KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, January 2, 2020

KEBAKTIAN NATAL PERSEKUTUAN: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) – SESI 2 SERANG, 28 DESEMBER 2019



KEBAKTIAN NATAL PERSEKUTUAN: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) – SESI 2

SERANG, 28 DESEMBER 2019

Tema: SILSILAH LAHIRNYA YESUS KRISTUS
(Matius 1:1-5)

Subtema: BANGSA KAFIR BERADA DI LADANG TUHAN.

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karena Tuhan dengan kemurahan yang besar memungkinkan kita untuk memasuki sesi 2 dalam Kebaktian Natal Pesekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT). Biarlah kiranya Tuhan kembali menyatakan kasih dan kemurahan-Nya lewat pembukaan firman pada sesi yang kedua ini.

Tadi malam telah disampaikan, bahwa bangsa kafir akhirnya masuk dalam bilangan Tuhan, dan turut merasakan natal.
Kita ini bangsa kafir tetapi diijinkan Tuhan masuk menjadi jemaah Tuhan, sebetulnya bangsa Moab bangsa kafir tidak dijinkan masuk dalam jemaah Tuhan sampai keturunan yang kesepuluh bahkan sampai selama-lamanya, tetapi kenyataannya kemurahan Tuhan luar biasa. Apa buktinya kemurahan Tuhan luar biasa? Rut bangsa Moab ternyata diijinkan masuk dalam jemaah Tuhan, tergantung bagaimana kita menyikapi rencana Tuhan ini.
Rut tidak surut keinginannya untuk terus menjadi bagian jemaah Tuhan, sekalipun dia menghadapi ujian demi ujian silih berganti, bahkan setelah Orpa kembali ke Moab dia pun kembali diuji dan dia mengalami desakan yang begitu hebat. Tetapi dia tetap berpaut kepada Naomi, gambaran seorang ibu, sedangkan ibu menunjuk  gembala.
Dia tetap berpaut sampai akhirnya tiba di Betlehem dan akhirnya mengalami suasana natal dan kita juga terus mengalami suasana natal.

Dalam kitab nabi Mikha 5, Yesus lahir di Betlehem menjadi Raja melepaskan umat Israel dari penindasan. Kemudian ayat 3 tampil sebagai gembala, berarti pemelihara jiwa kita masing-masing. Itulah natal.
Mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya kiranya firman itu keluar, dengan lain kata, terjadi pembukaan rahasia firman; tanda Tuhan mengasihi kita -- itu tanda yang pertama. Tanda yang kedua; Yesus tampil sebagai Imam Besar di tengah ibadah ini melayani, bedoa, dan memperdamaikan dosa kita masing-masing.

Kita kembali memperhatikan tema yang ada yaitu: SILSILAH LAHIRNYA YESUS KRISTUS.
Matiua 1:1-6
(1:1) Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. (1:2) Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, (1:3) Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, (1:4) Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, (1:5) Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, (1:6) Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Dari Abraham sampai kepada Daud ada 14 keturunan.

Matius 1:17
(1:17) Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.

Jadi seluruhnya ada 14 keturunan:
-       Dari Abraham sampai Daud, 14 keturunan.
-       Dari Daud sampai pembuangan ke Babel, juga 14 keturunan.
-       Dari permbuangan ke Babel sampai kepada Yesus lahir, 14 keturunan.

Kembali saya nyatakan, ketika Adam jatuh dalam dosa dia diusir dari taman Eden, bagaikan kita dilemparkan di bumi sekarang ini. Tetapi puji Tuhan, 14 keturunan yang ketiga Kristus lahir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Babel.

Saudara pada sesi yang kedua ini, kita kembali melihat pribadi RUT.
Tadi malam kita sudah melihat Rut yang notabennya bangsa Moab (bangsa kafir).
Ciri dari bangsa Moab, bangsa kafir ada dua:
1.     Hidup di dalam penyembahan berhala.
2.     Hidup dalam kenajisan.
Karena Moab ini lahir dari perzinahan Lot dengan puteri yang tertuanya, sehingga benih yang tertanam di rahim puteri Lot yang tertua adalah benih yang disertai dengan kenajisan. Maka otomatis anak yang dilahirkan pun akan hidup dalam kenajisannya.
Ini yang harus kita renungkan, kiranya kutuk nenek moyang ini terpatahkan dalam kehidupan kita masing-masing.

Mari kita segera melihat pribadi RUT, langsung kita mempelajari ...
Rut 1:19-21
(1:19) Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: "Naomikah itu?" (1:20) Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. (1:21) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."

Dan berjalanlah keduanya (Rut dan Naomi) sampai mereka tiba di Betlehem.
Singkatnya, Rut dan Naomi tiba di Betlehem. Betlehem, artinya: rumah roti, sebab Yesus lahir di Betlehem dan dibaringkan di palungan. Sedangkan palungan adalah tempat makan minum domba-domba.
Pendeknya, Rut telah mengalami natal.

Tetapi ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu, wajar saja ini terjadi karena Naomi pernah meninggalkan Betlehem lalu pergi ke daerah Moab, setelah kembali ke Betlehem gemparlah seluruh Betlehem. Lalu perempuan-perempuan itu berkara: "Naomikah itu?" Lalu sahut Naomi kepada mereka: Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara.”  Mara, artinya: pahit. Berarti Naomi ini sedang mengalami hidup yang pahit.

Alasan yang pertama, Naomi menyebutkan dirinya Mara:
-       Sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadanya.
-       Dengan tangan yang penuh ia pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan dia.
Dari Betlehem Naomi bersama keluarga pergi ke Moab membawa harta yang banyak. Tetapi pada akhirnya semuanya habis lenyap termasuk kehilangan atau ditinggal mati sang suami Elimelekh dan kedua puteranya Mahlon dan Kilyon yang telah memperisterikan orang Moab yakni Rut dan Orpa.
Itu alasan yang pertama Naomi menyebut dirinya Mara.

Kemudian Naomi kembali berkata kepada perempuan-perempuan di Betlehem: “Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi.”
Alasan yang kedua, Naomi berkata demikian ialah:
-       Karena TUHAN telah naik saksi menentang dia.
-       Dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadanya.
Saudara perkataan Naomi di atas seolah-olah Naomi mempersalahkan Tuhan, tidak terima dengan keputusan Tuhan sedangkan ia tidak mau koreksi dirinya di hadapan Tuhan, seolah-olah keputusan Tuhan itu salah. Dia itu mudah sekali mempersalahkan Tuhan, tetapi dia tidak mau mengoreksi diri.
Sesungguhnya kepahitan yang dialami oleh Naomi penyebabnya tidak lain tidak bukan karena ia tidak memiliki ketekunan di dalam menghadapi sengsara, yaitu kelaparan yang pernah terjadi di seluruh tanah Israel,  mereka meninggalkan Betlehem pergi ke Moab, ia tidak bertekun dalam kesengsaraan, dia tidak bertekun di dalam penderitaannya, tetapi justru dia pergi ke Moab.
Tetapi pada saat berada di Moab, sang suami Elimelekh mati, Mahlon dan Kilyon dua putera yang terkasih juga mati setelah memperisterikan orang-orang Moab.
Tetapi di atas tadi sudah kita lihat, dia begitu mempersalahkan Tuhan tetapi dia tidak koreksi diri.
Tetapi bagi Rut itu merupakan pengalaman yang berharga karena apa yang terjadi dan apa yang dialami oleh Naomi disaksikan langsung oleh Rut. -- Pengalaman pahit Naomi betul-betul dilihat oleh mata telanjang dari pada Rut dan pengalaman yang dialami oleh Naomi itu merupakan pengalaman yang berharga bagi Rut.

Rut 1:13
(1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"

Naomi berkata kepada kedua menantunya, Rut dan Orpa: “Bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu?" Sebetulnya pernyataan inilah yang menjadi cikal bakal atau penyebabnya sehingga Orpa kembali ke Moab.

Ini juga merupakan pelajaran bagi saya, tentu juga bagi kita semua hamba-hamba Tuhan, kalau kita menyampaikan firman, biarlah kiranya kita menyampaikan firman itu dengan benar dan murni saja. Tidak usah dicampur-campur dengan pengalaman-pengalaman pahit terhadap sidang jemaat yang memberontak. Si A, si B, si C, dan lain sebagainya, justru itu nanti yang membuat Orpa mundur dan kembali ke kekafirannya, menyembah berhala dan hidup dalam kenajisan.

Tetapi sekalipun Orpa kembali kepada kekafiran, namun Rut tetap berpaut kepada Naomi.
Pendeknya, apa yang dialami oleh Naomi itu menjadi suatu pelajaran, menjadi suatu guru yang berharga, menjadi suatu guru yang terbaik terindah bagi Rut, karena pengalaman Naomi disaksikan betul oleh Rut -- Rut melihat pengalaman itu.

Perlu untuk diketahui, kalau seseorang mau belajar dari pengalaman pahit atau kekeliruannya di masa yang lalu, menunjukkan bahwa dia adalah hamba Tuhan yang rendah hati.
Punya pengalaman, kekeliruan di masa lalu tetapi tidak mau belajar, itu sombong. Tetapi kalau mau belajar dari pengalaman pahit, tanda bahwa ia adalah seorang hamba Tuhan yang rendah hati.

1 Petrus 5:5
(5:5) Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."

Orang-orang yang muda hendaknya harus tunduk kepada orang-orang yang tua, sama seperti Rut tunduk kepada Naomi, orang tua, mertua.
Singkatnya, kita semua harus saling merendahkan diri antara seorang dengan yang lain.
Sebab, Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati -- orang yang mau belajar dari pengalaman hidup pada waktu kekeliruannya.
Tuhan mengasihani hamba Tuhan yang rendah hati. Itulah Rut, karena dia mau belajar dari pengalaman pahit.

Kalaupun ada sidang jemaat di sini melihat kekeliruan masa lalu terhadap gembalanya tidak usah juga kita langsung menciut atau mengundurkan diri dari kumpulan jemaat, justru itu menjadi pelajaran bagi kita. Dan ketika kita mau belajar dari pengalaman yang pahit itu, itu merupakan tanda kerendahan hati kita masing-masing.

1 Petrus 5:6
(5:6) Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

Oleh sebab itu marilah kita merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat.
Lewat Kebaktian Natal Persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) ini kita sedang berada di bawah tangan Tuhan yang kuat, sebab itu jangan kita meninggi-ninggikan diri, supaya di tengah persekutuan dengan Tuhan yang sekarang berlangsung ini tidak ada gejolak.
Kalau satu dengan yang lain suka meninggi-ninggikan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat disitu banyak sekali gejolak. Padahal kita tidak mampu untuk meninggikan diri selama kita berada di bawah tangan Tuhan yang kuat, tetapi karena kita mau coba-coba meninggikan diri gejolak pun terjadi.

Puji Tuhan kita sekarang berada di bawah tangan Tuhan yang kuat. Sebetulnya itu adalah persembahan setengah syikal.
Saya juga tidak boleh meninggikan diri, supaya tidak ada gejolak antara satu dengan yang lain, antara sesama rekan kerja. Saya cukup menghargai kehadiran rekan-rekan ku hamba Tuhan pada saat ini, jadi saya tidak boleh meninggi-ninggikan diri di hadapan saudara.
Kalau saat ini saya berdiri di hadapan saudara, bukan berarti saya lebih tinggi dari saudara, semua ada waktunya Tuhan, itu harus kita ketahui, jangan kita meninggi-ninggikan diri supaya jangan ada gejolak.

Tujuan merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat: supaya kita ditinggikan oleh Tuhan pada waktunya Tuhan, bukan waktunya kita. Biar Tuhan tinggikan kita pada waktu Tuhan saja.

Matius 23:10-11
(23:10) Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. (23:11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Yang disebut dengan pemimpin sejati dan menjadi yang terbesar adalah mau menjadi kecil dan mau merendahkan dirinya di dalam hal melayani di hadapan Tuhan. Itulah yang disebut PEMIMPIN SEJATI, dan itulah YANG TERBESAR, sebab itu jangan kita meninggikan diri.

Matius 23:12
(23:12) Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Perlu untuk diketahui, barangsiapa meninggikan dirinya maka tentu ia akan direndahkan oleh Tuhan.
Tempat yang paling rendah adalah berada di dalam api neraka untuk selama-lamanya, binasa sampai selama-lamanya.
Sebaliknya barangsiapa merendahkan dirinya maka ia ditinggikan oleh Tuhan.
Rekan-rekan hamba Tuhan, mari kita melayani Tuhan, melayani pekerjaan Tuhan dengan segala kerendahan  hati, tujuannya ialah; supaya ditinggikan oleh Tuhan pada waktu-Nya.

Tetapi selanjutnya, kita harus tau dimana tempat yang tinggi. Banyak orang yang berkata menyebut gunung yang satu, ada juga yang menyebut di menara yang satu, tergantung dari sudut mana dia memandang tempat yang tinggi itu.

Tetapi kalau MENURUT ALKITAB HANYA ADA DUA TEMPAT YANG TINGGI:
Yang pertama.
Yesaya 2:2
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,

Jadi saudaraku tempat yang tinggi bahkan lebih tinggi dari gunung-gunung yang lain, tidak lain tidak bukan adalah GUNUNG SION, saya dan saudara tidak perlu ragu disitu.

Segala sesuatu ada waktunya, semuanya pasti tergenapi, ini yang kita tunggu sekarang ini, biarlah Tuhan yang meninggikan kita pada waktu-Nya (sesuai dengan waktu-Nya Tuhan), jangan kita tinggi-tinggikan diri.

Selanjutnya mari kita lihat penggenapan dari nubuatan Yesaya 2:2.
Wahyu 21:9-11
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

Gunung yang besar lagi tinggi tidak lain tidak bukan itulah kota kudus Yerusalem baru yang turun dari sorga dari Allah yakni pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.
Singkatnya, gunung Sion adalah mempelai Tuhan -- gunung yang besar lagi tinggi.
Kemudian kalau kita melihat dari apa yang sudah dibaca tadi, mempelai wanita Tuhan bercahaya kemuliaan Allah sama seperti permata yaspis, jernih seperti kristal.
Kristal, artinya: transparan. Berarti luar dalam sama, tampil apa adanya, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi,  tidak ada lagi sesuatu yang bersifat rahasia di hadapan Tuhan, semuanya tidak ada yang tersembunyi.
Itulah permata yaspis,-- permata yang paling indah.
Itu sebabnya mempelai wanita Tuhan bercahaya kemuliaan Allah, sebab tidak ada yang ditutup-tutupi. Kalau kita masih menutupi satu perkara antara suami dengan isteri pasti tidak bercahaya, tidak ada cahaya kemuliaan di dalam nikah dan rumah tangga.
Tetapi kita lihat gunung yang besar lagi tinggi itulah gunung Sion mempelai Tuhan sama seperti permata yaspis, permata yang paling indah, jernih seperti kristal.

Kesimpulannya, permata yaspis adalah permata yang paling indah, penuh dengan kemuliaan Allah. Berarti gunung Sion, gunung yang tinggi itu berada dalam kemuliaan, itulah tempat yang tinggi yang pertama.
Biarlah kiranya nanti kita sampai di tempat yang tinggi, biarlah nubuatan Yesaya 2:2 ini tergenapi dan kitalah bagian dari penggenapan itu -- di tempat tinggi, dipermuliakan.

Yang Kedua: BUKIT GOLGOTA.
Bagaimana caranya untuk berada di bukit yang tinggi, bukit Golgota?
Ibrani 13:11-12
(13:11) Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. (13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.

Yesus telah menderita di luar pintu gerbang, artinya: Yesus telah meninggalkan sorga yang mulia, turun ke dunia untuk menanggung penderitaan di atas kayu salib di bukit Golgota. Golgota itu bukan di Yerusalem, melainkan di luar pintu gerbang Yerusalem.
Tujuan menderita di luar pintu gerbang ialah untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.

Maka bagaimana dengan kita??
Ibrani 13:13
(13:13) Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.

Oleh sebab itu dari tempat ini saya menghimbau kita semua, saya menghimbau himpunan persekutuan ini, untuk marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan bersama-sama dengan-Nya menanggung kehinaan.
Untuk menderita bersama dengan Dia memang harus rela meninggalkan perkemahan. Apa itu kemah? Yakni; Tubuh ini ataupun hidup ini, dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Pendeknya, harga di dalam diri ini harus ditanggalkan lebih dahulu, supaya sama seperti Dia menderita di luar pintu gerbang.
Kita sekarang hendak berada di tempat yang tinggi, kita sama-sama belajar dari Firman Allah yang kita terima pada saat ini.

Imamat 16:27
(16:27) Lembu jantan dan kambing jantan korban penghapus dosa, yang darahnya telah dibawa masuk untuk mengadakan pendamaian di dalam tempat kudus, harus dibawa keluar dari perkemahan, dan kulitnya, dagingnya dan kotorannya harus dibakar habis.

Lembu jantan dan kambing domba sebagai korban penghapus dosa tadi harus dibawa ke luar perkemahan, maka kulitnya, dagingnya, dan kotorannya harus dibakar habis di luar perkemahan.
Darahnya dijadikan untuk korban penghapus dosa untuk mengadakan pendamaian, tetapi kulitnya, dagingnya, dan kotorannya harus dibawa keluar perkemahan dan dibakar habis di luar perkemahan.

Secara khusus tiga hal yang harus dibakar di luar perkemahan untuk menjadi sama dengan Dia, yang sudah meninggalkan sorga mulia untuk rela menanggung penderitaan di atas kayu salib, di bukit Golgota. Itu juga yang menjadi kerinduan kita untuk berada di tempat yang tinggi.
Secara khusus tiga hal yang harus dibakar di luar pekemahan, antara lain:
1.     Kulitnya.
2.     Dagingnya.
3.     Kotorannya

Mari kita lihat penjelasan tiga hal di atas tersebut.
Tentang: KULIT.
Kulit, menunjuk kepada: perasaan manusia, itu juga harus dibakar habis. Mengapa perasaan ini harus dibakar habis? Sebab:
-       Perasaan manusia akan membatasi hubungan kita dengan Tuhan.
-       Perasaaan manusia tidak bisa melakukan kehendak Allah.
-       Perasaan manusia tidak dapat menerima kemustahilan (sesuatu yang tidak mungkin) dari Tuhan.
Maka perasaan ini harus dibakar di luar pekemahan, segala harga yang ada di dalam diri harus dibakar, termasuk perasaan dibakar.

Supaya kita (satu dengan yang lain) bersatu jangan kita pakai perasaan, segala harga di dalam diri harus dibakar supaya kita bersatu. Bukankah tujuan kita datang untuk bersatu? Itu kerinduan Tuhan yang terbesar supaya bersatu, sama seperti Anak dan Bapa adalah satu, sebab itu kita sama-sama membakar perasaan yang salah.

Supaya kita menjadi satu ...
Filipi 2:5-8
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,  (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Kayu salib itu gambaran dari mezbah korban bakaran, perasaan itu harus dibakar sampai hangus di atas mezbah korban bakaran.
Mari kita menaruh perasaan yang sama, supaya juga perasaan yang sama ini dibakar sampai hangus.

Yesus menyucikan Bait Allah, karena pada Yohanes 2:14-16 disitu rupanya Bait Allah sudah menjadi tempat jual beli, roh dagang, roh jual beli. Biarlah kiranya kita melayani dengan hati yang tulus, tidak ada kepentingan, tidak ada pikiran untuk mencari keuntungan, tidak ada roh jual beli.
Di dalam Bait Allah, terdapat penjual kambing domba, lembu sapi, merpati, artinya; menjual korban Kristus. Kemudian di dalam Bait Allah juga ada meja-meja penukar uang, artinya; cinta uang. Kemudian yang ketiga terdapat tempat duduk (kedudukan), yang berbicara tentang harga diri, disitu juga ada. Sehingga Bait Allah menjadi tempat roh jual beli, itu roh antikris atau sarang penyamun.

Yohanes 2:17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

Cinta yang menghanguskan adalah pembangunan rumah Tuhan dalam tiga hari.
Mengapa Bait Allah ini bisa menjadi tempat roh jual beli? Karena mereka membangun Bait Allah yang di Yerusalem itu selama 46 tahun.
46 tahun, itu menunjuk kepada: hukum Taurat, dibangun dengan sistem Taurat, sistem daging, sampai akhirnya terjadi roh jual beli.
Tetapi untuk merombak ini, Yesus, Anak Allah harus mati dan bangkit pada hari ke-3.

Biarlah kiranya perasaan-perasaan yang lama dihanguskan, harga dalam diri ini dihanguskan, termasuk perasaan, pengertian yang salah dihanguskan (dibakar habis).
Jadi rumah Tuhan yang dibangun selama 46 tahun itu dirombak selama 3 hari.
46 tahun, itu menunjuk kepada: hukum Taurat.
3 hari, itu menunjuk kepada: pengalaman Yesus Kristus dalam tanda kematian-Nya dan dalam kebangkitan-Nya.

Sekarang kita akan melihat ....
Tentang: DAGING.
Daging, itu menunjuk kepada: hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
Daging dengan tabiat-tabiat daging juga memang harus dibakar.
Ada 15 tabiat daging di dalam Galatia 5:19-21, itu semua harus dibakar, tidak boleh tidak.

Roma 8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

Hidup menurut daging memikirkan hal-hal yang dari daging, ia tidak akan memikirkan hal-hal yang dari Roh yaitu perkara rohani, perkara di atas, itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan roh yang ada di dalamnya.

Roma 8:6-7
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (8:7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.

Hidup menurut daging menjadi seteru Allah (musuh Allah). Sebab apabila seseorang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat, orang semacam ini tidak takluk kepada hukum-hukum Allah, ia tidak taat kepada firman Tuhan.
Sehingga semuanya dipukul rata, sudah salah (melayani menurut daging) tetap sama saja bagi dia, dia tidak merasa berdosa sekalipun ia tidak taat kepada firman.

Roma 8:8
(8:8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

Singkatnya, hidup menurut daging tidak mungkin berkenan kepada Allah.
Ayat yang lain juga mengatakan, darah daging tidak mewarisi kerajaan sorga.
Pendeknya, daging binatang yang dijadikan sebagai korban penghapus dosa harus dibakar di luar perkemahan.

Tentang: KOTORAN.
Kotoran, sama dengan: sampah, ini juga harus dibakar di luar perkemahan.
Filipi 3:2-3
(3:2) Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, (3:3) karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.

Singkatnya, hati-hati terhadap hamba Tuhan yang palsu. Tetapi yang harus kita perhatikan di sini ada tiga:
a.     Kitalah orang yang bersunat.
Sunat, sama dengan: penanggalan akan tubuh yang berdosa = tidak hidup menurut daging.
b.     Beribadah oleh Roh Allah, bukan lagi beribadah karena kepentingan, bukan lagi beribadah karena mencari hormat dan pujian dari orang lain (manusia).
Saudaraku, tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah dapat berkata: “Terkutuklah Yesus.” Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengaku “Yesuslah Tuhan” selain oleh Roh Allah saja.
c.     Bermegah dalam Kristus Yesus.
Biarlah kita bermegah dalam Kristus Yesus saja, tidak perlu bermegah dengan yang ada ini. Memang yang ada ini harus dibakar di luar perkemahan, segala harga yang ada di dalam diri memang harus dibakar.
Bermegah dalam Kristus Yesus, berarti tidak hidup di dalam hukum Taurat, sama dengan tidak bergantung kepada manusia dan kekuatannya dengan segala yang ada pada dirinya.
d.     Tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
Bapa Pdt. Andre Latuharhari melayani di Depok, baru-baru ini dapat berkat dari Tuhan, rumah baru. Harganya bukan 300 juta tetapi 3M tetapi jangan bermegah.
Asal ada makanan, minuman, pakaian cukuplah -- kalau ibadah disertai rasa cukup diberkati.

Jangan menaruh percaya kepada hal-hal yang lahiriah, kalau Rasul Paulus menaruh hal-hal yang lahiriah dia cukup punya alasan, alasannya banyak. Dasar dia menaruh harap kepada yang lahiriah besar, banyak.

Sekarang ....
Filipi 3:4-5
(3:4) Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (3:5) disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (3:6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.

Jadi kelebihan-kelebihan Rasul Paulus sebelum dipanggil Tuhan -- menerima jabatan Rasul:
1.     Disunat pada hari kedelapan.
2.     Bangsa Israel.
3.     Suku Benyamin.
4.     Orang Ibrani asli.
5.     Tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi.
6.     Tentang kegiatan aku penganiaya jemaat.
7.     Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat, tidak ada kurangnya.

Tetapi ...
Filipi 3:7-8
(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

Tetapi oleh karena Kristus, Rasul Paulus telah melepaskan semuanya itu dan menganggap semuanya itu sampah (kotoran) -- memang itu harus dibakar di luar perkemahan.

Kalau dahulu saya seorang pegawai di tambang emas Tembaga Pura, kemudian setelah jadi hamba Tuhan masih sempat ada panggilan dari tambang emas NewMont di NTB. Sempat juga hati ini dalam keadaan susah, tidak ada apa-apa, saya tanya bunda (orang tua saya) saya pikir ada solusi tetapi justru menyuruh saya kerja karena gaji besar, saya bilang “tidak, saya tetap jadi hamba Tuhan.” Semua yang ada ini adalah sampah (kotoran), harus dibakar di luar perkemahan, tidak boleh dipertahankan lagi.

Semua harga yang ada di dalam diri harus dibakar di luar perkemahan, supaya nanti kita berada di bukit Golgota.
Kepada mertua saya sampaikan tadi, khususnya kakak isteri saya (karena memang dari suku cina), saya bilang harus beribadah, namun kakak isteri saya menjawab ada kepentingan di Palembang, oh ya sudah.
Banyak orang tau yang baik, yang benar, yang suci, yang mulia, tetapi orang tidak mau cari itu. Cari yang enak-enak, guyon-guyon, yang lucu-lucu.
Belajar jujur terhadap Tuhan dan hati nurani. Ingat hati nurani ini adalah alarm terakhir, kalau hati nurani tidak ada lagi sama seperti rem blong, hantam sana hantam sini, melayani walaupun dengan cara yang salah sama saja bagi dia.

Tetapi oleh karena Kristus, Rasul Paulus melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah (kotoran), tujuannya supaya ia memperoleh Kristus, sebab mengenal Yesus Kristus lebih mulia dari semua sampah (kotoran).
Sampah tidak sama dengan Yesus Kristus, Yesus Kristus lebih mulia dari sampah (kotoran).

Jadi saudara hanya ada dua gunung yang tinggi yang dicatat di dalam Alkitab yang melebihi gunung-gunung yang lain, yakni:
1.     Gunung Sion.
2.     Bukit Golgota.
Biarlah Tuhan tinggikan kita di tempat itu, tetapi tentu sesuai dengan waktunya Tuhan saja.

Berada di gunung Sion berarti berada di dalam suasana kemuliaan. Jangan kaget, disisi lain akan di perhadapkan dengan salib, tujuannya; supaya jangan menjadi sombong.
Kita ada di bukit Golgota, namun dibaliknya Tuhan nyatakan kemuliaan, supaya kita jangan putus harap kepada Tuhan.
Dibalik kemuliaan ada salib supaya kita jangan sombong, dibalik salib ada kemuliaan supaya kita jangan putus harap kepada Tuhan, ini dua gunung (bukit) yang tinggi melebihi gunung, melebihi bukit-bukit yang tinggi. Biarlah kita ditinggikan oleh Tuhan, di tempat yang tinggi ini.
LANJUTAN ...

Pertama-tama kembali saya katakan puji syukur kepada Tuhan karena Tuhan baik, Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk memasuki sesi yang ketiga ini. Biarlah sesi yang ketiga ini kembali memberkati setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi, sehingga kehadiran kita tidak menjadi sia-sia.
Mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan Tuhan, supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.

Segera kita kembali menikmati makanan rohani, kita kembali memperhatikan pribadi RUT.
Rut 1:19-21
(1:19) Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: "Naomikah itu?" (1:20) Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. (1:21) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."

Dan berjalanlah keduanya (Naomi dan Rut) sampai tiba di Betlehem.
Betlehem, artinya: rumah roti, sebab Yesus lahir di Betlehem dan dibaringkan di palungan, sedangkan palungan adalah tempat makan minum domba-domba.
Pendeknya, Rut mengalami natal -- bangsa kafir mengalami natal.

Tetapi ketika mereka masuk ke Betlehem, ternyata gemparlah seluruh kota itu karena mereka teramat lebih karena Naomi, sudah 10 tahun lebih meninggalkan Betlehem, Efrata, tanah Yehuda itu. Namun begitu mereka kembali memasuki Betlehem, gemparlah seluruh kota Betlehem. Selanjutnya dalam suasana kegemparan yang  terjadi perempuan-perempuan Betlehem berkata dan bertanya: "Naomikah itu?"
Sahut Naomi kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara.”
Mara, artinya: pahit, berarti Naomi ini sedang mengalami hidup yang pahit.
Banyak hal yang pahit kita alami masing-masing di dalam mengikuti Tuhan.

Kemudian alasan yang pertama, Naomi menyebutkan dirinya Mara:
-       Sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.
-       Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku.
Dari Betlehem Naomi pergi ke Moab membawa harta yang banyak, tetapi pada akhirnya semua habis lenyap, termasuk kehilangan sang suami Elimelekh dan kedua putera yang dikasihinya Mahlon dan Kilyon yang telah memperisterikan orang Moab, yakni Rut dan Orpa.

Kemudian Naomi kembali berkata kepada perempuan di Betlehem: “Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi?”
Adapun alasan yang kedua, Naomi berkata demikian ialah:
-       Karena Tuhan telah naik saksi menentang Dia.
-       Dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadanya.
Sebetulnya perkataan di atas seolah-olah Naomi mempersalahkan Tuhan, Naomi tidak terima dengan keputusan Tuhan sedangkan dia tidak mau koreksi diri, sebab sesuatu tidak mungkin terjadi tanpa penyebab.
Tetapi di sini kita melihat, Naomi tidak mau koreksi diri, tetapi dengan mudah sekali ia mempersalahkan Tuhan. Sesungguhnya kepahitan yang dialami Naomi penyebabnya adalah ia tidak memiliki ketekunan di dalam menghadapi sengsara, di dalam menghadapi kelaparan yang menimpa seluruh tanah Israel. Pada saat itulah ia meninggalkan Betlehem Efrata bersama suami, keluarga, dua anak, mereka pergi ke Moab.
Tetapi pada saat mereka berada di Moab bukan berkat yang mereka terima, bukan pemulihan yang mereka terima, justru di situ ia kehilangan sang suami Elimelekh dan kedua puteranya Mahlon dan Kilyon setelah sepuluh tahun menetap disana, hilang, habis lenyap semuanya.
Tetapi kembali dengan tandas saya sampaikan pada kesempatan kali ini, bagi Rut itu merupakan pengalaman yang berharga. Mengapa? Karena apa yang terjadi dan apa yang dialami oleh Naomi disaksikan oleh Rut itu sendiri.

Rut 1:13
(1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"

Sebetulnya soal kepahitan Naomi, dia sudah berkata kepada menantunya Rut dan Orpa: “Bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"
Pernyataan inilah yang menjadi cikal bakal (penyebab) sehingga Orpa kembali ke Moab, kembali kepada kekafiran, hidup dalam penyembahan berhala dan kenajisan. Tetapi di sini kita melihat Rut tetap berpaut kepada Naomi.
Pendeknya, apa yang dialami Naomi itu menjadi pelajaran, menjadi guru yang baik dan terindah bagi Rut.
Perlu untuk diketahui, kalau seseorang mau belajar dari pengalaman pahit atau kesalahan, kekeliruan pada masa-masa yang lalu menunjukkan bahwa dia seorang pribadi yang selain rendah hati, ia adalah seorang yang  dewasa rohani.
Hanya orang yang dewasa rohani yang mau belajar dari masa-masa kekeliruan, dan pada masa kebodohan.

Kemudian tingkat kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dengan jelas menurut pengakuan dari Rasul Paulus sendiri.
1 Korintus 13:11
(13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Rasul Paulus berkata: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.”
Berarti kedewasaan itu bisa dilihat dari:
a.     Tutur kata yang dewasa.
b.     Memiliki perasaan yang dewasa.
c.     Berpikir secara dewasa.
Ketika dia masih kanak-kanak, Rasul Paulus berkata-kata seperti kanak-kanak, merasa seperti kanak-kanak, berpikir seperti kanak-kanak. Tetapi sesudah menjadi dewasa ia meninggalkan sifat kanak-kanak dan itu bisa dilihat tutur kata penuh dengan kedewasaan, perasaan yang dewasa, juga berpikir secara dewasa.

Lebih terang kita melihat kedewasaan rohani ini di dalam ...
Kidung Agung 8:10
(8:10) -- Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan.

Mempelai perempuan berkata: “Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara.” Kita harus menarik ayat ini dalam hal yang rohani, jangan ditarik dalam hal yang negatif.
Pengakuan ini menunjukkan kedewasaan mempelai perempuan, khususnya dalam hal firman Allah. Sebab buah dada tempat dimana bayi memperoleh makanannya dan juga merupakan tempat dari perasaan-perasaan kasih yang sangat mendalam.

Buah dada, itu menunjuk kepada: dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum Allah atau firman Allah. Sedangkan inti dari sepuluh hukum Allah hanya satu saja yaitu kasih Allah yang sangat mendalam dan apabila kasih yang mendalam ini menyentuh hati kita itulah kasih mempelai, maka pikiran dan perasaan kita akan membumbung tinggi, naik menjumpai Dia di tempat yang tinggi, di sebelah kanan Allah yang besar.
Pendeknya, firman Allah berkuasa membawa kita berada di dalam penyembahan, bagaikan menara yang tinggi. -- Sama halnya dalam kitab Imamat 24:5-7 di atas dua susun roti masing-masing terdiri dari enam ketul roti dituangkan kemenyan tulen, artinya: firman Allah itulah yang membawa kehidupan kita sampai kepada penyembahan, tidak ada yang lain.
Jadi saudara rupanya Rut ini juga dewasa rohani.

Keluaran 30:12-13
(30:12) "Apabila engkau menghitung jumlah orang Israel pada waktu mereka didaftarkan, maka haruslah mereka masing-masing mempersembahkan kepada TUHAN uang pendamaian karena nyawanya, pada waktu orang mendaftarkan mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka pada waktu pendaftarannya itu. (30:13) Inilah yang harus dipersembahkan tiap-tiap orang yang akan termasuk orang-orang yang terdaftar itu: setengah syikal, ditimbang menurut syikal kudus -- syikal ini dua puluh gera beratnya --; setengah syikal itulah persembahan khusus kepada TUHAN.

Untuk masuk dalam hitungan -- untuk masuk dalam bilangan Tuhan -- di sini ada perintah: harus mempersembahkan setengah syikal, ditimbang menurut syikal kudus, itulah syikal yang utuh, tidak berubah, tidak rusak dan tidak dipengaruhi hal-hal yang tidak suci.
Singkatnya, setengah syikal adalah merupakan persembahan khusus kepada Tuhan.

Pertanyaannya: SIAPAKAH KEHIDUPAN YANG MENGKHUSUSKAN DIRI DI HADAPAN TUHAN?
Keluaran 30:14
(30:14) Setiap orang yang akan termasuk orang-orang yang terdaftar itu, yang berumur dua puluh tahun ke atas, haruslah mempersembahkan persembahan khusus itu kepada TUHAN.

Orang yang terdaftar, yang masuk dalam hitungan Tuhan ternyata adalah orang-orang yang berumur 20 tahun ke atas.
Umur 20 tahun ke atas, artinya: dewasa secara rohani. Berarti kehidupan yang dewasa secara rohani seperti Rut telah mengkhususkan dirinya kepada Tuhan, mempersembahkan setengah syikal ditimbang menurut syikal kudus.

Dalam hal ini apakah Rut sudah cukup dewasa secara rohani? Perlu dibuktikan, kita juga perlu membuktikan tingkat kedewasaan rohani kita di hadapan Tuhan, ukurannya adalah firman Tuhan Yesus Kristus, bukan yang lain-lain.

Mari kita membawa diri kepada Tuhan sebagai persembahan khusus, dengan lain kata mengkhususkan diri di hadapan Tuhan. Kalau jadi hamba Tuhan jadilah hamba Tuhan yang sungguh-sungguh, kalau seorang imam jadilah imam (pelayan Tuhan) yang sungguh-sungguh, kalau pengikut Kristus jadilah pengikut Kristus yang sungguh-sungguh, itulah yang disebut dewasa secara rohani.
Jadi jangan kita mengukur dengan pengertian sendiri, banyak kali kita ini mengukur kedewasaan itu menurut pengertian, menurut pengetahuan, menurut pemikiran kita.
Sebab itu saya punya kerinduan untuk membuatkan buku Wahyu 11:1-6, nanti di akhir ibadah itu akan dibagikan. Semuanya terukur dengan rapih dengan ukuran firman Yesus Kristus.

Apakah memang Rut ini sudah cukup dewasa mengkhususkan diri kepada Tuhan?
Rut 2:2-3
(2:2) Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." (2:3) Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

Rut berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." Rut minta doa restu kepada Naomi dan Naomi pun memberi restu kepada Rut.
Yang pasti sikap ini sudah menunjukkan bahwa Rut sudah dewasa secara rohani, sebab dia seorang yang aktif, tidak pasif, dia bukan pemalas. Seorang pelayan Tuhan (hamba Tuhan) harus aktif tidak boleh pasif, harus ada aksi dan akselerasi, kegiatan sampai kepada percepatan, itulah pergerakan di hadapan takhta kasih karunia -- kalau kita perhatikan Wahyu 4, bagaikan kilat memancar.

Imamat 19:1-2
(19:1) TUHAN berfirman kepada Musa: (19:2) "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.

Untuk hidup kudus sama seperti Dia dalam kekudusan ada hal yang harus diperhatikan.

Imamat 19:9-10
(19:9) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. (19:10) Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.

Hal-hal yang harus diketahui di dalam hal menuai hasil tanah:
1.     Janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya,
2.     Janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu
3.     Sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya
4.     Janganlah kaupungut tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.
Ayat-ayat inilah yang menjadi dasar bagi Rut untuk memungut jelai gandum di ladang Boas, jadi ayat ini dimanfaatkan oleh Rut menunjukkan bahwa dia sudah dewasa rohani. Kalau dewasa tidak boleh pasif, sebaliknya harus aktif.
Rut sangat mengerti ayat ini karena ia pernah menjadi isteri dari pada Mahlon, pengertian yang dia terima dari Mahlon ia lakukan, inilah ayat-ayat yang menjadi dasar bagi Rut sehingga ia berada di ladang Boas.

Di atas tadi saya sudah sampaikan tanda seorang perempuan dewasa itu dilihat dari buah dadanya, itu menunjuk kepada dua loh batu, isinya 10 hukum Allah. Intinya hanya satu yaitu kasih yang mendalam.
Kalau kita disentuh oleh kasih yang mendalam ini kita akan serasa terangkat, membumbung tinggi, sampai naik terangkat menjangkau pribadi Dia yang berada di tempat yang tinggi, di sebelah kanan Allah yang Maha Besar, bagaikan dupa yang berbau harum (doa penyembahan) seperti menara Tuhan yang tinggi di hadapan Tuhan.

Imamat 23:22
(23:22) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu."

Ketentuan sesuai dengan firman Tuhan saat menuai hasil di ladang:
1.     Janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya
2.     Janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, karena semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing.
Bukankah Rut ini orang asing? Ayat inilah yang dimanfaatkan oleh Rut.
Jadi memang betul-betul dia sudah cukup dewasa, terkhusus di dalam hal firman Tuhan. Dia seorang yang aktif, tidak pasif.

Oleh sebab itu maka segera kita kembali memperhatikan ...
Rut 2:4-8
(2:4) Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: "TUHAN kiranya menyertai kamu." Jawab mereka kepadanya: "TUHAN kiranya memberkati tuan!" (2:5) Lalu kata Boas kepada bujangnya yang mengawasi penyabit-penyabit itu: "Dari manakah perempuan ini?" (2:6) Bujang yang mengawasi penyabit-penyabit itu menjawab: "Dia adalah seorang perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab. (2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti." (2:8) Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.

Setelah mendapat informasi yang lengkap dari hamba yang mengawasi penyabit-penyabit di ladang Boas, selanjutnya Boas berkata kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini.”
Kalau kita bekerja di ladang Tuhan, kita diawasi oleh Roh Tuhan, maka kita jangan main-main dalam melayani pekerjaan Tuhan.

Boas mendapat informasi dengan lengkap mengenai Rut, dari mana ia mendapat informasi yang lengkap mengenai Rut? Dari hamba yang mengawasi penyabit-penyabit yang mengawasi di ladang Boas. Jadi Roh Tuhan itu mengetahui segala sesuatu dan ia akan memberitahu segala sesuatu isi hati kita ini di hadapan Tuhan di dalam hal bekerja di ladang Tuhan. Karena Tuhan mengerti  dengan secara lengkap keadaan seorang pekerja di hadapan Tuhan, maka Boas berkata kepada Rut: “Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini.”

Kalau kita sudah dipanggil Tuhan, sekarang berada di ladang Tuhan, bekerja di ladang Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan, ayo kita lanjut melayani Tuhan, jangan kita pergi dari situ.
Kalau sudah berada di ladang Tuhan jangan membawa diri ke ladang-ladang yang lain. Sekali melayani tetap melayani Tuhan, jangan bawa diri ke ladang lain.

Amsal 24:30-34
(24:30) Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. (24:31) Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. (24:32) Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran. (24:33) "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring," (24:34) maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.

Jangan kita bawa diri ke ladang si pemalas, ladang si pemalas hanya ditumbuhi onak dan duri, itu menyakiti hati Tuhan dan menyakiti hati orang lain.
Kalau hati ini sudah ditumbuhi onak dan duri suami tersakiti, isteri tersakiti, orang tua tersakiti, mertua tersakiti, menantu tersakiti, setiap orang yang ada disekitar tersakiti.
Kita lihat si pemalas: Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring," itu saja.
Dalam ayat yang lain si pemalas itu sama seperti engsel yang berputar-putar disekitar situ saja, jadi zona dari si pemalas itu hanya diseputar tempat tidur saja, seperti engsel. Akhirnya menimbulkan kemiskinan dan kekurangan.

Saya selalu mohon kemurahan Tuhan, biar Roh Tuhan selalu menguatkan saya, menolong saya untuk berada di kegiatan roh ini, jangan sampai saya malas supaya jangan menimbulkan kemiskinan dan kekurangan.
Hamba Tuhan butuh pembukaan firman untuk disampaikan, jangan sampai miskin pembukaan. Inilah doa saya, supaya senantiasa Tuhan tolong saya, jangan sampai timbul kemiskinan dan kekurangan, baik saya maupun sidang jemaat.

Kemudian ....
Amsal 24:34
(24:34) maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.

Jadi kemiskinan ini membuat kita dalam keadaan ketakutan, karena kemiskinan seperti seorang penyerbu.
Apalagi kalau sudah tiba waktu pembayaran SPP anak, juga untuk biaya hidup, yaitu; pembayaran ini dan itu.
Kekurangan seperti orang yang bersenjata – berarti; selalu berada dalam ancaman-ancaman saja. Oleh sebab itu sekali berada di ladang Tuhan, tetap di ladang Tuhan, jangan bawa diri ke ladang si pemalas, supaya jangan timbul onak dan duri, yakni; kemiskinan dan kekurangan, itu menyakiti, menusuk hati.

Kemudian kita lihat ladang yang lain itulah ladang dunia.
Jangan kita juga membawa diri ke ladang dunia, karena ladang dunia ini juga menimbulkan dua perkara:
I.    Markus 4:7, 18-19
(4:7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. (4:18) Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, (4:19) lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

Kalau kita membawa diri ke ladang dunia akan menimbulkan kekuatiran, biar kita sudah dengar firman Tuhan tetapi kuatir dan kuatir. Pendeknya, kekuatiran menghimpit firman Tuhan, sehingga firman Tuhan tidak berkembang dan tidak berbuah.

Jangan kita bawa diri ke ladang dunia, karena hanya menimbulkan kekuatiran. Biar kita sudah dengar firman Tuhan, tetapi kekayaan dan tipu daya menghimpit Firman itu akhirnya firman itu tidak berkembang.
Dahulu sebelum saya menjadi hamba Tuhan saya penuh denga kekuatiran, tentang bagaimana masa depan saya Tuhan? Bagaimana hidup saya Tuhan? Bagaimana ini dan itu? Penuh dengan kekhawatiran, waktu di ladang dunia. Namun setelah di ladang Tuhan, bahkan sebelum sidang jemaat ada, namun saya yakin sekali Tuhan pasti pelihara hidup saya, sekali di ladang Tuhan tetap di ladang Tuhan, jangan pernah mundur. Sekalipun jemaat hanya satu saja tetap di ladang Tuhan jangan pergi ke ladang dunia, itu menimbulkan kekhawatiran, menghimpit Firman Tuhan.

II.  Kejadian 3:17-19
(3:17) Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: (3:18) semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; (3:19) dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

Kalau kita membawa diri ke ladang dunia akan menimbulkan ketidaktaatan. Kalau semak duri dan rumput duri itu tumbuh, itu karena ketidaktaatan kepada firman, sebab Adam lebih mendengar isterinya dari pada firman, itulah ladang dunia menghasilkan ketidaktaatan.

Tidak ada orang dunia taat kepada firman, biar dia bicara lemah lembut seperti rendah hati, tidak ada orang dunia taat kepada firman. Sebab itu jangan kita membawa diri ke ladang dunia.
Sidang jemaat yang belum melayani tetap di ladang Tuhan, imam-imam yang sudah melayani Tuhan tetap di ladang Tuhan, jangan kita membawa diri lagi kepada ladang si pemalas dan jangan membawa diri ke ladang dunia, karena hanya menghasilkan onak dan duri.

Kita kembali membaca ...
Rut 2:8
(2:8) Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.

Selanjutnya Boas berkata kepada Rut: Tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.
Hal ini berbicara soal persekutuan, kalau kita sudah di ladang Tuhan harus ada persekutuan dengan yang lain sama seperti Rut harus dekat dengan pengerja-pengerja yang lain.
Dan ini memang suatu pelajaran yang harus kita ikuti, kalau sudah di ladang Tuhan harus ada persekutuan.
Kebaktian natal pesekutuan semacam ini, adalah suatu kesempatan bagi kita untuk bersekutu antara yang satu dengan yang lain. Sebab kita berada di ladang Tuhan, tujuannya untuk bersekutu dengan hamba-hamba Tuhan yang lain.
Langkah berikutnya di ladang Tuhan, ada persekutuan dengan hamba-hamba Tuhan yang lain, bersekutu dengan pekerja-pekerja di ladang Tuhan.

Ibrani 10:25
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Jangan kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, ini jelas berbicara tentang persekutuan, sedangkan wadahnya adalah ibadah -- berada di ladang Tuhan --.

1 Tesalonika 2:3-6
(2:3) Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. (2:4) Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. (2:5) Karena kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi -- (2:6) juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.

Wadah persekutuan adalah ibadah, sedangkan di dalam ibadah ada nasihat firman Allah.
Nasihat yang benar adalah:
1.     Tidak lahir dari kesesatan.
2.     Tidak dari maksud yang tidak murni.
3.     Juga tidak disertai tipu daya.
4.     Bukan untuk menyukakan manusia atau mencari pujian dari manusia.
5.     Tidak pernah bermulut manis.
6.     Tidak pernah mempunyai maksud loba (serakah).
7.     Juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia.
Inilah nasihat firman Tuhan kalau kita berada di dalam persekutuan yang baik dan benar.

Saudara saya harus jujur mengakui di hadapan Tuhan, sebetulnya saya ingin melanjutkan apa yang sudah saya terima dari Tuhan, saya harus jujur saya tidak dimungkinkan untuk melanjutkan apa yang sudah saya catat di sini. Tetapi saya kira saudaraku kita sudah mendapat sedikit tadi penguraian di atas, kalau kita belajar dari kekeliruan di masa lalu, itu menunjukkan bahwa ia seorang hamba Tuhan yang dewasa secara rohani.
Kehidupan yang dewasa rohani, dia mempersembahkan setengah syikal, itu merupakan persembahan khusus   seperti Rut mengkhususkan diri di hadapan Tuhan, dia berada di ladang Tuhan.
Kalau kita sudah berada di ladang Tuhan, jangan lagi berada di ladang yang lain.
Dan saat ini kita berada di dalam persekutuan, wadahnya adalah ibadah, disitu ada nasihat-nasihat firman Tuhan.
Kiranya firman yang singkat ini cukup memberkati kita. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment