KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, July 31, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 JULI 2020



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 JULI 2020


KITAB KOLOSE
(Seri: 107)

Subtema: PENGUDUSAN OLEH DARAH SALIB KRISTUS

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan syukur kepada TUHAN oleh karena rahmat-Nya dan kasih karunia-Nya dianugerahkan bagi kita, sehingga malam ini kita boleh berada dalam suasana penyembahan, yang disebut juga dengan suasana mempelai.
Saya juga tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN, dan hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam ini.

Mari kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.

“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Kalimat ini adalah suatu pernyataan dari Allah yang ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.

Pelajaran yang baik dan indah bagi seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, dapat kita temukan dalam surat yang dikirimkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-27
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya, di sini dinyatakan sebanyak dua kali, yaitu:
1.      Yang pertama, ayat 25-27.
2.      Yang kedua, ayat 28-29.

Kita kembali untuk memperhatikan BAGIAN YANG PERTAMA, yaitu Efesus 5:25-27.
Efesus 5:25-26
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,

Kasih dari seorang suami terhadap isterinya harus sama seperti kasih Kristus kepada sidang-Nya, yang dibuktikan dengan pengorbanan-Nya atau penyerahan diri-Nya bagi jemaat, dengan maksud: untuk menguduskan sidang jemaat dengan air dan firman yang limpah.

Air dan firman yang limpah à sungai air kehidupan yang mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba, sesuai dengan Wahyu 22:1.
Yang Pertama: Yang mengalir keluar dari takhta Allah à Injil Keselamatan atau Injil Kerajaan, yang berkuasa untuk menjadikan kita sebagai anak-anak Allah, milik kepunyaan-Nya, kehidupan yang dimeteraikan Roh Kudus.
Yang Kedua: Yang mengalir keluar dari takhta Anak Domba à Cahaya Injil tentang Kemuliaan Kristus atau yang disebut juga dengan firman pengajaran yang rahasianya dibukakan -- Singkatnya; firman yang dibukakan --, sesuai dengan 2 Korintus 4:3-5. Adapun kuasa dari Cahaya Injil tentang Kemuliaan Kristus atau firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, ialah:
1.      Menyingkapkan segala yang terselubung, sama artinya: dosa dibongkar dengan tuntas (lahir batin), tidak ada dosa yang tersembunyi. Dalam hati pikiran dan perasaan dibongkar dengan tuntas; itulah kuasa dari Cahaya Injil tentang Kemuliaan Kristus, supaya kita juga bercahaya oleh kuasa dari Cahaya Injil tentang Kemuliaan Kristus. 
2.      Memberi pengertian kepada orang-orang bodoh. Tujuannya supaya orang-orang bodoh jangan berbuat kejahatan, jangan berbuat kesalahan, sebab itu merupakan  perbuatan bodoh di hadapan TUHAN.

TUHAN tidak melihat apakah ijazahnya tinggi atau tidak, atau apakah dia mempunyai ijazah atau tidak, apakah dia orang pandai atau orang bodoh, apakah dia orang kaya atau orang miskin. Untuk mengikuti TUHAN tidak diukur dari kepandaiannya asal saja kita mau mengakui dan menyerah terhadap pembukaan rahasia firman, maka pada saat itu juga pembukaan rahasia firman akan memberi pengertian kepada orang bodoh supaya orang bodoh tidak melakukan kesalahan atau tidak mengulangi kesalahan-kesalahannya sebab itu merupakan perbuatan bodoh di hadapan TUHAN.

Di dalam suratan Petrus juga disinggung mengenai pengudusan oleh karena darah salib Kristus -- adalah korban Kristus --. Segera saja kita berangkat untuk memperhatikannya dalam 1 Petrus 1.
1 Petrus 1:15-16,18-16
(1:15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, (1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Perikop (judul utama) ayat ini adalah “Kekudusan dan Kasih Persaudaraan”; itu adalah suatu kemurahan yang besar jika terjadi dalam kehidupan kita masing-masing, karena dampak dari kekudusan dan kasih persaudaraan adalah tidak akan mungkin saling menyakiti, apalagi di dalam nikah.  Hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan intim, yakni; hubungan nikah yang suci.

Penekanan dari ayat 15-16 adalah soal “kekudusan” untuk menjadi sama dengan Dia di dalam kekudusan.
Penekanan dari ayat 18-19: Dosa warisan -- dosa yang diwariskan dari orang tua, itulah kutuk nenek moyang, baik itu dosa kejahatan, maupun dosa kenajisan, baik kecemaran-kecemaran, kebodohan-kebodohan dari orang tua turun ke anak. Tetapi di sini dikatakan: Kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu dengan darah yang mahal. Mengapa disebut dengan “darah yang mahal?” Sebab darah yang mahal itu sama seperti darah Anak Domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Anak Domba disembelih bukan karena dosanya, itu sebabnya disebut “darah yang mahal.”

Dosa warisan atau perbuatan yang sia-sia ditebus dengan darah yang mahal; karena Anak Domba disembelih bukan karena dosanya, bukan karena kejahatannya, sesuai dengan apa yang dinyatakan pada ayat 19: “Sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Jadi, seorang hamba TUHAN, pelayan TUHAN, teramat lebih seorang pemimpin sidang jemaat bertanggung jawab di dalam penebusan ini; maka, kita sama-sama belajar saling mendoakan dan sama-sama mendoakan untuk hidup kudus dalam segala perkara, sehingga dengan demikian, kita dipakai TUHAN untuk menolong orang-orang yang masih jauh dari TUHAN, menjadi korban untuk menebus orang lain. Oleh sebab itu, biasakan diri supaya menyatu dengan pengertian, yaitu hidup tanpa cacat cela.

Singkatnya: Penebusan yang dikerjakan oleh darah salib Kristus membawa hidup gereja TUHAN kepada sebuah pengudusan di hadapan TUHAN. Kemudian, di dalam suratan Petrus ini kita menemukan suatu fakta yang nyata, bahwasanya Allah sangat mendambakan hidup gereja TUHAN untuk menjadi sama dengan Dia di dalam hal kekudusan, supaya akhirnya menjadi pasangan yang seimbang dengan TUHAN. Kalau kita hidup kudus di hadapan TUHAN, maka dengan demikian kita menjadi pasangan yang seimbang dengan TUHAN (menjadi penopang).
Kalau berperilaku seperti binatang yang diciptakan dari tanah, maka tidak bisa dijadikan sebagai pasangan yang seimbang bagi TUHAN, tidak bisa dijadikan sebagai penopang, sebagai alat kemuliaan TUHAN. Binatang tidak bisa memberi pengertian, karena mulut tidak dapat berbicara dengan baik, kecuali hanya bisa mengeluarkan suara, ngoceh terus; itulah binatang. Jadi, kalau melayani tetapi ngoceh terus, bersungut-sungut dalam memikul salib, sesungguhnya ia tidak layak untuk menjadi penopang.

1 Petrus 1:20
(1:20) Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.

Yesus Kristus adalah Kepala Gereja (Jemaat) dan Mempelai Pria Sorgawi; “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan.”

Kata “dipilih” menunjukkan Dia adalah Kepala jemaat, sekaligus suami yang betul-betul bertanggung jawab bagi keselamatan dari sidang mempelai-Nya. Itulah yang dimaksud dengan “dipilih.”
Saya tandaskan malam hari ini untuk pemuda-pemudi yang menantikan (mengharapkan) pasangan hidup; biarlah kiranya mendapatkan pasangan hidup sesuai dengan pilihan TUHAN. Kalau seorang pemuda mendapatkan pasangan hidup sesuai dengan pilihan TUHAN, maka kelak isterinya menjadi penopang yang baik; tidak banyak bicara, tidak banyak mengatur, tidak banyak bersungut-sungut, seperti Marta. Kalau seorang isteri suka bersungut-sungut, berarti dia ingin mengambil tempatnya laki-laki.

Jadi, jangan saudara mengadopsi cara dunia, yang menyatakan bahwa di mana-mana perempuan yang cerewet, bukan laki-laki; ini adalah pernyataan yang salah. Yang benar adalah perintah itu berasal (bersumber) dari kepala. Bendahara juga seharusnya adalah seorang laki-laki, bukan perempuan; yang mengatur segala sesuatu di rumah perbendaharaan adalah “kepala.” Ini adalah pengertian, bukan otoriter, melainkan supaya kita semakin fleksibel; jangan bersungut-sungut.

Saya ulangi kembali: Kata “dipilih” menunjukkan bahwa Dia adalah Kepala jemaat, sekaligus suami yang betul-betul bertanggung jawab demi keselamatan dari sidang mempelai-Nya, tubuh-Nya sendiri; itulah arti dipilih.

Supaya kita semakin diberkati malam hari ini, kita akan melihat penekanannya dalam Efesus 1.
Efesus 1:22-23
(1:22) Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. (1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Allah yang telah memilih Kristus sebagai Kepala bagi jemaat. Kalau Allah yang memilih Kepala bagi sidang jemaat, maka gereja TUHAN tidak perlu ragu lagi, tidak perlu bingung, tidak perlu takut, tidak perlu kuatir soal masa depan, apalagi soal keselamatan hidup; pasti dipelihara TUHAN.

Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus ...” Oleh sebab itu, selayaknyalah kita bersyukur karena Allah telah meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus, termasuk si seteru, termasuk lawan, sebab kepala ular telah diremukkan oleh tumit Yesus dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib, di bukit Golgota. Jadi, kalau Allah yang memilih Kepala atas gereja TUHAN, maka kita tidak perlu ragu; Allah telah meletakkan musuh-Nya di bawah kaki salib Kristus. Allah tidak pernah salah di dalam hal memilih.

Kemudian, sesudah kebangkitan-Nya, di dalam Injil Matius 28:18 Ia berkata kepada murid-murid: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Kurang apa baiknya TUHAN Yesus? Kurang apa baiknya Allah? Ia telah memilih Kristus sebagai Kepala, sebagai seorang suami yang betul-betul bertanggung jawab di dalam hal penyelamatan tubuh-Nya.

Selanjutnya, di sini dikatakan: “Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.” Sungguh luar biasa baiknya Allah kepada kita; Perhatian Allah itu lebih dari perhatian suami-suami yang ada di atas muka bumi ini, termasuk perhatian saya belum sempurna kepada isteri saya. Tetapi Allah sangat memperhatikan sidang mempelai-Nya, asal kita fokus kepada Allah, jangan memikirkan yang lain-lain.

Efesus 1:23
(1:23) Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Kemudian, penekanan pada ayat 23 ini ialah “Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia.” Artinya, Kristus, yang adalah Kepala, telah menggenapi segala sesuatunya di dalam diri kita masing-masing, termasuk menggenapi hukum Taurat, dengan demikian kita hidup di dalam hukum kasih karunia, bebas dari hukum Taurat. TUHAN telah menggenapi hukum Taurat itu di dalam diri kita, supaya dengan demikian kita semua berada di dalam suatu kedudukan yang luar biasa dan heran, yaitu hidup di dalam kasih karunia Allah, hidup di dalam kemurahan hati TUHAN.

“Kasih karunia” menurut Matius 5:17-18 adalah, YANG PERTAMA: Bagaikan “iota” = Rendah hati.
Iota adalah kumpulan huruf yang terkecil pada abjad Yunani, di mana arti rohani dari “iota” adalah rendah hati. Jadi, kalau saya dan saudara bisa menjadi suatu kehidupan yang rendah hati, itu adalah kasih karunia, di mana Hukum Taurat digenapi dalam kehidupan kita masing-masing.
Biarlah kiranya dalam pengikutan kita kepada TUHAN; makin hari makin rendah hati, makin tahun makin lemah lembut, bukan semakin mengeraskan hati. Apalagi kalau sudah memperoleh pengertian yang suci lewat pembukaan firman, maka tidak boleh semakin mengeraskan hati, justru harus semakin lemah lembut dan rendah hati. Jangan gunakan ayat ini untuk serang balik; itu namanya pengetahuan untuk melawan sesama. Ingat; perjuangan kita bukan melawan sesama, tetapi melawan penghulu di udara uang gelap; jangan keliru dalam hal berjuang.
Jadi, rendah hati adalah kasih karunia. Oleh sebab itu, rendah hatilah.

“Kasih karunia” menurut Matius 5:17-18 adalah, YANG KEDUA: Bagaikan “satu titik” = Kecil dan rela dikecilkan.
Orang yang rendah hati, belum tentu mau (bisa) rela dikecilkan. Kita datang melayani TUHAN dengan rendah hati, tetapi ketika dikecilkan belum tentu bisa (mampu) melakukannya. Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita setelah bagaikan “iota”, lanjut bagaikan “satu titik”, di mana kehidupan yang kecil rela dikecilkan; menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung; dan itu merupakan kasih karunia Allah.
Kalau menderita karena pukulan, itu bukan kasih karunia; tetapi kalau dengan rela menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung -- yang disebut dengan “satu titik” -- itu adalah kasih karunia.

Jadi, kehidupan kita ini adalah “kepenuhan Dia”, sebab Dia menggenapi segala sesuatu di dalam diri kita, termasuk menggenapi hukum Taurat, supaya kita jangan berada di bawah hukum Taurat. Dan kita juga tidak menjalankan ibadah ini secara Taurat, melainkan berada dalam suatu kedudukan yang istimewa, hidup dalam kasih karunia.

Selanjutnya, kita akan memperhatikan HAL YANG LAIN yang juga dipenuhkan atau digenapi di dalam hidup gereja TUHAN.
Efesus 4:10-15
(4:10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,

Pada ayat 10 ini ada dua hal berkat yang luar biasa yang kita temukan lewat kematian dan kebangkitan, yakni:
BERKAT YANG PERTAMA: “Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik.” Ini berbicara tentang pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya. Kalau Ia mati dan bangkit, berarti Ia telah berkemenangan terhadap musuh (si seteru), terhadap lawan yang menimbulkan dosa, antara lain:
1.      Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat.
2.      Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan kerohanian dari anak-anak TUHAN.
3.      Iblis atau Setan dengan pengaruhnya yang menyebabkan terjadinya pendurhakaan (pemberontakan).
Kemudian, musuh yang terakhir yang dikalahkan ialah “maut.” Biarlah kiranya dapat dipahami dengan baik.
Ia telah turun (mati) dan telah naik (bangkit) adalah tanda kemenangan; Dia telah mengalahkan si seteru, musuh yang menimbulkan dosa. Kita patut bersyukur, sebab Allah telah memilih bagian yang terbaik dalam kehidupan kita masing-masing.

BERKAT YANG KEDUA: “Untuk memenuhkan segala sesuatu”, di mana Ia memberikan lima jabatan kepada hidup gereja TUHAN, antara lain;
1.      Jabatan rasul.
2.      Jabatan nabi.
3.      Jabatan penginjil.
4.      Jabatan gembala.
5.      Jabatan guru.
Kita patut bersyukur, sebab Dia telah memenuhkan segala sesuatu di dalam hidup gereja TUHAN, termasuk Ia juga yang memberikan lima jabatan, dengan tujuan untuk untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, singkatnya; demi terwujudnya kesatuan tubuh ... Efesus 4:12.

Masing-masing kita harus bertanggung jawab di dalam kesatuan tubuh ini. Tidak boleh egois mencari kesenangan dari hal-hal yang tak suci. Sekali lagi saya tandaskan; kita masing-masing harus bertanggung jawab di dalam pembentukan tubuh Kristus.

Kesimpulannya: Allah yang telah memilih Kristus sebagai Kepala atas sidang jemaat-Nya atau tubuh-Nya. Pendeknya, pilihan Allah tepat untuk kita, anak-anak TUHAN yang juga tubuh-Nya, sebab Dia adalah;
-          Kepala yang berkemenangan, sebab segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah kaki-Nya.
-          Kristus telah memenuhkan atau menggenapi segala sesuatu atas sidang mempelai-Nya.

Dalam pemberitaan firman pun saudara harus bisa mendoakan saya; dengan duduk diam tenang fokus, itu sudah mendukung saya, sehingga kita diberkati dan kita rendah di kaki salib Kristus. Sebab tadi kita sudah melihat bahwa penopang tidak berasal dari binatang.

Kita kembali membaca Efesus 5:26-27.
Efesus 5:26-27
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Tujuan dari pengudusan oleh air dan firman yang limpah ialah untuk menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu = kudus, tidak bercela = sempurna. Jelas hal ini menunjuk kepada mempelai perempuan TUHAN. Itulah tujuan dari pengudusan oleh air dan firman yang limpah.

Biarlah kiranya kita senantiasa menikmati air dan firman yang limpah lewat pembukaan Firman TUHAN, supaya kita dibawa kepada suatu pengudusan, bahkan sampai tanpa cacat cela, kudus, tidak bercela, sama dengan; sempurna, itulah mempelai perempuan TUHAN. Itulah akhir dari penyucian, yaitu “kesempurnaan.”

Jadi, pengudusan dari air dan firman itu membawa kita sampai kepada tanpa cacat cela = sempurna, itulah mempelai TUHAN. Singkatnya, kesempurnaan ini adalah tugas dari hamba-hamba TUHAN, termasuk saya, sebagaimana Rasul Paulus dengan giat memperjuangkan sidang jemaat di Korintus di hadapan TUHAN.

2 Korintus 11:2
(11:2) Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Jemaat di Korintus dipertunangkan kepada Kristus sebagai perawan suci, sama dengan; tidak bercacat dan tidak bercela. Ini adalah tugas dari seorang hamba TUHAN di hari-hari terakhir ini untuk mempertunangkan gereja TUHAN kepada satu laki-laki sebagai perawan suci kepada Kristus, yang adalah Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.

Jadi, seorang hamba TUHAN tidak boleh sibuk dengan yang lain-lain, tidak boleh sibuk dengan hal-hal lahiriah yang ada di atas muka bumi ini. Tetapi hamba TUHAN harus sibuk dengan satu perkara, yaitu mempertunangkan gereja TUHAN kepada satu laki-laki sebagai perawan suci kepada Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Itulah tugas dari seorang hamba TUHAN, seorang gembala sidang, seorang pemimpin sidang jemaat; tidak boleh sibuk dengan yang lain-lain, apalagi fokus berbicara soal Theologi kemakmuran, fokus dengan berkat-berkat jasmani, bahkan di tengah-tengah ibadah pelayanannya hanya sebatas mengadakan mujizat-mujizat kesembuhan, tetapi soal penyucian oleh kuasa dari korban Kristus diabaikan.

Itu sebabnya, di dalam Injil Matius 7:23 kepada hamba-hamba Tuhan, dikatakan: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
Kalau hanya berbicara berkat di tengah ibadah dan pelayanannya; seorang hamba TUHAN hanya sibuk berbicara berkat dan mujizat-mujizat kesembuhan, tetapi mengabaikan pengudusan oleh korban Kristus, maka TUHAN berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” karena hamba TUHAN yang demikian adalah pembuat kejahatan.
Dulu kita berpikir bahwa mencuri, tidak mengembalikan sepersepuluh itu adalah kejahatan; tetapi kalau hanya sibuk soal perkara lahiriah, itu adalah hamba TUHAN yang tidak dikenal dan pembuat kejahatan di hadapan TUHAN.

Malam hari ini kita diluruskan oleh TUHAN lewat pengertian yang suci melalui air firman yang limpah, itulah pembukaan rahasia Firman Allah yang dinyatakan bagi kita dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita. Kita patut bersyukur, sebab Allah telah memberikan Kristus sebagai Kepala bagi kita semua.

Kita lihat KEADAAN dari PERAWAN SUCI di dalam Wahyu 14.
Wahyu 14:1,4
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

144.000 (seratus empat puluh empat) ribu orang merupakan inti dari mempelai TUHAN, di mana mereka itu digambarkan seperti Puteri Sion (gunung Sion). Kemudian, di sini dikatakan: “mereka murni sama seperti perawan”, berarti; suci di atas suci.

Selain “mereka murni sama seperti perawan”, pada ayat 5 dikatakan ...
Wahyu 14:5
(14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

Kemudian, 144.000 (seratus empat puluh empat) ribu orang itu “mereka tidak bercela”, berarti; kudus, tidak bercela; itulah mempelai TUHAN.

Tetapi yang pasti di sini: Kesempurnaan dari mempelai perempuan itu nyata sekali, sebab di ayat 4 dikatakan: “Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan.
“Perempuan-perempuan”, yang dimaksud di sini menunjuk kepada dua perempuan yang hebat di dalam melakukan sesuatu yang tidak baik dan tidak suci di hadapan TUHAN, itulah;
1.      Perempuan Izebel.
2.      Perempuan Babel.
Berarti, kalau tidak mencemarkan diri dengan “dua perempuan” ini, sama artinya;
-    Menempatkan Kristus sebagai Kepala dalam kehidupan mereka, sebab menolak “ajaran Izebel.” Kemuliaan dari seorang perempuan adalah tudung (rambut panjang), itu berbicara soal ketundukan. Jadi, ketundukan dari inti mempelai perempuan TUHAN ini sungguh nyata, sebab mereka tidak mencemarkan diri dengan perempuan Izebel.
-   Hidup dalam kesucian, lepas dari dosa kenajisan, tidak mencemarkan diri dengan dosa kenajisan, itulah kenajisan dari “Babel.”
Yang pasti, “murni seperti perawan” artinya adalah lepas dari pengaruh dua perempuan hebat dalam perkara yang tidak suci ini, itulah “Izebel” dan “Babel.” Mulai dari sekarang, kita belajar untuk menghindarkan diri dari dua ajaran perempuan hebat ini.
Belajar menempatkan Kristus sebagai Kepala atas tubuh, berarti; dengar-dengaran. Belajar memandang salib Kristus, terlebih jika mulai tersirat sesuatu yang tidak suci di dalam pemikiran dan hati ini. Jika mulai tersirat sesuatu yang najis dalam pikiran dan hati ini, lepaskan diri dari situ, pandang saja darah salib Kristus yang menguduskan kehidupan kita sampai sempurna, tanpa cacat cela.

Jika laki-laki melihat sesuatu yang tidak suci, langsung patahkan. Sedikit kesaksian: Rumah yang bunda (orang tua kami) beli, di situ ada dibuat guna-guna, tetapi saya tidak tahu di mana itu diletakkan, sehingga Setan itu tetap ada. Jadi, jika pikiran bunda mulai kosong, Setan itu ada, tetapi puji TUHAN, bunda sadar kembali. Suatu kali ketika bunda sakit, tiba-tiba ada seorang ibu menangis di sampingnya, lalu bunda langsung menengking dan berkata: “Pergi kamu, saya pelintir kepalamu.” Lalu, laki-laki besar juga ada di situ, dan bunda melihat, kemudian berkata: “Pergi kamu, saya pelintir kamu, karena saya anak TUHAN Yesus. Darah salib berkuasa atasku.
Mungkin saudara tidak mengalami hal yang sama dengan pengalaman bunda, tetapi manakala dalam pikiran dan hati ini mulai tersirat sesuatu yang najis -- itulah ajaran Babelonia -- langsung ingat darah salib Kristus, sebab kasih Allah yang luar biasa telah menempatkan Kristus sebagai Kepala atas jemaat-Nya.

Wahyu 14:5
(14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta ...” Dalam Yakobus 3:2 mengatakan: Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, tidak bercacat dan tidak bercela.

Suasana mempelai adalah suasana penyembahan, dan malam ini kita akan tersungkur di kaki salib Kristus.

Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Suasana mempelai diliputi dengan suasana penyembahan, karena mempelai TUHAN ada di dalam hubungan intim atau nikah yang suci.

Jadi, sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, bahwa: Suasana mempelai diliputi dengan suasana penyembahan; sudah berada dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada TUHAN, sebab hati ini sudah sepenuhnya miliknya TUHAN, bukan untuk (kepada) yang najis. Menempatkan Kristus sebagai Kepala -- sebagai tanda ketundukan -- dan hati ini adalah milik TUHAN sepenuhnya.
Banyak pengertian-pengertian dari dosa warisan (kutuk nenek moyang) yang menyatakan; hati boleh terseret kepada kenajisan, asal jangan bersetubuh. Sesungguhnya, ini adalah pengertian yang salah, pengertian yang keliru, sehingga orang yang semacam ini seringkali membenarkan dirinya.

Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, bahwa: Suasana mempelai diliputi dengan suasana penyembahan oleh hubungan nikah yang suci. Kalau hanya memiliki “firman” dan “Roh” saja, itu tidak cukup; oleh sebab itu, kerohanian harus sampai kepada penyembahan, penyerahan diri sepenuh kepada Allah, itulah yang menggairahkan Mempelai Pria Sorga terhadap mempelai perempuan-Nya. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment