KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, December 14, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 10 DESEMBER 2020

 


IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 10 DESEMBER 2020
 
KITAB RUT
(Seri: 120)
 
Subtema: KETAATAN RUT MEMBAWANYA BERBARING DEKAT KAKI BOAS
 
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita sekaliannya.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, sidang jemaat TUHAN, yang ada di Bandung, di Malaysia, di mana pun berada. Demikian juga umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, baik dalam maupun luar negeri; TUHAN Yesus memberkati kita sekaliannya. Shalom.
 
Segera kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Rut 3:5
(3:5) Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan."
 
Kata Rut kepada Naomi, mertunya itu: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan."
Ayat ini menunjukkan bahwa Rut taat keapda Naomi, mertuanya itu, sekalipun Rut mengalami berkat yang besar,  namun Rut tetap mendengarkan nasihat dari Naomi.
 
Mari kita bersama-sama menunjukkan ketaatan kita kepada firman yang rahasianya dibukakan.
 
Titus 2:9
(2:9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, (2:10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.
 
Di sini kita perhatikan: Seorang hamba hendaklah ...
-          Taat kepada tuannya dalam segala hal.
-          Hidup berkenan kepada tuannya.
-          Jangan membantah, jangan curang.
Tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya layak menjadi contoh teladan di dalam hal memuliakan ajaran firman Pengajaran Mempelai yang sudah kita terima sampai pada saat ini.
 
Titus 3:1
(3:1) Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.
 
Taat, artinya; seorang hamba siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik di hadapan TUHAN.
 
Kelanjutannya kita akan periksa di dalam 1 Petrus 1:2
1 Petrus 1:2
(1:2) yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.
 
Orang-orang yang dipilih -- atau seorang hamba TUHAN -- dikuduskan oleh Roh Allah, dengan tujuan;
-          supaya taat kepada Yesus Kristus.
-          supaya menerima percikan darah.
 
Percikan darah à Sengsara tanpa dosa sebagai penyucian yang terakhir.
Oleh sebab itu, seorang hamba TUHAN atau seorang pelayan TUHAN tidak perlu kaget terhadap percikan darah. Atau, apabila mengalami sengsara tanpa dosa, tidak perlu kaget, sebab itu merupakan penyucian yang membawa kita ke arah kesempurnaan.
Tidak perlu kaget apabila mengalami percikan darah, tidak perlu kaget apabila mengalami suasana sengsara tanpa dosa, sebab itu merupakan penyucian yang membawa kita ke arah kesempurnaan.
 
Segera kita lanjutkan dalam Imamat 16.
Imamat 16:14-15
(16:14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali. (16:15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.
 
Imam Besar masuk ke dalam Ruangan Maha Suci, lalu mengadakan;
-          7x (tujuh kali) percikan darah di atas tutup pendamaian,
-          dan 7x (tujuh kali) percikan darah di depan tabut perjanjian,
dengan darah lembu jantan dan dengan darah domba jantan.

 
Imamat 16:16
(16:16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka.
 
Dengan demikian, imam besar mengadakan pendamaian karena segala kenajisan bangsa Israel dan karena segala pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa yang diperbuat oleh bangsa Israel (umat Allah).
 
Singkatnya:

-          7x (tujuh kali) percikan darah di atas tutup pendamaian à Sengsara yang dialami Mempelai Pria Sorga bagi sidang mempelai-Nya.

-          7x (tujuh kali) percikan darah di muka peti à Sengsara sebagai penyucian yang dialami gereja untuk mencapai kesempurnaannya sebagai mempelai wanita TUHAN. 

Inilah penyucian yang terakhir, yaitu 7x (tujuh kali) percikan darah di atas tutu pendamaian (tutupan grafirat) dan 7x (tujuh kali) percikan darah di muka Tabut Perjanjian.
 
Sengsara tanpa dosa, itu adalah penyucian untuk membawa kita sampai kepada kesempurnaan. Sengsara tanpa dosa, itu adalah 7x (tujuh kali) percikan darah yang membawa kita ke arah kesempurnaan, itulah kesempurnaan dari mempelai wanita TUHAN.
 
Filipi 2:8
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
 
Taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib, itu merupakan penyucian yang terakhir, itulah 7x (tujuh kali) percikan darah, sengsara tanpa dosa; penyucian yang membawa kita sampai kepada kesempurnaan.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, itulah penyucian yang terakhir, sengsara tanpa dosa. Oleh sebab itu, biarlah kita taat terhadap pembukaan firman yang sudah kita terima sampai sejauh ini.
 
Ibrani 5:8
(5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
 
Yesus, Anak Allah, Dia adalah Imam Besar Agung, menurut peraturan Melkisedek. Berarti, imamatnya tidak akan beralih kepada siapapun, tidak dialihkan oleh siapapun, menunjukkan bahwa Ia adalah seorang Imam Besar yang bertanggung jawab kepada Allah Bapa Kemudian, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.
 
Ibrani 5:9-10
(5:9) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, (5:10) dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
 
Sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya = Dipermuliakan di sebelah kanan Yang Maha Kuasa. Selanjutnya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, sebab Ia adalah Imam Besar untuk selama-lamanya.
 
Perkara ini tidak sulit untuk dimengerti, asal kita sungguh-sungguh, fokus memperhatikan firman yang dibukakan.
Jadi, sebagai seorang Imam Besar, Dia taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib. Kemudian, Dia bangkit dan dipermuliakan. Saat dipermuliakan, berarti duduk di sebelah kanan Allah Yang Maha Besar, selanjutnya Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
 
Demikianlah tentang ketaatan dari pada Rut kepada Naomi, mertuanya itu.
 
Kita kembali untuk membaca Rut 3.
Rut 3:5-7
(3:5) Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (3:6) Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. (3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
 
Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." Ayat 5 ini adalah bukti ketaatan Rut kepada Naomi, sekalipun ia telah mengalami berkat yang besar di ladang Boas.
 
Dari pembacaan ayat 6-7, ketaatan Rut terkait dengan 2 (dua) hal:
1.      Rut pergi ke tempat pengirikan.
2.      Rut berbaring di kaki Boas.
 
Kita akan mengikuti penjelasan dari kedua hal di atas, diawali dari PENJELASAN: “Rut pergi ke tempat pengirikan.”
Segala puji dan segala hormat hanya bagi Dia, sebab oleh karena kemurahan hati TUHAN, yang telah memanggil dan menuntun kita dengan kekuatan dari dua tangan TUHAN yang kuat, sekaligus menghimpun kita untuk berada di tengah-tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci malam ini = Berada di tempat pengirikan. Seharusnya, kita bersyukur kepada TUHAN.
 
Sebenarnya, ibadah dan pelayanan merupakan tempat pengirikan atau tempat pemisahan supaya sekam atau kulit gandum ditanggalkan sekaligus nanti dibakar untuk mendapatkan bulir-bulir gandum. Itulah sebabnya kita ada di tempat pengirikan, supaya lepas dari sekam (kulit gandum), supaya menjadi gandum yang dikumpulkan. Biarlah kiranya hal itu nyata dalam kehidupan kita masing-masing.
Kulit atau sekam adalah gambaran dari daging dengan segala tabiat-tabiatnya. Ada 15 (lima belas) tabiat-tabiat daging, dan semua itu tertulis dengan jelas di dalam kitab Galatia 5:19-21.
 
Segera kita memperhatikan Roma 8.
Roma 8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
 
Singkatnya: Hidup menurut daging memikirkan hal-hal yang dari daging pula, tidak mungkin memikirkan hal-hal yang dari Roh, yaitu ibadah dan pelayanan atau perkara-perkara rohani, itulah perkara-perkara di atas.
 
Pendeknya: Tidak mengalami kemajuan rohani, sebaliknya mengalami kemerosotan rohani.
 
Kalau hidup menurut daging, pastilah orang tersebut hanya memikirkan hal-hal yang dari daging, tidak akan memikirkan hal-hal yang dari Roh, tidak memikirkan hal-hal yang rohani, itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
Lihatlah: Kalau seseorang sudah mabuk dengan hawa nafsu daging, orang semacam ini sedikitpun tidak akan pernah memikirkan pekerjaan TUHAN.
Pendeknya: Tidak akan pernah mengalami kemajuan rohani, sebaliknya akan mengalami kemerosotan rohani.
 
Terkait dengan itu, kita lanjut untuk membaca 2 Timotius 3:, dengan perikop: “Keadaan manusia pada akhir zaman”.
2 Timotius 3:1-4
(3:1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (3:2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3:3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (3:4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
 
Delapan belas macam dosa akhir zaman:
1.       Mencintai dirinya sendiri.
2.       Hamba uang.
3.       Membual.
4.       Menyombongkan diri.
5.       Pemfitnah.
6.       Berontak terhadap orang tua.
7.       Tidak tahu berterima kasih.
8.       Tidak mempedulikan agama.
9.       Tidak tahu mengasihi.
10.    Tidak mau berdamai.
11.    Suka menjelekkan orang.
12.    Tidak dapat mengekang diri.
13.    Garang.
14.    Tidak suka yang baik.
15.    Suka mengkhianat.
16.    Tidak berpikir panjang.
17.    Berlagak tahu.
18.    Lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
Itulah 18 (delapan belas) macam dosa akhir zaman.
 
2 Timotius 3:5
(3:5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
 
Di sini kita melihat: Mereka adalah orang-orang yang menjalankan ibadah secara lahiriah, ibadah liturgis, ibadah dalam bentuk Taurat.
Sebagai contoh; Mulut memuliakan TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi hatinya jauh dari TUHAN. Itu adalah ibadah Taurat, ibadah lahiriah; mulutnya memang betul memuji TUHAN, tetapi hatinya jauh dari firman yang disampaikan di tengah ibadah dan pelayanan. Sama artinya; tubuh jasmaninya dipersembahkan di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada TUHAN; itu adalah ibadah Taurat, ibadah lahiriah.
 
Sebenarnya, orang yang menjalankan ibadah lahiriah, orang yang menjalankan ibadah Taurat adalah orang-orang yang memungkiri kekuatan dari pada ibadah itu sendiri; tidak mengandalkan kekuatan dari ibadah itu sendiri, sebaliknya memungkiri kekuatan dari ibadah itu sendiri. Berarti, kerohanian mereka merosot.
 
Hawa nafsu dan keinginan daging yang jahat tidak akan membawa kita menjadi suatu kehidupan yang rohani. Sebaliknya, daging dengan segala hawa nafsunya, daging dengan segala keinginan-keinginannya membawa seseorang semakin merosot rohani.
 
2 Timotius 3:7-9
(3:7) yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. (3:8) Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. (3:9) Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan mereka pun akan nyata bagi semua orang.
 
Mereka yang menjalankan ibadah Taurat (ibadah lahiriah) adalah orang-orang yang selalu ingin diajar sebetulnya, namun sesungguhnya tidak dapat mengenal kebenaran; senang mendengar firman tetapi tidak mengenal kebenaran.
 
Seperti contoh: Yanes dan Yambres, karakter mereka ialah ...
-          Menentang Musa = Menentang kebenaran.
-          Akal mereka bobrok.
-          Iman mereka tidak tahan uji.
 
Itulah orang-orang yang menjalankan ibadah Taurat (lahiriah), yaitu seperti Yanes dan Yambres, karakter mereka adalah menentang Musa dan kebenaran.
Ketika Musa diutus oleh TUHAN untuk melepaskan bangsa Israel dari Mesir dan Firaun, ia mengadakan demonstrasi dengan tongkat, dilemparkan lalu berubah menjadi ular. Tetapi ahli-ahli jampi dari pada Firaun, itulah Yanes & Yambres berani menentang Musa, yang juga melemparkan tongkat mereka, lalu tongkat itu juga berubadah menjadi ular.
Itulah orang yang menjalankan ibadah lahiriah, yaitu; menentang Musa dan kebenaran, akal mereka boborok, dan orang yang semacam ini, iman mereka tidak tahan uji.
 
Pendeknya: Yanes & Yambres à Manusia daging yang tidak mengalami kemajuan rohani.
 
Jadi, jelas sekali, bahwa sekam atau kulit, itu adalah manusia daging yang harus ditanggalkan dari gandum, supaya jangan seperti Yanes dan Yambres.
 
Sekarang kita akan membaca Matius 3.
Matius 3:12
(3:12) Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
 
Singkatnya: Arti rohani dari tempat pengirikan ialah tempat terjadinya proses penyucian supaya lepas dari tabiat daging sehingga mengalami peningkatan rohani hingga menjadi gandum yang dikumpulkan dalam lumbung TUHAN.
Jadi, kita berada di tempat pengirikan, tujuannya adalah supaya kita mengalami proses penyucian, lepas dari tabiat daging, sehingga mengalami peningkatan rohani, bukan kemerosotan rohani, hingga menjadi gandum yang dikumpulkan dalam lumbung TUHAN.
Gandum yang dikumpulkan à Kehidupan yang sudah dikuliti. Lepas dari tabiat daging = kehidupan yg sudah dikuliti.
 
2 Korintus 5:21
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
 
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita. Pendeknya: Yesus rela dikuliti. Tujuannya ialah supaya di dalam Dia, di dalam Kristus, kita dibenarkan oleh Allah.
 
Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan: Ibadah yang dihubungkan dengan salib adalah tempat terjadinya proses penyucian supaya lepas dari tabiat-tabiat daging, selanjutnya mengalami peningkatan rohani, tidak mengalami kemerosotan rohani.
 
Kejadian 3:21
(3:21) Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
 
Binatang yang dikuliti à Pribadi Yesus yang dikorbankan; Ia rela dikuliti untuk menutupi dosa ketelanjangan manusia (Adam).
Jadi jelas, dari sini kita dapat mengambil kesimpulan: Kita datang ke tempat pengirikan supaya kita boleh mengalami penyucian, lepas dari tabiat daging, sampai akhirnya kita mengalami peningkatan rohani.
 
Gandum yang dikumpulkan à Kehidupan yang dikuliti. Dan kalau pun kita dikuliti, itu adalah cara TUHAN untuk membenarkan orang yang berdosa.
Jadilah gandum yang dikumpulkan oleh TUHAN. Berarti, rela dikuliti untuk membenarkan orang lain, teramat lebih pelayan-pelayan TUHAN (hamba TUHAN) harus dengan rela hati dikuliti; Dia yang benar dijadikan dosa = dikuliti, tujuannya ialah untuk membenarkan orang lain. Jadi, kalau seorang imam tidak mau dikuliti, ya jangan melayani, sebab Dia yang benar dijadikan dosa, rela dikuliti untuk membenarkan dosa orang lain.
 
Yesaya 27:12-13
(27:12) Maka pada waktu itu TUHAN akan mengirik mulai dari sungai Efrat sampai sungai Mesir, dan kamu ini akan dikumpulkan satu demi satu, hai orang Israel! (27:13) Pada waktu itu sangkakala besar akan ditiup, dan akan datang mereka yang hilang di tanah Asyur serta mereka yang terbuang ke tanah Mesir untuk sujud menyembah kepada TUHAN di gunung yang kudus, di Yerusalem.
 
Gandum yang dikumpulkan -- itulah kehidupan yang dikuliti -- telah melewati penyucian dari 2 (dua) hal:
1.      Sungai Efrat à Pengaruh dari dosa kenajisan.
2.      Sungai Mesir à Pengaruh dari dosa dunia.
 
Selanjutnya, setelah disucikan dan dilepaskan dari tabiat daging dan disucikan sungai Efrat -- itulah pengaruh dari dosa kenajisan --, kemudian disucikan dari sungai Mesir -- itulah pengaruh dari dosa dunia --, selanjutnya kehidupan yang disucikan ini akan datang kepada TUHAN, sujud menyembah kepada TUHAN di gunung yang kudus di Yerusalem. Ini merupakan peningkatan rohani, bahkan meningkat pada puncaknya, itulah doa penyembahan
 
Menyembah di sini bukan sekedar berlutut, tetapi harus sampai kepada penyerahan diri. Kalau menyembah tetapi tidak menyerahkan diri, itu hanya sekedar “berlutut.” Kerohanian itu harus meningkat, bahkan peningkatan itu harus memuncak sampai kepada doa penyembahan di gunung TUHAN, di Yerusalem.
 
1 Korintus 15:35-37
(15:35) Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" (15:36) Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. (15:37) Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.
 
Biji gandum yang tidak berkulit (benih gandum), kalau ditaburkan, ia akan tumbuh dan hidup = Dibangkitkan dan dipermuliakan.
Jadilah kehidupan yang disucikan sampai lepas dari sekam, kulit gandum, artinya lepas atau tanggal dari segala tabiat-tabiat daging, sampai akhirnya kerohanian itu memuncak, itulah doa penyembahan. Dan selanjutnya, di dalam 1 Korintus 15:35-37, di sini kita melihat: Biji gandum yang tidak berkulit selanjutnya menjadi benih, berarti tumbuh dan hidup = Dibangkitkaan dan dipermuliakan.
 
Itulah tentang pengirikan, untuk melengkapi apa yang sudah saya sampaikan tentang pengirikan pada bulan yang lalu.
 
Sekarang adalah PENJELASAN: Rut berbaring di kaki Boas.
Hal “berbaring” ini adalah perkara yang sangat serius yang juga harus kita alami masing-masing. Oleh sebab itu, kita harus memperhatikannya dengan seksama.
 
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?

Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Di sini kita melihat: Mempelai perempuan mempunyai suatu kerinduan yang sangat mendalam terhadap Mempelai Laki-Laki Sorga, yakni mencari tempat untuk tinggal berbaring.

Kalau dikaitkan dengan “peta zaman” à Hari ketujuh atau hari perhentian.

 
Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Jadi, kalau mempelai perempuan mencari tempat untuk tinggal berbaring, itu karena mempelai perempuan menolak untuk menjadi serupa dengan pengembara.
 
Sejenak kita akan melihat PENGEMBARA di dalam Yeremia 50.
Yeremia 50:6
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
 
Domba-domba mengembara di gunung-gunung dan berjalan dari gunung ke bukit. Pendeknya: Semua gunung-gunung rumah TUHAN dijalani; ini sama dengan “pengembara”.
Akibat mengembara ialah lupa akan tempat pembaringannya = Lupa untuk tinggal berbaring.
 
Yeremia 50:7
(50:7) Siapa pun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada TUHAN, tempat kebenaran, TUHAN, pengharapan nenek moyang mereka!
 
DAMPAK NEGATIF lupa tempat untuk berbaring ialah semua musuh memakan habis mereka.
Ada 3 (tiga) musuh:

1.      Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan, supaya anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani.

2.      Daging dengan segala keinginan-keinginannya (tabiat-tabiatnya).

3.      Iblis atau Setan dengan segala pendurhakaannya.

 
Setelah mereka dimakan habis (musuh menghabisi mereka), selanjutnya musuh mereka berkata: "Kami tidak bersalah!"
Artinya; domba-domba yang tidak mempunyai tempat untuk berbaring tidak mendapatkan tempat pembelaan dan pemeliharaan dari Gembala Agung, dengan kata lain; diserahkan ke tangan musuh.
Inilah keadaan dari orang-orang yang mengembara, tidak ada tempat untuk tinggal berbaring.
 
Biarlah kita tinggal berbaring di dalam penggembalaan ini, supaya nyata nanti pemeliharaan dan pembelaan dari Gembala Agung. TUHAN Yesus Kristus adalah Gembala yang baik. Kalau kita berbaring di tempat tinggal berbaring, maka kita akan mengalami dan mendapatkan pembelaan dan pemeliharaan langsung dari Gembala Agung.
 
Sekarang pertanyaannya: SIAPA PENGEMBARA atau orang yang tidak mempunyai tempat untuk berbaring itu?
Untuk memperoleh jawabannya, kita kembali membaca Kidung Agung 1.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Singkatnya: Yang menjadi pengembara di sini ialah "teman-teman".
 
Kita akan lihat lebih dalam, lebih jauh lagi mengenai "teman-teman" ini , supaya kehidupan kita juga terberkati dan tertolong.
Matius 11:16-17
(11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
 
Dengan jelas kita perhatikan: TUHAN Yesus memberikan perumpamaan kepada orang banyak tentang sekelompok anak-anak yang duduk di pasar, yang memanggil "teman-teman"-nya. Tujuannya ialah:

-          Supaya "teman-teman" menanggapi tiupan seruling sekelompok anak-anak dengan menari penuh kesukaan.

-          Supaya "teman-teman" mengambil sikap berkabung manakala sekelompok anak-anak ini bernyanyi kidung duka.

Tetapi kenyataannya, di sini kita melihat "teman-teman" itu tidak menanggapinya = Tidak taat kepada Firman Allah dalam urapan Roh Kudus yang disampaikan. Itulah sikap dari "teman-teman."
 

-          Seruling sudah ditiup, tetapi "teman-teman" tidak menari.

-          Sekelompok anak-anak sudah menyanyikan kidung duka, tetapi "teman-teman" yang ada di pasar tidak berkabung.

Sama artinya; "teman-teman" tidak menanggapinya = Tidak taat kepada Firman Allah yang disampaikan dengan jelas.
Ayo, belajar untuk taat terhadap pembukaan firman TUHAN yang disampaikan.
 
Tadi kita sudah melihat: Sekelompok anak-anak duduk di pasar memanggil "teman-teman"-nya.
Pasar, itu adalah tempat untuk berjual beli.
Dunia ini harus kita jadikan sebagai;

-          Tempat untuk menjual kehidupan lama kita.

-          Dan selanjutnya membeli Injil, yaitu taat kepada firman yang dibukakan, taat kepada firman yang disuarakan (disampaikan).

Kemudian, anak-anak à Kelompok dari anak-anak TUHAN Yesus. Sedangkan "teman-teman" itu adalah gambaran orang dunia yang belum mengenal TUHAN.
Hal ini lebih jelas dari apa yang sudah saya sampaikan beberapa minggu yang lalu, bukan?
 
Pendeknya: Orang-orang dunia adalah "teman-teman" seperjalanan yang harus kita beritahukan tentang adanya 2 (dua) macam bunyi suara, yaitu:
YANG PERTAMA: Suara dari Perjanjian Lama, yang isinya adalah bentuk larangan. Contoh: 10 (sepuluh) hukum yang tertulis di dalam 2 (dua) loh batu, tetapi di situ terdapat 9x (sembilan kali) kata “jangan”, kata larangan. Jadi, jika dilanggar, maka akan menerima hukuman yang setimpal, jelas itu menunjuk; kidung duka.
Sama seperti perempuan yang kedapatan berzinah; menurut hukum Taurat, ia harus dilempari dengan batu, yang berisi 10 (sepuluh) hukum, dan di situ terdapat 9x (sembilan kali) kata larangan, kata “jangan”. Kalau dilanggar, maka akan menerima hukuman yang setimpal = Kidung duka.
 
YANG KEDUA: Suara dari seruling yang akan membawakan nada-nada penuh kesukaan. Nada yang dikeluarkan itu sebetulnya sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus 2.000 (dua ribu) tahun di kayu salib, itulah nada tinggi dan nada rendah, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Nada-nada yang diperdengarkan ini, itu adalah bunyi (nada) yang akan memberi kesukaan penuh di dalam kehidupan kita masing-masing, dan itu merupakan kasih karunia.
Ini menunjuk Perjanjian Baru yang merupakan suara Injil yang heran. Mengapa demikian? Sebab jika orang berdosa mau melakukannya, menggenapi suara seruling, maka ia akan menari sebagai tanda kesukaan dan kelepasan karena pengampunan dosanya, dan itu adalah kemurahan/kasih karunia.
 
Saya sangat bangga sekali dengan apa yang sudah kita terima pada malam ini. “Teman-teman” seperjalanan itu adalah orang dunia, kepada mereka sebenarnya harus diperdengarkan 2 (dua) bunyi suara ini;
-          Kidung duka, itulah Perjanjian Lama.
-          Suara seruling, supaya kita boleh mengalami tari-tarian sukacita -> Injil yang heran.
Kalau kita boleh mengalami kelepasan dosa, itu merupakan kasih karunia, yang sudah dikerjakan oleh Yesus 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib.
Bunyi seruling betul-betul mengeluarkan nada tinggi dan nada rendah; dan nada itu sudah diperdengarkan 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib untuk memberi kelepasan bagi kita, sehingga ada tari-tarian, ada sukacita, sebagai tanda kelepasan dan pengampunan dosa.
 
Suara yang pertama harus kita hargai, tetapi tidak ada seorang pun yang sanggup. Suara yang kedua ini harus kita hargai, karena itu adalah kemurahan bagi orang berdosa, supaya kehidupan kita ini bagaikan orang-orang yang menari-nari dalam setiap pengikutan kita kepada TUHAN di tengah ibadah-ibadah, di tengah pelayanan walaupun menghadapi hal-hal yang sulit, badai gelombang, bahkan sesuatu hal yang sangat menghimpit sekalipun, tetapi kalau kita mau menghargai bunyi suara seruling, maka kita akan bagaikan kehidupan yang menari-nari.
 
Sebetulnya, persoalan atau pergumulan bukan menjadi tekanan. Yang membuat seseorang tertekan adalah dosanya. Oleh sebab itu, biarlah kehidupan kita ini mau menghargai suara dari bunyi seruling supaya kita boleh mengalami kelepasan, kehidupan yang senantiasa menari-nari di hadapan TUHAN.
Sekali lagi saya sampaikan: Bukan kesulitan yang menghimpit dan yang menekan kita, tetapi yang menekan kita adalah dosa, sehingga tidak ada tar-tarian. Tetapi bunyi seruling sudah diperdengarkan 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu; itu kasih karunia, bukan? Kita bersyukur kepada TUHAN.
 
Jadi, Yesus Kristus telah menggenapi kidung duka dengan suara seruling, bukan? Dan itu sudah dikerjakan 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib.
 
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
CIRI-CIRI yang sama dari kedua nada (suara) di atas, terdapat pula pada dua pribadi, YANG PERTAMA: Yohanes Pembaptis tampil dalam bentuk berpuasa = Kidung duka.
Berpuasa, artinya; daging mengalami penghukuman atau daging disalib, supaya daging ini jangan menjadi ladang yang subur bagi Setan, yakni roh jahat dan roh najis. Daging ini merupakan ladang yang subur bagi Setan; oleh sebab itu, supaya daging jangan menjadi ladang yang subur bagi Setan, daging ini harus mengalami penghukuman. Oleh sebab itu, di sini kita melihat; Yohanes Pembaptis tampil dalam bentuk berpuasa, supaya daging mengalami penghukuman, daging tidak menjadi ladang yang subur bagi Setan, itulah roh jahat dan roh najis.
 
Adapun isi berita, suara dari kidung duka ialah “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobat, artinya; berhenti berbuat dosa dan kembali kepada Allah Sang Pencipta. Prakteknya ialah mengakui semua dosa.
 
Tanggapan dari "teman-teman" ketika kidung duka diserukan -- yang isinya “Bertobatlah” --, “teman-teman” berkata Ia kerasukan setan. Jadi, betul-betul tidak menghargai pembukaan firman TUHAN dalam bentuk suara dari kidung duka. Jangan sampai karena kerasnya firman yang dibukakan ini, lalu kita menuduh hamba TUHAN “kerasukan Setan”. Manakala kita menuduh hamba TUHAN “kerasukan Setan”, sebetulnya, tanpa sadar, sesungguhnya dia sudah dirasuki Setan.
 
CIRI-CIRI dari yang sama dari kedua nada (suara) di atas, terdapat pula pada dua pribadi, YANG KEDUA: Pribadi Yesus Kristus tampil sebagai Anak Manusia membawa berita kesukaan, yaitu pengampunan (kelepasan) dosa dan membawa kesembuhan (menyembuhkan segala sakit). Puncaknya ialah membawa gereja TUHAN masuk dalam suasana pesta nikah, yaitu perjamuan malam kawin Anak Domba, sesuai dengan Wahyu 19:6-9.
 
Tanggapan dari "teman-teman" ketika suara seruling disuarakan oleh Yesus, Anak Manusia ialah mereka berkata: “Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa”. Singkatnya: “Teman-teman” tidak taat kepada Firman Allah;
-          Baik Firman Allah dalam Perjanjian Lama, itulah kidung duka = Penghukuman atas daging.
-          Kemudian tidak taat dalam Perjanjian Baru, itulah berita kesukaan, itulah Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel yang berkuasa untuk membawa kita masuk ke dalam pesta nikah Anak Domba, masuk ke dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna.
Mereka berkata: “pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa”, menunjukkan bahwa; mereka tidak mengerti rencana TUHAN. Yakni; Perjamuan malam kawin Anak Domba (Wahyu 19:6-9).
 
Kalau sampai sejauh ini kita digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, itu adalah kemurahan TUHAN untuk membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus, menjadi tubuh mempelai, dengan lain kata; berada dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, berada dalam suasana pesta Anak Domba.
 
Di dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, Kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu, tidak ada sebutan “Allah Tritunggal”, namun kita harus menerima ajaran ini sebagai ajaran yang positf,  sebab Allah Tritunggal, itulah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus.
Tetapi, Pengajaran Mempelai itu tertulis dalam Kitab Kejadian - Kitab Wahyu, lalu mengapa gereja TUHAN, mengapa anak-anak TUHAN, mengapa orang-orang Kristen menolak Pengajaran Mempelai? Pengajaran Mempelai ialah satu-satunya pengajaran yang berkuasa membawa gereja masuk dalam Pesta Nikah Anak Domba, berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, lalu mengapa kita tolak? Lalu kita katakan hamba TUHAN yang menyampaikan Pengajaran Mempelai: “pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa”. Sebetulnya, dia tidak mengerti apa-apa. Oleh sebab itu, orang yang menolak Pengajaran Mempelai, suatu kali nanti dia akan menerima hukuman yang setimpal.
 
Kita sudah seharusnya berbahagia, sebab ini adalah kemurahan jika TUHAN menyatakan rencana-Nya bagi kita, bukan? Bersyukur kepada TUHAN, karena kita menerima Pengajaran Mempelai membawa kita berada pada perjamuan malam kawin Anak Domba.
Sampai detik ini saya tidak berhenti untuk menyuarakan bunyi seruling, Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel yang memberi kesukaan sampai mengalami kelepasan, puncaknya adalah masuk dalam pesta nikah Anak Domba, kehidupan yang menari-nari di hadapan TUHAN.
Perhatikanlah suara seruling yang sudah disuarakan 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu, mengeluarkan nada-nada yang memberi kesukaan sampai kita betul-betul menari-nari, di mana puncaknya ialah pesta nikah Anak Domba. Tetapi kita janganlah menganggap aneh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
 
JALAN KELUAR.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Di sini kita memperhatikan: Mempelai perempuan rindu tempat untuk tinggal berbaring; ia menolak dengan tegas untuk menjadi pengembara seperti “teman-teman”. Kita harus merindu tempat untuk tinggal berbaring; jangan sampai menjadi kehidupan yang mengembara di atas muka bumi ini.
Mencari tempat untuk tinggal berbaring, itulah Roh Mempelai. Pengembara, itu bukanlah Roh Mempelai, tidak. Berarti Roh mempelai itu adalah setia.
 
Mengapa rindu mencari tempat untuk tinggal berbaring? Sebab di sini kita melihat: Mempelai Laki-Laki adalah jantung hati bagi mempelai perempuan. Mempelai Laki-Laki adalah jantung hatinya = Mempelai Laki-Laki adalah hidupnya.
Sementara fungsi jantung ialah memompa darah ke seluruh tubuh melalui urat-urat dan sendi-sendi, itulah hamba-hamba TUHAN yang diurapi.
 
Jadi, mempelai perempuan rindu mencari tempat untuk tinggal berbaring, ia menolak dengan tegas untuk menjadi pengembara seperti “teman-teman”, mengapa? Karena mempelai laki-laki adalah jantung hati bagi mempelai perempuan.
 
Kidung Agung 1:1-4
(1:1) Kidung agung dari Salomo. (1:2) -- Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, (1:3) harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu, oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu! (1:4) Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke dalam maligai-maligainya. Kami akan bersorak-sorai dan bergembira karena engkau, kami akan memuji cintamu lebih dari pada anggur! Layaklah mereka cinta kepadamu!
 
Dari pembacaan ayat ini, jelas; mempelai laki-laki sudah menjadi jantung hati bagi mempelai perempuan, menjadi hidup dari mempelai perempuan, sehingga ada suatu kerinduan dari mempelai perempuan terhadap mempelai laki-laki, yaitu mencium dengan kecupan.
Mencium dengan kecupan, berarti; senantiasa berada dekat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga, tidak ingin jauh dari TUHAN, sehingga lewat Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel yang kita terima, yang telah disuarakan -- itulah bunyi suara seruling -- membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai wanita TUHAN, sehingga lewat pesta nikah Anak Domba, kita akan menikmati maligai-maligainya, menjadi sorak-sorai, ada tari-tarian di hadapan TUHAN.
 
Ada kerinduan yang mendalam untuk tetap tinggal bersama-sama dengan mempelai laki-laki sorga. Merindukan ciuman, berarti selalu ingin dekat dengan TUHAN. Itu adalah bukti bahwa mempelai laki-laki sudah menjadi jantung hati.
Biarlah kiranya kita senantiasa dekat dengan TUHAN dan memberi diri digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel untuk membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi mempelai wanita TUHAN, sehingga lewat pesta nikah Anak Domba akan menikmati maligai-maligainya.
 
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Mempelai perempuan mencari tempat untuk berbaring pada waktu petang. Petang, berarti; menjelang malam, sebagai puncaknya dosa.
Hari-hari ini adalah hari-hari terakhir = waktu petang menjelang puncak gelapnya dosa. Oleh sebab itu, sekarang adalah waktu yang tempat untuk mencari tempat untuk tinggal berbaring.
 
Kita kembali membaca Rut 3.
Rut 3:7
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.
 
Singkatnya: Rut tinggal berbaring di kaki bawah Boas. Biarlah kita berbaring di bawah kaki Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus, sebagai tempat perlindungan.
 
Rut 3:8
(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya.
 
Dari pembacaan ayat 8 ini, kita mengambil kesimpulan bahwa: Ketika Rut mencari tempat untuk berbaring di kaki Boas, itu adalah merupakan suatu pergumulan yang sangat berat.
Sebab Naomi pun sudah berkata kepada Rut: "Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu sebelum ia selesai makan dan minum." Jadi, ini adalah sebuah perjuangan yang sama berat, itu adalah pergumulan yang luar biasa, yang harus dihadapi oleh Rut, tetapi Rut harus berjuang untuk tinggal berbaring dekat kaki Boas.
 
Penyembahan yang heran, itu adalah pergumulan yang heran. Tetapi biarlah kiranya kita betul-betul mampu melewati segala pergumulan-pergumulan, apapun pergumulan-pergumulan  yang kita hadapi, sampai betul-betul berada di bawah kaki Boas. Itu adalah suatu pergumulan yang berat, bukan pergumulan yang ringan, tetapi kita harus betul-betul melewati pergumulan ini sampai tepat berbaring di bawah kaki Boas rohani, dan di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment