KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, August 11, 2019

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 06 APRIL 2019



IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 06 APRIL 2019

STUDY YUSUF
(Seri: 156)

Subtema: “HIKMAT MENGATASI ROH JUAL BELI”

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita. Biarlah kiranya firman Tuhan melawat setiap kehidupan pemuda remaja seberapa saja yang hadir pada saat malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa kehidupan muda remaja, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan, yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live steraming, video internet, Youtube, Facebook, di manapun anda berada.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pemuda Remaja tentang study Yusuf.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku."  (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."

Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki;
-     yang sulung bernama Manasye,
-     sedangkan anak yang kedua bernama Efraim.

Selanjutnya kita akan melihat ARTI ROHANI dari kedua anak laki-laki Yusuf, di mulai dari yang sulung, yaitu; Manasye.
Mansye, artinya: Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali Yusuf kepada dua perkara, yaitu;
1.   Yusuf lupa kepada kesukarannya.
2.   Yusuf lupa sama sekali kepada rumah bapanya.

Tentang: YUSUF LUPA KEPADA KESUKARANNYA.
Kita akan melihat kesukaran Yusuf yang dibagi atas tiga fase:
FASE PERTAMA: KETIKA YUSUF TINGGAL BERSAMA DENGAN SAUDARA-SAUDARANYA.
Kisah itu ditulis dengan lengkap di dalam kitab Kejadian 37, yang dibagi atas dua bagian;
a.   Ayat 1-11: Yusuf dibenci oleh saduara-saudaranya.
b.   Ayat 12-36: Yusuf dijual ke tanah Mesir.

Kita kembali membaca...
Kejadian 37:25-28
(37:25) Kemudian duduklah mereka untuk makan. Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir. (37:26) Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya?  (37:27) Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita." Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu.  (37:28) Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.

Sementara saudara-saudara Yusuf duduk makan, suatu kafilah orang Ismael atau orang Arab lewat, mereka itu adalah saudagar-saudagar dari Midian. Lalu Yusuf segera diangkat dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael tersebut.
Mereka menjual Yusuf hanya untuk mendapatkan uang, menunjukkan bahwa saudara-saudara Yusuf adalah gembala-gembala upahan.  
Kalau hamba-hamba Tuhan menjual firman demi uang sama saja dengan GEMBALA-GEMBALA UPAHAN.

Kita sejenak memperhatikan GEMBALA-GEMBALA UPAHAN, dalam Yehezkiel 34.
Yehezkiel 34:2-4
(34:2) "Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (34:3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (34:4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman.

Gembala-gembala upahan menggembalakan diri sendiri dengan dua tanda, yaitu;
TANDA YANG PERTAMA:
-  Gembala-gembala menikmati susunya.
-  Membuat pakaian untuk mereka dari bulu domba itu.
-  Yang gemuk disembelih.
Tetapi sayangnya domba-domba itu tidak digembalakan dengan baik.

Gembala-gembala upahan menggembalakan diri sendiri dengan dua tanda, yaitu;
TANDA YANG KEDUA:
-  Yang lemah tidak dikuatkan.
-  Yang sakit tidak diobati.
-  Yang luka tidak dibalut.
-  Yang tersesat tidak dibawa pulang.
-  Yang hilang tidak dicari.
Sebaliknya, gembala-gembala menginjak-injak domba-domba itu dengan kekerasan dan kekejaman.

KESIMPULANNYA; gembala-gembala hanya mau menikmati hasil dari domba-domba itu tetapi tidak peduli dengan keadaan dari domba-domba itu sendiri.

Yesus adalah Gembala Agung, Dia peduli dengan kita, Dia sangat memperhatikan kita, Dia memelihara kehidupan kita. Kehidupan muda remaja adalah domba-domba yang sudah dipelihara oleh Tuhan sampai pada saat ini dan pemeliharaan itu sudah terbukti.

Yehezkiel 34:5
(34:5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-domba-Ku berserak

Akibatnya; domba-domba berserak dan menjadi makanan binatang hutan (binatang buas).

Kita lihat kaitanya dengan injil Yohanes 10.
Yohanes 10:12-13
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.  (10:13) Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.

Seorang upahan ketika melihat serigala datang, ia lari meninggalkan domba-domba itu. Pendeknya; gembala upahan adalah gembala yang tidak bertanggung jawab.
Tidak bertanggung jawab, berarti; tidak peduli, tidak mau memperhatikan kawanan domba dalam keadaan apapaun, entah itu tersesat, hilang, sakit, luka, dan lain sebagainya, tidak diperhatikan. Mereka hanya memperhatikan diri sendiri dengan membuat pakaian dari bulu domba, menikmati susunya, dan menyembelih yang gemuk dari antara kawanan domba itu. Sementara serigala datang mereka lari, membiarkan domba-domba itu diterkam dan dicerai-beraikan oleh serigala, itulah binatang hutan, binatang buas.

Tentu pemuda remaja tidak setuju kalau melihat gembala yang demikian, kalau kita bisa mengerti atau tidak setuju melihat gembala upahan maka tentu kita juga sebagai domba-domba sebaliknya harus tergembala dengan baik, jangan juga melulu pikiran ini terpusat hanya untuk uang, harus ada hubungan timbal balik, jangan kita melihat kekurangan orang lain, tapi kita mempunyai kekurangan juga.

Yehezkiel 34:6
(34:6) dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorangpun yang memperhatikan atau yang mencarinya.

Karena domba-domba itu tidak tergembala maka domba-domba itu tersesat di semua gunung-gunung dan di semua bukit yang tinggi, kemudian di seluruh tanah itu domba-domba berserak.
Sebetulnya kalau kita berada di rumah Tuhan beribadah dan melayani, tidak ada istilah kata tersesat, tetapi kenyataannya di sini domba-domba tersesat di semua gunung dan disemua bukit yang tinggi, tidak hanya itu, kemudian di seluruh tanah itu domba-domba berserak.

Kita lihat lebih rinci dalam Ayub 39.
Ayub 39:10-11
(39:10) Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja yang hijau.

Keadaan domba-domba ketika tersesat di semua gunung;
-  Ia menertawakan keramaian kota”, artinya; mengecilkan ibadah dan pelayanan.
Jangan sampai karena sesuatu perkara lahiriah kita mengecilkan ibadah dan pelayanan, itu sama artinya dengan sedang tersesat di gunung-gunung dan di bukit yang tinggi.
Tanda tersesat di gunung dan bukit yang tinggi: tidak mendengarkan teriak si penggiring, artinya; tidak mau mendengar suara gembala.
Dulu sebelum kita mengerti arti sebuah penggembalaan kita lebih dominan mendengarkan suara pimpinan di  tempat kita bekerja, dan itu tidak salah, itu memang benar, tetapi seharusnya kalau kita disebut domba kita harus lebih mendengarkan suara gembala dari pada suara yang lain-lain.
Pemeliharaan itu adalah jaminan dari Gembala Agung, suara asing tidak akan memelihara jiwa kita. Biar kita memiliki kedudukan yang tingi, karir yang bagus, sukses, dan lain sebagainya, itu suara asing, bukan suara gembala.
Jadi, kalau dia mendengar suara asing, sekalipun berada di gunung Tuhan = tersesat.

-  Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya = berada dan tersesat disemua gunung-gunung.
Berada di semua tempat-tempat ibadah dengan alasan untuk mencari apa saja yang hijau, alasannya untuk mencari firman Tuhan. Mencari firman Tuhan di semua tempat-tempat ibadah tetapi tidak tergembala dalam satu penggembalaan = tersesat.
Banyak anak Tuhan beribadah di semua tempat peribadatan, alasannya untuk mencari firman Tuhan, tetapi kalau tidak tergembala dalam satu kandang penggembalaan itu sama dengan tersesat. Minggu ini beribadah di satu tempat peribadatan, minggu depan beribadah lagi di satu tempat peribadatan yang lain, lalu kalau ditanya: “Alasannya apa?”, dan jawabannya: Mencari firman
Kalau tidak tergembala di satu penggembalaan biar mencari firman tetap sama dengan tersesat di gunung-gunung Tuhan. Yang mengerti keadaan dari domba-domba hanyalah gembala, kalau upahan tidak. Ketika melihat serigala seorang upahan akan lari, dia tidak akan bertanggung jawab.

Ayub 39:9
(39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya.

Tempat bagi domba-domba yang tidak tergembala adalah tanah dataran.
Tanah dataran persamaannya; tidak bergunung-gunung dan tidak berlembah-lembah, itulah yang disebut tanah dataran, itulah tempat kalau tidak tergembala.

Kita harus semakin dewasa, karena ada ayat firman mengatakan; umat-Ku binasa karena tidak memiliki pengertian”, kemudian, kalau tidak ada Wahyu liarlah domba.”

Ulangan 11:10-11
(11:10) Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur.  (11:11) Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit;

Tanah Kanaan ialah negeri bergunung-gunung dan berlembah-lembah -> pengalaman kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Jadi, berada di tanah Kanaan, berarti; hidup di dalam kemurahan, dan kemurahan Tuhan itu seperti mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit.

Negeri yang bergunung dan berlembah; tidak mungkin mengambil air dari lembah lalu naik untuk menyirami di tempat yang tinggi. Tetapi berada di tempat yang tinggi dan berlembah adalah hidup di dalam kemurahan, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan. Hidup di dalam kemurahan mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit.
Sebaliknya, tanah dataran; setelah benih di tabur maka akan disirami dengan jerih payah, artinya; mengandalkan kekuatan. Kalau mengandalkan kekuatan = hidup dengan segala jerih payah.

Yang terpenting seharusnya; doakan gembala itu jangan menjadi gembala upahan, supaya kehidupan muda remaja menjadi kehidupan yang tergembala, tidak tersesat di gunung-gunung dan tidak berserak di tanah dataran, seakan-akan kebun sayur disirami dengan jerih payah.
Kita ini ada di kebun anggur Tuhan, hidup di dalam kemurahan lewat pengalaman kematian dan kebangkitan.
Jadi jangan lari dari pengalaman kematian. Tidak mungkin ada kebangkitan tanpa melalui pengalaman kematian. Kalau didahului dengan sengsara, bersyukur, berarti tidak lama lagi Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya.

Orang dunia sendiri tahu, berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, artinya; bersakit-sakit dahulu baru bersenang-senang di kemudian hari, itu orang dunia.
Sementara kita di dalam Tuhan, tergembala dengan baik, maka seharusnya pengalaman kematian dan kebangkitan tidak asing bagi kita, itu juga merupakan pengalaman kita karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup, itulah Tuhan Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya; mati, bangkit dan dipermuliakan, itu suatu kemurahan.

Kita kembali membaca Kejadian 37.
Kejadian 37:28
(37:28) Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.

Adapun Yusuf dijual ke orang Ismael seharga 20 keping syikal perak.
Jadi, firman pengajaran Mempelai dihargai dengan 20 keping syikal perak.

Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel yang sudah menggembalakan kehidupan kita sampai sejauh ini, dan itu jaminan hidup. Pertanyaannya; apakah kita mau menghargai firman Pengajaran Mempelai yang sudah menggembalakan kehidupan kita ini hanya seharga 20 keping perak saja?
Kalau saya bertanya kepada saudara: Berapa harga nyawa saudara? Bisa dihargai dengan 1 triliun? Tentu saudara tidak mau, karena nyawa jauh lebih berharga, uang yang nilainya tinggi tidak sebanding dengan nyawa.
Nyawa kita ini lebih mahal dari pada jumlah uang yang banyak, tetapi di sini kita melihat; saudara-saudara Yusuf menjual Yusuf hanya demi 20 keping syikal perak.

Mari kita bandingkan dengan injil Matius 26.
Matius 26:14-15
(26:14) Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.  (26:15) Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.

Di sini kita melihat Yudas menjual Yesus kepada imam-imam kepala seharga 30 keping uang perak.
Bagi Yudas, 30 keping uang perak lebih berarti dari pada nyawanya.

Matius 26:16
(26:16) Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Selanjutnya, Yudas mencari kesempatan untuk menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala.
Sungguh malangnya kehidupan seperti ini, padahal kalau kita bandingkan dengan apa yang telah dikerjakan oleh Yesus selama 3.5 tahun bersama dengan 12 murid.
Tuhan itu memperhatikan ladang tuaian, Ia sendiri berkata; lihatlah di sekelilingmu ladang-ladang sudah menguning siap untuk dituai”. Pandangan Tuhan adalah pandangan yang suci, mulia, karena Dia melihat ladang tuaian, Dia tidak melihat kelemahan kita, yakni kejahatan-kejahatan, kenajisan-kenajisan, dan kefasikan-kefasikan.

Seorang yang kerasukan Setan di Gerasa, Tuhan memandang dia sebagai ladang tuaian, sehingga demi satu jiwa Dia harus mengusir Legion, (roh-roh jahat yang banyak itu) kepada sejumlah besar babi-babi yang ada di sekitar itu, sekitar 2000 babi dan akhirnya babi itu terjun bebas kepada kebinasaan, Tuhan tidak peduli. Tuhan memandang kita sebagai ladang tuaian, Tuhan tidak melihat kekurangan, kelemahan kita, dan Tuhan tidak hanya melihat kelebihan-kelebihan kita, Tuhan memperhatikan kita bukan karena kelebihan kita.
Demikian juga dengan perempuan yang kedapatan berbuat zinah di pagi hari, Tuhan melihat dia sebagai ladang tuaian, Tuhan juga melihat perempuan Samaria sebagai ladang tuaian, Dia tidak melihat kelemahan-kelemahannya, tetapi Yudas lebih kepada memandang uang dari pada keselamatan jiwa, sementara dia tidak sadar, dia sedang berkubang dan terikat dengan uang.

Jangan sampai sibuk dengan pekerjaan hanya karena uang.
Perhatikan, kita sedang berkubang di dalam dosa, tetapi Tuhan sendiri melihat keberadaan kita sebagai ladang tuaian, sebaliknya kita sendiri tidak memperhatikan kehidupan kita, tidak peduli dengan keselamatan jiwa kita, sesuatu yang sangat malang dan janggal sekali.

Untuk menyadari itu semua, mari kita lihat suatu peristiwa dalam Matius 26.
Matius 26:30-32
(26:30) Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.  (26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.  (26:32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."

Yesus berkata kepada murid-murid; “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea."
Yesus mengatakan hal itu kepada murid-murid sebab Dia mengetahui bahwa Ia telah diserahkan oleh Yudas Iskariot kepada imam-imam kepala untuk selanjutnya disalibkan, artinya; Tuhan itu adalah Gembala Agung, gembala yang baik, gembala yang sangat memperhatikan kawanan domba itu.
Jadi sebelum gembala itu disalibkan, dibunuh dan mati, Dia sudah terlebih dahulu mengingatkan kawanan domba-domba-Nya, memperhatikan 12 murid supaya mereka tetap berjaga-jaga karena gembala domba akan diserahkan dan dibunuh. Dia sangat memperhatikan kehidupan pemuda remaja.
Jadi kalau Tuhan yang sedemikan rupa memperhatikan kehidupan pemuda remaja sebagai kawanan domba, maka seharusnya pemilik nyawalah yang harus lebih prihatin lagi di dalam hal memperhatikan dirinya, nyawanya, jiwanya.

Matius 26:33
(26:33) Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak."

Petrus menjawab Tuhan Yesus; "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." Perkataan ini menunjukkan, bahwa; sekalipun tidak ada gembala, Simon Petrus tetap kuat, tidak akan lemah, tidak akan jatuh di dalam dosa. Sementara di atas tadi kita sudah melihat, berada di semua gunung-gunung, tempat-tempat rumah Tuhan (tempat beribadah), tetapi tidak tergembala dalam satu kandang pengembalaan, itu sudah tersesat, bahkan sekalipun alasannya mencari firman, itu sudah tersesat.
Jawaban Simon Petrus ini menunjukkan seolah-olah dia tidak membutuhkan gembala, tanpa gembala dia menyatakan diri sebagai seorang yang kuat, tidak akan jatuh ke dalam dosa.

Matius 26:34
(26:34) Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Tetapi dengan sabar Yesus tetap kembali berkata kepada Simon Petrus: " sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Respon Simon Petrus terhadap pernyataan Yesus.
Matius 26:35
(26:35) Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga.

Simon Petrus berkata kepada-Nya; "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau."
Tidak menyangkal salib, berarti; menyangkal dirinya, artinya; sekalipun tidak ada gembala, ia tidak akan menyangkal salib, berarti tetap memikul salib.
Pernyataan Petrus ini menunjukkan bahwa Petrus tetap kuat sekalipun tidak ada gembala, bahkan dia rela mati apapun yang terjadi.

Sekarang, mana yang benar? Perkataan Tuhan apa perkatan Petrus? Mari kita liat PEMBUKTIANNYA dalam ayat 69-74.
Matius 26:69-74
(26:69) Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." (26:70) Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud." (26:71) Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."  (26:72) Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu."  (26:73) Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu."  (26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.

Di sini kita melihat Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.
PENYANGKALAN YANG PERTAMA, Petrus berkata: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud", artinya; sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu.
Banyak orang Kristen yang seperti ini; sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu, ini penyangkalan pertama.
Sudah melihat dan sudah tahu sesuatu perkara yang memang harus kita kerjakan, jangan pura-pura tidak tahu, kalau sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu, itu penyangkalan yang pertama terhadap salib. Kalau tidak bertobat dari penyangkal yang pertama nanti akan lanjut kepada penyangkalan yang kedua.

PENYANGKALAN YANG KEDUA yaitu; “Aku tidak kenal orang itu.
Masakan Simon Petrus tidak mengenal Yesus? Selama 3.5 tahun dia bersama-sama dengan Yesus dalam keadaan apapun, dalam situasi apapun, dia selalu bersama-sama dengan Yesus, tetapi kenyataannya dia menyangkal Yesus untuk yang kedua kali, dengan berkata; “aku tidak kenal orang itu.”
Perhatikan; Simon Petrus adalah murid yang pertama, pekerjaannya semula adalah penjala ikan lalu menjadi penjala jiwa, dan dia diberi jabatan rasul. Berarti, dengan berkata “aku tidak mengenal Dia,” sama artinya tidak mengakui, bahkan tidak menghargai karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus yang dipercayakan oleh Tuhan.
Ini penyangkalan yang kedua, jauh lebih parah dari pada penyangkalan yang pertama terhadap salib Kristus. Juga kalau tidak mau bertobat dari penyangkalan yang kedua ini maka akan meningkat lagi kepada penyangkalan yang ketiga.

PENYANGKALAN YANG KETIGA, Simon Petrus berkata; Aku tidak kenal orang itutetapi diawali dengan mengutuk dan bersumpah.
Tuhan rela disalibkan supaya kutuk nenek moyang terpatahkan (terputuskkan), sebab dalam Galatia dikatakan, bahwa: terkutuklah orang yang tergantung di atas kayu salib, berarti oleh karena salib, segala kutuk nenek moyang, perbuatan sia-sia yang diwariskan dari orang tua semua putus.
Tetapi kehidupan yang belum terputus dari kutuk selalu mengutuk; bahasanya mengutuk mengutuk dan mengutuk, menghakimi menghakimi dan menghakimi, mendakwa mendakwa dan mendakwa, menuduh menuduh dan menuduh, itu adalah suasana kutuk, padahal dosa sudah ditanggung di atas kayu salib, tetapi tidak ada lagi kata-kata lain selain mengutuk.
Kemudian perkataan yang kedua, Simon Petrus bersumpah. Di dalam Injil Matius 5, jelas di sana dikatakan bahwa; janganlah engkau juga bersumpah demi kepalamu karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun, jika ya katakan ya jika tidak katakan tidak, apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Jadi, orang yang bersumpah adalah orang yang berasal dari si jahat. Anak Tuhan tidak perlu bersumpah kalau ya katakan saja ya, kalau tidak katakan saja tidak, apapun resikonya, tidak perlu berdalih dan bersumpah, tidak perlu kita menjawab dengan liku-liku, sebab dusta itu berasal dari Setan.
Imam-imam, orang-orang yang melayani Tuhan tidak boleh lagi berkata-kata sumpah, baik demi apapun. Perkataan yang keluar dari imam-imam: ya di atas ya, tidak di atas tidak, apapun resikonya tanggung saja, supaya kita dibenarkan oleh Tuhan di hadapan-Nya.
Dari pada kita menyucikan diri, membenarkan diri kepada orangtua dan sesama tetapi kehidupan kita tidak benar di hadapan Tuhan, lebih baik terima resiko ya di atas ya, tidak di atas tidak, tetapi kita sudah dibenarkan oleh Tuhan walaupun sakit. Kalau tidak, orang yang semacam ini tidak akan pernah dibenarkan oleh Tuhan, orang yang semacam ini berasal dari Setan, si pendusta.

Berjanji mulai dari sekarang jangan lagi menyangkal salib Kristus. Kalau kita pernah menyangkal salib yang pertama langsung segera berubah, minta ampun kepada Tuhan.
Lihat, waktu Simon Petrus menyangkal salib Yesus yang pertama dan yang kedua, kerohaniannya merosot dari halaman sampai ke pintu gerbang, artinya sedikit lagi ia keluar dari Tuhan, tetapi mari kita kembali memperhatikan Matius 26.

Matius 26:74
(26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.

Setelah Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, berkokoklah ayam.
Berarti, apa yang telah dinyatakan Yesus kepada Simon Petrus, terbukti. Sementara pernyataan Simon Petrus kepada Yesus, tidak terbukti, ia tidak rela mati demi Tuhan Yesus Kristus.

Jadi, banyak kali di antara kita ini seperti kelihatan berapi-api di dalam Tuhan tetapi pada saat diperhadapkan dengan salib, dia pura-pura tidak tahu padahal sudah tahu. Akhirnya karena dia tidak bertobat dari situ, dia rela mengecilkan jabatan-jabatan, karunia-karunia yang dipercayakan oleh Tuhan, sampai pada akhirnya karena dia tidak mau bertobat, dia bersungut-sungut dan berkata-kata dengan sumpah. Jadi semakin parah penyangkalannya kepada Tuhan.
Dan sesudah dia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali barulah ayam berkokok, supaya bahwa Tuhan yang benar, kita banyak salah.
Perhatikan; roh itu penurut tetapi daging lemah. Kita tidak bisa mengandalkan daging ini, karena daging ini adalah tempatnya kelemahan-kelemahan, tempatnya kekurangan-kekurangan, maka bagaimana mungkin kita bisa mengandalkan daging ini untuk menghadapi segala sesuatu?
Jadi memang kita harus tergembala. Kita tidak boleh menjual gembala, itulah Firman Pengajaran Mempelai yang telah menggembalakan kita hanya demi 30 keping uang perak. Jangan kita jual ibadah pelayanan ini, jangan kita kecilkan imamat rajani, karunia-karunia, dan jabatan-jabatan Roh Kudus hanya karena 30 keping uang perak.
Jangan susahkan diri sendiri, hanya karena uang, hanya karena jabatan, karir dan lain sebagainya.

Tetapi, mari kita perhatikan ayat 75.
Matius 26:75
(26:75) Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Tetapi untungnya Simon Petrus menangis, menyadari diri bahwa dia banyak salah, banyak kekurangan.
Air mata adalah tanda kerendahan hati seseorang.

Ketika kita ditegor dan menyadari diri, lalu air mata tidak bisa lagi dibendung, itu tanda kerendahan hati, tetapi kalau seseorang yang keras hati, sombong, angkuh, dia tidak akan pernah hancur hati dan menangis sekalipun ada teguran-teguran, dia hanya menangis kalau dia putus dari pacarnya, dia hanya menangis kalau dia tidak bekerja, itu kesombongan yang terselubung, sebaliknya panas hati, keras hati kalau ditegur. Tetapi kalau orang yang mendapat teguran lalu segera menangis, itu tanda kerendahan hati.
Air mata itu tanda kerendahan hati. Air tidak pernah mengalir ke atas selalu mencari dataran rendah.

Tadi Yusuf zaman Firaun, Yesus zaman Herodes, sekarang kita melihat GEREJA TUHAN DI ZAMAN AKHIR, ZAMAN ANTIKRIS.
Wahyu 13:16-18
(13:16) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, (13:17) dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. (13:18) Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

“Yang penting disini ialah hikmat, barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.”
Di sini kita melihat cap meterai dari pada antikris, tandanya; ada pada tangan kanan atau dahi dengan bilangan; 666.
Pada masa antikris yang bebas menjual dan membeli adalah orang-orang yang menerima tanda di tangan kanan dan di dahi. Berarti kita dapat menarik kesimpulan roh antikris ini adalah roh jual beli.

Jadi sama;
-       dimulai dari Yusuf juga telah ada roh jual beli,
-       zaman Yesus juga sudah ada roh jual beli,
-       kemudian di zaman akhir (zaman antikris) juga dikuasai oleh roh jual beli.
Jadi kita harus hati-hati dengan roh jual beli ini, kalau tidak sungguh-sungguh dari sejak sekarang untuk tergembala di dalam satu kandang penggembalaan, hati-hati, tidak tertutup kemungkinan kehidupan semacam ini akan dikuasai oleh roh jual beli.
Kalau hari ini saja kita tidak dapat menguasi diri terhadap roh jual beli, dengan bukti; hanya karena uang kita overtime, kita tinggalkan ibadah, kita tinggalkan pelayanan, sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu, kemudian mengecilkan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus, dan mulai akhrinya bersungut-sungut dan mengutuk, hati-hati, itu adalah roh antikris, penyangkalan terhadap salib.

Hati-hati dengan roh jual beli ini. Itu sebabnya saya selalu ingatkan kalau sudah selesai kerja, pulang, jangan ada kata-kata: “tetapi aku kan tidak melayap. Roh kita harus roh tergembala bukan masalah ngelayap, bukan masalah tidak pergi ke tempat dugem-dugem, bukan itu, roh kita harus roh domba yang tergembala. Miliki roh domba yang tergembala, kalau tidak, nanti larinya ke sana, roh jual beli.
Maka, tentu kita harus bersyukur kepada Tuhan, sejauh ini kita sudah menikmati dan digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
Yusuf itu gambaran dari pengantin perempuan (gereja Tuhan yang sempurna), dialah Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Jangan sampai kita jual Firman Pengajaran Mempelai yang sudah menggembalakan kita hanya demi beberapa keping uang.

Mari kita lihat; ANTIKRIS.
Wahyu 13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.

Binatang yang keluar dari dalam laut -> antikris.
Adapun binatang itu; bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh, kemudian di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota. Berarti; 10 + 7 + 10, seluruhnya 27.
27 itu berbicara tentang kitab-kitab yang tertulis dalam Perjanjian Baru.
Jadi seolah-olah mereka itu memberikan suatu janji dengan kemurahan seperti kemurahan yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus. Perjanjian Baru ditulis oleh rasul-rasul.
Itulah kelicikan dari antikris, liciknya roh jual beli, seolah kita memperoleh kemurahan seperti kemurahan yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada kita.

Wahyu 13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.

Binatang yang keluar dari dalam laut itu adalah kumpulan dari tiga jenis binatang.
Berbeda dengan Anak Domba Allah, Tuhan Yesus Kristus, Dia adalah anak Domba Allah, betul-betul pure Anak Domba Allah dan akhrinya disembelih untuk selanjutnya dipersembahkan. Disembelih bukan karena Dia bodoh, tetapi disembelih untuk menebus dosa kita.
Sedangkan binatang yang keluar dari dalam laut ini kumpulan dari tiga jenis bintang, antara lain;
-  Macan tutul.
-  Beruang.
-  Singa.
Sewaktu-waktu bisa menjadi macan tutul, sewaktu-waktu bisa seperti beruang, sewaktu-waktu bisa menjadi seperti singa, jadi wujudnya tidak jelas. Tetapi yang pasti, tiga gabungan dari bintang ini merupakan binatang buas.

Jadi sebetulnya antikris ini mengerikan, tidak menjanjikan. Hati-hati dengan roh jual beli.
Sekali lagi saya ingatkan; jangan jual Pengajaran Mempelai hanya karena uang. Jangan jual Tuhan Yesus dan rela overtime mencari uang, meninggalkan ibadah pelayanan, mengecilkan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El Kudus, hati-hati.

Wahyu 13:3
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.

Jadi saudaraku ajaran dari antikris ini adalah ajaran akal-akalan.
Salah satu dari kepala binatang itu luka parah tetapi akhirnya sembuh, sehingga seluruh dunia heran lalu mengikuti binatang itu.
Jadi pelayanan dari antikris ini hanya berbicara soal mujizat, tetapi tidak mengerti soal pengalaman kematian.
Seharusnya kalau kita mengalami sengsara, banyak mengalami luka-luka karena ini dan itu, karena berbagai hal, seharusnya dilanjutkan sampai kepada pengalaman kematian.
Tetapi di sini antikris tidak demikian, mengalami luka, mengalami sengsara, tetapi tidak lanjut sampai pengalaman kematian, itu akal-akalan. Tujuan mereka mengadakan mujizat supaya orang/manusia terheran, dunia terheran untuk selanjutnya mengikuti mereka, Tuhan ditinggalkan, mereka diikuti.

Mengapa antikris melakukan demikian? Karena naga, itulah gambaran Setan, berdiri di belakang dari pada antikris ini, memberikan kepadanya kekuatannya, takhtanya dan kekuasannya yang besar, sehingga pelayanan mereka akal-akalan.
Jangan sampai kita melayani dengan kebangkitan yang palsu. Mengapa ada kebangkitan palsu? Karena pengalaman kematiannya palsu, seperti antikris ini; sepertinya melayani Tuhan dalam suasana kebangkitan.
Pelayanan itu sama seperti berada di tanah Kanaan, itulah suasana kebangkitan. Tujuan bangsa Israel di tanah Kanaan hanya satu; untuk beribadah dan berbakti kepada Allah yang hidup, tetapi kalau tidak masuk di dalam pengalaman kematian, itu kebangkitan yang palsu, itulah keadaan dari pada antikris, pelayanan mereka akal-akalan. Inilah yang harus kita waspadai.

Jalan keluarnya:
YANG PERTAMA.
Wahyu 13:18
(13:18) Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

Yang terpenting adalah hikmat. Jadi, hanya dengan hikmat kita bisa mengenal antikris. Kalau tidak ada hikmat, kita tidak pernah mengenal antikris.

Kita kaitkan dengan PRIBADI SALOMO.
1 Raja-raja 3:5-6, 9-12
(3:5) Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu."  (3:6) Lalu Salomo berkata: "Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini. (3:9) Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (3:10) Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. (3:11) Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, (3:12) maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau.

Untuk yang pertama kali Tuhan menampakkan diri-Nya kepada Salomo di Gibeon, dan Salomo tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, oleh sebab itu ia meminta hikmat dari Tuhan.
Kesempatan itu dia tidak sia-siakan, dia betul-betul memohon hikmat. Dia tidak meminta umur panjang, tidak meminta kekayaan, tidak meminta nyawa musuh.

Jadi, keliru rasanya kalau hamba Tuhan melayani Tuhan karena uang, kekayaan, harta, itu suatu kekeliruan, dia sibuk dengan nyawanya (umur panjang), tetapi dia tidak sibuk dengan nyawa domba-domba yang dilayani.
Kemudian, Salomo tidak meminta nyawa musuh, yang dia minta hanyalah meminta hikmat. Jadi rasanya keliru kalau hamba Tuhan melayani hanya untuk mencari upah, tinggalkan penggembalaan hanya untuk mencari uang, sungguh keliru. Bagaimana dia dipelihara oleh Tuhan sementara dia tidak bertanggungjawab kepada kawanan domba yang dipercayakan oleh Tuhan.
Maka dari pengertian ini, seharusnya pemuda pemudi, anak-anakku semua harus bersyukur. Saya secara pribadi, hari-hari ini sedang merindukan dengan sungguh-sungguh supaya kiranya Tuhan memenuhi kehidupan saya dengan hikmat sorgawi.

Jalan keluarnya:
YANG KEDUA.
1 Raja-raja 9:1-2
(9:1) Ketika Salomo selesai mendirikan rumah TUHAN dan istana raja dan membuat segala yang diinginkannya,  (9:2) maka TUHAN menampakkan diri kepada Salomo untuk kedua kalinya seperti Ia sudah menampakkan diri kepadanya di Gibeon.

Setelah Salomo selesai mendirikan rumah Tuhan dan istana raja, maka Tuhan menampakkan diri kepada Salomo untuk yang kedua kalinya.
Jadi, memang pembangunan rumah Tuhan harus diperhatikan, tidak boleh diabaikan begitu saja, sebab sesudah Salomo mendirikan rumah Tuhan, barulah Tuhan menampakkan diri kembali kepada Salomo untuk yang kedua kalinya. Perhatikan baik-baik.

1 Raja-raja 9:3
(9:3) Firman TUHAN kepadanya: "Telah Kudengar doa dan permohonanmu yang kausampaikan ke hadapan-Ku; Aku telah menguduskan rumah yang kaudirikan ini untuk membuat nama-Ku tinggal di situ sampai selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.

Salomo mendirikan rumah Tuhan, tujuannya adalah untuk membuat nama Tuhan tinggal di situ sampai selama-lamanya.
Jadi, intinya rumah Tuhan atau Bait Allah adalah tempat Tuhan berdiam sepanjang masa, itulah sebabnya akhirnya Tuhan menampakkan diri kepada Salomo untuk yang kedua kalinya.

Kita masuk lebih dalam lagi
1 Raja-raja 8:9-11
(8:9) Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir. (8:10) Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, (8:11) sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN.

Rumah Tuhan adalah tempat Tuhan berdiam untuk selama-lamanya. Setelah Tuhan berdiam, maka rumah Tuhan dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan.
Kalau kita dipenuhi kemuliaan Tuhan, maka segala jenis dosa tidak sanggup bertahan, oleh sebab itu biarlah kita menjadi rumah Tuhan, tempat kediaman Tuhan dan akhirnya kemuliaan Tuhan memenuhi kehidupan kita.  Sebaliknya manusia yang hina, manusia yang berdosa disebut debu tanah, menjadi sasaran empuk dari ular, gambaran dari Iblis Setan.

Itulah keadaan dari pada Salomo ketika Tuhan menampakkan dirinya baik untuk yang pertama maupun yang kedua.

Pertanyaannya; apa tanda kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Tuhan?
Tandanya ialah; setelah rumah Tuhan selesai dibangun, Salomo menempatkan tabut perjanjian itu di dalam rumah Tuhan, sementara di dalam tabut perjanjian hanya ada dua loh batu, berisikan sepuluh hukum Allah.
Berarti, penampakan Tuhan yang pertama kepada Salomo untuk memberikan hikmat, kalau dikaitkan dengan dua loh batu itulah pembukaan rahasia firman. Pembukaan rahasia firman itulah dua loh batu yang dipecah-pecahkan, Yesus menyerahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga dengan demikian kita boleh menikmati pembukaan rahasia firman, itulah hikmat yang diterima oleh Salomo.

Jadi yang terpenting adalah hikmat, pembukaan rahasia firman, dua loh batu yang dipecahkan, itu yang pertama-tama yang harus kita terima dari Tuhan, dan dengan hikmat inilah barulah terwujud pembangunan rumah Tuhan.
Setelah rumah Tuhan terbangun, barulah Tuhan menyatakan diri-Nya di dalam kemuliaan, yaitu tabut perjanjian yang berisikan dua loh batu dibawa ke dalam rumah Tuhan, sehingga rumah Tuhan penuh dengan kemuliaan-Nya.
Jadi kelak Yesus datang pada kali yang kedua bukan lagi menjadi Tuhan dan Juruselamat, Dia tidak lagi menyerahkan diri-Nya, segenap hidup-Nya di atas kayu salib, tetapi Dia datang pada kali kedua di dalam kemuliaan yang kekal sebagai Raja dan Mempelai Pria sorga yang sempurna.

Itulah akhirnya, memang betul-betul kita sangat membutuhkan hikmat. Kalau tidak, kita tidak akan berada di dalam kemuliaan yang kekal kelak.
Penampilan Yesus yang pertama; menyerahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, itulah hikmat.
Rasul Paulus sangat menghargai hikmat sehingga dia tetap memberitakan tentang pribadi Yesus yang disalibkan sekalipun orang Yahudi menghendaki mujizat, sedangkan orang Yunani mencari hikmat, tetapi sebetulnya salib Kristus adalah hikmat Allah, salib Kristus adalah kekuatan Allah.

Yang kita cari adalah pembukaan rahasia firman, dua loh batu yang pertama, supaya nanti berada pada dua loh batu yang kedua yang tersimpan dalam tabut perjanjian, hadirat Tuhan dalam kemuliaan-Nya, itu yang menyelamatkan kita.
Tidak usah kita minta umur panjang, nyawa musuh, dan kekayaan, tidak usah. Yang harus kita doakan sekarang ini adalah bagaimana kita memperoleh hikmat sorgawi, terjadi pembukaan rahasia firman dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah, itu nomor satu.
Jadi salah kaprah kalau hamba Tuhan melayani untuk mencari uang. Ini bukan hamba Tuhan yang membawa kepada kemuliaan, keselamatan kekal.
Percayakan dirimu kepada Gembala Agung, yang bertanggung jawab terhadap jiwa-jiwa, domba-domba. Dia memandang kita sebagai ladang tuaian, Dia tidak melihat dosa kita. Yang terpenting adalah hikmat (pembukaan rahasia firman). Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman;
Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang






No comments:

Post a Comment