KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, July 28, 2020

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 25 JULI 2020



IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 25 JULI 2020

STUDY YUSUF
(Seri: 201)

Subtema: MELAYANI TANPA UPAH DISERTAI PERCIKAN DARAH

Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Tidak lupa saya menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba TUHAN, teramat lebih pemuda remaja yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Mari kita mohonkan kemurahan dari TUHAN, supaya TUHAN memberikan pembukaan firman-Nya bagi kita malam hari ini, sehingga kehidupan muda remaja di hari-hari terakhir ini dipulihkan oleh TUHAN, dibaharui dan dikuatkan oleh TUHAN untuk menghadapi ujian demi ujian di mana hari-hari terakhir ini keadaan dunia sudah semakin tidak menentu, dosa semakin merajalela, bahkan dunia ini sudah berada pada puncaknya malam atau yang disebut dengan masa kesesakan.

Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari STUDY YUSUF dari Kejadian 41.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."

Sebelum datang tujuh tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki:
-      Yang sulung bernama Manasye.
-      Yang kedua bernama Efraim.

Selanjutnya, kita akan melihat arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari yang sulung, yakni Manasye.
MANASYE, artinya; Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yakni:
1.      Yusuf lupa kepada kesukarannya.
2.      Yusuf lupa kepada rumah bapanya.

Kita masih memperhatikan KESUKARAN YUSUF yang dibagi dalam tiga fase.
-      Fase yang pertama: “Yusuf tinggal bersama saudara-saudaranya”Kejadian 37.
-      Fase yang kedua: “Yusuf di rumah Potifar”Kejadian 39.
-      Fase yang ketiga: “Yusuf berada di dalam penjara” Kejadian 40.

Sekarang kita akan memperhatikan FASE YANG KETIGA, yaitu “Yusuf berada di dalam penjara.”
Kejadian 40:13
(40:13) dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau dan mengembalikan engkau ke dalam pangkatmu yang dahulu dan engkau akan menyampaikan piala ke tangan Firaun seperti dahulu kala, ketika engkau jadi juru minumannya.

Kalau dahulu kita pernah melakukan makar rohani -- pemberontakan atau pelanggaran dalam bentuk apapun -- kepada TUHAN, namun lihatlah; korban penebusan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib di bukit Golgota 2000 (dua ribu) tahun yang lalu -- itulah yang dsebut dengan pengalaman kematian --, selanjutnya bangkit pada hari ketiga. Jadi, oleh karena pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus, kepala juru minuman itu kembali kepada pangkat semula.
Dan semua orang berhak untuk merasakan apa yang dirasakan oleh kepala juru minuman ini, asal betul-betul menghargai korban Kristus, asal betul-betul menghargai pengalaman kematian dan kebangkitan dari Yesus Kristus, Anak Allah.

Kejadian 40:14
(40:14) Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini.

Setelah mengartikan mimpi dari juru minuman itu dan melihat arti dari mimpi itu pun baik, maka segera saja Yusuf berpesan kepada juru minuman itu supaya ia (kepala juru minuman) ingat kepada Yusuf apabila keadaannya telah baik nanti, di mana ia (kepala juru minuman) dikembalikan kepada pangkatnya yang semula sebagai kepala juru minuman istana Firaun.

Pendeknya: Yusuf berusaha untuk melepaskan dirinya dari dalam penjara dengan caranya sendiri. Dalam hal ini, Yusuf berpikir secara manusiawi.
Tidak dipungkiri, manakala kehidupan anak-anak TUHAN, orang Kristen, teramat lebih pemuda remaja berada di dalam penjara kesusahan, terpasung oleh penderitaan, seringkali kita ingin berusaha untuk keluar dari penjara kesusahan itu, itulah hal yang dialami oleh Yusuf, tetapi dalam hal ini, Yusuf berpikir secara manusiawi.

Kejadian 40:23
(40:23) Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.

Tetapi kenyataannya, Yusuf tidak diingat, melainkan dilupakan oleh kepala juru minuman itu. Banyak orang juga berbuat demikian; setelah diberkati, namun ia lupa kepada kebaikan dan kemurahan TUHAN; tetapi kita tidaklah demikian.

Perlu untuk diketahui: Keluarnya Yusuf dari dalam penjara bukan dengan kekuatan manusia, tetapi sesuai dengan rencana Allah sendiri. Jadi, biarlah kiranya kita berada dalam rencana Allah, mengikuti aliran sungai yang mengalir ke mana TUHAN membawa kita semua. Manusia hanya bisa berencana, tetapi kehendak TUHANlah yang jadi.
Demikian juga dengan kelepasan yang dialami oleh gereja TUHAN dari penjara dunia ini; bukan karena kekuatan manusia, melainkan sesuai dengan rencana dari Allah sendiri. Sebab, tidak ada satu pun kekuatan manusia yang sanggup membebaskan dirinya dari penjara dunia ini, selain oleh kuasa Allah yang heran dan besar, yakni hikmat atau pembukaan Firman Allah itu sendiri. Oleh sebab itu, kehidupan muda remaja jangan berhenti untuk mendoakan saya, supaya TUHAN terus pakai di dalam hal pembukaan rahasia firman, supaya kita bisa dilepaskan dari penjara dunia ini, karena tiada satu pun kekuatan manusia yang bisa membebaskan dirinya dari penjara dunia ini.

Singkatnya: Yusuf masih tinggal di dalam penjara selama kurang lebih dua tahun lagi.

Kejadian 40:14-15
(40:14) Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. (40:15) Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini."

Kembali saya sampaikan dengan tandas: Yusuf berusaha untuk melepaskan dirinya dari dalam penjara dengan caranya sendiri, menunjukkan bahwa Yusuf berpikir secara manusiawi.

Ada dua hal yang melatarbelakangi sehingga Yusuf berpikir secara manusiawi, YANG PERTAMA: Karena jasanya, sebab ia (Yusuf) telah mengartikan mimpi dari kepala juru minuman itu. Yusuf berharap supaya kiranya kepala juru minuman itu menunjukkan rasa ucapan terima kasihnya kepada Yusuf apabila nanti kepala juru minuman itu sudah baik keadaannya, sebab Yusuf telah berjasa karena dapat mengartikan mimpi dari kepala juru minuman itu.

Perlu untuk diketahui: Selama kita mendiami kemah ini, kita tidak lepas dari penderitaan, sebab tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi kalau yang sempurna itu datang, maka persis seperti malaikat; tidak ada lagi rasa terhadap rasa sakit, tidak lagi merasakan penderitaan.

Namun, mari kita bandingkan dengan kehidupan dari Rasul Paulus.
1 Korintus 9:16
(9:16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.

Rasul Paulus berkata: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri.” Artinya, di dalam hal memberitakan Injil, seorang hamba TUHAN tidak mempunyai alasan untuk memegahkan dirinya, sama dengan; tidak perlu merasa berjasa.

Demikian juga dengan saya, tidak perlu merasa berjasa, sebab memang itu adalah tanggung jawab dari gembala sidang, itu merupakan tanggung jemaat dari seorang pemimpin sidang jemaat di hadapan TUHAN, tidak perlu memegahkan diri, tidak perlu merasa berjasa. Demikian juga anak-anakku kaum muda remaja di dalam hal melayani TUHAN sesuai karunia jabatan, juga sesuai dengan talenta-talenta yang dipercayakan oleh TUHAN; tidak perlu merasa berjasa.
Sebaliknya, di dalam hal memberitakan Injil, itu merupakan keharusan bagi seorang hamba TUHAN, bagi pemimpin sidang jemaat, teramat lebih bagi Rasul Paulus. Biarlah hal ini dipahami oleh kehidupan kita masing-masing.

1 Korintus 9:17
(9:17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.

Pemberitaan Injil adalah tugas penyelenggaraan yang harus dipikul oleh pemimpin sidang jemaat (gembala sidang atau hamba TUHAN). Masing-masing kita harus memikul tanggung jawabnya masing-masing sesuai karunia-karunia jabatan yang dipercayakan oleh TUHAN kepada kita.

1 Korintus 9:18-19
(9:18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. (9:19) Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Sebenarnya, kalau seorang hamba TUHAN atau pemimpin sidang jemaat dipercaya untuk memberitakan Injil, itu adalah suatu upah yang besar bagi seorang hamba TUHAN, dengan satu tujuan; untuk memenangkan sebanyak mungkin jiwa-jiwa.

Jadi, kepercayaan di dalam hal memberitakan Injil, itu merupakan upah yang jauh lebih besar dari sekedar uang, dengan demikian TUHAN pakai hamba TUHAN yang seperti ini untuk memenangkan sebanyak mungkin orang. Tetapi kalau melayani karena upah, karena uang, karena ada kepentingan pribadi, tentu orang semacam ini tidak dipakai oleh TUHAN untuk memenangkan jiwa, karena kuasa TUHAN tidak ada di dalam diri seorang hamba TUHAN yang melayani karena upah.
Di dalam suatu kepercayaan, di situlah letak kuasa TUHAN. Jadi, letak kuasa TUHAN itu ada di dalam diri seorang hamba TUHAN yang dipercaya. Kalau tidak dipercaya, maka tidak memiliki kuasa untuk memenangkan jiwa; itulah hubungan timbal baliknya, supaya kita jangan keliru di dalam hal beribadah, di dalam hal mengikuti TUHAN, di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN.

Ciri-ciri apabila seorang hamba TUHAN menerima upah (kuasa) yang besar ialah dapat menyelami hati banyak orang dengan karakter (tabiat) yang berbeda-beda.

1 Korintus 9:20-22
(9:20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (9:21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. (9:22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.

Rasul Paulus berusaha untuk menyelami hati:
1.      Orang-orang Yahudi, sehingga ia menjadi seperti orang Yahudi.
2.      Orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun ia tidak berada di bawah hukum Taurat.
3.      Bangsa kafir yang tidak mengenal hukum Taurat.
4.      Orang-orang yang masih terdapat kelemahan di sana dan di sini.
5.      Bagi semua orang.
Jadi, dipercaya untuk melayani TUHAN seperti Rasul Paulus dipercaya untuk memberitakan Injil, itu merupakan upah yang lebih besar dari pada sekedar menerima upah, karena TUHAN sekaligus menyertakan kuasa-Nya. Tetapi bagi mereka yang melayani karena upah, mereka tidak berkuasa untuk memenangkan banyak orang.

Namun hal ini sudah menjadi contoh yang baik bagi kita malam ini, supaya dari detik ini dan seterusnya kita betul-betul melayani TUHAN tanpa upah, karena di situ nanti TUHAN akan menyertakan kuasa-Nya yang ajaib, sekaligus menyertakan kuasa-Nya yang heran untuk memenangkan banyak jiwa, memenangkan banyak orang dengan berbagai-bagai karakter (tabiat).
Kalau kita hanya bisa mengerti orang tertentu, berarti belum ada kuasa, tetapi lihatlah; Rasul Paulus dapat menyelami hati orang lain dengan berbagai-bagai karakter dan berbagai-bagai tabiat; dia mengerti keadaan orang lain baik dalam susah maupun dalam senang.

Tetapi dalam hal ini bukan berarti Yusuf adalah pribadi yang melayani karena upah, bukan; melainkan Yusuf ini yang walaupun adalah gambaran dari mempelai TUHAN, tetapi masih saja ada kekurangan, belum sesempurna Mempelai Laki-Laki Sorga.
Ingat: Jika melayani tanpa upah, maka TUHAN sertakan (satu paket) dengan kuasa-Nya yang heran.

Ada dua hal yang melatarbelakangi sehingga Yusuf berpikir secara manusiawi, YANG KEDUA: Karena hal ihwal Yusuf, yaitu Yusuf dipenjara tanpa salah. Yusuf dicuri dan diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani, kemudian dia tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan ia layak dimasukkan ke dalam liang tutupan.

Hal ihwal Yusuf adalah dipenjara tanpa salah, atau disebut juga; sengsara tanpa dosa. Saya berharap, sengsara semacam ini tidak asing bagi kita. Kalau karena kesalahan lantas kita harus menderita dan mendapat teguran atau nasihat-nasihat, itu adalah hal yang wajar. Tetapi harus ada peningkatan lebih dari itu, yaitu mengalami sengsara tanpa dosa, supaya kelak kita bisa sama sempurna seperti Dia. Tanpa pengalaman sengsara tanpa dosa, maka tidak mungkin kita sempurna. 

Dalam Pengajaran Tabernakel, “sengsara tanpa dosa” terkena pada tujuh kali percikan darah di atas tutup pendamaian dan tujuh kali percikan darah di muka peti perjanjian.

Berkaitan dengan itu, segera saja kita berangkat untuk memperhatikan Imamat 16.
Imamat 16:2-3,14-15
(16:2) Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian. (16:3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. (16:14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali. (16:15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.

Sekali setahun seorang imam besar masuk ke dalam Ruangan Maha Suci untuk mengadakan pendamaian dosa dan penebusan dosa dengan membawa darah lembu jantan muda dan darah domba jantan ke dalam Ruangan Maha Suci. Lalu, imam besar mengadakan tujuh kali percikan darah baik ke atas tutup pendamaian maupun ke depan tabut perjanjian.

-      Tujuh kali percikan darah di atas tutup pendamaian à Sengsara yang dialami oleh Mempelai Pria Sorga bagi sidang mempelai-Nya. Jadi, sengsara tanpa dosa dialamo oleh Yesus Kristus untuk sidang mempelai-Nya.
-      Tujuh kali percikan darah di depan tabut à Sengsara sebagai penyucian yang dialami oleh gereja untuk mencapai kesempurnaannya sebagai mempelai wanita TUHAN.

Jadi, sengsara tanpa dosa itu merupakan penyucian yang dialami gereja TUHAN yang arahnya supaya kita sempurna menjadi mempelai wanita TUHAN. Itu sebabnya, tadi di atas saya katakan; kalau kita salah, ada teguran dan kita harus alami korban, itu adalah hal yang wajar. Tetapi tidak hanya rela berkorban karena dosa sendiri, melainkan harus meningkat, yakni mengalami sengsara tanpa dosa, itulah tujuh kali percikan darah yang dialami oleh Mempelai Laki-Laki dan juga dialami oleh gereja, supaya lewat sengsara tanpa dosa terjadi penyucian yang mengarah sampai kepada kesempurnaan.

Tidak mungkin seseorang sempurna kalau tidak mengalami tujuh kali percikan darah, itulah sengsara tanpa dosa. Sadarilah, bersikaplah bijaksana, dan lebih dewasa mulai dari sekarang, jangan uring-uringan, karena hanya darah salib yang sanggup membebaskan kita dari kutuk dosa, kutuk kenajisan dan pelanggaran-pelanggaran apapun. Berlakulah bijaksana sekalipun tidak mempunyai ijazah apa-apa, apalagi kalau sudah mempunyai ijazah sarjana. Banyak calon sarjana di tempat ini, oleh sebab itu bersikaplah dewasa, jangan kanak-kanak lagi, sebab kedatangan TUHAN sudah dekat. Tujuan percikan darah ini adalah supaya jiwa kita diselamatkan oleh TUHAN, sebab TUHAN sekarang sedang menyelami hati kita masing-masing, oleh sebab itu jangan tolak rencana Tuhan ini.

Tujuh kali percikan darah atau sengsara tanpa dosa memang mau tidak mau harus dialami oleh gereja TUHAN, oleh pemuda remaja, sebab itu merupakan penyucian yang terakhir yang membawa kita menuju kepada kesempurnaan. Tidak ada jalan lain.
Banyak jalan menuju Roma, tetapi untuk menuju sorga hanya ada satu jalan dan hanya satu pintu, itulah pribadi Yesus Kristus, sengsara tanpa dosa, tujuh kali percikan darah.
Kalau saudara sudah dikuatkan oleh pengertian ini, maka bersyukurlah dan jangan menolaknya.

Jadi, mau tidak mau, kita harus kena mengena dengan darah salib Kristus, mau tidak mau kita harus kena mengena dengan percikan darah Yesus Kristus.

1 Petrus 1:2
(1:2) yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.

Siapakah mereka yang kena mengena dengan percikan darah Yesus? Yaitu; Orang yang taat dan menerima percikan darah Yesus Kristus adalah:
1.      Orang-orang yang dipilih TUHAN.
2.      Orang-orang yang betul-betul berada dalam rencana Allah.
3.      Orang-orang yang dikuduskan oleh Roh TUHAN.
Itulah orang-orang yang taat kepada Yesus Kristus dan rela menerima percikan darah Yesus Kristus.

-      “Dipilih.” Berarti, diawali dengan menghargai panggilan. Siapa yang menghargai panggilan? Ialah orang-orang yang senantiasa memberitakan salib di mana pun berada.
-      “Berada dalam rencana Allah”, menunjuk kepada; orang yang mengangkat dua tangan sebagai tanda penyerahan diri dihadapan Tuhan.
-      “Dikuduskan oleh Roh TUHAN.” Biarlah kiranya kita semua berada dalam kegiatan Roh. Biarlah kiranya kita semua berada di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, sebab lewat ibadah dan pelayanan ini kita dikuduskan oleh TUHAN.
Inilah orang-orang yang taat kepada Yesus Kristus. Inilah orang-orang yang mengalami percikan darah Yesus Kristus. Berarti, mau tidak mau, kita memang harus kena mengena dengan percikan darah Yesus Kristus, kita tidak boleh menghindar dari situ, tidak boleh lari dari kenyataan, tetapi bersikaplah dewasa dan jangan uring-uringan.

Pikul salib supaya kutuk nenek moyang putus. Kalau melihat kesalahan dari orang tua turun kepada kehidupan muda remaja, hal itu bisa diputuskan hanya dengan darah salib, supaya jangan suka berdalih dan jangan suka mencari alasan. Karena nanti kalau sudah terjebak dengan kesalahan sendiri, maka tidak ada penyesalan, sebab TUHAN sudah ingatkan kita supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari. Biasanya, orang yang sudah terlanjur terjebak, ia akan setengah mati dalam penyesalan.

Ibrani 11:28
(11:28) Karena iman maka ia mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka.

Kalau pun kita harus mempersembahkan korban Paskah, dari lembu jantan muda dan domba jantan, sebagai korban pendamaian dan korban penebusan, sekaligus mengalami percikan darah, motor penggeraknya itu adalah iman, bukan semata-mata karena ada kepentingan. Sebab iman adalah motor penggeraknya hidup rohani kita.

Tujuannya korban Paskah dan tujuh kali percikan darah adalah supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh.
Ketika korban Paskah disembelih pada waktu senja, kemudian TUHAN memerintahkan supaya dari darah korban Paskah itu diperciki dan disapukan pada kedua tiang pintu dan ambang atas pintu dari setiap perkemahan bangsa Israel dengan menggunakan hisop, tujuannya adalah supaya tulah pemusnah tidak masuk ke dalam setiap perkemahan bangsa Israel, supaya pembinasa dari anak-anak sulung tidak menyentuh anak sulung bangsa Israel.
Itulah pentingnya darah korban Paskah dan percikan darah, yaitu supaya pembinasa anak sulung jangan menyentuh dan tulah pemusnah tidak masuk ke setiap perkemahan bangsa Israel.

Kalau sampai hari ini kita dilindungi dari virus Corona, sesungguhnya itu karena darah salib Kristus. Buktinya; sehebat apapun dokter menghindari dirinya, sehebat apapun seseorang mengisolasi dirinya, tetapi kalau memang harus kena tetaplah kena. Tetapi sejauh ini, TUHAN melindungi kita oleh percikan darah dan korban Paskah; tulah pemusnah tidak menyentuh kehidupan kita, pembinasa anak sulung tidak menyentuh kehidupan kita; oleh sebab itu, kita patut bersyukur untuk hal itu.
Sia-sialah usaha orang yang membangunnya jikalau bukan TUHAN yang membangunnya; sia-sialah pengawal berjaga-jaga jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah. Tetapi ingat; TUHAN memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur, itulah pengalaman kematian (korban Paskah).

Tetapi karena tidak ada tanda darah dan percikan darah pada setiap kemah bangsa Mesir, maka TUHAN menulahi anak-anak sulung dari orang Mesir sampai kepada anak sulung binatang mereka.

Sekarang, marilah kita lihat status bangsa Israel di hadapan TUHAN dalam Keluaran 4.
Keluaran 4:22
(4:22) Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung;

Beginilah firman TUHAN: “Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung” Ini adalah pengakuan TUHAN secara langsung kepada Musa, di mana Israel diakui sebagai anak sulung.

Lebih jauh kita akan melihat ANAK SULUNG.
Keluaran 4:23
(4:23) sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung."

Singkatnya, hak kesulungan itu menunjuk kepada ibadah dan pelayanan.

Kalau kita mau diakui sebagai anak sulung, maka kita harus lepas dari perbudakan Firaun, lepas dari perbudakan Mesir, lepas dari perbudakan dosa dan berada pada hari perhentian untuk beribadah dan melayani TUHAN; itulah anak sulung. Kalau akhirnya kita menjadi anak sulung, motor penggeraknya adalah iman; semata-mata bukan karena kita hebat.

Ibrani 9:12-14
(9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (9:13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Sengsara tanpa dosa atau percikan darah berkuasa untuk menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia.
Di dalam 1 Petrus 1:18-19, perbuatan yang sia-sia itu merupakan dosa warisan, dosa yang diwariskan dari orang tua, atau yang disebut dengan kutuk nenek moyang. Tetapi oleh karena sengsara tanpa dosa, percikan darah berkuasa untuk menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia.

Tanda penyucian terhadap hati nurani yang jahat, di sini dikatakan: “kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”, bukan kepada allah yang mati, bukan kepada berhala-berhala. Pendeknya, bebas dari segala berhala-berhala apapun di atas muka bumi ini. Jadi, orang yang mengalami percikan darah dapat beribadah kepada Allah yang hidup, berarti bebas dari berhala.

Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN, apapun itu bentuknya. Misalnya;
-      Kalau meninggalkan TUHAN, meninggalkan ibadah dan pelayanan karena pekerjaan, itu adalah berhala; berarti, pekerjaan dijadikan tuhan-tuhan kecil di bumi. Karena pendidikan, kuliah dan lain sebagainya atau pun karena kesibukan perkara lahiriah, karena bisnis usaha apa pun, lalu dia meninggalkan TUHAN, meninggalkan ibadah dan pelayanan, itu juga merupakan berhala.
-      Ada lagi berhala yang kedua, yaitu kekerasan hati.
-      Ada lagi berhala yang berikutnya, itulah kebenaran diri sendiri.
Janganlah kita jadikan itu semua sebagai tuhan-tuhan kecil di bumi; harus lepas dari situ. Tetapi lewat sengsara tanpa dosa dan percikan darah, maka kita boleh beribadah kepada Allah yang hidup, bukan kepada allah yang mati, lepas dari segala jenis berhala di atas muka bumi ini.

Ibrani 10:19,22-24
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (10:24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. (10:25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Oleh karena korban Paskah dan pemercikan darah, sekarang ini kita boleh berada pada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok. Dalam ayat 22-24, kita menemukan tiga kata yang menunjuk kepada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok;
1.      “Iman” .. ayat 22 à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
2.      “Pengharapan” ... ayat 23 à Ketekunan dalam Ibadah (Kebaktian) Raya Minggu (Umum) disertai dengan kesaksian.
3.      “Kasih” ... ayat 24 à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan, sebagai puncak dari ibadah.

Ibrani 10:26-17
(10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (10:27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.

Apabila seseorang dengan sengaja meninggalkan ibadah dan pelayanan sesudah ia memperoleh pengertian atau kebenaran tentang tiga macam ibadah pokok, maka darah korban Paskah, yaitu lembu jantan muda dan domba jantan, tidak berlaku atas dia = binasa. Sebaliknya, di sini dikatakan; yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.
Biasanya, orang yang sudah mengerti tentang kebenaran, terkhusus soal ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok tetapi sengaja meninggalkannya, itu menunjukkan bahwa dia adalah pendurhaka (pemberontak).

Kalau akhirnya kita mempunyai keberanian untuk tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sesungguhnya itu tidak lepas dari korban Paskah dan tujuh kali percikan darah. Tetapi sebaliknya, kalau kita sudah memperoleh pengertian tentang kebenaran, terkhusus soal ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, lalu akhirnya dengan sengaja kita tinggalkan tiga macam ibadah pokok, maka korban Paskah (lembu jantan muda dan domba jantan) termasuk percikan darah, tidak berlaku atas dia, sebab itu sama dengan mendurhaka terhadap TUHAN.

Sebetulnya; sangkal diri dan pikul salib merupakan sarana yang efektif dan merupakan kesempatan bagi kita. Oleh sebab itu, janganlah kita sia-siakan kesempatan kita. Jangan kita merasa capek, lalu kita buang salib itu. Ingat; salib adalah kesempatan bagi kita.

Ibrani 10:29
(10:29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?

Jika seseorang dengan sengaja meninggalkan tiga macam ibadah pokok, maka setara dengan tiga dosa lainnya:
1.      Menginjak-injak Anak Allah. Siapa kita ini yang berani menginjak-injak Anak Allah? Tetapi sebetulnya, dengan tidak menghargai tiga macam ibadah pokok, maka sama dengan menginjak-injak Yesus Kristus, Anak Allah.
2.      Menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya. Artinya, menganggap najis korban Paskah dan tujuh kali percikan darah.
3.      Menghina Roh kasih karunia.
Jadi, meninggalkan tiga macam ibadah pokok, sama dengan; kehilangan Allah Trinitas, yaitu TUHAN Yesus Kristus.

Hal ini harus dipahami, sebab banyak orang Kristen mengalami kekeliruan, mengapa saya katakan demikian? Kalau dia kehilangan uang, dia akan menangis; kalau dia kehilangan jabatan, dia akan menangis; kalau dia kehilangan sesuatu yang lahiriah, dia akan merasa kehilangan sekali dan dia berduka oleh karena itu. Tetapi kalau dia kehilangan TUHAN Yesus Kristus, Allah Trinitas, yang menciptakan langit dan bumi dan yang sudah memberkati dia, namun dia tidak merasa kehilangan dan tidak merasa berdosa; ini menunjuk kepada situasi yang sudah parah, ini adalah kondisi kritis sekali, camkanlah hal ini. Jangan keliru lagi.

Ibrani 10:30
(10:30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."

-      TUHAN berkata: “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan” Jadi, sebelum pembalasan itu terjadi, malam ini saya sampaikan dengan tandas; perhatikan firman malam ini.
-      Kemudian, TUHAN berkata: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya” Sebelum hari penghakiman itu tiba, dengan tandas saya sampaikan malam ini; hargailah korban Paskah, biarlah kita dengan rela mengalami tujuh kali percikan darah, yakni;  sengsara tanpa dosa sebagai penyucian yang terakhir.
Mulai sekarang, belajar untuk rela memikul salib oleh karena dosanya sendiri. Kalau sudah terbiasa dengan hal itu, selanjutnya harus meningkat sampai kepada sengsara tanpa dosa dan percikan darah; sebab itulah yang akan menyempurnakan gereja TUHAN, tidak ada cara lain. Jadi, jangan gunakan logika di dalam hal mengikuti TUHAN.
Kalau ada ajaran lain yang mengatakan bisa masuk sorga tanpa percikan darah, saya katakan itu tidaklah benar. Atau dalam satu penggembalaan tidak diajarkan soal tujuh kali percikan darah dan hanya sibuk berbicara soal berkat, itu adalah pembuat kejahatan dan TUHAN tidak mengenal hamba TUHAN yang demikian.

Ibrani 10:30
(10:31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.

Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. Kalau karena pengikutan kita kepada TUHAN, kita menyangkal diri dan memikul salib, lalu manusia menghakimi kita dan kita jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, maka TUHAN akan membela kita. Tetapi kalau kita jatuh ke tangan TUHAN; ngeri benar. Sadarlah, karena TUHAN sedang memberikan pengertian dan kecerdasan kepada kita saat ini.

Ibrani 12:24
(12:24) dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.

Perlu untuk diketahui: Tujuh kali percikan darah lebih kuat dari darah Habel yang sudah tertumpah ke tanah.

Mari kita lihat peristiwa itu dalam Kejadian 4.
Kejadian 4:8-9
(4:8) Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. (4:9) Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"

Kain telah membunuh Habel, adiknya, tetapi Kain tidak mengakui dosa itu kepada TUHAN, sebab setelah TUHAN bertanya: “Di mana Habel, adikmu itu?”, jawab Kain kepada TUHAN adalah “Aku tidak tahu!” Artinya, Kain tidak mau mengakui dosanya sekalipun ia telah membunuh Habel, adiknya.

Hati-hati, jangan kita sama seperti Kain; kalau sempat berbuat dosa, akuilah dengan jujur, tidak usah malu, dengan catatan; jangan mengulangi lagi. Jangan sampai kita sudah pernah mengakui dosa, namun kita menyangkalnya lagi kepada sesama dan di hadapan TUHAN. Kalau memang pernah melakukan dosa kesalahan, akui saja; baik lahir maupun batin, baik pikiran maupun jasmani, akui saja. TUHAN tidak menuntut apa-apa selain “akui saja”, sesudah itu “jangan berbuat lagi”.

Ciri-ciri orang yang tidak mau mengakui dosanya: Dapat dilihat dari jawaban Kain yang kedua, yaitu: “Apakah aku penjaga adikku?” Artinya, tidak bertanggung jawab atau suka melepaskan diri dari tanggung jawab.
Pendeknya, Kain tidak memiliki Roh mempelai, sebab mempelai perempuan TUHAN bertanggung jawab terhadap adiknya, sesuai dengan Kidung Agung 8:8-10. Orang yang melepaskan diri dari tanggung jawab, ia tidak memiliki Roh mempelai. Yang sudah melayani TUHAN, yang dipercayakan karunia-karunia oleh TUHAN, yang dipercayakan berapapun talenta oleh TUHAN, belajarlah untuk bertanggung jawab. Tetapi yang tidak kalah penting adalah jujur terhadap segala pelanggaran-pelanggaran, karena ciri-ciri orang yang tidak mau mengaku dosa adalah tidak bertanggung jawab, tidak memiliki Roh mempelai.

Sekali lagi saya sampaikan: Bertanggung jawab adalah Roh mempelai. Jadi, janganlah kita melayani karena rutinitas, tetapi betul-betul karena bertanggung jawab terhadap TUHAN; itulah Roh mempelai. Milikilah Roh mempelai, yang adalah Roh kesatuan.

Kejadian 4:10
(4:10) Firman-Nya: “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.

“Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. Darah Habel berteriak kepada TUHAN dari tanah, artinya; darah Habel dapat bercerita dan memberitahukan segala peristiwa-peristiwa yang terjadi, yaitu ketika Kain membunuh Habel. Semua kronologis pembunuhan itu dapat diceritakan dengan sejelas-jelasnya oleh darah Habel yang tertumpah di tanah.
Kalau darah tertumpah di tanah, lalu dari tanah darah itu berteriak, bercerita tentang peristiwa pembunuhan yang terjadi, maka betapa hebatnya darah Habel itu.

Tetapi, lihatlah Ibrani 11:4.
Ibrani 11:4
(11:4) Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain” Ternyata, Habel ini mempersembahkan korban yang lebih baik; ini sama dengan penyembahan yang tertinggi, itulah puncak ibadah.
Lihat, karena iman ia masih berbicara kepada TUHAN, sesudah ia mati. Betapa hebatnya darah Habel, tetapi jangan lupa, itu semua karena ibadahnya sudah sampai kepada puncak, inilah penyembahan yang tertinggi. Jadi, motor penggerak dari hidup rohani kita adalah “iman”, sehingga sampai kepada penyembahan yang tertinggi, sebagai puncak ibadah.
Akhirnya, lihatlah; darah itu dapat berbicara dari tanah dan berteriak dan memberitahukan semua kronologis (peristiwa) terjadinya pembunuhan itu. Betapa hebatnya darah Habel, sebab sudah diawali dengan penyembahan yang tertinggi, sebagai puncak ibadah. Jadi, tidak cukup hanya makan dan minum, tidak cukup hanya memiliki firman dan kesaksian Roh, tetapi harus sampai kepada penyembahan tertinggi, itulah puncak ibadah (puncak rohani).

Ibrani 12:24
(12:24) dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.

Darah Habel memang hebat karena bisa berteriak dan bisa bersaksi dari tanah, tetapi percikan darah lebih berkuasa, lebih kuat dan lebih benar dari pada darah Habel.

Mari kita lihat KUASA DARI PERCIKAN DARAH.
Ibrani 9:13-14
(9:13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (9:14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Kalau percikan darah lembu jantan dan domba jantan menyucikan yang bersifat lahiriah, tetapi percikan darah menyucikan hati nurani kita, menyucikan hati manusia yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata. Jadi, percikan darah itu bertujuan supaya lepas dari pembinasa anak sulung.

Ibrani 9:15
(9:15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.

Darah Yesus atau korban Paskah, serta percikan darah dapat menyelamatkan orang yang terpanggil untuk dapat menerima bagian yang kekal. Kalau darah Habel masih dalam bentuk bersaksi, tetapi percikan darah atau sengsara tanpa dosa dapat menyelamatkan kehidupan kita sehingga mendapat bagian yang kekal.

Kejadian 40:14-15,23
(40:14) Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. (40:15) Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini." (40:23) Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.

Pesan Yusuf tidak diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakan. Berarti, tujuh kali percikan darah itu betul-betul mantap dalam pribadi Yusuf.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas; mau tidak mau, kita harus mengalami tujuh kali percikan darah sebagai penyucian yang terakhir untuk membawa kita kepada kesempurnaan.

Kejadian 41:1
(41:1) Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri di tepi sungai Nil.

Yusuf masih tinggal dan tetap di dalam penjara selama dua tahun lagi juntuk mengalami tujuh kali percikan darah. Jadi, keluarnya Yusuf nanti bukan dari kekuatan manusia, tetapi oleh karena rencana Allah sendiri lewat hikmat Allah yang dimiliki oleh Yusuf, itulah pembukaan Firman TUHAN.

Kita bersyukur, malam ini TUHAN melawat kita, dan lawatan ini merupakan uluran tangan kasih TUHAN untuk memberi jalan keluar, menolong kita, melepaskan kita dari penjara dunia ini sampai akhirnya nanti menjadi orang yang kedua di Mesir, menjadi seorang yang berkuasa di Mesir. Demikian juga, oleh hikmat itu, kita menjadi mempelai TUHAN. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment