KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, March 4, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 01 MARET 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 01 MARET 2020


WAHYU PASAL 11
(Seri: 26)

Subtema: TUHAN LEMAH LEMBUT

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu pada saat ini yang juga disertai dengan perjamuan suci -- karena ini merupakan minggu pertama pada bulan ini --.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU 11.
Wahyu 11 ini dibagi dalam dua bagian:
-       Yang pertama: ayat 1-14.
-       Yang kedua: ayat 15-19 -- yang nanti akan kita perhatikan jika Tuhan ijinkan, kita akan beroleh berkat dan kemurahan dari sorga (dari Allah) turun ke bumi, di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu sore ini --.

Kita telah menyelesaikan bagian yang pertama, yaitu Wahyu 11:1-14. Sekarang, kita akan memasuki bagian yang kedua, yaitu Wahyu 11:15-19, dengan perikop: “Sangkakala yang ketujuh. Nyanyian puji-pujian para tua-tua.

Kiranya dalam setiap ibadah, puji-pujian yang keluar dari mulut kita masing-masing, itu menyenangkan hati Tuhan. Oleh sebab itu, dalam setiap pertemuan ibadah, kiranya kita menaikkan puji-pujian dengan segenap hati, segenap jiwa, akal budi dan kekuatan kita, untuk mengasihi Tuhan.

Wahyu 11:15
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."

Malaikat yang ketujuh -- yang terakhir itu -- meniup sangkakalanya. Jelas ini berbicara tentang penghukuman dari sangkakala yang terakhir -- sangkakala yang ketujuh --.

Jadi, sangkakala yang terakhir -- sangkakala yang ketujuh -- itu berbicara tentang penghukuman yang meliputi dari Wahyu 11:15 sampai Wahyu 14:20. Sedangkan Wahyu 15, itu merupakan penghukuman dari ketujuh cawan murka Allah.
Ada tiga kali tujuh penghukuman dari Allah Trinitas:
-       Tujuh penghukuman yang pertama, itulah penghukuman dari tujuh meterai.
-       Tujuh penghukuman yang kedua, itu merupakan penghukuman dari tujuh sangkakala.
-       Tujuh penghukuman yang ketiga, itu merupakan penghukuman dari tujuh cawan murka Allah.
Jadi, sesudah penghukuman dari sangkakala yang terakhir, akan dilanjutkan dengan penghukuman dari tujuh cawan murka Allah.

Adapun penghukuman dari sangkakala yang terakhir melingkupi Wahyu 11:15 sampai dengan Wahyu 14:20, dengan perincian antara lain:
-       Wahyu 11, penekanannya tentang dua saksi Allah, itulah Musa dan Elia.
-       Wahyu 12, berbicara tentang mempelai perempuan Tuhan.
-       Wahyu 13, berbicara tentang antikris dan penyembahan yang palsu.
-       Wahyu 14, berbicara tentang 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah ditebus dari antara manusia dan mereka semua telah menerima meterai Allah di dahi mereka masing-masing.

Kembali kita memperhatikan ayat 15.
Wahyu 11:15
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."

Pada saat malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, terdengarlah suara nyaring di dalam Kerajaan Sorga atau terdengarlah suara orang banyak dalam Kerajaan Sorga, katanya: “Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.” Itulah suara nyaring yang terdengar dalam Kerajaan Sorga ketika sangkakala yang terakhir ditiup.

Memang, apabila Yesus datang kembali untuk yang kedua kalinya, maka Ia akan datang sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Peristiwa ini sangat ditunggu-tunggu oleh umat Tuhan, milik kepunyaan Allah. Maka kalau kita teringat, ketika Yesus memasuki Yerusalem, banyak orang berseru: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.” Ketika Yesus tampil sebagai Raja, diiringi dengan suara-suara, itu menunjukkan bahwa Yesus akan datang sebagai Raja, dan Dia akan memegang pemerintahan-Nya untuk selama-lamanya.

Jadi, penghukuman dari sangkakala yang terakhir ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Gereja Tuhan di hari-hari ini tidak boleh lagi sibuk dengan perkara lahiriah, tidak boleh terlena dengan berkat-berkat yang tersedia oleh kerajaan dan kemegahan dunia ini. Kita harus ingat dari mana kita berasal, dari mana kita awalnya, dan kita harus kembali kepada Sang Khalik, Sang Pencipta langit bumi dan segala isinya.

Perlu untuk diketahui: Kerajaan Allah dimulai dari kerajaan seribu tahun -- suatu kerajaan penuh dengan kedamaian -- yang nanti dilanjutkan dengan kerajaan kekal, yakni Yerusalem Baru.
-       Wahyu 20, itu berbicara tentang kerajaan seribu tahun, di dalamnya penuh dengan kedamaian.
-       Wahyu 21-22, itu berbicara tentang langit yang baru dan bumi yang baru, yaitu Yerusalem yang baru, kekal untuk selama-lamanya.
Jadi Kerajaan Sorga itu dimulai dari kerajaan seribu tahun penuh dengan kedamaian, lalu dilanjutkan dengan Yerusalem yang baru, kerajaan yang kekal selama-lamanya.

KERAJAAN SERIBU TAHUN DAMAI ini, jika DIKAITKAN DENGAN MASA PENCIPTAAN, maka kita akan temukan dalam Kejadian 2.
Kejadian 2:1-4
(2:1) Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (2:2) Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. (2:3) Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (2:4) Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, --

Kerajaan seribu tahun penuh damai, bahagia dan sejahtera, itu masuk pada hari ketujuh, hari perhentian, hari Sabat. Hari ini lewat Ibadah Raya Minggu ini, kita masuk pada hari perhentian yang penuh damai, bahagia dan damai sejatera.

Itulah yang kelak diberikan Allah kepada gereja Tuhan yang sempurna. Dan sesudah kerajaan seribu tahun ada di jantung hati Tuhan, selanjutnya akan turun ke bumi yang baru, yaitu; Yerusalem yang baru, kekal untuk selama-lamanya (Wahyu 21:2), sama seperti Adam dan isterinya berada di taman Eden.

Jadi;
-       Kejadian 2:1-7 -- yang merupakan bagian dari perikop pasal 1 -- berbicara tentang hari ketujuh, hari perhentian.
-       Sedangkan Kejadian 2:8-25 -- dengan perikop baru (perikop untuk pasal 2) -- berbicara tentang manusia dan taman Eden.

Kejadian 2:1-7 berbicara tentang hari ketujuh, hari Sabat, hari perhentian Tuhan penuh dengan damai, tetapi Kejadian 2:8-25  berbicara tentang nikah, perhentian kekal.
Kota Yerusalem baru adalah kota kudus, kota Mempelai, berbicara tentang nikah. Maka, sangat sesuai sekali dengan masa penciptaan Tuhan.
Semua Alkitab ini terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, seluruhnya 66 (enam puluh enam) kitab dari Kejadian sampai Wahyu, kemudian antara satu dengan yang lain saling berkaitan:
-       Diawali dari kitab Kejadian, berbicara tentang nikah Adam.
-       Dan diakhiri dalam kitab Wahyu, berbicara tentang nikah antara Kristus dengan mempelai perempuan-Nya.

Kita akan buktikan lebih teliti dalam Kejadian 2:21-24.
Kejadian 2:21-24
(2:21) Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. (2:22) Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. (2:23) Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." (2:24) Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak … ” Saya menghimbau kita semua: Ayo, tidur nyenyak, artinya; masuk dalam pengalaman kematian yang benar. Tidak ada lagi rasa, tidak bersungut-sungut (ngomel), manakala kita mengalami suatu pergumulan yang begitu hebat, persoalan yang menghimpit, suatu ujian yang begitu berat. “Ayo, tidur nyenyak”, saya bukan sedang menghipnotis, tetapi saya menghimbau dan memastikan, kalau kita semua harus benar-benar dalam keadaan: “Tidur nyenyak.

Kejadian 2:21-24 ini jelas berbicara tentang pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, yakni mempelai perempuan Tuhan, itulah Yerusalem yang baru, kekal sampai selama-lamanya.
Singkatnya, Kejadian 2:8-25 ini berbicara tentang Yerusalem baru, kekal untuk selama-lamanya.

Kita bersyukur, Tuhan memberi suatu pengertian yang benar dan mulia supaya kita memiliki hikmat. Oleh hikmat ini nanti kita bisa membedakan antara yang baik dan yang jahat, maka segala persoalan selesai.

Kembali kita memeriksa Wahyu 11:15.
Wahyu 11:15
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.”

Kembali saya sampaikan, bahwa: “… Malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya …”, maksudnya ialah; firman Allah diperdengarkan untuk menguduskan gereja Tuhan, untuk menguduskan kehidupan saya dan saudara, sampai akhirnya siap untuk masuk pada pemerintahan Allah yang kekal. Tuhan sendiri mengajari hal itu kepada kita dalam DOA BAPA KAMI Matius 6.

Matius 6:9-10
(6:9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, (6:10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Jangan kita berharap, berdoa untuk yang lain-lain, tetapi biarlah kita berdoa, kita mohonkan kepada Tuhan, sesuai dengan apa yang Tuhan ajarkan kepada kita, yaitu tentang: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu …” Kalau nama Tuhan dikuduskan, berarti orang itu -- orang yang berkata: “Dikuduskanlah nama-Mu” -- harus hidup dalam kekudusan Allah, maka nama Allah dikuduskan.
Sesudah pengudusan, barulah: “… Datanglah Kerajaan-Mu …”, selanjutnya: “… Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Tuhan ajari kita untuk menguduskan nama Tuhan, berarti kita harus hidup dalam pengudusan firman yang sudah diperdengarkan. Sangkakala sudah ditiup untuk menguduskan kita. Sesudah pengudusan itu, maka selanjutnya kita akan dibawa masuk dalam Kerajaan Sorga, kekal untuk selama-lamanya.

Kesimpulannya: Suara yang nyaring itu mengandung kerasnya penyucian yang dikerjakan oleh Firman Allah dalam urapan Roh Kudus.
Kalau kita perhatikan dalam Keluaran 19, pada saat Allah turun di atas gunung Sinai, selain disertai dengan asap yang padat, api dan kilat, juga ada bunyi sangkakala kian lama kian keras untuk menguduskan umat-Nya (kehidupan kita masing-masing) di dalam urapan Roh-El Kudus, bagaikan 2 Timotius 4:2.

Apakah firman ini sangat berarti bagi saudara? Jika firman ini memang sangat berarti dan berguna, maka dengarkanlah baik-baik dan terimalah pengudusan (penyucian) oleh firman yang berkuasa.


2 Timotius 4:2
(4:2) Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Penyucian firman itu, berarti:
1.     Nyatakan apa yang salah.
2.     Ada tegoran firman.
3.     Ada nasihat firman dengan segala kesabaran dan pengajaran.

2 Timotius 3:15
(3:15) Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

“… Engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu …” Kita semua sudah mendengar firman -- ada yang dari sejak kecil, ada yang sudah menjelang dewasa, ada yang sudah tua -- dan firman yang kita dengar itu memberi hikmat kepada kita.

“… Dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” Selain memberi hikmat kepada kita, firman yang kita dengar juga menuntun kita kepada keselamatan, tentu oleh iman kita kepada Yesus.
Segala sesuatu yang kita kerjakan harus dengan iman, harus dengan yakin. Percaya dengan Pengajaran Mempelai, harus dengan iman.

2 Timotius 3:16
(3:16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah …” Ilham Roh Kudus, itulah firman yang diurapi, bermanfaat untuk:
1.     Untuk mengajar kita.
2.     Untuk menyatakan kesalahan.
3.     Untuk memperbaiki kelakuan.
4.     Untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Itulah suara yang nyaring, mengandung kerasnya penyucian yang dikerjakan oleh firman Allah itu, tentu dalam urapan Roh-El Kudus.

Pendeknya: Sangkakala yang terakhir dibunyikan disertai suara-suara nyaring dari sorga mengiringi kedatangan Yesus sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.

Kedatangan Yesus -- sebagai Tuhan dan Juruselamat, sekaligus tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga -- didahului oleh kejadian-kejadian yang pernah terjadi di bumi ini, antara lain:
YANG PERTAMA: Allah turun di atas gunung Sinai.
Keluaran 20:18
(20:18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.

Inilah kejadian yang pertama, di mana Allah turun di atas gunung Sinai disertai dengan:
1.     Kilat sabung-menyabung.
2.     Sangkakala berbunyi.
3.     Gunung berasap.
Lalu dalam kehadiran Allah di atas gunung Sinai itu, bangsa Israel takut dan gemetar, dan mereka berdiri jauh-jauh.

Keluaran 20:19-21
(20:19) Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati." (20:20) Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa." (20:21) Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.

Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Allah turun di atas gunung Sinai ditandai dengan kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap, ditandai dengan suatu keadaan yang begitu riuh.
Tetapi kehadiran Allah di atas gunung Sinai bukan untuk menghancurkan bangsa Israel, melainkan supaya takut akan Tuhan itu ada pada mereka. Itu sebabnya kehadiran Allah ditandai dengan riuhnya suasana yang ada.

Kedatangan Yesus -- sebagai Tuhan dan Juruselamat, sekaligus tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga -- didahului oleh kejadian-kejadian yang pernah terjadi di bumi ini, antara lain:
YANG KEDUA.
Kisah Para Rasul 2:1-4
(2:1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2:2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (2:3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (2:4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Roh Kudus dicurahkan. Tetapi pada saat itu, kehadiran Roh Kudus ditandai dengan tiupan angin yang begitu keras disertai dengan lidah-lidah api. Jadi, kehadiran Roh Kudus ditandai dengan suasana yang juga begitu riuh.

Persis seperti Wahyu 11:15, “Tiupan sangkakala yang terakhir diiringi dengan suara-suara yang nyaring.” Jadi, bukan hanya satu suara, melainkan banyak suara yang mengiringi tiupan sangkakala yang terakhir itu.
Demikian juga nanti sebelum kehadiran Yesus sebagai Tuhan dan Raja, sekaligus Mempelai Pria Sorga, sudah didahului dengan dua tanda, yaitu:
-       Kehadiran Allah di atas gunung Sinai ditandai dengan suatu suara yang begitu keras.
-       Kehadiran Roh Kudus memenuhi 120 (seratus dua puluh) orang di loteng Yerusalem, juga diiringi atau ditandai dengan tiupan angin yang begitu keras, disertai dengan lidah-lidah api.
Demikian halnya nanti kedatangan Yesus kembali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.

Wahyu 19:5
(19:5) Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: "Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!"

“… Kamu yang takut akan Dia …” Siapa pun dia, harus memiliki rasa takut kepada Tuhan, supaya kita jangan mudah berbuat sesuatu yang tidak baik, yang tidak suci di hadapan Tuhan, supaya kita tidak mudah berbuat dosa sekalipun itu menyenangkan bagi daging.

Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Ada tanda yang sama seperti tanda pada saat Allah turun di atas gunung Sinai, juga seperti pada saat Roh Kudus turun memenuhi loteng Yerusalem, yaitu ada suara keras dari takhta Allah, yaitu suara dari himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, mengiringi kedatangan Yesus sebagai Tuhan, sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.

Manakala sangkakala ditiup, manakala firman Allah diperdengarkan kepada kita, biarlah kiranya diiringi dengan suara-suara yang nyaring. Maka, pada saat kita menaikkan puji-pujian kepada Tuhan, naikkanlah itu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal dan kekuatan kita masing-masing, jangan datang dengan berdiam diri.

Demikian juga ketika Yesus, Raja orang Yahudi, memasuki Yerusalem, di situ juga diiringi dengan seruan sorakan yang begitu nyaring. Mari kita melihat peristiwa yang pernah terjadi dialami oleh Yesus, Raja orang Yahudi dalam Injil Markus 11.
Saya tambahkan sedikit: Seorang pemain musik tidak cukup hanya memainkan musiknya, tetapi juga harus diiringi dengan puji-pujian, suara nyaring. Bukan hanya singer saja yang bernyanyi, tetapi pemain musik juga harus turut bernyanyi, dan setiap yang bertugas di dalam rumah Tuhan juga harus menaikkan puji-pujian dengan suara yang nyaring, termasuk yang bertugas di infokus, semuanya tanpa terkecuali, besar dan kecil, tanda bahwa kita memiliki rasa takut kepada Tuhan.

Markus 11:9-11
(11:9) Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, (11:10) diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!" (11:11) Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.

Sudah sangat jelas, bahwa; kerajaan Allah itu dimulai dari kerajaan seribu tahun dengan kedamaian, yang nanti akan dilanjutkan sampai kepada Yerusalem yang baru, kekal sampai selama-lamanya. Manakala Yesus tampil sebagai Raja di dalam kekekalan, maka disertai dengan suara dengan seruan yang luar biasa dan mereka berkata: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.” Bukan hanya satu suara, tetapi banyak suara-suara yang nyaring di situ.

Kita lihat dalam Injil Matius, ada suatu pesan yang menarik di situ, manakala Yesus tampil sebagai Raja, Mempelai Pria Sorga untuk selama-lamanya.
Matius 21:4-5
(21:4) Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: (21:5) "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."

“Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu …” Yesus akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga untuk kali yang kedua. Dia tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga untuk mempelai Tuhan, gunung Sion.
Kemudian: “… Ia lemah lembut …” Kalimat ini cukup menyentuh hati saya, itu sebabnya saya membawa saudara untuk membaca ayat 5 ini.

Pernyataan “Ia lemah lembut” menunjukkan bahwa; Yesus telah selesai mengerjakan pekerjaan-Nya di atas kayu salib.
Kalau kita perhatikan Matius 11:28-29, Dia berkata kepada saya dan saudara: “Marilah kepada-Ku … Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”
Jadi, pernyataan “Ia lemah lembut”, menunjukkan suatu kurun waktu di mana Tuhan sebetulnya sudah mempersiapkan semua ini -- dari awal sampai akhir (Alfa dan Omega) -- di atas kayu salib. Itulah arti “Ia lemah lembut.” Jadi, tidak terselami jalan-jalan Tuhan.
Salomo, seorang yang penuh hikmat juga mengakui dalam tulisannya pada kitab Amsal 30:18-19, “Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti.” Ada empat hal yang tidak bisa dipikirkan oleh raja Salomo, sebab jalan-jalan Tuhan tidak terselami, sebab “Ia lemah lembut.

Kemudian, “Ia mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
Biarlah kiranya juga kita lemah lembut dan rendah hati, bagaikan keledai muda. Seperti yang tertulis dalam suratan Petrus: Orang-orang muda kiranya lemah lembut dan rendah hati.

Praktek lemah lembut dan rendah hati.
Markus 11:6-8
(11:6) Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka. (11:7) Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya. (11:8) Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang.

Di sini ada tiga hal yang kita perhatikan yang dilakukan oleh mereka:
1.     Mengalasinya (keledai) dengan pakaian mereka.
2.     Menghamparkan pakaiannya di jalan.
3.     Menyebarkan ranting-ranting hijau di jalan yang akan dilalui oleh Yesus.

Kita awali untuk melihat: “Menghamparkan pakaiannya di jalan.
-    Pakaian yang dihamparkan di tengah jalan yang akan dilalui oleh Yesus, itu merupakan pakaian yang dibuka. Jadi, baju (pakaian) dibuka, barulah dihamparkan, tetapi setelah Yesus lewat, tentu pakaian itu diambil kembali. Tuhan tidak suka pengikutan yang seperti ini.
-    Selanjutnya tentang: “Menyebarkan ranting-ranting hijau” di jalan yang akan dilalui oleh Yesus menuju Yerusalem.
     Ranting-ranting hijau yang disebarkan itu tidak lama bertahan, ia akan berubah menjadi kering. Tuhan juga tidak suka dengan pengikutan yang seperti ini.
-    Tetapi yang Tuhan mau pengikutan kita bagaikan pakaian yang dialaskan. “Mengalasinya (keledai) dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya.” Biarlah kiranya kehidupan kita ini ditunggangi oleh Tuhan lewat ibadah pelayanan dalam penggembalaan ini, sampai membawa kita masuk ke Yerusalem baru, masuk dalam pesta nikah Anak Domba. Itulah yang Tuhan mau.

Kalau hanya buka baju untuk dihamparkan, lalu setelah Yesus lewat, dipakai kembali, Tuhan tidak suka. Tuhan mau supaya Dia terus menunggangi kehidupan kita dengan rela, menunggangi ibadah dan pelayanan ini, menunggangi kandang penggembalaan ini, sampai dibawa masuk dalam pesta nikah Anak Domba.
Tuhan kita lemah lembut, maka kita pun harus lemah lembut dan rendah hati. Berbicara tentang “lemah lembut”, berbicara tentang suatu kurun waktu di mana Tuhan mempersiapkan semua rencana yang indah dalam kehidupan kita masing-masing.
Ayo, siapa yang mau mengalaskan pakaiannya di atas keledai? Berarti memberi diri ditunggangi oleh Tuhan, sampai betul-betul kita dibawa masuk ke dalam Yerusalem yang baru, kekal untuk selamanya.

Bagaimana pengikutan kita kepada Tuhan? Apakah hanya sebatas melepaskan pakaian, tetapi sesudah Yesus berlalu, pakaian itu diambil lagi? Seringkali di tengah ibadah ini kita memang hancur hati sesudah menikmati pembukaan firman, tetapi setelah ibadah berlalu, bagaikan mengambil pakaian dan berbuat sesuai dengan keinginan sendiri.
Bahkan ada lagi yang jauh lebih parah; awalnya seperti daun hijau, begitu riuh luar biasa, itulah ranting-ranting hijau yang dihamparkan di jalan yang akan dilalui Yesus, tetapi tidak lama kemudian menjadi kering, karena ranting tidak melekat pada pokok yang benar, tidak ada lagi persekutuan dengan Tuhan.
Yang benar adalah memberikan diri kita masing-masing untuk ditunggangi oleh Tuhan, berikan dirimu dipakai oleh Tuhan sampai benar-benar kita dibawa masuk ke dalam kota Yerusalem Baru, menjadi mempelai Tuhan, kota kudus, kota setia.
Kerajaan Allah dimulai dari kerajaan seribu tahun damai, lanjut nanti akan dibawa sampai kepada Yerusalem Baru, kerajaan yang kekal untuk selama-lamanya.

Dalam kitab Kejadian, Allah berhenti pada hari ketujuh (hari perhentian), itu menunjuk kerajaan seribu tahun damai. Lalu berlanjut pada Kejadian 2:8-24, berbicara tentang pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah mempelai perempuan Tuhan. Laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan isterinya, itulah Yerusalem yang baru.

Tetapi yang mengharukan hati saya sore ini ialah “Ia lemah lembut”, menunjukkan kurun waktu di mana Tuhan sudah mempersiapkan semua rencana-Nya di atas kayu salib.  Pesta nikah sudah dipersiapkan oleh-Nya di atas kayu salib. “Ia lemah lembut”, maka kita pun harus lemah lembut. Berikan dirimu ditunggangi oleh Tuhan sampai dibawa masuk ke Yerusalem baru.

Seperti apa model pengikutan kita? Apakah seperti ranting saja? Maka setiap orang akan menuainya nanti.
Hari ini seperti tidak ada apa-apa, tetapi nanti keadaan dunia akan persis seperti zaman Nuh; semua orang berpesta pora, makan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kelak mereka ditimpa oleh banjir.
Sore ini kita menerima didikan Tuhan. Ingatlah; Tuhan lemah lembut, menunjukkan bahwa kita semua berada di dalam rencana-Nya Tuhan, itu arti “lemah lembut.” Sore hari ini kita datang beribadah kepada-Nya, itu karena Dia lemah lembut. Kurang apa baiknya Tuhan kepada kita?
Kalau kelak manusia binasa, jangan salahkan Tuhan. Manusia seringkali mencari kepuasan hanya dari dunia ini, tidak mau mencari kepuasan dalam Tuhan? Itu yang membuat Tuhan terheran-heran kepada banyak manusia, termasuk kepada angkatan ini.
Terlalu banyak orang Kristen merasa puas ketika cita-citanya sudah tercapai, puas kalau sudah kaya raya, tetapi anehnya mengapa seseorang tidak mau dipuaskan oleh kasih Mempelai? Tuhan lemah lembut, maka kita pun harus lemah lembut, supaya kita berada dalam rencana-Nya Tuhan. Berarti memberi diri ditunggangi oleh Tuhan.

Perhatikan; Kerajaan kekal dimulai dari sangkakala terakhir, diiringi dengan suara-suara nyaring. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment