KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, March 16, 2020

IBADAH PARTANGIANGAN BONA TAON, 08 MARET 2020



IBADAH PARTANGIANGAN BONA TAON, 08 MARET 2020
(Partangiangan Bona Taon Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan)

Tema: Sada ma parrohahon hamu; sada ma haholonganmuna; saroha, sapingkiran ma hamu! (Filipi 2:2B)

Subtema: Marhite Partangiangan Bona Taon Pomparan Ompu Tuan Situmorang sipitu Ama & Boru, Bere/Ibebere, Banten Barat dan Selatan lam jumpang ma sada ni roha, marsiurupan, parholong roha songon Jesus Kristus

Shalom.
Puji Tuhan, pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena rahmat dan kasih karunia-Nya, acara Partangiangan Bona Taon Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan terselenggara tentu oleh karena campur tangan Tuhan, tentu oleh karena kemurahan hati Tuhan.
Semoga lewat acara ini, satu dengan yang lain menjadi satu. Mungkin kita satu karena tubuh kita yang satu, tetapi mulai dari kesempatan (momen) siang ini, kita menjadi satu, baik hati, pikiran, perasaan, semuanya menjadi satu, sehingga satu dengan yang lain tidak ada kesempatan untuk saling menyakiti, sebaliknya kita satu dengan yang lain saling memperhatikan dalam segala perkara. Di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan.

Saya juga tidak lupa mengucapkan puji syukur terimakasih untuk kepercayaan yang diberikan kepada kami, kepada saya secara pribadi, terimakasih kepada ketua panitia acara ini, baik juga parhalado sintua ta, Bp. Markus Ivan Situmorang, baik juga tua-tua yang masih saya kenal -- tidak bisa saya sebut satu per satu --, Tuhan memberkati, dan semuanya yang hadir di tempat ini tanpa terkecuali, Tuhan memberkati. Haleluya, Puji Tuhan .. Amin.

Saya sudah terima tema yang ada, yaitu Filipi 2:2B. Kiranya dari tema ini, kita diberkati oleh Tuhan, kita boleh merasakan lawatan Tuhan; hidup, ibadah, pelayanan, nikah, dan rumah tangga kita nanti semuanya dipulihkan, yang sakit disembuhkan.

Segera kita sambut pemberitaan firman Tuhan, langsung saya kita memperhatikan Filipi 2:2B.
Filipi 2:2B
(2:2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,

Tema yang sudah disediakan oleh panitia pada kesempatan tahun ini adalah Filipi 2:2B, “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.
Singkatnya, tujuan dari ayat ini adalah supaya anggota Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan menjadi satu. Intinya, ayat ini mempersatukan kita, supaya tidak ada gap, tidak ada jarak lagi antara yang satu dengan yang lain.

Tetapi di sini dikatakan, Rasul Paulus menghendaki, “hendaklah kamu” -- maksudnya saya dan saudara -- memiliki lima perkara, yaitu:
1.     Sehati.
2.     Sepikir.
3.     Satu kasih.
4.     Satu jiwa.
5.     Satu tujuan.
Jadi, supaya kerinduan Tuhan yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada kita -- yaitu supaya kita semua menjadi satu -- menjadi nyata dalam hidup kita, maka kita harus memiliki lima perkara di atas.

Kita tidak bisa menjadi satu dengan pikiran kita, dengan kemampuan kita, dengan kedudukan jabatan kita, kecuali Tuhan yang mempersatukan kita, maka kita harus memiliki lima perkara di atas. Sebelum saya menguraikan lebih jauh lagi, saya akan menyampaikan hal yang sama dengan lima perkara ini.

Persamaan lima perkara dalam Filipi 2:2B.
Yang Pertama: SEHATI.
Persamaannya; hati menyatu dengan hati, antara yang satu dengan yang lain.
Kiranya hal itu terwujud dalam Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan.
Contoh sehati: Satu dengan yang lain berlaku jujur. Kemudian, manfaat bila kita berlaku jujur ialah tidak akan menyakiti hati orang lain.

Persamaan lima perkara dalam Filipi 2:2B.
Yang Kedua: SEPIKIR.
Berarti, cara berpikir antara yang satu dengan yang lain sudah menyatu.
Manfaatnya; kalau berbuat, kalau bertindak, serta kalau kita berkata-kata, orang lain tidak tersakiti.

Persamaan lima perkara dalam Filipi 2:2B.
Yang Ketiga: SATU KASIH.
Berarti, kita memiliki kasih yang sama.
Kiranya hal itu terjadi supaya tidak mengalami kerugian. Kalau tidak satu kasih di dalam Allah, maka satu dengan yang lain akan mengalami kerugian.

Contoh kasih yang sama.
Yohanes 21:15-17
(21:15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (21:16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (21:17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Yesus bertanya kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Lalu jawab Petrus kepada Yesus: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Menurut ukuran Petrus, dia sudah mengasihi Tuhan lebih dari yang lain, tetapi kenyataannya, Yesus masih bertanya dengan pertanyaan yang sama.

Yesus kembali bertanya untuk yang kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Pertanyaan yang sama diulangi untuk yang kedua kali, lalu apa jawab Simon Petrus? “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.

Namun untuk yang ketiga kali, Yesus kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Mengapa bisa begitu? Bukankah tadi Petrus sudah menjawab pertanyaan Yesus, baik pertanyaan pertama, maupun pertanyaan kedua? Tetapi Yesus kembali bertanya kepada Petrus dengan pertanyaan yang sama: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?

Di sini kita melihat, Yesus bertanya sebanyak tiga kali kepada Simon Petrus karena Tuhan menuntut dan mendambakan supaya Simon Petrus mengasihi dengan kasih yang berasal dari Allah, yakni kasih Agape.
Tuhan tidak menghendaki kasih yang lain, itu sebabnya Tuhan bertanya sampai tiga kali dengan pertanyaan yang sama, sebab ternyata, Simon Petrus mengasihi Tuhan dengan kasih yang lain:
-       Yang pertama; kasih fileo.
-       Yang kedua; kasih eros.
Apa kasih fileo? Kasih fileo, artinya; kasih hanya sebatas hubungan daging. Misalnya; ikatan karena satu marga, itu belum bisa mengikat kita sampai menjadi satu, tidak cukup untuk mempersatukan kita, saya dan saudara.
Apa kasih eros? Kasih eros, artinya; kasih terhadap lawan jenis. Misalnya; hubungan antara laki-laki dengan perempuan, itu juga tidak bisa mempersatukan kita, satu dengan yang lain.
Pendeknya, kasih eros dan kasih fileo tidak cukup untuk mempersatukan kita, kecuali dengan kasih Agape.
Kasih fileo kalau ada sesuatu, itu tidak bisa mempersatukan kita. Kasih eros -- hubungan antara lawan jenis -- tidak bisa mempersatukan kumpulan yang besar ini, khususnya Banten Barat dan Selatan, tidak bisa, kecuali kasih Agape.

Itu sebabnya, Yesus bertanya untuk yang ketiga kalinya, dan pada saat pertanyaan yang ketiga kali, barulah Simon Petrus berkata: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Tuhan tahu bahwa sebelumnya Simon Petrus masih mengasihi Tuhan dalam bentuk kasih fileo, masih mengasihi Tuhan dalam bentuk kasih eros. Maka untuk yang ketiga kali, Tuhan tuntut supaya Simon Petrus memiliki kasih Agape, kasih yang sempurna, tidak memandang apa-apa, mengasihi bukan karena ada maunya. Itulah kasih yang dari sorga, dari Allah.
Biarlah kiranya kasih yang satu ini sama-sama kita miliki, supaya keluarga Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan menjadi satu, karena kita memiliki kasih yang sama, yaitu kasih Agape, bukan kasih fileo, bukan kasih eros. Kasih fileo dan kasih eros hanya menimbulkan kerugian, tetapi kalau kita memiliki kasih yang sama, yaitu kasih Agape, maka kita satu, karena tidak ada kepentingan di dalamnya.

Persamaan lima perkara dalam Filipi 2:2B.
Yang Keempat: SATU JIWA.
Berarti, sejiwa antara yang satu dengan yang lain.
Apa manfaat sejiwa? -- Tentu Tuhan menyatakan hal ini karena ada sesuatu yang harus kita petik dari sejiwa. -- Manfaat sejiwa adalah kita mengerti apa yang diinginkan oleh orang lain, dengan kata lain; bisa menyelami hati orang lain, mengerti hati orang lain.
Misalnya; sebelum suami berbicara, isteri sudah tahu. Sebaliknya, sebelum isteri berbicara, suami juga sudah tahu. Jadi, sama-sama menjiwai.

Persamaan lima perkara dalam Filipi 2:2B.
Yang Kelima: SATU TUJUAN.
Berarti, satu visi, satu pandangan.
Apa manfaat satu tujuan? Apa manfaat satu visi? Apa manfaat satu pandangan? Yaitu mencapai kepada satu sasaran, yaitu bersama-sama hidup rukun.

Itulah persamaan dari lima perkara yang harus kita miliki, supaya kita semua menjadi satu. Jangan sampai ini hanya menjadi sebuah slogan, tetapi biarlah betul-betul firman ini harus bekerja, mendarah daging dalam kehidupan kita masing-masing.
Bukankah firman siang hari ini tidak menyakiti? Salib Kristus tidak pernah menyakiti kita, kalau kita mengerti soal salib.

Kita baca kembali Filipi 2.
Filipi 2:2B-4
(2:2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (2:3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (2:4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Syarat supaya kita memiliki lima perkara di atas ialah; Menjadi suatu kehidupan yang rendah hati.”
Dalam bahasa batak, rendah hati ialah serep maroha.

Kemudian, bagaimana tanda orang yang rendah hati? Apakah dari mulut yang lemah lembut? Belum tentu.
Tanda rendah hati ialah “Menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri”, mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri.

Jadi, syarat untuk memiliki lima perkara adalah menjadi suatu kehidupan yang rendah hati, tandanya; mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri, bukan mengutamakan diri, baru orang lain nomor dua, nomor tiga, nomor seterusnya, bukan, tetapi mengutamakan orang lain dari pada diri sendiri.
Biarlah kita semua rendah hati dan memiliki tanda kerendahan hati, yaitu mengutamakan orang lain. Isteri mengutamakan suami. Suami mengutamakan isteri. Satu dengan yang lain saling mengutamakan, supaya kita semua menjadi satu.
Ini bukan kata saya, tetapi kata firman yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi. Semoga saudara jangan tersinggung kepada saya.

Mari kita lihat, apakah betul Rasul Paulus ini seorang yang rendah hati? Jangan dia hanya bisa bicara terhadap jemaat di Filipi, tetapi dia tidak rendah hati, berarti mulut dan perbuatan tidak sama. Mari kita selidiki dahulu pribadi Rasul Paulus ini.
Sekalipun kita tidak mempunyai pendidikan yang tinggi, tetapi kita memiliki firman Tuhan.

Kisah Para Rasul 20:19
(20:19) dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.

Rasul Paulus melayani Tuhan dengan segala kerendahan hatinya.

Setiap orang yang mengambil bagian dalam Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan, baik sebagai ketua, baik sebagai bendahara, sekretaris, baik sebagai seksi (bagian) apa saja, biarlah melayani (bekerja) dengan rendah hati.

Apa tanda kerendahan hati di dalam melayani? Rasul Paulus berkata:
1.     Banyak mencucurkan air mata.
Air selalu mencari dataran rendah, bukan dataran tinggi. Itu sebabnya kalau saudara perhatikan aliran sungai yang berliku-liku, itu ciri bahwa dia sedang mencari dataran rendah.
Saksi bisu kerendahan hati kita dalam melayani Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan ialah “Banyak mencucurkan air mata”, tidak banyak ngomel, tidak banyak bicara.
2.     Banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi.
Berarti, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sama seperti Yesus; Dia menderita bukan karena dosa-Nya, tetapi Dia menderita karena orang lain, karena umat Tuhan, karena saya dan saudara.

Itulah tanda kerendahan hati dari Rasul Paulus, berarti mulut dan perbuatannya sama. Ini adalah contoh yang baik untuk kita ikuti supaya kita semua menjadi satu.
Jangan kita melayani sebagai ketua, sebagai sekretaris, sebagai bendahara, sebagai seksi atau bagian apa saja, tetapi mulut yang berbicara tinggi tidak diikuti dengan perbuatan yang rendah hati, itu salah, tidak bisa mempersatukan anggota tubuh dari pada Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan.

Kisah Para Rasul 20:20-21
(20:20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; (20:21) aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.

Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu.” Perlu untuk diketahui: Seorang hamba, seorang pemimpin, seorang pelayan, dia tidak lalai memperhatikan anggota-anggotanya.

Tanda kerendahan hati Rasul Paulus ialah tidak lalai dalam tiga hal:
1.     Tidak lalai dalam memberitakan firman Allah.
2.     Tidak lalai dalam mengajarkan firman Allah.
3.     Tidak lalai dalam bersaksi dari firman Allah.
Rasul Paulus sangat peduli kepada seluruh sidang jemaat yang dia layani. Rasul Paulus sangat memperhatikan sidang jemaat yang dipercayakan oleh Tuhan.
Jadi, hamba Tuhan, seorang pemimpin rumah Tuhan, seorang pelayan Tuhan, harus rendah hati, harus bertanggung jawab.
Pendeknya, orang yang rendah hati pasti bertanggung jawab, seperti Rasul Paulus bertanggung jawab dalam tiga hal, dia tidak lalai dalam tiga hal di atas.

Biarlah kita semua bertanggung jawab.
-       Saya sebagai seorang suami bertanggung jawab dalam nikah rumah tangga.
-       Sebagai isteri punya tanggung jawab.
-       Sebagai anak punya tanggung jawab.
-       Sebagai tuan punya tanggung jawab.
-       Sebagai hamba punya tanggung jawab.
-       Sebagai karyawan punya tanggung jawab.
-       Sebagai pimpinan dalam perusahaan punya tanggung jawab.
-       Sebagai anak buah di perusahaan punya tanggung jawab.
Semua kita masing-masing punya tanggung jawab, berarti kita harus rendah hati, tidak lalai dalam memikul tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan.

Perhatikan: Oleh karena kerendahan hati Rasul Paulus ini, orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani bertobat dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Jadi, kalau kita rendah hati, maka orang lain akan bertobat. Kalau kita rendah hati, maka orang lain akan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Orang yang tidak mengenal Tuhan menjadi percaya kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat.

Mohon maaf, saya tidak sempat menceritakan si kancil, si buaya, si kura-kura, saya tidak sempat menceritakan dunia ini, saya hanya bisa menguraikan ayat demi ayat sampai kita betul-betul mengerti tentang kerendahan hati, supaya kita semua menjadi satu.

Hal ini harus saya sampaikan dengan tandas dalam Mikha 6.
Mikha 6:8
(6:8) “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”

Hai manusia”, hai saudara-saudara yang hadir saat siang hari ini, “apakah yang dituntut TUHAN dari padamu”, apa yang Tuhan tuntut pada kita semua, apa yang Tuhan tuntut pada Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan?
Siang hari ini, saya sampaikan dengan tandas: Yang dituntut oleh Tuhan dari kita, secara khusus ada tiga:
1.     Berlaku adil.
2.     Mencintai kesetiaan.
3.     Yang tidak kalah penting, yang dituntut dari Tuhan kepada kita adalah hidup dengan rendah hati di hadapan Allah, bukan rendah hati di depan mata manusia. Kita bisa rendah hati di depan manusia, tetapi belum tentu rendah hati di hadapan Tuhan. Tetapi yang Tuhan tuntut dari manusia, dari kita semua adalah kerendahan hati. Rendah hati di hadapan Tuhan, bukan rendah hati yang dibuat-buat.

Kalau tidak demikian, kita tidak akan bisa satu. Kita sudah coba menjadi satu dengan kekuatan kita, kenyataannya banyak kegagalan di sana sini, tetapi puji Tuhan, siang ini Tuhan tuntut dari kita supaya kita masing-masing rendah hati.
Rendah hatilah di hadapan Tuhan, bukan di hadapan manusia, itulah yang benar. Kalau rendah hati di hadapan manusia, itu pura-pura namanya. Tetapi yang Tuhan mau adalah rendah hati di hadapan Tuhan. Inilah syarat mutlak supaya kita memiliki lima perkara (di atas), dan oleh lima perkara ini, kelak kita semua menjadi satu; sehati, sepikir, satu tujuan, satu jiwa, dan satu kasih, diawali dari kerendahan hati kita masing-masing.
Biarlah kiranya, saya juga dalam menyampaikan firman Tuhan siang hari ini sebagai seorang hamba Tuhan yang rendah hati, bukan pura-pura, supaya saudara mengasihi saya dengan kasih Agape. Biarlah saya benar-benar rendah hati di hadapan Tuhan saja, karena inilah yang ditunggu Tuhan supaya kita menjadi satu.
Kalau masing-masing kita menyombongkan diri, sampai kapan pun, bahkan sampai Tuhan datangpun, tidak akan bisa menjadi satu. Maka, yang dituntut Tuhan adalah rendah hati.

Puji Tuhan, Abang Siringo-ringo (Opung Gema) memiliki jabatan, tetapi biarlah tetap rendah hati. Yang memiliki usaha, bisnis, biarlah tetap rendah hati. Yang punya harta, kekayaan, biarlah tetap rendah hati. Sebab kedudukan, jabatan, harta, kekayaan, semuanya itu tidak bisa mempersatukan Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan, melainkan harus rendah hati, itu sudah harus menjadi harga mati. Itu sebabnya Tuhan tuntut dari kita kerendahan hati.
Kalau memang firman ini keras, mohon saya dimaafkan, tetapi tujuan firman ini adalah supaya kita satu. Saya terbeban supaya Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan harus satu. Kalau kita satu, kita kuat, maka apa saja yang kita kerjakan bisa terlaksana, satu tujuan.

Dampak positif rendah hati.
1.   Mazmur 22:27
(22:27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!

“Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang” = tidak mengalami kesusahan, sebab makan dan kenyang dari perhatian orang lain, makan dan kenyang oleh karena kasih orang lain, dan yang terpenting makan dan kenyang oleh karena kemurahan Tuhan, makan dan kenyang di mana pun Tuhan utus dan berhenti, akan makan dan kenyang, makan dan kenyang akan kasih Tuhan dan kasih sesama, makan dan kenyang dari pertolongan Tuhan, di mana saja makan dan kenyang. Praktekkan saja kerendahan hati, pasti makan dan kenyang.

2.   Mazmur 37:11
(37:11) Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.

“Orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri.” Di manapun kita berada, di manapun komunitas kita, pasti mewarisi negeri itu. Misalnya, sebagai pegawai di Krakatau Steel, pasti mewarisi negeri. Kalau kita memiliki bisnis, pasti diberkati oleh Tuhan. Apa saja akan menjadi warisan, menjadi milik kita, kalau kita rendah hati, sebab Tuhan tidak akan mewariskan harta-Nya kepada orang yang sombong. Apa pun usaha kita, apa pun bisnis kita, pasti kita mewarisi negeri, kalau kita betul-betul rendah hati di hadapan Tuhan. Percayalah kepada firman, jangan percaya dengan pengertian manusia. Saya rindu kita semua mewarisi negeri.
Coba saja bertetangga di mana pun kita bertetangga, kalau kita rendah hati, pasti kita mewarisi negeri, tidak mungkin tidak.

Itulah dampak positif rendah hati. Jadi, biarlah kita semua rendah hati.
Saya berharap kita semua mengerti dari apa yang sudah diuraikan di atas tadi. Semoga firman itu mendarah daging, kita diberkati oleh Tuhan, supaya kita semua, Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan menjadi satu, bukan dipersatukan karena kasih fileo, bukan dipersatukan karena kasih eros, tetapi betul-betul memiliki kasih yang sama, yaitu kasih Agape, tidak ada kepentingan di dalamnya.

Kita kembali membaca Filipi 2.
Filipi 2:3
(2:3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

Musuh dari kesatuan ialah:
1.     Mencari kepentingan sendiri. Kalau ada kepentingan diri di dalam persekutuan, di dalam perkumpulan itu, pasti tidak ada kesatuan.
2.     Mencari puji-pujian, maksudnya; berbuat sesuatu supaya dihormati, supaya dipuji orang lain, sebetulnya itu adalah perbuatan yang sia-sia. Tidak mungkin kita mengerjakan sesuatu untuk mempersatukan satu dengan yang lain dengan cara mencari puji-pujian, tidak mungkin menjadi satu.

Jadi, musuh dari kesatuan ialah mencari kepentingan sendiri dan mencari puji-pujian, itu adalah perbuatan sia-sia. Tidak usah kita menjadi penjilat.
Semoga hal ini dapat dipahami dan kita diberkati, sebab inilah inti dari acara kita siang hari ini, bukan soal makan-makan, tetapi intinya adalah Tuhan Yesus ada di tengah-tengah ibadah ini. Walaupun firman ini singkat, tetapi saya berharap, firman ini tidak berlalu begitu saja.

Efesus 2:13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.

Yang dahulu “jauh”, itulah bangsa kafir, bangsa di luar Israel, sudah menjadi “dekat”, sudah menjadi satu dengan bangsa Israel, bangsa Yahudi, oleh karena darah salib Kristus.
Jadi singkatnya, kafir dan Israel menjadi satu karena darah salib, karena sengsara salib, karena memikul tanggung jawab, tidak dengan cara yang lain. Yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” karena darah salib, tidak dengan cara yang lain. Jangan gunakan cara-cara yang lain.

Ayo, masing-masing kita memikul salibnya; sebagai hula-hula, sebagai boru, sebagai bere, sebagai ibebere, ayo, kita memikul salib, supaya satu dengan yang lain, yang jauh menjadi dekat oleh darah salib Kristus, tidak dengan cara yang lain. Hanya dengan satu cara; pikul salib masing-masing, maka kita semua menjadi satu.
Jangan menjadi orang yang pintar-pintaran, pikul saja salib -- titik --. Jangan terlalu banyak neko-neko supaya kita mewarisi negeri, makan dan kenyang, karena Tuhan melihat dan Mahatahu, Tuhan adil. Kalau hari ini kita memikul salib, maka dibalik salib, Tuhan nyatakan kemuliaan, sabar saja, tunggu waktu Tuhan. Kita satu, diberkati.

Punguan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, Ibebere se-Banten Barat dan Selatan diberkati oleh Tuhan hari ini dan seterusnya sampai Tuhan datang pada kali yang kedua. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment