KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, December 5, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 01 DESEMBER 2020


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 01 DESEMBER 2020
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 124)
 
Subtema: DIDIKAN YANG MENDEWASAKAN DARI BAPA ROHANI
 
Segala puji, segala hormat, hanya bagi Dia yang sudah memimpin ibadah kita sampai kepada doa penyembahan. Dan biarlah kiranya hal itu meneguhkan setiap hati kita masing-masing, dan sebentar kita akan tersungkur di kaki salib TUHAN.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang ada di dalam negeri, luar negeri yang terus mengikuti Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, dan bahkan memberi diri untuk digembalakan lewat live streaming, terkhusus sidang jemaat yang ada di Bandung dan di Malaysia, bahkan anak-anak TUHAN yang terus mengikuti di berbagai-bagai daerah di negara ini, maupun di luar negeri, di berbagai negara, TUHAN memberkati saudara, “Shalom.
 
Selanjutnya, marilah kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Di sini kita melihat; nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan baik. Jadi, suami-suami butuh nasihat firman, supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima dengan hati yang terbuka lebar-lebar, disertai dengan kerendahan di hati, sekalipun memang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangga.
 
Kemudian, seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita pelajari langsung dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
 
Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak 2 (dua) kali, yakni:

1.      Ayat 25Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Perkara yang pertama ini telah disampaikan beberapa waktu yang lalu.

2.      Ayat 28, Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.

 
Jadi, suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri, mengapa demikian?
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota.
Sebab, di sini dikatakan: “Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, hal ini jelas berbicara tentang; salib di Golgota. Sebagaimana dengan Yesus, Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain;
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya di sorga.
-          Kemudian, Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga.
-          Dan, Ia telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Sesuai dengan yang tertulis dalam Filipi 2:5-8. Dengan satu tujuan; supaya Kristus, yang adalah Kepala, menyatu dengan gereja TUHAN yang adalah tubuh-Nya. Dia harus meninggalkan segala sesuatunya, supaya tubuh dan Kepala menyatu.
-          Kristus adalah Kepala.
-          Gereja TUHAN adalah tubuh-Nya berdasarkan kasih Mempelai.
 
BUKTI seorang suami mengasihi isterinya.
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
 
Mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat; inilah bukti seorang suami mengasihi isterinya.
 
Lebih rinci tentang MENGASUH dan MERAWATI, di dalam 1 Tesalonika 2.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat, sama seperti seorang ibu terhadap anaknya.
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin sidang jemaat. Adapun tugas dari gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) adalah:
1.      Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2.      Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
 
Maka, gembala sidang yang tadi digambarkan seperti “seorang ibu” harus berlaku ramah terhadap seluruh sidang jemaat tanpa terkecuali dan tidak memandang bulu.
 
Sekarang, kita kembali memperhatikan tentang “mengasuh.”
 
Tentang: MENGASUH.
Tentang hal “mengasuh” ini kita akan membaca Kisah Para Rasul 7.
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
 
Musa diasuh oleh puteri Firaun seperti anaknya sendiri.
 
Perlu untuk kita ketahui: Ibu yang baik akan bertanggung jawab di dalam hal mengasuh anaknya. Sebaliknya, seorang anak berhak untuk mendapat hak asuh dari ibunya.
Oleh sebab itu, kita patut berterima kasih setinggi-tingginya dan mengucap syukur sedalam-dalamnya, tentunya kepada TUHAN kita, Yesus Kristus, sebagai Gembala Agung, sebab Ia telah mengasuh hidup rohani kita masing-masing.
 
BUKTI MUSA DIASUH OLEH PUTERI FIRAUN
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Di sini kita melihat: Musa dididik dengan segala hikmat orang Mesir.
Berarti, diasuh oleh TUHAN = menerima didikan langsung dari TUHAN. Yesus Kristus adalah Gembala Agung, Kepala rumah TUHAN, pemimpin rumah TUHAN.
 
Seorang anak akan berbahagia, apabila seorang ibu menunjukkan rasa tanggung jawabnya di hadapan TUHAN.
 
Kita melihat lebih jauh tentang DIDIKAN di dalam 1 Korintus 11.
1 Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Jika seseorang menganggap ...
-          Menganggap dirinya baik dan benar.
-          Menganggap dirinya suci.
-          Menganggap dirinya berhikmat atau berpengetahuan, serta bijaksana.
Maka konsekuensinya ialah hukuman tidak menimpa dia = menolak hukuman.
Tetapi, kalau seseorang menerima hukuman dari TUHAN = kita dididik.
 
Pendeknya: Anak-anak TUHAN atau orang-orang Kristen tidak akan mendapatkan didikan yang baik, yakni didikan yang suci dan sempurna, jikalau seorang gembala (pemimpin sidang jemaat) menggunakan cara-cara atau metode-metode duniawi di dalam sebuah penggembalaan.
 
Sejauh ini TUHAN telah menggembalakan kita dengan Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Berarti, TUHAN mendidik kita dengan menggunakan pola, dengan menggunakan patron Tabernakel = pola sorgawi = metode-metode dan cara-cara sorgawi, itu bukan cara-cara duniawi.
Sekali lagi saya sampaikan: Pola Tabernakel, patron Tabernakel, itu bukan cara-cara duniawi, itu bukan metode-metode duniawi, tetapi itu merupakan metode dari Allah, metode sorgawi.
 
Itulah yang patut kita syukuri sampai sejauh ini. Bukan saja anak-anak TUHAN yang tergembala dalam penggembalaan ini, tetapi juga anak TUHAN yang tergembala lewat live streaming, saudara pasti berbahagia karena saudara digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, menggunakan pola Tabernakel sorgawi, menggunakan metode dari Allah, dari sorgawi, bukan menggunakan metode-metode duniawi.
 
Oleh sebab itu, saya pesankan dengan kasih: Saudara yang tergembala lewat live streaming, biarlah terus tergembala, karena saudara akan digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, pola Tabernakel sorgawi. Jadi, ibadah ini bukan dengan tata cara duniawi, bukan dengan metode-metode duniawi yang dibawa masuk ke dalam gereja, tidak; itulah yang patut kita syukuri kepada TUHAN.
 
Ibrani 8:5
(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
 
Ibadah dan pelayanan di bumi adalah gambaran dari ibadah dan pelayanan di sorga. Mengapa demikian? Karena Pola Tabernakel adalah pola atau metode-metode atau cara-cara sorgawi, dari Allah.
Kalau kita digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, berarti kita menjalankan ibadah ini dengan metode-metode, dengan tata cara atau pola atau patron Tabernakel sorgawi.
 
Sebagaimana dengan apa yang tertulis dalam Ibrani 8:5 ini, Musa membangun Tabernakel atau Kemah Allah sesuai dengan contoh yang ditunjukkan Allah kepadanya di atas gunung TUHAN (gunung Sinai) = Ibadah pelayanan yang sesuai dengan model atau cara-cara dan metode-metode sorgawi dari Allah.
 
Ibadah dan pelayanan yang senada juga ditunjukkan oleh TUHAN kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos. Mari kita lihat di dalam Wahyu 4.
 
Biarlah kita sungguh-sungguh untuk mengikuti rangkaian ayat demi ayat ini, supaya kita mendapatkan pembukaan firman, dan pengertian dari sorga yang baik dan yang suci, sehingga lewat pengertian yang baik ini tentu kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita di hadapan TUHAN.
 
Wahyu 4:1-6
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah. (4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
 
Inti dari apa yang sudah kita baca dalam Wahyu 4:1-6 ialah: Demikian juga kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos, TUHAN menunjukkan tata cara atau metode-metode ibadah pelayanan menurut Tabernakel Sorgawi kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos.
 

-          Kepada Musa, TUHAN menunjukkan tata cara ibadah pelayanan menurut Pola Tabernakel di bumi.

-          Lebih dari pada itu, TUHAN menunjukkan tata cara ibadah pelayanan kepada Rasul Yohanes menurut Tabernakel Sorgawi.

Jadi, ada persamaan antara “Musa” dengan “Rasul Yohanes.”
 
“Musa” adalah seorang nabi, yang memiliki 5 (lima) kitab, itulah;
1.      Kejadian,
2.      Keluaran,
3.      Imamat,
4.      Bilangan,
5.      dan Ulangan.
Dan tugas dari seorang nabi adalah untuk bernubuat, berarti; menyingkapkan segala rahasia yang terkandung di dalam hati; tabernakel manusia.
 
Sedangkan “Rasul Yohanes” juga memiliki 5 (lima) surat, dimulai dari;
1.      Injil Yohanes,
2.      kemudian suratan 1 Yohanes,
3.      suratan 2 Yohanes,
4.      suratan 3 Yohanes,
5.      dan kitab Wahyu.
Kemudian, tugas dari seorang rasul adalah untuk menyingkapkan rahasia sorga. 
 
Jadi, ada persamaan antara “Musa” dan “Rasul Yohanes.”
 
Sehingga, dengan pola yang diterima oleh Musa dan Yohanes ini, kita diberkati oleh TUHAN. Oleh sebab itu, saya tetap berdiri teguh dengan Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel; biarlah pola atau patron ini kita terapkan di tengah ibadah pelayanan.
Maka, metode dunia, cara-cara logika manusia duniawi tidak akan dibawa masuk dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon. Kita patut bersyukur; demikian juga sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, dan para pemirsa yang terus tergembala lewat live streaming, digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel lewat live streaming, saudara harus bersyukur kepada TUHAN.
 
Ayo, terus tergembala. Kita gunakan metode atau pola Tabernakel Sorgawi.
 
Efesus 6:3-4
(6:3) supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. (6:4) Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
 
Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Ini adalah pernyataan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus terkait dengan anak-anak. Siapa anak-anak?
 
Seorang gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat, yang disebut juga dengan “bapa rohani” harus mendidik sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya.
-          Harus mendidik sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya di dalam ajaran TUHAN.
-          Harus mendidik sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya dengan nasihat TUHAN.
 
Pendeknya: Bapa rohani -- gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat -- mendidik sidang jemaat -- sebagai anak rohaninya -- dengan menggunakan pola (patron) Tabernakel atau metode-metode dan cara-cara sorgawi dari Allah kepada kita dalam penggembalaan GPT “BETANIA.
 
Kita bersyukur kepada TUHAN; kalau kita menggunakan pola (patron) Tabernakel atau metode sorgawi (Tabernakel Sorgawi), maka tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) akan menuntun sampai kepada kekekalan, karena pola Tabernakel susunannya tidak boleh berubah, ukurannya juga tidak boleh berubah, baik panjang, lebar, tinggi, tidak boleh berubah.
 
Jadi, sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Seorang gembala sidang, disebut bapa rohani, harus mendidikan sidang jemaat sebagai anak rohaninya dengan pola Tabernakel.
 
Kita akan memperhatikan CONTOH yang otentik -- supaya saudara jangan menganggap hal ini adalah ajaran sesat --, di mana Rasul Paulus menuliskan surat kepada salah satu anak rohaninya, yaitu Timotius, di dalam 1 Timotius 4.
1 Timotius 4:6
(4:6) Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini.
 
Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini. Ini adalah pernyataan Rasul Paulus sebagai bapa rohani yang baik kepada Timotius, sebagai anak rohaninya.
 
Singkatnya: Timotius, sebagai anak rohani, menerima didikan yang baik dari Rasul Paulus, sebagai bapa rohani. Pendeknya: Timotius terdidik dalam:
-          Terdidik dalam soal-soal pokok iman atau dasar dari iman.
-          Terdidik dalam ajaran sehat.
Ini adalah tanda bahwa Timotius menerima didikan yang sehat, ajaran yang baik dari Rasul Paulus, sebagai bapa rohani yang baik.
 
Dalam pola Tabernakel soal-soal pokok iman atau dasar dari iman à Halaman, dengan 2 (dua) alat yang ada di dalamnya:
1.      Mezbah Korban Bakaran.
2.      Kolam Pembasuhan Tembaga.

Kemudian, dalam pola Tabernakel ajaran sehat à Ruangan Suci, dengan 3 (tiga) alat yang ada di dalamnya:
1.      Meja Roti Sajian.
2.      Pelita Emas.
3.      Mezbah Dupa.

Lalu selanjutnya, kita melihat nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, anak rohaninya.
1 Timotius 4:16
(4:16) Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
 
Di sini Rasul Paulus berkata: Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu; itulah yang dimaksud dengan ajaran sehat. Dan selanjutnya, bertekunlah dalam semuanya itu.
 
Jadi, tidak berhenti pada dasar iman, itulah “asas-asas pokok”, tetapi bertekunlah dalam semuanya itu, maksudnya ialah bertekun dalam “ajaran sehat.” Sekali lagi saya sampaikan: Setelah menerima “asas-asas pokok”, itulah dasar iman kita, selanjutnya adalah bertekun dalam “ajaran sehat.”
 
Demikian juga Rasul Yohanes menyatakan hal yang senada kepada jemaat atau orang-orang Ibrani di dalam suratan Ibrani 6:1-2.
Ibrani 6:1-2
(6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, (6:2) yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal.
 
Asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus (soal-soal pokok iman) disebut juga dasar iman, antara lain:
-          Percaya, dalam pola (susunan) Tabernakel, terkena pada; Pintu Gerbang.
-          Bertobat, dalam pola (susunan)Tabernakel, terkena pada; Mezbah Korban Bakaran.
-          Dibaptis air, dalam pola (susunan) Tabernakel, terkena pada; Kolam Pembasuhan Tembaga.
Inilah asas-asas pokok atau dasar iman Kekristenan kita; ini baru dasar.
 
Setelah kita mendapatkan ajaran yang baik tentang dasar iman, setelah kita menerima dasar iman Kekristenan kita, tidak boleh berhenti sampai di situ, melainkan harus beralih pada perkembangannya yang penuh, di mana dalam susunan Tabernakel terkena pada Ruangan Suci dengan 3 (tiga) alat yang ada di dalamnya:

1.      Meja Roti Sajian à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = Firman iman.

2.      Pelita Emas à Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu = Kesaksian Roh.

3.      Mezbah Dupa à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = Hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah

 
Kita beralih ke Ibrani 5.
Ibrani 5:11-14
(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.
 
Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah atau dasar iman atau dasar Kekristenan, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu, itulah dasar iman, ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, itulah ajaran sehat atau perkembangannya yang penuh, sebab ia adalah anak kecil.
 

-          Susu = Asas-asas pokok atau dasar iman, itu merupakan kebutuhan untuk anak kecil atau bayi rohani.

-          Sedangkan makanan keras, disebut juga; perkembangannya yang penuh atau ajaran tentang kebenaran atau disebut juga ajaran sehat. Dan itu merupakan kebutuhan untuk orang-orang dewasa.

Jadi, kalau “susu” untuk bayi (kanak-kanak rohani), itulah “asas-asas pertama” atau dasar Kekristenan. Sedangkan “makanan keras”, itu merupakan kebutuhan untuk orang-orang dewasa, itu jelas menunjuk kepada perkembangannya yang penuh atau disebut ajaran kebenaran atau disebut “ajaran sehat”.
Singkatnya:
-          Susu à Halaman.
-          Makanan keras à Ruangan Suci.
 
Sekarang, kita lihat tentang “SUSU”, yang adalah makanan untuk bayi atau kanak-kanak rohani, di dalam 2 Timotius 4.
2 Timotius 4:3-4
(4:3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
 
Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, itulah perkembangannya yang penuh atau ajaran kebenaran, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran, itulah ajaran sehat, dan membukanya bagi dongeng.
 
Jadi, menyampaikan satu ayat firman TUHAN, lalu ditambahkan atau dilengkapi atau disempurnakan dengan cerita-cerita isapan jempol, disempurnakan dongeng nenek-nenek tua, disempurnakan takhayul-takhayul, filsafat-filsafat kosong manusia, atau silsilah-silsilah yang tidak ada putus-putusnya, disertai dengan guyon-guyon dan cerita-cerita nenek moyang, itu adalah makanan untuk bayi rohani = susu.
 
Susu adalah makanan atau kebutuhan untuk bayi; itu adalah kebutuhan kerohanian di halaman. Itu bukan ajaran sehat, itu bukan kebutuhan untuk orang dewasa rohani.
 
Kita lihat PERBANDINGAN antara makanan bayi (susu) dengan makanan untuk kebutuhan orang dewasa (makanan keras) dalam 2 Timotius 1.
2 Timotius 1:11-13
(1:11) Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. (1:12) Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (1:13) Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
 
Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. Rasul Paulus menerima jabatan pemberita (penginjil), menerima jabatan rasul, dan menerima jabatan guru. Namun masih ada 2 (dua) jabatan lain yang ditulis dalam kitab lain, itulah jabatan nabi dan jabatan gembala. Rasul Paulus menerima 5 (lima) jabatan adalah untuk pemberitaan Injil.
 
Di sini kita melihat, contoh “AJARAN SEHAT” ialah rela menanggung penderitaan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, atau dengan lain kata; ibadah pelayanan itu dihubungkan langsung dengan salib.
Kalau TUHAN menghukum kita (ibadah dihubungkan dengan salib), berarti kehidupan kita menerima didikan TUHAN. Kalau kita menerima hukuman TUHAN, berarti kita dididik oleh TUHAN.
Inilah ajaran yang sehat, inilah ajaran menurut perkembangannya yang penuh, ajaran yang benar. Inilah didikan yang diterima oleh Timotius sebagai anak rohani dari Rasul Paulus sebagai bapa rohani yang baik. Inilah makanan keras, yaitu tekun dalam penggembalaan dengan 3 (tiga) macam ibadah pokok dengan perkembangannya yang penuh, itulah Ruangan Suci.
 
Jadi, kalau hanya mendengar berita dongeng, yaitu berita firman satu ayat lalu disempurnakan dengan dongeng nenek tua, disempurnakan dengan cerita-cerita isapan jempol, itu adalah makanan sebagai kebutuhan bayi rohani, itulah yang disebut “susu” secara rohani.
Kemudian, di tengah ibadah pelayanan hanya sibuk soal mengadakan demonstrasi, mulai demonstrasi mujizat kesembuhan, mulai demonstrasi untuk mujizat-mujizat yang lain, demonstrasi untuk mengadakan sidang jemaat rubuh-rubuh, ketawa-ketawa dalam roh, tetapi mengabaikan sengsara salib, itu yang disebut Kristen halaman, di mana kesukaannya adalah “susu”, itulah makanan sebagai kebutuhan bayi rohani.
 
Tetapi makanan keras, itulah contoh “ajaran sehat”, yaitu rela menanggung penderitaan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Itu makanan keras, itu bukan makanan (kebutuhan) untuk bayi, itulah ajaran sehat, ajaran tentang kebenaran, itulah tentang perkembangannya yang penuh.
 
Jadi, tentu saja kita bersyukur dengan pengertian yang kita terima malam hari ini. Kalau kita mau menerima pengertian ini dengan rendah hati, berarti kita mau didewasakan. Tetapi menolak pengajaran salib, atau menolak ibadah yang dihubungkan dengan salib, berarti tidak ingin untuk menjadi dewasa rohani.
Tetapi di hari-hari ini begitu banyak orang menolak ibadah yang dihubungkan dengan salib, dan memang itu adalah dosa akhir zaman. Di hari-hari ini, banyak orang mencari guru-guru untuk memuaskan telinganya, berpaling dari ajaran sehat, mereka lebih suka dengan dongeng, lebih suka dengan susu. Kekristenan seperti ini, kedudukannya berada di halaman, atau itulah yang disebut Kristen halaman.
Apa yang disebut “Kristen halaman”? Jalan-jalan ke sana ke mari. Kriten halaman adalah Kristen yang jalan-jalan di halaman; bolak-balik jalan sana jalan sini, itulah halaman = naik turun, naik turun.
Tetapi kalau ajaran sehat, pastilah tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, tidak jalan-jalan seperti di halaman, melainkan rela menanggung penderitaan di tengah-tengah ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok.
 
Singkatnya: Ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok adalah ibadah yang dihubungkan langsung dengan salib; inilah ajaran sehat yang mendewasakan itu. Jadi, tidak boleh berhenti hanya sebatas Kristen halaman.
 
Namun, itu pun tidak boleh berhenti hanya sampai di situ; sekarang kita akan melihat PUNCAK DARI AJARAN SEHAT, puncak dari ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok. Kita akan kembali melihat Wahyu 4.
Jadi, TUHAN sudah memperlihatkan ibadah menurut pola Tabernakel kepada Musa di gunung Sinai (gunung TUHAN, gunung Horeb). Lebih-lebih lagi kepada Rasul Yohanes, di mana TUHAN menunjukkan metode-metode atau tata cara ibadah pelayanan menurut ibadah pelayanan sorgawi.
 
Maka, kita akan melihat metode atau tata cara ibadah sorgawi yang TUHAN sudah perlihatkan kepada Rausl Yohanes di dalam Wahyu 4, dengan perikop: Kedua puluh empat tua-tua dan keempat binatang.
Jadi, 2 (dua) kelompok inilah yang akan menjalankan ibadah menurut pola metode Tabernakel Sorgawi, karena mereka ada di dalam Tabernakel Sorgawi, maka tentu saja mereka menggunakan metode pola Tabernakel di tengah ibadah dan pelayanan. Sekali lagi saya sampaikan: Yang menggunakan pola Tabernakel Sorgawi di tengah ibadah pelayanannya adalah 4 (empat) makhluk dan 24 (dua puluh empat) tua-tua.
Perhatikanlah firman ini baik-baik; anak-anak rohani tidak boleh gengsi terhadap ajaran nasihat bapa rohaninya.
 
Wahyu 4:6-7
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. (4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
 
Perhatikan baik-baik: Di tengah-tengah ibadah pelayanan, yang menggunakan metode atau Pola Tabernakel ada 4 (empat) makhluk:

-          Makhluk yang pertama seperti singa. Jelas, itu menunjuk; kewibawaan/kemuliaan Yesus sebagai RAJA.

-          Makhluk yang kedua seperti anak lembu. Jelas, itu menunjuk; kebangkitan dalam pelayanan Yesus sebagai HAMBA.

-          Makhluk yang ketiga memiliki muka seperti manusia. Jelas, itu menunjuk; sengsara Yesus sebagai MANUSIA.

-          Makhluk yang keempat seperti burung nasar. Jelas, itu menunjuk; Yesus sebagai ANAK ALLAH dari sorga.


Kalau tabiat dari pada pribadi Yesus menurut 4 (empat) Injil kita kaitkan dengan Salib (garis horizontal dan vertikal), maka;

-          Dalam bentuk vertikal: Dari atas, injil Yohanes, Yesus sebagai ANAK ALLAH, itulah burung rajawali, lalu turun ke bawah, itulah Injil Lukas, sebagai ANAK MANUSIA dalam sengsara-Nya di atas kayu salib.

-          Lalu dalam bentuk horizontal: Injil Matius, itulah Yesus sebagai RAJA, itulah singa, lalu kemudian Injil Markus, itulah gambara Yesus sebagai hamba dalam suasana kebangkitan-Nya, itulah anak LEMBU.


 
Jadi, sudah sangat jelas: Kalau kita seperti 4 (empat) makhluk menggunakan Pola Tabernakel di tengah ibadah dan pelayanannya, berarti mereka tekun menanggung penderitaan, tekun memikul salibnya = ibadah yang dihubungkan dengn salib.
 
Kita akan BANDINGKAN antara Tabernakel di bumi dengan Tabernakel di sorga:
Pada Tabernakel di bumi, di halaman ada 2 (dua) alat, itulah;
1.      Mezbah Korban Bakaran.
2.      Kolam Pembasuhan Tembaga.
Sedangkan Tabernakel sorgawi -> lautan kristal bercampur api, yang tertulis dalam Wahyu 15, itulah Kolam Pembasuhan Tembaga dan Mezbah Korban Bakaran.
 
Kemudian, pada Pola Tabernakel Musa (di bumi), di dalam Ruangan Suci terdapat 3 (tiga) alat, itulah;
1.      Meja Roti Sajian.
2.      Pelita Emas.
3.      Mezbah Dupa.
Demikian juga di dalam Tabernakel Sorgawi, terdapat;

-          24 (dua puluh empat) tua-tua = Meja Roti Sajian. Mengapa demikian? Sebab 24 (dua puluh empat) tua-tua à 12 (dua belas) rasul hujan awal dan 12 (dua belas) rasul hujan akhir; berarti, terkena pada Meja Roti Sajian, di mana di atasnya terdapat 12 (dua belas) ketul roti, yang juga berbicara 12 (dua belas) rasul dari gereja hujan awal dan 12 (dua belas) rasul dari gereja hujan akhir.

-          Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu = 7 (tujuh) pelita yang menyala di atas kaki dian = Pelita Emas.

Kemudian, di dalam Tabernakel Musa terdapat Mezbah Dupa, demikian juga di dalam Tabernakel Sorgawi. Memang di dalam Wahyu 4 tidak dituliskan soal Mezbah Dupa, tetapi saudara bisa temukan di dalam Wahyu 8:3-4.

Sampai nanti berada di dalam Ruangan Maha Suci. Pada Tabernakel Musa, di dalam Ruangan Maha Suci terdapat 1 (satu) alat, itulah Tabut Perjanjian, sedangkan di dalam Tabernakel Sorgawi yang dilihat oleh Rasul Yohanes, di situ terdapat satu takhta dan di atas takhta itu duduk Seorang.
 
Jadi, Tabernakel Musa (Tabernakel di bumi) sama dengan Tabernakel Sorgawi. Artinya, ibadah di bumi harus menjadi bayangan dari ibadah di sorga.
Maka, kita harus bersyukur kepada TUHAN kalau kita digembalakan menurut metode-metode sorgawi, itulah Pola Tabernakel; tepat sasarannya akan mengarah ke sorga, yaitu menjadi mempelai TUHAN, milik kepunyaan Allah sendiri.
 
Tetapi kalau tidak menggunakan metode pola Tabernakel Sorgawi, maka sasarannya tidak jelas, -- beberapa waktu yang lalu telah saya sampaikan -- ibadah itu sesat di tengah jalan oleh binatang buas / nabi-nabi palsu dengan cara ajaran sesat. Ada 2 (dua) praktek dari ajaran sesat, yaitu:
1.      Firman yang ditambahkan, di mana satu ayat ditambahkan dengan dongeng.
2.      Hanya sibuk dengan mujizat.
Oleh karena ajaran sesat ini, akhirnya berhenti di tengah jalan, tidak sampai tujuan akhir, yakni;  pesta nikah Anak Domba.
 
Itulah sebabnya, ibadah itu harus menggunakan metode sorgawi, supaya saudara mengerti. Jadi, kalau sudah digembalakan oleh metode sorgawi, jangan undur dari sana, supaya langkah perjalanan kita sampai (tiba) di tujuan akhir, itulah pesta nikah Anak Domba.
 
Itulah yang menjalankan ibadah dengan metode Tabernakel Sorgawi, yaitu 24 (dua puluh empat) tua-tua dan 4 (empat) makhluk, jelas harus menanggung penderitaan.
 
Selanjutnya, kita memperhatikan ayat 8.
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
 
Selanjutnya, lihat: Mereka yang menanggung penderitaan (sengsara salib) lewat ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, mereka menyerukan itu 2 (dua) hal:
YANG PERTAMA: Menyerukan kekudusan dari Allah Trinitas dengan tabiat-Nya, itulah TUHAN Yesus Kristus.

-          TUHAN = Bapa, tabiat-Nya; kasih. Inilah yang diserukan oleh 4 (empat) makhluk kalau tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok dan rela menanggung penderitaan di atas kayu salib.

-          Yesus = Anak Allah = firman iman dalam pengorbanan Anak Tunggal Bapa. Ini adalah kekudusan dari firman iman.

-          Kristus = Allah Roh Kudus = Roh-El Kudus yang mengurapi. Berarti, sibuk menyerukan kekudusan dari Allah Roh Kudus. Kalau berbicara tentang Roh Allah, itu selalu terkait dengan kesucian, itu adalah tabiat dari Roh Allah, Roh Suci.

Itulah yang diserukan oleh 4 (empat) makhluk ketika mereka memikul salibnya.
 
Tetapi, seruan yang kedua dari 4 (empat) makhluk itu adalah ...
YANG KEDUA: Yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.
Apa maksudnya? Mereka menyerukan kemurahan TUHAN lebih dari pada hidup. Jadi, seruan yang kedua ini adalah menyerukan kemurahan TUHAN, bahwa kemurahan TUHAN lebih dari pada hidup.
Sebab, seruan itu diawali dengan “yang sudah ada”, barulah “yang ada”, kemudian “yang akan datang.”
-          Yang sudah ada” itu -> kepada salib.
-          Barulah “yang ada”, berarti; -> hidup.
-          Lanjut lagi “yang akan datang”, -> hidup yang kedua.
Berarti, salib adalah kemurahan, lebih dari pada hidup; menjunjung tinggi korban Kristus, menjunjung tinggi kemurahan TUHAN. Kalau kita hidup dalam kemurahan, biarlah kita junjung tinggi kemurahan. Jangan anggap sepi kemurahan TUHAN.
 
Sudah mendapat kemurahan, tetapi menganggap sepi kemurahan; jangan sampai saudara berlaku durhaka semacam itu. Tetapi lihatlah mereka yang beribadah dengan pola Tabernakel, tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, di mana prakteknya adalah memikul salib dengan seruan yang kedua ialah meninggikan kemurahan TUHAN, sebab kemurahan TUHAN lebih dari pada hidup.
 
Barulah kita perhatikan ayat 9-10.
Wahyu 4:9-10
(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, (4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:
 
Tetapi di dalam kesempatan lain, 24 (dua puluh empat) tua-tua tersungkur di hadapan takhta Anak Domba, sujud menyembah Allah yang hidup.
Inilah puncak dari ajaran sehat, tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok. Inilah puncaknya, yaitu doa penyembahan; puncak dari ajaran sehat atau perkembangannya yang penuh atau ajaran yang benar.
 
Apa tanda kalau kita hidup dalam doa penyembahan? Pada ayat 10 bagian B dikatakan: Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu sampai selama-lamanya. Artinya; kemuliaan itu hanyalah untuk TUHAN.
Itulah arti atau tanda kalau ibadah kita sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan, yaitu kemuliaan itu hanya bagi TUHAN, tidak bagi diri kita sendiri.
 
Jangan mencuri kemuliaan. Kalau kita melayani TUHAN dengan puncak ibadah -- yaitu doa penyembahan --, berarti segala hormat kemuliaan hanya bagi Dia. Itulah puncak ibadah, yaitu “doa penyembahan”. Apa tandanya? Segala kemuliaan hanya bagi Dia, hanya bagi Dia. Kalau pun kita bekerja, biarlah segala kemuliaan hanya bagi Dia.
Inilah tanda kalau hidup rohani seorang pelayan TUHAN sudah hidup dalam doa penyembahan, di mana mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, dan di dalam hatinya dia akan berkata: Segala kemuliaan hanya bagi Dia.
Jangan kita datang untuk mencari kehormatan = mencuri kemuliaan TUHAN. Jangan juga mencuri milik TUHAN, itulah sepersepuluh.
 
KEKEKALAN; Penyembahan.
KEKEKALAN; Penyerahan Diri.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 

No comments:

Post a Comment