KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, January 11, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 09 JANUARI 2020



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 09 JANUARI 2020


KITAB RUT
(Seri: 76)

Subtema: BEKERJALAH KARENA SATU EFA

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur terima kasih dan hormat setinggi-tingginya kepada Dia. Dialah Kepala Gereja Mempelai Pria Sorga yang sudah memelihara, melindungi, membela setiap kehidupan kita hingga sampai detik ini. Dialah yang menolong kehidupan kita hingga sampai pada saat ini. Biarlah kiranya pertolongan Tuhan nyata pada malam ini dan seterusnya dalam hidup, nikah, ibadah dan pelayanan kita masing-masing, supaya di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan.

Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.
Selanjutnya, mari kita berdoa, dalam doa kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.

Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci dari KITAB RUT.
Rut 2:17
(2:17) Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya.

Pertama-tama kita memperhatikan kalimat: “Maka ia memungut di ladang sampai petang.
Rut memungut di ladang sampai petang, berarti; Rut mau menghargai waktu yang ada, ia tidak menyia-nyiakannya.

Rut 2:7
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti."

“Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti.”
Rut ini adalah gambaran dari seorang hamba Tuhan yang mau menghargai apa yang telah diterimanya (diperolehnya), sebab untuk berada di ladang Boas itu merupakan suatu kemurahan bagi Rut, suatu anugerah yang besar bagi Rut, itu sebabnya Rut menghargai waktu yang ada, ia tidak menyia-nyiakannya.

2 Petrus 3:10
(3:10) Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.

Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri, lebih tepatnya seperti pencuri pada malam, sesuai dengan 1 Tesalonika 5:1-4.
Pencuri pada malam, artinya:
1.     Tiba-tiba atau mendadak.
2.     Kedatangannya tidak ada yang tahu.

Kemudian, langit yang pertama dan bumi yang pertama termasuk unsur-unsurnya yang ada ini, suatu kali nanti akan binasa, lenyap di dalam api neraka.

2 Petrus 3:15
(3:15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Waktu yang masih ada ini dan kesempatan yang masih tersisa ini, itu merupakan panjang sabarnya Tuhan atau kemurahan Tuhan yang besar bagi kita. Oleh sebab itu, waktu dan kesempatan yang masih tersisa ini jangan disia-siakan.
Pendeknya: Rut adalah gambaran dari seorang hamba Tuhan yang mengerti harga dari sebuah ketebusan.

Kita kembali membaca Rut 2.
Rut 2:7
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti."

Diijinkan untuk berada atau bekerja di ladang Boas, itu adalah kemurahan bagi Rut.

Jangan sia-siakan waktu yang ada, sebab waktu atau kesempatan yang ada walaupun tinggal sedikit, itu merupakan panjang sabarnya Tuhan. Orang yang menghargai panjang sabarnya Tuhan, berarti mengerti harga dari sebuah ketebusan.
Jadi, sudah sangat jelas: Kesempatan yang kita peroleh dari Tuhan untuk menghambakan diri di ladang Tuhan, itu adalah panjang sabarnya Tuhan, itu adalah kemurahan yang besar, anugerah Tuhan yang besar bagi kita di hari-hari terakhir ini (pada zaman akhir ini).

Kita lihat; ZAMAN AKHIR.
2 Timotius 3:1-4
(3:1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (3:2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3:3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (3:4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

Ada 18 (delapan belas) dosa akhir zaman, yaitu:
(1) Manusia akan mencintai dirinya sendiri, (2) Menjadi hamba uang, (3) Membual, (4) Menyombongkan diri, (5) Menjadi pemfitnah, (6) Berontak terhadap orang tua, (7) Tidak tahu berterima kasih, (8) Tidak mempedulikan agama, (9) Tidak tahu mengasihi, (10) Tidak mau berdamai, (11) Suka menjelekkan orang, (12) Tidak dapat mengekang diri, (13) Garang, (14) Tidak suka yang baik, (15) Suka mengkhianat, (16) Tidak berpikir panjang, (17) Berlagak tahu, (18) Lebih menuruti hawa nafsu.
Inilah keadaan manusia di akhir zaman, dikuasai oleh 18 (delapan belas) dosa akhir zaman, salah satunya adalah “tidak tahu berterima kasih”, berarti; tidak tahu mengucap syukur akan kemurahan Tuhan, panjang sabarnya Tuhan.

2 Timotius 3:5
(3:5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!

Mereka itu menjalankan ibadah secara lahiriah, misalnya; mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama dengan; mempersembahkan tubuh jasmani di tengah ibadah, tetapi manusia batinnya jauh dari Tuhan (tidak dipersembahkan di tengah ibadah, itu ibadah lahiriah).

Selanjutnya, di sini dikatakan: “Jauhilah mereka itu!”, berarti; menyingkir dari tabiat yang semacam ini, menyingkir dari ibadah lahiriah.

2 Petrus 3:3-4
(3:3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. (3:4) Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan."

“... Pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek ...”, hal ini sama saja dengan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, dan lain sebagainya, tetapi biarlah kita semua menyingkir dari situ.

Mereka mengejek dan berkata: “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?
Alasan mereka mengejek atau mengatakan hal di atas tadi ialah: bapa-bapa leluhur mereka telah meninggal, tetapi segala sesuatu tetap seperti semula pada waktu dunia diciptakan. Sampai nenek moyang mereka meninggal toh keadaan dunia sama saja, itu alasan mereka mengejek.
Jangan kita seperti itu. Kalau Tuhan berkata bahwa Dia akan datang kembali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, maka janji-Nya itu tepat dan benar, ya dan amin, tidak akan pernah ditunda-tunda.
Yang pasti; waktunya kita bukan waktu-Nya Tuhan, tetapi waktu-Nya Tuhan adalah waktunya kita. Dia tidak akan lalai dengan janji-Nya. Jangan kita juga sama seperti pengejek-pengejek, itu sama seperti orang yang putus asa, kecewa di dalam hal mengikuti Tuhan, sama dengan; orang yang tersandung dan menjadi batu sandungan di tengah ibadah dan pelayanan.

2 Petrus 3:5-6
(3:5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, (3:6) dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah.

Tetapi yang pasti, pengejek-pengejek tersebut tidak peduli tentang:
1.     Langit dan bumi diciptakan oleh firman Allah. Mereka tahu bahwa langit bumi dan unsur-unsurnya diciptakan oleh firman Allah, tetapi dalam hal itu mereka tidak peduli, itulah pengejek-pengejek.
2.     Tidak peduli dengan air bah atau tidak peduli dengan kemusnahan dan kebinasaan. Air bah itu gambaran dari dosa kenajisan. Kalau tidak peduli dengan kebinasaan oleh karena dosa kenajisan, berarti orang suka mencemplungkan diri dengan dosa kenajisannya.

2 Petrus 3:3
(3:3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.

Ternyata, pengejek-pengejek ini adalah: orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
Hidup menurut daging memikirkan hal-hal yang dari daging. Sebaliknya hidup menurut Roh memikirkan hal-hal yang dari Roh, perkara di atas, perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di tengah-tengah ibadah pelayanan tersebut. Memang mereka tidak peduli agama, tidak tahu berterima kasih, mereka itu pongah, tidak tahu diri sekalipun sudah diuntungkan, dan dipelihara oleh Tuhan.

Yohanes 9:4
(9:4) Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.

Tetapi yang pasti: Selama masih siang atau selama masih ada waktu, kita harus mengerjakan pekerjaan Allah sebab akan datang malam atau akan datang waktunya di mana kita tidak bisa lagi bekerja, maka seorang hamba Tuhan tidak boleh lalai dalam mempergunakan karunia-karunia, tidak boleh lalai dalam mempergunakan jabatan-jabatan Roh-El Kudus yang dipercayakan oleh Tuhan lewat penumpangan tangan.

Ayo, selama hari masih siang, selagi masih ada waktu, mari kita manfaatkan. Sebagaimana halnya tadi dengan Rut; begitu dia mendapat kesempatan untuk bekerja di ladang Boas, dia memanfaatkan kesempatan itu, tidak sedikit pun dia menyia-nyiakan waktu yang ada.
Jangan kita seperti manusia-manusia di akhir zaman; tidak tahu berterima kasih, tidak tahu agama, pongah, dan lain sebagainya, tetapi mari kita gunakan waktu yang ada ini (selagi hari masih siang). Jangan berfoya-foya pada siang hari, artinya: memboroskan hartanya --sesuai dengan suratan Petrus dan Yudas --.

Yohanes 5:17
(5:17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga."

Yesus sendiri berkata: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.
Kalau Anak bekerja, itu karena Ia mengikuti contoh teladan dari Bapa. Maka kita -- hamba-hamba Tuhan -- harus mengerjakan pekerjaan Allah selagi hari masih siang, selagi masih ada waktu, sebab nanti akan datang malam di mana seorang pun tidak dapat bekerja lagi.

Yohanes 6:27
(6:27) Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

Kalau seorang hamba Tuhan melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan bukan untuk sesuap nasi, tetapi kita mengerjakan pekerjaan Allah untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.
Hal ini harus dicamkan oleh seorang pelayan, seorang hamba Tuhan.

Untuk mahasiswa-mahasiswi dari STTIA yang ada -- sedang praktek -- di tempat ini, saya berdoa supaya kelak menjadi hamba-hamba Tuhan yang rendah hati, melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Allah, bukan untuk sesuap nasi, bukan untuk mencari upah, tetapi melayani pekerjaan Tuhan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.

Biarlah kita melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Jangan melayani pekerjaan Tuhan karena sesuap nasi atau karena upah, jangan.

Mari kita lihat: MAKANAN YANG BERTAHAN SAMPAI KEPADA HIDUP YANG KEKAL.
Yohanes 4:34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Makanan Yesus, Anak Allah:
1.     Melakukan kehendak Allah, menunjuk; sengsara salib, aniaya karena firman yang harus dipikul-Nya. Itu bukan makanan asing bagi kita sebab itu sudah harus menjadi makanan atau santapan kita sehari-hari di tengah-tengah ibadah pelayanan.
2.     Menyelesaikan pekerjaan Allah, menunjuk; terwujudnya kesatuan tubuh. Yesus memulai pelayanan-Nya sejak usia tiga puluh tahun, dan Dia melayani sampai usia tiga puluh tiga setengah tahun, dan pelayanan-Nya itu tidak berhenti sampai kepada mujizat, pelayanan Yesus di atas muka bumi ini tidak berhenti sampai berkat-berkat lahiriah atau perkara di bawah ini, tetapi Dia melayani pekerjaan Allah sampai selesai, itulah makanan yang kedua.

Ayo, bekerja untuk makanan yang membawa kita sampai kepada hidup yang kekal.

Yohanes 19:30
(19:30) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai."
Persis seperti yang diakui-Nya kepada murid-murid dalam Yohanes 4:34, yaitu: Menyelesaikan pekerjaan Allah.
Jadi, perkataan-Nya sesuai dengan perbuatan-Nya. Perbuatan-Nya di dalam injil Yohanes 19:30 menggenapi perkataan-Nya di dalam Yohanes 4:34. Perkataan dan perbuatan-Nya sama. Maka perbuatan harus menggenapi setiap perkataan, itulah tanda seorang hamba Tuhan yang jujur.

Selanjutnya: “Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya”, berarti Yesus telah menyelesaikan pekerjaan-Nya di atas kayu salib. Apa tandanya?

Yohanes 19:32-34
(19:32) Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; (19:33) tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, (19:34) tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.

Melihat bahwa Yesus telah mati, prajurit-prajurit tidak mematahkan kaki-Nya, melainkan menikam lambung-Nya dengan tombak dan segera mengalir keluar darah dan air.
Singkatnya: Tulang-tulang Yesus tidak ada yang patah, tidak putus, tidak tercerai, tidak terpisah, artinya; terwujudnya kesatuan dari anggota-anggota tubuh yang berbeda-beda, sama dengan; terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, yakni tubuh Mempelai. Dengan demikian, Ia telah menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa.

Jadi, kita pun harus mengerti teramat lebih imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan (pemimpin-pemimpin dalam rumah Tuhan) harus mengerti bahwa sasaran akhir dari ibadah pelayanan atau sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba, berada dalam perjamuan malam kawin Anak Domba.
Mempelai wanita Tuhan bersanding dengan Mempelai Pria Sorga, itulah makanan yang kedua, yaitu menyelesaikan pekerjaan Allah. Kalau seorang pemimpin rumah Tuhan hanya bicara soal berkat-berkat, tujuannya bukanlah untuk menyelesaikan pekerjaan Allah, dengan kata lain; pekerjaan Allah belum selesai.

Tadi kita sudah melihat: Tulang-tulang Yesus tidak ada yang dipatah-patahkan, tidak terpisah, sama dengan; terwujudnya kesatuan dari anggota tubuh yang berbeda-beda, sama dengan; terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah mempelai wanita Tuhan.  Inilah makanan Yesus, Anak Allah, dan itu juga harus menjadi makanan kita.
Kerinduan Tuhan yang paling mendalam adalah supaya kita menjadi satu, anggota tubuh yang berbeda-beda menjadi satu, sama seperti Bapa dengan Anak adalah satu.

Ayo, bekerjalah, gunakanlah waktu yang masih tersisa ini. Jangan berfoya-foya di siang hari. Jangan boroskan harta rohani, harta yang indah itu.

Tadi kita sudah membaca Injil Yohanes 6:27, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa”, melayani pekerjaan Tuhan bukan untuk upah, bukan untuk sesuap nasi, tetapi melayani pekerjaan Tuhan untuk makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal.
Yesus, Anak Allah, telah menyatakannya kepada murid-murid di dalam Injil Yohanes 4:34, itu juga merupakan makanan kita dan makanan itu tidak asing bagi kita.

Jadi, sidang jemaat tidak boleh merasa asing mendengar firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, itu sudah menjadi makanan kita, santapan kita, sebab pada hari masa pembinasa keji berdiri di tempat kudus, mereka tidak akan membiarkan lagi korban sehari-hari itu ada di dalam rumah Tuhan, itulah korban santapan dan korban sembelihan, menurut kitab Daniel.

Selanjutnya, mari kita melihat: PEKERJAAN DARI ALLAH TRINITAS.
Pekerjaan Allah Trinitas menurut Injil Yohanes 6:27-71 dibagi menjadi tiga bagian.
BAGIAN PERTAMA: Ayat 27-47, ini adalah “Pekerjaan dari Allah Bapa”.
Yohanes 6:32
(6:32) Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.

Allah yang memberi roti hidup, roti yang turun dari sorga, kepada nenek moyang bangsa Israel, jadi bukan Musa yang memberi mereka makanan.
Ini sudah menjadi bukti bahwa inilah pekerjaan Allah Bapa.

BAGIAN KEDUA: Ayat 48-59, ini adalah “Pekerjaan dari Allah Anak”.
Yohanes 6:53
(6:53) Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

Makan daging Yesus dan minum darah Yesus adalah wujud dari sengsara salib, inilah pekerjaan dari Allah Anak.
Tubuh dan darah Yesus adalah wujud dari korban Kristus, pekerjaan dari Allah Anak.

BAGIAN KETIGA: Ayat 60-71, ini adalah “Pekerjaan dari Allah Roh Kudus”.
Yohanes 6:63
(6:63) Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna, sama dengan; mati.
Selanjutnya, Yesus kembali berkata: “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Kesimpulannya:
1.     Pekerjaan dari Allah Bapa ialah memberi roti hidup, roti yang turun dari sorga, dari Allah.
2.     Pekerjaan dari Allah Anak ialah rela menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung, sama dengan; sengsara salib.
3.     Pekerjaan dari Allah Roh Kudus ialah memberi kemampuan dan kekuatan kepada kita untuk melakukan firman Allah.

Jadi, jelas sekali, bahwa: Sampai hari ini Allah masih bekerja, maka Yesus, Anak Allah pun bekerja. Dengan demikian, Ia memberi suatu contoh teladan yang baik kepada kita, bahwa Ia harus mengerjakan pekerjaan Allah dan tidak boleh lalai dalam mempergunakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus, itulah harta yang indah, harta rohani, tidak boleh diboroskan, tidak boleh berfoya-foya pada siang hari, selagi hari masih siang.

Tadi kita sudah melihat: Pekerjaan dari Allah Roh Kudus adalah memberi kemampuan dan kekuatan bagi kita untuk melakukan firman Allah atau memberi kemampuan untuk memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan kita di hadapan Tuhan.

Contoh.
Yohanes 6:60
(6:60) Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"

Sesudah mendengar pengajaran ini, murid-murid yang lain -- bukan dua belas murid Yesus -- berkata: “Perkataan ini ­keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?
Bagi mereka, pengajaran Salib -- kota benteng, kubu pertahanan, tanduk keselamatan, itulah korban Kristus – adalah Pengajaran keras. Mereka katakan keras, Mengapa? Karena mereka terbiasa mendengar firman yang ditambahkan dan dikurangkan.
-       Apa firman yang ditambahkan? Menyampaikan satu atau dua ayat lalu ditambahkan cerita isapan jempol, ditambahkan dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, filsafat-filsafat turun temurun.
-       Apa firman yang dikurangkan? Pengajaran salib diganti dengan dua hal;
1.     Teologi kemakmuran, artinya; orang Kristen harus kaya, tidak boleh miskin.
2.     Tanda-tanda heran atau mujizat-mujizat. Tetapi perlu saya tandaskan malam ini: Sejuta kali terjadi mujizat di depan mata, kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan, kalau pemimpin rumah Tuhan tidak menampilkan Yesus sebagai batu penjuru, itu adalah ajaran sesat.

Berbicara tentang tubuh dan darah Yesus, adalah makanan keras yang sifatnya mengoreksi dosa, murid-murid yang lain berkata: “Perkataan ini keras”, selanjutnya mereka berkata: “Siapakah yang sanggup mendengarkannya?
Tetapi perlu saya tandaskan kembali: Kalau orang lain tidak kuat, kita harus kuat. Tutup telinga dengan berita yang di luar pengajaran salib, itulah yang benar.

Yohanes 6:66-69
(6:66) Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (6:67) Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (6:68) Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; (6:69) dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."

Setelah mendengar Pengajaran Salib, di mana Yesus dinyatakan sebagai batu penjuru, kota benteng yang teguh, berkuasa mengoreksi dosa kejahatan, dosa kenajisan, berkuasa mengoreksi segala kelemahan-kelemahan di dalam diri, di dalam hati yang tersembunyi sekalipun. Selanjutnya, Yesus berkata kepada murid-murid: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

Murid-murid menjawab (yang diwakilkan oleh Simon Petrus); “Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” Pengajaran Salib adalah Roh dan hidup. Mengajarkan batu karang yang teguh kepada sidang jemaat adalah Roh dan hidup.
Tetapi kalau sibuk hanya mengajarkan soal berkat-berkat (perkara-perkara lahiriah), itu bukan Roh dan hidup, itu daging (mati), karena kaitannya dengan daging.

Simon Petrus dan murid-murid mempercayakan hidup mereka kepada Pengajaran Salib, berarti; mau menerima apa yang diajarkan oleh Yesus, yaitu bahwa Yesus menampilkan diri-Nya sebagai batu karang yang teguh, bahwa Yesus menampilkan diri-Nya sebagai batu penjuru yang kuat, sebagai Gunung Batu, dasar bangunan, sesuai dengan pengakuan Simon Petrus: “Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal”.
Jangan garansikan nyawa saudara kepada pemberitaan firman yang ditambahkan dan pemberitaan firman yang dikurangkan.

Aldo, Mahasiswa STTIA, jangan keluar dari Pengajaran Salib, sebab ajaran itu merupakan Roh dan hidup. Kalau hanya sibuk dengan filsafat-filsafat, itu bukan Roh dan hidup.
Kalau orang lain tidak kuat dengan Pengajaran Salib, tetapi sidang jemaat GPT “BETANIA” harus kuat, sebab Pengajaran Salib adalah Roh dan hidup.

Itulah pekerjaan dari Allah Trinitas, maka;
-       Kita juga harus mengerjakan pekerjaan Allah Bapa.
-       Kita juga harus mengerjakan pekerjaan Allah Anak.
-       Kita juga harus mengerjakan pekerjaan Allah Roh Kudus.

Praktek menghargai waktu (kesempatan) yang ada.
Rut 2:7
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti."

Rut memungut dan mengumpulkan jelai di belakang penyabit-penyabit.
Artinya, melayani pekerjaan Tuhan:
1.     Tanpa penonjolan diri.
2.     Rendah hati.
Tentu kita setuju untuk melayani pekerjaan Tuhan tanpa penonjolan diri disertai dengan rendah hati.

Sedikit kesaksian: Kemarin sesudah kita menyelesaikan pekerjaan yang besar dan mulia tanggal 27-28 Desember 2019, ada dua orang hamba Tuhan datang ke pastori. Dia bersaksi tentang pemberitaan firman yang sudah dia terima, secara khusus mengenai sesi kedua tentang: Harus keluar dari perkemahan untuk membakar tiga hal, yaitu kulit, daging dan kotoran. Dia berkata bahwa dia berkati.
Lalu berkaitan dengan itu, dia bertanya soal doa penyembahan -- seperti salah seorang sidang jemaat dari Luwuk, pernah berkata (lewat sosial media): “Mengapa GPT mempersalahkan pujian penyembahan, padahal dalam pujian penyembahan ada mujizat?
Saya katakan: “Tidak ada yang menyangkal di dalam pujian penyembahan ada mujizat, memang ada mujizat, tetapi yang penting adalah bukan bahasa Rohnya, bukan bahasa lidahnya. Yang terpenting adalah kita ini harus berada pada derajat yang tinggi, rohani kita harus berada pada puncaknya, yaitu doa penyembahan. Tidak dipungkiri soal mujizat yang ada sebagai hasil dari pujian penyembahan tadi, tidak. Yang saya mau tekankan adalah rohani ini harus sampai pada puncaknya, yaitu doa penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri se-penuh untuk taat kepada kehendak-Nya.
Orang menjadi terkecoh, keliru kalau tidak menggunakan pola Kerajaan Sorga, yakni; Tabernakel. Akhirnya dia manggut manggut dan berkata: “Wah, luar biasa, ya.” Lalu dia meminta alamat live streaming, dan saya berkata: “Pelajari terus. Ikuti terus.” Semoga dia mendengar khotbah pada malam ini, dan Tuhan memberkati anda.

Jadi, marilah kita mengerjakan pekerjaan Tuhan tanpa penonjolan diri disertai dengan kerendahan hati. Seorang hamba Tuhan harus menyingkir dari pemikiran, yaitu mengenai upah. Biarlah kita bekerja untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.
Perlu untuk diketahui: Seorang hamba yang berharap kepada upah cenderung dengan penonjolan dirinya dan cenderung kurang rendah hati di dalam pelayanannya. Sebab itu, mari kita melayani pekerjaan Tuhan tanpa penonjolan diri, dan marilah kita melayani pekerjaan Tuhan dengan segala kerendahan hati.

Imam-imam, pelayan Tuhan, perhatikanlah firman ini dengan baik dan dengan sungguh-sungguh. Barangsiapa bertelinga hendaklah ia mendengar supaya ia semakin berkelimpahan. Kalau kita mendengar dan memperhatikan, maka kita akan diperkaya.
Sedikit kesaksian: Sewaktu sekolah Alkitab, ada seorang guru memerintahkan kepada seluruh siswa dan siswi Lembaga Pendidikan Alkitab untuk menuliskan apa yang menjadi kerinduan-kerinduan di tengah-tengah pelayanan kepada Tuhan kelak, lalu saya menulis: “Saya rindu untuk  diperkaya oleh Tuhan”, bukan soal uang, tetapi mau diperkaya dalam melayani dan mengerjakan pekerjaan Tuhan. Lalu tulisan itu dikumpulkan dan itu didoakan.

Amsal 3:34B
(3:34) Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Ia pun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya.

Hamba Tuhan yang rendah hati dikasihi oleh Tuhan. Tidak ada artinya kita pintar dan hebat, tidak ada artinya kita merasa mampu namun sombong, tetapi orang yang  rendah hati dikasihi Tuhan.

Amsal 18:12
(18:12) Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.

Kalau kita rendah hati, itu sudah mendahului untuk memperoleh kehormatan dan pujian, tetapi tinggi hati mendahului kehancuran. Lihat saja orang yang tinggi hati; hari ini sukses, tetapi besok hancur.
Sebaliknya, orang yang rendah hati hari ini sepertinya susah, hari ini sepertinya terabaikan, hari ini sepertinya diacuhkan, disepelekan, tetapi besok akan menerima penghormatan dari Tuhan, bahkan dari manusia.

Sejauh mana pengalaman kematian, sejauh itulah kebangkitan kita. Kalau kematiannya benar, maka kebangkitannya benar. Kalau kematiannya palsu, maka kebangkitannya palsu. Banyak orang melayani dengan kebangkitan palsu, akhirnya tidak lama kemudian turun lagi.

Amsal 29:23
(29:23) Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.

Keangkuhan, kesombongan, tinggi hati merendahkan orang, tetapi hamba Tuhan yang rendah hati menerima pujian dari Tuhan dan dari sesama.
Jangan kita menyingkir dari pemikiran di dalam hal kerendahan hati.

Hamba Tuhan tidak boleh bosan dalam mendengarkan firman Tuhan, sebab kalau tidak ada Wahyu, maka liarlah umat Tuhan. Oleh sebab itu, seorang hamba Tuhan apalagi pemimpin rumah Tuhan, harus memiliki pembukaan firman.

Matius 23:12
(23:12) Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Menurut Alkitab, tempat yang tinggi hanya ada dua:
1.     Bukit Golgota, kaitannya dengan; sengsara salib, itulah kehendak Allah.
2.     Gunung Sion, kaitannya dengan; mempelai wanita Tuhan.

Itulah pujian dan penghormatan yang diterima dari Tuhan oleh seorang hamba Tuhan yang rendah hati.
Tidak usah menonjolkan diri, tetapi biarlah kita melayani Tuhan sesuai dengan pemakaian Tuhan. Namun juga tidak perlu minder, walaupun merasa tidak bisa, tetap menyerah saja.

Lebih jauh kita memperhatikan Kolose 3.
Kolose 3:12
(3:12) Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

Di sini dikatakan; “ ... Sebagai orang-orang pilihan Allah ...
Siapa orang-orang pilihan Allah? Yaitu bangsa yang kudus, imamat rajani, itu sudah jelas menunjuk kepada; pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan, terkhusus pemimpin-pemimpin dalam rumah Tuhan.

Jubah dari seorang hamba Tuhan (imam) ialah:
1.     Belas kasihan.
2.     Kemurahan.
3.     Kerendahan hati.
4.     Kelemahlembutan.
5.     Kesabaran.
Itulah penggenapan dari baju efod dengan lima warna sesuai dengan Keluaran 28:6.
Berbicara “lima”, itu juga berbicara tentang korban Kristus, lima luka utama Yesus; dua di tangan, dua di kaki dan satu di lambung.

Jadi, jubah, menunjuk; tabiat atau perbuatan atau prilaku dari seorang pelayan Tuhan. Itulah jubah (pakaian) dari seorang hamba Tuhan.
Demikian juga Rasul Paulus di dalam melayani Tuhan, betul-betul dia mengenakan jubah yang maha indah itu.

1 Korintus 9:16-18
(9:16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. (9:17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. (9:18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.

Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri.
Kalau mengerjakan pekerjaan Allah, termasuk dalam pemberitaan Injil, tidak boleh bermegah, tidak boleh menonjolkan diri, harus dengan rendah hati.

Sebab itu adalah keharusan bagiku.
Melayani pekerjaan Tuhan hukumnya adalah harus. Tidak boleh terpaksa dalam melayani pekerjaan Tuhan. Tidak boleh terpaksa berkorban baik tenaga, pikiran, sampai perasaan dikorbankan tanpa terpaksa.

Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah”, tetapi ini adalah pekerjaan Tuhan. Kita mengerjakan pekerjaan Allah, bukan pekerjaan manusia.
Saya juga berdiri di sini dalam hal memberitakan firman berarti; mengerjakan pekerjaan Allah. Jadi, tidak ada hak untuk bermegah, tidak ada hak untuk menonjolkan diri. Ini bukanlah perusahaan saya, ini adalah perusahaan Allah, dan kita pekerja-pekerja-Nya.

Rasul Paulus tidak memikirkan upah, itulah sebabnya ia tidak bermegah atau tanpa penonjolan diri di dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan. Melainkan ia merendahkan dirinya di dalam melayani Tuhan dan pekerjaan Tuhan.
Pendeknya: Rasul Paulus telah mengenakan jubah yang maha indah dengan lima warna, sesuai Keluaran 28.
Tetapi kalau hamba Tuhan masih memikirkan upah, ia pasti suka bermegah, suka menonjolkan diri dan tidak rendah hati.

Biarlah kiranya hal yang senada nyata dalam setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi, khususnya imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan, pemimpin-pemimpin dalam rumah Tuhan.

1 Korintus 9:19-22
(9:19) Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. (9:20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (9:21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. (9:22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.

Rasul Paulus benar-benar menjadi hamba Tuhan yang rendah hati, betul betul mengenakan jubah dengan belas kasihan, kemurahan, dan lain sebagainya. Tujuannya: Untuk memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
Maka ia harus terus berjuang untuk menyelami hati setiap orang, antara lain;
1.     Orang Yahudi. Tidak mudah untuk menyelami hati orang Yahudi karena sampai hari ini mereka masih tegar tengkuk, keras hati, sampai hari ini mereka belum percaya dengan lahirnya Yesus, mereka masih menunggu Yeshua Hamashiach sampai hari ini, mereka masih menunggu Elohim Adonai.
2.     Orang yang hidup di bawah hukum Taurat. Berarti, orang yang menjalankan ibadah secara lahiriah; mulutnya memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama dengan; mempersembahkan tubuh jasmani di tengah ibadah, tetapi manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan. Hati dan pikirannya hanya tertuju kepada perkara-perkara di bawah, perkara di bumi, perkara lahiriah.
Tidak mudah menyelami hati orang seperti ini. Saya banyak sekali melihat orang Kristen, teramat lebih orang Batak, kalau disinggung soal ibadah, jawabannya singkat: “Eeehh... Amang Pandita, kalau tidak bekerja dari manalah ada uang?”, jadi bekerja nomor satu. Tidak mudah loh menyelami hati orang seperti ini, tetapi Rasul Paulus berjuang menyelami hati orang yang sedang berada di bawah hukum Taurat. Kristen lahiriah banyak di luaran sana, marilah kita menyelami hati mereka.
3.     Orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Berarti, tidak mengenal Taurat, sama dengan; bangsa kafir yang tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.
4.     Menyelami hati orang yang lemah. Lemah di sini sudah pasti lemah imannya. Dan Rasul Paulus juga berjuang menyelami hati orang yang lemah imannya.

Rasul Paulus mengerti orang banyak, dia mengerti keberadaan orang lain, dia berusaha mengerti orang lain, dia tidak dikuasai oleh roh egosentris, dia tidak hanya mempedulikan dirinya sendiri. Inilah hamba Tuhan yang sudah menyingkir dari upah; dia tidak bermegah, tidak menonjolkan diri, melainkan melayani dengan rendah hati.
Karena kalau seseorang memikirkan upah, ia pasti suka bermegah, dan kalau memikirkan perkara lahiriah, pasti tidak rendah hati dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Maka di sinilah Rasul Paulus menjadi contoh teladan, di mana dia mau menyelami hati orang lain dalam berbagai-bagai sifat dan tabiat, berbagai-bagai karakter.
Yesus, Imam Besar Agung, Dia banyak dicobai, hanya saja Dia tidak jatuh dalam dosa, sebaliknya mengerti orang-orang jahil, mengerti orang-orang sesat (tidak menghargai ibadah dan pelayanan).

Kesimpulannya: Rasul Paulus berusaha untuk menyelami hati semua orang, tujuannya untuk memenangkan sebanyak mungkin orang.

1 Korintus 9:22-23
(9:22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. (9:23) Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.


Rasul Paulus berusaha dan berjuang untuk menyelami hati semua orang supaya sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
Ayo, belajar untuk melayani tanpa penonjolan dan menyingkir dari upah, dan biarlah kita melakukannya dengan tulus.

Kembali kita membaca Rut 2.
Rut 2:7
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti."

Sebagai pekerja yang terakhir, Rut memanfaatkan waktu yang singkat, yang masih tersisa untuk memungut dan mengumpulkan jelai. Ini ada kaitannya dengan pribadi yang berpegang teguh kepada janji; berarti konsekuen, dengan kata lain; tidak serampangan, seperti Rasul Paulus melayani Tuhan dengan tidak serampangan, bukan antara ya dan tidak.

Rut 2:2
(2:2) Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku."

Pada ayat 2, Rut minta doa restu dan dia direstui. Dan pada ayat 7, dia melakukan seperti permohonannya kepada Naomi.
Berarti, perbuatannya sesuai dengan perkataannya.

Jadi, orang yang menghargai waktu adalah orang yang konsekuen; tindakan atau perbuatannya sesuai dengan perkataannya.
Perbuatan sesuai dengan perkataan akan menjadi saksi yang heran di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Seorang hamba Tuhan diukur dari perkataannya. Jangan mudah berucap tetapi tidak dilakukan, namun Rut tidak seperti itu; perkataannya sesuai dengan perbuatannya, dia konsekuen, karena seorang hamba Tuhan diukur dari mulut.

Kita kembali memperhatikan Rut 2:17.
Rut 2:17
(2:17) Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya.

Selanjutnya kita memperhatikan: Rut mengirik yang dipungutnya itu kira-kira seefa jelai banyaknya.

Keluaran 16:16-17,21
(16:16) Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa." (16:17) Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada yang banyak, ada yang sedikit (16:21) Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; tetapi ketika matahari panas, cairlah itu.

Untuk orang Israel, Tuhan hanya memberikan satu gomer untuk tiap-tiap orang.

Keluaran 16:35-36
(16:35) Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan. (16:36) Adapun segomer ialah sepersepuluh efa.

Bangsa Israel dipelihara oleh Tuhan di padang gurun selama empat puluh tahun sampai mereka tiba di tapal batas.
Adapun segomer ialah sepersepuluh efa. Berarti, kemurahan yang diterima oleh Rut sungguh heran dan luar biasa. Pendeknya, perhatian Tuhan sungguh besar kepada bangsa kafir.

Wahyu 2:8-11
(2:8) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali: (2:9) Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. (2:10) Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. (2:11) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."

Iblis tahu bahwa hari-hari ini adalah hari yang terakhir, waktu yang ada sudah sangat singkat, maka ia berusaha dengan keras untuk menyeret sebanyak mungkin orang-orang yang dapat diseretnya. Tetapi kalau kita tetap bertahan sampai kepada kesudahannya di dalam menghadapi ulah dari Iblis yang mencobai, maka Tuhan menyediakan mahkota kepada kita, yaitu hidup kekal.

Memang, Iblis berusaha membawa manusia ke dalam kesusahan, seperti kesusahan yang dialami oleh sidang jemaat di Smirna. Tetapi untuk menghadapi kesusahan sepuluh hari, maka sidang jemaat di Smirna sudah seharusnya memiliki satu efa. Satu efa sama dengan sepuluh gomer. Jadi, itu merupakan kemurahan dari Tuhan.

Kalau saya kaitkan dengan sepuluh hukum yang tertulis di dalam dua loh batu, intinya hanya satu, yaitu; kasih dan  kemurahan.
Jadi, untuk kita bisa bertahan seperti jemaat di Smirna bertahan dalam kesusahan sepuluh hari, sudah seharusnya kita memiliki satu efa. Biarlah kita hidup di dalam kemurahan Tuhan. Satu efa, kemurahan Tuhan, supaya kita bertahan manakala kita mengalami kesusahan oleh pencobaan dari si pencoba.

1 Korintus 15:8
(15:8) Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.

Dalam kebangkitan Yesus, Ia menampakkan diri-Nya kepada Rasul Paulus seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
Anak yang lahir sebelum waktunya adalah bayi prematur, itulah keadaan yang tidak berdaya, sama dengan; tidak layak.

1 Korintus 15:9-10
(15:9) Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. (15:10) Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

Karena satu efa -- kemurahan, belas kasihan -- memberi kemampuan bagi kita semua untuk mengerjakan pekerjaan Allah.
Kalau kita tetap bertahan dan kuat di dalam menghadapi kesusahan, itu karena satu efa, itulah kemurahan, inti dari sepuluh hukum.

Kalau kita yang hina dan tidak layak ini menjadi layak, itu karena kasih karunia (satu efa), dan oleh karena kasih karunia ini, kita bekerja lebih keras dari yang lain, tetapi bukan karena “aku”, melainkan karena satu efa, itulah kasih karunia. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment