjadi terang. Mata adalah pelita, menjadi terang. Jadi supaya menjadi terang, hiduplah di dalam pengurapan Roh Kudus.
Biasakan diri dipimpin oleh Roh Kudus. Beli minyak, bayar harganya, walaupun tidak enak bagi daging.

Mata itu pelita, sesuai Injil Matius 6: 22. Mata adalah pelita, jika matamu baik, teranglah seluruh anggota tubuh.

Lebih rinci ...
Wahyu 5: 6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.

Kehidupan yang diurapi menjadi terang di tengah dunia seperti orang-orang yang diutus oleh Tuhan, itulah hamba-hamba Tuhan yang diurapi.

Maka kita harus sadar betul bahwa untuk menjadi tujuh pelita yang menyala di atas kaki dian memang harus mengalami sengsara salib.
Rasul Paulus dalam doa dia bergumul, dalam segala perjuangan dia menulis surat kepada sidang jemaat, terkhusus sidang jemaat di Laodikia. Mengapa Rasul Paulus bergumul berat terhadap sidang jemaat di Laodikia? Ternyata kita baru menyadari, betapa sidang jemaat di Laodikia suam-suam kuku dalam pengikutan mereka kepada Tuhan.
Penyebabnya: mereka bergantung kepada harta dan kekayaan, tidak lagi sepenuhnya bergantung kepada kasih Agape, kemurahan Tuhan. akhirnya menjadi suam di tengah pengikutan kepada Tuhan.

Mereka yang tadinya merasa diri kaya, tidak kekurangan apa-apa. Tetapi sebaliknya di mata Tuhan mereka melarat, malang, miskin, buta dan telanjang. Supaya kemiskinan semacam ini tidak dialami sidang jemaat di Laodikia, maka Tuhan memberi nasihat pada ayat 18, tiga nasihat Tuhan supaya mereka tidak miskin, tidak buta dan tidak telanjang.
-        Supaya mereka tidak miskin, membeli emas yang telah dimurnikan, supaya menjadi kaya, seperti kekayaan yang terdapat di dalam Allah Trinitas. Allah Bapa tabiat-Nya kasih. Allah Anak tabiat-Nya hidup benar sesuai dengan firman. Allah Roh Kudus hidup di dalam pengurapan. Itu kekayaan sorgawi yang terdapat dalam Allah Trinitas.
-        Kemudian supaya jangan buta, membeli minyak. Kegunaannya; melumas mata. Tujuannya; supaya dapat melihat. Jadi yang melihat atau yang menjadi terang di tengah dunia ini adalah kehidupan yang diurapi. Kalau mata baik, teranglah seluruh anggota tubuh.
-        Kemudian membeli pakaian putih supaya jangan kelihatan ketelanjangan, sebab ketelanjangan itu sangat memalukan diri kita di hadapan Tuhan. Kalau sekarang ini bukan saja orang dunia, di dalam Tuhan saja, anak-anak Tuhan pun tidak malu kalau dia sedang telanjang, sedang dikuasai oleh dosa kejahatan dan kenajisan. Berkali-kali firman menegor dan mengoreksi, tetap saja bertahan dalam kekurangannya, tetap saja mempertahankan kebebalannya, sama dengan tidak waras. Maka bahasanya juga terlihat tidak waras.

Tetapi Tuhan inginkan supaya jemaat di Laodikia tidak miskin, tidak buta, tidak telanjang, maka kita pun harus memperhatikan nasihat-nasihat Tuhan kepada jemaat di Laodikia. Nasihat ini tidak akan berarti kepada orang yang tidak menghargai firman, apalagi mereka yang bergantung kepada harta dan kekayaan. Ini hanya berarti bagi orang yang menghargai firman, menghargai korban Kristus.

Perhatikan tiga perkataan dari isteri Ayub. Tuhan inginkan kita semua menjadi terang di tengah dunia seperti Rasul Paulus, dia banyak mengalami sengsara.

Keluaran 25: 31
(25:31) "Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni; dari emas tempaan harus kandil itu dibuat, baik kakinya baik batangnya; kelopaknya -- dengan tombolnya dan kembangnya -- haruslah seiras dengan kandil itu.

Membuat kandil atau kaki dian emas seluruhnya terbuat dari emas murni, “Dan dari emas tempaan...”
Emas murni -> kesucian kasih Ilahi. Kemudian dari emas tempaan, itu sengsara yang dialami oleh Yesus Kristus untuk menutupi dosa ketelanjangan kita semua.
Kemudian kandil itu dibuat baik, kelopaknya, dengan tombolnya dan kembangnya, seluruhnya ada sembilan, itu kekayaan dari Allah Roh Kudus.
Inilah kekayaan dari Allah Trinitas itu. Tuhan tidak inginkan kita miskin. Tuhan mau kita kaya. Begitu hebatnya Tuhan menolong dan mengangkat sidang jemaat GPT BETANIA, kalau merenungkan kemurahan-kemurahan yang sudah kita alami, kita terima sejauh ini, Tuhan sangat memelihara kehidupan kita. Tuhan beri kesempatan kepada kita sebentar untuk berada di kaki salib, tersungkur di hadapan takhta, sujud menyembah Allah yang hidup. Dia yang memberi, Dia yang mengambil terpujilah nama Tuhan, apapun yang kita alami.
Itulah kehidupan anak Tuhan yang sudah diperkaya oleh Allah Trinitas, yang sudah mengalami penebusan oleh darah Anak Domba, yang sudah hidup dalam pimpinan dan kuasa Roh-El Kudus. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment