KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, July 5, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 02 JULI 2020



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 02 JULI 2020


KITAB RUT
(Seri: 99)

Subtema: MEROMBAK BAIT SUCI ALLAH DALAM 3 HARI

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing.
Saya tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan dari TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam ini.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Lagi kata Naomi kepada Rut, menantunya: “Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.
Singkatnya, Naomi menjelaskan kepada Rut, menantunya itu, bahwa Boas adalah kaum kerabat atau saudara yang terdekat mereka dan salah seorang yang wajib menebus mereka.

Jadi, apa yang telah dijelaskan oleh Naomi kepada Rut, menantunya itu, sesuai dengan ketentuan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Israel. Hal itu ditulis dengan jelas dalam Imamat 25:24-25; apabila salah seorang dari bangsa Israel itu jatuh miskin dan menjual segala hartanya, maka kerabat atau saudara yang terdekat harus datang untuk menebusnya.
Kemudian, penggenapan dari nubuatan itu telah dikerjakan oleh pribadi Yesus Kristus dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib. Perkara ini diakui dan ditulis langsung di dalam Injil Matius 20:28, yang mengatakan: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”, menjadi tebusan terhadap orang-orang yang terjual kepada maut, seperti Naomi dan Rut.

Setelah Naomi menjelaskan perkara itu kepada Rut, menantunya, sekarang kita akan memasuki ayat 21 untuk melihat respon dari Rut terhadap penjelasan Naomi.
Rut 2:21
(2:21) Lalu kata Rut, perempuan Moab itu: "Lagipula ia berkata kepadaku: Tetaplah dekat pengerja-pengerjaku sampai mereka menyelesaikan seluruh penyabitan ladangku."

Setelah mendapatkan penjelasan dari Naomi, mertuanya itu, sontak saja (mendadak) Rut teringat kembali dengan perkataan Boas kepadanya di dalam Rut 2:8.

Boas rohani, itulah pribadi dari TUHAN Yesus Kristus, Kepala Gereja, di mana perkataan-Nya selalu diingat oleh murid-murid-Nya. Contoh peristiwa:
-          Satu kali pada Injil Matius, tepatnya; Matius 26:75 -- hal itu telah diterangkan beberapa waktu yang lalu --.
-          Dua kali pada Injil Lukas, antara lain;
1.      Injil Lukas 22:61
2.      Injil Lukas 24:8
-- Dan hal itu juga telah diterangkan. --
-          Tiga kali pada Injil Yohanes, antara lain;
1.      Yohanes 2:17 -- Hal ini telah diterangkan pada minggu yang lalu. --
2.      Yohanes 2:22 -- Kita akan memperhatikan hal ini. --
3.      Yohanes 12:16

Sekarang, kita akan memperhatikan TIGA KALI PADA INJIL YOHANES, antara lain, Yang Pertama:Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” … Yohanes 2:17
Hal ini telah diterangkan pada minggu yang lalu. Kiranya apa yang telah dipaparkan menjadi berkat, menjadi praktek dalam hidup kita masing-masing.

Sekarang kita akan fokus memperhatikan TIGA KALI PADA INJIL YOHANES, antara lain, Yang Kedua:
Yohanes 2:22
(2:22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

“ … Sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya …”
Tentang derita dan sengsara atau kematian dari pada Yesus di atas kayu salib, lalu bangkit pada hari ketiga; hal itu telah disampaikan (diterangkan) atau diajarkan oleh Yesus kepada kedua belas murid-Nya; yang dituliskan langsung dengan jelas di dalam Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas.
Namun, perkataan itu sempat dilupakan oleh murid-murid. Akan tetapi, setelah semuanya itu menjadi kenyataan, barulah murid-murid teringat kembali bahwa hal itu telah dikatakan-Nya kepada mereka.

Sebenarnya, dalam konteks ayat ini, Yesus belum mati dan belum bangkit pada hari yang ketiga; tetapi mengapa soal kebangkitan-Nya dituliskan pada Injil Yohanes 2:22? Inilah yang menjadi pertanyaan.
Jawabnya: Bermula dari tindakan Yesus, sebab Ia mengadakan penyucian terhadap Bait Allah pada ayat 14-16. Singkatnya, Yesus menyucikan Bait Allah dari tiga perkara:
1.      Pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati.
2.      Meja-meja penukar uang.
3.      Tempat duduk.

Kita akan melihat sejenak tentang tiga perkara yang disucikan oleh Yesus di dalam Bait Suci Allah.
Tentang: “Pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati.”
Jelas, hal ini menunjuk; orang-orang yang menjual korban Kristus.
-          Tidak sedikit hamba-hamba TUHAN atau pelayan-pelayan TUHAN (orang-orang yang melayani TUHAN) menjual korban Kristus di tengah-tengah ibadah pelayanan di hadapan TUHAN. Prakteknya: Melayani karena perut, melayani karena uang, melayani karena popularitas atau mencari nama, melayani karena kedudukan dan lain sebagainya; itu sama dengan menjual korban Kristus.
-          Kemudian, tidak sedikit orang Kristen atau anak-anak TUHAN yang menjual korban Kristus. Prakteknya: Meninggalkan ibadah hanya karena pekerjaan, meninggalkan ibadah hanya karena uang, meninggalkan ibadah hanya karena menempuh pendidikan dan usaha yang dikelola, serta perkara-perkara lahiriah lainnya di dalam dunia ini; itu sama saja dengan menjual korban Kristus.
Hal ini harus disucikan dari dalam Bait Suci Allah, supaya dengan demikian;
-          Baik hamba-hamba TUHAN berkenan di hadapan TUHAN di tengah-tengah ibadah pelayanannya;
-          Maupun umat TUHAN, anak-anak TUHAN, orang Kristen berkenan ketika ia menjalankan ibadahnya di hadapan TUHAN.

Tentang: “Meja-meja penukar uang.”
Jelas, hal ini menunjuk kepada; orang yang cinta akan uang atau yang hatinya terikat dengan uang.
Sebenarnya, hati itu adalah tempatnya Firman Allah karena hati menjadi cerminan dari hidup manusia.

Sejenak kita membaca Amsal 3.
Amsal 3:1-4
(3:1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, (3:2) karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. (3:3) Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, (3:4) maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.

Perhatikan: Jikalau Firman TUHAN mendapat tempat di dalam hati kita, maka ada beberapa keuntungan yang akan kita peroleh, yaitu:
1.      Panjang umur dan lanjut usia. Kalau seseorang hidup sampai berusia tujuh puluh tahun, itu sama dengan panjang umur; tetapi apabila ditambahkan lagi, maka sama dengan lanjut usia, ditambahkan lagi lanjut usianya, ditambahkan lagi lanjut usia.
2.      Kesejahteraan ditambahkan. Berarti, damai sejahtera tidak terambil dari kehidupan yang menyimpan firman dengan baik di dalam hatinya, melainkan ditambahkan.
3.      Mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah dan manusia. Berarti, dikasihi dan dihargai oleh pandangan Allah dan pandangan manusia.
Itulah beberapa keuntungan yang kita peroleh kalau hati ini menjadi tempatnya Firman TUHAN; oleh sebab itu, perhatikanlah sungguh-sungguh dengan baik. Jangan kita mengeraskan hati terhadap Firman Allah yang dipaparkan malam ini bagi kita.

Berkaitan dengan hal itu, lebih jauh kita melihat dalam Amsal 7:1-4.
Amsal 7:1-4
(7:1) Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. (7:2) Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. (7:3) Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu. (7:4) Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku" dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu,

Berpeganglah pada perkataanku, berpeganglah pada perintahku”, berarti; firman Allah disimpan di dalam hati.
Jikalau Firman Allah sudah mendapat tempat di dalam hati, maka tanpa sadar kita berkata:
-          Kepada hikmat -- itulah pembukaan firman --: “Engkaulah saudaraku."
-          Dan kepada pengertian: “Engkaulah sanakku.
Dalam Amsal 17:17 mengatakan: “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Jadi, kalau Firman Allah mendapat tempat di dalam hati, maka dia akan menjadi jawaban, dia akan memberi jalan keluar dari setiap persoalan-persoalan yang menghimpit sekalipun.
Oleh sebab itu, meja-meja penukar uang di dalam Bait Allah itu harus disucikan, supaya hati tetap (difungsikan) menjadi tempatnya Firman Allah.

Tentang: “Tempat duduk.”
Jelas, hal ini menunjuk kepada; orang yang masih mempertahankan harga dirinya serta keakuannya di hadapan TUHAN. Kerugiannya adalah menolak takhta Allah dan kebenaran yang ada di dalamnya. Singkatnya, tidak rendah hati di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, sekalipun ia berada pada kedudukannya sebagai seorang imam -- karena tempat duduk masih ada di dalam Bait Suci Allah --.
Hal ini juga harus segera disucikan dari dalam Bait Allah. Jangan sampai ada keakuan dengan mempertahankan harga diri, supaya kita jangan menolak takhta Allah dan kebenaran yang ada di dalamnya. Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik.

Namun, setelah Yesus mengadakan penyucian terhadap Bait Allah, kita akan kembali melihat Injil Yohanes 2:18.
Yohanes 2:18
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"

Setelah melihat Yesus bertindak untuk mengadakan penyucian terhadap Bait Allah, selanjutnya orang-orang Yahudi menentang Yesus dan berkata: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Pertanyaan ini menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi menolak penyucian yang diadakan oleh Yesus terhadap Bait Allah.

Sebenarnya, tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak penyucian yang diadakan oleh Yesus terhadap Bait Allah tersebut. Kalau kita perhatikan pernyataan Yesus saat mengadakan penyucian itu, pada ayat 16: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Dalam Injil yang lain dikatakan: “menjadi sarang penyamun”, menjadi tempat gerombolan-gerombolan (perbuatan kejahatan).
Jadi, sebenarnya, tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak penyucian yang diadakan oleh Yesus terhadap Bait Allah tersebut; karena tentunya, Bait Allah tidak boleh dijadikan sebagai sarang penyamun, tempat jual beli.

Kita datang beribadah bukan untuk mencari keuntungan. Jangan sampai kita mencari TUHAN karena ingin diberkati secara jasmani saja. Jadi, Bait Allah tidak boleh diperalat seperti itu, tidak boleh dijadikan sarang penyamun. Tidak boleh berada di dalam Bait Allah lewat ibadah dan pelayanan atau mencintai TUHAN hanya karena berkat jasmani; hal itu tidak diperbolehkan, sebab itu merupakan roh jual beli, atau sama dengan sarang penyamun.
Tidak banyak hamba TUHAN yang melayani TUHAN hanya untuk mencari berkat, mencintai TUHAN karena berkat jasmani; akhirnya, jangan heran, sidang jemaat pun datang beribadah hanya karena berkat jasmani.

Perlu untuk diketahui: Hidup orang Kristen atau hidup gereja TUHAN atau hidup dari anak-anak TUHAN, sebenarnya adalah Bait Allah atau pun rumah TUHAN. Hidup kita adalah Bait Allah, hidup kita adalah rumah TUHAN, yang tidak boleh dijadikan sebagai tempat berjualan, tidak boleh dijadikan sebagai sarang penyamun. Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sesuai 1 Korintus 6:19-20.

1 Korintus 6:19-20
(6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Rasul Paulus dengan tandas berkata kepada sidang jemaat di Korintus: “ bahwa kamu bukan milik kamu sendiri …” Berarti, baik tubuh maupun hidup ini bukanlah milik kita sendiri, dengan demikian; kita tidak berhak lagi atas tubuh ini maupun hidup ini, kita tidak berhak untuk melakukan segala sesuatu dengan bebas menurut keinginan hati sendiri, selain memuliakan Allah dengan tubuh atau pun hidup ini.

Kita tidak boleh berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan hati sendiri, tidak boleh; karena tubuh ini adalah milik TUHAN, Bait Allah, tempat Roh Allah berdiam. Jadi, kita tidak boleh sesuka hati dengan bebas berbuat dosa, tidak boleh sesuka hati beribadah -- kadang datang, kadang tidak, kadang datang, kadang tidak --, tidak boleh sesuka hati melakukan keinginan-keinginan di hati sendiri; tidak boleh dengan bebas melakukan itu semua, selain bahwa tubuh ini ada untuk memuliakan TUHAN, tubuh ini ada hanya untuk TUHAN saja, tidak boleh untuk yang lain. Jadi, jangan salah mempergunakan hidup di hadapan TUHAN.

Mengapa demikian? “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Kita semua telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar dengan darah yang mahal, sesuai dengan 1 Petrus 1:18-19.
Kita sudah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, bukan dengan barang fana, bukan dengan harta, kekayaan, bukan dengan uang, bukan dengan perak dan batangan emas, tetapi dengan darah yang mahal, darah yang suci dan tak bercacat cela.
Jadi, jelas bahwa; tubuh ini maupun hidup ini adalah Bait Allah, milik-Nya TUHAN. Jangan sesekali kita berbuat dengan sesuka hati; melakukan apa yang ingin kita lakukan, apa yang kita mau kita lakukan, tidak boleh seperti itu, sebab hidup (tubuh) ini adalah Bait Allah, milik TUHAN.
Sekali lagi saya tandaskan: Tidak boleh dengan bebas melakukan kehendak sendiri di dalam diri ini. Beribadah juga tidak boleh sesuka hati; kadang datang, kadang tidak, tidak boleh. Ingat: kita ini adalah Bait Allah.

Kalau seseorang hidup sesuka hati, maunya sendiri, melakukan segala sesuatu sesuai keinginannya sendiri, berarti dia itu adalah orang yang tidak mengerti kehendak TUHAN, belum mengerti rencana-Nya TUHAN. Oleh sebab itu, kalau kita datang beribadah tanpa pengertian, maka kita tidak bisa menyukakan hati TUHAN; maka, tidak sedikit orang Kristen, umat TUHAN, anak TUHAN, bahkan hamba TUHAN, yang tidak mampu menyukakan hati TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan.
Tetapi kalau kita menyadari bahwa baik tubuh maupun hidup ini merupakan Bait Allah, maka kita tidak lagi sesuka hati berbuat segala sesuatu menurut keinginan di hati ini saja.

2 Korintus 6:16
(6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini:  "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Kita -- baik tubuh maupun hidup ini -- adalah Bait dari Allah yang hidup, menurut pernyataan dari firman Allah yang berikut ini, antara lain:
1.      Aku akan diam bersama-sama dengan mereka.
2.      hidup di tengah-tengah mereka.
3.      dan Aku akan menjadi Allah mereka.
4.      dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Menurut Firman Allah yang dibagi menjadi empat hal di atas, inilah ukuran bahwa kita -- baik tubuh maupun hidup ini -- adalah benar-benar Bait Allah.

Jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, Firman Allah dalam 2 Korintus 6:16 -- yang dibagi menjadi empat hal -- terkena pada; TABUT PERJANJIAN. Dengan perician sebagai berikut:
-          Hal yang pertama sampai dengan hal yang ketiga, menunjuk; Tutup pendamaian.
-          Hal yang keempat, menunjuk; Peti dari Tabut Perjanjian.

“Tutup pendamaian” dengan dua kerubium di atasnya, menunjuk; Allah Trinitas, yakni; TUHAN Yesus Kristus.
-          Tutupan pendamaian (tutupan grafirat), sama dengan; Yesus, Anak Allah.
-          Kerub (I), sama dengan; Allah Bapa.
-          Kerub (II), sama dengan Allah Roh-El Kudus.
Kemudian, “Peti dari Tabut Perjanjian”, menunjuk; gereja TUHAN yang sempurna, yakni sidang mempelai TUHAN. Peti dari Tabut Perjanjian ini terbuat dari kayu penaga, yang berbicara soal kedagingan. Namun, peti yang terbuat dari kayu penaga itu telah disalut dengan emas, baik dari dalam maupun dari luar, sehingga tabiat-tabiat daging tidak terlihat lagi, selain tabiat Ilahi, itulah emas. Emas itu murni, tidak bisa berubah-berubah. Bahkan jika dilemparkan ke dalam api; semakin dipanaskan maka semakin nyata kemurniannya, semakin mengalami banyak ujian maka semakin terlihat kemurniannya.
Jadi, jelas “Peti dari Tabut Perjanjian” menunjuk kepada; gereja TUHAN yang sempurna, yakni sidang mempelai TUHAN, milik kepunyaan Allah sendiri; hal ini menunjukkan bahwa kita ini adalah Bait Allah yang kudus.

Dengan demikian, empat pernyataan dalam 2 Korintus 6:16 menunjukkan bahwa kita adalah Bait Allah yang kudus, gereja TUHAN yang sempurna, yakni mempelai TUHAN. Jadi, ukuran dari Bait Allah adalah empat hal di dalam 2 Korintus 6:16 yang dibagi menjadi dua bagian.

Kita sudah melihat ukuran bahwa kita -- baik tubuh maupun hidup ini -- adalah benar-benar Bait Allah. Sekarang, kita akan lebih jauh kita melihat dalam ayat 17.
2 Korintus 6:17
(6:17) Sebab itu:  Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan,  dan janganlah menjamah apa yang najis,  maka Aku akan menerima kamu.

Karena tubuh kita ini adalah Bait Allah (rumah TUHAN); oleh sebab itu, dua hal yang harus kita perhatikan:
1.      Keluarlah dan pisahkanlah dirimu dari mereka. Artinya;
-          Jangan menjadi serupa dengan dunia ini.
-          Jangan menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya.
Sebab hal itu merupakan noda kekafiran; itu dinyatakan oleh Rasul Paulus pada ayat 15-16.
2.      Jangan menjamah apa yang najis. Dunia orang mati merupakan dunia kenajisan. Jadi, jangan berada di dunia orang mati; biarlah orang mati mengurusi orang mati, tidak usah kita sibuk mengurusi dunia orang mati, supaya kita tidak hidup dalam kenajisan. Tetapi hidup dari gereja TUHAN (anak-anak TUHAN) harus berada di dalam Bait Allah, serta sibuk menggunakan dua tangan untuk melayani pekerjaan TUHAN. Sekali lagi saya tandaskan: Jangan menjamah apa yang najis, tetapi biarlah kita gunakan dua tangan untuk melayani pekerjaan TUHAN, sebab dunia orang mati adalah dunia yang najis.

Mengapa kita harus memperhatikan dua hal di atas? TUHAN berkata: “maka Aku akan menerima kamu.” Supaya kita diterima oleh TUHAN, maka biarlah kehidupan kita memperhatikan dua perkara di atas.

2 Korintus 6:18
(6:18) Dan Aku akan menjadi Bapamu,  dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan  demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa."

Janganlah kita menjamah apa yang najis, supaya kita tahu “status kita di hadapan TUHAN” dan kita juga tahu “status Allah bagi kita”.
-          Status Allah bagi kita adalah sebagai Bapa.
-          Status kita di hadapan Allah adalah dijadikan sebagai anak-anak Allah.
Dia menjadi Bapa bagi kita dan kita dijadikan sebagai anak-anak-Nya. Dengan demikian, status kita jelas, yaitu menjadi anak-anak TUHAN, yang perlu untuk diperhatikan oleh TUHAN, seperti Bapa memperhatikan anak-anak-Nya. Camkanlah hal ini dengan baik.

Tadi, kita sudah memperhatikan; bagaimana tubuh (hidup) ini di hadapan TUHAN, yang merupakan Bait Allah di hadapan TUHAN. Tetapi kalau kita kembali mengacu kepada pertanyaan dari orang-orang Yahudi tersebut pada Yohanes 2:18 tadi, menunjukkan bahwa; seakan-akan orang-orang Yahudi tidak peduli dengan kenyataan yang ada, tidak peduli dengan segala sesuatu, baik status Allah bagi manusia dan status manusia bagi Allah.  Seakan-akan mereka tidak peduli dengan kenyataan yang ada, bahwa tubuh atau hidup ini benar-benar adalah Bait Allah.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas; kalau anak-anak TUHAN tidak mempunyai pengertian di tengah ibadah dan pelayanan, maka dia tidak mengerti untuk menyenangkan hati TUHAN dan tidak mengerti rencana TUHAN di dalam diri-Nya. Oleh sebab itu, jangan pernah berhenti berdoa, supaya TUHAN terus membukakan firman-Nya, sehingga oleh hikmat itu kita memperoleh pengertian untuk datang di tengah ibadah dan pelayanan, sehingga dengan pengertian itu kita dapat menyukakan hati TUHAN, kita dapat mengerti rencana TUHAN, masa depan kita jelas indah di dalam TUHAN.

Oleh sebab itu, kita kembali membaca Injil Yohanes 2.
Yohanes 2:18-19
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."

Setelah Yesus mengadakan penyucian terhadap Bait Allah, orang-orang Yahudi menentang Yesus dan berkata: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada orang-orang Yahudi: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.
Pendeknya, TUHAN mau merombak Bait Allah, TUHAN mau merombak hidup kita ini dan membangunnya kembali dalam tiga hari saja. TUHAN mau memperbaiki kehidupan kita ini, dibangun kembali, dirombak kembali dalam tiga hari saja.

Kalau Yesus berkata: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Sebenarnya, perkataan itu merupakan tanda kasih-Nya yang besar dan amat heran kepada orang Yahudi dan juga kepada kita pada malam hari ini.
Tiga hari (angka tiga) à Pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya. Jadi, apa yang dikatakan-Nya itu merupakan tanda kasih yang besar dan heran.
Yesus mati dan bangkit bagi kita karena Yesus mengasihi kita. Demikianlah caranya untuk merombak bait Allah dengan tiga hari saja, tidak dengan cara yang lain.

Kita lihat soal MATI dan BANGKIT ini dalam Roma 6.
Roma 6:3-4
(6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? (6:4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Baptisan Kristus adalah baptisan di dalam kematian dan kebangkitan-Nya.
-          Kuasa kematian Yesus Kristus ialah mengubur hidup yang lama. Berarti, mati terhadap dosa; itu adalah perbuatan yang lama. Kalau mati, pasti dikubur; kalau tidak dikubur, nanti orang lain akan mencium baunya. Kalau dosa tidak dikubur maka orang lain yang menghirup baunya, orang lain yang tersandung. Jadi, hidup lama memang harus dikubur.
-          Kuasa kebangkitan Yesus Kristus ialah hidup dalam hidup yang baru, lahir baru, sebab yang lama sudah berlalu.
Itulah baptisan Kristus; mati dan bangkit. Jadi, kematian dan kebangkitan-Nya itu merupakan tanda kasih.
Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”, itu merupakan tanda kasih.

Roma 6:5-6
(6:5) Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. (6:6) Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.

Jikalau kita satu di dalam kematian-Nya, maka tentu kita juga satu di dalam kebangkitan-Nya; itu merupakan satu paket, satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, kalau kita sudah mati terhadap dosa atau manusia lama telah disalibkan, maka tentu kita tidak lagi menjadi hamba dosa. Kalau kita sudah mati terhadap dosa -- atau manusia lama disalibkan --, maka kita tidak lagi menjadi hamba dosa.

Roma 6:10
(6:10) Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.

Selanjutnya, “kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa”, dan itu dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Yesus tidak perlu mati di atas kayu salib berkali-kali, Dia cukup mati satu kali untuk selama-lamanya, sebab korban-Nya cukup untuk menyempurnakan kehidupan kita.
Kemudian, “kehidupan-Nya (kebangkitan-Nya) adalah kehidupan bagi Allah.” Jadi, biarlah kita hidup bagi Allah; sebab hidup itu adalah terang; dan terang itu bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan tidak menguasainya; itulah arti hidup di hadapan TUHAN. Kalau hidup tetapi masih menyembunyikan dosa, itu adalah gelap, bukan hidup.
Pendeknya, Bait Allah itu sudah dirombak, sudah diperbaharui lewat pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Yohanes 2:20
(2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"

Selanjutnya, mendengarkan pernyataan Yesus pada ayat 19: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”, orang-orang Yahudi berkata kepada-Nya kembali: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?

Yohanes 2:21
(2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

Yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Jadi, istilah “merombak Bait Allah dalam tiga hari dan akan didirikan-Nya kembali”, itu merupakan istilah rohani, bukan istilah secara lahiriah, karena pada ayat 21 ini dituliskan dengan jelas bahwa: “Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.” Maksudnya ialah bahwa Yesus akan mati atau terbunuh di atas kayu salib, dan bangkit pada hari ketiga.

Jadi, singkatnya; orang-orang Yahudi ini tidak mengerti rencana TUHAN, tidak mengerti arti rohani dari pernyataan Yesus pada ayat 19. Sebab, mereka mengartikan perkataan Yesus ini secara lahiriah saja, menunjukkan bahwa mereka menjalankan ibadah secara lahiriah.
Orang-orang Yahudi berkata: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Pernyataan mereka ini menunjukkan bahwa mereka menjalankan ibadah secara lahiriah.
Angka 46 à Hukum Taurat.
-          Empat hukum pada loh batu yang pertama.
-          Enam hukum pada loh batu yang kedua.
Jadi, jelas, empat dan enam, menunjuk kepada; hukum Taurat. Artinya, orang-orang Yahudi ini masih hidup di bawah hukum Taurat.

Orang yang masih menjalankan ibadah Taurat, menjalankan ibadah lahiriah, menjalankan ibadah hanya sebatas ceremonial atau liturgis; bagi orang-orang semacam ini, pengalaman kematian dan kebangkitan itu asing bagi mereka, aneh bagi mereka, bahkan bisa membuat mereka terkejut; pengalaman kematian dan kebangkitan tidak bisa diterima oleh akal dan pikiran mereka.
Dan kalau kita ingat kisah tentang Nikodemus yang adalah pemimpin orang Yahudi; dia tidak mengerti soal pengalaman kematian dan kebangkitan, tidak mengerti soal “kelahiran kembali”. Pengalaman kematian dan kebangkitan itu aneh, asing bagi orang-orang yang masih menjalankan ibadah Taurat, bagi orang-orang yang masih menjalankan ibadah lahiriah, ibadah liturgis, ibadah yang dijalankan secara ceremonial saja.
Coba saja perhatikan orang yang biasa menjalani ibadah dengan bermain-main; hanya datang duduk dengar firman, tubuhnya di tengah ibadah (di dalam Bait Allah) tetapi batinnya tidak diserahkan kepada TUHAN; orang yang semacam ini, soal pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus itu asing bagi dia. Kalau dia diminta untuk masuk dalam pengalaman itu, maka dia akan menolak, dia akan menyangkalinya, sebab pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus itu sangat asing bagi dia.
Demikianlah orang-orang Yahudi di hadapan TUHAN.

Mari kita lihat MEREKA YANG MENJALANKAN IBADAH TAURAT di dalam Ibrani 10.
Ibrani 10:1
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (10:2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. (10:3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. (10:4) Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.

Hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, bukan hakekat dari keselamatan itu. Pendeknya, ibadah pelayanan yang dijalankan menurut hukum Taurat adalah ibadah pelayanan yang dijalankan secara lahiriah saja.

Ibrani 10:5-8
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --. (10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. (10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." (10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.

Perhatikan ibadah yang dijalankan menurut hukum Taurat: Mereka membawa binatang dan mempersembahkannya sebagai korban di hadapan TUHAN. Artinya sudah sangat jelas, bahwa ibadah itu dijalankan secara lahiriah, ibadah itu dijalankan secara Taurat. Misalnya; mulut memuliakan TUHAN di tengah ibadah pelayanan, tetapi sesungguhnya, hatinya, manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada TUHAN.

Masih banyak di antara kita yang menjalankan ibadah Taurat; tubuhnya ada di tengah ibadah, mulutnya memuliakan TUHAN, tetapi hatinya, manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada TUHAN; itulah ibadah Taurat (ibadah lahiriah). Maka, ibadah yang dijalankan secara Taurat itu hanya bayangan saja, bukan hakekat dari keselamatan itu.
Perlu untuk kita pahami bersama: Ibadah Taurat tidak menjanjikan keselamatan.

Ibrani 10:9-10
(10:9) Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. (10:10) Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Tetapi ibadah yang berkenan kepada TUHAN ialah menyangkal diri dan memikul salib. Jadi, jangan diganti dengan mempersembahkan korban dari binatang. Seberapa mahal harga binatang sekalipun, itu tidak akan bisa digunakan sebagai korban persembahan kepada TUHAN. Tetapi ibadah yang berkenan kepada TUHAN adalah menyangkal diri dan memikul salibnya, sama dengan; melakukan kehendak Allah Bapa; itulah yang benar, itulah yang TUHAN mau.

Itu sebabnya, TUHAN dengan tegas berkata kepada orang-orang Yahudi dalam Injil Yohanes 2:19, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Oleh sebab itu, cara ibadah yang lama, cara ibadah yang pertama, itulah ibadah Taurat, harus dirubah. Jangan kita datang beribadah melayani dengan bersifat lahiriah saja. Ibadah lahiriah harus berubah, harus dirombak; jangan mempertahankan ibadah Taurat.
Apa artinya kita menjalankan ibadah Taurat? Tubuh saudara ada di tengah ibadah, tetapi hati saudara tidak mengarah kepada TUHAN, apa artinya? Menghabiskan waktu saja? Semuanya sia-sia, baik tenaga, waktu, semuanya sia-sia. Apa artinya kalau semuanya sia-sia? Oleh sebab itu, ibadah semacam ini harus dirombak.
Mengorbankan binatang lalu dipersembahkan kepada TUHAN; yang dikorbankan adalah hati, pikiran dan perasaan ini, tubuh, jiwa dan roh ini yang dikorbankan. Berarti, menyangkal diri, memikul salib, melakukan kehendak Allah Bapa; itulah yang dipersembahkan kepada TUHAN.

Sebab, pada ayat 8 dengan jelas dikatakan …
Ibrani 10:8
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.

Korban bakaran, korban penghapus dosa dari binatang yang dipersembahkan tidak berkenan kepada TUHAN; seindah apapun binatang itu dan sekalipun nilai jualnya mahal.
Tetapi yang TUHAN kehendaki ialah sangkal diri, pikul salib, dan lakukan kehendak Allah Bapa; sebab Yesus datang ke dunia ini untuk melakukan kehendak Allah Bapa. Dan hal itu ada tertulis di dalam Gulungan Kitab yang Terbuka, itulah pembukaan firman yang disampaikan di tengah-tengah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan ini.

Jadi, inti dari pembukaan firman adalah Yesus mati di atas kayu salib untuk melakukan kehendak Allah Bapa. Praktek bagi kita di tengah-tengah ibadah pelayanan adalah menyangkal diri, memikul salib, ikut TUHAN setiap hari, sampai TUHAN datang pada kali yang kedua.

Lihat, kelemahan-kelemahan dari pada hukum Taurat:
1.      Suka menunjuk-nunjuk dosa, berarti; tidak ada pengampunan.
2.      Suka membela diri atau membenarkan dirinya dengan caranya.
Itulah hukum Taurat, itulah kelemahan hukum Taurat.

Jadi, hukum Taurat itu tidak berkuasa menyelamatkan kita, karena hukum Taurat tidak berdaya terhadap daging dengan segala kelemahan di dalam daging. Maka, Allah menggantikannya dengan tubuh Yesus di atas kayu salib, sehingga Ia diremukkan di atas kayu salib, Dia menanggung semua penderitaan di atas kayu salib, karena hukum Taurat tidak berdaya.
Oleh sebab itu, kita juga harus menyangkal diri dan memikul salib. Kalau kita beribadah hanya dengan menuruti peraturan-peraturan saja, itu tidak akan bisa, tidak akan cukup; tetapi yang benar ialah: harus memikul salibnya, menyangkal dirinya, ikut TUHAN. Ikut Tuhan artinya; sampai kepada pengalaman kematian, titik terendah.
Sama halnya dengan benih gandum; kalau tidak jatuh ke tanah dan mati, dia tidak akan berbuah. Jadi, harus jatuh ke tanah terlebih dahulu -- itu berbicara tentang kerendahan hati --, dan mati -- berarti tidak menuruti suara daging --, maka benih ini akan tumbuh dan berbuah; itulah yang disebut dengan ikut TUHAN. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Yohanes 2:19-20
(2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"

Derita dan sengsara atau pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus melenyapkan sistem ibadah Taurat. Oleh sebab itu, pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sudah seharusnya menyatu dalam kehidupan kita sehingga hal itu tidak asing lagi bagi kita untuk melenyapkan sistem ibadah Taurat.

Roma 3:1-8
(3:1) Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? (3:2) Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah. (3:3) Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? (3:4) Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi." (3:5) Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan? Tidak adilkah Allah -- aku berkata sebagai manusia -- jika Ia menampakkan murka-Nya? (3:6) Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia? (3:7) Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? (3:8) Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.

Jika ada yang tidak setia; dapatkah yang tidak setia ini membatalkan kasih Allah? Kita datang beribadah, di mana korban Kristus diperdengarkan, tetapi ternyata kita tetap menjalankan ibadah Taurat; namun TUHAN tetap menunjukkan atau menampilkan diri-Nya sebagai korban Paskah.
Mana yang benar; apakah ketidaksetiaan kita dapat menggagalkan kebenaran Allah? Tentu tidak, sebab korban Paskah adalah yang benar. Itulah hebatnya TUHAN untuk membenarkan kita.

Tidak mungkin orang menjalankan ibadah Taurat, dengan tujuan untuk memuliakan TUHAN; sebaliknya, orang yang menjalankan ibadah Taurat, ia hanya datang untuk mencari keuntungan, ia menampilkan dirinya di tengah ibadah pelayanan namun dengan kepentingan dirinya sendiri di situ.
Tetapi sekalipun demikian, TUHAN tetap menampilkan diri-Nya sebagai korban Paskah; supaya hukum Taurat digagalkan, supaya ketidaksetiaan itu digagalkan oleh korban Kristus.
Mana yang benar; ketidaksetiaan atau korban Kristus? Tentu yang benar adalah korban Kristus. Itulah hebatnya TUHAN.

Jadi, jelas, ketika Yesus berkata kepada orang Yahudi: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Sesungguhnya, itu adalah tanda kasih; tetapi seringkali kita merasa bahwa teguran Firman TUHAN, di mana dosa yang disembunyikan itu ditunjuk-tunjuk, lalu kita komentari dengan mengatakan bahwa: Tuntutan firman terlalu keras dan besar di tempat ini. Lalu di lain kesempatan kita berkata: Salib di sini terlalu keras.
Sebetulnya, pernyataan TUHAN terhadap orang Yahudi merupakan tanda kasih. Kalau tidak demikian, maka kita tidak akan mungkin bisa berubah, karena kalau kita datang menjalankan ibadah Taurat, sesungguhnya itu hanya untuk mencari keuntungan sendiri, pamer, supaya dilihat oleh orang lain, sebagai tanda ketidaksetiaan kita, namun TUHAN tetap setia untuk membatalkan ketidaksetiaan, sebab Dia tampil sebagai korban Paskah.

Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” TUHAN sedang melenyapkan ibadah dengan sistem Taurat kita, yang selama ini kita kerjakan di hadapan TUHAN. Dengan tampilnya Yesus sebagai korban Paskah, Ia telah melenyapkan ketidaksetiaan kita.

Sebetulnya, pengalaman kematian itu tidak lama; hanya tiga hari. Lalu, mengapa tidak bangkit-bangkit? Tentu karena daging, karena masih hidup menurut tabiat daging. Sesungguhnya dengan “tiga hari” saja sudah cukup, seperti Yesus bangkit pada hari ketiga.

Malam hari ini TUHAN memberi suatu pengertian bagi kita, supaya kita datang menjalankan ibadah dan melayani TUHAN dengan pengertian yang baik, pengertian yang suci, dan pengertian yang sehat; supaya dengan demikian, kita boleh menyenangkan hati TUHAN sekaligus mengerti rencana-rencana yang sedang TUHAN kerjakan dalam setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.

Yohanes 2:13
(2:13) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.

Kita tampil dengan ibadah Taurat, tampil dengan ketidaksetiaan, tetapi Yesus tampil sebagai korban Paskah untuk membatalkan ketidaksetiaan, untuk membatalkan ibadah Taurat, untuk membatalkan segala perbuatan-perbuatan yang tidak suci di hadapan TUHAN.

Yohanes 2:21-22
(2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (2:22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, barulah murid-murid itu teringat, bahwa hal itu telah dikatakan Yesus kepada mereka secara gamblang. Kemudian, dua hal yang nyata;
1.      Percayalah akan Kitab Suci. Yang tertulis dalam Kitab Suci dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
2.      Percayalah akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Perkataan (kesaksian) Yesus itu roh nubuat, berarti harus tergenapi. Setiap apa yang diucapkan-Nya pasti tergenapi.

Yohanes 2:23
(2:23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya.

Pengalaman kematian dan kebangkitan, itu sangat berarti bagi kehidupan kita untuk membatalkan ketidaksetiaan kita, untuk membatalkan ibadah Taurat, yang menyebabkan segala sesuatu yang tidak baik, yang tidak benar, yang tidak suci. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment