KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, July 11, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 09 JULI 2020



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 09 JULI 2020


KITAB RUT
(Seri: 100)

Subtema: KELEDAI BEBAN MUDA DIBAWA MASUK KE YERUSALEM

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Puji TUHAN, oleh karena kemurahan TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.

Segera saja kita menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Lagi kata Naomi kepada Rut, menantunya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
Singkatnya, Naomi menjelaskan kepada Rut menantunya itu bahwasanya Boas adalah kerabat atau saudara terdekat dari Elimelekh, suaminya; dialah salah seorang yang wajib menebus Naomi dan Rut.

Jadi, apa yang telah dijelaskan oleh Naomi kepada Rut, menantunya itu, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di Israel; hal itu ditulis dengan jelas di dalam Imamat 25:24-25. Lalu, penggenapan dari nubuatan Imamat 25:24-25 telah dikerjakan oleh pribadi Yesus Kristus dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib. Perkara ini diakui dan ditulis di dalam Injil Matius 20:28, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”, menjadi tebusan terhadap orang-orang yang terjual kepada maut, seperti Naomi dan Rut.

Saya tambahkan sedikit: Naomi beserta suaminya dan anak-anaknya pernah meninggalkan Betlehem-Efrata; tentu mereka menjual harta bendanya, bahkan menjual milik pusaka mereka. Sedangkan Rut, jelas adalah bangsa kafir, bangsa Moab, bukan bangsa Israel. Pendeknya, baik Naomi maupun Rut, menantunya itu, telah terjual kepada maut.

Demikianlah Naomi menjelaskan perkara itu kepada Rut menantunya itu setelah mereka kembali ke Betlehem.

Sekarang kita melangkah maju untuk melihat ayat 21.
Rut 2:21
(2:21) Lalu kata Rut, perempuan Moab itu: "Lagipula ia berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sampai mereka menyelesaikan seluruh penyabitan ladangku."

Lalu kata Rut, perempuan Moab itu: “Lagipula ia berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku …” Artinya, setelah mendapatkan penjelasan dari Naomi, mertuanya itu, sontak saja (mendadak) Rut teringat kembali dengan perkataan Boas kepadanya yang tertulis di dalam Rut 2:8.

Boas rohani itulah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus, Dialah Kepala Gereja, di mana perkataan-perkataan-Nya selalu diingat oleh murid-murid-Nya.
Contoh peristiwa:
-     Satu kali pada Injil Matius, tepatnya pada Injil Matius 26:75. Hal ini telah disampaikan beberapa waktu lalu.
-          Dua kali pada Injil Lukas, antara lain;
1.      Injil Lukas 22:61.
2.      Injil Lukas 24:8
Hal ini pun telah diterangkan, dan tentu kita juga telah diberkati oleh TUHAN.
-          Tiga kali pada Injil Yohanes, antara lain;
1.      Injil Yohanes 2:17.
2.      Injil Yohanes 2:22.
3.      Injil Yohanes 12:16.


Hal yang pertama dan yang kedua pada Injil Yohanes -- itulah Injil Yohanes 2:17 dan Injil Yohanes 2:22 -- telah diterangkan, dan sekarang kita akan memperhatikan hal yang ketiga dari Injil Yohanes, di mana perkataan-perkataan Yesus selalu diingat oleh murid-murid-Nya.

Keterangan: TIGA KALI PADA INJIL YOHANES, antara lain, Yang Ketiga:
Yohanes 12:14-16
(12:14) Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis: (12:15) "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai." (12:16) Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia.

Kesimpulannya: Yesus menunggangi keledai muda, di mana tujuannya adalah Yerusalem -- ini (Yerusalem) adalah tujuan yang sebenarnya, sehingga Yesus menunggangi keledai muda tersebut.

Tetapi pada ayat 16 dikatakan: “Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu …” Demikian juga halnya kita; dahulu, sebelum ditunggangi oleh TUHAN Yesus Kristus lewat ibadah pelayanan ini, kita tidak mengerti arah dan tujuan dari rencana TUHAN dalam kehidupan kita masing-masing. Bahkan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut TUHAN, kita anggap hal itu adalah suatu kebodohan; tidak mengerti arah dan tujuan rencana TUHAN dalam kehidupan kita sebagai bangsa kafir. Mengapa demikian? Hal ini digambarkan pada ayat 14.

Yohanes 12:14
(12:14) Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis:

Kita semua sama dengan “Seekor keledai muda”.
Tambahan dari keledai muda ini telah dinubuatkan oleh nabi Zakharia 9:9.

Zakharia 9:9
(9:9) Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.

Di sini lebih jauh kita melihat: Yesus mengendarai atau menunggangi “Seekor keledai beban yang muda”.

Singkatnya, kita menemukan tiga kata, antara lain;
1.      Keledai.
2.      Beban.
3.      Muda.
Jadi, jelas, inilah keberadaan kita bangsa Kafir sebelum ditunggangi oleh TUHAN lewat ibadah dan pelayanan ini, bagaikan tiga kata yang ditemukan dalam Zakharia 9:9.

Kita akan memperhatikan penjelasan tentang “Seekor keledai beban yang muda”.
Tentang: “KELEDAI.”
Keledai à Bangsa kafir. Kita ini bukan bangsa Yahudi, bukan bangsa Israel, tetapi kita ini adalah bangsa kafir. Kalau kita ditunggangi oleh TUHAN lewat ibadah dan pelayanan ini, itu adalah suatu kemurahan yang luar biasa, yang kita alami dan terima dari TUHAN.

Tentang bangsa kafir ini juga bisa kita temukan dalam Perjanjian Baru, sesuai dengan apa yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Efesus.
Efesus 2:1-3
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

Bangsa kafir sebelum ditunggangi oleh TUHAN sudah mati atau sudah terjual kepada maut, persis seperti kedudukan dari pada Naomi dan Rut, menantunya itu; sebab ketika Naomi beserta Elimelek, suaminya, dan anak-anaknya meninggalkan Betlehem, betul-betul mereka telah menjual harta benda mereka, bahkan menjual milik pusaka yang menjadi bagian mereka. Singkatnya, baik Naomi maupun Rut sudah terjual kepada maut.
Demikianlah kedudukan dari pada bangsa kafir sebelum di dalam TUHAN, maka wajar saja kalau mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu.

Jadi, bangsa kafir sebelum ditunggangi oleh TUHAN sudah mati, sudah terjual kepada maut karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa mereka, antara lain;
1.      Mengikuti jalan dunia ini.
2.      Mentaati penguasa kerajaan angkasa.
3.      Hidup di dalam hawa nafsu daging.

Selanjutnya, kita akan melihat keterangan tiga perkara di atas.
Keterangan: “Mengikuti jalan dunia ini.”
Dunia ini mempunyai arus yang sangat kuat untuk menghanyutkan dan menenggelamkan kehidupan dari anak-anak TUHAN sampai nanti pada akhirnya anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani.

1 Yohanes 2:15-17
(2:15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (2:16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. (2:17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Jikalau seseorang mengasihi dunia, maka sudah barang tentu kasih akan Bapa tidak ada di dalam diri orang itu. Mengapa demikian? Sebab segala sesuatu yang ada di dalam dunia hanyalah;
1.      Keinginan daging, bukan keinginan Roh. Keinginan daging ini bertentangan sekali dengan keinginan Roh.
2.      Keinginan mata.
3.      Keangkuhan hidup.

Kalau seseorang hidup di luar TUHAN, segala sesuatu yang dia miliki yang berasal dari dunia ini, mulai dari harta, kekayaan, uang yang banyak, kedudukan, jabatan atau kekuasaan yang dia miliki, serta perkara-perkara lahiriah lainnya, semuanya itu merupakan pemicu keangkuhan hidup dari bangsa kafir.
Tetapi kalau kita hidup di dalam TUHAN, sekalipun mempunyai, tetapi seolah-olah tidak mempunyai, biasa saja, tetap dalam kedudukannya, yakni di dalam kerendahan hati.

Sebaliknya, orang (kehidupan) yang menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikut TUHAN, ia tetap hidup selama-lamanya. Jadi, saudara tidak perlu bersungut-sungut, tidak perlu harus berbantah-bantah, tidak perlu harus ngomel manakala kita harus menyangkal diri dan memikul salibnya di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan. Mengapa? Karena kita sekarang ini -- yang adalah bangsa kafir -- sedang ditunggangi oleh TUHAN, di mana tujuannya ialah Yerusalem baru.

Tidak ada kerugian saat menyangkal diri dan memikul salib, sebab hal itu bertujuan supaya kita memiliki hidup yang kekal. Berbeda dengan mereka yang mengasihi dunia dengan segala yang ada di dalamnya, mereka akan binasa seperti dunia ini akan berlalu.

Keterangan: “Mentaati penguasa kerajaan angkasa.”
Dalam Efesus 2:2 dikatakan; penguasa kerajaan angkasa sedang menguasai dan sedang bekerja di antara orang-orang durhaka, sedang bekerja di antara orang-orang yang memberontak kepada TUHAN.

Kita lihat sedikit tentang PENDURHAKAAN di dalam 1 Samuel 15.
1 Samuel 15:23
(15:23) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."

Dosa pendurhakaan atau dosa pemberontakan setara dengan dosa bertenung. Bertenung, artinya;
1.      Mencari petunjuk-petunjuk dari arwah-arwah atau penguasa kerajaan angkasa, tidak mencari petunjuk dari TUHAN.
2.      Mencari petunjuk-petunjuk dari Setan lewat praktek perdukunan.
3.      Mengikuti arahan dari zodiak atau horoskop-horoskop perbintangan. Seseorang yang suka membeli togel (toto gelap) itu selalu menggunakan horoskop sebagai petunjuk, supaya ia mendapat keuntungan dari undian yang tidak sah itu.
Itulah yang disebut bertenung.

Kemudian, “Pendurhakaan” itu akan diikuti dengan “Kedegilan hati”. Sementara, kedegilan hati atau kekerasan hati setara dengan dosa berhala atau terafim (tugu yang didirikan).
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN, misalnya; meninggalkan TUHAN atau ibadah dan pelayanan hanya karena pekerjaan, hanya karena uang, hanya karena kesibukan-kesibukan di dunia ini, hanya karena bisnis, dan lain sebagainya. Kalau meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya karena kesibukan, hanya karena uang, harta, kekayaan, pendidikan, itulah yang disebut berhala. Jadi, kekerasan hati itu merupakan penyembahan berhala.

Singkatnya, dosa pendurhakaan (pemberontakan) dan dosa kedegilan hati (kekerasan hati) terjadi karena penolakan terhadap firman TUHAN, seperti Saul menolak Firman Allah.
Tidak mungkin ada dosa pemberontakan (pendurhakaan), tidak mungkin ada dosa kedegilan (kekerasan hati), kalau ia dengan rela hati mau menerima/menuruti dan mengikuti Firman TUHAN.

Keterangan: “Hidup di dalam hawa nafsu daging.”
Dalam Efesus 2:3, hidup di dalam hawa nafsu daging, berarti;
Yang Pertama: Menuruti kehendak daging, bukan menuruti kehendak TUHAN, atau sama dengan; tidak menyangkal diri dan tidak memikul salibnya.
Yang Kedua: Menuruti pikiran yang jahat. Andai saja seseorang menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga di dalam Kristus Yesus, maka pastilah kita sama seperti Yesus di dalam tindakan-Nya, yaitu:
1.      Rela melepaskan segala kebanggaan diri, asal kita memiliki TUHAN Yesus Kristus. Sama seperti Anak rela meninggalkan Bapa dan rumah-Nya di dalam sorga untuk turun ke dunia, artinya; tidak mempertahankan hak sebagai milik yang harus dipertahankan.
2.      Rela mengosongkan diri, sama dengan; menghampakan diri atau berada di titik nol, titik terendah. Kalau titik nol (menghampakan diri) merupakan ruang lingkup dari seorang hamba TUHAN, ruang lingkup dari seorang pelayan TUHAN (imam-imam), maka dia pasti selalu ingat TUHAN, pasti ia selalu ingat pekerjaan TUHAN. Titik nol merupakan pertemuan antara garis vertikal dengan garis horizontal. Jadi, sentral dari ibadah pelayanan ini merupakan titik nol.

Demikianlah orang yang hidup menuruti hawa nafsu dan keinginan daging, selain menuruti kehendak daging, ia juga menuruti pikiran yang jahat. Tetapi andai saja kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, maka kita sudah sama seperti Dia dalam tindakan-Nya.

Kita bandingkan sejenak dengan pribadi Rasul Paulus di dalam Filipi 3.
Filipi 3:7
(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

Yang dahulu merupakan keuntungan bagi Rasul Paulus, sekarang dianggap rugi karena dia sudah memiliki Kristus.

Filipi 3:8
(3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

Singkatnya, kebanggaan diri dianggap sampah atau kotoran, supaya Rasul Paulus memperoleh Kristus; dia tidak mempertahankan haknya sebagai milik yang harus dipertahankan. Segala sesuatu yang di belakang sudah dia tinggalkan supaya ia memiliki Kristus.

Andai saja kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, maka kita tentu sama dengan perbuatan-Nya; rela meninggalkan Bapa dan rumah-Nya di dalam sorga, tidak mempertahankan hak sebagai milik yang harus dipertahankan. Demikian halnya dengan Rasul Paulus; segala kebanggaan diri dianggapnya sampah dan kotoran asal ia memiliki Kristus.
Ini adalah suatu contoh yang baik, benar, suci dan mulia yang telah dibuktikan oleh Rasul Paulus di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya di hadapan TUHAN, dan dia juga rela menyerahkan dirinya untuk dipertimbangkan di hadapan sidang jemaat.

Galatia 5:16-17
(5:16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (5:17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

Suatu perintah yang harus diperhatikan, yaitu “Hiduplah oleh Roh”, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging lagi, sama seperti Rasul Paulus; segala kebanggaan diri dianggap sampah atau kotoran, supaya ia memiliki Kristus.
Mengapa harus hidup oleh Roh? Sebab keinginan daging bertentangan dengan keinginan Roh, demikian sebaliknya; keinginan Roh bertentangan dengan keinginan daging; kedua-duanya itu bertentangan, bertolak belakang (kontradiksi).

Kalau kita hidup oleh Roh, pada ayat 17 dikatakan: “ … Sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” Artinya; kalau kita hidup oleh Roh, maka tidak lagi hidup menurut daging, seperti itulah Rasul Paulus setelah di dalam TUHAN, setelah ditunggangi oleh TUHAN lewat ibadah dan pelayanannya.

Galatia 5:18-21
(5:18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (5:19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (5:20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Barangsiapa menuruti hawa nafsu dan kehendak daging, serta menuruti pikiran-pikiran yang jahat, maka ia tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.
Alangkah ruginya kalau kita masih menuruti keinginan daging dan menuruti kehendak daging, serta menuruti pikiran-pikiran yang jahat ini. Walaupun kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, namun pada akhirnya tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga. Jadi, banyak kerugian yang terjadi kalau masih hidup menurut keinginan daging dan menurut kehendak daging, serta masih menuruti pemikiran yang jahat; banyak kerugian yang terjadi. Biar seberapa banyak kita berkorban di tengah ibadah dan pelayanan ini, namun ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga.

Terkhusus seorang pelayan TUHAN sangat penting dan perlu untuk penuh dengan Roh TUHAN, sebab sudah pasti ruang lingkupnya adalah titik nol; dia tidak lalai dengan pekerjaan TUHAN, itulah Rasul Paulus. Apa artinya kita menjalankan, mengusahakan ibadah ini tetapi masih hidup menurut daging, tidak mempersiapkan diri untuk berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, begadang sampai jauh tengah malam untuk perkara daging. Biarpun melayani dengan segala pengorbanan, namun ia tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga, sebab ia melayani dalam keadaan daging (ngantuk-ngantuk).

Ada 15 (lima belas) tabiat daging: (1) percabulan, (2) kecemaran, (3) hawa nafsu, (4) penyembahan berhala, (5) sihir, (6) perseteruan, (7) perselisihan, (8) iri hati, (9) amarah, (10) kepentingan diri sendiri, (11) percideraan, (12) roh pemecah, (13) kedengkian, (14) kemabukan, (15) pesta pora.
Itu sebabnya, di ayat 16, Rasul Paulus sudah memerintahkan “hiduplah oleh Roh”, supaya tidak hidup menurut kehendak daging.

Jadi, kembali saya sampaikan: Di dalam Yohanes 12:14 dikatakan Yesus menunggangi “Seekor keledai muda”, tetapi dalam Zakharia 9:9 dikatakan Yesus mengendarai atau menunggangi “Seekor keledai beban yang muda”.
Tadi kita sudah memperhatikan tentang “Keledai”, yang menunjuk kepada; bangsa kafir, di mana dahulu sudah terjual kepada maut oleh karena tiga perkara;
1.      Hidup menurut arus dunia.
2.      Mendurhaka atau dikuasai oleh roh pemberontakan, dikuasai oleh penguasa kerajaan angkasa.
3.      Hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Itulah keadaan dari pada bangsa kafir sebelum di dalam TUHAN, yang digambarkan seperti keledai dengan kelemahan-kelemahannya, dengan segala kedunguannya. Tetapi ternyata, menurut nubuatan Zakharia, keledai ini disebut juga dengan “Keledai beban”. Oleh sebab itu, sekarang kita akan memperhatikan tentang “beban”.

Kita akan memperhatikan penjelasan tentang “Seekor keledai beban yang muda”.
Tentang: “BEBAN.”
Beban di punggung keledai, jelas itu menunjuk keadaan bangsa kafir yang masih ditunggangi oleh beban dosa, masih ditunggangi oleh perkara-perkara dosa. Memang, tiadalah mungkin seseorang mengalami kelepasan dari dosa jikalau ia tidak kena mengena terhadap darah salib Kristus. Hanya darah salib Kristus yang berkuasa untuk melepaskan kita dari beban dosa, persis seperti yang ditulis oleh 1 Petrus 1:18-19.

1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Kita ditebus dari hutang dosa bukan dengan harta, bukan dengan kekayaan, itulah yang disebut barang fana, bukan pula dengan perak atau batangan emas, tetapi oleh darah salib Kristus. Tiadalah mungkin bangsa kafir yang jauh dari TUHAN bisa lepas dari beban dosa, jika tidak kena mengena dengan darah salib Kristus; itu sesuatu yang mustahil.

Lihatlah keadaan dari pada KELEDAI BEBAN ini, itulah kehidupan bangsa kafir dicengkram oleh dosa.
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

Keadaan bangsa kafir sebelum di dalam TUHAN:
Yang Pertama: Disebut orang-orang tak bersunat = bangsa yang tidak bersunat. Artinya, daging dengan segala keinginan-keinginan yang jahat itu masih berkuasa, masih melekat di dalam diri kehidupan bangsa kafir.
Yang Kedua: Hidup mereka ialah;
1.      Tanpa Kristus, sama dengan; tanpa kepala. Kalau Kristus tidak menjadi Kepala, berarti serigala dan burung yang menjadi kepala. “Serigala” à roh jahat, di mana pekerjaannya ialah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala. Sedangkan, “Burung” à roh najis, di mana pekerjaannya ialah menghambat pembangunan tubuh Kristus.
2.      Tidak termasuk kewargaan Israel, sama artinya; bukan milik kepunyaan TUHAN.
3.      Tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Kristus adalah "Ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.
4.      Tanpa pengharapan. Saya teringat di mana Rasul Paulus memberi suatu pengertian oleh roh hikmat dan wahyu yang dia terima dari TUHAN, sehingga oleh karena pengertian itu, jemaat di Efesus mengerti tentang rahasia Kerajaan Sorga. Kemudian, mereka juga memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, sampai pada akhirnya mata rohani mereka dicelikkan. Ketika mata mereka tercelik, maka mereka dapat mengerti pengharapan apa yang terkandung dalam panggilan TUHAN.
Banyak orang Kristen yang dalam panggilannya (dalam mengikuti TUHAN) hanya berharap soal berkat-berkat jasmani, hanya soal perkara-perkara lahiriah ataupun mujizat-mujizat kesembuhan secara lahiriah, tidak lebih dari pada itu. Itulah keadaan orang yang hidup tanpa kebenaran; tidak mengenal kebenaran, mata rohaninya tidak tercelik, tidak mengenal TUHAN dengan benar, tidak mengerti pengharapan apa yang terkandung dalam panggilannya.
5.      Tanpa Allah di dalam dunia. Seseorang yang hidup tanpa Allah di dalam dunia, maka orang yang semacam ini pasti hidup dalam kesombongan, hidup dalam kecongkakan. Persis seperti orang fasik di dalam Mazmur 10:4, Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya. Hidup dalam kesombongan, hidup dalam kecongkakan, pongah, cinta akan uang/loba.

Kalau seseorang mengalami lima hal -- pada bagian kedua -- ini, maka sudah pasti berujung pada maut. Demikianlah keadaan dari pada bangsa kafir; betul-betul masih dikuasai oleh dosa, daging masih berkuasa. Itulah soal “beban.”

Kita akan memperhatikan penjelasan tentang “Seekor keledai beban yang muda.
Tentang: “MUDA.”
Arti rohani dari muda ialah suatu kehidupan yang;
1.      Belum mempunyai pengalaman hidup rohani di dalam TUHAN.
2.      Belum mempunyai pengertian yang benar dari TUHAN.
3.      Tidak rendah hati, berarti; sombong, angkuh, congkak.
Itulah arti “muda”. Muda, berarti belum tua, belum dewasa di dalam penggembalaan.

Yohanes 21:18
(21:18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."

Yesus berkata kepada Simon Petrus, bahwa ketika engkau masih muda, ada dua hal yang akan dialami:
1.      Engkau mengikat pinggangmu sendiri, menunjuk kepada; kebenaran diri sendiri.
2.      Engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, menunjuk kepada; melangkah menurut keinginan di hati.
Itulah “muda”, belum mempunyai pengalaman rohani bersama dengan TUHAN, belum mempunyai pengalaman hidup rohani di hadapan TUHAN, sehingga yang terjadi ialah hidup menurut kebenaran diri sendiri (mengikat pinggang sendiri) dan melangkah menurut keinginan di hati walaupun itu bertolak belakang dengan keinginan di hati TUHAN.

Inilah keadaan dari “Seekor keledai beban yang muda.” Dengan lain kata, ternyata bangsa kafir itu masih betul-betul dalam beban dosa, tanpa pengalaman. Bayangkan kalau keadaan hidup seperti ini tentu sangat rawan sekali dan mengerikan tentunya. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, kita akan melihat “jalan keluarnya”. Dan biarlah kiranya jalan keluar ini memberkati kita semua. TUHAN menjangkau kita malam ini supaya ibadah pelayanan ini tidak bermain-main. Jangan sampai di antara kita menganggap enteng ibadah, jangan menganggap rendah darah perjanjian, sebab itu sama seperti penghujat Roh Kudus. Menganggap rendah ibadah, menganggap rendah pelayanan, itu setara dengan menghujat Roh Kudus. Dan perlu untuk diketahui: Orang yang menghujat Roh Kudus tidak diampuni oleh TUHAN, persis seperti orang yang tidak mau mengakui dosanya tidak diampuni oleh TUHAN. Oleh sebab itu, biarlah kita sungguh-sungguh menjunjung tinggi korban Kristus.

Seorang imam, seorang pelayan TUHAN, sesungguhnya ia berada pada suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa, kalau hal ini disadari. Lalu, mengapa kita bermain-main dalam beribadah dan melayani kalau kita mengetahui itu merupakan suatu kedudukan yang sangat tinggi dan istimewa?
Malam ini, TUHAN mengerti keadaan kita semua, TUHAN mau memberi jalan keluarnya.

JALAN KELUAR.
Yohanes 12:16
(12:16) Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia.

Yesus mengendarai (menunggangi) keledai beban yang muda, namun mula-mula murid-murid tidak mengerti akan hal itu.
Persis seperti “Seekor keledai beban yang muda”; mula-mula kita tidak mengerti apa-apa, tidak mengerti rencana TUHAN sebelum kita sebagai bangsa Kafir ditunggangi oleh TUHAN lewat ibadah dan pelayanan ini.

Setelah Yesus tiba di Yerusalem dengan menunggangi keledai beban muda itu, orang-orang banyak mengelu-elukan Yesus dengan memegang daun-daun palem: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"
Sesudah Yesus dimuliakan, barulah murid-murid teringat dengan perkataan Firman Allah -- yang tertulis di dalam Kitab Suci -- mengenai Dia, Yesus Kristus Anak Allah, bahwa Dia akan dimuliakan di Yerusalem, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia -- dengan lain kata; murid-murid juga turut memuliakan Dia --. Inilah peristiwa di mana Yesus dimuliakan di Yerusalem.

Yohanes 12:12-14
(12:12) Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, (12:13) mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" (12:14) Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis:

Seharusnya, Yesus menunggangi keledai beban muda terlebih dahulu diceritakan, lalu orang-orang menyongsong dan berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Tetapi di sini kita melihat; peristiwa Yesus menunggangi keledai beban muda itu justru ditulis pada ayat 14.

Singkatnya; TUHAN menunggangi kehidupan kita, sebagai bangsa kafir, untuk selanjutnya dibawa ke Yerusalem. Tidak lain, tidak bukan, Yerusalem itu jelas menunjuk kepada “milik kepunyaan Allah sendiri”. Jadi, biarlah kita merindu supaya menjadi milik kepunyaan Allah sendiri. Itu sebabnya, TUHAN menunggangi kehidupan kita masing-masing lewat ibadah pelayanan ini, supaya akhirnya kita dibawa ke Yerusalem, supaya akhirnya kita menjadi milik kepunyaan TUHAN.

Yohanes 12:13
(12:13) mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"

Di sini kita melihat, pada ayat 13 ini; Yesus dielu-elukan. Berarti, terjadi suatu kegerakan yang besar sekali.

Kegerakan yang besar pada akhir zaman ini puncaknya ialah Israel dan kafir dijadikan satu, sama seperti keledai beban muda dibawa sampai ke Yerusalem, menjadi milik-Nya TUHAN, dengan kata lain; dijadikan mempelai perempuan TUHAN, milik kepunyaan TUHAN sendiri.

Tetapi, ada yang sangat menarik di sini, yang tidak boleh kita lupakan, yaitu; tentang perikop yang pertama pada Injil Yohanes 12. Bahkan saya sendiri bersyukur, karena saya dicelikkan oleh TUHAN, bahwa hidup rohani dari gereja TUHAN sudah harus terlebih dahulu mencapai penyembahan yang tertinggi setinggi penyembahan dari Maria pada Injil Yohanes 12:1-8; jangan lupakan hal itu.

Kalau kita kaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “penyembahan” terkena pada Mezbah Dupa yang terdapat di dalam Ruangan Suci. Namun, menurut penglihatan Rasul Paulus ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, Mezbah Pembakaran Ukupan Emas itu tiba-tiba sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci. Sementara di dalam Ruangan Maha Suci hanya ada satu alat yang terutama, itulah Tabut Perjanjian, yang berbicara tentang dua hal;
1.      Takhta Allah = Ibadah dan pelayanan.
2.      Hubungan nikah antara Mempelai Laki-Laki dan mempelai perempuan berdasarkan kasih.
Hal ini tidak boleh dilupakan untuk menjadi mempelai TUHAN, milik kepunyaan Allah, Yerusalem Baru, sudah seharusnya berada pada penyembahan yang sangat tinggi, setinggi penyembahan dari pada Maria (Yohanes 12:1-8).

Mari, kita akan memperhatikan sedikit pembahasan tentang hal itu:
Tadi, keledai beban muda ditunggangi oleh Yesus untuk dibawa masuk sampai ke Yerusalem ... Injil Yohanes 12:15. Tetapi pada ayat 13, terjadi suatu kegerakan yang besar. Kegerakan yang besar di akhir zaman adalah kafir dan Israel bersatu, menjadi milik-Nya TUHAN, itulah Yerusalem baru. Tetapi jangan lupa, hidup rohani gereja TUHAN sudah terlebih dahulu berada dalam penyembahan yang tertinggi setinggi penyembahan Maria. Jangan lupakan hal itu.
Kalau memang seorang imam mau memperhatikan perkara ini; Sebaiknya, hidupnya dalam penyembahan yang benar. Penyembahan itu tidak sebatas hanya berlutut, tetapi sudah seharusnya sampai kepada penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.

Yohanes 12:1
(12:1) Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.

Perikop ayat ini adalah “Yesus diurapi di Betania”. Kita ini adalah keluarga Allah, GPT “BETANIA”, sudah sangat dekat dengan Yerusalem. Kita patut bersyukur tentunya. Kiranya nama itu menjadi motivasi bagi kita.

Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania … ” Yesus tampil di tengah-tengah perhimpunan keluarga besar GPT “BETANIA”, dan kita sudah melihat penampilan-Nya, wujud-Nya lewat pembukaan firman pada malam hari ini.

Yohanes 12:2
(12:2) Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.

Di sini kita melihat:
-          Marta melayani, tetapi sudah dalam keadaan tertib, tidak lagi mengatur Yesus, juga tidak mempersalahkan dan mengatur Maria, menunjukkan bahwa pelayanannya sudah baik, tidak lagi ngomel-ngomel.
-          Kemudian, kedudukan dari Lazarus turut makan dengan Yesus; ini adalah suatu kedudukan yang sangat indah, seperti halnya dengan kita yang sedang menikmati pembukaan firman malam hari ini.

Namun yang tidak kalah penting yang harus kita soroti malam hari ini adalah tentang: Maria pada ayat 3. Biarlah kita fokus memperhatikan hal ini, pikiran jangan mengarah kepada yang tidak suci, apalagi imam jangan lupakan penyembahan.

Yohanes 12:3
(12:3) Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Maria mempersembahkan minyak narwastu murni yang mahal betul harganya, yang dipersembahkan kepada tubuh dan kaki Yesus, sehingga ruangan itu bau harum semerbak. Bau harum semerbak itu tidak hanya di dalam gedung gereja ini, tetapi di mana saja Injil ini diberitakan, Maria harus diceritakan, itulah bau semerbak kalau hidup rohani kita sudah sampai memuncak, mencapai penyembahan yang tertinggi. Ini merupakan penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.

Mari kita bandingkan dengan Sulamit, mempelai TUHAN dalam Kidung Agung 7.
Kidung Agung 7:6,10
(7:6) Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. (7:10) Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.

“Betapa cantik, betapa jelita engkau.” Ini merupakan suatu perawakan yang sangat disenangi oleh TUHAN Yesus. Betapa cinta-Nya kepada mempelai TUHAN, milik kepunyaan-Nya.

Lihat, pengakuan dari pada Sulamit pada ayat 10: “Kepunyaan kekasihku aku.” Dalam bahasa sehari-hari: aku ini milik  TUHAN, milik dari orang yang kucintai. Kalau kita sudah menyerahkan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, lihat pengakuan dari Sulamit berikut ini: “Kepadaku gairahnya tertuju.” Ada suatu gairah yang sangat luar biasa, ada suatu perhatian khusus dari TUHAN kepada mempelai TUHAN, milik kepunyaan-Nya.

Jadi, jangan saudara berpikir tidak ada hubungan timbal balik. Pasti ada hubungan timbal balik. Kalau betul-betul dalam penyembahan, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, pasti ada ada hubungan timbal balik, dan itu merupakan pengalaman dari Sulamit, mempelai TUHAN.
Lihatlah dua pernyataan yang begitu luar biasa:
-          Pernyataan pertama: “Kepunyaan kekasihku aku.” Mengapa dia berani melontarkan kalimat ini? Tentu karena dia sudah mengalami, dia sudah merasakan cinta TUHAN sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga kepada Sulamit, sebagai mempelai wanita-Nya.
-          Pernyataan kedua: “Kepadaku gairahnya tertuju.” Berarti, perhatian TUHAN khusus tertuju kepada mempelai TUHAN.
Hal ini menunjukkan “ada hubungan timbal balik”. Tidak mungkin kita bekerja tanpa upah, tidak mungkin kita menyerahkan diri di dalam cinta-Nya yang agung, namun Dia tidak mencintai kita, tidak memberikan perhatikan khusus kepada kita; itu sesuatu yang tidak mungkin.
Kalau kita mencintai TUHAN dengan sepenuhnya, pasti cinta-Nya TUHAN tertuju kepada kita, perhatian TUHAN khusus kepada kita, berarti kita dijadikan suatu kehidupan yang istimewa melebihi dari yang lain. Jadi, jangan saudara tidak mengerti hal ini, jangan saudara berpikir TUHAN tidak peduli dengan saudara. Ingat; TUHAN peduli, bahkan perhatian-Nya khusus tertuju kepada kita, bagi saya dan bagi saudara. Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik.

Kita kembali membaca Injil Yohanes 12.
Yohanes 12:7
(12:7) Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.

Kata Yesus kepada murid-murid: “Biarkanlah dia (Maria) melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
Di sini kita perhatikan; Persembahan Maria khusus dia lakukan untuk TUHAN, yaitu suatu persiapan sebelum TUHAN dikuburkan.

Mengurapi Yesus dengan minyak adalah tanda pengakuan khusus dari pribadi Maria kepada Yesus, bahwa;
1.      Yesus adalah pribadi yang diurapi, Dialah Mesias.
2.      Yesus adalah pribadi yang harus dimuliakan.
3.      Yesus adalah pribadi yang harus ditinggikan di atas muka bumi ini, tidak ada yang lain.

Sesudah Yesus mati, lalu Dia bangkit pada hari ketiga. Kemudian, selama 40 (empat puluh) hari ada di atas muka bumi, lalu naik ke sorga. Selanjutnya, 10 (sepuluh) hari kemudian Roh Kudus turun. Itulah; mati, bangkit dan dipermuliakan.
Jadi, mempersembahkan minyak narwastu murni yang mahal harganya, itu dikhususkan untuk TUHAN, mengingat hari penguburan Yesus.
Inilah pernyataan kasih dari Maria tanpa ungkapan dari mulut, tetapi dilihat oleh mata; TUHAN melihat isi hati kita semua.

Kemudian, perhatikan: Sesudah menuangkan minyak itu, menunjukkan bahwa kasih Maria betul-betul tertuju kepada pribadi Yesus yang diurapi, tertuju kepada pribadi yang harus dimuliakan di bumi ini, dan ditinggikan di bumi ini, mari kita perhatikan ayat 3.
Yohanes 12:3
(12:3) Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Setelah mengurapi, meminyaki kaki Yesus, selanjutnya Maria menyekanya dengan rambutnya, ia membersihkan (menyapu) kaki Yesus dengan rambutnya.

Kita perlu untuk membuktikan diri dengan apa yang dilakukan oleh Maria ini. Sesudah mengkhususkan dirinya kepada TUHAN dengan mempersembahkan minyak narwastu yang murni dan mahal, selanjutnya menyekanya dengan rambutnya. Biarlah kita sama-sama belajar untuk membuktikan hal itu di hadapan TUHAN.

Tentang “menyeka dengan rambutnya”, kita bandingkan dengan Ibrani 13.
Ibrani 13:15
(13:15) Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.

Persembahan pujian kepada TUHAN dari bangsa Israel, itulah ucapan bibir yang memuliakan TUHAN. Jadi, jika kita memuliakan TUHAN dengan mulut bibir kita sebagai tanda ucapan syukur, puji TUHAN, itulah yang dipersembahkan oleh bangsa Israel.
Tetapi berbanding terbalik dengan Maria, ia memuliakan TUHAN dengan menggunakan rambutnya untuk menyeka kaki Yesus. Itu sebabnya di atas tadi saya katakan; perlu pembuktian di hadapan TUHAN.

Tidak salah kita memuji TUHAN sebagai tanda ucapan syukur dari bibir kita, tetapi Maria lebih dari pada itu; ia menggunakan rambutnya untuk menyeka kaki Yesus, menunjukkan bahwa betul-betul kemuliaan itu hanya bagi TUHAN. Bukankah rambut panjang adalah kemuliaan dari seorang perempuan?

1 Korintus 11:15
(11:15) tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.

Rambut adalah suatu kemuliaan dari wanita; dan itu telah diberikan kepada TUHAN oleh Maria. Oleh tindakannya itu, berarti Maria telah menyerahkan seluruh hidupnya menjadi milik TUHAN. Hal ini menimbulkan gairah dari mempelai laki-laki untuk mempelai perempuan-Nya, sama dengan apa yang kita baca dalam Kidung Agung 7:10, di mana perhatian TUHAN khusus kepada milik kepunyaan-Nya, kegairahan TUHAN khusus kepada milik kepunyaan TUHAN. Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik.

1 Korintus 7:3
(7:3) Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.

Di sini kita melihat; ada suatu hubungan timbal balik, di mana suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.

Yohanes 12:15
(12:15) "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai."

Tetapi, kalau kita perhatikan di sini: “Hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang.” Sesungguhnya, perhatian dari Mempelai Laki-Laki sebenarnya khusus kepada puteri Sion. Tetapi kenyataannya, “Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai”, TUHAN menunggangi keledai beban muda lalu dibawa masuk ke Yerusalem untuk menjadi milik kepunyaan TUHAN.

“Puteri Sion” itu merupakan inti dari pada mempelai wanita TUHAN, di mana jumlahnya ialah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang. Sebetulnya, perhatian TUHAN hanya tertuju kepada puteri Sion, tetapi kalaupun akhirnya bangsa kafir bisa menjadi satu dengan bangsa Israel, sesungguhnya itu adalah kemurahan TUHAN.

Wahyu 7:3-8 adalah gambaran dari puteri Sion, di mana jumlah mereka adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang; inilah inti dari mempelai TUHAN. Tetapi, lihatlah dalam Wahyu 7:9
Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.

Ternyata, bangsa kafir -- keledai beban muda -- akhirnya menjadi bagian dari mempelai TUHAN. Sebetulnya, perhatian TUHAN hanyalah puteri Sion, inti mempelai, itulah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang. Tetapi juga ternyata bangsa kafir mendapat perhatian yang luar biasa, sehingga menjadi bagian dari mempelai wanita TUHAN untuk melengkapi dari inti mempelai. Lihat, keadaan mereka;
-          Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba.
-          Dengan memakai jubah putih.
-          Dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Itu merupakan suatu tanda kegerakan yang besar; kafir dan Israel bersatu.

Ingat; sebetulnya perhatian TUHAN hanya kepada puteri Sion, tetapi ternyata keledai beban muda turut menjadi mempelai wanita TUHAN. Ini adalah suatu kemurahan yang sangat besar. Oleh sebab itu, jangan lupa bahwa hidup gereja Tuhan sudah  seharusnya berada pada penyembahan tertinggi. Sudah seharusnya kita berada pada penyembahan yang tinggi setinggi penyembahan dari pada Maria; segalanya serta kemuliaannya dia persembahkan.
Tidak ada waktu bagi kita untuk mengupas (mempelajari) tentang 300 (tiga ratus) dinar, tetapi saya berharap; sejauh apa yang sudah kita terima malam ini, biarlah itu sangat memberkati kehidupan kita masing-masing. Amin


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment