KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, September 28, 2020

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 26 SEPTEMBER 2020




IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 26 SEPTEMBER 2020
 
STUDY YUSUF
(Seri: 210)
 
Subtema: KEKERASAN HATI
 
Shalom.
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia. Dia layak untuk ditinggikan, diagungkan; Dialah Allah sesembahan kita, Allah Abraham, Ishak, Yakub.
Salam sejahtera dan bahagia bagi kita sekaliannya. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN, terkhusus pemuda remaja di mana pun anda berada, baik di dalam maupun di luar negeri.
Kita mohonkan kemurahan TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga ibadah ini tidak menjadi percuma.
 
Segera kita menyambut STUDY YUSUF untuk Firman Penggembalaan Ibadah Kaum Muda Remaja dari Kejadian 41:34.
Kejadian 41:34
(41:34) Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir.
 
Firaun mengangat penilik-penilik dan menempatkan penilik-penilik tersebut di tiap-tiap posnya atas seluruh negeri Mesir. Adapun tugas penilik ialah dalam tujuh kelimpahan itu akan memungut 1/5 (seperlima) dari hasil tanah Mesir.
 
Penilik-penilik à Gembala sidang atau seorang pemimpin sidang jemaat yang bertanggung jawab di dalam hal menggembalakan sidang jemaat. Mengapa penilik (gembala sidang) harus bertanggung jawab? Jawabnya adalah karena sidang jemaat telah ditebus oleh darah Anak Domba, sesuai dengan Kisah Para Rasul 20:28.
 
Pendeknya: Penilik harus memungut 1/5 (seperlima) dari hasil tanah di Mesir.
1/5 (seperlima), sama dengan;
-          2/10 (dua persepuluh) dalam bentuk pecahan
-          0.2 (nol koma dua) dalam bentuk desimal (persepuluhan).
Singkatnya: 1/5 (seperlima) = 2/10 (dua persepuluh).
 
Berbicara tentang dua persepuluh, tentu saja mengingatkan kita dengan Meja Roti Sajian.
 
Berkaitan dengan hal itu kita segera membaca Imamat 24:5-6.
Imamat 24:5-6
(24:5) "Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa; (24:6) engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
 
Dua belas ketul roti bundar diatur menjadi dua tumpuk atau dua susun. Masing-masing terdiri dari enam ketul roti bundar tiap-tiap tumpuknya. Kemudian, setiap satu ketul roti budar harus dibuat dari dua persepuluh efa; semuanya itu harus diatur di atas meja dari emas murni di hadapan TUHAN.
Kiranya hal itu nyata dalam kehidupan kita masing-masing.
 
Segala puji dan segala hormat hanya bagi Dia yang telah memberikan Pengajaran Tabernakel bagi kita sekaliannya, sehingga lewat pengajaran Tabernakel ini, dengan mudah bagi kita untuk mengerti tentang segala sesuatu, dengan mudah bagi kita untuk mengerti tentang rahasia dari Kerajaan Sorga.
 
Singkatnya, Meja Roti Sajian terdiri dari dua bagian, Yang Pertama: DUA TUMPUK ROTI, masing-masing terdiri dari enam ketul roti bundar.
Dua tumpuk roti à Firman Allah yang ditulis dalam Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, yang seluruhnya berjumlah 66 (enam puluh enam) kitab, dimulai dari kitab Kejadian, diakhiri dengan kitab Wahyu.
 
Perjanjian Lama” disebut juga kitab para nabi.
Adapun tugas nabi adalah bernubuat atau menyingkapkan segala yang terhubung, pendeknya; terhubung langsung dengan batin manusia. Berarti, kalau nabi bernubuat, dia akan menyingkapkan segala rahasia yang terkandung di dalam hati manusia = dosa dibongkar dengan tuntas, tidak ada yang tersembunyi di hadapan TUHAN. Begitu TUHAN menyingkapkan segala kenajisan dari perempuan Samaria, maka perempuan Samaria segera saja berkata: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
 
Perjanjian Baru” diwakili oleh para rasul.
Pendeknya, rasul-rasul terhubung langsung dengan wahyu. Berarti, ungkapan TUHAN tentang rahasia Kerajaan Sorga dinyatakan kepada kita lewat rasul-rasul.

-     Sebagaimana Rasul Paulus; TUHAN telah memperlihatkan suasana Kerajaan Sorga yang diliputi penyembahan, sesuai dengan 2 Korintus 12.

-     Sebagaimana Rasul Yohanes di pulau Patmos; TUHAN memperlihatkan pintu sorga terbuka bagi Rasul Yohanes dan melihat keindahan suasana sorga, di mana suatu takhta terdiri di dalamnya dan Seorang duduk di atasnya. 

Jadi, ungkapan TUHAN tentang rahasia Kerajaan Sorga dinyatakan kepada kita lewat rasul-rasul.
 
Betapa dahsyatnya kalau dua pengajaran ini disatukan, itulah pengajaran dari para nabi dan pengajaran dari para rasul.
Itulah sebabnya saya katakan di atas tadi, bahwa; kita tentu saja patut bersyukur kepada TUHAN, karena lewat Pengajaran Tabernakel, semuanya menjadi indah. Kita dengan mudah mengerti tentang segala perkara, dengan mudah kita mengerti suasana di bumi dan di sorga, sekalipun saat ini kita belum melihat seperti apa sorga secara kasat mata.
 
Meja Roti Sajian terdiri dari dua bagian, Yang Kedua: MEJA.
Jelas itu menunjuk; hati manusia, yang menjadi tempatnya Firman Allah, sesuai dengan Amsal 3:3, Amsal 7:1-3, 2 Korintus 3:3.
Singkatnya: Hati manusia menjadi tempatnya Firman TUHAN. Selain tempatnya Firman TUHAN, kita juga berpegang kepada Firman TUHAN, dan itu juga merupakan kewajiban bagi manusia.
 
Sesuai dengan kerinduan dari Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 6.
2 Korintus 6:11-13
(6:11) Hai orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu. (6:12) Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu. (6:13) Maka sekarang, supaya timbal balik -- aku berkata seperti kepada anak-anakku --: Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!
 
Jikalau TUHAN telah membuka hati-Nya dan menyatakan firman-Nya bagi kita, maka sebaliknya kita harus membuka hati lebar-lebar kepada hati TUHAN, dan juga membuka hati kita lebar-lebar kepada Firman TUHAN yang dinyatakan kepada kita.
Pendeknya: Sudah seharusnya ada hubungan timbal balik, disebut juga dengan gayung tersambut.
 
Mazmur 145:8-9
(145:8) TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. (145:9) TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
 
TUHAN itu pengasih dan penyayang; TUHAN itu panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Kemudian, TUHAN itu baik kepada semua orang, tanpa terkecuali; besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, hamba merdeka, tanpa terkecuali. Kita bersyukur untuk itu.
 
Namun sekalipun demikian, jangan kita salah mengartikan panjang sabarnya TUHAN, serta kasih setia TUHAN yang besar dan kebaikan hati TUHAN bagi kita, dengan jalan mengeraskan hati kita masing-masing. TUHAN memang baik, kasih setia-Nya dinyatakan bagi kita, Dia memang panjang sabar, tetapi jangan salah mengartikan dengan jalan mengeraskan hati kita masing-masing, supaya firman itu betul-betul mendapat tempat di hati kita, dengan lain kata; kita benar-benar menjadi roti sajian di hadapan TUHAN, sesuai dengan harapan TUHAN bagi kita semua.
TUHAN menuntut dan mendambakan supaya kehidupan kita semua, kehidupan pemuda remaja, menjadi roti sajian di hadapan TUHAN; oleh sebab itu, jangan kita mengeraskan hati, jangan kita menyalahgunakan kebaikan hati TUHAN, jangan kita menyalahgunakan panjang sabarnya TUHAN. Sekali waktu nanti, panjang sabarnya TUHAN akan berhenti; oleh sebab itu, jangan kita salah artikan.
 
Mazmur 95:6
(95:6) Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.
 
Masuklah, berarti; sudah ada di dalam, dengan kata lain; sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.
Pendeknya: Kehidupan rohani kita, kehidupan rohani pemuda remaja sudah berada di dalam penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah. Sudah seharusnya seperti itu.
 
Lalu, ayat 8-11 ...
Mazmur 95:8-11
(95:8) Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (95:9) pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku. (95:10) Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: "Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku." (95:11) Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku."
 
Sudah sangat jelas sekali, bahwa; panjang sabarnya TUHAN dan kasih setia TUHAN yang besar, suatu kali akan berhenti dengan satu tujuan, yakni; untuk mengajar dan mendidik kehidupan setiap orang, termasuk kehidupan muda remaja.
 
Ingat: Umat Israel tidak dapat masuk ke tanah perjanjian sebab mereka mengeraskan hati. Oleh sebab itu, jangan kita mengeraskan hati.
TUHAN jemu dengan sikap mereka, sementara mereka dituntun dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun, tetapi TUHAN jemu dengan perjalanan itu, sebab mereka mengeraskan hati di hadapan TUHAN.
Akhirnya, terhadap umat Israel TUHAN berkata: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku”, TUHAN berjanji bahwa umat Israel tidak dapat masuk ke tanah perjanjian, sebab mereka mengeraskan hati. Jangan kita permainkan panjang sabarnya TUHAN, kemurahan TUHAN dan kebaikan TUHAN, dengan jalan mengeraskan hati.
 
Sebagaimana TUHAN mengatakan kepada bangsa Israel: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” Apa artinya kita menjalankan ibadah ini, mengusahakan ibadah ini dengan segala jerih payah, dengan segala usaha, dengan segala pengorbanan, tetapi pada akhirnya tidak akan masuk ke dalam hari perhentian; ini adalah suatu usaha dan kegiatan yang sia-sia.
Tentu kita rindu untuk masuk ke tempat perhentian yang dijanjikan TUHAN, bukan? Oleh sebab itu, sekali lagi saya sampaikan: Jangan kita permainkan panjang sabarnya TUHAN, kemurahan TUHAN dan kebaikan TUHAN, dengan jalan mengeraskan hati.
 
Hal itu juga disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.
1 Korintus 10:6,11
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:11) Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
 
Rasul Paulus menuturkan secara rinci betapa kekerasan hati dari bangsa Israel, dan itu juga merupakan sebagai contoh, sebagai teladan untuk memperingatkan kita yang hidup di akhir zaman ini. Jadi, kekerasan hati dari bangsa Israel merupakan contoh, merupakan teladan untuk memperingatkan kita yang hidup di zaman akhir ini.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Supaya kita semua menjadi roti sajian, maka jangan kita keras hati.
 
Kembali kita memperhatikan Mazmur 95.
Mazmur 95:10
(95:10) Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: "Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku."
 
Singkatnya: Orang yang keras hati disebut juga dengan sesat hati, dengan lain kata; tidak mengenal jalan TUHAN.
Kalau mengenal TUHAN, tidak mungkin sesat, tidak mungkin keras hati. Kalau seseorang mengenal TUHAN, pasti tidak sesat dalam langkah-langkah perjalanan yang dia tempuh.
 
PRAKTEK KERAS HATI.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Rasul Paulus dengan jelas menuturkan secara rinci kekerasan hati dari bangsa Israel selama 40 (empat puluh) tahun perjalanan mereka di Padang gurun.
 
Praktek kekerasan hati bangsa Israel, YANG PERTAMA:
1 Korintus 10:6
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,
 
Selama perjalanan 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat
 
Di sini tidak ditemukan secara rinci apakah yang disebut tentang hal-hal yang jahat itu; namun, kita bisa temukan itu dalam Bilangan 11.
Bilangan 11:4-6
(11:4) Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? (11:5) Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. (11:6) Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat."
 
Ayat 4 mengatakan: Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Lihat, bangsa Israel menangis hanya untuk daging, sambil berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging?
Dengan membaca ayat ini, saya sudah bisa menggambarkan betapa luar biasanya kebodohan ini terjadi menimpa bangsa Israel.
 
Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat, antara lain, YANG PERTAMA: Bangsa Israel mengharapkan daging serta keinginan-keinginannya yang jahat untuk dinikmati dan untuk dimakan. Dan untuk hal ini, bangsa Israel menangislah pula, serta berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging?
Jadi, hanya karena hawa nafsu dan keinginan daging yang tidak terwujud, bangsa Israel menangis. Bukankah ini adalah sesuatu yang bodoh? Bukankah ini adalah pemikiran yang sudah sangat keliru sekali? Hanya untuk hawa nafsu daging mereka harus menangis begitu rupa; ini adalah kekeliruan yang luar biasa, kebodohan yang luar biasa.
 
Kalau seandainya kita menangis karena masih ada dosa, di mana kita sudah berjuang namun selalu gagal dan gagal, itu masuk akal, tetapi menangis karena hawa nafsu dan keinginan daging yang tidak terwujud, bukankah ini adalah suatu perbuatan bodoh?
Tetapi kalau menangis karena kerinduannya untuk hidup suci selalu saja ada yang menghalangi, itu akal sehat, itulah yang benar.
 
Perlu untuk saya tambahkan: Jika TUHAN telah memimpin dan menuntun perjalanan rohani kita untuk dibawa masuk ke tanah perjanjian -- itulah hari perhentian, hari yang ketujuh --, maka sudah seharusnya kita melangkah sesuai ketetapan Firman Allah, serta memberi diri dipimpin oleh Roh TUHAN, bukan lagi hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging.
Perjalanan bangsa Israel di padang gurun itu gambaran dari perjalanan rohani dari gereja TUHAN di masa sekarang untuk dituntun dan dibawa masuk ke tanah perjanjian -- itulah hari ketujuh, hari perhentian, Yerusalem yang Baru --. Maka, sudah seharusnya kita melangkah sesuai ketetapan firman dalam tuntunan TUHAN, dan sudah seharusnya kita memberi diri dipimpin oleh Roh TUHAN, bukan lagi dipimpin oleh daging.
 
Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat, antara lain, YANG KEDUA: Bangsa Israel teringat dengan ikan yang dimakan di Mesir dengan gratis, tidak bayar apa-apa.
Arti rohaninya adalah menginginkan untuk dipenuhkan oleh Roh Kudus, tetapi tidak mau bayar harga; ini adalah sesuatu yang keliru. Sama seperti orang-orang di Mesir hanya menginginkan yang gratis, tidak mau bayar harga, dengan kata lain; tidak mau menyangkal dirinya, tidak mau memikul salibnya, tetapi ingin dipenuhkan Roh Kudus. -- Ikan itu gambaran dari Roh Kudus. -- Bukankah itu adalah sesuatu yang mustahil?
 
Memang, seorang hamba TUHAN, seorang imam, seorang pelayan TUHAN harus penuh dengan Roh Kudus di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN, karena Roh TUHAN itu yang memberi kemampuan kepada dia, sebagaimana pernyataan Zerubabel, bupati Yehuda, di dalam hal membangun Tabernakel, di mana dia berkata: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh TUHAN.
Jadi, kata tidak boleh mengharapkan untuk dipenuhkan Roh Kudus, tetapi tidak mau bayar harga, tidak mau menyangkal diri, tidak mau pikul salib, tidak mau berkorban; itu adalah sesuatu yang keliru, itu adalah keinginan orang Mesir -- gambaran dari dunia ini --. Setiap orang yang mau hidup beribadah harus banyak menanggung penderitaan.
 
Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat, antara lain, YANG KETIGA: Bangsa Israel teringat dengan mentimun dan semangka.
Artinya; ingin dipenuhkan dengan firman, dipenuhkan dengan kasih, tetapi dengan cara yang murahan; sebagaimana seorang petani yang dapat memetik mentimun dan semangka di ladangnya.

-     Kita ingin dipenuhkan dengan kasih Allah, seperti lingkaran dari pada semangka, tetapi dengan harga murahan, seperti murahnya seorang petani memetik semangka.

-          Kita ingin dipenuhkan dengan Firman TUHAN, tetapi dengan gaya yang murahan, seperti seorang petani yang memetik mentimun di ladangnya.

Itu adalah tanda bahwa bangsa Israel tidak memiliki akal sehat; mereka sudah keliru. Ini adalah bagian dari perbuatan yang jahat yang dimaksud oleh Rasul Paulus, yang dituliskan kepada jemaat di Korintus.
 
Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat, antara lain, YANG KEEMPAT: Bangsa Israel teringat dengan bawang prei, bawang merah dan bawang putih.
Artinya; ingin memiliki tabiat Allah Trinitas dengan mudah, seperti seorang petani dengan mudah sekali memetik bawang prei, memetik bawang merah, memetik bawang putih di ladangnya.

-       Bawang prei, itu gambaran dari kehidupan yang dipenuhkan Roh Kudus tetapi dengan cara sesuka hati.

-      Bawang merah, itu gambaran orang yang ingin dipenuhkan kasih Allah tetapi dengan cara murahan.

-    Bawang putih, itu gambaran seseorang yang ingin dipenuhkan dengan Firman TUHAN tetapi dengan cara yang murahan, tidak mau bayar harga.

Jadi;

-       Tiadalah mungkin kita penuh dengan Roh Kudus, kalau kita tidak mau bayar harga. Jangan buat diri ini seperti bawang prei.

-        Tiadalah mungkin kita penuh dengan Kasih Allah, kalau kita tidak menyangkal diri, memikul salib, seperti bawang merah yang mudah dipetik di ladang.

-    Tiadalah mungkin kita penuh dengan Firman TUHAN, kalau kita tidak mau menyangkal diri memikul salib, seperti bawang putih. 

 
Pendeknya: Orang yang tidak mau menyangkal diri dan memikul salib, tidak mau bayar harga, hidup dengan gratisan, itu merupakan perbuatan jahat.
 
Praktek kekerasan hati bangsa Israel, YANG KEDUA:
1 Korintus 10:7
 (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."
 
Bangsa Israel menyembah patung anak lembu emas tuangan = Bangsa Israel jatuh dalam penyembahan berhala. Ini adalah kekerasan di hati.
Sementara dalam perjalanan rohani untuk dituntun sampai ke Yerusalem yang baru, tetapi di tengah perjalanan jatuh dalam dosa penyembahan berhala, itu merupakan tanda kekerasan di hati.
 
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN. Umpama; kalau kita meninggalkan TUHAN atau ibadah dan pelayanan karena sesuatu perkara, misalnya; karena pekerjaan, karena bisnis, karena usaha, karena kuliah, karena apa saja perkara-perkara lahiriah di dunia ini, itulah yang disebut berhala, tuhan-tuhan kecil.
Kalau TUHAN menjadi Allah yang lebih besar dari semua ini, maka perkara di dunia ini tidak lebih berharga dari TUHAN, tidak lebih berharga dari ibadah dan pelayanan.
 
Akibat penyembahan berhala, di sini dikatakan: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria” Bangsa Israel dikuasai oleh dosa makan minum dan kawin mengawinkan, itu adalah dosa kenajisan. Dosa kenajisan merupakan puncak dosa. Tidak ada seseorang yang hidup di dalam penyembahan berhala namun tidak dikuasai dosa kenajisan.
 
Praktek kekerasan hati bangsa Israel, YANG KETIGA:
1 Korintus 10:8
(10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.
 
bangsa Israel adalah melakukan percabulan.
 
Lebih rinci bisa kita temukan di dalam Bilangan 25.
Bilangan 25:1
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.
 
Mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab, akibatnya; mereka ditewaskan, jumlah mereka yang ditewaskan adalah 23.000 (dua puluh tiga ribu) orang. Jadi, akibat percabulan itu, mereka ditewaskan.
 
Singkatnya: Penyembahan berhala, itu juga merupakan kekerasan di hati.
Mari kita menjunjung tinggi korban Kristus, mengutamakan TUHAN dari segala perkara, dari segala yang ada di atas muka bumi ini, supaya kita jangan jatuh dalam perzinahan.
 
Praktek kekerasan hati bangsa Israel, YANG KEEMPAT:
1 Korintus 10:9
(10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.
 
Bangsa Israel mencobai TUHAN, dan dalam mencobai TUHAN, mereka mengharapkan roti dan air, akibatnya; mereka mati dipagut ular.
 
Bilangan 21:4
(21:4) Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.
 
... Bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.” Banyak orang Kristen ikut TUHAN, dalam perjalanan rohani mereka sabar-sabar, karena mungkin ada sesuatu yang diharapkannya. Tetapi manakala perkara itu tidak bisa diharapkan, maka meledaklah hatinya itu, tidak bisa lagi ditahan-tahan, sehingga banyak di antara kita yang mengundurkan diri dari tengah-tengah ibadah dan pelayanan karena tidak mendapatkan apa yang diharapkannya. Akhirnya, bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan; hati-hati.
Kalau ikut TUHAN, harus dengan ketulusan kemurnian di hati, supaya jangan terjadi hal yang semacam ini.
 
Apa yang membuat bangsa Israel tidak dapat lagi menahan hati mereka? Mari kita perhatikan jawabnya di ayat 5.
Bilangan 21:5
(21:5) Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak."
 
Bangsa Israel mencobai TUHAN, mengapa? Karena mereka mengharapkan roti dan air.
Mengapa mereka mengharapkan roti dan air? Karena mereka sudah muak dengan manna. Mereka menganggap bahwa manna itu adalah makanan hambar, sehingga mereka muak.
 
Hambar itu, berarti; rasanya sudah tawar. Kalau kita sudah tidak lagi menikmati pembukaan Firman TUHAN, itulah yang disebut hambar; maka, ujung-ujungnya ialah muak terhadap Firman TUHAN.
Padahal, manusia hidup bukan dari roti, melainkan dari setiap perkataan- perkataan yang keluar dari mulut Allah. Oleh sebab itu, jangan kita mencobai TUHAN. TUHAN sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada, yang mati saja bisa dihidupkan dengan kuasa Firman Allah; oleh sebab itu, manusia tidak hidup dari roti saja, melainkan akan setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah. Maka, janganlah kita mencobai TUHAN.
 
Mengapa mereka mencobai TUHAN? Karena rupanya mereka muak dan menganggap manna itu sebagai makanan yang hambar, tidak ada lagi rasanya, tidak berfaedah, tidak bermanfaat bagi mereka. Inilah orang yang suka mencobai TUHAN; muak terhadap Firman TUHAN, bagi mereka rasanya hambar. Sekalipun berita firman disampaikan begitu rupa, tetapi tetap saja bagi mereka hambar, karena mereka sudah muak terhadap Firman TUHAN; seolah-olah manusia hidup dari roti semata.
Jangan kita mencobai TUHAN, sebab TUHAN sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada.
 
Praktek kekerasan hati bangsa Israel, YANG KELIMA:
1 Korintus 10:10
(10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
 
Bangsa Israel bersungut-sungut; Ini merupakan praktek kekerasan hati bangsa Israel yang kelima.
Peristiwa ini terjadi pada saat bani Korah dan kroni-kroninya menuntut pangkat imam kepada Musa. Sebenarnya, suku Lewi telah diberi kesempatan untuk melayani TUHAN dan mengatur segala perkara yang ada di dalam Ruangan Suci bersama dengan imam TUHAN; namun, masih saja bani Korah dan kroni-kroninya menuntut pangkat imam kepada Musa. Ini namanya gila hormat di dalam melayani pekerjaan TUHAN. Inilah kekerasan hati bangsa Israel yang kelima.
 
Jangan kita bersungut-sungut, jangan kita menuntut pangkat imam. Sesungguhnya, jangankan melayani TUHAN, diberi kesempatan bagi kita untuk berdiri di hadapan takhta kasih karunia, dengan lain kata; berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, itu adalah kemurahan dari hati TUHAN, sementara kemurahan dari hati TUHAN adalah lebih dari hidup.
Hati-hati; jangan kita suka menuntut pangkat imam. Ingat: diberi kesempatan melayani adalah kemurahan hati TUHAN.
 
1 Korintus 10:11
(10:11) Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
 
Rasul Paulus menuliskan perkara ini, menyampaikan dan menuturkannya secara rinci, merupakan peringatakan bagi kita yang hidup di akhir zaman ini. Artinya, supaya kita jangan turut mengeraskan hati dalam perjalanan rohani kita menuju Yerusalem Baru, hari ketujuh, hari perhentian yang dijanjikan TUHAN Allah kepada kita.
 
Singkatnya: Manusia telah terpisah jauh dari TUHAN akibat dosa dan kekerasan hati manusia.
 
Tadi kita sudah melihat; orang yang keras hati disebut juga sesat di jalan. Kalau kita sesat di jalan, perhatikan: dari titik nol, salah sedikit saja, tetapi kalau tidak segera bertobat, tidak segera kembali ke titik nol untuk merendahkan diri di hadapan TUHAN, maka kesalahan yang sedikit ini, kalau dia teruskan, maka kesesatan itu makin jauh dari TUHAN. Satu langkah saja keras hati, tetapi kalau itu dilanjutkan, maka akan semakin terpisah jauh dari TUHAN.
Jangan kita sesat di jalan; jangan kita keras hati, supaya jangan kita terpisah jauh dari TUHAN. Singkatnya; Manusia telah terpisah jauh dari TUHAN akibat dosa, akibat kekerasan di hati.
 
Sebenarnya, TUHAN sedang menuntun perjalanan rohani kita untuk dibawa ke tanah perjanjian (hari ketujuh, hari perhentian), seperti TUHAN menuntut perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun. Tetapi kenyataannya, TUHAN jemu dengan tingkah laku mereka, karena mereka ternyata keras hati. Akhirnya, TUHAN berjanji dan tidak membiarkan mereka untuk masuk ke tanah perjanjian.
Itu sebabnya, jauh di atas tadi saya sudah katakan; jangan kita mengeraskan hati. Keras hati = sesat di jalan. Satu langkah (satu kali) saja terjadi kesesatan, dan kalau kesesatan yang satu ini diteruskan, itu yang membuat kita terpisah jauh dari TUHAN. Kalau kita menyadari kita telah sesat satu kali, maka kembalilah ke titik nol, kembali merendahkan diri, bertobat.
 
Selanjutnya, kita akan melihat Kitab Pengkotbah. Pengkotbah ini seluruhnya hanya ada 12 pasal, dan kita akan melihat pasal yang terakhir, yaitu Pengkotbah 12:13-14, dengan perikop “Akhir kata.
 
Pengkotbah 12:13
(12:13) Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
 
Pesan terakhir dari kitab Pengkhotbah ialah:
1.      Takutlah akan Allah, artinya; jangan keras hati.
2.      Berpeganglah pada perintah TUHAN, jangan dilepaskan.
Mengapa demikian? Karena hal tersebut merupakan kewajiban setiap orang. Itu sama seperti 12 (dua belas) ketul roti di atas meja.
Jadi, sudah seharusnya kita menjadi meja roti sajian, sebab di sini dikatakan: “Karena ini adalah kewajiban setiap orang.” Setiap anak TUHAN wajib untuk menjadi meja roti sajian; oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN, jangan keras hati.
 
Pengkotbah 12:14
(12:14) Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.
 
Pada akhirnya, setiap orang akan diadili sesuai dengan perbuatannya di hadapan takhta TUHAN dalam kemuliaan-Nya, sesuai dengan perbuatannya. Maka, tidak ada yang tersembunyi di hadapan TUHAN; entah itu baik, entah itu jahat, tidak ada yang tersembunyi di mata TUHAN.
 
Mazmur 128:1
(128:1) Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
 
Takut akan TUHAN, berarti; hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN. Tetapi orang yang tidak takut akan TUHAN, orang yang keras hati, sama dengan; sesat hati, dengan lain kata; sesat di jalan.
Kalau kita melangkah dalam kesesatan, makin lama makin jauh terpisah dari TUHAN; oleh sebab itu, kalau memang kita menyadari diri sudah semakin jauh terpisah dari TUHAN, maka kita harus kembali lagi untuk melihat tentang roti sajian.
 
JALAN KELUARNYA.
Imamat 24:5
(24:5) "Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa;
 
12 (dua belas) ketul roti bundar dibuat dengan takaran 2/10 (dua persepuluh) efa, yang diolah dari tepung yang terbaik.
Berarti, tepung yang berasal dari gandum tersebut terlebih dahulu dihancurkan atau terlebih dahulu digiling menjadi halus; itulah tepung yang terbaik. Kalau digiling sampai halus, berarti tidak berbentuk dan hancur; tidak nampak lagi bentuk gandum.
 
Kalau kita menyadari diri sudah semakin jauh terpisah dari TUHAN, perhatikanlah apa yang menjadi perintah TUHAN, yaitu membuat roti bundar dari tepung yang terbaik. Berarti, dihancurkan terlebih dahulu, digiling menjadi halus; tidak berbentuk, hancur sudah.
 
Yesaya 53:2-3
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. (53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
 
Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada; ia dihina, dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan, ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia, dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Berarti, sudah digiling menjadi halus, karena sudah tidak berbentuk dan hancur.
Pendeknya: Dalam penyerahan dirinya sampai melebur, bahkan sampai lumat menjadi tepung yang terbaik. Itulah yang disebut tepung yang terbaik; digiling sampai halus, sampai tidak berbentuk, hancur sudah. Kemudian, tepung yang terbaik dari gandum yang dihancurkan tadi, selain halus, digiling menjadi lembut.
 
Matius 11:29
(11:29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
 
Digiling sampai halus, digiling sampai lembut, menggambarkan Yesus Kristus adalah pirbadi yang lemah lembut dan rendah hati; suatu sifat atau karakter yang suci dan sempurna. Itulah sebabnya, Yesus Kristus rela turun ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia yang sudah terpisah jauh dari TUHAN akibat dosa, bahkan Yesus rela menjadi korban pendamaian karena dosa manusia.
 
Jadi digiling sampai halus, bahkan lumat menjadi tepung yang terbaik, itulah suatu sifat atau karakter yang suci dan sempurna dari pribadi Yesus Kristus sebagai tepung yang terbaik.
Marilah kita memiliki tabiat, sifat atau karakter yang suci dan sempurna; mau melebur, bahkan menjadi lumat untuk menjadi tepung yang terbaik. Ini adalah karakter yang suci dan sempurna.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan 1 Yohanes 2:1-2.
1 Yohanes 2:1
(2:1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
 
Ayat 1 ini memberi suatu jaminan, memberi suatu kepastian bagi kita semua untuk tetap mengikuti TUHAN. Kalau pun kita diajar untuk memiliki karakter yang suci dan sempurna, yaitu dengan segala kerelaan menyerahkan dirinya untuk menjadi tepung yang terbaik, berarti rela dihancurkan, digiling sampai halus, lumat menjadi tepung yang terbaik, itu merupakan jaminan dan kepastian dari TUHAN bagi anak-anak TUHAN.
 
1 Yohanes 2:2
(2:2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
 
Dia rela menjadi tepung yang terbaik untuk dosa manusia, untuk dosa saya, untuk dosa saudara, untuk dosa kita semua, karena ternyata manusia itu keras hati, dengan lain kata; sesat hati, sesat di jalan.
Kalau satu kali sesat, lalu sekalipun kesesatan itu satu, kalau dilanjutkan terus tidak berhenti, akan terpisah jauh dari TUHAN. Tetapi Yesus rela menjadi tepung yang terbaik; ini adalah sifat (karakter) yang suci dan sempurna. Miliki karakter ini kalau memang kita menyadari diri sebagai manusia berdosa.
 
Mari kita beri diri untuk diperdamaikan, karena tepung yang terbaik telah diberikan kepada kita malam ini, karena menurut kerelaan dan penyerahan diri-Nya dinyatakan kepada kita. Dialah tepung yang terbaik; halus, berarti hancur, tidak berbentuk lagi. Dia dihina; orang tutup mata, tidak ada yang menyukai, tidak berbentuk. Kemudian juga digiling sampai lembut; ini juga merupakan karakter yang suci dari Yesus Kristus oleh karena penyerahan diri-Nya.
 
Saatnya kita berdamai dengan TUHAN. Bawa dirimu berdamai dengan TUHAN, karena hari-hari ini adalah hari-hari terakhir. Biarlah kiranya firman ini mendarah daging dalam kehidupan kita. Sementara kita dalam perjalanan rohani menuju hari perhentian, tanah yang dijanjikan oleh TUHAN, Yerusalem yang baru; jangan mengeraskan hati kita masing-masing.
Sebagaimana sifat dan keadaan dari tepung yang terbaik, demikian juga tabiat Yesus Kristus. Mari kita ikuti teladan seperti ini, bukan teladan dalam kekerasan hati bangsa Israel. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
  

No comments:

Post a Comment