KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, August 29, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 05 MEI 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 05 MEI 2019


KITAB WAHYU
(Seri:)

Subtema: “ADA TUJUH KALI BUNYI GURUH”

Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Oleh karena kemurahan Tuhan, kita diijinkan kembali mengusahakan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, di mana pun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita lewat lawatan firman yang akan kita terima sore ini.
Oleh sebab itu, marilah dalam doa kita mohonkan kemurahan Tuhan pada saat ini.

Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 10:3
(10:3) dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.

Perhatikan kalimat: “Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.”

Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
I. BUNYI DERU GURUH YANG PERTAMA.
Wahyu 4:4-5
(4:4)  Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

Pertama kita perhatikan kalimat: “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu”
Model kegiatan di dalam Kerajaan Sorga digambarkan seperti kilat dan bunyi guruh menderu.
Ø  Seperti kilat, berarti; memiliki gerak dengan kecepatan yang tinggi.
Demikianlah kiranya kita melayani Tuhan dan melayani pekerjaan-Nya, kita tidak boleh berlambat-lambat, kita tidak boleh bermain-main, apalagi bermasa bodo, sebab kita berlomba dengan geraknya musuh Allah, yaitu antikris yang begitu gesit dan tangkas dalam menggunakan kesempatan, sebagaimana tertulis dalam Wahyu 13:2; “Binatang yang keluar dari dalam laut, serupa dengan macan tutul, berarti; memiliki kecepatan yang tinggi, kakinya seperti kaki beruang berarti cekatan dalam berburu, dan mulutnya seperti mulut singa.
Maka kehidupan yang lemah dan yang berlambat-lambat dan yang suka menunda-nunda pekerjaan Tuhan menjadi sasaran dan incaran dari antikris suatu kali kelak nanti.
Ø  Bunyinya seperti guruh yang menderu, menunjuk suatu aliran yang sangat kuat dan tidak dapat dibendung oleh apa pun, oleh kekuatan dan kekuasaan apa pun di atas muka bumi ini.

Kemudian di sini kita perhatikan: “tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu
Artinya; gerakan atau kegiatan di dalam Kerajaan Sorga itu ada di dalam terang, sebab Allah tidak bekerja di dalam gelap. Keadaan (suasana) dari Kerajaan Sorga itu terang, tidak ada gelap, tidak ada malam, karena yang menjadi terang (menjadi pelita), Anak Domba itu sendiri.
Jangan kita melayani Tuhan, tetapi ada dosa yang disembunyikan, masih suka berada di dalam kegelapan untuk menyembunyikan dosa, Tuhan tidak suka. Melayani Tuhan harus dalam terang, sebab Tuhan berkerja di dalam terang.

Kesimpulannya: Sifat dari kegiatan di sorga memiliki kecepatan yang tinggi, seperti kilat, dan bobot yang kuat yang tidak dapat dibendung, seperti guruh yang menderu, dan kemudian semua kegiatan yang ada di dalam Kerajaan Sorga itu berada di dalam terang.

Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
II. BUNYI DERU GURUH YANG KEDUA.
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.

Perhatikanlah kalimat: “Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.” Hal ini terjadi karena api dari mezbah dilemparkan ke bumi.
Akibatnya; terjadilah guncangan-guncangan dan keributan-keributan yang sangat dahsyat di bumi dalam segala bidang, baik dalam bidang ekonomi, politik, kenegaraan, sampai dalam nikah dan rumah tangga terganggu (terguncang), dan akan mengalami suatu kehancuran yang begitu hebat, itu nanti akan terjadi dan sudah mulai terjadi.

Wahyu 8:1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.

Sunyi senyaplah di sorga adalah gambaran dari suatu ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi, yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, selain dirasakan oleh orang yang mengalaminya.
Biarlah kiranya kerohanian kita berada pada puncaknya (doa penyembahan) supaya kita boleh mengalami ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi.

Jadi, kita dapat mengambil kesimpulan:
Ø  Di sorga = suatu ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi terjadi.
Ø  Di bumi = terjadi keributan dan guncangan-guncangan yang begitu dahsyat, yaitu bunyi guruh dan halilintar yang sangat dahsyat mengguncang bumi.
Di sini terlihat suatu keadaan yang sangat kontras, sebab keadaan di bumi berbanding terbalik dengan kedaan di sorga; di bumi ada guncangan, sementara di sorga ada suatu ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi sekali.

Kita kembali perhatikan Wahyu 8: 5
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.

Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah
Kalimat ini kita bandingkan dengan Keluaran 30:9, supaya kita mengetahui siapa-siapa yang akan mengalami guncangan-guncangan yang akan terjadi di atas muka bumi nanti.

Keluaran 30:9
(30:9) Di atas mezbah itu janganlah kamu persembahkan ukupan yang lain ataupun korban bakaran ataupun korban sajian, juga korban curahan janganlah kamu curahkan di atasnya.

Di atas mezbah dilarang untuk mempersembahkan ukupan yang lain ataupun korban bakaran ataupun korban sajian, juga korban curahan jangan dicurahkan di atasnya.
Ukupan yang lain maksudnya ialah api asing, artinya; di dalam doa penyembahan tidak boleh berlaku, antara lain:
1.     Keinginan daging.
2.     Hal-hal yang tidak benar, misalnya; dusta dan tipu.
3.     Kepentingan diri atau egosentris.
4.     Kehormatan dan kebanggaan diri.
5.     Kemampuan diri atau api semangat daging.
6.     Tradisi dan kebiasaan.
7.     Api setan.
Inilah yang dimaksud api asing yang tidak boleh dipersembahkan di atas mezbah dupa.
Jadi, kalau kehidupan rohaninya hanya berjalan di tempat, hidup di dalam hawa nafsu dan keinginan daging, itu disebut api asing, inilah yang mengalami pelemparan api dari mezbah.

Larangan berikutnya; di atas mezbah dupa, jangan kamu persembahkan ukupan yang lain (api asing, api yang lain), antara lain:
1.     Korban bakaran.
2.     Korban sajian.
3.     Korban curahan.
Artinya; ketentuan-ketentuan dasar hukum Taurat tidak berlaku di dalam doa penyembahan, karena ketentuan dalam hukum Taurat itu akan melemahkan dan mematikan kehidupan doa.
Jadi, api asing itu tidak boleh dipersembahkan di atas mezbah dupa, serta ketentuan-ketentuan dari hukum taurat (ibadah pelayanan yang bersifat lahiriah) karena perkara itu akan melemahkan dan mematikan doa penyembahan kita di hadapan Tuhan.

Jadi, sudah sangat jelas, yang mendapat penghukuman-penghukuman dari bunyi guruh yang kedua ini adalah mereka yang hidup menurut hawa nafsu daging, yang menjalankan ibadah Taurat; tubuhnya dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi batinnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.

Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
III. BUNYI DERU GURUH YANG KETIGA.
Wahyu 10:3
(10:3) dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.

Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
Kamudian, kalimat: “sesudah ia berseru” menunjuk seruan dari Yesus, Anak Allah, Dialah Singa dari suku Yehuda.

Amos 3:8
(3:8) Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"

Kalimat yang pertama: “Singa sudah mengaum, siapakah yang tidak takut?”
Takut akan Tuhan membenci kejahatan, sesuai dengan Amsal 8:13, terkhusus membenci ;
1.     Membenci kesombongan.
2.     Membenci kecongkakan.
3.     Membenci keangkuhan.
4.     Membenci tipu daya atau dusta.

Kalimat yang kedua: “Tuhan sudah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?”
Bernubuat adalah tugas dari seorang nabi, yaitu menunjuk dosa atau menyingkapkan segala yang terselubung di dalam hati. Itulah seruan dari singa dari suku Yehuda.

Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
IV. BUNYI DERU GURUH YANG KEEMPAT.
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.

Pendeknya, terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Artinya, terjadilah guncangan-guncangan yang hebat atas langit, atas bumi, dan atas laut serta sungai.
Ø  Kilat dan deru guruh akan mengguncang langit.
Ø  Gempa bumi akan mengguncang bumi.
Ø  Hujan es lebat akan mengguncang laut dan sungai-sungai.

Bagi dunia, guncangan-guncangan yang hebat ini merupakan suatu malapetaka, bahkan kehancuran, tetapi bagi anak-anak Tuhan yang hidup menurut kehendak Allah, guncangan tersebut justru membebaskan kita dari dunia ini.
Selama kita ada di atas muka bumi ini akan terikat dengan penyembahan berhala, itu yang mengikat dua tangan dan dua kaki kita, itu yang mengikat kita untuk tidak datang ke rumah Tuhan, beribadah dan melayani kepada Tuhan. Guncangan itu bagi dunia merupakan suatu kehancuran, celaka, dan malapetaka, tetapi bagi anak-anak Tuhan yang takut akan Tuhan, yang melakukan kehendak Allah, itu merupakan pembebasan dari dunia ini.

Mari kita memperhatikan apa yang Tuhan mau, apa yang Tuhan inginkan. Mari kita memperhatikan rencana Tuhan yang begitu indah di dalam kehidupan kita ini, jangan sampai kita bermasa bodo dengan suatu rancangan yang begitu indah yang sedang disusun oleh Tuhan dalam setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Nanti kita sendiri yang akan menanggungnya kalau kita tidak peduli dengan apa yang Tuhan sudah nyatakan bagi kita sekaliannya.

Perhatikan kalimat: “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya
Artinya; guncangan-guncangan yang terjadi akan mendahului tampilnya Tabut Perjanjian tersebut.
TABUT PERJANJIAN terdiri dari dua bagian, yaitu:
1.     Tabut atau petinya.
2.     Tutup Pendamaian dengan dua kerub di atasnya, menunjuk Allah Trinitas.
Ø  Tutup Pendamaian = Anak Allah.
Ø  Kerub Pertama =Allah Bapa.
Ø  Kerub Kedua = Allah Roh Kudus.
3.     Isi dari Tabut Perjanjian, yaitu;
Ø  Buli-buli Emas berisi manna.
Ø  Tongkat Harun yang pernah bertunas.
Ø  Dua loh batu.
Itulah yang dikandung (yang ada) di dalam isi tabut perjanjian.

Sekarang, untuk melihat penggenapannya, kita akan bandingkan antara Wahyu 11:19 dengan Wahyu 12:1-2.
Wahyu 12:1-2
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. (12:2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.

Dalam Wahyu 12: 1-2 ini kita melihat:
1.     Tampilnya seorang wanita = gereja Tuhan yang sempurna = mempelai wanita Tuhan, itu menunjuk kepada tabut (peti).
2.     Tampilan dari mempelai wanita dinaungi oleh Allah Trinitas, yaitu;
Ø  Berselubungkan matahari, artinya; disalut dengan kasih dari Allah Bapa.
Ø  Berdiri di atas bulan, artinya; berdiri di atas korban Kristus, Yesus, Anak Allah.
Ø  Mahkota dari dua belas bintang di atas kepala, artinya; dipimpin oleh Roh Allah.
3.     Mempelai wanita mengandung dari tiga benih Ilahi, yaitu:
Ø  Firman Allah, menunjuk buli-buli emas berisi manna.
Ø  Roh Allah, menunjuk tongkat Harun yang bertunas.
Ø  Kasih Allah, menunjuk dua loh batu.

Dengan demikian, ada kesamaan antara Wahyu 11:19 dengan Wahyu 12:1-2. Pendeknya, penggenapan dari Wahyu 11: 19 adalah Wahyu 12: 1-2.
Jadi, tampilnya mempelai wanita didahului oleh terjadinya guncangan-guncangan. Guncangan akan terjadi nanti di atas muka bumi ini, dan itu akan diijinkan Tuhan, dan guncangan itu sudah mulai terjadi; di mana-mana bumi diguncang, apalagi bumi Indonesia Raya dari Sabang sampai Merauke sedang mengalami guncangan yang begitu hebat. Jangan kita bermasa bodo, jangan kita tidak mau tahu dengan apa yang sedang terjadi.
Kita harus mengetahui firman, kita harus mengerti rencana Tuhan, maka kita akan mengetahui apa yang sedang terjadi ini. Sesuai dalam suatu nats telah dikatakan: “Umat-Ku binasa karena tidak punya pengertian”, dia binasa bersama dengan berlalunya langit, bumi, dan laut. Jangan kita tidak mau tahu dengan firman, jangan kita tidak mau tahu dengan situasi yang terjadi ini.

Di mana-mana longsor, di mana-mana banjir, bukan hanya satu daerah. Di mana-mana terjadi gempa bumi, tsunami, banjir bandang, bahkan goncangan karena letusan gunung merapi, dan lain sebagainya, jangan sampai kita tidak mau tahu dengan itu.
Berhala yang bisa antara lain: pekerjaan, uang, harta, kedudukan, jabatan, pendidikan yang tinggi, tidak bisa menyelamatkan seseorang.
Saya mengasihi saudara, itu sebabnya saya sampaikan hal ini dengan benar, supaya jiwa kita dan seisi rumah kita diselamatkan.
Jadi, Salib (ketegasan pemberitaan firman), bukan untuk menyakiti hati, namun berita Salib bertujuan untuk menyelamatkan kita.

Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
V. BUNYI DERU GURUH YANG KELIMA.
Wahyu 14:2
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.

Suatu guruh dari langit, bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat.
Untuk kita melihat bunyi guruh yang kelima ini dan mengetahui mengapa itu bisa terjadi, maka kita harus baca ayat yang berikutnya.

Wahyu 14:3
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapa pun, sama seperti orang yang berlogat ganjil (berbahasa roh), tidak dapat dipelajari oleh siapa pun, kecuali orang itu dan Tuhan.
Jadi, bahasa roh (logat ganjil) adalah hasil dari hubungan intim dengan Tuhan, menunjuk kepada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah dimerteiakan dari bumi ini.
Kesimpulannya, bunyi guruh yang kelima ini berbicara tentang hubungan intim dari seratus empat puluh empat ribu orang yang telah dimeteraikan, yang telah ditebus dari antara bumi ini, mereka itulah inti dari mempelai wanita Tuhan.

Bunyi guruh yang kelima berbicara tentang hubungan intim antara tubuh dengan kepala. Ketika hubungan nikah antara sidang jemaat dengan Kristus (sebagai suami) begitu intim, maka menghasilkan nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapa pun, kecuali orang itu dengan Tuhan.
Sama seperti logat ganjil (bahasa roh) tidak bisa dimengerti, tidak bisa dipelajari oleh orang yang mendengar, kecuali orang yang mengalami itu, yang melangsungkan hubungan intim dengan Tuhan. Itulah sebabnya terdengar bunyi guruh yang kelima.

Jadi, jangan kita tidak membangun hubungan intim, hubungan kita dalam nikah yang suci dengan Tuhan. Nikah jasmani, itulah hubungan antara suami dan isteri. Nikah rohani, itulah hubungan gereja Tuhan dengan Kristus, sebagai Kepala, sebagai suami (Mempelai Pria Sorga), dan sidang jemaat sebagai tubuh, sebagai isteri (mempelai wanita-Nya) berdasarkan kasih Agape.

Mari kita lihat; seratus empat puluh empat ribu orang yang sedang membangun hubungan intim (hubungan nikah) dengan Tuhan.
Kejadian 15:13
(15:13) Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.

Bangsa Israel diperbudak dan dianiaya selama empat ratus tahun lamanya di Mesir. Sebelum bangsa Israel diperbudak selama empat ratus tahun, Tuhan sudah terlebih dahulu memberitahukan hal itu kepada Abraham, (nenek moyang bangsa Israel).
Berarti, bangsa Israel betul-betul ada di dalam rencana Tuhan, dan kalau kita berada di dalam rencana Tuhan, tidak usah kita bersungut-sungut sekalipun harus alami aniaya karena firman, sengsara karena salib, karena Tuhan sedang asingkan kita dari bumi ini.

Sepertinya bangsa Israel disingkirkan Tuhan, memang!
400 (empat ratus) tahun dikali 365 (tiga ratus enam puluh lima hari) dalam setahun, sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, inilah jumlah orang yang disingkirkan untuk Tuhan, yang mau hidup beribadah memikul salib-Nya, sesuai dengan kitab tahbisan itulah suratan Timotius.
Tidak ada ibadah tanpa salib, maka kalau saudara melihat dalam suatu ibadah hanya berbicara soal berkat, berbicara soal perkara lahiriah, tetapi salib tidak ditegakkan, tinggalkan saja, itu sudah tidak benar, sebab Tuhan tidak ada di situ.
Pertanyaannya; dari mana seratus empat puluh empat ribu tersebut berasal? Seakan-akan bangsa Israel tersingkirkan; memang disingkirkan untuk Tuhan. Itu sebabnya kita mengalami salib sekarang ini di tengah ibadah.
Perkalian kita dengan perkalian Tuhan berbeda. Kita hanya pandai bekali-kali soal uang, penjumlahan soal uang, tetapi tidak mau berbagi-bagi dengan Tuhan dan sesama, tetapi kalau kita melihat perkalian Tuhan itu sangat luar biasa, misalnya; 400 tahun x 365 hari setahun, hasilnya 144.000 orang yang disingkirkan oleh Tuhan.

Kalau saat ini kita tekun beribadah, dan di tengah ibadah ini kita terus mau memikul salib, itu karena Tuhan mau singkirkan kita dari dunia ini untuk Tuhan. Kitalah kehidupan yang dimeteraikan itu. Haleluya...Puji Tuhan..
Secara lahiriah ada seratus empat puluh empat ribu orang dari dua belas suku Israel, juga berlaku secara rohani sebab bangsa kafir juga bisa menjadi seratus empat puluh empat ribu secara rohani, itulah kehidupan yang membangun hubungan intim dengan Tuhan, sehingga menghasilkan nyanyian baru, logat ganjil atau bahasa lidah  (bahasa roh). Nyanyian yang terdengar tidak bisa dimengerti kecuali orang itu dengan Tuhan.
Jadi, jangan merasa aneh dan jangan merasa terpaksa ketika Tuhan singkirkan kita lewat ibadah ini, maksudnya memikul salib di tengah-tengah ibadah. Tuhan mau singkirkan kita untuk Dia.

Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
VI. BUNYI DERU GURUH YANG KEENAM.
Wahyu 16: 18
(16:18) Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu.

Perhatikan kalimat: “Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi ini.”
Inilah bunyi guruh yang keenam. Untuk kita boleh mengerti bunyi guruh yang keenam ini, tentu kita harus membaca ayat 19.

Wahyu 16: 19
(16:19) Lalu terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian dan runtuhlah kota-kota bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya.

Bunyi guruh yang keenam terdengar tujuannya, adalah: untuk menunjukkan bahwa; kota Babel terbelah menjadi tiga bagian.
1.     Satu bagian untuk ular atau naga.
2.     Satu bagian untuk antikris.
3.     Satu bagian untuk nabi-nabi palsu.
Inilah penghukuman dari cawan murka Allah yang ketujuh oleh malaikat yang ketuuh itu.

Kalau Iblis atau Setan terbagi-bagi, maka dia tidak akan mempunyai kekuatan. Pendeknya; tamatlah riwayat Setan di atas muka bumi ini pada saat bunyi guruh yang keenam terdengar, sebab kotanya yang besar itu, itulah kota Babel, juga sudah terbagi tiga, tidak ada lagi kesatuan, tidak ada lagi kekuatan.

Wahyu 16:20
(16:20) Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung.

Semua pulau hilang lenyap dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung, kecuali gunung Sion.
Gunung-gunung yaitu; tempat rumah Tuhan, tidak ditemukan lagi, kecuali gunung Sion, sebab dari sana keluar Pengajaran Mempelai, dan Firman Tuhan dari Yerusalem.

Dengan tegas saya tandaskan, kita ini sedang berada di atas gunung Sion, karena dari Sion keluar Pengajaran Mempelai dan Firman Tuhan dari Yerusalem.
Pilih mana; di gunung-gunung lain tetapi pada akhirnya akan digeser dan hilang lenyap atau berada di gunung Sion? Memang di gunung Sion salib-Nya harus ditegakkan.
Tetapi perlu untuk diketahui; ular yang berliku-liku hanya bisa diluruskan oleh kayu salib yang kasar, salib harus  ditusukkan dari mulut sampai ekor sehingga ular menjadi lurus. Tanpa salib, kita ini tidak bisa lurus. Kalau hanya pengertian, kemampuan, kepandaian secara manusiawi, bahkan sekalipun dengan uang, harta, kekayaan, kedudukan, seseorang tidak bisa lurus, justru hal-hal itu membuat kita bengkok, berliku-liku, seperti ular; ujung lidahnya bercabang; (dusta dan maut).

Wahyu 16:21
(16:21) Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.

Pada saat bunyi guruh yang keenam, juga “hujan es seberat seratus pon jatuh dari langit” menimpa manusia, menimpa setiap insan, tanpa terkecuali. Seratus pon = lima puluh kilogram.
Kalau hujan es terjadi seberat lima puluh kilogram, maka tanpa ragu saya mengatakan: binasalah segala yang hidup (manusia itu). Pendeknya; orang-orang yang di luar Tuhan akan binasa.
Kesimpulannya, firman Allah akan tergenapi maka; semua akan terjadi, termasuk hujan es seberat 100 pon, kemudian segala pulau lenyap, gunung-gunung tidak terlihat, tetapi kalau kita tetap berada di atas gunung Tuhan (gunung Sion), maka kita akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung (mengatasi gunung-gunung/rumah Tuhan yang lain).

Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir:gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Gunung Sion tegak berdiri di hulu gunung-gunung mengatasi gunung lain.
Mengapa? Karena dari gunung Sion keluar pengajaran, dan pengajaran inilah nanti yang akan mengajar kita tentang jalan-jalan Tuhan.
Sedangkan firman Tuhan dari Yerusalem, supaya kita berjalan menempuhnya, artinya; mengikuti contoh teladan dari Yerusalem, itulah imam-imam yang melayani Tuhan. Seorang imam harus hidup di dalam kebenaran, supaya kita berjalan menempuhnya, artinya supaya kita mengukuti contoh teladan dari imam itu sendiri (Yerusalem).

Pengajaran Mempelai ini adalah suatu tanggung jawab yang Tuhan sudah taruh di atas pundak kita masing-masing untuk kita bawa dari Timur sampai ke Barat. Maka kesatuan tubuh harus dimulai dari antara kita, tidak boleh ada gap (jarak) hanya karena kenajisan dan lain sebagainya.
Siapa yang mau bertanggung jawab dengan pembangunan tubuh? Kesatuan harus dimulai dari antara kita, itu yang harus terpatri dalam pikiran ini.

Di dalam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh terdengar.
VII. BUNYI DERU GURUH YANG KETUJUH.
Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:"Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Bunyi guruh yang ketujuh ini terdengar untuk menunjukkan perjamuan kawin Anak Domba, di mana Yesus akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
-       Raja kaitannya dengan tahkta Allah.
-       Mempelai Pria Sorga kaitannya dengan hubungan nikah.
Jadi, tahkta dan hubungan nikah, itulah Tabut Perjanjian yang harus dipikul oleh para imam, yang memang suku Lewi.
Mengapa harus disebut para imam, yang memang suku Lewi? Karena orang Lewi ini berpihak kepada Tuhan. Hanya satu suku yang berpihak kepada Tuhan ketika bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, menyembah anak lembu emas tuangan.
Jadi, yang layak memikul Tabut adalah para imam, yang memang suku Lewi, yang berpihak kepada penggembalaan,  yang memang berpihak kepada ibadah dan pelayanan, yang memang berpihak kepada Tuhan.
Sebetulnya kalau belum berpihak, maka ia belum layak melayani Tuhan, belum layak memikul tabut, sebab tabut itu berbicara dua hal: takhta Allah dan hubungan nikah, itu berbicara tentang; Raja dan Mempelai.

Di dalam mengikuti Tuhan ada dua rahasia besar:
1.     Rahasia ibadah, dalam 1 Timotius.
2.     Rahasia nikah, dalam Efesus 5.
Inilah yang harus kita pikul, bukan soal perkara lahiriah di tengah ibadah yang kita pikul.

Yosua 3:1-4
(3:1) Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim, dan sampailah mereka ke sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang. (3:2) Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani seluruh perkemahan, (3:3) dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: "Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya -- (3:4) hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya — maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu."

Bangsa Israel harus melihat dan mengikuti Tabut Perjanjian yang dipikul oleh para imam, yang memang suku Lewi, tujuannya; supaya mengetahui jalan yang ditempuh, sebab jalan itu belum pernah dilalaui.
Maka kalau seorang hamba Tuhan berkata dia sering sekali naik-turun sorga, itu hamba Tuhan pendusta. Tidak ada orang yang naik ke sorga selain Dia yang sudah turun ke dunia orang mati, dan Dialah yang akan menunjukkan jalan yang baru kepada kita, jalan itu belum pernah dilalui oleh siapa pun.
Oleh sebab itu, yang menjadi pusat perhatian kita saat ini adalah Tabut Perjanjian, supaya kita mengetahui jalan yang kita tempuh, jalan menuju Kerajaan Sorga.
Maka kalau gereja Tuhan tidak mengerti apa yang menjadi pusat perhatian mereka di tengah ibadah dan pelayanan, maka gereja hanya akan membesar-besarkan yang lahiriah, bangunan-bangunan yang mewah, itu adalah suatu pelayanan yang keliru dan salah kaprah.

Tidak mungin kita berada dalam pesta nikah Anak Domba kalau perhatian kita bukan Tabut Perjanjian.
Kemudian antara bangsa Israel dan Tabut itu ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, hal ini mengarah kepada korban Kristus.
Dua ribu tahun yang lalu, Yesus telah mati di atas kayu salib, itu yang harus menjadi pusat perhatian kita, supaya kita tahu jalan yang kita tempuh, supaya kita tahu jalan untuk menuju Kerajaan Sorga, sebab jalan menuju Kerajaan Sorga tidak ada yang tahu, kecuali Dia yang turun ke dunia orang mati (di atas kayu salib) dua ribu tahun yang lalu.

Pendeknya, gerak dan arah dari Tabut Perjanjian itu harus menjadi pusat perhatian dari bangsa Israel, harus menjadi pusat dan perhatian kita di hari-hari terakhir ini, tidak boleh yang lain lagi.

Wahyu 19:9
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Berbahagialah mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba, karena yang menjadi pusat perhatian kita adalah Tabut Perjanjian, yaitu:
-       Raja yang kaitannya dengan takhta Allah.
-       Mempelai kaitannya dengan nikah.
Karena memang bunyi guruh yang ketujuh terdengar untuk menampilkan perjamuan kawin Anak Domba.

Demikian juga dengan kita sekarang ini; berbahagialah kehidupan yang senantiasa kepadanya dipercayakan untuk memikul Tabut Perjanjian, karena gerak dan arah dari Tabut Perjanjian adalah tahkta Allah dan perjamuan kawin Anak Domba. Itu perjalanan akhir dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini.
Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel bagaikan tabut yang harus kita pikul. Kalau pun susah, kalau pun ada aniaya, jangan bersungut-sungut, berbahagialah mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba.

Demikianlah ikhtisar dari tujuh kali bunyi guruh terdengar.

Di alam kitab Wahyu ada tujuh kali bunyi guruh menderu terdengar, yaitu:
3.     Wahyu 4:5, berbicara suatu kegiatan di dalam Kerajaan Sorga.
4.     Wahyu 8:5, api dari mezbah dilemparkan ke bumi, itulah penghukuman dari meterai. Penghukuman dari meterai adalah penghukuman bagi orang-orang yang menolak kegiatan Roh kudus.
5.     Wahyu 10:3, menyatakan tentang tujuh guruh.
6.     Wahyu 11:19, guncangan mendahului tampilnya Tabut Perjanjian, penghukuman dari sangkakala, yaitu Firman Allah. Penghukuman dari sangkakala adalah penghukuman bagi mereka yang menolak firman Allah. Ketika sangkakala yang ditiup tidak didengar dan tidak dituruti sebagai komando (perintah) untuk dilakukan, maka firman Allah itu sendiri yang menghukum.
7.     Wahyu 14:2, bunyi guruh menunjukkan hubungan intim dari seratus empat puluh empat ribu orang kepada Tuhan.
8.     Wahyu 16:18, penghukuman dari cawan murka Allah yang ketujuh oleh malaikat yang ketujuh. Penghukuman dari cawan murka adalah penghukuman bagi mereka yang menolak kasih Allah Bapa.
9.     Wahyu 19:6-7, menunjukkan perjamuan kawin Anak Domba.

Jadi ada tiga kali tujuh penghukuman dari Allah Trinitas:
1.     Penghukuman dari Allah Roh Kudus, Wahyu 8: 5.
2.     Penghukuman dari firman Allah, Wahyu 11: 19.
3.     Penghukuman dari kasih Allah Bapa, Wahyu 16: 18.
Kalau ketiganya ditolak, maka mereka akan mendapat penghukuman dari tiga kali tujuh Allah Trinitas.

Dengan berakhirnya pemberitaan firman Tuhan malam ini, maka berakhirlah pemberitaan tentang tujuh kali bunyi guruh yang terdengar dalam kitab Wahyu. Jika Tuhan ijinkan, kita akan memasuki Wahyu 10: 4.
Berbahagialah mereka yang diundang dalam perjamuan kawin Anak Domba, persamaannya; berbahagialah kehidupan yang kepadanya dipercayakan untuk memikul Tabut Perjanjian. Walaupun ada aniaya karena firman, sengsara karena salib, berbahagialah. Berbahagialah, karena perkataan ini adalah perkataan-perkataan dari Allah, tidak dusta, tetapi kalau hamba Tuhan berbicara soal berkat-berkat lahiriah, perkara lahiriah, itu tidak dari Allah...Wahyu 19:6-10.
Tetaplah berada di atas gunung Sion. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment