KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, July 13, 2020

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 11 JULI 2020



IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 11 JULI 2020

STUDY YUSUF
(Seri: 199)

Subtema: DEWASA ROHANI KARENA HIKMAT ALLAH

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Kaum Muda Remaja sebagaimana biasanya.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.

Kita segera menyambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari STUDY YUSUF.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."

Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki:
-      Yang sulung bernama Manasye.
-      Yang kedua bernama Efraim.

Selanjutnya, kita akan melihat arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari yang sulung, yakni Manasye.
MANASYE, artinya; Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1.      Yusuf lupa kepada kesukarannya.
2.      Yusuf lupa kepada rumah bapanya.

Kita masih memperhatikan KESUKARAN YUSUF yang dibagi dalam tiga fase.
-      Fase yang pertama: “Yusuf tinggal bersama saudara-saudaranya”Kejadian 37.
-      Fase yang kedua: “Yusuf di rumah Potifar”Kejadian 39.
-      Fase yang ketiga: “Yusuf berada di dalam penjara” Kejadian 40.

Sekarang kita akan memperhatikan FASE YANG KETIGA, yaitu “Yusuf berada di dalam penjara”.
Kejadian 40:1-4
(40:1) Sesudah semuanya itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir dan juru rotinya membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu, (40:2) maka murkalah Firaun kepada kedua pegawai istananya, kepala juru minuman dan kepala juru roti itu. (40:3) Ia menahan mereka dalam rumah kepala pengawal raja, dalam penjara tempat Yusuf dikurung. (40:4) Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama dengan mereka untuk melayani mereka. Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu lamanya.

Yusuf berada di dalam penjara bersama dengan kedua pegawai istana Firaun. Keduanya ialah kepala juru minuman dan kepala juru roti.

Sebenarnya, kepala juru minuman dan kepala juru roti ini merupakan bayangan dari pribadi Yesus Kristus dengan korban-Nya di bukit Golgota. Mengapa saya mengatakan demikian? Sebab di sanalah Yesus mencurahkan darah-Nya dan Ia telah memberikan -- menyerahkan, memecah-mecahkan -- segenap tubuh-Nya.
-      Darah yang tercurah, sama dengan; anggur.
-      Tubuh yang diserahkan, sama dengan; roti.
Jadi, gambaran rohaninya -- biarpun tersembunyi, tetapi sangat jelas -- ialah bahwa juru minuman dan juru roti itu murni merupakan bayangan dari pribadi TUHAN Yesus Kristus dengan korban-Nya di bukit Golgota.

Hal itu dapat dibuktikan langsung dari mimpi juru minuman dan juru roti Firaun tersebut, yang diawali dari Kejadian 40:5-8.
Kejadian 40:5-8
(40:5) Pada suatu kali bermimpilah mereka keduanya -- baik juru minuman maupun juru roti raja Mesir, yang ditahan dalam penjara itu -- masing-masing ada mimpinya, pada satu malam juga, dan mimpi masing-masing itu ada artinya sendiri. (40:6) Ketika pada waktu pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah hati. (40:7) Lalu ia bertanya kepada pegawai-pegawai istana Firaun yang ditahan bersama-sama dengan dia dalam rumah tuannya itu: "Mengapakah hari ini mukamu semuram itu?" (40:8) Jawab mereka kepadanya: "Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya." Lalu kata Yusuf kepada mereka: "Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku."

Juru minuman dan juru roti itu bermimpi, namun keduanya tidak mengetahui arti mimpi mereka, sebab tidak ada orang yang dapat mengartikannya.
-      Adapun mimpi dari juru minuman; ditulis dengan lengkap pada Kejadian 40:9-11, yaitu tentang tiga carang yang sedang bertunas atau berbunga pada pokok anggur.
-      Kemudian, mimpi dari juru roti; ditulis dengan lengkap pada Kejadian 40:16-17, yaitu tentang tiga buah bakul yang berisi penganan, berisi roti.
Itulah mimpi dari juru minuman dan juru roti.

Kejadian 40:12-13, 18-19
(40:12) Kata Yusuf kepadanya: "Beginilah arti mimpi itu: ketiga carang itu artinya tiga hari; (40:13) dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau dan mengembalikan engkau ke dalam pangkatmu yang dahulu dan engkau akan menyampaikan piala ke tangan Firaun seperti dahulu kala, ketika engkau jadi juru minumannya. (40:18) Yusuf menjawab: "Beginilah arti mimpi itu: ketiga bakul itu artinya tiga hari; (40:19) dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau, tinggi ke atas, dan menggantung engkau pada sebuah tiang, dan burung-burung akan memakan dagingmu dari tubuhmu."

Di sini kita melihat; Yusuf mengartikan mimpi dari juru minuman dan juru roti tersebut, karena ia sendiri telah berkata kepada keduanya pada ayat 8: “Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku.” Itulah sebabnya mengapa Yusuf mengartikan mimpi dari juru minuman dan juru roti tersebut.

Adapun tiga carang dan tiga bakul, artinya: di mana dalam jangka waktu tiga hari itu
-      Kepala juru minuman akan dikembalikan kepada pangkat atau jabatannya yang semula, yaitu sebagai juru minuman Firaun, dengan kata lain; HIDUP.
-      Sedangkan kepala juru roti akan digantung pada tiang gantungan, dengan kata lain; MATI.
Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa; kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus telah ditentukan dalam jangka waktu tiga hari dan tiga malam, di mana Yesus berada di dalam kubur.

KAITANNYA, kita akan perhatikan pada ayat 10.
Kejadian 40:10
(40:10) Pohon anggur itu ada tiga carangnya dan baru saja pohon itu bertunas, bunganya sudah keluar dan tandan-tandannya penuh buah anggur yang ranum.

Tiga cabang pada pokok anggur tersebut sudah bertunas, berbunga, bahkan mengeluarkan buah anggur yang ranum (matang). Hal ini merupakan bayangan yang berbicara tentang; hidup dalam suasana kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus.

Kita akan lanjut melihat soal KEMATIAN dan KEBANGKITAN dari TUHAN Yesus Kristus di dalam Injil Yohanes 2.
Yohanes 2:17-21
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." (2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" (2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

Secara khusus, kita akan memperhatikan ayat 17 dan ayat 19, yang berbicara tentang korban dari TUHAN Yesus Kristus, serta pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya. Kuasanya ialah sanggup merombak Bait Allah dan didirikan kembali dalam keadaan baru.
Inilah suasana kebangkitan; kehidupan kita ini dirombak menjadi suatu kehidupan yang baru lewat korban Yesus, serta pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya.

2 Korintus 5:17
(5:15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (5:16) Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. (5:17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Berarti, yang lama sudah berlalu, dan sesungguhnya yang baru sudah datang. Inilah kuasa dari pengalaman kematian dan kebangkitan dari TUHAN Yesus Kristus.

“ … Supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Inilah hidup dalam hidup yang baru, yaitu; tidak egois, tidak hanya memikirkan diri sendiri, melainkan memikirkan ibadah dan pelayanan, memikirkan orang lain. Itulah suasana kebangkitan bagi kita sekarang; hidup dalam hidup yang baru, yang lama sudah berlalu.

Yang lama, misalnya; egois, yang lama, misalnya;  mementingkan kepentingan diri sendiri, yang lama, misalnya; tidak peduli dengan orang lain, tidak peduli dengan ibadah, tidak peduli dengan pelayanan, tidak peduli dengan pekerjaan TUHAN; itulah hidup yang lama.
Sama seperti orang Yahudi yang membangun Bait Allah selama 46 (empat puluh enam) tahun, ditandai dengan kepentingan diri, ditandai dengan egosentris, tidak peduli dengan orang lain. Tetapi setelah Bait Allah dirombak dan didirikan kembali dalam keadaan baru lewat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus -- itulah tiga hari di dalam kubur, dan akhirnya bangkit --, sehingga suasana hidup baru itu tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tidak lagi egois, tidak lagi mementingkan kepentingan diri sendiri, tetapi memikirkan ibadah dan pelayanan, memikirkan orang lain.

Baik anak-anakku pemuda remaja yang di Serang, maupun yang di Cilegon, yang di Perumnas, bahkan sampai kepada pemuda remaja yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook; mari, kita semua berada dalam suasana kebangkitan. Biarlah kehidupan kita didirikan kembali menjadi suatu kehidupan yang baru, dirombak oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, itulah “tiga hari”.

Sekarang, lebih jauh kita melihat TANDA CIPTAAN BARU.
Yohanes 2:20
(2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"

Membangunnya dalam tiga hari”, berarti; dirombak dan didirikan kembali dalam keadaan baru, sama dengan; ciptaan baru.
Tanda ciptaan baru ialah tidak berada di bawah hukum Taurat. Berarti, bangunan yang dibangun selama 46 (empat puluh enam) tahun tidak nampak lagi.

Angka 46, itu jelas menunjuk kepada; hukum Taurat, di mana sepuluh hukum tertulis di dalam dua loh batu;
-      Loh batu yang pertama ditulis dengan empat hukum.
-      Loh batu yang kedua ditulis dengan enam hukum.
Itulah hukum Taurat.

Kita bandingkan antara HUKUM TAURAT dengan HIDUP BARU di dalam Ibrani 10.
Ibrani 10:1
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.

Ibadah Taurat adalah bayangan dari keselamatan yang akan datang, bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri, karena hukum Taurat tidak dapat menyempurnakan hidup dari gereja TUHAN.

Sementara, kalau kita melihat ayat 2-4
Ibrani 10:2-4
(10:2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. (10:3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. (10:4) Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.

Di sini kita melihat; ibadah Taurat itu mempersembahkan korban. Korban yang dipersembahkan kepada TUHAN ketika berada di bawah hukum Taurat adalah berupa binatang, berarti; ibadah Taurat, ibadah yang dijalankan secara lahiriah.

Ibrani 10:5-10
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --. (10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. (10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” (10:8) Di atas Ia berkata: “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. (10:9) Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. (10:10) Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Yang TUHAN dambakan dari hidup anak-anak TUHAN, kaum muda remaja, ialah untuk melakukan kehendak Allah di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan ini, sama dengan; menyangkal diri, memikul salib, ikut TUHAN. Itulah yang TUHAN kehendaki.

Singkatnya: Sentral dari ibadah pelayanan kita ialah melakukan kehendak Allah.
TUHAN tidak menghendaki korban persembahan berupa binatang, tetapi yang TUHAN dambakan dari kehidupan pemuda remaja (hidup anak-anak TUHAN) ialah supaya kita melakukan kehendak Allah di tengah-tengah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan.
Biarlah kehendak Allah yang jadi dalam setiap kehidupan kita. Manusia hanya bisa berencana, tetapi TUHAN yang menentukan, kehendak Allahlah yang terlaksana, kehendak Allah yang jadi, bukan kehendak manusia. Itulah sentral dari ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan; sangkal diri, pikul salib, ikut TUHAN = kehendak Allah.

Inilah perbandingan antara hukum Taurat dengan hidup yang sudah diubahkan; melakukan kehendak Allah Bapa, sebab itu merupakan sentral dari ibadah pelayanan ini.

Yohanes 2:22
(2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (2:22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

Yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.” Yesus ditentukan dalam jangka tiga hari untuk masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan. Hal itu -- bahwa Yesus akan mati dan bangkit -- telah diceritakan-Nya, telah disampaikan-Nya kepada 12 (dua belas) murid, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Singkatnya: Perkataan Yesus dibuktikan dengan tindakan-Nya.

Mulut ini harus menjadi suatu ukuran, supaya kita jangan asal-asal di dalam hal berucap, supaya kita jangan asal-asal di dalam hal melontarkan kata-kata. Sekali lagi saya sampaikan: mulut harus menjadi suatu ukuran.

Jadi, perkataan Yesus dibuktikan dengan sebuah tindakan-Nya; inilah kehendak Allah, yang merupakan sentral dari ibadah pelayanan, sebagai suatu teladan yang harus kita ikuti. Dia telah mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib; mati dan bangkit pada hari yang ketiga, dengan demikian; Dia telah membuktikan perkataan-Nya.
Oleh sebab itu tadi saya menyampaikan; mulut ini harus menjadi suatu ukuran dari anak-anak TUHAN. Jangan sampai kita dengan mudah mengucapkan (melontarkan) kata-kata. Mulai dari sekarang, mulut harus menjadi suatu ukuran; kalua kita berani berkata, maka kita harus berani bertindak. Hati-hati dalam hal berbicara; baik juga dalam hal bercanda, hati-hati, sebab kita diukur dari mulut.

Kembali saya tandaskan, bahwa: Melakukan kehendak Allah Bapa, inilah sentral dari ibadah pelayanan; suatu teladan yang telah ditinggalkan oleh Yesus, untuk selanjutnya kita ikuti.

1 Petrus 2:21-23
(2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. (2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

Teladan Yesus Kristus yang harus kita ikuti:
YANG PERTAMA: “Ia tidak berbuat dosa”, menunjukkan bahwa; Yesus adalah pokok kebenaran, sebagai pokok anggur yang benar; sementara kehidupan kita ini adalah carang-carangnya.
YANG KEDUA: “Tipu tidak ada di dalam mulut-Nya”, menunjukkan bahwa; perkataan dibuktikan dengan teladan-Nya. Kalau perkataan-perkataan yang terlontar dari mulut mampu kita buktikan dengan suatu tindakan yang positif, maka hal itu menunjukkan bahwa di mulut ini tidak ada lagi dusta, tidak ada lagi tipu.
Ini merupakan gambaran dari buah anggur, karena perkataan-Nya itu dibuktikan dengan perbuatan-Nya; perbuatan yang baik merupakan buah anggur, tindakan positif untuk membuktikan perkataannya merupakan buah anggur. Milikilah buah anggur untuk selanjutnya boleh dicicipi dan dinikmati lewat ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan ini.
YANG KETIGA: “Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan”, walaupun dimaki, walaupun menderita. Hal ini sama dengan pemerasan anggur, sebagai tanda kedewasaan penuh. Berbeda dengan kanak-kanak rohani; kalau ia dicaci maki, ia akan membalas dengan caci maki; kalau ia menderita, dia akan membalas dengan penderitaan yang sama. Tetapi orang yang dewasa secara rohani; dia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, walaupun dia dimaki, walaupun dia harus menderita kesakitan, sama dengan; telah mengalami pemerasan buah anggur, sebagai tanda kedewasaan penuh.
Kalau Yesus menderita di atas kayu salib, itu bukan karena dosa-Nya, melainkan untuk menanggung dosa manusia; ini jelas menunjukkan kedewasaan penuh. Kalau kita mampu menanggung penderitaan karena kesalahan orang lain, jelas bahwa kita dewasa rohani. Jadi, mengalami pemerasan air anggur, itu sama dengan; dewasa rohani. Sampai akhirnya, orang lain minum air anggur yang manis, mengapa? Karena kita telah mengalami pemerasan air anggur. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sehingga orang lain yang menikmati manisnya air anggur, berarti; dewasa rohani.
Jadi, saya berharap; anak-anak TUHAN, kaum muda remaja, terkhusus yang sudah mengambil bagian dalam pelayanan, harus rela mengalami pemerasan air anggur, supaya orang lain juga turut mencicipi air anggur yang manis dari TUHAN, dari sorga, sebagai tanda kedewasaan rohani (matang, ranum).

Biarlah kiranya firman ini berkuasa dalam hidup kita. Biarlah kita semua dalam kerelaan mengalami pemerasan air anggur, berarti; dewasa. Dan memang, kehidupan yang melayani itu harus dewasa. Manakala mengalami pemerasan air anggur, maka ia tidak membalas dengan mencaci maki, walaupun menderita namun tidak membalas kejahatan dengan kejahatan; inilah ukuran kedewasaan, kelayakan untuk melayani TUHAN. Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik dan bijaksana, supaya kita semakian dewasa.

Kedewasaan itu tidak bisa ditentukan oleh ijazah. Sekalipun seseorang sudah memiliki ijazah sarana, namun belum tentu ia sudah dewasa. Ketika ia -- yang memiliki ijazah tinggi -- mengalami sedikit fitnah, lalu ia langsung bersungut-sungut, tidak mau lagi menerima nasihat-nasihat firman Allah; hal ini menunjukkan bahwa ijazah yang tinggi tidak sanggup membuat kita menjadi dewasa rohani.
Yang ada ini, termasuk ijazah yang tinggi, justru itu bisa menjadi pemicu, sehingga kehidupan seseorang menjadi sombong dan tidak mau menerima nasihat Firman TUHAN. Seharusnya, kita harus mengalami pemerasan air anggur (dewasa rohani), sehingga orang lain dapat menikmati air anggur yang manis; itulah hasil buah dari pelayanan kita di tengah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan ini.
Ini adalah ukuran kedewasaan dari seorang pelayan. Jadi, kalau belum mencapai ukuran ini, jangan kita bersungut-sungut, jangan kita marah-marah mempersalahkan TUHAN, sementara kita belum layak untuk melayani pekerjaan TUHAN.

Dewasalah; jangan ukur ijazahmu yang tinggi itu sebagai kedewasaanmu. Intinya, ukuran kedewasaan adalah rela mengalami pemerasan air anggur.

Untuk kita bisa melihat kedewasaan ini, kita ambil persamaannya dengan Kejadian 40:10.
Kejadian 40:10
(40:10) Pohon anggur itu ada tiga carangnya dan baru saja pohon itu bertunas, bunganya sudah keluar dan tandan-tandannya penuh buah anggur yang ranum.

Lihat, kembali di sini dikatakan: Pohon anggur itu ada tiga carangnya; bertunas, berbunga, serta berbuah yang ranum.
-      “Cabang pohon anggur” à Anak-anak TUHAN. Yesus adalah pokok, sedangkan kita adalah cabangnya.
-      “Bertunas atau berbunga” à Cinta yang berbunga-bunga; suatu tanda adanya persekutuan yang indah atau intim dengan TUHAN. Kalau hubungan kita intim dengan TUHAN, maka pasti berbunga-bunga.
-      “Berbuah-buah” à Persekutuan yang tetap, sehingga menghasilkan hidup yang berbuah-buah. Jadi, kehidupan kita, anak-anak TUHAN, tidak hanya berhenti sebatas ada di dalam persekutuan (berbunga), tetapi biarlah di dalam persekutuan yang tetap itu menghasilkan hidup yang berbuah-buah.

-      Kemudian, “buah yang ranum” = matang. Artinya, ukuran sepenuh dari kematangan rohani anak TUHAN, sama dengan; dewasa rohani. Singkatnya, matang, berarti; dewasa rohani.

Berarti, Kejadian 40:10 sama dengan 1 Petrus 2:21-23.

Sekarang, lebih jauh kita melihat ukuran atau praktek dari kedewasaan rohani.
Kidung Agung 8:8-10
(8:8) -- Kami mempunyai seorang adik perempuan, yang belum mempunyai buah dada. Apakah yang akan kami perbuat dengan adik perempuan kami pada hari ia dipinang? (8:9) Bila ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya; bila ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang kayu aras. (8:10) -- Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan.

Di sini kita melihat: Mempelai perempuan mempunyai “buah dada”, menunjuk; sebuah kedewasaan rohani. Kalau dewasa, maka tandanya adalah buah dada. -- Mohon maaf, jangan ambil negatif --.
Praktek dewasa rohani: Ada sebuah tindakan positif di dalam hal memperhatikan kehidupan yang masih kanak-kanak rohani, yang belum dewasa rohani, dengan lain kata; masih kanak-kanak rohani (belum mempunyai buah dada). Itulah orang yang dewasa rohani, sama seperti orang yang mengalami pemerasan air anggur supaya orang lain menikmati air anggur yang manis.

Kalau kita rela mengalami pemerasan air anggur supaya orang lain menikmati air anggur yang manis, bukankah itu adalah suatu tindakan yang positif di dalam hal memperhatikan orang lain supaya juga turut dewasa rohani? Kehidupan yang dewasa rohani, gereja TUHAN yang dewasa rohani, pemuda remaja yang dewasa rohani sangat memperhatikan hari di mana nanti Yesus tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga; perhatiannya tertuju di dalam hal pesta nikah Anak Domba, dan dia sangat peduli dan memperhatikan kehidupan yang masih kanak-kanak rohani, supaya pada akhirnya mereka juga turut masuk dalam pesta nikah Anak Domba, pada hari dia dipinang.
Jadi, kesimpulannya; kehidupan yang dewasa rohani tidak egois -- kita sudah melihat hal itu di dalam 2 Korintus tadi --, dia sangat memperhatikan kehidupan yang belum dewasa rohani. Milikilah Roh Mempelai, sebagai tanda kedewasaan rohani.

Pada ayat 8, mempelai perempuan berkata: “Apakah yang akan kami perbuat dengan adik perempuan kami pada hari ia dipinang?”, menunjukkan bahwa dia sangat peduli, dia sangat memperhatikan, supaya gereja yang belum dewasa itu juga turut dipinang, masuk dalam pesta nikah Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari rencana Allah yang besar di atas muka bumi ini, supaya kita semua menjadi satu seperti Bapa dan Anak adalah satu lewat pesta nikah Anak Domba Allah.

Maka, saya pun sebagai hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, dengan meterainya adalah sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN dalam penggembalaan GPT “BETANIA” ini; saya rindu untuk membawa Pengajaran Mempelai ini dalam rangka pembangunan tubuh Kristus dari Timur sampai ke Barat, apapun harga yang harus kita bayar.
Saya kira, kita harus berpihak kepada rencana Allah yang besar, tanda bahwa kita dewasa rohani. Apapun kita harus korbankan dengan segala kerelaan, jangan berhitung-hitung dengan korban. Tetapi janganlah kita membawa korban persembahan dari binatang; itu bukanlah sentral dari ibadah pelayanan. Ingat; sentral dari ibadah pelayanan adalah kehendak Allah.
Sesuai dengan 1 Korintus 7, mempunyai tetapi seolah-olah tidak mempunyai; mempunyai harta tetapi seolah-olah tidak mempunyai harta, mempunyai kekayaan tetapi seolah-olah tidak mempunyai kekayaan. Itulah dewasa rohani; tidak bermegah, tidak memiliki kebanggaan diri, walaupun memiliki.
TUHAN tidak mungkin lantarkan kita masing-masing, karena kita adalah milik kepunyaan TUHAN, biji mata yang terus diperhatikan oleh TUHAN. Oleh sebab itu, dewasalah selama masih ada waktu yang TUHAN berikan ini.

Kemudian, pada ayat 9, ada dua perkara yang harus kita perhatikan dari mempelai perempuan:
Yang Pertama: “Bila ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya” Artinya; menjadi korban dan penebusan serta pendamaian bagi kehidupan yang masih kanak-kanak rohani. Perak itu berbicara tentang ketebusan; rela menjadi korban dan memperdamaikan orang lain. Itulah menjadi atap bagi mereka yang belum dewasa rohani.

Yang Kedua: “Bila ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang kayu aras
Untuk perkara ini, supaya lebih jelas, kita akan memperhatikan Kidung Agung 1:17.
Kidung Agung 1:17
(1:17) Dari kayu aras balok-balok rumah kita, dari kayu eru papan dinding-dinding kita.

Dari kayu aras balok-balok rumah kita” Berarti, perkataan mempelai perempuan pada ayat 9 bagian B adalah rela menjadi balok-balok rumah, artinya; rela menjadi tiang penopang di dalam rumah TUHAN. Biarlah kiranya kita semua menjadi suatu kehidupan yang dipancangkan di dalam rumah TUHAN untuk menjadi penopang-penopang di dalam rumah TUHAN.

Lalu, pada Kidung Agung 8:10, mempelai perempuan berkata: “Aku adalah suatu tembok” Berarti; memagari, melindungi supaya terpisah dari hal-hal yang tidak suci, hal-hal yang tidak baik, dan yang tidak benar. Jadilah “tembok” yang melindungi dan memagari dari hal-hal yang tidak suci, supaya rencana Allah yang besar ini terwujud, itulah pada hari dipinang, dengan lain kata; pesta nikah Anak Domba. Dalam hal ini, saya sedang berjuang untuk itu, tetapi terkadang ada saja dari antara sidang jemaat yang tidak mengerti; inilah yang sangat disayangkan.
Sebetulnya, TUHAN juga menjadi tembok yang memagari, melindungi kita semua. Yang pasti, kalau kita ini ladang, maka TUHAN menjadi tembok supaya;
-      Binatang buas tidak masuk dan tidak merusak ladang TUHAN; itulah hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
-      Pengaruh-pengaruh yang tak suci, hal-hal yang tidak suci tidak masuk ke dalam ladang-Nya.
-      Termasuk dunia dan arusnya tidak masuk ke dalam ladang-Nya.

Selanjutnya, mempelai perempuan berkata: “Buah dadaku bagaikan menara” Ini menunjukkan suatu penyembahan yang sangat tinggi, bagaikan menara TUHAN, sampai menjangkau takhta Allah.
Kanak-kanak membutuhkan buah dada, membutuhkan kedewasaan, kanak-kanak membutuhkan kenyamanan. Kanak-kanak akan merasa nyaman bila dia berada dalam gendongan dua tangan untuk menikmati air susu; di situlah dia merasakan kenyamanan. Kanak-kanak membutuhkan kenyamanan.

Biarlah kiranya kita membuktikan diri, bahwa kita betul-betul telah mencapai kedewasaan penuh, dengan lain kata; sudah berada pada penyembahan yang tertinggi, bagaikan menara yang tinggi sanggup menjangkau takhta Allah, di mana Yesus, Anak Allah, sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa, sedang memperhatikan keadaan kita masing-masing, sedang memperhatikan kehidupan kita masing-masing, berarti; Dita tampil sebagai tembok, Dia tampil sebagai pagar, yang melindungi, membela, memelihara kehidupan kita, supaya hati ini tetap terpelihara.
Inilah rencana Allah dalam kehidupan kita yang sudah TUHAN nyatakan lewat pribadi Yusuf.

Jadi, kita dapat mengambil suatu kesimpulan: Hikmat Yusuf diawali dengan korban Kristus, serta kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Hikmat Ã  Pembukaan Firman TUHAN. Kalau terjadi pembukaan Firman TUHAN, maka segala pintu-pintu yang tertutup akan terbuka; apa yang tidak mungkin bagi manusia, segalanya mungkin bagi Allah. Firman Allah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya. Firman Allah mempunyai kuasa dan daya cipta.
Kita bersyukur kepada TUHAN, karena TUHAN sudah menyatakan hikmat-Nya, sehingga masalah-masalah pun dapat terselesaikan, teratasi oleh hikmat.

Kejadian 40:6,8
(40:6) Ketika pada waktu pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah hati. (40:8) Jawab mereka kepadanya: "Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya." Lalu kata Yusuf kepada mereka: "Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku."

Oleh hikmat Yusuf, segala masalah teratasi, segala masalah terselesaikan. Tidak ada masalah, tidak ada persoalan yang tidak bisa teratasi oleh pembukaan Firman TUHAN. Memang, selama seseorang belum selesai dari pergumulan (persoalannya), dia akan tetap bersusah hati, tandanya; muka muram, tidak berseri-seri. Seperti kepala juru minuman dan kepala juru roti.
Tetapi lihatlah; hikmat Yusuf, pembukaan Firman Allah sanggup mengatasi segala persoalan sesulit apapun yang menghimpit kehidupan manusia. Kita membutuhkan pembukaan Firman Allah, kita membutuhkan hikmat.

Jadi, terang saja, orang yang sangat menjunjung tinggi korban Kristus, orang yang betul-betul satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus adalah orang yang berhikmat. Orang yang semacam ini tidak perlu ditakuti, orang yang semacam ini tidak perlu dikhawatirkan, sebab orang yang semacam ini masa depannya indah dan cerah, sebab dia tidak kuatir dalam keadaan situasi kondisi apapun di mana saja dia berada, sebagai bukti bahwa nyata pemeliharaan TUHAN di dalam hidupnya.

Hikmat mengatasi segala persoalan di atas muka bumi. Ayo, mulai sekarang, milikilah hikmat. Hikmat itu tidak datang karena kita memiliki ijazah tinggi. Justru kalau kita jauh dari TUHAN, maka apapun yang kita punya, termasuk ijazah tinggi, hal itu membuat kita menjadi sombong, tidak mau mendengar nasihat firman. Miliki hikmat, berarti; menjunjung tinggi korban Kristus, serta satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Dua kali Yusuf kehilangan jubah, itu menunjukkan bahwa Yusuf mantap dalam pengalaman kematian. Tetapi sekalipun demikian, Yusuf tidak mengalami kesusahan, Yusuf tidak lantas takut dan khawatir. Sampai akhirnya, Yusuf dilemparkan ke dalam penjara yang paling dalam pun, namun ia tetap saja tampil sebagai terang, bahkan ia menjadi pokok dari kebenaran itu sendiri.  Pemeliharaan, perlindungan, pembelaan TUHAN tetap berlaku bagi orang yang memiliki hikmat Allah.
Jadi, hidup kita dan masa depan kita tidak ditentukan oleh situasi kondisi yang ada, tetapi hikmat mengatasi segala sesuatu; karena memang kita betul-betul menjunjung tinggi korban Kristus, serta satu dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Di mana pun orang semacam ini berada, maka penyertaan, pemeliharaan, pembelaaan, perlindungan, tetap berlaku atasnya. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment