KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, March 30, 2020

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 28 MARET 2020


IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 28 MARET 2020

STUDY YUSUF
(Seri: 184)

Subtema: JALAN TUHAN TIDAK TERSELAMI OLEH AKAL DAN PIKIRAN MANUSIA

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, oleh karena rahmat dan kasih karunia-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Kaum Muda Remaja sekalipun dalam suasana (keadaan) yang menghimpit. Biarlah kita terus berjuang untuk memikul salib sampai Tuhan datang pada kali yang kedua.
Demikian juga saya tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan, terkhusus pemuda remaja yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohon kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita di malam ini, sehingga kehidupan kita di hari-hari terakhir ini selalu dipulihkan, diberi kekuatan baru, bagaikan sayap burung rajawali yang terbang tinggi, sehingga berlari tidak jatuh dan berjalan tidak lelah.

Mari kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari STUDY YUSUF.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."

Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki.
-       Yang sulung bernama: Manasye.
-       Yang kedua bernama: Efraim.

Selanjutnya, mari kita simak arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari anak yang sulung, yakni Manasye.
MANASYE, artinya: Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1.     Yusuf lupa kepada kesukarannya.
2.     Yusuf lupa kepada rumah bapanya.

Mari kita simak tentang: Yusuf lupa kepada kesukarannya.
Adapun kesukaran Yusuf dibagi dalam tiga fase:
-       Fase yang pertama: “Ketika Yusuf tinggal bersama-sama dengan saudara-saudaranya” (Kejadian 37).
-       Fase yang kedua: “Ketika Yusuf tinggal di rumah Potifar” (Kejadian 39).
-       Fase yang ketiga: “Ketika Yusuf berada di dalam penjara” (Kejadian 40).

Namun kita masih berada pada FASE YANG KEDUA, yakni: KETIKA YUSUF TINGGAL DI RUMAH POTIFAR.
Mari kita lihat peristiwa itu di dalam Kejadian 39.
Kejadian 39:6B
(39:6) Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.

“Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.”
Ketentuan firman Allah terhadap sidang mempelai Tuhan ialah manis sikapnya dan elok parasnya. Mengapa demikian? Karena sidang mempelai Tuhan tidak boleh ada cacat dan celanya, sesuai dengan Kidung Agung 4:1-7 dan Wahyu 12:1.

Pendeknya, keindahan dari mempelai perempuan dinyatakan di tengah-tengah bangsa kafir bagaikan Yusuf ada di tanah Mesir.

Selanjutnya, mari kita ikuti ayat 7.
Kejadian 39:7
(39:7) Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku."

Kalau kehidupan rohani orang Kristen (pemuda remaja) telah diberkati, bahkan berkat rohani itu telah sampai pada puncaknya, yaitu mulia dan indah, maka di sisi lain, lawan atau musuh yang paling dibenci oleh Tuhan, yakni kenajisan, akan datang dan berusaha untuk menjatuhkan, sebagaimana isteri Potifar mengajak Yusuf untuk tidur. Itu harus diperhatikan dengan baik.

Namun kita lihat kelanjutannya dalam ayat 8-9.
Kejadian 39:8-9
(39:8) Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, (39:9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"

Singkatnya, Yusuf menolak untuk tidur dengan isteri Potifar. Dengan demikian, kedudukan Yusuf terlihat dengan nyata:
-       Yusuf memiliki sikap yang tegas.
-       Kuat dan teguh hati.
-       Mempunyai pendirian yang benar.

Dengan tiga kedudukan Yusuf di atas, menunjukkan bahwa:
1.     Yusuf tidak menodai kemurnian firman Allah. Sejauh ini kita sudah menerima Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel -- dengan lain kata firman yang berkuasa untuk mengadakan penyucian -- sehingga pada akhirnya kita menjadi suatu kehidupan yang murni di hadapan Tuhan.
2.     Yusuf memelihara harta yang indah.

Selanjutnya, kita akan melihat pembuktian-pembuktiannya di dalam diri Yusuf, diawali dengan …
BUKTI YUSUF TIDAK MENODAI KEMURNIAN FIRMAN ALLAH.
Yeremia 23:28
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN.

Nabi yang beroleh mimpi harus menceritakan mimpinya itu dengan benar, dan nabi yang beroleh firman Tuhan harus menceritakan firman Tuhan itu dengan benar, berarti; jangan ditambahkan dan jangan dikurangkan. Tujuannya; supaya terjaga kemurnian dari firman Allah itu sendiri.

Pendeknya, Yusuf adalah pribadi yang digambarkan dengan “gandum”. Berarti, Yusuf adalah pribadi yang berisi penuh dengan firman Allah. Biarlah kiranya kita semua juga digambarkan seperti “gandum”, berisi penuh dengan firman Allah, supaya kehidupan kita ini benar dan murni, karena kita tidak menodai firman Allah yang sudah kita terima dan melekat di dalam diri kita masing-masing.

Contoh.
Kejadian 37:5-9
(37:5) Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. (37:6) Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: (37:7) Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu." (37:8) Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu. (37:9) Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku."

Yusuf menceritakan kedua mimpinya itu kepada saudara-saudaranya di hadapan kedua orang tuanya dengan benar. Berarti, tidak ditambahkan dan tidak dikurangkan. Dengan demikian, Yusuf menjaga kemurnian dari pada firman Allah, sekalipun ia dibenci.

Sampai pada hari ini saya tetap berpegang teguh kepada pengajaran firman Allah yang benar dan murni, yaitu Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, sekalipun harus ditolak, sebab;
-       Seorang nabi yang beroleh mimpi, ia harus menceritakan mimpinya itu dengan benar, sekalipun ia ditolak.
-       Demikian juga seorang nabi yang memperoleh firman Tuhan, ia harus menceritakan firman Tuhan itu dengan benar, sekalipun ia harus ditolak, bagaikan saudara-saudara Yusuf membenci Yusuf oleh karena mimpinya itu.
Lebih baik ditolak manusia asal kita diterima Tuhan, dari pada kita diterima manusia tetapi ditolak Tuhan.

Pendeknya, pengajaran firman Allah yang benar dan murni harus disampaikan dengan benar.
Syarat untuk menyampaikan pengajaran firman Allah yang benar dan murni ialah tanpa menggunakan perasaan dan pikiran manusia daging. Kita pun di dalam hal mendengar Firman Pengajaran Mempelai, tidak boleh dengan menggunakan pikiran dan perasaan manusia daging, sebab firman Allah akan bertolak belakang dengan pikiran manusia daging -- apalagi di dalam hal memikul salib, hal itu tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan manusia daging --.
Berarti, kalau hamba Tuhan, gembala sidang -- seorang pemimpin rumah Tuhan atau disebut penilik jemaat -- berusaha untuk mempertahankan sidang jemaat, sehingga sidang jemaat tetap berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan dengan menggunakan perasaan dan pikiran manusia daging, menunjukkan bahwa di tengah-tengah ibadah dan pelayanan itu tidak mempunyai atau tidak memiliki pengajaran firman Allah yang benar dan murni.

RESIKO APABILA PENGAJARAN FIRMAN ALLAH YANG BENAR DAN MURNI DISAMPAIKAN: Akan menimbulkan kebencian yang double, kebencian yang amat sangat. Hal itu memang itu harus terjadi, mengapa demikian? Karena pengajaran firman Allah yang benar dan murni itu tidak kompromi dengan dosa, walaupun sakit bagi daging.

Adapun kedua mimpi Yusuf tersebut ialah:
-       YANG PERTAMA: Tampak satu ikat berkas gandum tegak berdiri, lalu datanglah sebelas berkas saudara-saudaranya, mengelilingi dan sujud menyembah berkas Yusuf.
-       YANG KEDUA: Tampak matahari, bulan, dan sebelas bintang sujud menyembah kepada Yusuf.

Kejadian 37:10-11
(37:10) Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?" (37:11) Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya.

Oleh karena kedua mimpi Yusuf:
-       Menimbulkan kebencian, karena iri hati dari saudara-saudara Yusuf tersebut.
-       Yusuf ditegur oleh Yakub, ayahnya.
Tetapi sekalipun demikian, Yusuf rela menerima resiko, yaitu dibenci oleh saudara-saudara dan ditegur oleh ayahnya, Yakub. Inilah resiko yang dialami seorang hamba Tuhan apabila ia menyampaikan pengajaran firman Allah yang benar dan murni.

Oleh sebab itu, pemuda remaja harus sadar bahwa firman Allah yang benar dan murni sanggup mengoreksi dan mengubahkan kehidupan kita masing-masing. Namun sekalipun demikian, Yusuf harus tetap menceritakan firman yang berisi gandum serta menceritakan mimpinya itu dengan benar, apapun resikonya.

Selanjutnya, kita akan menyimak arti rohani dari kedua mimpi Yusuf tersebut.
Yang pertama, tentang: TAMPAK SATU IKAT BERKAS GANDUM TEGAK BERDIRI, LALU DATANGLAH SEBELAS BERKAS SAUDARA-SAUDARANYA, MENGELILINGI DAN SUJUD MENYEMBAH BERKAS YUSUF.

Mimpi Yusuf ini juga dinubuatkan oleh nabi Yesaya, mari kita melihat akan hal itu dalam Yesaya 2.
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Gunung tempat rumah Tuhan, yakni gunung Sion:
-       Berdiri tegak di hulu gunung-gunung.
-       Menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Sehingga segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, yakni naik ke gunung Tuhan, gunung Sion.
Peristiwa ini seakan-akan “menyembah”, bagaikan sebelas berkas saudara-saudara Yusuf mengelilingi dan menyembah satu ikat berkas gandum milik Yusuf.

Pertanyaannya: Mengapa nanti bangsa-bangsa akan berduyun-duyun naik ke gunung Sion, seakan-akan menyembah, bagaikan sebelas ikat berkas gandum saudara-saudara Yusuf datang dan mengelilingi sujud menyembah satu ikat berkas gandum milik Yusuf? 
Jawabnya, karena dua hal, yakni:
1.     Dari Sion akan keluar pengajaran.
2.     Firman Tuhan dari Yerusalem.

MANFAAT PENGAJARAN YANG KELUAR DARI GUNUNG SION -- gunung Tuhan, rumah Allah Yakub --, yaitu; untuk mengajar kita tentang jalan-jalan Tuhan.
Jalan-jalan Tuhan itu adalah jalan-jalan yang tidak terselami oleh akal dan pikiran manusia, tidak ada yang dapat menyelami jalan-jalan Tuhan. Oleh sebab itu, mau tidak mau, kita harus naik ke gunung Sion, naik ke gunung Tuhan, karena dari sana keluar pengajaran.

Kita melihat jalan-jalan Tuhan, diawali dari 1 Petrus 2.
1 Petrus 2:19-24
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. (2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. (2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. (2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

Singkatnya, dari apa yang sudah dibaca; kita dipanggil untuk mengikuti jejak atau tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah, yaitu menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Berarti, orang lain yang bersalah, tetapi kita yang menanggungnya. Inilah tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah itu, dan kita dipanggil untuk mengikuti jejak-Nya.
Tujuannya: supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.

Prakteknya:
-       Ia tidak berbuat dosa = hidup suci dan benar, menunjuk kepada: kuasa dari FIRMAN ALLAH sebagai tabiat Yesus, Anak Allah.
-       Tipu tidak ada dalam mulut-Nya, menunjuk kepada: tabiat dari ROH ALLAH, yaitu Kristus.
-       Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, menunjuk kepada: kuasa dari KASIH, tabiat dari Allah Bapa.
Jadi, kesimpulannya:
-       Hidup suci dan benar, itu tabiat dari Yesus, Anak Allah.
-       Tidak ada dusta, itu tabiat dari Roh Allah.
-       Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, itu tabiat dari Allah Bapa, yaitu kasih.

1 Petrus 2:25
(2:25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Kalau kita mengikuti jejak Yesus yang berdarah dengan tepat dan benar, maka kita tidak sesat di jalan, sama dengan; domba yang tergembala, berarti terpelihara lahir batin (jasmani maupun rohani).
Seperti pengakuan Daud dalam Mazmur 23:1, “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku”. Berarti, tidak kekurangan, baik secara jasmani, maupun secara rohani.
-       Secara jasmani: segala perkara lahiriah dicukupkan.
-       Secara rohani: dosa kejahatan dan kenajisan tidak nampak lagi sebagai kekurangan.
Kalau kita menjadi domba yang tergembala, pasti terpelihara, tidak sesat.

Sekali lagi saya sampai dengan tandas: Kenapa bangsa-bangsa berduyun-duyun naik ke gunung Sion? Karena dari Sion keluar pengajaran. Manfaat dari pengajaran adalah untuk mengajar kita tentang jalan-jalan Tuhan.
Secara singkat, kita sudah melihat jalan-jalan Tuhan, itulah tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah. Untuk itulah kita dipanggil, yakni untuk mengikuti jejak yang berdarah itu, supaya kita tidak tersesat di jalan, sama seperti domba-domba yang tergembala, terpelihara dengan baik.

Kita mengetahui dalam sebuah lagu yang mengatakan: Jalan-Mu tak terselami oleh setiap hati kami. Namun satu hal ku percaya, ada rencana yang indah. Tiada terduga kasih-Mu, heran dan besar bagiku. Arti kehadiran-Mu s’lalu nyata di dalam hidupku. Penyertaan-Mu sempurna, rancangan-Mu penuh damai, aman dan sejahtera walau di tengah badai. Ingin ku s’lalu bersama rasakan keindahan arti kehadiran-Mu Tuhan.

Mari kita lihat JALAN-JALAN TUHAN lebih lengkap lagi dan lebih sempurna.
Amsal 30:18-19
(30:18) Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: (30:19) jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.

Ada empat hal jalan-jalan Tuhan, dan semuanya itu tidak dapat diselami oleh akal dan pikiran dari raja Salomo, walaupun ia adalah seorang yang penuh hikmat dan akal budi dan kebijaksanaan.

Mari kita lihat, empat hal jalan-jalan Tuhan:
1.     Jalan rajawali di udara, menunjuk kepada: kewibawaan dan keagungan Yesus sebagai RAJA yang kuat, bagaikan sayap burung nasar yang terbang tinggi dengan kekuatan sayapnya. Perlu untuk diketahui: Memang, Yesus adalah Raja yang besar dan agung, namun Ia telah mengangkat serta mengurapi kita untuk memerintah sebagai raja-raja kecil di bumi ini.

2.     Jalan ular di atas cadas, sama dengan: berdiri di atas korban Kristus, Yesus adalah gunung batu. Jalan ular di atas cadas, menunjuk kepada: sengsara dan derita Yesus sebagai MANUSIA. Ini merupakan perjalanan sengsara dan derita atau pengalaman kematian yang kita alami di atas muka bumi ini, sama dengan; berdiri di atas korban Kristus. Memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini merupakan perjalanan yang unik, yang tidak dapat diselami oleh akal dan pikiran manusia, tidak sesuai dengan logika manusia.

3.     Jalan kapal di tengah-tengah laut, menunjuk kepada: kebangkitan Yesus sebagai HAMBA
Lautan luas, menunjuk kepada; kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Yesus, sebagai hamba, Dia bagaikan kapal di tengah lautan yang berisi penuh dengan muatan -- itulah segala harta dan kekayaan sorgawi yang berharga dan bernilai tinggi – yang mencari pelabuhan hati kita masing-masing. Oleh sebab itu, jadilah syahbandar bagi Tuhan, jadilah pelabuhan hati yang baik bagi Tuhan supaya hati ini diisi penuh dengan segala kekayaan sorgawi yang berharga dan bernilai tinggi. Tidak ada sesuatu yang tidak berharga di dalam diri Yesus Kristus, semuanya bernilai tinggi, sebab Ia telah turun ke dunia orang mati, dan Ia bangkit pada hari ketiga. 

4.     Jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis, menunjuk kepada: kemuliaan Yesus sebagai ANAK ALLAH.

Diawali dengan “jalan rajawali di udara”, menunjuk kepada Yesus Raja, namun Ia meninggalkan kemuliaan-Nya, meninggalkan sorga yang mulia:
-       Turun ke bumi dan menjadi manusia dalam sengsara atau kematian.
-       Hari yang ketiga bangkit, bagaikan kapal di tengah-tengah lautan bebas.
-       Dan kalau kita bertekun di dalam pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya, kelak kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Apabila kelak Ia datang untuk kedua kalinya, maka Ia tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga dalam kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.

Jelas, bahwa; jalan-jalan Tuhan adalah jalan-jalan yang sempurna, yang tidak terselami oleh akal dan pikiran manusia, mengapa? Karena manusia tidak sempurna.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Apabila Ia datang untuk yang kedua kalinya, maka Ia tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga dalam kemuliaan dan kesempurnaan-Nya, jelas ini menunjuk kepada; pesta nikah Anak Domba.

Sebagai pembuktian:
Wahyu 19:6-9
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.] (19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini berada pada satu titik, yakni perjamuan kawin Anak Domba. Jadi, sesuai dengan apa yang ditulis raja Salomo, di mana jalan terakhir adalah “jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis”.
Jadi, jelas sekali bahwa perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini akan berakhir pada perjamuan malam kawin Anak Domba, menjadi mempelai wanita Tuhan = berada dalam kemuliaan dan kesempurnaan Yesus Kristus sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Sungguh, jalan-jalan Tuhan adalah jalan yang tak terselami oleh akal dan pikiran manusia.

Kita akan bandingkan dengan perjalanan yang tidak sesuai dengan perjalanan mempelai Tuhan.
Amsal 30:20
(30:20) Inilah jalan perempuan yang berzinah: ia makan, lalu menyeka mulutnya, dan berkata: Aku tidak berbuat jahat.

Inilah perjalanan mempelai setan, yaitu tidak mau mengakui dosa, penuh dengan segala dusta dan tipu daya dalam mulutnya. Jelas berbeda dengan jalan atau tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah:
1.     Ia benar.
2.     Di dalam mulut-Nya tidak ada dusta.
3.     Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.

Di dalam mulut mempelai Tuhan tidak ada dusta, itu bisa kita lihat di dalam Wahyu 14:1.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.

Anak Domba berdiri di bukit Sion bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah ditebus dari antara manusia di atas muka bumi ini, dan mereka itu adalah milik kepunyaan Tuhan. Buktinya; di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Jadi, inti dari mempelai wanita Tuhan adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, semuanya itu berasal dari 12 (dua belas) suku Israel tulen.

Wahyu 14:4-5
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. (14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

“…Tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan…” Ini bukan perempuan biasa, sebab perempuan-perempuan ini menunjuk kepada:
1.     Izebel. Ini adalah gambaran dari perempuan yang tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala. Prakteknya; mengajar dan tidak mau menerima ajaran.
2.     Perempuan Babel. Ini juga bukan perempuan biasa, sebab di tangannya ada sebuah cawan berisi penuh dengan:
1)     Kekejian.
2)   Kenajisan percabulannya.

“… Mereka murni sama seperti perawan …” Jelas, bahwa 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang itu adalah inti dari mempelai Tuhan, sebab di sini dikatakan: “mereka murni sama seperti perawan”, berarti suci di atas suci.

“Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi”, sama dengan; senantiasa menyangkal diri dan memikul salib, serta mengikut Tuhan.

Dan selanjutnya, “mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.” Korban sulung adalah korban yang senantiasa menyenangkan hati Tuhan. Kalau kita senantiasa mendahulukan Tuhan dan pekerjaan Tuhan, itu sesuatu yang sangat menyenangkan hati Tuhan.

Yang terakhir, “di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta” Tipu dan dusta tidak terdapat dalam mulut mereka, dan itu adalah sebuah bukti bahwa mereka tidak bercela. Kalau seseorang benar dalam perkataannya, dia sempurna tidak bercela.

Jadi, kalau kita perhatikan empat jalan ini; betul-betul tidak terselami oleh akal dan pikiran manusia, tetapi Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel bagaikan gandum yang telah memberi pengertian kepada kita, sehingga kita juga beroleh pengertian yang benar. Biarlah kita belajar untuk melakukan firman Tuhan dan melangkah sesuai ketetapan dari firman Tuhan, itulah perjalanan mempelai.

Kesimpulannya: Yusuf tidak menodai kemurnian firman Allah.
Yusuf berisi penuh dengan gandum, dan suatu kali kelak, bangsa-bangsa akan naik ke atas gunung Sion, karena dari Sion keluar pengajaran. Manfaatnya: untuk mengajar kita tentang jalan-jalan Tuhan, yakni jalan-jalan mempelai. Tuhan sedang menerangi hati kita masing-masing, terkhusus tentang jalan-jalan Tuhan, jalan-jalan yang tidak bisa diselami oleh akal dan pikiran manusia.
Ketika Yusuf tidak menodai kemurnian firman Allah, maka kita tidak sesat di jalan, sebab gandum -- yakni Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel -- akan membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna -- yakni menjadi mempelai Tuhan --.  Perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini akan berakhir pada satu titik, yaitu pesta nikah Anak Domba, menjadi mempelai Tuhan; itulah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita, tidak sesat.
Sebaliknya, kalau firman itu sudah ternodai (ditambahkan dan dikurangkan), maka gereja Tuhan akan sesat di jalan. Tetapi kita bersyukur, Tuhan Yesus menyatakan isi hati-Nya kepada kita sekaliannya. Tuhan menjadikan kita spesial di hati-Nya, bahkan istimewa.

Mari kita lihat, sebagaimana hal perjalanan bangsa Israel; manusia hidup bukan dari roti, melainkan dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.
Yosua 3:3-4
(3:3) dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: "Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya -- (3:4) hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya -- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu."

Bangsa Israel harus mengikuti geraknya Tabut Perjanjian yang dipikul oleh para imam, yang memang suku Lewi. -- Suku Lewi adalah kehidupan yang dikhususkan untuk Tuhan. -- Tujuan bangsa Israel harus mengikuti geraknya Tabut Perjanjian adalah supaya mereka mengetahui jalan yang harus ditempuh, sebab jalan itu belum pernah mereka lalui.

Jadi, sangat lucu rasanya apabila seorang hamba Tuhan dengan tidak segan-segan berani berkata bahwa ia berulang kali naik turun ke sorga. Tidak ada seorang pun yang tahu jalan untuk masuk dalam Kerajaan Sorga, kalau ia tidak dituntun oleh Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, bagaikan bangsa Israel mengikuti geraknya Tabut Perjanjian.

Tabut perjanjian berbicara tentang dua hal:
1.     Takhta, menunjuk kepada: ibadah dan pelayanan, seperti yang kita kerjakan pada malam hari ini, sebab di tengah-tengah ibadah pelayanan ini Tuhan hadir dan bertakhta.
2.        Hubungan nikah antara Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki dengan sidang jemaat sebagai mempelai perempuan-Nya berdasarkan kasih.

Namun perlu untuk diketahui: Jarak antara bangsa Israel dengan tabut itu ada 2000 (dua ribu) hasta. Yesus Kristus telah mengerjakan semua pekerjaan-Nya di atas kayu salib 2000 (dua ribu)  tahun yang lalu. Jadi, jelas sekali apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

Kita akan lanjutkan di minggu yang akan datang, jika Tuhan ijinkan, yaitu secara khusus tentang YUSUF MEMELIHARA HARTA YANG INDAH. Tadi kita sudah melihat, bahwa Yusuf tidak menodai Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni karena Yusuf digambarkan seperti seikat berkas gandum berdiri tegak, lalu datanglah sebelas ikat berkas gandum milik saudara-saudaranya mengelilingi dan datang sujud menyembah kepada berkas gandum Yusuf tersebut.

Kalau seorang gembala berusaha mempertahankan sidang jemaat dengan pikiran dan perasaan manusia daging saja, menunjukkan bahwa di tengah-tengah ibadah pelayanannya tidak ada Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni. Mereka sudah pasti menolak Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

Lihat Yusuf, dialah mempelai Tuhan; sekalipun isteri Potifar berusaha untuk menggoda, tetapi ia menolak dengan tegas, dia memiliki pendirian yang teguh. Hal ini menunjukkan dua hal:
1.     Ia memiliki pengajaran firman Allah yang benar dan yang tidak dinodainya. Kalau kita mempertahankan kesucian, lepas dari kenajisan, menyingkir dari kenajisan, sama artinya tidak menodai pengajaran firman Allah yang benar dan murni, yang sudah kita terima dalam diri kita selama ini. Tuhan sudah menunjukkan jalan mempelai kepada kita, tetapi hati-hati, ada "mempelai setan, itulah mereka yang mulutnya penuh dengan dusta.
2.     Yusuf memelihara harta yang indah.

Sembahlah Tuhan, karena Tuhan sudah menunjukkan jalan mempelai kepada kita semua dan hati kita sudah diterangi oleh-Nya. Bagaimana seandainya bila firman itu ternodai karena hanya sibuk berbicara soal berkat-berkat lahiriah? Semuanya sesat, tidak sampai kepada perjalanan akhir, yaitu pesta nikah Anak Domba. Tetapi malam ini, kita semua telah diisi penuh dengan gandum, jangan nodai lagi kemurniannya.

Tidak ada yang bisa menyelami jalan-jalan Tuhan, bahkan Salomo yang yang penuh hikmat saja tidak mengerti, tetapi kita yang bodoh ini diberi pengertian, diberikan pembukaan firman, supaya kita sampai pada satu titik, yaitu pesta nikah Anak Domba. Inilah tandanya bahwa kami ini dikhususkan, istimewa lebih dari pada yang lain. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment