KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, December 10, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 08 DESEMBER 2020

 


IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 08 DESEMBER 2020
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 125)
 
Subtema: MENGANGGAP ENTENG DIDIKAN
 
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing. Dan saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, teristimewa sidang jemaat yang ada di Bandung, di Malaysia, TUHAN memberkati kita sekaliannya.
Mari kita membuka hati kita untuk pembukaan Firman yang akan meneguhkan hati kita masing-masing menjelang kedatangan TUHAN yang sudah tidak lama lagi.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Di sini kita melihat; nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima oleh seorang suami dengan hati yang terbuka lebar-lebar, disertai dengan kerendahan hatinya, sekalipun memang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangga.
 
Kemudian, seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita pelajari langsung dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
 
Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak 2 (dua) kali, yakni:
1.      Ayat 25,  Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Lewat perkara yang pertama ini kita cukup diberkati dari beberapa sesi.
2.      Ayat 28, Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.
 
Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri dan anggota-anggota tubuh yang lain. Mengapa demikian?
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota.
Sebab, di sini dikatakan: “Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, hal ini jelas berbicara tentang; salib di Golgota. Sebagaimana dengan Yesus, Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain;
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
-          Ia telah meninggalkan rumah-Nya.
-          Ia telah meninggalkan kemuliaan-Nya.
Sesuai dengan yang tertulis dalam Filipi 2:5-8. Dengan satu tujuan; supaya Kristus, yang adalah Kepala, menyatu dengan gereja TUHAN yang adalah tubuh-Nya, singkatnya; supaya ada penyatuan antara tubuh dengan Kepala.
 
BUKTI seorang suami mengasihi isterinya.
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
 
Bukti seorang suami mengasihi isterinya ialah mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
 
Lebih rinci kita akan melihat tentang MENGASUH dan MERAWATI, di dalam 1 Tesalonika 2.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat, sama seperti seorang ibu terhadap anaknya.
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin sidang jemaat. Adapun tugas dari gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) adalah:
1.      Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2.      Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
 
Selanjutnya, kita kembali memperhatikan tentang “mengasuh.”
 
Tentang: MENGASUH.
Tentang hal “mengasuh” ini kita akan membaca dari; Kisah Para Rasul 7.
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
 
Musa diasuh oleh puteri Firaun seperti anaknya sendiri.
 
Perlu untuk kita ketahui: Ibu yang baik akan mengasuh anaknya dengan baik pula, dengan kata lain; bertanggung jawab di dalam hal mengasuh anaknya. Sebaliknya, seorang anak berhak untuk mendapat hak asuh dari ibunya.
Oleh sebab itu, tentu saja kita patut berterima kasih setinggi-tingginya dan mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada TUHAN kita, Yesus Kristus, sebagai Kepala rumah TUHAN yang telah mengasuh hidup rohani kita masing-masing sampai pada saat detik ini.
 
BUKTI MUSA DIASUH OLEH PUTERI FIRAUN
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Musa dididik dengan segala hikmat orang Mesir.
Berarti, diasuh = menerima didikan langsung dari TUHAN.
 
Keadaan seorang anak yang diasuh akan terpancar dengan jelas apabila ia berada di dalam pengasuhan yang baik dari seorang ibu yang baik. Demikian juga sidang jemaat sebagai anak-anak rohani dari gembala sidang, sidang jemaat sebagai anak-anak TUHAN, akan terpancar kehidupannya sebagai kehidupan yang diasuh oleh seorang ibu -- itulah gembala sidang -- yang bertanggung jawab di dalam hal mengasuh sidang jemaat.
 
1 Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Kalau kita menguji diri kita sendiri -- dengan kata lain; kita menganggap diri sudah layak, menganggap diri kita ini sudah benar, menganggap diri kita ini mampu untuk melakukan yang baik, yang benar, yang suci di hadapan TUHAN --, hukuman tidak menimpa kita, -- biasanya hukuman tidak akan menimpa terhadap orang semacam ini --.
Tetapi kalau kita menerima hukuman dari TUHAN -- sebaliknya, kalau seseorang menerima hukuman dari TUHAN --, kita dididik -- sama dengan; mendapatkan didikan yang baik dari TUHAN --, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Kembali saya sampaikan dengan tandas: Jika seseorang menganggap ...
-          Dirinya dalam keadaan baik dan benar.
-          Dirinya dalam keadaan yang suci.
-          Dirinya memiliki hikmat atau pengetahuan.
Maka konsekuensinya ialah hukuman tidak menimpa dia = menolak hukuman, yakni teguran dan hajaran dari TUHAN
Sebaliknya, kalau kita mau menerima hukuman dari TUHAN, yakni teguran dan hajaran salib, berarti; kita dididik langsung oleh TUHAN.
 
Pendeknya: Ibadah yang dihubungkan langsung dengan salib adalah sebuah ibadah yang mendatangkan didikan langsung dari TUHAN terhadap sidang jemaat atau umat TUHAN. Camkanlah itu.
 
Langsung kita lanjut membaca Ibrani 12:5
Ibrani 12:5
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
 
Sidang jemaat sebagai anak-anak TUHAN, disebut juga anak-anak rohani dari gembala sidang;
-          Jangan menganggap enteng didikan TUHAN.
-          Jangan putus asa apabila kita diperingatkan-Nya.
 
Pendeknya: Ibadah yang dihubungkan langsung dengan salib, itu merupakan ...
-          Didikan TUHAN bagi kita.
-          Peringatan dari TUHAN bagi kita.
 
Syarat untuk mengusahakan ibadah yang dihubungkan langsung dengan salib ialah; jangan menganggap enteng dan jangan putus asa apabila kita memasuki suatu ibadah yang dihubungkan langsung dengan salib.
-          Jangan menganggap enteng ibadah salib.
-          Jangan putus asa memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan.
Itulah syaratnya.
 
Orang yang belum mengerti tentang rencana TUHAN yakni; ibadah yang dihubungkan dengan salib, ketika menghadapi kesulitan kecil, maka orang semacam ini suka ngomel, bersungut-sungut dan menggerutu, bahkan menuntut TUHAN dan mempersalahkan sesama; biasanya begitu.
Oleh sebab itu, syarat untuk mengusahakan ibadah yang dihubungkan langsung dengan salib ialah
-          Jangan menganggap enteng didikan TUHAN.
-          Dan juga jangan putus asa di dalam memikul salib di tengah ibadah, apapun yang terjadi.
 
Kalau kita menghargai ibadah salib dalam setiap kegiatan-kegiatan Roh, maka di luar ibadah pelayanan pun pasti kita dimampukan oleh TUHAN untuk memikul salib; tidak mudah tersinggung dengan orang lain.
Jadi, mulai dari sekarang ...
-          diawali dari dalam diri sendiri;
-          kemudian berkembang lebih besar, mulai tegas di dalam hal memikul salib di tengah ibadah pelayanan;
-          supaya selanjutnya di luaran sana, dalam hal kita bersosialisasi, kita sudah terbiasa memikul salib, sebagai didikan atau peringatan dari TUHAN.
 
CONTOH: Esau, seorang yang menganggap enteng ibadah salib.
Kita langsung memperhatikan peristiwa itu di dalam Kejadian 25.
Kejadian 25:29-34
(25:29) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. (25:30) Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. (25:31) Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." (25:32) Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" (25:33) Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. (25:34) Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.
 
Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Yakub ini ternyata pandai memasak. Bantu doa, supaya saya juga sebagai seorang tukang masak yang baik, sehingga dalam setiap pertemuan ibadah ini saya bisa menyuguhkan berbagai jenis variasi makanan yang bisa menyenangkan hidup rohani kita masing-masing.
 
Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu." Berarti, aroma masakan Yakub ini enak. Semoga aromanya ini juga sampai ke luar negeri, bukan hanya di dalam negeri. Ini bukanlah suatu kesombongan, tetapi tidak salah jika kita berdoa kepada TUHAN; aroma masakan dari GPT “BETANIA” sampai ke mancanegara, doakan.
 
Singkatnya, dari Kejadian 25:29-34, di sini kita melihat: Esau menjual hak kesulungannya demi semangkok sop kacang merah = Memandang ringan atau menganggap enteng hak kesulungan, yakni ibadah dan kekuatannya, itulah ibadah salib.
Jadi, Esau itu menganggap enteng, menganggap ringan ibadah dan kekuatannya, itulah ibadah salib.
 
PENYEBAB menganggap enteng ibadah salib, yang merupakan didikan TUHAN bagi kita.
Kejadian 25:27-28
(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. (25:28) Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.
 
Yakub adalah seorang yang tenang. Berarti, walau ada badai gelombang, walau ada ujian cobaan bertubi-tubi, namun ia tetap tenang, itulah Yakub. 12 (dua belas) keturunan Israel, itulah keturunan Yakub, dan kita semua adalah Israel rohani, apa tandanya? Jadilah suatu kehidupan yang tenang, tidak usah gelisah walaupun diterpa badai, walaupun banyak mengalami ujian dan cobaan.
 
Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Tinggallah di kemah. Biarlah kiranya kita semua menjadi suatu kehidupan yang ditanamkan dalam Bait Suci, supaya nyata nanti pemeliharaan TUHAN; kebajikan dan kemurahan akan terus mengikuti kita seumur hidup kita masing-masing.
 
Itulah sekilas tentang Yakub, di mana Yakub adalah seorang yang tenang dan suka tinggal di kemah. Selain itu, Yakub juga adalah tukang masak yang baik. Apa buktinya Yakub tukang masak yang baik? Aromanya luar biasa, tercium oleh Esau.
 
Dari pembacaan Kejadian 25:27-28, singkatnya: Esau adalah seorang yang suka berburu daging, bahkan jago di dalam hal berburu daging -- sebagaimana dengan yang tertulis di dalam Galatia 5, di situ ada tertulis 15 (lima belas) tabiat daging --.
Jadi, yang menyebabkan Esau menganggap enteng dengan ibadah salib, sehingga dia menolak didikan TUHAN, adalah bahwa ia sibuk berburu daging, bahkan ia jago di dalam hal berburu daging, lihai di dalam hal berburu daging.
 
Lanjut kita BANDINGKAN dengan anak-anak Imam Eli sebagai PERSAMAANNYA di dalam 1 Samuel 2, dengan perikop: “Kejahatan anak-anak imam Eli.” Mari kita lihat kejahatan dari anak-anak lelaki imam Eli, pada ayat 12-14.
1 Samuel 2:12-14
(2:12) Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, (2:13) ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya (2:14) dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo.
 
Anak-anak imam Eli, yakni Hofni dan Pinehas, di sini dikatakan bahwasanya mereka adalah orang-orang dursila.
Mengapa mereka disebut orang-orang dursila? Penyebabnya ada 2 (dua):
1.      Mereka tidak mengindahkan TUHAN = Tidak menghormati ibadah salib (Korban Kristus).
2.      Di dalam hal melayani TUHAN, mereka melampaui batas hak seorang imam terhadap umat Israel.
 
Sesungguhnya, di dalam melayani TUHAN, hak seorang imam ada batasannya, tetapi itu pun dilanggar oleh Hofni dan Pinehas, sebab potongan-potongan daging dari korban sembelihan yang dipersembahkan oleh umat Israel bagi TUHAN di atas Mezbah Korban Bakaran, segera dicucukkan dengan garpu bergigi tiga, lalu diambilnya dengan sesuka hati.  
Berarti, merampas potongan daging tersebut = Merampas daging korban di atas batas hak seorang imam.
 
Hak seorang imam dari korban yang dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran itu ada, tetapi rupanya Hofni dan Pinehas mengambil potongan daging dari korban sembelihan yang akan dipersembahkan kepada TUHAN itu dengan sesuka hati, mencucukkan dengan garpu bergigi tiga. Jadi, betul-betul melayani di luar batas yang sudah TUHAN tentukan, sesuka hati mengambil korban sembelihan yang akan dipersembahkan kepada TUHAN, sudah di luar batas hak para imam, sesuka hati melayani TUHAN.
Dengan demikian, Hofni dan Pinehas menganggap enteng atau memandang ringan ibadah salib atau daging korban Kristus.
 
1 Samuel 2:15-16
(2:15) Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: "Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja." (2:16) Apabila orang itu menjawabnya: "Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu," maka berkatalah ia kepada orang itu: "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan."
 
Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu.” Jadi, ada bagian mereka yang menjadi hak mereka sebetulnya, tetapi di sini kita melihat; betul-betul mereka mengambil dengan sesuka hati, di mana Hofni dan Pinehas mencucukkan potongan daging yang dikorbankan itu untuk TUHAN dengan garpu bergigi tiga, lalu mereka mengambilnya dengan sesuka hati, melampaui batas hak para imam.
Namun mendengar pernyataan itu, mereka justru menjawab: “Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan.
 
Bahkan sebelum lemak dari daging korban itu dibakar, di sini kita melihat; anak-anak imam Eli merampas dengan paksa dari salah seorang yang akan mempersembahkannya di atas Mezbah Korban Bakaran. Jadi, selain mengambil di luar batas hak para imam, mereka juga mengambil dengan paksa, ada sistem kekerasan di dalam melayani TUHAN.
“Ada sistem kekerasan”, sebetulnya ini adalah sistem dari antikris yang akan memaksa: “Mau terima atau tidak, cap meterai 666 (enam ratus enam puluh enam) sebagai tanda di tangan kanan atau pun di dahi?” Jadi, “ada sistem kekerasan”, itu adalah roh antikris.
Tetapi sistem di dalam melayani TUHAN adalah dalam segala kerendahan di hati, sebab TUHAN datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, bahkan mengadakan pekerjaan penebusan di atas kayu salib.
 
1 Samuel 2:17
(2:17) Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN.
 
Pendeknya: Hofni dan Pinehas memandang ringan, memandang rendah, menganggap enteng korban Kristus, itulah ibadah salib = Menolak didikan dari TUHAN.
 
Hati-hati, orang yang menganggap enteng ibadah salib, itu sama artinya dengan menolak didikan dari TUHAN. Oleh sebab itu, kalau kita datang menghadap TUHAN lewat ibadah, ayo sungguh-sungguh. Perhatikan baik-baik:
-          Seorang imam bekerjalah dengan sungguh-sungguh.
-          Sidang jemaat datang menghadap TUHAN lewat ibadah dengan hati yang terbuka untuk pembukaan firman.
Jadi, dalam melayani dan menjalankan ibadah kepada TUHAN tidak boleh dengan ngantuk-ngantuk, tidak boleh karena terpaksa, dan tidak boleh karena aturan/liturgis.
Orang yang menganggap enteng ibadah, itu sama dengan; orang yang menganggap enteng didikan; dan orang yang semacam ini sangat susah dididik oleh TUHAN. Ingat: Kalau seseorang menganggap enteng ibadah salib, orang semacam ini susah untuk dididik = menolak didikan TUHAN.
Itu sebabnya, kalau kita menguji diri kita, pasti kita menolak hukuman, tetapi kalau kita dengan rendah hati datang menghadap TUHAN lewat ibadah dan pelayanan, serta memikul salib di tengah-tengah ibadah itu, pasti orang semacam ini menerima didikan langsung dari TUHAN. Tetapi Hofni dan Pinehas tidaklah demikian, sebab mereka menganggap enteng ibadah, mengapa? Karena rupanya Hofni dan Pinehas, yang terangkai dari pada Esau, juga sama-sama sibuk berburu daging; itulah penyebabnya sehingga menganggap enteng didikan salib, menganggap enteng ibadah salib, menganggap enteng didikan TUHAN.
 
Saya berharap, kita semua mendengar ini dengan bijaksana, supaya jangan terus menerus berada dalam kebodohan seperti lingkaran Setan, tidak keluar-keluar dari sana, itulah pekerjaan dari Lewiatan.
 
1 Samuel 2:22
(2:22) Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan,
 
Akhirnya, dosa dari anak-anak imam Eli ini memuncak sampai kepada kenajisan.
 
Coba saudara renungkan: Kalau seseorang sudah menolak didikan, pasti dosanya itu akan memuncak sampai kepada kenajisan, seperti anak-anak imam Eli yang tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan.
Jadi, kalau orang sudah bosan dengan didikan, pasti akan memuncak dengan dosa kenajisan. Itu sebabnya saya sampaikan dengan tandas di atas tadi: Dengar firman, perhatikan firman dengan bijaksana. Jangan lagi dengan keras hati; seperti lembut berkata “Amin”, tetapi keras hati, tidak rendah hati; orang yang demikian pasti penuh dengan kenajisan.
 
Kembali saya sampaikan: Hofni dan Pinehas tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan.
Di sini kita melihat, semakin tampak dengan jelas bahwasanya anak-anak Imam Eli memandang rendah, menganggap ringan, menganggap enteng ibadah salib = Menolak didikan.
 
MENGAPA HAL ITU TERJADI? Mari, kita memperhatikan ayat 23-24.
1 Samuel 2:23-24
(2:23) berkatalah ia kepada mereka: "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? (2:24) Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran.
 
Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab sekalipun Imam Eli mendengar segala kejahatan, segala kenajisan dari Hofni dan Pinehas, namun keduanya tidak mendapatkan didikan, keduanya tidak mendapatkan peringatan yang tegas dari Imam Eli. Hofni dan Pinehas tidak mendapatkan didikan salib dari imam Eli, sebagaimana dengan perkataan Imam Eli dalam ungkapannya pada ayat 23-24.
 
Ungkapan Imam Eli dibagi menjadi dua bagian, YANG PERTAMA, Imam Eli berkata: “Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu?
Di sini kita melihat, bahwa imam Eli hanya sekedar bertanya: “Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu?” Dia hanya sekedar bertanya, bukan memberikan (menyatakan) didikan dan peringatan yang tegas kepada Hofni dan Pinehas.
 
Lihat kembali perkataan Imam Eli: “Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu?” Ungkapan ini adalah pertanyaan (bertanya). Seharusnya, kalau sudah mendengar kejahatan dan kenajisan yang diperbuat oleh kedua anaknya, seharusnya bukan lagi bertanya, tetapi langsung segera saja memberi didikan dan peringatan yang tegas, jangan lagi bertanya.
Maka kita pun di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, kalau kita mendapat langsung teguran, hajaran, peringatan, itu merupakan didikan dari TUHAN, karena tiada seorang pun yang tidak berdosa.
 
Kemudian, pada bagian yang pertama ini, Imam Eli lanjut berkata: “Sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu?
Dari ungkapan Imam Eli ini menunjukkan bahwa imam Eli hanya memberitahukan bahwa bangsa Israel (umat Israel) sedang menceritakan kejahatan dan kenajisan anak-anak Imam Eli, Hofni dan Pinehas.
Ini sudah tidak benar, ini adalah gambaran bapa rohani yang tidak baik, ini adalah gambaran dari gembala sidang yang tidak baik. Kalau memang mendengar cerita (berita) tentang kejahatan Hofni dan Pinehas dari bangsa Israel, seharusnya langsung saja ditegaskan, itulah didikan salib.
 
Oleh sebab itu, dalam setiap pertemuan ibadah di tengah-tengah ibadah pelayanan, biarlah ibadah kita dihubungkan langsung dengan salib, supaya kita juga mendapatkan didikan langsung dari TUHAN, supaya kita mengerti bahwa kita ini banyak salah. Mulailah belajar untuk mengerti tentang ibadah yang baik dan benar, yang dihubungkan langsung dengan salib.
 
Ungkapan Imam Eli dibagi menjadi dua bagian, YANG KEDUA, Imam Eli berkata: “Janganlah begitu, anak-anakku.”
Dari ungkapan ini seolah-olah ada larangan, tetapi dengan ungkapan "anak-anakku", itu menunjukkan bahwa dia setengah hati untuk menegaskan, memperingatkan, menghajar anak-anaknya.
-          Kalau pekerjaan dari seseorang adalah jahat, berarti dia adalah anak si jahat.
-          Kalau pekerjaan dari seseorang adalah dalam kenajisan, berarti dia adalah anak-anak najis.
Tetapi di sini kita melihat, sekalipun Hofni dan Pinehas dalam kejahatan, sekalipun Hofni dan Pinehas dalam kenajisannya (perzinahannya), namun tetap imam Eli berkata: “Janganlah begitu, anak-anakku.” Seolah-olah melarang, tetapi tanpa ketegasan.
Tadi saya sudah katakan: Kalau seseorang berbuat jahat, berarti dia adalah anak jahat; kalau seseorang berbuat najis (hidup dalam kenajisan), berarti dia adalah anak najis; tetapi di sini lihat, Imam Eli justru berkata: “Janganlah begitu, anak-anakku.
 
Kemudian, ungkapan Imam Eli berikutnya: “Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran.
Kalau memang kejahatan dan kenajisan yang diperbuat oleh Hofni dan Pinehas bukan kabar baik, tidak perlu lagi mengatakan: "Bukan kabar baik yang kudengar itu", langsung saja ditegaskan.
Oleh sebab itu, kalau seorang imam sudah betul-betul dalam lingkaran Setan oleh karena kejahatannya, kemudian dalam lingkaran Setan oleh karena kenajisannya, saya kira ya harus mendapat didikan yang tegas, dengan tidak dulu melayani (turun dari pelayanan). Tentu boleh beribadah, tetapi jangan dulu melayani; kalau memang sudah mendengar kabar yang tidak baik, kalau memang sudah mengetahui keadaan dari pada Hofni dan Pinehas, anak-anaknya itu, langsung saja diturunkan.
 
Saya berharap, saya tidak akan pernah mendengarkan lagi kejahatan dan kenajisan dari seorang imam di tengah ibadah dan pelayanan ini, ingat akan konsekuensinya. Maka, di media sosial pun jangan tunjukkan kenajisanmu, sampai menganggap enteng ibadah; siapa kita manusia, siapa TUHAN yang mulia. Imam kok anggap enteng ibadah. Ini adalah orang yang menolak didikan salib, tidak suka didikan. Demikianlah keadaan dari pada Hofni dan Pinehas.
 
1 Samuel 2:25
(2:25) Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka.
 
Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili. Kalau ada dosa antara yang satu dengan yang lain, artinya dosa yang sifatnya bukan hubungan intim (bukan dosa kenajisan), maka TUHAN masih ampuni, kalau diakui.
Misalnya; menyakiti sesama dengan cara apapun itu bentuknya, entah itu dengan sirik, fitnah, benci, dengki, iri hati, atau dengan dusta, mencuri, dan lain sebagainya, kalau diakui, ia masih diampuni.
 
Tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?
Dosa kenajisan adalah dosa yang langsung dengan TUHAN, karena hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan dalam nikah yang rohani. Kalau suami isteri adalah hubungan nikah yang jasmani, dua menjadi satu.
Tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya? Artinya, darah Yesus tidak berlaku atas seseorang jika ia merusak hubungan nikah.
 
Jadi, Hofni dan Pinehas, anak-anak lelaki dari imam Eli ini betul-betul berdosa kepada TUHAN. Oleh sebab itu, hati-hati dengan dosa kenajisan, sebab dosa kenajisan = merusak hubungan intim, baik nikah jasmani maupun nikah rohani.
Kalau kita sudah merusak nikah, baik hubungan kita dengan TUHAN, maupun hubungan nikah jasmani, maka darah Yesus tidak berlaku atas orang semacam ini. Jadi, jangan biasakan merusak hubungan intim, baik secara jasmani maupun secara rohani.
 
Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu. Kalau kita menganggap enteng ibadah salib (korban Kristus) = Menolak didikan TUHAN.
Kemudian, selanjutnya di sini kita perhatikan: sebab TUHAN hendak mematikan mereka. Orang yang menolak didikan TUHAN, pada akhirnya akan binasa.
 
Beberapa waktu yang lalu, seorang imam dari antara kita pergi ke pantai pada saat hari ibadah. Yang ironisnya, dia ajak lagi seorang imam yang lain, hanya karena dia ingin mengambil hati atasannya, menyenangkan hati atasannya. Sesampainya di tepi laut, seorang imam ini kakinya tersandung ke batu karang, lalu terluka parah. Sebetulnya, ketika hal itu terjadi, itu merupakan teguran TUHAN, didikan TUHAN.
Namun ketika seseorang menganggap enteng ibadah, sampai menolak didikan TUHAN, tetapi tidak ada teguran, aman-aman saja tanpa teguran dan didikan TUHAN, tidak ada hajaran, tidak ada peringatan, maka hati-hati dengan kehidupan yang semacam ini, sebab itu artinya darah Yesus sudah tidak berlaku dengan kehidupan semacam ini.
 
Kalau masih ada teguran, berarti TUHAN masih memperhatikannya. Jadi, jangan lekas tersinggung kalau ada teguran. Belajar dewasa, berlaku bijaksana mulai dari sekarang.
Mengapa tidak ada teguran? Karena TUHAN mau mematikan Hofni dan Pinehas. Maka, berbahagialah saudara kalau mendapatkan didikan di tengah ibadah dan pelayanan ini. Tentu kita tidak menghendaki supaya kehidupan kita ini akhirnya binasa, bukan? Oleh sebab itu, jangan bertahan dengan zona kenyamanan, tetapi mari dengan hati yang terbuka, kita menghadap TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan disertai dengan menyangkal diri dan memikul salib masing-masing. Bijaksanalah sebelum TUHAN mengambil kebijaksanaan itu.
 
Sekarang, kita bandingkan
1 Samuel 2:27-29
(2:27) Seorang abdi Allah datang kepada Eli dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diri-Ku kepada nenek moyangmu, ketika mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturunan Firaun? (2:28) Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi imam bagi-Ku, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapan-Ku; kepada kaummu telah Kuserahkan segala korban api-apian orang Israel. (2:29) Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?
 
Beginilah firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diri-Ku kepada nenek moyangmu, ketika mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturunan Firaun?” Dari hati yang paling dalam, TUHAN menceritakan perkara ini kepada imam Eli lewat seorang hamba TUHAN.
Dalam setiap pemberitaam firman TUHAN, hati TUHAN yang paling dalam Dia nyatakan kepada kita semua. Oleh sebab itu, dengar firman dengan baik, tidak usah kita gelisah, sombong, angkuh, menolak pemberitaan firman seolah-olah kita sudah dewasa rohani.
Kalau kita menguji diri, berarti kita menolak didikan; oleh sebab itu, jangan pernah menganggap diri lebih baik, tetapi dengar firman dengan baik. Waktu dengar, ya dengar; waktu mencatat, ya mencatat. Jangan pakai trik-trik, sebab itu adalah keras hati, sombong, menolak didikan, yang akhirnya adalah mati (binasa). Tentu kita semua tidak mau mati (binasa), bukan?
Tidak usah keras hati dalam melayani TUHAN. Mau berapapun umur kita, apapun kedudukan kita, jabatan kita, seberapa banyak harta yang kita punya, tidak usah keras hati.
 
Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi imam bagi-Ku, supaya ia;
-          Mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, itulah tugas imam yaitu membawa korban dan mempersembahkannya. Jadi kalau imam tidak mau membawa korban dan mempersembahkannya, lalu bersungut-sungut, itu bukanlah imam; orang semacam ini adalah orang yang suka mencuri kemuliaan, melayani karena kepentingan, karena ada motif-motif lain.
Kalau dia imam, tentu harus membawa korban dan mempersembahkannya. Jadi, imam itu sudah harus siap memikul salib. Kalau belum siap, jangan dulu melayani.
-          Dan bukan hanya membawa korban, tetapi juga membakar ukupan, artinya; ibadahnya sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan.
-          Dan memakai baju efod di hadapan-Ku. Berarti, dengan rela menjadi korban pendamaian.
Itulah tugas seorang imam. Itu sebabnya, TUHAN memilih bangsa Israel untuk menyatakan 3 (tiga) perkara tadi, yaitu;
1.      Mempersembahkan korban di atas mezbah.
2.      Membakar ukupan.
3.      Sampai menjadi korban pendamaian; berlilitkan baju efod.
 
Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku ... Tetapi perhatikanlah, bukan saja anak-anak imam Eli, tetapi juga imam Eli memandang loba kepada korban sembelihan dan memandang loba korban sajian; melayani tetapi mencari keuntungan, melayani tetapi karena ada motif-motif lain. Hamba TUHAN menyampaikan firman TUHAN (korban sajian), tetapi untuk mencari keuntungan di tengah ibadah dan pelayanannya.
Hal itu TUHAN sampaikan dengan tandas, supaya imam Eli tahu bahwa ia sangat berdosa kepada TUHAN, dan oleh karena dosa itulah Hofni dan Pinehas, anak lelakinya, menjadi orang-orang dursila.
 
Oleh sebab itu, bantu doa, supaya saya menjadi suatu kehidupan “tukang masak” yang baik, bahkan aroma masakan itu sampai ke luar negeri, sampai ke mancanegara, dan anak-anak TUHAN mendapat belas kasih karena mau digembalakan lewat live streaming.
Jadi, saudara yang sedang memberi diri digembalakan lewat live streaming, TUHAN sedang menyatakan belas kasih-Nya kepada saudara. Sidang jemaat di Bandung; TUHAN sedang menyatakan belas kasih-Nya kepadamu. Sidang jemaat di Malaysia; TUHAN sedang menyatakan belas kasih-Nya kepadamu. Bahkan kepada saudara/saudari, Bapak/Ibu yang terkasih yang terus memberi diri digembalakan lewat live streaming, baik dalam negeri, di tanah air ini, maupun di luar negeri, bangsa-bangsa, negara-negara; TUHAN sedang menyatakan belas kasih-Nya kepadamu. Saya tidak ragu menyatakan hal itu; setialah.
 
Mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? Dengan demikian, Tuhan mengenal pelayanan dari seorang hamba Tuhan, tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan.
Singkatnya: Imam Eli lebih menghormati anak-anak lelakinya, Hofni dan Pinehas, dari pada menghormati TUHAN.
Jadi, kalau seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin sidang jemaat memandang loba korban sembelihan dan memandang loba korban sajian, dengan lain kata; mencari keuntungan di tengah ibadah dan pelayanan, mencari keuntungan di tengah pemberitaan Firman TUHAN, itu sama dengan lebih menghormati sidang jemaat dari pada menghormati TUHAN Yesus; saudara harus mengerti itu.
Seharusnya, seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN harus lebih menghormati TUHAN Yesus, lebih menghormati Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, dari pada sidang jemaat TUHAN. Mengapa? Sebab seorang hamba Tuhan hidup bukan dari sidang jemaat, tetapi hamba Tuhan hidup dari kemurahan hati Tuhan saja.
 
Tidak sedikit hamba TUHAN takut kepada orang kaya. Begitu banyak hamba TUHAN tidak berani menegor kesalahan dari pada sidang jemaat, mengapa? Karena sidang jemaat itu terlalu banyak uangnya. Tetapi TUHAN tahu kejahatan dari setiap hamba TUHAN. Oleh sebab itu, TUHAN berbicara langsung kepada imam Eli lewat seorang hamba TUHAN, bahwa keadaan dari imam Eli ialah;
-          Memandang loba korban sembelihan, artinya; melayani TUHAN dengan mencari keuntungan.
-          Memandang loba korban sajian, artinya; seorang hamba TUHAN di tengah-tengah pemberitaan Firman TUHAN hanya untuk mencari keuntungannya = mencuri kemuliaan TUHAN. Ibadah semacam ini belum memuncak sampai kepada doa penyembahan.
 
Mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?
Singkat kata: Imam Eli ini menggemukkan dirinya di tengah ibadah dan pelayanan, menggemukkan dirinya di tengah pemberitaan Firman TUHAN. Seharusnya, seorang hamba TUHAN harus berpuasa;
-          Supaya lututnya melentuk, lentur di dalam hal menyembah TUHAN.
-          Kemudan harus menghukum dagingnya sampai kurus kering, tidak ada lagi lemak-lemaknya; habis dagingnya, habis raganya.
Tetapi di sini kita melihat: Imam Eli menggemukkan diri di tengah ibadah dan pelayanannya.
 
Kita lihat arti MENGGEMUKKAN DIRI di dalam 1 Samuel 4.
1 Samuel 4:16-17
(4:16) Kata orang itu kepada Eli: "Aku datang dari medan pertempuran; baru hari ini aku melarikan diri dari medan pertempuran." Kata Eli: "Bagaimana keadaannya, anakku?" (4:17) Jawab pembawa kabar itu: "Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas."
 
Jadi, tergenapi apa yang dinyatakan TUHAN di dalam 1 Samuel 2, di mana TUHAN memang mau mematikan Hofni dan Pinehas. Dan akhirnya kita melihat, Hofni dan Pinehas tewas dalam pertempuran menghadap orang Filistin. Lebih dari pada itu tabut Allah sudah dirampas.
Kalau seorang pemimpin sidang jemaat, gembala sidang, di tengah ibadah dan pelayanan tidak membawa sidang jemaat langsung dengan salib, akhirnya sidang jemaat keadaannya sama seperti Hofni dan Pinehas; menolak didikan TUHAN, akhirnya nanti sidang jemaat juga akan mati binasa. Tidak hanya sampai di situ, TABUT PERJANJIAN juga dirampas, hadirat TUHAN tidak ada di tengah-tengah ibadah tersebut.
 
Ibadah yang tidak dihubungkan dengan salib, itu sama dengan menolak didikan TUHAN. Ibadah semacam ini sebetulnya tanpa disadari, Tabut Perjanjian itu sudah dirampas dari tengah-tengah ibadah itu, hadirat TUHAN tidak ada di tengah ibadah itu biar bagaimana pun. Oleh sebab itu, banyak gereja-gereja membuat seolah-olah di tengah-tengah ibadah itu ada kemuliaan.
 
Suatu kali saya memasuki gereja yang isinya 20.000 (dua puluh ribu) jiwa, sehingga ada lima kali sesi ibadah dalam penggembalaan itu. Kemudian, tidak terlalu terang, dari atas altar yang begitu luas itu memancar setitik cahaya; sekali waktu per 10 (sepuluh) menit memancar cahaya. Awalnya melihat itu, saya berpikir itu adalah suatu hal yang biasa. Tetapi karena saya perhatikan cahaya itu terus menerus setiap 10 (sepuluh) menit, maka saya mengambil kesimpulan bahwa sedang membuat cahaya kemuliaan sendiri. Hati-hati.
 
1 Samuel 4:18
(4:18) Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel.
 
Begitu mendengar Tabut Perjanjian itu telah dirampas, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, dan mati, dengan batang lehernya patah. Mengapa batang lehernya patah? Sebab telah tua dan gemuk orangnya.
 
Kalau seorang hamba TUHAN, gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN di dalam melayani TUHAN hanya untuk menggemukkan diri karena menganggap loba korban sembelihan, menganggap loba korban sajian, mencari keuntungan dari pemberitaan firman TUHAN, maka ibadahnya tidak akan sampai kepada doa penyembahan, dan akhirnya dia akan mati, dengan batang lehernya patah. Padahal, batang leher ini bermanfaat untuk menundukkan kepala di ujung kaki salib; itulah doa penyembahan.
 
Seharusnya, ibadah itu dibawa sampai kepada doa penyembahan, tetapi karena imam Eli menggemukkan diri di tengah ibadah dan pelayanan, maka ibadahnya tidak sampai kepada doa penyembahan; dia mati telentang dan batang lehernya patah, karena dia menggemukkan diri. Jangan serahkan batang lehermu kepada pedang antikris, tetapi biarlah ibadah ini memuncak sampai kepada doa penyembahan.
 
Kalau kita sudah mendapatkan sesuatu pengertian yang suci, hargai, supaya kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap kita menghadap TUHAN lewat ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan ini. Inilah resiko kalau ibadah tidak sampai kepada doa penyembahan; mati telentang, batang leher patah.
 
Tadi, 1 Samuel 2:12-17, KESIMPULANNYA ialah; anak-anak lelaki imam Eli, yaitu Hofni dan Pinehas memandang rendah korban untuk TUHAN, menganggap enteng ibadah salib = menolak didikan TUHAN.
 
Sekarang, kita BANDINGKAN dengan Samuel yang masih kecil di dalam 1 Samuel 2:18.
1 Samuel 2:18
(2:18) Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan.
 
Sebaliknya, Samuel yang masih kecil; tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. Jelas menunjukkan bahwa inilah gambaran dari suatu kehidupan dari seorang anak TUHAN yang rela menjadi korban pendamaian di tengah ibadah dan pelayanannya, rela menjadi korban untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah, rela memikul salib supaya orang lain berdamai dengan TUHAN.
Ayo, biarlah kiranya kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus, berlilitkan baju efod.
 
Filipi 2:5-8
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
 
Yesus tampil sebagai Imam Besar, dengan kata lain; berlilitkan baju efod. Biarlah kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus, Dia rela mati di kayu salib untuk memperdamaikan dosa manusia.
 
Filipi 2:9-10
(2:9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, (2:10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
 
Sampai pada akhirnya, TUHAN meninggikan Dia di tempat Yang Maha Tinggi, berada di dalam kekekalan; kemudian, mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya segala makhluk bertekuk lutut kepada TUHAN.
 
Kalau kita berlilitkan baju efod, menjadi korban pendamaian, maka segala lutut akan bertelut, baik yang di langit, di bumi dan di bawah bumi bertekuk lutut. Demikian juga seorang pemimpin sidang jemaat, kalau hidupnya berlilitkan baju efod, maka ia sedang memimpin sidang jemaat kepada sebuah kedudukan yang tinggi, tempat maha tinggi, kekekalan. Bahkan nanti segala makhluk akan berlutut, baik yang di langit, di bumi dan di bawah bumi.
 
TUHAN mau, bahkan menuntut seorang imam yang seperti itu supaya oleh hidupnya, orang lain bertekuk lutut. Jadi, kita datang beribadah bukan hanya sekedar liturgis, tetapi harus memperhatikan apa yang menjadi dambaan TUHAN, tuntutan dalam kehidupan kita masing-masing. Ayo, biarlah kita semua berlilitkan baju efod.
 
Kemudian;
Dari 1 Samuel 2:19-25, ini berbicara soal kenajisan dari pada Hofni dan Pinehas, karena ternyata imam Eli tidak mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar, karena ternyata imam Eli lebih menghormati Hofni dan Pinehas dari pada TUHAN Yesus.
 
Sekarang kita akan bandingkan dengan pribadi Samuel di dalam 1 Samuel 2:26.
1 Samuel 2:26
(2:26) Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.
 
Samuel semakin besar, semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.
 
Inilah keadaan dari seorang hamba TUHAN, pemimpin sidang jemaat, yaitu akan semakin bertambah besar, akan semakin disukai oleh banyak bangsa. Biarlah kehidupan rohani kita berada pada kedudukan yang tertinggi, yaitu doa penyembahan; semakin besar dan semakin disukai oleh banyak bangsa. Haleluya...
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment