KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, July 8, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 05 JULI 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 05 JULI 2020


WAHYU PASAL 12
(Seri: 12)

Subtema: DEKAT DENGAN TUHAN, MENYINGKIR DARI DUNIA

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, kepada Allah kita yang hidup, yang telah memberi kesempatan kepada kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian pada sore hari ini. Biarlah damai sejahtera kiranya memenuhi ruangan hati kita dan ruangan gedung gereja ini.
Saya juga tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan dari TUHAN, supaya kiranya TUHAN memberikan, TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita; itulah yang kita doakan saat ini.

Segera saja kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian dari Wahyu 12. Pada kesempatan sore hari ini kita akan memasuki Wahyu 12:6, tetapi saya merasa penting untuk kembali membaca ayat 5.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.

Gereja TUHAN yang sempurna atau mempelai TUHAN melahirkan seorang Anak laki-laki.

Pada minggu yang lalu, telah dijelaskan tentang Anak laki-laki tersebut, bahwa sesungguhnya itu bukanlah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus. Tetapi yang pasti, Anak laki-laki tersebut;
Yang Pertama: Akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi …”
Selain Anak laki-laki yang dilahirkan oleh gereja TUHAN yang sempurna, ada dua lagi yang akan menggembalakan dengan gada besi, antara lain;
1.      Orang-orang yang menang dan orang-orang yang melakukan pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya. Hal ini dituliskan dalam Wahyu 2:26-27.
2.      Yang Setia dan Yang Benar. Hal ini ditulis dalam Wahyu 19:11,15.

Kesimpulannya: Menggembalakan bangsa-bangsa dengan tongkat besi adalah tugas dari Anak laki-laki yang dilahirkan oleh gereja TUHAN, yang dilahirkan oleh mempelai TUHAN, supaya bangsa-bangsa “mengalami pembaharuan”, sebab tongkat besi akan menghancurkan, meremukkan tembikar tukang periuk. Tembikar daging ini memang harus dihancurkan. Malam hari ini kita datang di tengah-tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu tujuannya supaya tembikar daging ini dihancurkan oleh Firman Allah, sehingga manusia daging berubah menjadi manusia rohani.
Tetapi tidak hanya berhenti sampai di situ, selain mengalami pembaharuan, juga “menerima bintang Timur”, yang kegunaannya adalah senantiasa mengarahkan bangsa-bangsa kepada keselamatan, menjadi petunjuk untuk membawa kita sampai kepada TUHAN, sampai kepada keselamatan. Biarlah kiranya bintang Timur terbit bersinar di dalam hati kita, sehingga menjadi bintang Timur yang gilang gemilang, menjadi petunjuk untuk membawa kita sampai kepada keselamatan; hal ini dapat diperhatikan dan dibaca di dalam Mazmur 2:8-9, serta Wahyu 2:27-28.

Itu sedikit penjelasan dengan singkat tentang Wahyu 12:5, supaya tetap ada di dalam ingatan kita masing-masing. Biarlah pada akhirnya kita betul-betul menjadi suatu kehidupan yang dimeteraikan oleh TUHAN Yesus Kristus, milik kepunyaan Allah, berarti di dahi ini tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.

Kita kembali membaca Wahyu 12:5.
Wahyu 12:5
(12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.

Jadi, Anak laki-laki -- yang dilahirkan oleh gereja TUHAN atau mempelai perempuan TUHAN -- itu bukanlah pribadi TUHAN Yesus Kristus. Tetapi yang pasti, Anak laki-laki tersebut;
Yang Kedua: “ … Tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.
Dirampas, berarti; diambil dengan paksa, dengan lain kata; direbut. Untuk apa? Untuk dibawa lari ke Allah dan ke takhta-Nya.
Dari semua perkara di bumi ini hanya ada satu perkara yang dapat menembus hingga sampai ke takhta Allah, itulah asap dupa kemenyan. Pendeknya, hanya ada satu cara untuk merampas kehidupan kita dari dunia yang fana ini untuk merampas kita dari api neraka, yaitu; lewat doa penyembahan.
Sebagai ayat referensinya, antara lain; Wahyu 8:3-4, Wahyu 5:8-9.

Biarlah kiranya Wahyu 12:5 ini betul-betul termeterai di dahi kita semua sebagai tanda milik kepunyaan Allah sendiri, itulah mempelai TUHAN.

Selanjutnya, kita akan bergerak melangkah dengan pasti untuk melihat ayat berikutnya, itulah ayat 6.
Sebelum saya sampaikan lebih jauh, perlu saya nyatakan saat ini juga: Jikalau TUHAN membawa kita sampai berada pada Wahyu 12:6, tentu itu karena kemurahan TUHAN. Biarlah hidup rohani kita bergerak melangkah maju terus sampai Yerusalem Baru.

Wahyu 12:6
(12:6) Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.

“Perempuan itu” -- berarti gereja TUHAN yang sempurna, itulah mempelai TUHAN -- lari ke padang gurun, ke suatu tempat yang disediakan Allah baginya. Tujuan lari ke padang gurun adalah supaya mendapatkan “pemeliharan langsung dari TUHAN” selama 1.260 (seribu dua ratus enam puluh) hari -- sama dengan 42 (empat puluh dua) bulan, sama dengan 3.5 (tiga setengah) tahun.

Terkait dengan PEMELIHARAAN LANGSUNG DARI TUHAN, hal itu dapat kita pelajari dari keberadaan bangsa Israel dan Yusuf ketika di Mesir. Mari kita berangkat memperhatikan hal ini dalam Kejadian 45.
Kalau TUHAN suruh kita berangkat, maka biarlah kita berangkat; kalau TUHAN suruh kita maju, maka kita biarlah maju; sambil kita memikul Tabut Perjanjian. Oleh sebab itu, dengarlah bunyi dua nafiri dari perak yang ditiup.

Kejadian 45:8
(45:8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.

Inilah perkataan Yusuf kepada 11 (sebelas) saudaranya yang lain: “ … bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini (ke Mesir) …” Pelajaran ini sudah kita lihat lewat Study Yusuf sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja; bagaimana perjalanan proses rohani Yusuf sampai tiba di Mesir, jelas karena rencana TUHAN sedang berlangsung atas kehidupan dari pada Yusuf. Tidak sedikit Yusuf harus melewati jalan salib;
-          Yang pertama; Yusuf harus dibuang ke sumur -- itulah pengalaman kematian ---, dan dia harus mengorbankan jubah yang maha indah -- itulah karunia-karunia Roh Kudus.
-          Yang kedua; Yusuf dilemparkan ke dalam penjara tanpa salah -- itu juga merupakan pengalaman kematian --, dan pada saat itu Yusuf harus mengorbankan pakaiannya -- itulah kebenaran --, karena kebenaran itu sudah dirampas oleh isteri Potifar.
Lewat “dua kali” pengalaman kematian yang dialami Yusuf, menunjukkan bahwa pengalaman kematian itu sudah mantap di dalam diri (kehidupan) Yusuf.

Jadi, pengalaman kematian itu harus mantap, tidak boleh setengah mati. Kalau setengah mati mengikuti TUHAN, maka hidup ini juga setengah mati. Sebentar ikut, sebentar tidak ikut, sebentar diberkati, sebentar tidak diberkati; jadi, tidak jelas, setengah mati jika seseorang hidup seperti ini. Kalau ikut TUHAN, biarlah sungguh-sungguh ikut TUHAN, berarti; pengalaman kematian itu mantap.
Apa arti “mati”? Mati, berarti; daging tidak bersuara lagi. Jadi, orang yang sungguh-sungguh ikut TUHAN itu sudah mantap di dalam pengalaman kematiannya.

Kejadian 45:9-13
(45:9) Segeralah kamu kembali kepada bapa dan katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu: Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah tunggu-tunggu. (45:10) Engkau akan tinggal di tanah Gosyen dan akan dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan lembu sapimu dan segala milikmu. (45:11) Di sanalah aku memelihara engkau -- sebab kelaparan ini masih ada lima tahun lagi -- supaya engkau jangan jatuh miskin bersama seisi rumahmu dan semua orang yang ikut serta dengan engkau. (45:12) Dan kamu telah melihat dengan mata sendiri, dan saudaraku Benyamin juga, bahwa mulutku sendiri mengatakannya kepadamu. (45:13) Sebab itu ceritakanlah kepada bapa segala kemuliaanku di negeri Mesir ini, dan segala yang telah kamu lihat, kemudian segeralah bawa bapa ke mari."

Kesimpulan dari apa yang sudah kita baca adalah pada akhirnya, Yakub, ayah Yusuf, -- yang berganti nama menjadi Israel --tinggal di Gosyen, jelas atas kehendak TUHAN.
Biarlah kiranya kita hidup karena kehendak TUHAN. Jangan kita hidup atas dasar kehendak manusia daging sendiri, tetapi biarlah kita hidup atas dasar kehendak TUHAN. Seperti itulah pada akhirnya Israel atau Yakub tinggal di Gosyen atas kehendak TUHAN, dengan satu tujuan; supaya mendapatkan pemeliharaan langsung dari TUHAN.
Ini adalah berkat yang benar, bukan berkat dari tipu-tipu. Berkat yang benar ialah memelihara umat Israel di Mesir sampai berakhirnya masa tujuh tahun kelaparan.

Pada ayat 11 dikatakan: “ … kelaparan ini masih ada lima tahun lagi …” Berarti, ketika saudara-saudara Yusuf mendatangi Yusuf di Mesir, pada saat itu sudah terjadi dua tahun kelaparan yang dahsyat atas seluruh (seantero) dunia, sebab sesungguhnya kelaparan itu akan terjadi selama tujuh tahun (tujuh masa). Tujuh masa (tujuh tahun) jika dibagi dua, maka itulah;
-          Tiga setengah tahun yang pertama.
-          Tiga setengah tahun yang kedua.
Pendeknya: Masa kelaparan yang dahsyat itu akan berakhir sampai tiga setengah tahun yang kedua, tepatnya pada saat pembinasa keji berdiri di tempat kudus, dengan kata lain; aniaya antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini.
Jadi, pemeliharaan TUHAN itu berlangsung kepada gereja TUHAN sampai pada saat pembinasa keji berdiri di tempat kudus, berkuasa di atas muka bumi selama 3.5 (tiga setengah) tahun; itulah pemeliharaan TUHAN terhadap gereja TUHAN, itulah pemeliharaan langsung dari TUHAN kepada Israel -- dan kita ini adalah Israel rohani --. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Jadi, tujuh tahun kelaparan di Mesir adalah bayangan dari masa kesesakan yang akan terjadi selama tujuh tahun di atas muka bumi ini, dengan perincian: Tujuh tahun kelaparan = 2 x 3.5 tahun masa kesesakan. Sedangkan puncak kesesakan ialah 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua, di mana nanti aniaya antikris berkuasa di atas muka bumi ini atau yang disebut juga pembinasa keji berdiri di atas rumah TUHAN; itulah yang disebut puncak kesesakan atau puncak dari gelapnya malam.

Sebagai contoh:
Keluaran 10:21-23
(10:21) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya datang gelap meliputi tanah Mesir, sehingga orang dapat meraba gelap itu." (10:22) Lalu Musa mengulurkan tangannya ke langit dan datanglah gelap gulita di seluruh tanah Mesir selama tiga hari. (10:23) Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya.

Perikop dari ayat ini adalah “Tulah kesembilan: gelap gulita”. Gelap gulita meliputi di seluruh tanah Mesir selama tiga hari; itu disebut juga dengan puncak malam. Peristiwa ini -- tulah kesembilan -- terjadi sebelum bangsa Israel mengalami kelepasan dari perbudakan Mesir dan Firaun. Sebab tulah ke sepuluh, barulah bangsa Israel lepas dari Mesir, lepas dari perbudakan Firaun.

Maka, saat ini tidak sedikit anak-anak TUHAN, orang-orang Kristen terikat dengan perbudakan dosa, terikat dengan kerja paksa tanpa hari perhentian, terikat dengan bisnis tanpa hari ketujuh (hari perhentian). Jadi, masih terikat dalam perbudakan kerja paksa Mesir, masih terikat dalam perbudakan Firaun, tanpa hari perhentian, tanpa ibadah, tanpa pelayanan, sampai puncak malam -- itulah tulah kesembilan -- sebelum kelepasan -- tulah kesepuluh.
Jadi, gelap gulita meliputi seluruh tanah Mesir itu adalah gambaran dari puncak gelapnya malam, gambaran dari puncak aniaya antikris berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini.

Demikian juga akan terjadi; sebelum gereja TUHAN mengalami kelepasan dari dunia ini, antikris akan berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun -- yang disebut juga puncak dari gelapnya malam. Antikris nanti akan berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini menjadi diktator yang ganas, menjadi binatang buas, karena memang antikris adalah binatang buas yang keluar dari dalam laut … Wahyu 13:1-3
Hal ini perlu dicermati sebelum hari itu tiba, sebelum puncak dari gelapnya malam tiba, sebelum antikris berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua berlangsung. Hal ini perlu dicermati, janganlah kita menganggap enteng.

Saya banyak melihat anak-anak TUHAN di hari-hari terakhir ini terlalu anggap enteng dengan nyawanya. Seolah-olah nyawa ini seperti binatang yang terbuat (dibentuk) dari tanah. Sebenarnya nyawa manusia lebih mahal dari malaikat. Kalau malaikat berdosa, ia langsung jadi Setan -- untuk sementara disimpan dalam gua sebelum akhirnya dilemparkan ke dalam api neraka --, tetapi kalau manusia berdosa hari ini, masih ada pengampunan, darah Yesus masih berlaku atas tubuh dan darah kita. Malaikat tidak bisa mendapat pengampunan karena dia tidak mempunyai sarana untuk menampung darah Yesus, tetapi bagi kita (manusia) masih tersedia kesempatan. Selama ada hayat terkandung dalam daging (tubuh) ini, biarlah kita menghargai korban Kristus. Perhatikanlah hal ini dengan sungguh-sungguh.

Apa yang terjadi pada saat gelap gulita atau gelap malam telah memuncak?
Ada dua hal yang terjadi pada saat aniaya antikris, yaitu:
Yang Pertama: “Tidak ada orang yang dapat melihat temannya.”
Arti kalimat ini ialah:
1.      Kasih sudah sangat dingin. Manakala kasih itu sudah sangat dingin, maka otomatis antara satu dengan yang lain sudah tidak peduli lagi dengan tetangga kiri, kanan, muka, belakang, orang yang di sekitar. Jangankan dengan sesama, suami isteri saja bisa saling tidak peduli lagi; oleh sebab itu, hati-hati.
2.      Manusia tidak dapat bergantung kepada orang atau sesamanya, selain hanya kepada TUHAN. Coba saja kalau malam gelap gulita meliputi dunia ini, apa yang terjadi? Yang pasti “tidak ada orang yang dapat melihat temannya”, tidak mungkin bisa melihat. Lalu, apa yang bisa kita perbuat? Selain hanya bergantung kepada TUHAN saja.
Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik.

Yang Kedua:Tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari.
Kalau tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya, dengan demikian tergenapilah apa yang dilakukan oleh antikris selama berkuasa di atas muka bumi ini. Apa yang dilakukan antikris saat gelap malam? Menurut nabi Daniel, antikris akan  menghentikan korban sehari-hari, persis seperti Daniel 12.
Korban sehari-hari menunjuk dua hal:
1.      “Korban sembelihan” = ibadah pelayanan. Kalau kita menjalankan ibadah, pasti membawa korban dan persembahan yang disembelih, lalu dipersembahkan kepada TUHAN, sama artinya; menyangkal diri, memikul salib di tengah ibadah pelayanan ini.
Namun, pada saat antikris berkuasa di atas muka bumi, korban sembelihan akan dihentikan. Kalau dihentikan, berarti tidak bisa lagi bangun dari tempatnya. Kalau tidak ada ibadah pelayanan (korban sembelihan), tidak menyangkal diri dan memikul salib, berarti sama dengan tidak dapat bangun dari tempatnya. Tetapi di hari-hari ini, tidak sedikit orang Kristen yang tidak dapat bangun dari tempatnya sebelum puncak malam terjadi; tidak mengerti soal ibadah dan pelayanan, tidak mengerti soal menyangkal diri dan memikul salibnya.
2.      “Korban santapan” = Firman Allah sebagai kebutuhan jiwa, kebutuhan hidup rohani kita. Pada saat antikris berkuasa, Firman Allah tidak lagi ditemukan di atas muka bumi ini, sehingga tergenapilah nubuatan dari nabi Amos 8:11-12, di mana TUHAN akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN. Jadi, pada saat pembinasa keji berdiri di atas muka bumi ini, pada saat aniaya antikris berkuasa di dalam rumah TUHAN, maka korban sehari-hari akan dihentikan, itulah Firman Allah yang seharusnya kita santap dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita; tetapi itu akan dihentikan atas seizin TUHAN.
Oleh sebab itu, selagi kita masih ada kesempatan untuk menikmati korban santapan, biarlah kita menikmati Firman Allah, pasal demi pasal, ayat demi ayat kita kumpulkan dan nikmati sampai mendarah daging, sebelum nubuatan Amos 8:11-12 tergenapi. Dan memang, Amos 8:11-12 ini kelak akan tergenapi, karena memang pembinasa keji akan berdiri di tempat kudus untuk menghentikan korban sehari-hari.
Pendeknya: Kalau korban sehari-hari dihentikan (disingkirkan), itu sama artinya tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya.

Sejenak kita membaca Injil Matius 6, suatu kaitan yang erat sekali dengan peristiwa puncak dari gelapnya malam.
Matius 6:22A
(6:22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;

Mata adalah pelita tubuh.” Kalau mata adalah pelita tubuh, berarti “mata” menunjuk kepada; hamba-hamba TUHAN yang menjadi pemimpin-pemimpin di dalam rumah TUHAN. Itulah mata dari anggota tubuh, dan kita semua ini adalah anggota tubuh.
Pendeknya: Hamba TUHAN, pelayan TUHAN, pemimpin dalam rumah TUHAN, jelas adalah biji mata TUHAN, milik kepunyaan Allah sendiri.

Matius 6:22B-23
(6:22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (6:23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.

Dari pembacaan ini, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa hidup gereja TUHAN juga tergantung kepada pemimpin di dalam rumah TUHAN. Sangat erat kaitannya antara sidang jemaat (anggota-anggota dari tubuh) dengan mata; sidang jemaat sangat erat kaitannya dengan pemimpin di dalam rumah TUHAN, sebab di sini dikatakan:
1.      Jika matamu baik, teranglah seluruh (anggota) tubuhmu. Dalam hal ini, sidang jemaat perlu juga berdoa kepada saya, mengapa? Supaya saya, sebagai pemimpin rumah TUHAN, senantiasa benar, baik dan jujur di dalam hal memberitakan Firman Allah, sehingga sidang jemaat yang disebut anggota tubuh dibawa kepada terang yang ajaib. Dibawa kepada terang yang ajaib, berarti berada di dalam terang yang ajaib, berada di dalam terang yang heran; itulah kalau “mata” baik. Itu sebabnya posisi mata selalu di atas, paling tinggi dari seluruh anggota tubuh, termasuk telinga, untuk menjadi terang atas seluruh anggota tubuh ini.
2.      Sebaliknya, “jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.” Berarti, jika seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala atau pemimpin rumah TUHAN buta rohani, maka sidang jemaat berada dalam kegelapan malam, bahkan tidak tertutup kemungkinan berada di dalam puncak dari gelapnya malam, sama artinya berada di dalam cengkraman antikris.
Jadi, sidang jemaat sangat bergantung (terkait erat) dengan mata, itulah pemimpin rumah TUHAN. Jangan main-main. Jangan hanya melihat hamba TUHAN dari fisiknya saja, tetapi kita juga perlu melihat penyerahan dirinya untuk membawa kehidupan kita sebagai anggota tubuh, di mana sel-sel tubuh ini berada di dalam terang yang ajaib, tidak berada dalam puncak gelapnya malam, tidak berada dalam cengkraman antikris, tidak berada dalam kekuasaan dari pembinasa keji yang akan berlangsung di atas muka bumi ini, terkhusus 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Keluaran 10:23
(10:23) Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya.

Tadi kita sudah melihat: Berada dalam puncak malam, artinya; kedudukan dari gereja TUHAN berada dalam kekuasaan antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun, maka yang terjadi adalah;
-          Tidak ada orang yang dapat melihat temannya.
-          Tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari. 
Hal ini terjadi pada saat puncak dari gelapnya malam, terjadi pada saat aniaya antikris berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua.

“Tetapi pada semua orang Israel, ada terang di tempat kediamannya”, yaitu Gosyen; di mana tadi Yusuf menempatkan bangsa Israel di Gosyen dekat dengan Yusuf itu sendiri, supaya terpeliharalah kehidupan dari mereka, anak dan cucu mereka.
Jadi, nanti, Mesir yang adalah gambaran dari dunia akan berada dalam kuasa antikris, berada dalam kekuasaan dari pembinasa keji, yang memuncak pada saat 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua, tetapi lihatlah di sini; “pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya”, yaitu Gosyen.

TUHAN Yesus baik sekali kepada kita. Kurang apa TUHAN itu kepada kita? Mengapa kita hanya bergantung kepada sesuatu yang tidak bisa memberi jaminan? Banyak anak TUHAN hanya bergantung pada harta kekayaan; habis uangnya lantas habis semuanya. Tetapi kalau kita bergantung kepada TUHAN, maka TUHAN pelihara sampai pada masa puncak gelap malam; dipelihara langsung oleh TUHAN.
Firman TUHAN ini nyata, bukan fiktif, bukan khayalan, bukan dongeng-dongeng nenek tua. Sorga itu nyata, neraka juga nyata; mana yang saudara pilih?

Tetapi sebagai hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala, saya berdoa kepada semua sidang jemaat supaya tidak berada dalam kuasa kegelapan (puncak malam), tidak berada pada kuasa antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun berlangsung di atas muka bumi ini; saya berdoa. Tetapi sidang jemaat juga perlu berdoa untuk saya; karena ternyata, anggota tubuh terkait dengan mata. Puji TUHAN … TUHAN Yesus baik.
Kalau kotbah (pemberitaan firman) hanya soal berkat, itu terlalu kecil; habis uang maka habis juga berkat, habislah semua pemeliharaan dari manusia. Tetapi kasih Mempelai tidak berkesudahan.

Itulah doa saya terhadap sidang jemaat, tetapi kalau sidang jemaat tidak sungguh-sungguh beribadah melayani, maka hati saya hancur, sebab saya pun menantikan pembukaan firman ini di kaki salib dengan serendah-rendahnya, dibutuhkan waktu berjam-jam; tetapi kalau saudara tidak sungguh-sungguh, hati saya hancur.
Kebanggaan saya, sebagai gembala sidang, adalah kalau saudara sungguh-sungguh. Kalau saudara punya jabatan, kedudukan, uang yang banyak, tetapi tidak takut TUHAN, saya tidak bangga akan hal itu. Ayo, mari kita saling menghibur satu dengan yang lain. Penghiburan saya hanya itu; terlihat hasil yang luar biasa indah di hadapan TUHAN, tidak ada yang lain-lain.

Sekali lagi saya tandaskan: “Pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya”, yaitu Gosyen. Berarti, bangsa Israel mendapatkan pemeliharaan langsung dari TUHAN.
Nanti, pada masa aniaya antikris, uang tidak berfungsi lagi bagi orang yang dipelihara oleh TUHAN, bagaikan bangsa Israel di Gosyen; karena di situ, anak-anak TUHAN tidak perlu lagi menggunakan uang. Jadi, bangsa Israel mendapat pemeliharaan langsung dari TUHAN. Demikian halnya, perempuan itu (gereja TUHAN) lari ke padang gurun supaya dipelihara; begitulah cara TUHAN memelihara.

Ketika tulah kesembilan -- itulah puncak dari gelapnya malam -- berlangsung selama tiga hari di Mesir, selanjutnya kita perhatikan ayat 27-28.
Keluaran 10:27
(10:27) Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga dia tidak mau membiarkan mereka pergi.

Sekalipun gelapnya malam itu berlangsung selama tiga hari, tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga dia tidak mau membiarkan bangsa Israel keluar dari Mesir.
Jadi, kalau seseorang terikat dengan pekerjaan, tanpa hari perhentian, diperbudak dosa tanpa ibadah, terikat dengan kesibukan dunia tanpa hari perhentian (ibadah dan pelayanan), itu adalah tanda keras hati, sama seperti Firaun yang keras hati. Dan kalau seseorang membiasakan diri keras hati dari sekarang, tidak mau berubah, di sini dikatakan; TUHAN mengeraskan hati Firaun. Jadi kalau kekerasan hati dipertahankan, tidak mau berubah, maka TUHAN turut mengeraskan hati orang itu; oleh sebab itu, biasakan untuk melepaskan diri dari ikatan dunia, dari perbudakan dosa, biasakan diri ada pada hari perhentian.
Sekali lagi saya tandaskan: Hati-hati dengan kekerasan hati, sebab itu adalah penyembahan berhala.

Keluaran 10:28-29
(10:28) Lalu Firaun berkata kepadanya: "Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku lagi, sebab pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati." (10:29) Kemudian Musa berkata: "Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat mukamu lagi!"

Kemudian, Firaun berkata: “Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku lagi, sebab pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati.” Musa berkata: “Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat mukamu lagi!” Maksudnya ialah akan masuk ke “tulah kesepuluh”, itulah kematian dari anak sulung dari bangsa Mesir sampai kepada anak sulung binatang dari bangsa Mesir.
Setelah tulah itu, betul-betul Musa tidak lagi melihat muka Firaun; setelah terjadi kelepasan, tidak lagi melihat penguasa dunia, penguasa kegelapan. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu.” Jangan mencari hamba TUHAN dari fisiknya; dengan melihat gedung gereja yang besar dan jemaat yang ribuan, tetapi kalau tidak ada pembukaan firman; “hati-hati”, karena anggota tubuh (sidang jemaat) terkait dengan mata.
Mau dibawa ke mana ibadah pelayanan ini? Hanya ada dua pilihan; berada pada puncak malam atau terjadi kelepasan, seperti yang dialami oleh bangsa Israel; dipelihara langsung oleh TUHAN selama ada di Gosyen.
Biarlah kita dekat TUHAN saja. Kalau kita ada di Gosyen, di dalam ibadah pelayanan ini, berarti dekat dengan TUHAN; sama seperti Yakub dekat dengan Yusuf, anaknya; itulah jaminan. Harta, uang, kekayaan, bisa datang dan bisa pergi; itu bukan jaminan. Hanya kasih Allah yang sempurna, kekal menghiasi ruang-ruang hati kita ini.

Kita kembali melihat YAKUB (ISRAEL) dan YUSUF DI MESIR.
Kejadian 45:10
(45:10) Engkau akan tinggal di tanah Gosyen dan akan dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan lembu sapimu dan segala milikmu.

Singkatnya: Israel tinggal di Gosyen, dekat kepada Yusuf.

Saat ini kita ada di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu, bagaikan berada di Gosyen. Ada di tengah ibadah, berarti bagaikan di Gosyen; ada di tengah ibadah, berarti dekat dengan TUHAN. Di luar ibadah, seseorang tidak dekat dengan TUHAN. Oleh sebab itu, jangan sesuka hati beribadah; hari ini datang, besok tidak, tetapi tetaplah di Gosyen, tetaplah mengusahakan ibadah pelayanan, sama artinya; dekat TUHAN.
Masih ada di antara sidang jemaat yang sesuka hati beribadah, jangan ikuti cara hidup yang demikian; hidup tidak boleh sesuka hati, tetapi Kristus harus tetap menjadi Kepala.

Sekarang, pertanyaannya: SIAPA YUSUF INI?
Kejadian 45:8
(45:8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.

TUHAN menempatkan Yusuf di Mesir sebagai:
1.      Bapa bagi Firaun.
2.      Tuan atas seluruh istananya.
3.      Kuasa atas seluruh tanah Mesir.
Itulah Yusuf. Apakah kita tidak mau dekat TUHAN, kalau seperti ini yang ada di dalam pribadi Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga?

“Bapa”, “tuan”, “kuasa”, tiga sebutan ini merupakan bayangan dari tabiat dari Allah Trinitas (Allah Tri Tunggal), yaitu, TUHAN Yesus Kristus.
Yang Pertama: “Bapa” à TUHAN = Allah Bapa.
Tabiat dari Allah Bapa adalah kasih. Jadi, gereja TUHAN membutuhkan kasih yang sempurna, gereja TUHAN membutuhkan kasih yang tak berkesudahan. Langit, bumi dan segala isi dunia akan berlalu, tetapi kasih yang sempurna tidak akan berkesudahan. Itulah Yusuf.
Lalu, apakah kita tidak mau dekat dengan TUHAN kalau memang begini tabiat-Nya? Kok lebih suka dengan tabiat yang tidak baik? Mengapa kita lebih suka dengan tabiat yang tidak suci? Mengapa tidak dekat dengan tabiat Allah Bapa, kasih yang tak berkesudahan? Sementara langit bumi dan segala isinya, yang ada ini -- baik itu uang, harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, ijazah yang tinggi -- akan berlalu semua, tetapi kasih Allah tidak berkesudahan.
Perhitungkan kasih Allah itu dalam nikah kita masing-masing, supaya nikah itu menjadi suatu nikah yang begitu indah dan harmonis; walaupun tidak punya uang, namun tetap harmonis dan indah. Sekalipun tidak punya harta, tidak punya apapun di bumi ini, nikah tetap harmonis.

Yang Kedua: “Tuan” à Yesus = Anak Allah.
Perlu untuk diketahui: Tuan dari semua hamba-hamba TUHAN adalah Yesus. Tabiat dari Yesus, Anak Allah, adalah mengadakan penebusan oleh darah salib.
Kita (rumah TUHAN) adalah milik Allah, mengapa? Karena kita sudah ditebus dari perbuatan yang sia-sia, yang merupakan dosa warisan -- dosa keturunan, kutuk nenek moyang --, ditebus bukan dengan barang fana, bukan dengan harta, bukan pula dengan perak, bukan pula dengan batangan emas, tetapi kita ditebus dengan darah yang mahal. Apakah saudara tidak mau dekat dengan Yesus yang memiliki tabiat semacam ini?
Itulah sebabnya Yusuf berkata: “Tinggal di tanah Gosyen dan akan dekat kepadaku.” Darah penebusan itu perlu dekat dan menyatu dengan kehidupan kita; itulah jaminan.
Puji TUHAN kalau anak TUHAN diberkati, punya pekerjaan yang bagus dan baik; puji TUHAN kalau punya harta, kekayaan, bisnis berjalan dengan baik, puji TUHAN, tidak salah. Tetapi yang menebus dosa kita adalah darah salib. Jadi, oleh karena itulah kita perlu menyatu dengan darah salib, berarti; menyangkal diri, memikul salib.

Yang Ketiga: “Kuasa” à Roh-El Kudus.
Roh-El Kudus itu berkuasa, sebagaimana dalam Kisah Para Rasul 1, murid-murid bertanya: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Lalu Yesus menjawab: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Yang terpenting adalah kalau Roh Kudus turun atas hidup kita, maka kita akan berkuasa. Jadi, kuasa menunjuk kepada Roh-El Kudus.
Dalam Injil Yohanes 14-16, nyata bahwa; jika Roh Kudus menguasai kita, maka akan terlihat tujuh perkara, antara lain;
1.      Menolong kehidupan kita.
2.      Memimpin kehidupan kita.
3.      Menyertai kehidupan kita.
4.      Mengajar kita dalam segala hal.
5.      Penghibur.
6.      Menguatkan.
7.      Menginsafkan kita semua.
Itulah tanda kalau Roh-El Kudus itu berkuasa. Oleh sebab itu, ijinkanlah Roh Kudus berkuasa sepenuhnya di dalam diri kita masing-masing.
Roh Kudus itu peka dan sensitif, maka kita juga harus peka dan sensitif, jangan sampai kita tidak mau tahu terhadap Roh Kudus. Harus peka dengan Roh Kudus; dijaga, dirawat dengan baik, jangan sampai Dia tinggalkan kita, berarti; “Jangan padamkan Roh.” Oleh sebab itu, biarlah kita berkobar-kobar, berapi-api di dalam melayani pekerjaan TUHAN.
Kemudian, “Jangan dukakan Roh Kudus.” Saat kapan Roh Kudus berduka? Saat ada kematian. Kematian rohani menunjukkan bahwa seseorang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging. Kalau seseorang sudah menuruti keinginan daging, berarti mati rohani; dan saat seseorang mati rohani, Roh Kudus berduka. Oleh sebab itu, pekalah dengan Roh Kudus; rawat, pelihara, jaga Dia, jangan biarkan Dia lepas.
Perhatikan dalam setiap tindak tanduk, perhatikan dalam setiap perbuatan, perhatikan dalam setiap perkataan; kalau perbuatan dan perkataan itu menyakiti Roh Kudus, jangan lanjutkan; itulah yang dimaksud dengan peka dan sensitif. Itulah kuasa yang ada di dalam diri Yesus.

Oleh sebab itu, jangan tinggalkan Gosyen, itulah ibadah dan pelayanan; berarti, dekatlah dengan TUHAN supaya kita mendapatkan pemeliharaan langsung dari TUHAN selama kita ada di atas muka bumi ini, dan pemeliharaan TUHAN juga berlangsung sampai pada puncak gelapnya malam, di mana pembinasa keji berdiri di tempat kudus, itulah aniaya antikris berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini.

Kalau kita mendapat pengertian yang baik dari sorga, dari TUHAN, lewat pembukaan firman, maka kita tahu untuk menyukakan hati TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan. Tetapi celakalah hidup gereja TUHAN kalau beribadah dan melayani TUHAN tanpa pengertian; dia tidak akan mengerti untuk menyukakan hati TUHAN. Oleh sebab itu, doakan terus pembukaan firman, supaya kita beroleh pengertian, dan oleh pengertian ini kita dapat menyukakan hati TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan.
Selama ini kita hanya pandai-pandai menyukakan hati manusia saja. Mengapa takut kepada manusia? Mengapa tidak takut kepada TUHAN saja? Ayo, tinggallah di Gosyen rohani (ibadah pelayanan), dekat dengan TUHAN.

Kita akan kembali membaca Wahyu 12:6.
Wahyu 12:6
(12:6) Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.

Perempuan itu lari ke padang gurun”, menunjukkan bahwa gereja TUHAN yang sempurna itu telah menyingkir. Jadi, gereja TUHAN tidak terangkat, ini bukanlah pengangkatan ke sorga, melainkan “penyingkiran” ke padang belantara.

Soal “penyingkiran” ini penting untuk diperhatikan. Mulai dari sekarang, mari kita belajar untuk sungguh-sungguh menyingkir dari dunia ini dengan segala yang ada di dalamnya sebagai ikatan. Belajarlah menyingkir dari dunia ini, menyingkir dari segala ikatan-ikatan dunia. Pendeknya, berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan dunia, sehingga nanti terjadi kelepasan.

Tanda terjadi kelepasan dari ikatan-ikatan dunia, Yang Pertama: Kaki dapat berjalan untuk melangkah bersama dengan TUHAN, berarti; iring TUHAN, iring Yesus.
Kalau kaki terikat, maka seseorang tidak bisa iring Yesus, tidak bisa iring TUHAN. Tetapi biarlah kaki ini melangkah sesuai dengan ketetapan Firman TUHAN. Jangan kita melangkah kepada satu arah yang tidak jelas. Oleh sebab itu, mari kita melangkah bersama dengan TUHAN, mari kita iring TUHAN sesuai dengan ketetapan-ketetapan firman yang kita terima.

Beberapa waktu lalu keluarga Yeremia, suami isteri dan anak datang ke pastori. Hanya satu pesan saya kepada keluarga Bp. Yeremia: Jangan pulang kampung, bertahanlah. Bahasa rohaninya; tetaplah di Gosyen. Biarlah kita betul-betul diteguhkan oleh pengalaman kematian, seperti kematian dari pada Yusuf; tidak lagi mendengar suara daging, tidak menuruti keinginan hati.

Inilah tanda kelepasan; kaki dapat berjalan iring Yesus, melangkah sesuai ketetapan firman. Jangan kita melangkah kepada satu arah, tetapi tidak sesuai dengan ketetapan firman; itu bukanlah iring Yesus, itu adalah iring perasaan manusia daging, yang berujung pada kebinasaan.

Tanda terjadi kelepasan dari ikatan-ikatan dunia, Yang Kedua: Tangan dapat digunakan untuk membawa korban dan persembahan, sama dengan; melayani TUHAN.
Bersyukurlah kalau saudara mempunyai dua tangan yang baik; gunakanlah itu membawa korban dan persembahan, gunakanlah itu melayani TUHAN. Paling malang rasanya; ingin melayani, ingin menggunakan dua tangan, tetapi tidak bisa.

Lihat saja orang stroke; mau melayani, bahkan sampai menangis darah pun, tetap tidak bisa. Ada uang, tetapi tidak bisa melayani. Ada harta, ada mobilitas, tetapi tidak bisa melayani. Itu adalah hal yang paling malang di dunia ini. Oleh sebab itu, selama ada kesempatan, gunakan dua tangan untuk membawa korban dan persembahan, layani TUHAN dengan sungguh-sungguh, selagi hayat dikandung badan, kalau masih ada umur panjang.

Kita kembali memperhatikan Wahyu 12:6, di mana “perempuan itu lari ke padang gurun atau padang belantara.”
Tentang “padang belantara”, kita harus melihat fakta-fakta yang lain, yaitu; seperti perjalanan bangsa Israel yang dipimpin langsung oleh TUHAN di padang gurun. Dalam perjalanan padang gurun (padang belantara) ini ada hal yang sama yang bisa kita temukan di situ.

Keluaran 19:4
(19:4) Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.

Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir …”, di mana bangsa Mesir dengan sepuluh tulah;
-          Tulah kesembilan itu berbicara soal puncak dari gelapnya malam.
-          Tulah kesepuluh itulah kematian dari anak sulung orang Mesir sampai kematian dari anak sulung semua binatang.
Sehingga sesudah “tulah kesepuluh” menghukum bangsa Mesir, maka selanjutnya terjadilah kelepasan bagi umat Israel.

Kemudian “ … dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.” TUHAN menuntun bangsa Israel di padang gurun (padang belantara) dengan mendukungnya di atas sayap rajawali, yakni sayap burung nazar yang besar. Ini adalah fakta lain dari padang gurun (padang belantara) yang terkait dengan sayap burung nazar; di mana sayap burung nazar yang besar itu mendukung perjalanan bangsa Israel di padang gurun (padang belantara).
Perjalanan bangsa Israel di padang gurun merupakan bayangan dari perjalanan gereja TUHAN di hari-hari terakhir, di atas muka bumi ini, dan itu merupakan perjalanan di luar kemampuan daging.

Perjalanan padang gurun merupakan di luar kemampuan daging. Tidak bisa lagi kita atasi padang gurun dengan kekuatan daging; maka, perlu menyerah. Kalau kita merasa bahwa hal itu di luar kemampuan daging, maka tinggal menyerah, dan berkata: “Aku tidak mampu, TUHAN. Aku tidak bisa lagi, TUHAN.
Kalau saudara berpikir bahwa saat ini sakit penyakit sudah tidak mampu lagi dipikirkan oleh kemampuan daging, maka tinggal menyerah saja. Kalau saat ini ekonomi merosot, tidak bisa lagi diatasi dengan kemampuan daging, maka tinggal angkat tangan saja, lawan kekerasan hati; pada saat itulah, perjalanan bangsa Israel yang dipimpin oleh TUHAN di padang gurun didukung oleh sayap burung nazar yang besar.

Seringkali terjadi; kita sudah tahu bahwa kita tidak mampu, tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi masih saja mengandalkan kekuatan daging. Ingat; perjalanan padang belantara, itu merupakan perjalanan di luar kemampuan daging; tinggal menyerah.
Pemuda-pemudi yang mau menikah, tinggal menyerah saja; yang mau mendapatkan pekerjaan, tinggal menyerah saja; yang sakit kronis, tinggal menyerah saja; maka nanti, sayap burung nazar yang besar akan mendukung perjalanan rohani kita, dengan kata lain; dipelihara, dilindungi, dibela oleh TUHAN, sampai kepak sayap burung nazar membawa kita dekat dengan TUHAN.
Jadi, tidak ada berhala-berhala yang bisa membawa bangsa Israel untuk dekat dengan TUHAN, selain kepak sayap atau selain sayap burung nazar yang besar. Itulah fakta lain terkait dengan padang belantara.

Kalau kita renungkan bagaimana TUHAN menyatakan rencana-Nya dalam kehidupan kita, tentu hati kita hancur, bukan? TUHAN menyatakan kasih-Nya yang luar biasa, kebaikan-Nya, rencana-Nya, perbuatan tangan-Nya.

Matius 24:28
(24:28) Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun."

“Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun.” Bangkai atau korban Kristus -- kematian Yesus Kristus -- itu adalah jaminan hidup kita.
Kita perlu bergantung kepada korban Kristus; kita perlu menyatu dengan darah salib Kristus; kita perlu menyatu dengan sengsara salib, menyatu dengan kematian Yesus Kristus; di situlah burung nazar berkerumun. Bangkai yang adalah gambaran dari kematian Yesus, di situlah kita mendapatkan sayap burung nazar. Kita tidak akan menemukan sayap burung nazar di luar sengsara salib; di luar bangkai, kita tidak akan temukan sayap burung nazar.
Jadi, kita perlu bergantung kepada kematian Yesus Kristus; sengsara derita sampai kepada kematian-Nya, supaya kita memperoleh  sayap burung nazar untuk memelihara kehidupan kita di padang belantara.

Sewaktu Kebaktian Natal Persekutuan: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) berlangsung di bulan Desember tahun 2019; setelah kegiatan selesai dilaksanakan, satu dari hamba-hamba TUHAN yang hadir langsung datang menghampiri saya, lalu menceritakan soal masa aniaya antikris yang berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Lalu dia menganjurkan kepada saya dan memberi pengertian kepada saya, supaya saya bercocok tanam. Saya sudah geli mendengar kalimat pernyataan seperti ini. Ketika saya bertanya untuk apa saya bercocok tanam? Lalu dia menjawab: Pada saat itu nanti, Pak Pendeta, kita tidak lagi mendapatkan makanan dan minuman dari mana-mana. Jadi, kita harus memelihara hidup ini dengan cara bercocok tanam.
Kalau saya menjawab pernyataan beliau, pasti terjadi pertengkaran, namun hati nurani saya berbicara: Berarti anda belum mengerti soal bangkai,  anda belum mengerti soal kematian Yesus Kristus, anda belum mengerti soal korban Kristus. Bagi kehidupan semacam ini, korban Kristus atau pengalaman kematian Yesus Kristus terlalu asing; dan orang yang semacam ini sukar untuk diajar. Tetapi, marilah kita berdoa dalam ucapan syukur sepenuhnya, karena kita sudah memperoleh pengertian yang benar, suci dan mulia dari TUHAN, sampai akhirnya kita memperoleh sayap burung nazar yang besar; di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun.
Jadi, pengalaman kematian ini sudah seharusnya tidak asing bagi kita, sudah seharusnya menyatu dalam kehidupan kita. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment