KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, February 24, 2018

IBADAH PEMBUBARAN PANITIA NATAL, 12 FEBRUARI 2018

IBADAH PEMBUBARAN PANITIA NATAL, 12 FEBRUARI 2018

Subtema: HIKMAT BESAR.

Shalom saudaraku...
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita. Salam di dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus Kristus.
Kita patut bersyukur, Tuhan perkenankan kita untuk mengadakan ibadah pembubaran panitia Natal seperti tahun-tahun yang lalu. Namun dalam kesempatan ini, mari kita manfaatkan supaya kita boleh menikmati berkat-berkat Tuhan, dan kita juga dipersiapkan untuk melayani Tuhan di tahun 2018, dalam kesempatan ibadah Natal berikutnya.

Kita memperhatikan firman untuk ibadah pembubaran panitia Natal dari Kejadian 41: 39.
Kejadian 41: 39
(41:39) Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau.

Yusuf adalah seorang yang berakal budi dan bijaksana di mata Firaun.

Kisah Para Rasul 7: 9-11
(7:9) Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir, tetapi Allah menyertai dia,
(7:10) dan melepaskannya dari segala penindasan serta menganugerahkan kepadanya kasih karunia dan hikmat, ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir. Firaun mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir dan atas seluruh istananya.
(7:11) Maka datanglah bahaya kelaparan menimpa seluruh tanah Mesir dan tanah Kanaan serta penderitaan yang besar, sehingga nenek moyang kita tidak mendapat makanan.

Yusuf dapat mengartikan mimpi Firaun tentang dua kali tujuh masa, yaitu tujuh tahun kelimpahan, dan sesudah itu akan menyusul tujuh tahun kelaparan yang hebat.
Yusuf dapat mengartikan mimpi itu karena Tuhan menganugerahkan kepadanya; kasih karunia dan hikmat.
Dalam kesempatan Ibadah Pemuda di Cilegon, saya telah menyampaikan tentang KASIH KARUNIA. Dalam kesempatan ini, kita akan memperhatikan tentang HIKMAT.

HIKMAT sangat dibutuhkan oleh seorang hamba saat melayani Dia.
Sekarang tentang; HIKMAT.
Mazmur 51: 8
(51:8) Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
Perhatikan kalimat: “Dengan diam-diam, Tuhan memberitahukan hikmat kepadaku.
Alasannya: sebab Tuhan berkenan kepada kebenaran dalam batin. Berarti, hikmat bukan dari kebenaran yang dilihat mata manusia.

1 Samuel 16: 1, 5-10
(16:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku."
(16:5) Jawabnya: "Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini." Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu.
(16:6) Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: "Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya."
(16:7) Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
(16:8) Lalu Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata: "Orang ini pun tidak dipilih TUHAN."
(16:9) Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, tetapi Samuel berkata: "Orang ini pun tidak dipilih TUHAN."
(16:10) Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: "Semuanya ini tidak dipilih TUHAN."

Tuhan tidak memilih anak yang pertama sampai anak yang ketujuh, karena bukan yang dilihat oleh manusia dilihat oleh Tuhan. Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat batin manusia.
Jadi, pilihan itu bukan berdasarkan kebenaran yang dilihat mata manusia, tetapi berdasarkan kebenaran dalam batin manusia. Pengalaman ini ditulis kembali oleh Daud di dalam Mazmur 51: 8.

Kiranya in menjadi pengalaman dalam kehidupan kita masing-masing, memiliki hikmat sebagai pelayan Tuhan, supaya kita bisa mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan oleh Tuhan dengan baik dan benar.
Kalau melayani tanpa hikmat, nanti semuanya berantakan, sebab pengetahuan, pengertian manusia terbatas, bahkan kemampuan dan kekuatan manusia juga terbatas. Tetapi hikmat dapat mengatasi segala masalah.

Hikmat itu juga turun kepada Salomo, dia dapat mengatasi segala persoalan. Sebagai seorang raja, dia sangat membutuhkan hikmat untuk dapat mengatasi masalah-masalah dari rakyat yang besar itu. Semakin besar rakyat dari satu negara, maka dibutuhkan hikmat yang besar di dalam diri seorang pemimpin (pelayan) untuk mengatasi masalah. Memang gereja kita ini kecil, tetapi banyak perkara dipercayakan oleh Tuhan kepada kita.
Untuk mengatasi ini dibutuhkan hikmat, supaya dengan hikmat ini juga satu dengan yang lain tidak saling sikut menyikut. Satu dengan yang lain tidak ada yang merasa lebih, karena hikmat lebih dari segala sesuatu.
Sehingga pelayanan kita di hadapan Tuhan di kandang penggembalaan GPT BETANIA ini berjalan dengan baik.

Menurut ukuran manusia, anak-anak Isai yang pertama, kedua dan ketiga (Eliab, Abinadab, Syama) sebetulnya layak untuk dipilih menjadi seorang raja, tetapi bukan yang dilihat mata manusia yang dilihat Allah. Manusia hanya melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat manusia batiniah, maka biasakan diri untuk hidup sesuai dengan apa maunya Tuhan, maksudnya biasakan diri untuk mengerjakan segala sesuatunya dengan ketulusan hati, berarti memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan, bukan kepada manusia.
Kalau kita berbuat baik hanya untuk dilihat manusia, orang seperti ini tidak bisa memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan = tidak tulus. Bukan saja kaitannya dengan ibadah dan pelayanan dalam kandang penggembalaan, tetapi di manapun kita berada, baik di rumah, baik di pekerjaan, baik dalam segala sesuatu.

Ini contoh kecil saja; tadi ada ikan teri saya beli, ternyata dalam hati saya ikan teri itu harus saya berikan kepada mereka (sidang jemaat) yang tinggal di rumah gereja, rupanya saya lupa memberikan itu kepada Gideon yang tadi ikut belanja sayur. Hampir juga Setan itu menggoda; sudahlah, ini perkara kecil, tetapi tidak. Satu kali hati saya sudah memberitahukan kepada Tuhan, maka itu yang harus saya kerjakan.
Maka, ikan teri yang beberapa ons itu, walaupun sedikit, saya harus berikan kepada Gideon.
Jadi belajar memberi pertanggungan jawab kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Kalau saya mengingkari hati bisa, sebab orang lain tidak tahu apa-apa, namun Tuhan berkenan kepada kebenaran dalam batin.
Tetapi kalau kita setia dalam perkara yang kecil, maka Tuhan akan percayakan tanggungjawab dalam perkara yang besar.

Saya seringkali beri nasihat kepada anak-anak (pemuda). Kalau bekerja, bekerja dengan baik. Kalau bekerja, lakukan itu untuk Tuhan, jangan untuk manusia. Kalau untuk manusia, engkau terlihat baik, tetapi di belakang tidak. Itu kebenaran di mata manusia. Itu bukan kebenaran di dalam batin manusia.
Banyak di antara kita, di depan mata baik, tetapi di belakang tidur terus. Orang semacam ini tidak mempunyai hikmat. Itu adalah suatu kerugian besar.

Kita memperhatikan ...
Kisah Para Rasul 7: 9
(7:9) Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir, tetapi Allah menyertai dia,

Karena iri hati, saudara-saudara Yusuf menjual dia ke tanah Mesir, namun Tuhan tetap menyertai dia.
Ini adalah bukti bahwa Yusuf memiliki kebenaran di dalam batin. Manusia tidak melihat kebenaran di dalam batin, tetapi Tuhan melihat.
Buktinya apa? Sekalipun saudara-saudaranya berlaku jahat, berlaku kasar, iri hati, tetapi Allah tetap menyertai. Itu bukti bahwa Tuhan berkenan kepada kebenaran manusia batin.
Kepada orang fasik, Tuhan berlaku fasik. Kepada orang yang memiliki kebenaran dalam batin, Tuhan akan sertai.
Seperti Yusuf; saudara-saudaranya iri hati, karena iri hati itu mereka tidak suka, mereka jual Yusuf sampai ke tanah Mesir. Tetapi sisi lain; Tuhan menyertai. Mengapa? Karena Tuhan melihat batinnya.

Di mata saudara-saudaranya sepertinya Yusuf ini jadi batu sandungan, bahkan selumbar dan balok terkhusus di depan mata saudara-saudaranya, maka dia dijual. Tetapi Tuhan sertai.
Ini sudah cukup menjadi suatu bukti bahwa Yusuf memiliki kebenaran di dalam batin.

Kita butuh penyertaan Tuhan; di sekolah, saat menempuh pendidikan, di perkuliahan, di tempat pekerjaan, di manapun kita berada, yakinlah, Tuhan pasti menyertai. Seringkali saya beri kesaksian; kalau ada suatu persekutuan atau pertemuan hamba-hamba Tuhan, saya tidak banyak bicara, kecuali kalau saya diberi kesempatan untuk berbicara atau menjadi pembicara, barulah saya berbicara. Namun sesudah itu juga saya tidak terlalu banyak bicara. Hanya satu keyakinan saya; Tuhan tetap menyertai, walaupun di mata manusia saya dianggap kecil, tidak memiliki apa-apa. Tuhan kan melihat batin, Dia maha segala-galanya.

Kejadian 37: 11
(37:11) Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya.

Sama dengan peristiwa di dalam Kisah Para Rasul tadi; Iri hatilah saudara-saudara Yusuf kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya.
Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya sampai ke tanah Mesir tetapi Tuhan tetap menyertai. Oleh karena Yakub begitu mengasihi Yusuf, kemudian ditambah lagi mimpi Yusuf sebanyak dua kali, maka kebencian itu semakin bertambah-tambah dan iri hati lah saudara-saudara Yusuf kepadanya.

Kejadian 37: 2-7
(37:2) Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun -- jadi masih muda -- biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya.
(37:3) Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia.
(37:4) Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.
(37:5) Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.
(37:6) Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini:
(37:7) Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu."

Iri hati dari saudara-saudara Yusuf itu bermula karena Yakub lebih mengasihi Yusuf dari pada anaknya yang lain.
Apa buktinya Yakub lebih mengasihi Yusuf, Yakub memberikan jubah yang maha indah kepada Yusuf.
Jubah yang maha indah itu terdiri dari tiga bagian;
1.     BAJU EFOD -> pengalaman kematian Yesus Kristus.
2.     GAMIS BAJU EFOD -> kebangkitan Yesus Kristus sebagai Hamba.
3.     LENAN HALUS atau kemeja beragi -> kemuliaan Yesus Kristus, itu terbukti pada saat Dia naik ke sorga.
Pendeknya; lewat pengalaman Yusuf ini, Dia telah menampilkan pribadi Yesus sebagai IMAM BESAR AGUNG.

Kemudian yang kedua; Yusuf bermimpi, dan oleh karena mimpi inilah saudara-saudara Yusuf makin benci. Sebetulnya kalau Yusuf bermimpi itu menunjukkan bahwa Yusuf adalah seorang NABI BESAR.
Adapun mimpi Yusuf di sini adalah; Yusuf dan saudara-saudaranya berada di ladang, mengikat berkas-berkas gandum. Kemudian, bangkitlah berkas Yusuf tegak berdiri kemudian datanglah berkas-berkas saudara-saudaranya mengelilingi dan sujud kepada berkas Yusuf. Mimpi itu diberitahukan kepada ayahnya dan saudara-saudaranya.  Jadi oleh karena mimpi inilah ia semakin dibenci.

Kalau berbicara berkas gandum tegak berdiri -> GUNUNG SION. Gambaran dari Yerusalem baru, atau mempelai wanita Tuhan.
Jadi, Yusuf ini nabi besar. Apa buktinya? Dia dapat menunjukkan penampilan dari pada mempelai wanita Tuhan. Hanya seorang nabi besar yang dapat menunjukkan penampilan dari pada mempelai wanita Tuhan.
Kalau dia bukan nabi, dia tidak akan dapat menunjukkan penampilan dari mempelai wanita Tuhan, sekalipun dia memiliki ijazah yang tinggi, doktor, maupun professor, ahli maupun orang berilmu, dia tidak akan bisa menunjukkan penampilan dari mempelai wanita Tuhan.
Dengan bukti; ketika Firaun bermimpi, orang berilmu, orang yang pandai di Mesir tidak dapat mengartikannya, tetapi Yusuf dapat mengartikannya, karena Tuhan menganugerahkan kepadanya bukan saja kasih karunia tetapi hikmat, sehingga dia dapat mengartikan mimpi, bahkan menunjukkan penampilan dari mempelai perempuan.
Apa buktinya? Berkas yang dia ikat itu tegak berdiri, lalu berkas saudara-saudaranya sujud mengelilingi berkas Yusuf.

Yesaya 2: 2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
(2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Nubuatan ini sudah tergenapi sesuai dengan apa yang ditulis oleh Yesaya.
Gunung Sion tegak berdiri di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di aats bukit-bukit, nanti suku bangsa-akan berduyun-duyun datang kepadanya = sujud menyembah.
Jadi berkas yang diikat oleh Yusuf -> pengajaran yang keluar dari gunung Sion, sampai nanti segala suku, kaum, bahasa dan bangsa datang ke gunung Sion. Jadi sudah tergenapi. Tetapi sekalipun Yusuf telah menunjukkan penampilan dari mempelai wanita Tuhan, namun banyak orang tidak suka dengan Pengajaran Mempelai, karena terlalu keras, dan terlalu menunjuk dosa (direndahkan) tetapi banyak orang kristen tidak mau direndahkan, karena sangat sukar.

Bagaimana dengan pelayan-pelayan Tuhan di GPT BETANIA? Saat mempelai wanita Tuhan ditampilkan, mau kah kita menerima dan merendahkan diri semakin rendah di hadapan Tuhan?
Kalau butuh hikmat, pasti kita semakin merendahkan diri. Sebaliknya dosa kesombongan, itu bukan hikmat.
Tetapi ketika kita diajar untuk sujud menyembah, itu hikmat.

Yang menjadi ukuran bagi dunia; pemimpin adalah penguasa dan raja. Tetapi di dalam Tuhan tidak demikian, yang terbesar hendaklah menjadi yang termuda. Pemimpin hendaklah menjadi pelayan. Itu hikmat. Kalau merasa diri besar, itu bukan hikmat. Tetapi kalau kita berada di titik terendah, siapa yang akan menjatuhkan lagi; tertolong, selamat, itu hikmat. Kalau sombong, dipukul, rebah, itu bukan hikmat. Itu kebodohan.
Berarti keberadaan Yusuf ini telah menampilkan pribadi Yesus sebagai NABI BESAR.

Baca lagi ...
Kejadian 37: 8-10
(37:8) Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu.
(37:9) Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku."
(37:10) Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?"

Mimpi yang kedua; Matahari, bulan dan sebelas bintang, sujud menyembah kepada Yusuf. Itu mimpi yang kedua.

Wahyu 12: 1
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
Seorang perempuan berselubungkan matahari, bulan di bawah kaki dan sebuah  mahkota dari dua belas bintang di atas kepala.
Tadi kita melihat bahwa tiga perkara ini (matahari, bulan dan bintang), sujud kepada Yusuf. Berarti dalam hal ini, keberadaan Yusuf menampilkan pribadi Yesus sebagai RAJA dan MEMPELAI PRIA SORGA = Raja Besar.
Sebab seorang perempuan berselubungkan matahari, bulan di bawah kaki dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepala, itu adalah gereja Tuhan yang sempurna, mempelai wanita Tuhan.
Sujud kepada Yusuf berarti menggambarkan pribadi Yesus sebagai raja dan Mempelai Pria Sorga, kalau kita kaitkan antara Kejadian 37:9 dengan Wahyu 12: 1.

Maka kalau kita baca kembali Kejadian 37 ...
Kejadian 37: 8
(37:8) Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu.
Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami?Pertanyaan ini menunjukkan, bahwa Yusuf menampilkan pribadi Yesus sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Sama dengan pertanyaan dari Pilatus: apakah Engkau raja orang Yahudi? Yesus berkata: Engkau sudah mengatakannya.
Jadi, dengan keberadaan Yusuf ini dia telah menampilkan pribadi Yesus sebagai Raja plus Mempelai Pria Sorga.
Mengapa saya katakan Mempelai Pria Sorga? karena tadi matahari, bulan dan bintang sujud menyembah kepada Dia.

Wahyu 19: 6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Pengantin-Nya telah siap sedia -> gereja Tuhan yang sudah sempurna...Wahyu 12:1.
Berarti, Yesus Kristus adalah Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Jadi keberadaan Yusuf menampilkan pribadi Yesus dalam tiga keadaan:
1.     Yesus sebagai Imam Besar Agung.
2.     Yesus Nabi Besar menunjukkan keberadaan dari pengantin perempuan mempelai Anak Domba.
3.     Yesus adalah Raja dan Mempelai Pria Sorga.

Jadi, hikmat ini sangat dibutuhkan oleh seorang hamba Tuhan, seorang imam, seorang yang melayani Tuhan, seorang imamat rajani, untuk mengerti segala sesuatu, antara lain: mengerti pelayanan (Imam Besar), mengerti nabi (firman), mengerti Raja (kebenaran).
Kalau berbicara imam besar, berarti kaitannya pelayanan. Kalau berbicara seorang nabi, itu kebenaran yang sejati, sengsara salib. Kalau bicara tentang raja, itulah kebenaran dan kasih.
Kebenaran yang kita perlukan adalah pesta nikah Anak Domba, pesta anak Raja. Tetapi gereja Tuhan di hari-hari ini tidak mengerti, karena apa? tidak memperoleh hikmat dari sorga.
Seolah-olah hidup ini hanya satu kali. Apa buktinya? Mereka hanya mengejar apa yang dilihat mata manusia, tetapi mereka tidak melihat batin yang tempatnya di dalam kerajaan yang kekal, yang tidak terlihat oleh mata. Sebetulnya, darah daging tidak mewarisi kerajaan kekal. Yang  mewarisi kerajaan kekal adalah; batin.

Kita butuh hikmat. Sebab Imam Besar kaitannya dengan pelayanan, kita menjadi pendamaian. Itu pelayanan yang Tuhan inginkan. Diutus untuk membawa berita pendamaian. Kemudian nabi besar, untuk kita boleh melihat keberadaan dari mempelai wanita Tuhan. Kemudian raja besar, supaya kita bisa masuk dalam pesta nikah Anak Domba. Itu kebenaran yang hakiki, bukan yang ada sementara ini.

Rasul Petrus pernah berkata: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Yesus berkata: “Benar, bukan engkau yang mengatakan itu, tetapi Allah yang mengatakan itu kepada hatimu.
Jadi, batin ini bisa mengetahui dan melihat segala sesuatu. Mesias artinya; yang diurapi.
Ada tiga perkara yang diurapi dalam Perjanjian Lama; Raja, Imam-Imam, Nabi.
Yesus Mesias, berarti Imam Besar. Yesus Mesias, berarti; nabi besar. Yesus Mesias, berarti; Raja Besar. Karena itu tiga pribadi yang diurapi dalam Perjanjian Lama.
Maka sekalipun Simon Petrus terkadang konyol-konyol ternyata dia memiliki manusia batin (hikmat).
Kita butuh hikmat di dalam batin. Sehingga dengan hikmat segalanya selesai.

Kita akan memperhatikan kembali YUSUF.
Tadi saudara-saudara Yusuf menjual Yusuf tetapi Tuhan tetap menyertai.
Kejadian 39: 1-2
(39:1) Adapun Yusuf telah dibawa ke Mesir; dan Potifar, seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja, membeli dia dari tangan orang Ismael yang telah membawa dia ke situ.
(39:2) Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.
Kejadian 39: 20-21
(39:20) Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.
(39:21) Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.

Yusuf dijual kepada saudagar Ismael dengan dua puluh uang perak oleh saudara-saudaranya.
Kemudian, orang Ismael itu membawanya ke tanah Mesir lalu menjualnya kepada Potifar, pegawai istana raja. Namun di situ dia bekerja dengan baik karena Tuhan menyertai.
Jadi iri hati, dia dijual, tetapi Tuhan tetap sertai dia di rumah Potifar. Mengapa? Karena Tuhan berkenan kepada kebenaran di dalam batin.
Yusuf tidak berkoar-koar (tidak membuka mulutnya/membela diri) sekalipun, dia sudah didzolimi, disakiti oleh saudara-saudaranya, sehingga tidak ada orang yang tahu, namun Tuhan tetap menyertai Yusuf di rumah Potifar, karena Tuhan berkenan kepada manusia batin.

Kemudian, di ayat 20-21, dia dimasukkan ke dalam liang tutupan (penjara); karena Yusuf didzolimi atau difitnah oleh isteri Potifar, namun Tuhan tetap menyertai Yusuf di dalam penjara.
Mengapa? Karena Tuhan berkenan kepada manusia batin.
Tadi iri hati, lalu dijual sampai ke Potifar, namun Tuhan tetap menyertai Yusuf. Apa buktinya? Segala yang dikerjakan oleh Yusuf berhasil, rumah Potifar berhasil. Namun tidak lama kemudian, isteri Potifar memfitnah dia, akhirnya dijebloskan ke dalam penjara. Namun Tuhan tetap menyertai dia.
Apa bukti penyertaan Tuhan? Yusuf menjadi kesayangan oleh kepala penjara, termasuk orang-orang yang di dalam penjara.
Jadi, di manapun kita berada, penyertaan Tuhan tetap berlangsung, bukan saja di rumah, bukan saja di tengah pelayanan, di pekerjaan, bahkan dalam keadaan terpasung sekalipun (dipenjarakan sekalipun), penyertaan Tuhan tetap berlaku. Apa buktinya? Tetap mendapat belas kasih dari Tuhan, tetap mendapat kasih sayang dari manusia.
Yang seharusnya kepala penjara akan menindas seorang tahanan di dalam tahanan itu sehingga dia akan semakin terjepit dengan segala sesuatu, makanan akan terbatas dan tidak ada kebebasan. Tetapi justru Tuhan tetap menyertai Yusuf di dalam penjara. Mengapa? Tuhan berkenan kepada manusia batin.
Jadi, keberhasilan dari seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya tidak terlepas dari kebenaran manusia batin, karena Tuhan berkenan kepada manusia batin, di situlah sedang berlangsung penyertaan Tuhan kepada kebenaran manusia batin.

Jadi, jangan ada lagi di antara kita, terkhusus yang sudah melayani, bekerja untuk Tuhan, hanya supaya dilihat manusia. Keberhasilan dari seorang imam/pelayan datang dari Tuhan. Kerjakanlah itu semua untuk Tuhan. Tuhan yang membuat kita berhasil oleh karena penyertaan-Nya, oleh karena kebenaran di dalam batin.
Tidak kah engkau bahagia dengan kebenaran di dalam batin, karena begitu besar kuasa oleh karena kebenaran di dalam batin, termasuk keberhasilan akan kita capai di tengah pelayanan kita masing-masing.

Oleh sebab itu dengan diam-diam Tuhan memberikan hikmat kepada seorang hamba Tuhan. Bukan tanpa alasan Tuhan memberikan hikmat itu kepada seorang hamba Tuhan, karena Tuhan berkenan kepada kebenaran di dalam batin.
Di sinilah keberhasilan itu, dan kita sudah melihat keberhasilan itu Tuhan nyatakan. Keberhasilan itu bukan suatu janji-janji yang tidak pasti. Keberhasilan itu janji yang pasti dari Tuhan kepada seorang hamba Tuhan yang memiliki kebenaran di dalam batin.
Di mana saja kita ditempatkan, tidak usah pilih-pilih tempat untuk melayani Tuhan, biar kehendak Tuhan yang menempatkan. Justru kalau kita pilih-pilih tempat, nanti kita banyak menanggung resiko. Di mana saja kita dilempar, Tuhan tetap menyertai manusia batin (kebenaran di dalam batin), tidak usah takut.
Oleh sebab itu, saya sesalkan, apabila seorang anak Tuhan mengambil keputusan tanpa sepengetahuan saya sebagai gembala, resiko engkau tanggung sendiri. Dan saudara sudah alami itu, namun kiranya jangan terulang lagi.

Ayo, malam ini, jadikan suatu kesempatan, jadikanlah itu suatu babak baru, kalau barangkali di waktu-waktu lalu kita mengambil keputusan sendiri tanpa kehendak Tuhan dan olehnya kita banyak menderita.
Malam ini kita jadikan suatu awal baru dalam hidup kita masing-masing, supaya kita berhasil.
Setelah dengar firman, jangan keraskan hatimu. Awali dari malam ini dan seterusnya. Inilah babak baru dalam hidupmu sekarang. Mau dilempar kemana saja, pasti berhasil karena Tuhan berkenan kepada manusia batin.
Semoga di tahun ini kita berhasil, lebih dari tahun-tahun lalu, Tuhan sedang membuat rencana besar dalam kehidupan kita. Ingat apa yang saya sampaikan ini; Tuhan mau buat kita berhasil. Jangan lagi pilih-pilih tempat, kehendak Tuhan yang jadi. Ingat dan camkanlah; MAU DILEMPAR KE MANA SAJA, TUHAN TETAP MENYERTAI YUSUF.

Karena kejahatan, karena iri hati dia dijual kepada Potifar, tetapi Tuhan menyertai, buktinya apa? setiap apa yang dikerjakan, apa yang dipercayakan oleh Potifar, di ladang, di rumah, berhasil, sekalipun ada tantangan, yaitu godaan si penggoda (isteri Potifar).
Tidak lama kemudian, lalu dia difitnah, sehingga dijebloskan ke dalam penjara, namun Tuhan tetap menyertai karena Tuhan berkenan kepada manusia batin. apa buktinya? Kepala penjara sangat menyayangi dia. Padahal orang yang di penjara itu sangat menderita karena terbatas makanan, terbatas kebebasan dan sebagainya. Tetapi Tuhan tetap menyertai dia. Penyertaan Tuhan tidak bisa dibatasi oleh manusia. Berkat Tuhan tidak bisa dibatasi manusia. Kalau Tuhan mau berkati, diberkati. Kalau Tuhan mau tolong, ditolong, seperti yang kita alami di provinsi Banten ini.
Ayo, ternyata hamba Tuhan sangat membutuhkan hikmat.
Dari mana hikmat? Dari Tuhan. mengapa? Karena Tuhan berkenan kepada kebenaran manusia batin. Kiranya itu nyata dalam kehidupan saya sebagai gembala dan kita semua sebagai imam dan umat Allah. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment