KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, January 7, 2020

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 04 JANUARI 2020



IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 04 JANUARI 2020

STUDY YUSUF
(Seri: 177)

Subtema: DEWASA ROHANI (MEMANCARKAN KEMULIAAN ALLAH)

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing, pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, kaum muda remaja, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet, Youtube, Facebook dimanapun anda berada.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pemuda Remaja tentang study Yusuf.
Kejadian 41:50-52
(41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."

Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki.
-       Yang sulung bernama: Manasye.
-       Yang kedua bernama: Efraim.

Selanjutnya mari kita menyimak arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari anak yang sulung, yakni Manasye.
MANASYE, artinya: Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1.     Yusuf lupa kepada kesukarannya.
2.     Yusuf lupa kepada rumah bapanya.

Kita masih memperhatikan hal yang pertama.
Tentang: Yusuf lupa kepada kesukarannya.
Adapun kesukaran Yusuf dibagi dalam tiga fase:
-       Fase yang pertama: “Ketika Yusuf tinggal bersama-sama dengan saudara-saudaranya.” (Kejadian 37).
-       Fase yang kedua: “Ketika Yusuf tinggal di rumah Potifar” (Kejadian 39).
-       Fase yang ketiga: “Ketika Yusuf berada di dalam penjara” (Kejadian 40)

Sekarang kita masih berada pada FASE YANG KEDUA: KETIKA YUSUF BERADA DI RUMAH POTIFAR.
Kejadian 39:6b
(39:6) Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.

“Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.”
Ketentuan dari firman Allah terhadap sidang mempelai Tuhan ialah manis sikapnya dan elok parasnya, mengapa demikian? Karena mempelai perempuan Tuhan tidak boleh ada cacat dan celanya.

LANGKAH-LANGKAH SUPAYA TIDAK ADA CACAT DAN CELA:
LANGKAH PERTAMA, supaya tidak ada cacat dan celaranya memenuhi kehidupan kitsempurnakan kehidupan kita semua.
h lebih hebat, lebih suci, malam ini kita akui segala kekuranga
Kolose 1:19-20
(1:19) Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, (1:20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Yesus Kristus, maka segala sesuatunya telah diperdamaikan kepada Allah, baik yang di bumi maupun yang di sorga, oleh darah salib Kristus.

Kolose 1:21-22
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, (1:22) sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Yang dahulu hidup jauh dari Allah yaitu bangsa kafir, telah diperdamaikan di dalam tubuh jasmani Yesus oleh kematian-Nya.
Tujuan dari kematian Yesus: untuk menempatkan sidang jemaat kudus dan tidak bercela dan tidak bercacat di hadapan-Nya.

Syarat hidup di dalam pengudusan, sehingga tak bercacat dan tak bercela:
Kolse 1:23
(1:23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

Syarat hidup di dalam pengudusan, memperhatikan dua perkara penting:
1.     Bertekun dalam iman, berarti tetap teguh dan tidak bergoncang.
Sekalipun harus menghadapi ujian demi ujian silih berganti, tetap bertekun dalam iman, dengan kata lain tidak jauh dari ibadah dan pelayanan. Sekalipun banyak ujian, jangan tinggalkan ibadah dan pelayanan, itu yang disebut tekun dalam iman.
Iman itu harus ditekuni, sekalipun ada pergumulan, tidak mungkin tidak ada pergumulan selama hidup di bumi ini. Kalau tidak tekun dalam iman hanya karena pergumulan, cengeng namanya, anak kecil, tidak mengerti rencana Tuhan.
2.     Jangan mau digeser dari pengharapan Injil.
Pengharapan Injil, menunjuk kepada: Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel yang berkuasa melabuhkan hidup kita sampai kepada belakang Tabir yakni Ruangan Maha Suci.
Jadi Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel berkuasa melabuhkan kita sampai kepada Ruangan Maha Suci, menjadi mempelai Tuhan.
Buktinya ...
Ibrani 6:19-20
(6:19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (6:20) di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.

Pengharapan Injil yaitu Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.
Jangan lepaskan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, karena itu merupakan sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. Kita tidak bisa berharap kepada ajaran lain, tetapi Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel sudah pasti, sauh yang kuat dan memberi rasa aman bagi jiwa kita masing-masing.

Jadi jangan ragu kepada Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Mengapa demikian? Karena Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel berkuasa melabuhkan kehidupan kita sampai ke belakang Tabir, yakni Ruangan Maha Suci, berarti menjadi mempelai Tuhan yang tak bercacat dan tak bercela.
Ruangan Maha Suci, itu sama dengan: sempurna, sama dengan tingkat rohaninya sudah sederajat dengan Mempelai Laki-Laki sorga baik lahir maupun batin -- manusia luar yang kelihatan maupun manusia dalam (batin).

Kolose 1:23
(1:23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

Singkatnya, Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

Sebagai bukti:
1.     2 Korintus 11:2
(11:2) Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Ayat ini menjelaskan bahwa Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Mempelai. Sebab Rasul Paulus berjuang untuk mempertunangkan sidang jemaat sebagai perawan suci kepada Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga.

Jadi Alkitab ini semuanya menceritakan hubungan nikah suci, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru -- diawali dari Kejadian; nikah Adam dan Hawa, diakhiri kitab Wahyu; nikah rohani, masuk dalam pesta nikah Anak Domba... Wahyu 19:6-8.
Jadi semua berbicara tentang nikah suci, berarti hubungan antara gereja Tuhan dengan Yesus sebagai Kepala, itu disebut nikah suci -- hubungan intim.

Tetapi di hari-hari terakhir ini setan berupaya memutarbalik fakta, sibuk berbicara soal firman yang ditambahkan, yakni; menyampaikan satu dua ayat lalu ditambahkan filsafat-filsafat kosong yaitu cerita-cerita isapan jempol, dongeng-dongeng nenek moyang, dan sebagainya. Kemudian firman yang dikurangkan; pengajaran salib diganti dengan tanda-tanda heran ataupun mujizat-mujizat.
Betapa hebatnya setan merubah ajaran yang sehat ini, tetapi kita harus bertekun di dalam iman, dan jangan bergeser dari pengharapan Injil.

2 Korintus 11:3
(11:3) Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.

Hubungan intim atau nikah yang suci dirusak oleh setan, sehingga gereja Tuhan tidak perlu tunduk atau dengar-dengaran kepada Kristus sebagai Kepala. Padahal hukum itu -- perintah itu – maksudnya peraturan untuk mengusahakan dan memelihara taman di Eden terlebih dahulu Allah nyatakan kepada Adam bukan kepada Hawa. Tetapi di sini setan mulai memutarbalikkan fakta, tidak perlu Pengajaran Mempelai, artinya; tidak perlu dengar-dengaran kepada suami (kepala).

Akhirnya ...
2 Korintus 11:4
(11:4) Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.

Maka kita perlu menyingkir dari ajaran yang lain, tetapi di sisi lain; tetap sabar, berpegang teguh kepada Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Sebaliknya kita harus menyingkir dari ajaran yang lain, yaitu:
1.     Yesus yang lain.
Berarti ajaran yang tidak mengajarkan salib Kristus.
2.     Roh yang lain.
Berarti roh antikris, yang ajaran hanya bersifat dagang (jual beli), mamon (uang), berbicara soal berkat-berkat, itu roh yang lain.
Kalau hamba Tuhan hanya berbicara soal berkat, itu roh yang lain, harus menyingkir dari situ.
3.     Injil yang lain.
Berarti tidak bercerita tentang pengalaman Yesus seutuhnya = Kasih Allah.

MENGAPA HARUS MENYINGKIR DARI TIGA AJARAN LAIN DI ATAS?
Jawabnya: sebab tiga ajaran lain di atas tidak membawa sidang jemaat sampai dewasa rohani.

2.     2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Ayat ini menjelaskan bahwa Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Tabernakel.
Tadi 2 Korintus 11:2; ayat itu menjelaskan bahwa Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Mempelai. Sedangkan 2 Korintus 12:1-4; ayat ini menjelaskan bahwa Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan untuk memberitakan Pengajaran Tabernakel.
Diangkat ke tingkat ke tiga dari sorga, jika dikaitkan dengan pola Tabernakel, menunjuk kepada: Ruangan Maha Suci.

Lebih konkrit kita lihat ...
Ibrani 9:2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,

Tanda bahwa Rasul Paulus telah diangkat ke tingkat yang ke tiga dari sorga; ia dapat menunjukkan tempat kudus di bumi dan di sorga, yakni: RUANGAN SUCI dan RUANGAN MAHA SUCI.
-       Tempat kudus di bumi, menunjuk kepada: Ruangan Suci dengan dua alat di dalamnya:
1.     Kaki Dian Emas/Pelita Emas.
2.     Meja Roti Sajian.
-       Tempat kudus di sorga, menunjuk kepada: Ruangan Maha Suci dengan segala perabotan di dalamnya:
1.     Mezbah Pembakaran Ukupan dari emas.
2.     Tabut Perjanjian yang telah disalut dengen emas luar dan dalam.
Tabut perjanjian, menunjuk kepada:
1.     Takhta Allah, sama dengan: ibadah dan Pelayanan, di tengah perhimpunan ini Allah bertakhta.
2.     Hubungan nikah antara Kristus sebagai Mempelai Pria Sorga dengan sidang jemaat sebagai mempelai wanita-Nya berdasarkan kasih.
Kesimpulannya: Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel membawa gereja Tuhan sampai kepada nikah yang suci, berdasarkan kasih. Berarti kualitas rohaninya sudah sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga yaitu tanpa cacat dan tanpa cela. Itulah langkah yang pertama, sesuai dengan Kolose 1:19-23.

LANGKAH KEDUA, supaya tidak ada cacat dan celaranya memenuhi kehidupan kitsempurnakan kehidupan kita semua....
Efesus 5:26-27
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Sidang jemaat dibasuh oleh air dan firman Allah yang limpah, tujuannya: untuk menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu.
Pendeknya, supaya sidang jemaat kudus dan tidak bercela.
Berarti penyucian yang harus dialami oleh sidang jemaat tidak berhenti hanya sebatas kolam pembasuhan (dibaptis), tetapi harus sampai kepada penyucian oleh air dan firman, terus menerus disucikan oleh firman yang limpah.

Banyak orang Kristen hanya mengerti sebatas kolam baptisan, padahal penyucian itu tidak boleh berhenti hanya pada kolam pembasuhan, penyucian itu harus terus menerus berlangsung lewat firman Allah, dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita ini.
Jadi jangan berhenti disucikan oleh firman, satu kali kita berhenti disucikan oleh firman kotornya banyak, dan kalau kotoran itu dibiarkan terus menerus maka kotoran itu akan menebal. Kalau kotoran itu sudah menebal maka akan sangat sukar nantinya disucikan, dengan lain kata sangat sukar nanti diubahkan karena sudah menebal.

Maka sekarang kita akan mengambil kesimpulan ...
Kesimpulannya:
-       LANGKAH PERTAMA, Kolose 1:19-23 dalam susunan Tabernakel terkena kepada Mezbah Korban Bakaran.
Tadi disucikan oleh darah salib Kristus, oleh kematian-Nya.
-       LANGKAH KEDUA, Efesus 5:26-27 dalam susunan Tabernakel terkena pada Kolam Pembasuhan Tembaga.
Berarti pengudusan yang tanpa cacat dan tanpa cela terjadi oleh karena kemurahan Tuhan, bukan karena hasil usaha seseorang. Kalau kita hidup suci, tanpa cacat dan tanpa cela, itu bukan hasil usaha seseorang.
Dengan demikian sungguh heranlah kasih Allah itu, oleh karena kasih-Nya kita diperjuangkan sampai derajat yang tinggi yakni menjadi mempelai Tuhan yang tak bercacat dan tak bercela.
Itulah kedudukan dari mempelai Tuhan, kudus tak bercela, itulah derajat yang tinggi, sederajat dengan Dia, rohaninya sudah sekualitas dengan Dia, baik lahir maupun batin.
Sama seperti Tabut Pejanjian terbuat dari kayu penaga. Kayu itu menunjuk perbuatan atau tabiat dari manusia daging tapi sudah disalut luar dan dalam, lahir maupun batin.

Wujud dari mempelai wanita Tuhan (tak bercacat dan tak bercela), di dalam Kidung Agung 4.
Kidung Agung 4:1-7
(4:1) Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead. (4:2) Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. (4:3) Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. (4:4) Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya. (4:5) Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung. (4:6) Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan. (4:7) Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.

Mempelai wanita Tuhan tidak bercacat dan tidak bercela, sehingga mempelai wanita Tuhan mendapat pujian dari Mempelai Laki-Laki Sorga. Itulah ketentuan dari firman Tuhan kepada mempelai wanita Tuhan, tanpa cacat tanpa cela, manis sikapnya, elok parasnya. Sehingga mempelai wanita Tuhan mendapat pujian dari Mempelai Laki-Laki Sorga.
Salah satu pujian dari Mempelai Laki-Laki kepada mempelai perempuannya adalah pada ayat 5: “Seperti dua anak rusa buah dadamu.”

Setelah yang di atas (ayat-ayat sebelumnya) telah diterangkan, sekarang kita akan melihat pujian yang berikutnya: “SEPERTI DUA ANAK RUSA BUAH DADAMU.”
Kita tidak boleh melihat ayat 5 ini dari sisi negatif sebab ayat 5 ini dapat memberi pengertian secara rohani kepada kita, pemuda remaja.

Bila seorang perempuan telah mempunyai buah dada berarti ia telah dewasa bukan anak-anak lagi, berarti kalau kehidupan pemuda remaja sudah dewasa rohani maka ia akan dipuji oleh Mempelai Laki-Laki Sorga.
Dewasalah menyikapi segala sesuatu, dewasalah menyikapi hidup ini, dewasalah menyikapi ibadah, dewasalah menyikapi pelayanan, dewasalah menyikapi segala sesuatu, supaya mendapat pujian dari Tuhan.
Kalau dalam hidup ini ada persoalan, ada pergumulan, hadapilah dengan dewasa, jangan cengeng. Kalau cengeng, bersungut-sungut, ngomel, sama artinya menuntut Tuhan, sama artinya mempersalahkan Tuhan.
Dewasalah supaya nanti mendapat pujian, jangan lantas kita cengeng, jangan lantas kita uring-uringan, dan berkata; Ko kenapa begini Tuhan? Ekonomi ku ko begini? Keuanganku ko begini? Ko pekerjaan ku tidak menentu? Ko keadaan keluarga ku tidak menentu? Ko begini, ko begitu Tuhan?
Dewasalah menyikapi hidup, dewasalah menyikapi ibadah, dewasalah menyikapi pelayanan, dewasalah menyikapi salib yang ada di tengah ibadah dan pelayanan, jangan banyak menuntut kepada Tuhan supaya mendapat pujian dari Tuhan, yaitu “Seperti dua anak rusa buah dadamu.”

Kemudian bila seorang perempuan sudah mempunyai buah dada berarti dia sudah dewasa, bukan anak-anak lagi.
Mari kita lihat hidup rohani dewasa seperti apa ...
1 Korintus 13:11
(13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Kalau seseorang sudah menjadi dewasa, ia sudah meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Jadi kedewasaan itu bukan karena sudah berumur 17 tahun ke atas, sudah berumur 20 tahun ke atas.

Jadi kalau sudah dewasa ia akan meninggalkan sifat kanak-kanak, berarti:
-       Tutur kata dewasa.
-       Perasaan dewasa.
-       Pemikiran dewasa.
Dewasa bukan dilihat dari usia tetapi dilihat dari tutur kata, perasaan, kemudian pemikiran. Biar usianya 15 tahun kalau dewasa yah dewasa, biar usianya 30 tahun kalau kanak-kanak maka pemikiran, perkataan, perasaan, yah kanak-kanak, tidak mendapat pujian, jangankan pujian dari Mempelai Laki-Laki dari manusia saja tidak ada.

1 Korintus 13:12
(13:12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Kedewasaan itu berarti senantiasa bercermin kepada firman Allah, maksudnya: segala sesuatu yang terkait dalam diri ini diukur oleh firman Allah, bukan diukur menurut pikiran dan pengertian manusia.
Kesucian itu diukur oleh firman Allah, kebenaran yang ada dalam diri kita ini diukur oleh firman Tuhan tidak boleh diukur oleh pengertian, tidak boleh diukur oleh pengetahuan manusia, nanti jadi salah-salah, tidak pernah dewasa.

Jadi kedewasaan itu senantiasa bercermin kepada firman ini, maksudnya: segala sesuatu yang terkait dalam diri ini, apa saja yang kita kerjakan, apa saya yang kita perbuat di tengah ibadah dan pelayanan ini diukur oleh firman Allah, bukan dengan pemikiran manusia, termasuk korban yang kita persembahkan kepada Tuhan diukur oleh firman Allah bukan diukur oleh pengertian kita.
Kalau diukur oleh pengertian kita nanti disitu terjadi miss pengertian, misalnya: si A melakukan satu di tengah ibadah pelayanan, sementara si B melakukan dua, akhirnya si B akan bermegah, dia menunjukkan kelebihan-kelebihannya, akhirnya jadi salah.

Yakobus 1:22-25
(1:22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (1:23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (1:24) Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (1:25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

Bercermin kepada firman, artinya: mendengar dan melakukannya dan betul-betul bertekun di dalamnya.
Jadi melihat kekurangan kita berceminlah kepada firman, karena firman itu sempurna, itu cermin hidup. Firman yang sempurna adalah cermin hidup, jangan lupakan itu.
Hasilnya kalau bercermin: dimerdekakan oleh firman itu sendiri. Merdeka, sama dengan: bebas dari perbudakan dosa.

2 Korintus 3:17
(3:17) Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

Dimana ada Roh disitu ada kemerdekaan, tetapi kalau kita bawa kekuasaan daging maka diperbudak dosa.
Melayani harus dalam pimpinan Roh, bukan melayani beribadah dengan keinginan daging, supaya merdeka.

2 Korintus 3:18
(3:18) Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Kalau kita bercermin dan bertekun dalamnya, puncaknya: diubahkan menjadi serupa dengan gambar-Nya, berarti  memancarkan kemuliaan Allah dengan muka yang tidak berselubung, sama dengan: bercahaya kemuliaan Allah.

Puncak keubahan -- diubahkan oleh firman: menjadi serupa dengan gambar-Nya atau memancarkan kemuliaan Allah dengan muka yang tidak terselubung, sama dengan: bercahaya kemuliaan Allah.
Kalau ada selubung, dosa yang disembunyikan, berarti belum memancarkan cahaya kemuliaan Allah. Tetapi sesudah diubahkan menjadi serupa dengan gambarNya, berarti memancarkan kermuliaan Allah dengan muka yang tidak berselubung, sama dengan bercahaya kemuliaan Allah, tidak ada lagi dosa yang terselubung.
Itu sangat melekat dengan mempelai Tuhan.

Wahyu 21:9-11
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

Jadi mempelai perempuan Tuhan itu bercahaya kemuliaan Allah, cahayanya sama seperti permata yaspis, jernih seperti kristal.
Kristal itu sama dengan transparan (tembus pandang), sama dengan tampil apa adanya, berarti luar dalam tidak ada lagi yang ditutupi, tidak ada lagi yang disembunyikan.

Kalau masih ada dosa yang tersembunyi maka tidak bercahaya kemuliaan Allah, tidak memancarkan kemuliaan Allah.
Disaat kita datang untuk mengadakan pengakuan jangan karena dituntut, melainkan harus dengan kesadaran, karena ada suatu tekad, atau karena suatu kerinduan untuk memuncak menjadi mempelai perempuan Tuhan.
Dan pada saat pengakuan dosa, harus dengan tuntas, termasuk kesaksian hidup tidak boleh karena perasaan, harus karena kuasa firman, supaya kita jangan berbicara soal perkara lahiriah, tetapi berbicara soal hati Tuhan, yang rohani. Kalau bicara yang lahiriah, besok putus hubungan kita dengan Tuhan, sebab setelah  uangnya habis, hubungan dengan Tuhan habis termasuk kesaksiannya.

Biar kita semua menjadi mempelai Tuhan, bercahaya kemuliaan, berarti memancarkan kemuliaan Tuhan di wajah ini.
Kalau hamba Tuhan sungguh-sungguh dalam penyucian akan bercahaya kemuliaan. Tetapi biar dia menyampaikan Pengajaran Mempelai kalau ada yang disembunyikan, tidak akan ada kemuliaan. Itu adalah salah satu tanda yang tidak boleh dilupakan supaya saudara jangan mau tertipu lagi, tentang cahaya kemuliaan Allah.

Inilah akhirnya menjadi sasaran dari gereja Tuhan, mendapat pujian dari Mempelai Laki-Laki Sorga, sebab gereja Tuhan tanpa cacat tanpa cela, dengan kata lain; manis sikapnya, elok parasnya. Inilah ketentuan firman Tuhan kepada mempelai Tuhan.
Jadi Yusuf itu adalah mempelai wanita Tuhan, tanpa cacat tanpa cela.
Malam ini kita mengakui segala kekurangan kita, jangan kita merasa sudah lebih hebat, lebih suci.
Malam ini kita akui segala kekurangan kita supaya Tuhan semakin menyempurnakan kehidupan kita semua. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment