KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, November 17, 2018

IBADAH RAYA MINGGU, 23 SEPTEMBER 2018





IBADAH RAYA MINGGU, 23 SEPTEMBER 2018

KITAB WAHYU

Subtema: PELANGI DI ATAS KEPALA.

Shalom saudaraku.
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Kita patut bersyukur kepada Tuhan, oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita diijinkan untuk mengusahakan, memelihara Ibadah Raya Minggu.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 10.
Wahyu 10: 1-3
(10:1) Dan aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan awan, dan pelangi ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan kakinya bagaikan tiang api.
(10:2) Dalam tangannya ia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka. Ia menginjakkan kaki kanannya di atas laut dan kaki kirinya di atas bumi,
(10:3) dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu memperdengarkan suaranya.

Ada tujuh perkara hasil dari tujuh kali percikan darah yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang sudah mengadakan pendamaian sebagaimana terjadinya tujuh kali percikan di atas tutup pendamaian.
1.      Berselubungkan awan.
2.      Pelangi di atas kepala.
3.      Mukanya sama seperti matahari.
4.      Kakinya bagaikan tiang api.
5.      Ia memegang sebuah gululngan kitab kecil yang terbuka.
6.      Ia menginjakkan kaki kanannya di atas laut, kaki kirinya di atas bumi.
7.      Ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang mengaum.
Itulah tujuh perkara hasil dari tujuh kali percikkan darah yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus.

Keterangan:
2. PELANGI DI ATAS KEPALA.
Wahyu 4: 1-3
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.

Dalam suatu penglihatan Rasul Yohanes di pulau Patmos,
-        Ayat 1; “sebuah pintu terbuka di sorga
-        Pada ayat yang kedua; “sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang
-        Pada ayat yang ketiga; “suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang
Pendeknya; pelangi itu ada di Kerajaan Sorga melingkungi takhta Allah.

Kita lihat NUBUATAN YEHEZKIEL.
Yehezkiel 1: 4
(1:4) Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam, di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat.

Minggu lalu kita sudah melihat keterangan 1 “diselubungi awan”, berbicara tentang Roh Kudus menguasai pribadi Yesus Kristus. Di sini juga, hal yang senada, ayat ini menampilkan pribadi Yesus Kristus di dalam urapan Roh Kudus yang besar, yaitu segumpal awan yang besar.

Yehezkiel 1: 27-28
(1:27) Dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan seperti api yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar.
(1:28) Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.

Busur pelangi adalah gambar kemuliaan Tuhan, atau sebaliknya gambar kemuliaan Tuhan dinyatakan seperti busur pelangi, sebagaimana pelangi itu melingkungi takhta Allah.
Dengan demikian sesuai dengan apa yang dilihat Rasul Yohanes di pulau Patmos; pelangi itu ada di kerajaan Sorga melingkungi takhta Allah, berarti berada di dalam kemuliaan Tuhan.
Kalau berbicara tentang takhta, itu juga berbicara tentang kemuliaan Tuhan.

Pendeknya, ayat 4 dan ayat 28, Yesus tampil di dalam urapan Roh Kudus yang besar dan lebih dari itu tampil di dalam kemuliaan-Nya yang besar, yang sangat mempesona, bagaikan pelangi dengan warna warni yang begitu indah dan mempesona, itu kemuliaan yang ditampilkan oleh Yesus Kristus.

Wahyu 4: 2-3
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.

Di ayat 2; “di takhta itu duduk Seorang”, itu tidak lain tidak bukan pribadi Tuhan Yesus Kristus, Dia Raja dan Mempelai Pria Sorga. Kemudian ayat 3: “suatu pelangi melingkungi takhta itu
Kita bisa membuat suatu gambaran dari ayat 2 dan ayat 3, bahwa seakan kepala Yesus bermahkotakan pelangi, artinya; bermahkotakan kemuliaan.
Kalau berbicara tentang kepala itu terkait dengan pikiran, berarti di dalam pemikiran ini hanyalah pemikiran cakrawala, sebagaimana di dalam Yehezkiel 1 tadi.

Kita kembali tilik sejenak dalam Yehezkiel.
Yehezkiel 1: 25, 28
(1:25) Maka kedengaranlah suara dari atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka; kalau mereka berhenti, sayapnya dibiarkan terkulai.
(1:28) Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.
Seakan kepala Yesus bermahkotakan pelangi, artinya; bermahkotakan kemuliaan.
Berbicara tentang kepala itu berbicara tentang pikiran yang adalah cakrawalanya, di dalam pikirannya itu adalah cakrawalanya.

Kita lihat CAKRAWALA.
Yang saya maksud di dalam pikiran itu adalah cakrawalanya, “Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, , demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya
Banyak kali anak-anak Tuhan manakala menghadapi kesulitan, penderitaan, mundur dari tengah-tengah ibadah pelayanan. Padahal penderitaan sebetulnya adalah suatu kesempatan bagi kita untuk memuji kemuliaan Tuhan.

Pada ayat 4: “Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar dengan api Ayat ini berbicara tentang: 1. Badai Penderitaan.
                                                               2. Api pencobaan.

Pada ayat 28: “Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan Tuhan.
Jadi dapat kita menyimpulkan bahwa kemuliaan itu nyata (tampil) sesudah penderitaan, serta ujian, yaitu: sengsara salib.

Banyak kali kita dalam pemikiran ini supaya lepas dari penderitaan dengan cara mengambil jalan pintas, itu bukan pemikiran yang ada di dalam cakrawalanya Tuhan Yesus Kristus. Yesus Kristus harus meminum cawan Allah, menanggung penderitaan di atas kayu salib.

Jadi kemuliaan itu tampil sesudah mengalami sengsara salib.
Doa seorang hamba Tuhan: sembunyikan hamba-Mu dibalik salib-Mu, maksudnya supaya Tuhan saja dan salib-Nya yang berbicara di tengah ibadah pelayanan itu, supaya nanti nyata kemuliaan-Nya.

1 Petrus 4: 1
(4:1) Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa --,

Karena Kristus telah menderita penderitaan badani, maka kita pun juga harus mempersenjatai diri dengan pemikiran cakrawalanya.
Barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.

1 Petrus 4: 2
(4:2) supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.

waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah”, itu pikiran menurut cakrawalanya/ pemikiran yang mulia.

Kemudian pada 1 Petrus 4: 12-13
(4:12) Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.
(4:13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

Jangan heran dengan nyala api siksaan, jangan heran dengan ujian, cobaan, serta jangan membesar-besarkannya. Sengsara kecil jangan didramatisir (dibesar-besarkan). Ingat; dibalik sengsara salib Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya.

Untuk datang beribadah pun memang harus memikul salib. Kita datang dari berbagai-bagai tempat, harus dengan segala perjuangan, tetapi jangan dibesar-besarkan; dengan menggunakan alasan tidak ada uang, tidak ada ini, tidak ada itu, jangan dibesar-besarkan.
Saya tahu, kita banyak mengalami pergumulan. Pergumulan si A berbeda dengan pergumulan si B, setiap orang pasti menghadapi pergumulan. Tetapi yakin, dibalik salib, Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya.
Ada orang keuangannya tercukupkan, tetapi dia mengalami sakit. Ada orang sehat, tetapi menganggur. Ada orang menganggur, tetapi sehat, dan lain sebagainya. Macam-macam, tetapi setiap pergumulan yang dialami jangan terlalu dibesar-besarkan.

Saya tidak tahan menyampaikan firman ini; oleh sebab pelangi melingkungi di atas kepala Tuhan Yesus Kristus.
Kalau kita perhatikan dalam Yehezkiel 1: 28, pada saat hujan, di situlah sinar itu menunjukkan kemuliaannya. Jadi bukan pada saat kita bebas dari sengsara, tetapi justru pada saat mengalami sengsara Tuhan nyatakan kemuliaan-Nya.
Biarlah kita berpikir dengan pemikiran cakrawalanya. Jangan memikirkan hal-hal yang sifatnya mengambil jalan pintas. Kalau Tuhan saja mengalami penderitaan badani, biar kita mempersenjatai diri dengan pemikiran yang sama, sehingga kuasa dosa berhenti. Sebab itu jangan juga membesar-besarkan sengsara, ujian, cobaan yang datang, percaya dibalik salib Tuhan nyatakan kemuliaan, sebab Yesus sendiri sudah mengalami tujuh kali percikan darah, sehingga mengasilkan tujuh perkara, sedangkan perkara yang kedua; pelangi melingkungi kepalanya.

1 Petrus 4: 14
(4:14) Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Roh kemuliaan itu hasil dari sengsara salib.
Kalau memang kita sadar sedar-sadarnya menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, percaya, roh kemuliaan itu menjadi bagian kita, milik kita sekaliannya, itu nanti yang menghiasi kita bagai pelangi yang berwarna warni menghiasi kehidupan kita masing-masing.

1 Petrus 4: 15
(4:15) Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.

Jangan menderita karena salah, jangan menderita karena dosa, jangan menderita karena kebodohan. Tetapi kalau kita dengan sadar menanggung penderitaan yang tidak harus kita tanggung, Roh Tuhan, Roh kemuliaan melingkungi kehidupan kita bagai pelangi melingkungi takhta Allah.

Saya tidak tahu, hati saya tiba-tiba saja tidak tahan. Sore ini saya tidak tahan, hati saya hancur.
Ingat; jangan lari dari kenyataan. Jadikan sengsara salib suatu kesempatan untuk kita boleh membuktikan kemuliaan Allah dinyatakan. Tidak ada kemuliaan tanpa sengsara.

1 Petrus 4: 16
(4:16) Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.

Roh kemuliaan telah dinyatakan dan kita akan memuliakan Tuhan.

Saudaraku, saya melihat KEMULIAAN itu TERKAIT dengan segala sesuatu yang ada di dalam KERAJAAN SORGA.
Tabernakel adalah miniatur Kerajaan Sorga. Jadi, kalau kita PERHATIKAN TABERNAKEL...
Yehezkiel 1: 28
(1:28) Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.
Sebelum mencapai kemuliaan, dimulai dari sengsara salib, berarti bertobat terkena pada MEZBAH KORBAN BAKARAN. Selanjutnya bejana KOLAM PEMBASUHAN, ini berbicara tentang baptisan air semuanya itu ada di HALAMAN. Kemudian PINTU KEMAH, berarti kepenuhan Roh Kudus.
Lalu berada di dalam RUANGAN SUCI; berarti disucikan oleh firman Allah, disucikan oleh Roh Allah, puncaknya disucikan oleh kasih Allah lewat doa penyembahan, dan penyembahan ini ukurannya adalah satu jam, dan Mezbah Dupa ini sudah sangat dekat dengan tirai. TIRAI berbicara tentang perobekan daging.
Lewat perobekan daging inilah kita nanti akan mencapai kemuliaan-Nya. Daging itu dirobek, disalib dari atas sampai ke bawah, sampai pada akhirnya nyata kemuliaan-Nya, berada di RUANGAN MAHA SUCI.

Maka kalau kita perhatikan Yehezkiel 1: 5-10, di sini banyak sekali kita melihat peran dari pada empat makhluk.
Yehezkiel 1: 5-10
(1:5) Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai manusia,
(1:6) tetapi masing-masing mempunyai empat muka dan pada masing-masing ada pula empat sayap.

Empat makhluk itu menyerupai manusia dan masing-masing mempunyai empat muka, dan pada masing-masing makhluk itu terdapat empat sayap.
Empat makhluk ini bersifat Roh bukan lagi bersifat daging. Kalau kita berbicara tentang kemuliaan, bukan lagi bersifat daging, tidak lagi berbicara tentang yang lahiriah, bukan lagi berbicara tentang soal kedudukan jabatan, pekerjaan yang bagus, uang yang banyak, pendidikan yang tinggi dan lain sebagainya, tetapi ini berbicara tentang hal-hal yang rohani, berbicara tentang sayap-sayap (pekerjaan roh), tidak ada lagi kaitannya dengan hal-hal yang bersifat daging.

TENTANG KAKI…
Yehezkiel 1:7
(1:7) Kaki mereka adalah lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu; kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga yang baru digosok.

Keadaan dari kaki empat makhluk;
1.      Kaki mereka adalah lurus, tidak bengkok.
Banyak kaki manusia (orang Kristen) yang bengkok, jalannya tidak beres, tetapi kaki dari makhluk ini lurus, tidak bengkok, tidak ada yang salah. Setiap jalan yang dilalui (yang ditempuh) tidak ada yang salah, lurus.

2.      Kaki mereka seperti kuku anak lembu, berarti berkuku belah dua dan bersela panjang.
Anak lembu ini bisa digunakan sebagai korban persembahan, korban pendamaian, inilah binatang yang tidak haram, tidak najis. Kaki mereka seperti kuku anak lembu, belah dua dan bersela panjang -> firman Allah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
PERJANJIAN LAMA ditulis oleh para nabi. Tugas nabi adalah bernubuat, berarti menyingkapkan segala rahasia yang terkandung dalam hati, dengan demikian dosa dibongkar dengan tuntas.
Kemudian PERJANJIAN BARU ditulis oleh para rasul untuk menceritakan tentang Wahyu, memperlihatkan tentang Kerajaan Sorga sebagaimana Rasul Yohanes memperlihatkan tentang Kerajaan Sorga dalam kitab Wahyu pasal 1 sampai dengan pasal 22.
Kemudian lembu adalah salah satu binatang yang memamahbiak, siang hari makan rumput, malam hari dikunyah kembali, artinya; merenungkan firman Tuhan siang dan malam sampai memperoleh sari-sarinya, sampai firman itu mendarah daging.

Mazmur 1: 1-2
(1:1) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
(1:2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.

Itulah binatang yang tidak haram, seperti lembu; merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Siang hari makan rumput, malam hari dikunyah kembali sampai memperoleh sari-sarinya, sampai firman itu mendarah daging, itulah kaki mereka.
Sebab itu kalau kita lihat pada ayat 1, KAKI MEREKA tidak berjalan menurut orang fasik kemudian tidak berdiri di jalan orang berdosa dan tidak duduk di kumpulan orang pencemooh, itu kaki mereka.

3.      Kaki mereka mengkilap seperti tembaga yang baru digosok.
Tembaga yang digosok sampai mengkilap, itulah yang digunakan untuk menjadi cermin. Sedangkan bejana kolam pembasuhan tembaga, dibuat dari cermin-cermin wanita.
Kita belajar untuk bercermin kepada firman, jangan bercermin kepada manusia, jangan bercermin kepada pengertian sendiri. Biarlah kita bercermin kepada firman. Baptisan air (permandian air) tidak berhenti hanya sebatas di kolam pembasuhan, tetapi lanjut sampai kepada penyucian oleh air dan firman.

Efesus 5: 26
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
Kita mendengarkan firman Tuhan tidak cukup dua tiga ayat lalu ditambahkan cerita-cerita isapan jempol, takhayul-takhayul, dongeng nenek-nenek tua, filsafat-filsafat yang tidak ada habis-habisnya, tidak, tetapi kita mendengar firman yang limpah. Seseorang tidak akan mungkin bersih kalau dia mandi dengan dua tiga gayung air. Kita butuh firman air yang limpah supaya kehidupan kita disucikan dari sehari ke sehari, terus menerus mengalami penyucian oleh air firman yang limpah. Ayat satu menjelaskan ayat yang lain, satu dengan yang lain saling terkait, saling menguatkan sampai terbuka rahasianya.
Kalau terbuka rahasia, segala yang terselubung tersingkap, dosa dibongkar dengan tuntas.

Efesus 5: 27
(5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Tujuan permandian air dan firman adalah untuk menempatkan jemaat di hadapan-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu = kudus, tidak bercela.
Itulah kaki mereka, kaki yang mengkilap seperti tembaga yang baru digosok, itu yang dijadikan sebagai cermin perempuan-perempuan pada waktu itu. Sekaligus cermin ini juga dijadikan sebagai kolam pembasuhan tembaga.

Maka, sangat nyata sekali bahwa kemuliaan itu terkait dengan empat makhluk ini, tidak berbau daging lagi, semuanya bersifat roh.

Yehezkiel 1: 8-9
(1:8) Pada keempat sisi mereka di bawah sayap-sayapnya tampak tangan manusia. Mengenai muka dan sayap mereka berempat adalah begini:
(1:9) mereka saling menyentuh dengan sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan.

Sayap dari keempat makhluk itu, masing-masing sayap itu terjalin, terkait. Demikian halnya kita dalam kegiatan Roh, satu dengan yang lain, di antara masing-masing pelayan harus saling terkait, supaya pelayanan itu tidak cross (tidak sikut menyikut), tidak tumpang tindih, melainkan saling melengkapi, saling terkait, saling membangun.

Kemudian, mereka tidak berbalik kalau berjalan. Kalau manusia, setelah sampai pada tujuan, untuk kembali ke asal, dia harus berbalik, tetapi mereka (4 makhluk) tidak.
Kalau tujuan kita adalah Yerusalem baru, biarlah kita berjalan menempuhnya. Kalau memang dunia sasaran kita, biarlah kita berjalan menempuh untuk mencapai sasaran kita di dunia ini. Tuhan tidak suka berbalik dari jalan-jalan Tuhan.
Hebat sekali empat makhluk dalam bentuk lingkaran, kalau berjalan, tidak mau berbalik.
Oleh sebab itu kita belajar, kalau memang sorga tujuan hidup kita, ayo berjalan terus menempuhnya, jangan berbalik, jangan menengok ke belakang seperti isteri Lot menjadi tiang garam, tidak ada artinya. Garam tetapi menjadi tiang, tidak berguna.
Ikut Tuhan tidak boleh serampangan; tidak boleh ya satu sisi, sisi lain tidak. Harus memiliki sikap yang tegas.

2 Korintus 1: 15
(1:15) Berdasarkan keyakinan ini aku pernah merencanakan untuk mengunjungi kamu dahulu, supaya kamu boleh menerima kasih karunia untuk kedua kalinya.

Inilah tanggung jawab seorang hamba Tuhan; berjuang supaya sidang jemaat yang dilayani itu menerima kasih karunia. Hamba Tuhan tidak hanya berpikir soal perut, perkara lahiriah, uang, persembahan-persembahan dan lain sebagainya, lebih dari pada itu ialah bagaimana sidang jemaat menerima kasih karunia.
Dalam 1 Petrus 2: 19, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu adalah kasih karunia, itu yang harus dinyatakan di tengah-tengah sidang jemaat yang Tuhan percayakan, bukan bicara soal yang lahiriah.

2 Korintus 1 16-17
(1:16) Kemudian aku mau meneruskan perjalananku ke Makedonia, lalu dari Makedonia kembali lagi kepada kamu, supaya kamu menolong aku dalam perjalananku ke Yudea.
(1:17) Jadi, adakah aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat "ya" dan "tidak"?

Rasul Paulus dalam hal bertindak di tengah ibadah pelayanan tidak serampangan perjalanannya terus sampai menuju kepada kasih karunia demi kasih karunia, tidak mau berbalik, karena Rasul Paulus melayani Tuhan tidak serampangan, bukanlah antara  ya dan tidak.
Saya tandaskan sore ini; kalau ikut Tuhan, ikutlah Tuhan dengan sungguh-sungguh, terus lanjutkan jangan berbalik. Kalau ikut dunia, ikutlah dunia sungguh-sungguh. Sebab orang yang mendua hati tidak mendapat apa-apa.
Tetapi masing-masing ada konsekuensi yang akan diterima di ujung perjalannya.
Inilah semua yang terkait dengan kemuliaan, atau pelangi melingkungi takhta itu.

2 Korintus 1: 18-19
(1:18) Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".
(1:19) Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya".

Di dalam Tuhan hanya ada satu kata “ya”, berarti menjadi kehidupan yang dengar-dengaran, itu yang Tuhan mau.
Jangan membiasakan diri satu sisi ya, besok tidak, satu sisi benar, besok tidak benar, satu sisi suci, besok tidak suci. Kehidupan yang serampangan adalah kehidupan yang mendua hati, tidak mendapat apa-apa.

Ayo berjalan terus, jangan berbalik. Ayo, maju terus, jangan berhenti dan jangan berbalik ke belakang.
Banyak jalan yang kita tempuh dengan bermacam-macam jalan; ada jalan berbatu-batu, ada jalan berliku-liku, ada onak duri, tidak sedikit kita menghadapi ancaman maut, termasuk roh jahat dan roh najis, tetapi tetap berjuang, jangan berbalik.

2 Korintus 1: 20
(1:20) Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
Yesus yang disalibkan adalah ya bagi semua janji Allah. Terlalu banyak janji Allah, janji yang indah-indah, janji yang suci dan mulia begitu banyak dinyatakan, dan Kristus adalah ya bagi semua janji-janji yang indah, bagi semua janji-janji yang suci, bagi semua janji-janji yang mulia, maka untuk itu kita berkata “Amin”, berarti ada kepastian.
Kiranya kita semua boleh merasakan bukan hanya melihat tetapi juga merasakan pelangi melingkungi takhta itu, tetapi jangan lupa, diawali dari sengsara salib. Dibalik salib nanti Tuhan menunjukkan sinar kemuliaan-Nya.

Ayo, saya kira kita semua rindu mendapatkan apa yang sudah dijanjikan oleh Allah. Kristus adalah ya bagi semua janji suci, bagi semua janji yang mulia, bagi semua janji yang indah dari Tuhan. Yesus yang disalibkan jaminannya.
Dalam injil Matius 26: 42, Yesus berkata: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”, tetapi diawali dengan kata “Ya Bapa”
Yesus Anak Tunggal Bapa sebagai Anak, Dia dengar-dengaran kepada Bapa, Dia melakukan kehendak Allah Bapa sebab Dia telah meminum cawan Allah sehingga dengan demikian jadilan kehendak Allah, segala kehendak Allah terlaksana olehNya, diawali dengan “Ya Bapa”. Artinya: dengar-dengaran.
Dasar kita beribadah adalah dengar-dengaran, dasar kita melayani Tuhan juga dengar-dengaran supaya tidak mendahului apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Melayani tetapi tidak dengar-dengaran, beribadah tetapi tidak dengar-dengaran, suka mendahului apa yang menjadi kehendak Tuhan.

Kita kembali memperhatikan Yehezkiel 1.
Yehezkiel 1: 9
(1:9) mereka saling menyentuh dengan sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan.

mereka saling menyentuh dengan sayapnya”, Artinya: saling terkait satu dengan yang lain, berarti saling melengkapi, saling membangun.
mereka tidak berbalik kalau berjalan” Ayo, berjalan terus, jangan berbalik lagi, jangan menoleh ke belakang lagi, kalau memang sasaran akhir dari pada perjalanan kita adalah Kerajaan Sorga, ayo tempuh terus jalan itu walaupun harus menghadapi banyak rintangan. Banyak rintangan di situ; ada onak duri, ada batu, jalan berliku-liku dan tidak sedikit menghadapi bahaya maut, dan ular tedung, roh jahat roh najis dan sebagainya pekerjaan Setan.
Tetapi Yesus adalah Imanuel, Tuhan menyertai kita semua dalam perjalanan yang kita tempuh.

Yehezkiel 1: 10
 (1:10) Muka mereka kelihatan begini: Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang.

Keadaan muka dari empat makhluk;
1.      Muka manusia berada di depan
2.      Muka singa di sebelah kanan
3.      Muka lembu di sebelah kiri
4.      Muka rajawali di belakang
Dan bentuk mereka adalah lingkaran.

Muka manusia, ini berbicara tentang sengsara yang dialami oleh Yesus sebagai manusia. Posisinya ada di depan.
Muka singa, ini berbicara tentang kewibawaan Yesus sebagai raja, posisinya ada di sebelah kanan. Kalau Yesus adalah Raja di atas segala raja, kita dijadikan sebagai raja-raja di bumi ini.
Dalam Wahyu 5: 19, “Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi”, berarti berbicara tentang imamat rajani itu berbicara tentang kemenangan dan kelepasan, sebab tidak ada orang yang masih terikat dengan dosa mau melayani Tuhan dengan percaya diri.
Muka lembu di sebelah kiri, ini berbicara tentang kebangkitan Yesus sebagai hamba. Biarlah kiranya kita semua melayani Tuhan dalam suasana kebangkitan. Kalau melayani Tuhan dalam suasana kebangkitan yang benar, maka diawali dengan kematian yang benar. Kalau kebangkitannya tidak benar, melayani tanpa kesucian, itu kebangkitan palsu, berarti kematiannya juga palsu.
Kalau kita satu dalam kematian-Nya, kita juga satu dalam kebangkitan-Nya. Kalau kita satu dalam kematian yang benar, juga kita satu dalam kebangkitan yang benar. Sebagai hamba biarlah kita melayani dalam suasana kebangkitan, hidup dalam kesucian, memberi diri dipimpin oleh Roh dan dikuasai oleh Roh seutuhnya.
Muka rajawali di belakang, ini berbicara tentang kebenaran dan keadilan Yesus sebagai Anak Allah.

Demikianlah keadaan dari empat makhluk yang terkait dengan kemuliaan yang ada di dalam Kerajaan Sorga.

Wahyu 4: 7-8
(4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

Lebih jauh lagi untuk melengkapi pengertian kita tentang empat makhluk dari kitab YEHEZKIEL tadi "keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam sekelilingnya."
Berarti; tabiat daging dengan segala keinginannya sudah tidak terlihat lagi.
Betul-betul ada dalam kekuasaan Roh Kudus, Roh Allah yang besar.

Selain itu juga, "di sebelah dalamnya penuh dengan mata."
Mata berbicara tentang terang. Berarti bagian dalamnya sudah dalam terang, diterangi, tidak ada lagi sesuatu yang tersembunyi, tidak ada lagi sesuatu yang gelap, semuanya sudah dalam terang.
Tuhan taruh sepasang mata dengan posisi tertinggi, tempatnya berada di tempat tertinggi. Bayangkan, jika mata berada di kaki, betapa celakanya kehidupan ini. Tetapi sepasang bola mata tempatnya ada di tempat yang tinggi, dia dapat melihat, dia dapat menjangkau dan menerangi seluruh kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Anggota-anggota tubuh semuanya berada di dalam terang, sampai dalam-dalamnya manusia batin diterangi.
Kalau dalamnya belum diterangi, seseorang bisa saja luarnya terlihat terang, hidup penuh dengan kepalsuan, tetapi kalau dalamnya sudah terang, pasti luar dalam transparan, tampil apa adanya; apa yang di luar, sama dengan apa yang di dalam.

Kemudian yang tidak kalah penting kita perhatikan di sini; "mereka tidak berhenti-hentinya berseru siang dan malam."
Kita beribadah dan melayani lewat Ibadah Raya Minggu barangkali 2 jam sampai 2.5 jam memuji kemuliaan Tuhan, tetapi di sini kita melihat, mereka tidak berhenti-hentinya berseru siang dan malam, berseru memuji kemuliaan Tuhan.
Apa tanda mereka memuji kemuliaan Tuhan? Itu bisa dilihat dari seruan mereka. Adapun seruan mereka ialah: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang

Seruan ini dibagi menjadi dua bagian:
-        YANG PERTAMA: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa
Yang mereka bicarakan hanyalah tentang Tuhan dan kekudusan-Nya. Kekudusan dari Firman Allah, kekudusan dari Roh Allah kekudusan dari kasih Allah, itu saja yang mereka bicarakan. Tidak bicara soal yang jahat, tidak bicara soal yang najis, tidak bicara soal yang tidak baik, dan tidak sopan. Mereka berbicara tentang kekudusan dari Allah Tri Tunggal.

-        YANG KEDUA: yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang
Kita kaitkan dengan Wahyu 1: 8, 17-18
(1:8) "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."
(1:17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
(1:18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.

Dari awal sampai akhir mereka hanya berbicara soal salib di tengah ibadah pelayanan mereka; yang ada, yang sudah ada, yang akan datang = HIDUP, MATI, HIDUP.
Hidup yang pertama untuk sampai pada hidup yang kedua, jembatannya adalah Yesus mati di atas kayu salib. Ini saja yang mereka serukan.
Berarti betul-betul mereka ini adalah bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah. Tugas mereka hanyalah memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, memberitakan salib di mana saja berada, tidak ada berita-berita yang lain, berita rumpi, berita ini itu, bahasa kotor, tidak.

Kita bersyukur dengan semua pengertian yang kita peroleh dari Tuhan. Kiranya firman itu tidak berlalu, kiranya firman itu mendarah daging dalam kehidupan kita masing-masing.

Apa kuasa dari pelayanan seperti ini?
Wahyu 4: 9-11
(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,
(4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:
(4:11) "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

Setiap kali empat makhluk mempersembahkan puji-pujian, hormat, ucapan syukur kepada Dia yang duduk di atas takhta itu, maka kedua puluh empat tua-tua yang di sekeliling takhta itu tersungkur di hadapan takhta Anak Domba, mereka menyembah sampai selama-lamanya.
Setelah penyembahan itu, mereka juga melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, berarti; tidak ada lagi kemuliaan selain memuji kemuliaan dari takhta Anak Domba.
Itulah dampaknya. Kiranya itu nyata di tengah ibadah pelayanan kita. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment