KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, February 23, 2018

IBADAH RAYA MINGGU 11 FEBRUARI 2018

IBADAH RAYA MINGGU, 11 FEBRUARI 2018

(Seri 43)
KITAB WAHYU

Subtema: UKUPAN YANG DIGILING HALUS.

Mula pertama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan. Oleh karena kemurahan Tuhan, kita masih diberi kesempatan untuk memelihara dan mengusahakan ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan ini, itulah Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian. Puji Tuhan.

Shalom saudaraku...
Salam sejahtera bagi kita semua. Salam di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Dan saya menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan di dalam maupun di luar negeri, di manapun berada. Salam persekutuan di antara kita.
Selamat datang untuk Marta, selamat datang juga buat David Marmata, Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua.

Mari kita segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 8: 3.
Wahyu 8: 3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Di sini kita melihat; seorang malaikat lain berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas, kemudian kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya, maka naiklah asap kemenyan itu bersama doa orang-orang kudus.
Pendeknya; puncak dari kegiatan rohani adalah doa penyembahan.

Wahyu 8: 1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.

Ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh maka sunyi senyaplah di sorga kira-kira setengah jam lamanya.
Sunyi senyap di sorga adalah hari perhentian penuh dengan ketenangan dan kedamaian yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Lalu di dalam hari perhentian itu, terlihatlah kegiatan rohani. Malam ini kita berada di dalam hari perhentian rohani, itulah Sabat, di dalamnya tentu ada kegiatan rohani, antara lain; ... (ayat 2).

Kegiatan rohani yang pertama.
Wahyu 8: 2
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.

 “Kepada mereka diberikan tujuh sangkakala”, artinya; firman Allah harus disampaikan dengan baik oleh malaikat sidang jemaat, itulah gembala-gembala, hamba-hamba Tuhan yang diurapi. Itu kegiatan yang pertama.
Kegiatan yang kedua; mempersembahkan ukupan -> doa penyembahan dari orang-orang kudus (ayat 3-4).

Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Yang masuk dalam ukuran Tuhan selain Bait Suci Allah dan Mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Mereka yang beribadah di dalamnya -> hidup dalam doa penyembahan.

Wahyu 11: 2
(11:2) Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."
Sementara pelataran Bait Suci yang di sebelah luar itu sudah diserahkan kepada antikris untuk diinjak-injak selama empat puluh dua bulan atau tiga tahun setengah.

Wahyu 12: 13-15
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
(12:14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.

Naga itu memburu perempuan yang melahirkan anak laki-laki itu, lalu menyemburkan dari mulutnya air sebesar sungai ke arah perempuan itu, tujuannya; supaya perempuan itu dihanyutkan sungai itu.

Wahyu 12: 16
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.

Tetapi bumi datang menolong perempuan itu, sebab bumi membuka mulutnya dan menelan sungai yang disemburkan naga itu.

Kejadian 2: 6
(2:6) tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu --

Ada kabut naik ke atas dari bumi -> doa penyembahan.
Jadi, yang menolong perempuan yang melahirkan anak laki-laki (gereja Tuhan yang sempurna), dari air yang disemburkan oleh mulut naga sebesar sungai adalah doa penyembahan.

Wahyu 12: 17
(12:17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.

Marahlah naga itu kepada perempuan itu lalu memerangi keturunannya yang lain yang hanya memiliki hukum-hukum Allah dan kesaksian (firman dan Roh), tetapi ibadahnya tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, inilah yang menjadi sasaran dari pada ular tua naga merah padam.

Banyak orang, menganggap bahwa puncak ibadah adalah Ibadah Raya Minggu. Kalau hanya memiliki firman Allah dan kesaksian (ibadahnya tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan), itulah yang menjadi sasaran dari mata ular.
Perempuan yang melahirkan Anak Laki-Laki tadi ditolong oleh bumi, yaitu doa penyembahan...Kejadian 2: 6. Kemudian, karena tidak bisa memburu perempuan yang melahirkan Anak Laki-Laki itu, ular itu marah, lalu memburu keturunannya yang lain, yang hanya memiliki hukum-hukum Allah dan kesaksian; firman dan Roh, kegiatan rohaninya tidak memuncak sampai doa penyembahan.

Tiga macam ibadah pokok, itu bukan ibadah buatan tangan manusia.
-        Meja roti sajian; Ibadah Pendalaman Alkitab.
-        Pelita emas; Ibadah Raya Minggu.
-        Mezbah dupa; Ibadah Doa Penyembahan.
Itu bukan ibadah buatan tangan manusia, itu ibadah yang turun dari sorga, dari Allah. Tetapi tidak ada kesempatan untuk menguraikannya pada malam ini.
Semoga firman yang kita terima, bisa mengubah cara berpikir kita yang lama, supaya kita beribadah bukan menurut aturan/cara gerejawi, tetapi menurut aturan dari Sorga, dari Allah.

Ada yang tidak boleh kita lewatkan di sini ...
Wahyu 12: 15
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.

Ular itu menyemburkan dari mulutnya air sebesar sungai, tujuannya; untuk menghanyutkan perempuan itu sehingga terbawa arus yang kuat.
Air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga itu, adalah tandingan dari sungai air kehidupan.


Adapun sungai air kehidupan itu ialah...
Wahyu 22: 1
(22:1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
Adapun sungai air kehidupan itu mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba.

Sungai air kehidupan yang mengalir keluar dari TAKHTA ALLAH -> Injil kerajaan = pengajaran salib.
Kegunaannya: untuk mendewasakan gereja Tuhan.
Sungai air kehidupan yang mengalir keluar dari TAKHTA ANAK DOMBA -> cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus = firman yang tersingkap atau rahasia firman terbuka.
Kegunaannya: untuk menyingkapkan segala rahasia yang terkandung dalam hati = untuk menyingkapkan segala yang terselubung = dosa dibongkar dengan tuntas.

Sedangkan air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga, bukan untuk mendewasakan gereja Tuhan, dan bukan untuk menyingkapkan segala yang terselubung, tetapi untuk menghanyutkan, berbanding terbalik dengan sungai air kehidupan.
Setan bukan Setan namanya kalau dia tidak membuat sebuah tandingan, atau persamaan, sesuai dengan Yesaya 14:13-14.

Kemudian, sungai air kehidupan itu jernih bagaikan kristal.
Kristal = transparan = luar dalam sama = tampil apa adanya, itu menunjuk kepada orang yang jujur.
Jujur (polos) dipimpin oleh ketulusan hatinya.
Jadi, air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga kontradiksi dengan sungai air kehidupan yang keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba.

Kemudian, sungai air kehidupan itu jernih, berarti tidak kotor.
Kotor -> Firman yang ditambahkan dan dikurangkan = tidak jernih.
firman yang ditambahkan, artinya; hamba Tuhan menyampaikan satu dua ayat lalu ditambahkan atau disertai dengan dongeng nenek-nenek tua, disertai dengan takhayul- takhayul, cerita-cerita isapan jempol, filsafat kosong, itu kotor.
Firman yang dikurangkan: pengajaran salib diganti dengan dua hal;
1.      Teologi kemakmuran, artinya orang Kristen tidak boleh miskin, harus kaya.
2.      Pengajaran salib diganti dengan tanda-tanda heran atau mujizat.
Sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, kalau seseorang tidak mau menerima pengajaran salib dan tidak mau memikul salib yang diajarkan itu, maka orang seperti ini tidak akan berubah.
Sentral dari ibadah dan pelayanan kita adalah salib, bukan tanda-tanda heran, bukan mujizat.
Kesimpulannya, air yang menghanyutkan adalah;  firman yang ditambahkan dan dikurangkan = air yang kotor, tidak jernih.

Pertanyaannya: SIAPAKAH ORANG YANG DAPAT DIHANYUTKAN?
Jawabnya: gereja Tuhan dimana kegiatan rohaninya tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, hanya memiliki hukum-hukum dan kesaksian; firman dan Roh Kudus.

Matius 4: 3-7
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
(4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
(4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
(4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
(4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Di sini, kita melihat; sesudah Yesus berpuasa 40 hari 40 malam, Dia menghadapi tiga kali ujian. Ujian di sini disebut juga peperangan rohani.
Peperangan rohani yang pertama; berkaitan dengan firman. Peperangan kedua kaitannya dengan kegiatan Roh, berada di bubungan Bait Allah, tempat tinggi, hidup suci. Tetapi sekalipun Yesus berkemenangan dengan dua peperangan tersebut, peperangan belum berhenti.

Matius 4: 8-11
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
(4:11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Peperangan yang ketiga berkaitan dengan doa penyembahan, barulah Iblis meninggalkan Yesus.
Pendeknya; lewat doa penyembahan, Iblis dikalahkan.
Kalau hanya memiliki firman, dan kesaksian, peperangan masih berlanjut, tetapi setelah masuk di dalam doa penyembahan, Iblis dikalahkan.

Kalau kita sudah berada di tempat paling terendah, tidak ada lagi ruang atau tempat untuk jatuh.
Kalau hidup dalam doa penyembahan = berada di titik nol, tidak ada lagi ruang atau tempat untuk dijatuhkan.
                                                                                                               
Pertanyaannya: sekarang, SETELAH SETAN DIKALAHKAN, SETAN TINGGAL DI MANA?
Wahyu 12: 9, 12-13, 18
(12:9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.
(12:12) Karena itu bersukacitalah,  hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya,  celakalah kamu, hai bumi dan laut!  karena Iblis telah turun kepadamu,  dalam geramnya yang dahsyat,  karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
(12:18) Dan ia tinggal berdiri di pantai laut.

Tadi ayat 9 dan 12, Iblis atau Setan dilemparkan ke bumi dan laut, kesimpulannya pada ayat 18, ia tinggal berdiri di pantai laut.
Saudaraku, pantai laut, berarti; pasirnya banyak, di situ dia tinggal, dan itu kesukaannya, sebab yang menjadi makanan ular adalah debu tanah (pasir)...Kejadian 3:14.

Matius 7: 26-27
(7:26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
(7:27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
                                                                                                              
Di sini ada dua macam dasar bangunan; yang pertama: terbuat dari batu -> korban Kristus (ayat 24-25), sedangkan ayat 26-27, dasar bangunan yang kedua terbuat dari pasir. Maka rumah yang dibangun di atas pasir tidak tahan terhadap ujian. Rumah yang dibangun di atas dasar pasir -> kedagingan manusia.

Ada tiga jenis ujian.
1. Turunlah hujan.
2. Datanglah banjir.
3. angin melanda rumah itu.

Mari kita perhatikan satu per satu;
Tentang: TURUNLAH HUJAN -> ujian yang datang dari atas, yaitu penghulu dunia yang gelap atau roh-roh jahat di udara dengan segala tipu muslihatnya.
Perlu untuk diketahui; perjuangan kita bukan melawan darah daging (manusia), bukan melawan sesama, melainkan penghulu dunia yang gelap, roh-roh jahat di udara dengan segala tipu muslihatnya.
Itu telah dibuktikan oleh pribadi Yesus, Dia disalibkan bukan karena kejahatan, Dia mati di atas kayu salib, bukan karena dosa. Bahkan ketika berada di tiga pengadilan; pengadilan yang pertama imam besar Kayafas di situ tidak ditemukan kesalahan sekalipun ada saksi palsu. Kemudian, di hadapan Pilatus, di situ juga diselidiki kesalahan-Nya, namun tidak ada kesalahan. Pengadilan yang ketiga raja Herodes, dia sendiri mengakui bahwa Yesus adalah orang benar, itu sebabnya dia kembalikan lagi kepada Pilatus.
Bayangkan, ketika Dia dituduh, difitnah dengan tuduhan-tuduhan palsu, kemudian Dia dianiaya, disiksa, dipukul, diludahi, diberikan jubah untuk dipermainkan, lalu dipukul dengan buluh, tetapi Yesus tetap berdiam diri, sebab perjuangan kita bukan melawan darah dan daging,  melainkan melawan penghulu dunia yang gelap dengan segala tipu muslihatnya, itu sebabnya Dia tidak terperangkap dengan tipu muslihat Iblis/Setan, Dia hanya berdiam diri saja. andaikata Yesus membalas kejahatan dengan kejahatan, maka rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa berantakan/gagal.

Pendeknya; ketika rumah itu dibangun di atas dasar pasir, tidak mampu menghadapi ujian yang pertama, akhirnya rumah itu rubuh.

Tentang: DATANGLAH BANJIR -> dosa kenajisan.
Pada zaman nuh pernah terjadi air bah. Banjir melanda dunia. Semua habis, semua binasa. Hari-hari ini banjir sudah melanda dunia, melanda negara kita ini. Bukan hanya di kota, tetapi juga sampai ke desa, dilanda oleh banjir. Bukan hanya melanda orang kaya tetapi juga orang miskin, bukan hanya orang yang berparas cantik tetapi juga orang yang rupanya jelek sekalipun dilanda oleh banjir yang hebat itu. mengapa? Karena rumahnya dibangun di atas dasar pasir.

Tentang: ANGIN MELANDA RUMAH ITU -> angin pengajaran palsu.
Kita lihat rumah yang dirubuhkan angin-angin pengajaran palsu ini.
Efesus 4: 14
(4:14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,
Yang dapat diombang ambingkan oleh angin-angin pengajaran palsu adalah kerohanian yang masih kanak-kanak.
Angin pengajaran palsu itulah; firman yang ditambahkan, menyampaikan satu dua ayat lalu ditambahi dengan cerita, dongeng nenek tua, takhayul. Tetapi, firman tentang salib; ditolak.
Sangat mengkhawatirkan kondisi gereja di hari-hari terakhir ini, tetapi memang itu terjadi karena kelicikan dari nabi palsu. Supaya jiwa bertambah-tambah, terpaksalah keluar jurus-jurus kelicikan; yaitu menyampaikan satu atau dua ayat lalu ditambahi dengan cerita sana sini (ngalor ngidul), tidak jelas juntrungannya, tidak jelas arah pelayanan dan sasarannya.

Kita lihat; KANAK-KANAK ROHANI.
Ibrani 5: 11-14
(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.
(5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
(5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
(5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Kalau kerohanian masih kanak-kanak, tidak butuh kebenaran yang sejati, tidak suka makanan keras, tidak suka dengan pengajaran salib. Yang diperlukan kanak-kanak rohani adalah susu.
Kalau kanak-kanak; dirayu, mudah tergoda oleh firman yang ditambahkan, dan oleh firman yang dikurangkan.
Mengapa? Karena kanak-kanak rohani masih memerlukan susu, bukan makanan keras (tidak memiliki panca indera yang terlatih).

Lihat, ciri dari kanak-kanak rohani, selain memerlukan susu, tidak suka dengan makanan keras, tidak suka pengajaran salib, yang bersifat koreksi tetapi yang lucu-lucu iya/bersifat daging.

Ibrani 6: 1-2
(6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah,
(6:2) yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal.

Asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus; percaya, bertobat, dibaptis air. Kemudian di situ ada, mujizat-mujizat lewat penumpangan tangan.
Setelah percaya, bertobat, lalu dibaptis air, harusnya beralih pada perkembangannya yang penuh, yaitu: makanan  keras.
Kalau bertahan dengan asas-asas pertama, nanti expired, bukan memberi pertumbuhan rohani yang sehat, sebaliknya menjadi racun. Buktinya apa? Tadi kalau ditinjau dari sudut waktu harusnya menjadi pengajar, tetapi masih diajar. Jadi expired  toh? Jadi racun.
Oleh sebab itu kalau saya beli susu untuk anak saya, tanggal kadaluarsanya harus saya lihat.

Jadi, saudara jangan bangga; kalau seorang gembala pandai melucu, itu racun. Kalau seorang gembala hanya menceritakan darmawisata antar negara, bepergian ke sana ke mari, tetapi salib tidak disampaikan. Itu racun.
Seharusnya kalau kanak-kanak sudah dewasa selanjutnya beralih pada perkembangan penuh. Berikanlah makanan keras/ pengajaran salib, dosa dikoreksi dengan tegas.

Setan telah dilemparkan, tidak ada lagi tempat bagi dia di sorga, sebab dia sudah dilemparkan ke bumi dan laut = pantai laut, pasirnya banyak. Inilah sasaran empuk dari pada Setan (ular tua naga merah padam).
Maka anak Tuhan yang sudah berada dalam kegiatan Roh, tetapi masih hidup dalam tabiat-tabiat daging, hati-hati. Itu sasaran empuk dari Iblis atau Setan.

Tadi kita sudah lihat, bangunan yang didirikan di atas pasir, dia tidak sanggup menghadapi tiga jenis ujian; dari atas, itulah tipu muslihat Iblis/Setan. Ujian yang kedua; datanglah banjir, dosa kenajisan. Kemudian ujian yang ketiga; angin melanda rumah itu, itulah angin-angin pengajaran palsu, tidak sanggup.
Rumah itu rubuh, karena rumah itu dibangun di atas dasar pasir.

Saya berharap, lewat live streaming ini banyak umat Tuhan menerima ajaran. Beralih kepada perkembangannya yang penuh. Berarti, tidak berhenti hanya sebatas minum susu saja. Oleh sebab itu kita harus berjuang dalam hal ini.
Dimulai dari kita bergandengan tangan, tidak boleh lagi mengambil jalannya masing-masing. Saya rindu kita semua menjadi keluarga Allah, menjadi tiang penopang yang dipancangkan dalam rumah Tuhan, saya rindu.
Maka tidak boleh ada selisih antara pelayan dengan pelayan. Tidak boleh ada saling menghasut satu dengan yang lain.

Jalan keluar.
Keluaran 30: 6
(30:6) Haruslah kautaruh tempat pembakaran itu di depan tabir penutup tabut hukum, di depan tutup pendamaian yang di atas loh hukum, di mana Aku akan bertemu dengan engkau.
Kedudukan mezbah dupa dekat dengan tabir atau tirai penutup tabut hukum (tabut perjanjian).

Matius 27: 50-51
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

Setelah Yesus menyerahkan nyawa-Nya, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, ini perobekan daging dengan sempurna. Kadang-kadang hanya sebagian daging yang robek; tangannya tidak mencuri sepersepuluh, tetapi kakinya liar sana sini.
Atau kakinya ke rumah Tuhan, tetapi tangannya mencuri miliknya Tuhan = belum mengalami perobekan daging dengan sempurna.

Tetapi lihat, setelah Yesus menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah = perobekan daging dengan sempurna.
Dengan demikian, terbukalah jalan untuk menuju tabut perjanjian = terbukalah jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Jadi, penyembahan itu sudah sangat dekat dengan pengalaman perobekan daging.

Ibrani 10: 19-20
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
(10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,

Yesus telah mengalami perobekan daging, maka terbukalah jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Satu kali si Rut yang baru datang dari sumatera, bertanya kepada saya: apakah mungkin saya bisa sempurna? Saya jawab; manusia tidak ada yang sempurna, tetapi tidak ada yang mustahil, kita masuk dalam Kerajaan Sorga, asal kita ikuti cara ini.

Setelah terjadi penyaliban terhadap daging dengan sempurna, maka terbukalah jalan untuk masuk ke dalam Ruangan Maha Suci, yaitu: takhta Allah.

Lebih rinci kita lihat; SOAL PENYEMBAHAN INI.
Saya yakin saudara mendambakan firman untuk memperoleh pengertian. “Umat-Ku binasa karena tidak memperoleh pengertian
Imamat 16: 1-3, 12-13
(16:1) Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa.
(16:2) Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.
(16:3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
(16:12) Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir.
(16:13) Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati.

Sekali setahun imam besar harus masuk ke dalam Ruangan Maha Suci untuk mengadakan pendamaian dosa. Memperdamaikan dosanya sendiri dan memperdamaikan dosa umatnya. Tetapi Yesus telah melakukan itu hanya satu kali.

Pada saat masuk ke dalam Ruangan Maha Kudus imam besar harus membawa dua cawan.
1.   Cawan berisi darah lembu jantan muda dan darah domba jantan, lalu mengadakan tujuh kali percikan di atas tutup pendamaian, dan tujuh kali percikan di depan tabut perjanjian untuk memperdamaikan dosa umatnya.
2.   Cawan yang kedua berisi ukupan -> doa penyembahan.
Berarti doa penyembahan ini betul-betul disertai dengan pengorbanan.

Imamat 16: 12-13
(16:12) Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir.
(16:13) Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati.

Adapun ukupan itu dari wangi-wangian yang sudah digiling sampai halus, artinya; doa penyembahan itu menghancurkan segala tabiat-tabiat daging. Digiling halus, berarti tidak ada lagi bentuknya, tidak ada lagi keinginannya. Itulah doa penyembahan yang berbau harum, daging tidak punya keinginan lagi, sebab daging sudah digiling, sudah dihancurkan.

Di dalam hari perhentian (hari Sabat ) ada dua kegiatan yang kita lihat; yang pertama: kepada tujuh malaikat diberikan tujuh sangkakala, firman disampaikan. Tetapi tidak berhenti sampai di situ, yang kedua; doa penyembahan (puncak kegiatan rohani).
Sebab tadi kita sudah lihat, pelataran Bait Suci sebelah luar diserahkan kepada antikris. Kemudian, tadi kita sudah melihat juga, ular itu tidak sanggup memburu perempuan yang melahirkan Anak Laki-Laki, lalu dia memburu keturunannya yang lain, yang hanya memiliki hukum-hukum dan kesaksian (firman dan Roh), tetapi ibadahnya tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan.

Memang Setan sudah dikalahkan, dia tidak ada lagi di sorga, sebab dia telah dilemparkan ke bumi dan laut atau pantai laut. Tetapi Tuhan sudah memberi jalan keluar; yaitu; doa penyembahan, di mana ukupan yang dibakar digiling sampai halus, kemudian, dibakar, sehingga asapnya naik di hadirat Tuhan (terlepas dari daya tarik bumi) = dupa berbau harum.
Semua benda kalau dilempar ke atas akan jatuh ke bawah, benda apapun itu. Hanya satu perkara yang terlepas dari daya tarik bumi; asap dupa kemenyan, itulah doa penyembahan, sebab daging itu sudah digiling sampai halus. Bentuk daging sudah tidak terlihat lagi, apalagi keinginannya sudah tidak ada lagi.

Jadi, sekali lagi; ukupan yang digiling halus artinya penghukuman atau penghancuran terhadap daging dan tabiatnya.
Biarlah pemikiran kita diluruskan oleh firman.

Wahyu 8: 3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
Kepada malaikat itu diberikan banyak kemenyan, artinya di hari-hari terakhir ini kita harus hidup di dalam doa penyembahan yang besar untuk menghasilkan asap dupa kemenyan yang banyak, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Kemudian tantangan, rintangan di hari terakhir ini begitu banyak. Bagaimana mungkin kita bisa melepaskan diri dari daya tarik bumi kalau tidak hidup dalam doa penyembahan yang besar.

Kemenyan itu banyak, maka akan menghasilkan asap dupa kemenyan yang banyak, artinya; hidup dalam doa penyembahan yang besar.  Sehingga kita mampu mengalahkan segala sesuatu, Setan tidak bisa menjamah hidup kita lagi, karena sudah bentuk rohani. Kalau masih daging (pasir), masih bisa dijamah, tetapi kalau daging sudah dihancurkan, Setan tidak bisa lagi menjamah karena sudah digiling halus.
Kalau masih bentuk daging, akan terus menerus (tidak berhenti) menghadapi ujian, sekalipun daging itu ada firman, dan Roh Tuhan, tetapi apabila penyembahan daging itu sudah digiling halus (tidak ada lagi bentuknya), tidak ada lagi keinginannya, Setan tidak bisa menjamah lagi. Tadi penyembahan berada di titik nol, tidak ada tempat untuk jatuh, tetapi ini lebih lagi, sudah bersifat rohani, sehingga Setan tidak bisa lagi menjamah.

Wahyu 15: 1
(15:1) Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah.

Tujuh malaikat dan tujuh  malapetaka terakhir -> tujuh cawan murka Allah.
Tujuh malapetaka yang pertama -> penghukuman dari tujuh meterai.
Kemudian, penghukuman dari tujuh sangkakala oleh tujuh malaikat.

Jadi, kalau tidak menghargai firman (sangkakala), nanti pedang roh yang akan menghukum. Tidak menghargai kegiatan Roh, maka terjadi penghukuman dari tujuh meterai. Tidak menghargai doa penyembahan, maka penghukuman dari tujuh cawan murka Allah.
Kalau tadi cawan emas itu berisi dengan ukupan, sehingga ketika dibakar, asap dupa naik di hadirat Tuhan = doa berbau harum. Tetapi kalau tidak menghargainya, cawan menjadi penghukuman, atau cawan murka Allah.

Saya berharap, di mana pun anda berada, yang sedang mengikuti live streaming (video internet) perhatikanlah firman Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Kegiatan rohani harus memuncak sampai kepada doa penyembahan, supaya terlepas dari tujuh cawan murka Allah. Tidak menghargai kegiatan rohani, penghukuman dari tujuh meterai. Tidak menghargai pemberitaan firman Allah; penghukuman dari tujuh sangkakala. Yang terakhir, tidak menghargai doa penyembahan; penghukuman dari tujuh cawan murka Allah.

Selagi masih ada kesempatan, gunakan waktu yang ada ini. Sedikit waktu lagi, Tuhan mau datang.
Saudara bermain-main dengan nyawa? Hanya karena kedudukan, jabatan, ijazah yang tinggi jauh dari Tuhan, hati-hati.
Ayo, hidup dalam doa penyembahan yang besar. Terimalah kemenyan yang banyak untuk menghasilkan asap dupa kemenyan yang banyak supaya terlepas dari tujuh cawan murka Allah.

Wahyu 15: 2-3
(15:2) Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.
(15:3) Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!

Jadi, masing-masing malaikat itu memegang satu kecapi lalu mereka menyanyikan nyanyian Musa, ini menunjuk kepada suatu persekutuan yang indah.
Persekutuan yang indah lewat doa penyembahan menghasilkan nyanyian baru, logat ganjil, berbahasa Roh, bahasa lidah. Bahasa lidah (bahasa Roh) adalah nyanyian baru, hasil dari persekutuan yang indah seperti tubuh dengan kepala menyatu, yang menjadi penghubungnya adalah leher (doa penyembahan), lalu menghasilkan nyanyian baru.

Wahyu 15: 5-8
(15:5) Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka Bait Suci -- kemah kesaksian -- di sorga.
(15:6) Dan ketujuh malaikat dengan ketujuh malapetaka itu, keluar dari Bait Suci, berpakaian lenan yang putih bersih dan berkilau-kilauan dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
(15:7) Dan satu dari keempat makhluk itu memberikan kepada ketujuh malaikat itu tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah, yaitu Allah yang hidup sampai selama-lamanya.
(15:8) Dan Bait Suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasa-Nya, dan seorang pun tidak dapat memasuki Bait Suci itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu.

Mari kita segera hidup di dalam doa penyembahan supaya terlepas dari tujuh cawan murka Allah.
Hanya satu cara supaya tirai itu terbelah dua dari atas sampai ke bawah, yaitu; doa penyembahan.
Doa penyembahan, berarti terjadi penghukuman terhadap daging, seperti ukupan yang digiling habis, daging tidak terbentuk lagi, maka otomatis daging tidak memiliki keinginan. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment