KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, December 20, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 17 DESEMBER 2020


IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 17 DESEMBER 2020

KITAB RUT

(Seri: 121)


Subtema: PEMBERITA KEBENARAN


Shalom. Selamat malam. 

Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita; segala puji dan segala hormat selayaknya hanya bagi Dia yang duduk di takhta kemuliaan-Nya, dan sekarang juga sedang menyoroti ibadah kita sampai pada saat ini. Kita bersyukur, TUHAN himpunkan kita untuk berada di tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci. 

Juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Malaysia dan di Bandung; TUHAN memberkati, selamat malam, Shalom. Juga anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang senantiasa tekun untuk memberi diri digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, baik di dalam maupun di luar negeri; TUHAN kiranya memberkati kita sekaliannya.


Selanjutnya, kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya kiranya meneguhkan hati kita, sehingga pemberitaan firman malam ini benar-benar bukan sebatas pengetahuan, tetapi benar-benar sudah harus mendarah daging. Semakin hari harus tampak semakin rohani; semakin hari semakin tampak rendah hati; semakin tahun semakin lemah lembut, tidak boleh lagi beribadah dengan kekuatan manusia, tidak boleh lagi mengandalkan pikiran manusia, tetapi ibadah ini harus memuncak sampai kepada penyerahan diri, apapun yang TUHAN mau, itu yang kita kerjakan; bukan apa yang kita mau, itu yang kita kerjakan di tengah ibadah, bukan, sebab TUHAN tidak akan berkenan, sia-sia. 

Ini adalah penghujung tahun 2020, kita akan memasuki 2021; maka, persiapkan diri untuk memasuki tahun 2021, supaya kita layak berada di wadah yang baru, sehingga kita pun layak untuk melayani TUHAN. Kalau tidak, maka kita akan dilibas oleh Lewiatan, dilibas oleh antikris, dilibas oleh zaman ini. 


Corona ini merupakan berkat yang besar bagi kita semua. Dengan wabah Corona ini, kita bisa semakin menjaga diri, mawas diri, semakin hati-hati dan semakin sungguh-sungguh di dalam hal beribadah dan melayani kepada TUHAN. Seharusnya, dengan adanya tanda ini, kita harus semakin takut akan TUHAN. Tanda takut TUHAN itu akan kita tunjukkan semakin hari semakin nyata, tetapi saya melihat di antara kita tetap dengan keadaan kehidupan yang lama dia pertahankan untuk datang beribadah dan melayani; mengandalkan kepandaiannya; mengandalkan kemampuannya, pengertiannya, tidak ada tanda penyerahan diri; itulah yang membuat saya semakin hari semakin sedih, sementara pembukaan firman ini semakin tidak bisa ditahan lagi.

Kalau saudara tidak sungguh-sungguh, maka anak-anak TUHAN yang mengikuti live streaming, mereka akan terberkati. Biarlah saudara mengerti hal ini.


Segera kita akan mengikuti STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.

Rut 3:5-7

(3:5) Lalu kata Rut kepadanya: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (3:6) Sesudah itu pergilah ia ke tempat pengirikan dan dilakukannyalah tepat seperti yang diperintahkan mertuanya kepadanya. (3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ.


Pada ayat 5, kata Rut kepada Naomi: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan."

Pendeknya: Rut membuktikan ketaatannya kepada Naomi, sekalipun Rut telah mengalami berkat-berkat yang limpah.

Kalau pun kita makan rumput dan kenyang, biarlah semakin hari semakin kita rendah hati. Jangan sampai kita meninggikan hati seperti bangsa Israel di hadapan TUHAN, di mana akhirnya mereka melupakan TUHAN. Tetapi semakin hari kita mendengarkan firman TUHAN, dengan segala kelimpahan berkat yang sudah kita terima, maka kita harus semakin membuktikan ketaatan kita kepada TUHAN, sekalipun kita sudah mengalami berkat-berkat yang limpah, baik jasmani maupun rohani.


Pada ayat 6-7, ketaatan Rut terkait dengan 2 (dua) hal:

YANG PERTAMA: Rut pergi ke tempat pengirikan.

Oleh dua tangan TUHAN yang kuat, kita ditarik untuk berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, dengan kata lain; kita berada di tengah-tengah pengirikan; jelas, ini adalah kemurahan hati TUHAN bagi kita. Biarlah kiranya kemurahan ini kita hargai, kita junjung tinggi; dengan demikian, kita telah membuktikan bahwa hidup rohani kita sudah berada pada puncaknya, sudah berada pada kedudukan yang tertinggi, itulah penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada TUHAN.


Keuntungan bila berada di tempat pengirikan ialah lepas dari kulit gandum atau sekam = Lepas atau tanggal dari tabiat-tabiat daging.

Sekam atau kulit gandum 🡪 Daging dengan tabiat-tabiatnya.

Sehingga nanti, kalau kita sudah lepas dari tabiat daging, tanggal dari tabiat daging, maka akan nyata peningkatan rohani itu semakin jelas (nyata) dalam setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Kita tidak menjalankan ibadah ini dalam bentuk Taurat; tidak lagi menjalankan dalam bentuk lahiriah, bentuk rutinitas.


YANG KEDUA: Rut berbaring dekat kaki Boas.

Sekarang adalah waktu yang tepat untuk tinggal berbaring di bawa kaki Boas rohani, yakni TUHAN Yesus Kristus. Tujuannya adalah supaya kita jangan menjadi pengembara di dunia ini, seperti "teman-teman", yang dituliskan dalam Kidung Agung 1:7B, dan Yeremia 50:7.


"Teman-teman" adalah gambaran dari suatu kehidupan orang-orang Kristen yang tidak taat pada suara firman TUHAN, sebagaimana tertulis dalam Matius 11:16-17, di mana sekelompok “anak-anak” duduk di pasar, lalu menghimbau “teman-teman.”

  • Apabila mereka meniup seruling, supaya "teman-teman" itu menari, tetapi kenyataannya mereka itu tidak mau menari.

  • Apabila sekelompok anak-anak menyanyikan kidung duka, supaya "teman-teman" itu juga berduka, tetapi kenyataannya mereka tidak berduka.

Artinya, “teman-teman” ini adalah golongan yang tidak taat terhadap suara Firman TUHAN.


Malam ini, suara Firman Allah sudah diperdengarkan dari Allah, dari sorga, dan kita harus taat terhadap apa yang sudah kita dengar, terhadap apa yang sudah kita lihat, terhadap apa yang sudah kita terima sampai dengan malam ini.


Dua perkara di atas, yaitu; 

  1. Rut pergi ke tempat pengirikan.

  2. Rut berbaring di dekat kaki Boas.

Telah diuraikan pada minggu-minggu yang lalu. Sekarang, kita akan memasuki Rut 3:8.


Rut 3:8

(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya.


Rut membawakan dirinya untuk berbaring di kaki Boas pada waktu tengah malam.

Waktu tengah malam, berarti; dunia berada dalam suasana gelap gulita, karena dosa sudah bertimbun-timbun, dosa semakin memuncak. 


Dan saya mau sampaikan kepada kita sekaliannya: Sekarang ini adalah waktu tengah malam, dan dosa sudah semakin memuncak. Oleh sebab itu, waktu yang tepat untuk kita segera berbaring di kaki Boas adalah sekarang.


Kita lihat PUNCAKNYA DOSA di dalam Injil Matius 24.

Matius 24:37-38

(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,


Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Jadi, kejadian atau  peristiwa yang terjadi pada zaman Nuh, peristiwa yang sama akan terjadi menjelang TUHAN datang kembali untuk yang kedua kalinya. Jadi, peristiwa yang sama akan terjadi kembali. 

Pada ayat 38, Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera.


Singkatnya: Puncak gelap malam atau puncak dosa ditandai dengan 2 (dua) hal, yaitu:

  1. Dosa makan dan minum = Dosa merokok, narkoba, dan mabuk-mabukan. Inilah puncak dosa dari hawa nafsu daging.

  2. Kawin dan mengawinkan = pesta seks, disebut juga dengan dosa kenajisan. Inilah puncaknya dosa, puncak gelap malam, yaitu pesta seks atau dosa kenajisan.


Sekarang ini, betul-betul kita ada dalam suasana seperti zaman Nuh, betul-betul air bah itu sudah melanda dunia ini ...

  • bukan hanya di kota, tetapi juga melanda di desa; 

  • bukan hanya melanda orang kaya, tetapi juga melanda orang miskin;

  • bukan hanya melanda orang yang kedudukannya tinggi, tetapi orang yang kedudukannya rendah sekalipun dilanda (dihabisi) oleh air bah.

Itulah dosa kenajisan, yang tidak memandang muka; kaya miskin, bahkan yang cakap dan yang jelek, dilanda habis oleh air bah, itulah dosa kenajisan. 


Dan keadaan pada zaman Nuh sudah nampak di zaman sekarang. Dosa makan minum sudah nampak (nyata) sekali.

Kalau memasuki pintu gerbang menuju perumahan pastori; dari Pondok Cilegon Indah sampai ke Perumnas, sekarang di pinggir-pinggir jalan itu sudah ditandai dengan kuliner. Berbeda dengan 4 (empat) tahun yang lalu masih sepi, tetapi sekarang dilanda dengan kuliner; semuanya kuliner. 

Dan ujung-ujungnya, akan dilanjutkan dengan dosa kawin dan mengawinkan; pesta seks. Dan memang, kenajisan ini pun bukan lagi hal yang tabu, bukan lagi hal yang aneh lagi, dan itu sudah dijumpai di mana-mana. Keadaan ini sudah sama dengan keadaan pada zaman Nuh.


Oleh sebab itu, kita memang harus berhati-hati, ditambah lagi dengan wabah Corona yang melanda seantero dunia, maka sudah seharusnya kita semakin hati-hati, semakin sungguh-sungguh memperhatikan keadaan zaman ini.

Sungguh-sungguhlah; perhatikan firman dengan baik, tanggalkan pikiran perasaan manusia daging, lepas dari sekam; itu sebabnya, kita ada di tempat pengirikan ini.


Kalau kita masih memperhatikan pikiran perasaan manusia daging, maka kita ini adalah orang-orang yang paling malang, yang tidak akan pernah berada dalam suasana kebangkitan, sehingga akan dilibas oleh zaman ini. Oleh sebab itu, hati-hatilah, sungguh-sungguhlah di dalam hal mengikuti TUHAN. 


Jadi, kawin dan mengawikan = pesta seks, disebut juga dengan dosa kenajisan. Inilah puncak malam, puncak dari gelap gulita.

Maka, orang-orang yang tidak secepatnya membawakan dirinya untuk tinggal berbaring pada kaki Boas rohani, yakni TUHAN Yesus Kristus, pada waktu malam, maka akan binasa sama seperti orang-orang pada zaman Nuh.


Matius 24:39

(24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.


Orang-orang Kristen yang tidak secepatnya membawakan dirinya untuk tinggal berbaring pada kaki Boas rohani, yakni TUHAN Yesus Kristus, pada waktu malam, maka konsekuensinya ialah akan binasa, sama seperti orang-orang pada zaman Nuh. Ini harus diperhatikan, camkanlah dengan baik.


2 Petrus 2:5

(2:5) dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik;


Singkatnya: Allah tidak menyayangkan dunia purba, Allah tidak akan menyayangkan ciptaan-Nya ini, baik itu langit, bumi dan segala isinya. Sekali waktu, yang ada ini akan berlalu, yang ada ini akan lenyap, akan berlalu begitu saja, diganti langit dan bumi yang baru, sesuai dengan janji Firman TUHAN  dalam kitab Wahyu 21.


Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi Allah hanya menyelamatkan Nuh, sebab Nuh adalah pemberita kebenaran pada zaman itu.

Kita semua menjadi pemberita kebenaran, manakala Firman Allah yang kita terima, Firman Allah yang kita dengar menjadi daging dalam kehidupan kita sehari-hari, menjadi praktek dalam kehidupan kita sehari-hari. Kitalah yang menjadi si pemberita firman itu, kitalah si pembawa kebenaran itu, kitalah yang menjadi kesaksian, kitalah yang menjadi contoh dan teladan, baik dalam perkataan, maupun perbuatan, asal firman itu hidup dalam kehidupan kita, dan sebaliknya kita hidup untuk menghidup firman itu = menjadi si pemberita firman. Camkan dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh.


Adapun isi pokok dari kebenaran yang diberitakan oleh Nuh ialah membuat atau membangun bahtera di atas gunung.

Sesungguhnya, Yesus adalah bahtera sejati supaya kita bisa melewati, mengarungi lautan dunia ini. Biarlah kita berada di dalam bahtera yang sejati; Yesus Kristus adalah bahtera yang sejati supaya kita bisa melewati, mengarungi lautan lepas, lautan dunia ini. 


Sebetulnya, galangan kapal itu berada di pinggir atau tepi atau bibir laut, tepatnya di pantai laut, sehingga begitu selesai kapal (bahtera) dibangun, maka dengan mudah diseret (digeser) untuk berada di dalam laut. Tetapi di sini kita melihat, isi pokok dari kebenaran yang diberitakan oleh Nuh ialah membuat atau membangun bahtera di atas gunung. 

Yesus adalah bahtera sejati; biarlah kiranya kita ada di dalam bahtera sejati.  Biarlah kita dan seisi keluarga kita berada di dalam bahtera sejati untuk mengarungi lautan lepas, untuk mengarungi lautan bebas ini, sehingga kita mampu menghadapi segala gelombang badai angin yang bertiup.


Mari kita melihat ISI POKOK dari kebenaran yang diberitakan itu di dalam Kejadian 6.

Kejadian 6:12-13

(6:12) Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. (6:13) Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.


Bumi sudah rusak, manusia pun menjalankan hidup yang rusak di bumi, sehingga TUHAN berencana untuk memusnahkan manusia bersama-sama dengan bumi. Rencana Allah tersebut diberitahukan dengan gamblang, diberitahukan dengan jelas kepada Nuh pribadi.

Kepada orang lain, TUHAN berkata-kata dalam bentuk "perumpamaan", bukan? Tetapi kepada 12 (dua belas) murid (rasul), TUHAN memberi karunia tentang rahasia Kerajaan Sorga. Oleh sebab itu, kita tidak boleh berhenti untuk terus menaikkan doa permohonan kita kepada TUHAN, supaya kiranya TUHAN selalu membukakan rahasia firman-Nya dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita, supaya kita boleh mengerti rencana-rencana Allah dinyatakan secara gamblang kepada kita semua. Kita dan seisi rumah ada di dalam bahtera TUHAN Yesus Kristus; Dialah bahtera sejati.


Selanjutnya, kita akan memperhatikan ayat 9, dengan perikop “Riwayat Nuh

Kejadian 6:9

(6:9) Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.


Nuh seorang yang hidup benar, dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Pendeknya: Nuh hidup bergaul dengan Allah.


Biarlah kiranya lewat ibadah ini, kita berada di tempat pengirikan (ibadah dan pelayanan), suatu kesempatan yang terindah bagi kita, suatu kesempatan emas bagi kita, untuk selanjutnya hidup bergaul erat dengan TUHAN. Bukankah pengirikan adalah tempat untuk melepaskan sekam (kulit gandum)? Bukankah ibadah dan pelayanan ini adalah tempat penyucian supaya lepas dari tabiat-tabiat daging? Sampai akhirnya, ibadah pelayanan ini merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk bergaul erat dengan TUHAN. Jangan kita bersekutu dan bersahabat dengan dunia supaya jangan menjadi musuh TUHAN... Yakobus 4:4.


Nuh adalah seorang yang benar, tidak bercela dan hidup bergaul dengan Allah.

  1. Benar” Jelas, ini adalah pekerjaan dari salib Kristus. Kita dibenarkan oleh salib Kristus 🡪 DAERAH HALAMAN.

  2. Tidak bercela” = Hidup kudus 🡪 Daerah RUANGAN SUCI. Orang yang menaruh pengharapannya kepada TUHAN, ia hidup di dalam kesucian; sementara pengharapan itu bagaikan sauh yang kuat, yang akan melabuhkan kita sampai kepada kesempurnaan (Ruangan Maha Suci). Biarlah kita menaruh harap kepada TUHAN, berarti; hidup suci, sesuai dengan 1 Yohanes 3:3.

  3. Bergaul” = Ada hubungan intim 🡪 RUANGAN MAHA SUCI.


Pendeknya: Nuh adalah pemberita kebenaran menurut POLA TABERNAKEL.


Pola Tabernakel adalah miniatur Kerajaan Sorga. Biarlah kiranya kita menjalankan ibadah ini menurut pola Tabernakel. Biarlah kita menjalankan ibadah di bumi ini menurut gambaran dan bayangan dari apa yang ada di dalam Kerajaan Sorga. Apa yang terikat di bumi, akan terikat di sorga; apa yang dilepaskan di bumi, akan terlepas di sorga. Berpegang teguh dengan  Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel atau Pengajaran Tabernakel dengan Terangnya Pengajaran Mempelai.


Biarlah kita saling mendoakan; sidang jemaat di Bandung, sidang jemaat di Malaysia, doakan kesehatan saya dan juga doakan pembukaan rahasia firman. Juga anak-anak TUHAN yang sudah setia digembalakan oleh firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel melalui live streaming video internet Youtube, Facebook, biarlah kita saling mendoakan; bantu doakan kesehatan saya, doakan juga terus pembukaan rahasia firman, supaya kita boleh tertolong dari zaman yang semakin gila ini, yang sudah semakin rusak, persis seperti keadaan zaman Nuh; sudah gila, sudah rusak. Lewat pembukaan rahasia firman, kita boleh mengerti bagaimana rencana TUHAN, sebagaimana TUHAN menyatakan rencananya secara gamblang kepada Nuh; kita nanti ada di dalam bahtera Nuh, seisi keluarga kita ada di dalam bahtera sejati, Yesus Kristus bahtera sejati.


Kejadian 6:14

(6:14) Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.


Allah memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera.

Kemudian, bahtera itu harus dibuat sesuai perintah TUHAN, yakni:

YANG PERTAMA: Berpetak-petak.

Berpetak-petak atau empat persegi (panjang dan lebar sama) 🡪 Suasana Mempelai, suasana Yerusalem baru.

Kalau kita perhatikan suasana Mempelai atau Yerusalem baru dalam Wahyu 21:16-17, ditandai dengan 3 (tiga) hal:

1.  Ditandai dengan persekutuan. 12 (dua belas ribu) stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. Angka 12 (dua belas) itu adalah angka persekutuan. Berbicara “mempelai”, itu juga berbicara kesatuan; dua menjadi satu. Itulah suasana mempelai.

     Biarlah kiranya di tengah ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” berbentuk berpetak-petak, ada dalam suasana mempelai, yang ditandai dengan satu kesatuan; satu dengan yang lain tidak ada gap, tidak ada pemisah oleh karena kejahatan dan kenajisan, oleh karena dusta, tipu, pencurian dan lain sebagainya. Itulah bahtera sejati, yang ditandai dengan persekutuan.


2. Ditandai dengan cahaya kemuliaan Allah = dosa tidak ada lagi yang disembunyikan.

   Kalau kita perhatikan Kidung Agung 2:14, kita melihat bagaimana mempelai perempuan disebut sebagai merpati; kehidupan yang tulus, polos, dan jujur. Selain berada di celah-celah batu sebagai persembunyiannya, kemudian mempelai laki-laki juga berkata: "perlihatkanlah wajahmu", berarti; tidak ada lagi yang disembunyikan. Itulah suasana mempelai. 

    Oleh sebab itu, dalam Kidung Agung 2:14 mempelai perempuan disebut sebagai “merpati.” Lalu, mempelai-laki-laki berkata kepada mempelai perempuan: “merpatiku, perlihatkanlah wajahmu.” Tidak ada lagi sesuatu yang disembunyikan di dalam hati ini; luar dalam sama, itu merupakan cahaya kemuliaan Allah.


    Kalau seseorang, apalagi seorang hamba TUHAN, seorang imam, pelayan TUHAN banyak menyembunyikan dosa, banyak menyembunyikan sesuatu yang tidak suci, ia tidak akan memancarkan cahaya kemuliaan. Apa yang nampak di luar itu berasal dari dalam.

    Jadi, saudara pun bisa mengenal saya; saya berani mengatakan itu karena saya tahu apa yang saya perbuat. Tetapi kiranya itu bukanlah suatu kesombongan; dan TUHAN tolong saya. Jangan sampai saya mengatakan kata-kata ini, namun besok hari saya dicobai; biarlah kita saling mendoakan.


    Jujur, waktu saya melihat seorang imam datang ke pastori, saya melihat wajahnya, saya kaget. Dan saya berkata dalam hati: “sampai kapan kemuliaan ini terpancar?”, itu doa saya. Saya tidak tahu apakah dia sedang ada masalah di dalam pekerjaannya, atau ada perkara lain, tetapi saya melihat wajah itu tidak memancarkan cahaya kemuliaan. Saya sedih, sungguh. 

Seorang imam, menurut Firman TUHAN, menurut hemat yang sudah kita dapat dari TUHAN, sudah seharusnya memancarkan cahaya kemuliaan.


3.  Ditandai dengan pemeteraian sebagai milik kepunyaan Allah sendiri.

     Kehidupan yang menjadi milik kepunyaan Allah adalah kehidupan yang dimeteraikan. Jumlah mereka yang dimeteraikan dari 12 (dua belas) suku Israel adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang. Ini merupakan inti Mempelai, seperti yang tertulis dalam Wahyu 7.


    Oleh sebab itu, kita sudah harus secepatnya menggunakan ibadah pelayanan ini sebagai sarana bagi kita untuk bergaul erat, untuk berada dalam pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus. Sudah seharusnya kita berada dalam pengaruh yang besar, kendali yang besar, dari Allah Roh Kudus sampai hari pemeteraian itu supaya kelak kita menjadi milik kepunyaan Allah sendiri.


Inilah suasana mempelai, yang ditandai dengan 3 (tiga) hal:

  1. Persekutuan.

  2. Cahaya kemuliaan.

  3. Pemeteraian.

Itu soal “berpetak-petak”. 


Selan itu, bahtera itu harus dibuat sesuai perintah TUHAN, yakni:

YANG KEDUA: Dipakal baik dari luar maupun dari dalam.

Pakal 🡪 Kasih Allah yang sempurna, yang berkuasa untuk menutupi dosa kita, berkuasa untuk mengampuni dosa kita lahir batin.

Biarlah kita semua memiliki kasih Allah yang sempurna; mampu menutupi dosa orang-orang yang berdosa di sekitar kita, karena kehidupan kita juga sudah terlebih dahulu dipakali (diampuni) oleh TUHAN lahir batin.


Itu tentang ayat 14, kemudian lanjut pada ayat 15.

Kejadian 6:15

(6:15) Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya.


Adapun ukuran dari bahtera sejati ialah:

  • Panjangnya 300 (tiga ratus) hasta.

  • Lebarnya 50 (lima puluh) hasta.

  • Tingginya 30 (lima puluh) hasta.


Angka-angka yang ada dalam Kejadian 6:15 ini kita kaitkan dengan Pola Tabernakel, dimulai dari angka 300 (tiga ratus) hasta.

300 (tiga ratus) hasta 🡪 Panjang sekeliling Tabernakel, dengan rincian:

  • 100 (seratus) hasta panjang bagian Selatan dan Utara.

  • 50 (lima puluh) hasta panjang bagian Timur dan Barat.


Panjang bagian Timur + Panjang bagian Selatan + Panjang bagian Barat + Panjang bagian Utara

 50 (lima puluh) hasta + 100 (seratus) hasta + 50 (lima puluh) hasta + 100 (seratus) hasta = 300 (tiga ratus) hasta.

Inilah panjang sekeliling dari pada Tabernakel.


Kemudian, 300 (tiga ratus) hasta ini akan menjadi berarti bagi kita, bila 300 (tiga ratus) hasta panjang sekelilingnya x 5 (lima) hasta luas layar sekelilingnya. 5 (lima) hasta adalah tinggi -- dari bawah ke atas -- tenda sekeliling Tabernakel.

Jadi, 300 (tiga ratus) hasta x 5 (lima) hasta = 1.500 (seribu lima ratus) hasta.

Pendeknya: 1.500 (seribu lima ratus) tahun 🡪 Zaman Taurat, untuk menghukum dosa tanpa ampun. Siapa yang berdosa akan dihukum tanpa ampun, dan itu berlaku selam 1.500 (seribu lima ratus) tahun, dimulai dari 2 (dua) loh batu sampai kepada Yesus disalibkan.

Sementara, semua benda-benda Tabernakel yang berada di pelataran terbuat dari tembaga. Tembaga, itu berbicara tentang penghukuman atau pembalasan karena dosa.


Angka-angka yang ada dalam Kejadian 6:15 ini kita kaitkan dengan Pola Tabernakel, Tentang: 50 (lima puluh) hasta.

50 (lima puluh) hasta 🡪 lebar Tabernakel.

Namun, angka 50 (lima puluh) hasta bisa menjadi berarti bagi kita bila dikali 100 (seratus) hasta, itulah panjang Tabernakel.

50 (lima puluh) hasta x 100 (seratus) hasta = 5.000 (lima ribu) hasta.

Sedangkan angka 5.000 (lima ribu) 🡪 kurun waktu di mana Allah berurusan langsung dengan umat-Nya, itulah Israel dengan kafir, mulai dari Abraham sampai dengan akhir kerajaan 1.000 (seribu) tahun damai.


Jadi, ukuran-ukuran yang diperintahkan oleh TUHAN untuk dibangun oleh Nuh, itu bukan suatu kebetulan, itu adalah suasana sorga, karena Yesus adalah Tabernakel sejati, Yesus adalah bahtera sejati, supaya kita ada di dalamnya untuk mengarungi lautan lepas, untuk mengarungi lautan bebas, untuk mengarungi lautan dunia ini dengan segala badai, topan, angin yang harus kita hadapi. Kita bisa lalui dengan baik, asal harus sesuai dengan ukuran yang jelas.


Angka-angka yang ada dalam Kejadian 6:15 ini kita kaitkan dengan Pola Tabernakel, tentang: 30 (tiga puluh) hasta tingginya.

Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel, tinggi di sini menunjuk BAIT SUCI ALLAH, yang dimulai dari Ruangan Suci sampai dengan Ruangan Maha Suci. Maka, panjang seluruhnya adalah 30 (tiga puluh) hasta,


Jadi, Ruangan Suci, itu bukan akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi, tetapi kesucian (Ruangan Suci) adalah awal dari kesempurnaan, yaitu Tempat Yang Maha Tinggi, itulah Ruangan Maha Suci.


Hal ini bisa dibuktikan sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Ibrani. Apa yang dikerjakan oleh Nuh, itu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Ibrani.


Ibrani 9:2-4

(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,


Di dalam Ruangan Suci hanya tinggal orang-orang suci, tetapi suatu kali kelak akan berada di tempat Yang Maha Tinggi, yakni kesempurnaan, bila ibadah dari orang-orang suci tersebut berada pada tingkat yang tertinggi, berada pada kedudukan yang tertinggi, yakni doa penyembahan.

Jadi, kesucian bukanlah akhir, tetapi awal dari kesempurnaan (Ruangan Maha Suci), tempat Yang Maha Tinggi. 


Gambaran orang-orang suci, terdapat;

  1. Terdapat Kaki dian emas (Pelita Emas) = Penuh dengan Roh Kudus.

  2. Terdapat Meja Roti Sajian = Penuh dengan Firman Allah.

Ini adalah gambaran dari orang-orang suci yang tinggal di dalam Ruangan Suci, tetapi suatu kali kelak, orang-orang suci yang tinggal di dalam Ruangan Suci akan sampai berada pada tempat Yang Maha Tinggi, akan sampai berada pada puncak rohani, itulah Ruangan Maha Suci (kesempurnaan), bila ibadah itu berada pada kedudukan yang tertinggi, itulah doa penyembahan.

Sebab ternyata, Mezbah Pembakaran Ukupan Emas (dua penyembahan) itu sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci, tempat Maha Tingi. Jangan lupakan satu alat yang penting, itulah Mezbah Dupa, doa penyembahan. 


Untuk ayat pendukungnya, kita bisa melihat Matius 24 tadi, yang terakait dengan dosa akhir zaman, itulah dosa makan minum, dan kawin mengawinkan.

Matius 24:39

(24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:40) Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; (24:41) kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (24:42) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.


Di sini kita perhatikan, ada 3 (tiga) perkara penting:

YANG PERTAMA: Dua orang perempuan di ladang 🡪 Kegiatan Roh = Penuh dengan Roh Kudus = Pelita Emas

YANG KEDUA: Dua orang perempuan memutar batu kilangan = Meja Roti sajian = penuh dengan Firman Allah.

Tetapi ibadah dari orang-orang suci tidak boleh berhenti hanya berada dalam kegiatan Roh dan penuh dengan Firman Allah, namun, YANG KETIGA, namun harus memuncak sampai kepada "berjaga-jagalah" 🡪 doa penyembahan.


Kemudian jangan sampai kita tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok tetapi tertinggal. Tetapi biarlah kiranya, ketika kita tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, betul-betul ibadah itu berada pada puncaknya, itulah doa penyembahan. Sebab; 

  • Dua orang perempuan di ladang (penuh dengan Roh Kudus), namun satu nanti diangkat, satu tinggal.

  • Kemudian, dua orang perempuan memutar batu kilangan (penuh dengan Firman Allah), tetapi yang satu diangkat, satu tinggal. 

Lalu puncak dari pada ibadah ialah berjaga-jaga, itulah doa penyembahan


Tetapi satu diangkat, satu tinggal; berarti jelas, sekalipun tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, ternyata ada juga gereja yang menjalankan ibadahnya secara lahiriah, buktinya; ada yang tertinggal, ada yang terangkat. Seharusnya, kalau kita sudah menggunakan pola Tabernakel sebagai miniatur Kerajaan Sorga, maka seharusnya ibadah dan pelayanan kita sudah menjadi gambaran dan bayangan dari Kerajaan Sorga, ibadah sudah seharusnya memuncak sampai kepada doa penyembahan. 

Tetapi ternyata, di sini kita melihat: ada yang tertinggal, berarti ia tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, tetapi dalam bentuk lahiriah. Hati-hati loh saudaraku.


Seperti yang seringkali saya sampaikan: Ibadah harus memuncak sampai kepada doa penyembahan. Kalau kita menyembah satu jam, atau pun lebih, maka sudah seharusnya ditandai dengan penyerahan diri sepenuh.

Kalau ibadah belum ditandai penyerahan diri, berarti penyembahan di rumah itu hanya sekedar berlutut. Inilah yang akhirnya; ada yang terangkat, ada yang tertinggal.


Ibrani 10:14

(10:14) Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.


Satu kali kelak, orang-orang suci, orang-orang yang berada dalam kesucian akan berada dalam kesempurnaan, akan berada di Tempat Yang Maha Tinggi, asal kita tetap tinggal di dalam Ruangan Suci, maka suatu kelak TUHAN akan membawa kita sampai kepada kesempurnaan.

Kembali saya sampaikan: Orang-orang suci tinggal di dalam kekudusan, tinggal di dalam Ruangan Suci, maka suatu kali kelak akan berada dalam kesempurnaan, Tempat Yang Mahatinggi.


BUKTI bahwa kita sudah berada di tempat Yang Maha Tinggi.

Ibrani 9:3-4

(9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,


Di dalam Ruangan Maha Suci terdapat satu alat yang terutama dari semua alat-alat yang ada di dalam Tabernakel, yaitu Tabut Perjanjian. Sedangkan arti rohani dari Tabut Perjanjian;

  1. Takhta Allah. Biarlah kehidupan kita semua menjadi takhta Allah, berarti; sudah lepas dari keakuan, dengan kata lain; tidak mempertahankan harga diri, tidak mempertahankan egosentris; itu adalah bukti bahwa kita adalah takhta Allah. Dan ibadah pelayanan juga merupakan takhta Allah. Oleh sebab itu, biarlah kita semua berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan sampai kehidupan kita semua benar-benar menjadi takhta Allah. Biarlah kiranya kita datang menghadap TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN tanpa motif-motif asing, tanpa kepentingan diri.

  2. Hubungan nikah yang suci atau hubungan intim antara Kristus -- sebagai Mempelai Pria Sorga -- dengan sidang jemaat -- sebagai mempelai wanita-Nya -- berdasarkan kasih.

Itulah tanda (bukti) bahwa kita berada di tempat Yang Maha Tinggi.


Kita kembali membaca Kejadian 6 untuk kembali memperhatikan bahtera sejati yang dibangun oleh Nuh atas perintah TUHAN, sesuai dengan ukuran-ukuran yang diperintahkan oleh TUHAN kepada Nuh.

Sesudah kita mendapat pengertian pada ayat 15 tentang bahtera sejati yang dibangun Nuh, kita akan kembali melihat bahtera sejati pada ayat 16.

Kejadian 6:16

(6:16) Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.


Nuh diperintahkan untuk membuat bahtera itu dengan bertingkat:

  • Tingkat bawah 🡪 Daerah Halaman = Daerah pembenaran oleh korban penebusan yang dikerjakan Yesus di atas kayu salib = mati dan bangkit.

  • Tingkat tengah 🡪 Ruangan Suci = Tempat pengudusan, juga disebut kandang penggembalaan untuk menguduskan kita.

  • Tingkat atas 🡪 Ruangan Maha Suci = Berada dalam kemuliaan kekal, tempat tinggi, ada dalam kesempurnaan, dengan tanda; (1) takhta Allah, (2) hubungan nikah.


Kita bersyukur, tiadalah mungkin kita mengerti perintah-perintah yang telah diperintahkan kepada Nuh kalau TUHAN tidak bukakan rahasia firman-Nya bagi kita tentunya.


Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya. Kemudian, Nuh diperintahkan untuk memasang (membuat) pintu pada lambung bahtera itu.

Pintu dipasang pada lambungnya, itu berguna untuk pintu masuk ke dalam pada waktunya, dan nanti akhirnya sebagai pintu keluar bila tiba waktunya. Itu adalah jalan untuk masuk dan keluar; yang harus dipasang pada lambung bahtera itu.


Jadi, pintu itu berfungsi untuk “masuk” dan “keluar” = “mati” dan “bangkit.” Itu sebabnya, pintu itu ada pada lambung bahtera, sebagaimana satu tusukan ada pada lambung Yesus Kristus; satu tusukan dari ujung tombak prajurit Romawi ada pada lambung Yesus Kristus.


Waktu "masuk" itu terjadi pada saat air bah bergelora dalam Kejadian 7, itulah waktu “masuk” bagi Nuh dan keluarganya. Kejadian 6. Nuh diperintahkan untuk mambangun bahtera di atas gunung, sesuai dengan petunjuk-petunjuk TUHAN. Tetapi waktu “masuk”, itu terjadi pada waktu “air bah” bergelora dalam Kejadian 7.

Jadi, untuk mengantisipasi, untuk mengatasi dosa kenajisan, segera kita satu dalam tanda kematian Yesus Kristus; masuklah melalui pintu, masuklah dalam pengalaman kematian Yesus untuk kita bisa mengantisipasi dan melewati banjir yang luar biasa itu, itulah dosa kenajisan.

Kalau kita tidak satu dalam pengalaman kematian Yesus Kristus, kalau kita tidak ditandai dengan pengalaman kematian Yesus Kristus, maka tidak tertutup kemungkinan, banjir yang hebat, yang bergelora pada zaman Nuh akan melibas anak-anak TUHAN, melibas orang-orang Kristen. 


Lihat, dosa kenajisan sedang bergelora, tetapi puji TUHAN kita mendapat kemurahan, sebab TUHAN perintahkan untuk membuat pintu pada lambung bahtera; pintu untuk masuk = "mati." Saat kapan? Saat banjir yang hebat bergelora; banjir kenajisan bergelora. Biarlah kita segera masuk dalam tanda pengalaman kematian supaya kita bebas dari sana.


Waktu "keluar" dari bahtera itu terjadi pada saat air bah surut. Barulah nanti, Nuh dan keluarganya keluar dari bahtera itu, setelah air bah surut, seperti yang tertulis dalam Kejadian 8, itulah suasana kebangkitan; terbebas dari kenajisan.


Namun, arti "pintu" yang sebenarnya ialah Kristus dan Roh Kudus = Mati dan bangkit.

Kalau kita semua penuh dengan Roh Kudus, berarti berada dalam suasana kemerdekaan, suasana kebangkitan, bebas dari hukum dosa, bebas dari hukum maut, hukum Taurat. Itu sebabnya, pintu itu ada pada "lambung" bahtera. Jelas, satu tusukan ada pada lambung Yesus.


Ibrani 9:11-12

(9:11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.


Yesus adalah Tabernakel sejati yang bukan buatan tangan manusia; Dia juga adalah bahtera sejati, seperti yang dibangun oleh Nuh di atas gunung sesuai dengan petunjuk-petunjuk TUHAN kepada Nuh. Yesus adalah bahtera yang sempurna. TUHAN mau tolong kita dengan bahtera sejati.

Itu sebabnya, Allah menceritakannya dengan gamblang kepada Nuh; si pemberita kebenaran. Adapun isi pokok dari kebenaran yang diberitakan oleh Nuh ialah kebenaran yang sesuai dengan pola Tabernakel. Kita tidak perlu ragu di situ; Yesus tabernakel sejati yang bukan buatan tangan manusia, Yesus adalah bahtera sejati yang bukan buatan tangan manusia.

Jadilah kepala rumah tangga yang baik, supaya 7 (tujuh) orang lainnya tertolong; isteri, anak dan menantu tertolong.


2 Petrus 2:9-10

(2:9) maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, (2:10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan,


Nyatalah bagi kita sekarang, bahwa;

YANG PERTAMA: TUHAN tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan, termasuk banjir yang bergelora, itulah dosa kenajisan. Dunia ini sudah rusak, bumi ini sudah rusak, seiring dengan rusaknya kelakuan manusia.

YANG KEDUA: TUHAN tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman. Siapa orang-orang jahat yang akan disiksa pada hari penghakiman? 

  1. Orang-orang yang mencemarkan diri dan menghina pemerintahan Allah = Menghujat Allah.

  2. Berani dan angkuh, tidak segan-segan menghujat kemuliaan Allah.

Orang yang menghina pemerintahan Allah, menghina kemah Allah dengan segala sesatu yang ada di dalamnya, itu berarti dia sedang menghujat Allah, dan ia tidak akan mendapatkan pengampunan. Kemudian, berani dan angkuh, tidak segan-segan menghujat kemuliaan Allah, maka tidak ada pengampunan bagi orang semacam ini.

Tetapi puji TUHAN, TUHAN tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan. Inilah kelebihan kita, sidang jemaat GPT “BETANIA”, kelebihan dari saudara yang terus mengikuti pemberitaan firman lewat live streaming, sebab kita digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel untuk kita boleh mengenal Tabernakel sejati; Yesus Kristus adalah Tabernakel sejati; Yesus Kristus adalah bahtera yang sempurna; Dialah pintu, berarti Dialah Jalan, Kebenaran dan hidup.


2 Petrus 2:5

(2:5) dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik;


Nuh adalah pemberita kebenaran. Adapun isi pokok dari kebenaran yang diberitakan oleh Nuh ialah membangun bahtera sejati di atas gunung = Membangun Tabernakel di atas gunung Sion.


Yesaya 2:2-3

(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."


Gunung Sion membawa berita kebenaran, sehingga di hari-hari terakhir nanti, segala bangsa akan berduyun-duyun naik ke atas gunung Sion; dialah si pemberita kebenaran, yang membangun bahtera di atas gunung. Membangun Tabernakel di atas gunung Sion, yang adalah si pembawa berita kebenaran.


Kalau kehidupan rohani kita, Tabernakel rohani kita dibangun di atas gunung Sion, akhirnya kitalah yang akan membawa berita kebenaran supaya bangsa-bangsa berduyun-duyun naik ke atas gunung Sion.

Oleh sebab itu, kita harus menjadi takhta Allah, tidak boleh lagi mempertahankan keakuan, supaya kitalah yang disebut gunung Sion, bahtera yang dibangun di atas gunung, Tabernakel yang dibangun di atas gunung Sion untuk membawa berita kebenaran kepada bangsa-bangsa.


Adapun isi pokok dari kebenaran yang diberitakan:

  1. Dari Sion keluar pengajaran.

  2. Firman TUHAN dari Yerusalem.

Mari kita memperhatikan kedua berita itu.


Tentang: PENGAJARAN.

Manfaat dari pengajaran adalah untuk MENGAJAR KITA TENTANG JALAN-JALAN TUHAN.

Siapa yang tahu tentang jalan-jalan TUHAN? Tidak ada satu pun yang tahu tentang jalan-jalan TUHAN, kalau bukan TUHAN yang memberitahukan tentang jalan-jalan-Nya kepada manusia. 


Dan hal itu pun dinyatakan kepada Salomo, namun sekalipun demikian, Salomo tetap tidak memahami tentang jalan-jalan TUHAN, sekalipun Salomo adalah seorang yang penuh dengan hikmat Allah, ia tetap saja tidak memahami tentang jalan-jalan TUHAN. 

Tetapi kalau sampai malam ini TUHAN bawa kita untuk berada di gunung Sion, itu supaya TUHAN mengajar kita tentang jalan-jalan TUHAN.


Amsal 30:19

(30:18) Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: (30:19) jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.


Jalan-jalan TUHAN, ada 4 (empat) tahap, dimulai dari ...

LANGKAH PERTAMA: Jalan rajawali di udara 🡪Yesus adalah Raja Yang Mulia dari sorga turun ke bumi. 

Tetapi kita bersyukur, oleh karena pengurapan Allah Roh Kudus, kita semua diangkat dan dijadikan sebagai imamat rajani.

LANGKAH KEDUA:  Jalan ular di atas cadas 🡪 Sengsara Yesus sebagai manusia, yang harus Dia tanggung di atas kayu salib.

Sesudah ada di bumi, Dia menanggung penderitaan di atas kayu salib, bagaikan ular yang berjalan di atas cadas. Penderitaan yang dialami oleh Yesus begitu hebat, begitu keras bagaikan cadas-cadas.

LANGKAH KETIGA: Jalan kapal di tengah-tengah laut 🡪 Kebangkitan dari seorang hamba di tengah-tengah ibadah pelayanannya, bagaikan kapal di tengah lautan mengarungi lautan bebas, lautan dunia ini, yang penuh dengan muatan sorgawi, penuh dengan muatan  dari Allah untuk mencari dermaga hati kita masing-masing. Biarlah kita membuka hati untuk menjadi syahbandar yang baik, karena muatan dari kapal yang berlayar di tengah lautan itu semuanya berarti; tidak ada sesuatu pun yang tidak berarti di dalam diri Yesus. Jadilah syahbandar yang baik untuk menerima kekayaan sorgawi.

LANGKAH KEEMPAT: Jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis 🡪 Pesta nikah Anak Domba. Jelas, ini adalah jalan yang terakhir. Perjalanan rohani dari gereja TUHAN di bumi ini berakhir pada pesta nikah Anak Domba; perjamuan malam kawin Anak Domba.


Itulah manfaat dari “pengajaran”, yaitu mengajar kita tentang jalan-jalan TUHAN. Jalan-jalan TUHAN ada 4 (empat):

  1. Jalan rajawali di udara.

  2. Jalan ular di atas cadas.

  3. Jalan kapal di tengah-tengah laut.

  4. Jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.

Pesta nikah Anak Domba, itulah akhir dari perjalanan rohani kita; masuk dalam pesta nikah Anak Domba. 


Tentang: FIRMAN TUHAN dari Yerusalem.

Manfaat firman TUHAN dari Yerusalem ialah SUPAYA KITA BERJALAN MENEMPUHNYA.


Mari kita lihat “jalan yang akan kita tempuh” selama kita ada di atas muka bumi ini.

1 Petrus 2:19-21

(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. (2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.


Manfaat firman TUHAN dari Yerusalem ialah supaya kita berjalan menempuhnya. Jalan yang harus kita tempuh, itulah teladan yang ditinggalkan oleh TUHAN. Teladan itu sudah ditinggalkan supaya kita mengikuti teladan itu, itulah jejak-jejak kaki Yesus, tapak-tapak kaki Yesus berdarah. 

Lihat, kalau kita berjalan menempuhnya, kalau kita mengikuti jejak Yesus yang berdarah, maka seketika juga semua dosa rontok, dan  semua musuh akan kalah = langkah-langkah yang berkemenangan.


Biarlah kita berjalan menempuhnya, mengikuti teladan yang ditinggalkan-Nya, itulah jejak-jejak kaki Yesus yang berdarah, tapak-tapak kaki Yesus berdarah. Kita ikuti dengan tepat dan benar; jangan menyimpang ke kiri dan ke kanan, maka saat itu juga semua dosa rontok, berguguran saat itu juga. Setiap langkah ditandai dengan pengorbanan, setiap langkah kita selalu mengarahkan pandangan pada salib Kristus (korban Kristus), saat itu juga dosa rontok.


Tetapi kalau arah pandangan kita berbeda-beda, maka kita tidak akan bisa berbuat apa-apa. Oleh sebab itu, biarlah kita mengikuti jejak-jejak kaki Yesus yang berdarah-darah supaya kita berkemenangan oleh darah salib Kristus.

Inilah kaki boas rohani, yakni; TUHAN Yesus Kristus, tempat Rut untuk tinggal berbaring. Setelah Rut menyingkapkan selimutnya, barulah dia berbaring di kaki Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus. 


Kita patut bersyukur kepada TUHAN; sebab TUHAN masih memberi kesempatan kepada kita untuk tinggal berbaring di dekat kaki Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus, dan kita akan berkemenangan.



TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment