KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, September 5, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 03 SEPTEMBER 2020



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 03 SEPTEMBER 2020


KITAB RUT
(Seri: 108)

Subtema: PERSEKUTUAN YANG INDAH DENGAN TUHAN

Shalom.
Pertama-tama saya mengucap syukur terima kasih kepada TUHAN, karena TUHAN Yesus masih memberi kesempatan kepada kita untuk berada di tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Selanjutnya, saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada; salam persekutuan di antara kita, salam dalam kasih Kristus, kasih Mempelai.
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya, sehingga kehadiran kita tidak menjadi percuma di malam ini. Betul-betul kita diubahkan oleh Firman TUHAN; pikiran kita diubahkan karena kita sudah memperoleh pengertian dari sorga, supaya dengan pengertian ini kita bisa menyenangkan hati TUHAN manakala kita datang di tengah ibadah dan pelayanan ini. Ibadah tidak lagi dijalankan secara liturgis karena kita ada untuk memuji TUHAN, bukan untuk menyenangkan daging lagi; segalanya harus ditanggalkan supaya kita bisa menyatu dengan TUHAN.

Kita segera memperhatikan KITAB RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab. Sekarang kita akan memperhatikan Rut 2 dan kita sudah berada pada ayat yang terakhir. Saya berpikir sebelumnya, bahwa minggu ini kita akan memasuki pasal ketiga dan ayat yang baru, tetapi ternyata, TUHAN masih membawa kita pada ayat yang terakhir, yaitu ayat 23. Namun, biarlah kiranya benar-benar ini menjadi rencana-Nya TUHAN bagi kita semua, sehingga maksud hati TUHAN betul-betul menyatu dengan hati kita masing-masing.

Rut 2:23
(2:23) Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut, sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya.

Kita terlebih dahulu memperhatikan kalimat: “Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut.” Hal ini berbicara tentang persekutuan yang indah antara yang satu dengan yang lain.
Kita semua harus berada di dalam suatu persekutuan yang baik, suatu persekutuan yang indah antara seorang dengan yang lain.

Persekutuan semacam ini memang harus tercipta dengan satu tujuan supaya kita dapat melayani pekerjaan TUHAN sampai dengan selesai, seperti Rut bersama dengan pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum berakhir. Sebab, tiadalah mungkin kita dapat melayani pekerjaan TUHAN sampai dengan selesai tanpa persekutuan yang baik antara yang satu dengan yang lain.
Namun, terciptanya persekutuan yang baik dengan sesama -- antara yang satu dengan yang lain -- tentu saja diawali dengan adanya suatu persekutuan yang baik dan yang indah dengan TUHAN. Kalau hati kita tidak menyatu dengan hati TUHAN, tidak mungkin kita ada persekutuan yang baik antara seorang dengan yang lain; itu harus dimengerti dengan sungguh-sungguh.

Sekalipun banyak di antara kita yang berusia muda, sekalipun kita tidak mempunyai pendidikan, berasal dari daerah-daerah, tetapi kalau kita membuka hati untuk TUHAN, maka kita akan mengerti Firman TUHAN.

Mari kita lihat Rut 2:8.
Rut 2:8
(2:8) Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut: "Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.

Perhatikan bagian terakhir dari ayat ini, di mana Boas berkata kepada Rut: “Tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.
Pendeknya: Boas rohani, yaitu TUHAN Yesus Kristus, mendambakan supaya adanya suatu persekutuan yang indah antara seorang dengan yang lain.

Rut 2:9
(2:9) Lihat saja ke ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu."

Selanjutnya, pada ayat 9 ini, Boas memberi arahan dan jaminan kepada Rut.

Arahan Boas untuk Rut, yaitu, bagian A: “Lihat saja ke ladang yang sedang disabit orang itu.
Artinya; bekerja di ladang TUHAN atau berada di tengah ibadah dan pelayanan harus dengan mata yang terbuka.
Manfaatnya adalah dapat memahami dan mengetahui apa yang harus kita perbuat untuk menyenangkan hati TUHAN.
Jadi, sekali lagi saya sampaikan: Kalau ada di tengah ibadah pelayanan dan melayani pekerjaan TUHAN, harus dengan mata yang terbuka, supaya dapat memahami dan mengetahui apa yang harus kita perbuat untuk menyenangkan hati TUHAN. Kalau kita sudah berada di tengah ibadah pelayanan, berada di ladang TUHAN, tujuan kita hanyalah untuk menyenangkan hati TUHAN.

Arahan Boas untuk Rut, yaitu, bagian B: “Ikutilah perempuan-perempuan itu dari belakang.
Artinya; melayani TUHAN tanpa penonjolan diri. Imam-imam yang melayani pekerjaan TUHAN, layanilah TUHAN dengan segala kerendahan hati, layani TUHAN tanpa penonjolan diri, sehingga antara pelayan yang satu dengan pelayan yang lain saling melengkapi tidak saling sikut menyikut, sehingga dengan demikian nama TUHAN dipermuliakan.

Itulah arahan dari pada Boas kepada Rut, supaya jelas arah ibadahnya, jelas arah pelayanannya di hadapan TUHAN. Demikian juga dengan kita; ibadah kita di bumi ini, juga pelayanan imam-imam di hadapan TUHAN harus jelas arah pelayanannya, harus jelas ibadahnya kepada TUHAN; tidak boleh serampangan, harus jelas.
TUHAN harus melihat perbedaan antara orang yang beribadah dengan yang tidak beribadah; itu adalah akhir dari pernyataan TUHAN di dalam kitab yang terakhir pada Perjanjian Lama, itulah nubuatan terakhir dari kitab Maleakhi.

Sekarang, kita akan melihat JAMINAN Boas untuk Rut.
Jaminan Boas untuk Rut, bagian A: “Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau” = Jaminan perlindungan yang nyata dari TUHAN untuk gereja TUHAN.
Selama kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, selama kita berada di ladang TUHAN, maka ada jaminan, ada perlindungan dari TUHAN.
Orang yang bekerja di suatu perusahaan, banyak jaminannya, bahkan ada tunjangan-tunjangannya, apalagi kalau bekerja di ladang TUHAN, melebihi jaminan-jaminan yang ada di perusahaan-perusahaan di atas muka bumi ini.

Jaminan Boas untuk Rut, bagian B: “Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu” = Jaminan kepuasan yang diberikan dari Allah Roh-El Kudus kepada kita semua.
Kalau kita bekerja di ladang TUHAN, maka ada jaminan kepuasan dari Allah Roh-El Kudus kepada kita semua. Yesus sendiri memandang perempuan Samaria sebagai ladang tuaian, sampai akhirnya TUHAN memberi kepuasan kepada perempuan Samaria sehingga perempuan Samaria tidak lagi mencari kepuasan-kepuasan dari dunia ini.
Kalau anak TUHAN, apalagi seorang imam, pelayan TUHAN, mencari kepuasan dari perkara lahiriah, mencari kepuasan dari perkara-perkara yang ada di dunia ini, bukan lagi dari Allah Roh-El Kudus, ini perlu dipertanyakan pelayanannya. Kalau dia masih mencari kepuasan dari dunia ini, ini perlu dipertanyakan apa tujuannya beribadah, apa tujuannya melayani.
Saya pun kalau masih mencari kepuasan dari dunia ini, maka status saya sebagai hamba TUHAN, status sebagai pemimpin sidang jemaat, perlu dipertanyakan.

Rut 2:10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Setelah Boas memberi arahan dan jaminan kepada Rut -- pada ayat 9 --, lalu dengan spontan, sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah.

Sikap yang ditunjukkan oleh Rut ini menunjukkan bahwa Rut berada dalam tiga hal:
1.      Kerendahan hati Rut.
2.      Penyembahan atau penyerahan diri Rut sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
3.      Adanya hubungan intim atau adanya suatu persekutuan yang indah dengan TUHAN.

Jadi, sudah sangat jelas bahwa: Adanya suatu persekutuan yang baik dengan sesama diawali dengan adanya suatu hubungan yang intim dengan TUHAN atau persekutuan yang indah dengan TUHAN.
Itu sebabnya, di atas tadi saya katakan, bahwa; kita tidak mungkin ada suatu persekutuan yang baik antara yang satu dengan yang lain kalau hubungan kita dengan TUHAN tidak baik.

Perhatikanlah dengan baik: Persekutuan antara seorang dengan yang lain tentu saja terlebih dahulu diawali dengan hubungan kita intim dengan TUHAN.

Sekarang, kita lihat HUBUNGAN INTIM dari pada Rut ini, yang kita pelajari dari pribadi seorang RASUL PAULUS di dalam 2 Korintus 12.
2 Korintus 12:1
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Rasul Paulus menerima atau mendapat dua hal dari TUHAN:
1.      Menerima penglihatan-penglihatan.
2.      Menerima penyataan-penyataan.

Peristiwa yang langka dan menakjubkan ini diterima oleh Rasul Paulus ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga yang disebut juga Firdaus. Dalam pengajaran Tabernakel, tingkat yang ketiga terkena pada RUANGAN MAHA SUCI, dengan satu alat yang ada di dalamnya, yakni Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian merupakan alat yang terutama dari semua peralatan yang ada di dalam Tabernakel.

Pengertian TUHAN harus menjadi pengertian kita di dalam hal beribadah dan melayani TUHAN. Kalau kita beribadah dengan membawa pengertian sendiri, maka kita tidak akan bisa menyenangkan hati TUHAN. Maka, kita harus bersyukur kalau kita mendapat pengertian dari TUHAN.

Kemudian, peristiwa yang mengagumkan yang dialami Rasul Paulus diceritakan kepada sidang jemaat di Korintus sesudah 14 (empat belas) tahun ia melayani TUHAN.
Tetapi malam ini, lewat peristiwa yang menakjubkan ini, akhirnya kita juga diberkati oleh TUHAN. Bukan saja sidang jemaat di Korintus, tetapi kita juga diberkati oleh TUHAN malam ini. Oleh sebab itu, dengan peristiwa yang menakjubkan dan mengagumkan ini, kita harus terima dengan hati yang terbuka.

Sekarang kita akan melihat (membahas) kedua perkara yang diterima oleh Rasul Paulus ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga atau yang disebut juga Firdaus, dalam Pengajaran Tabernakel terkena pada Ruangan Maha Suci dengan satu alat yaitu Tabut Perjanjian.

Tentang: PENGLIHATAN-PENGLIHATAN.
Ibrani 9:1-4
(9:1) Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. (9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,

Ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, ia melihat suatu peraturan-peraturan ibadah. Demikian juga selama kita hidup di muka bumi ini dan beribadah di muka bumi ini harus mengikuti aturan-aturan ibadah. 

Adapun peraturan-peraturan ibadah itu, antara lain:
Bagian A: Kemah yang paling depan (kemah yang pertama), disebut juga dengan RUANGAN SUCI, dengan dua alat di dalamnya, yaitu:
1.      Kaki dian à Kesaksian Roh. Hamba TUHAN, pelayan TUHAN melayani TUHAN sesuai dengan karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan Roh-EL Kudus, itu merupakan kesaksian Roh, sehingga saling melengkapi satu dengan yang lain.
Wadah dari kesaksian Roh adalah Kebaktian (Ibadah Raya) Minggu, di situlah karunia-karunia Roh Kudus itu dipertajam.
2.      Meja Roti Sajian à Persekutuan yang mendalam dengan Yesus, Anak Allah, lewat Firman Allah dan perjamuan suci.
Wadahnya adalah Ibadah Pendalaman Alkitab, seperti malam ini kita datang kepada TUHAN lewat Ibadah Pendalaman Alkitab malam ini yang disertai dengan perjamuan suci.
Bagian B: Kemah yang kedua, disebut juga RUANGAN MAHA SUCI, di situ terdapat dua perkara, yakni:
1.      Mezbah Pembakaran Ukupan dari emas.
2.      Tabut Perjanjian.

Adapun arti rohani dari kedua perkara tersebut ialah ...
Mezbah pembakaran ukupan dari emas jelas menunjuk kepada; doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang membumbung tinggi naik sampai ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah.

Kita akan melihat hal itu dalam Wahyu 8.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Asap dupa kemenyan naik ke hadirat Allah menembusi takhta Allah, itu merupakan doa penyembahan dari orang-orang kudus di bumi ini.
Kemudian, penyembahan tersebut dipimpin langsung oleh seorang malaikat lain; itu menunjuk pribadi Yesus Kristus, sebab Dia adalah Imam Besar Agung yang memimpin hidup gereja TUHAN dalam penyembahan yang tertinggi.

Wahyu 5:8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.

Tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan takhta Anak Domba, itu berbicara tentang doa penyembahan. Kemudian, masing-masing mereka memegang satu kecapi dan satu cawan emas penuh dengan kemenyan.

Pendeknya: Dengan gulungan kitab atau pembukaan Firman Allah, maka gereja TUHAN atau sidang mempelai TUHAN dibawa sampai kepada ibadah yang tertinggi, dengan kata lain; dibawa sampai kepada puncak ibadah, yakni doa penyembahan, sehingga doa penyembahan dari orang-orang kudus di bumi -- yang naik ke takhta Allah -- sederajat dengan doa penyembahan dari keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua yang ada di dalam Kerajaan Sorga.

Adapun arti rohani dari kedua perkara tersebut ialah ...
Tabut Perjanjian” terdiri dari dua bagian:
1.      Peti dari tabut à Gereja TUHAN yang sempurna atau sidang mempelai TUHAN.
2.      Tutup pendamaian atau tutupan grafirat dengan kedua kerub à Allah Trinitas, yakni TUHAN Yesus Kristus, sebagai Mempelai Pria Sorgawi.

Setelah kita melihat bagian-bagian dari Tabut Perjanjian itu, sekarang kita akan memasuki arti rohani dari Tabut Perjanjian.
1.      Takhta Allah à Ibadah dan Pelayanan, sebab di tengah ibadah dan pelayanan inilah Allah bertakhta.
2.      Hubungan nikah antara Kristus, sebagai Mempelai Pria Sorga, dengan sidang jemaat, sebagai mempelai wanita-Nya, berdasarkan kasih, tidak berdasarkan yang lain-lain. Biarlah kiranya kita semua ada dalam naungan kasih Allah yang sempurna.

Pendeknya: Hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan dalam nikah yang suci. Dan hubungan dalam nikah yang suci ini tidak boleh dicemari oleh apapun, tidak boleh dicemari oleh hal-hal yang tidak suci, yakni tidak boleh dicemari oleh dosa kejahatan dan tidak boleh dicemari oleh tipu daya kenajisan, termasuk kecemaran-kecemaran yang lain.
Inilah yang disebut hubungan intim atau persekutuan yang indah dengan TUHAN.

Jadi, persis seperti apa yang dialami oleh Rasul Paulus juga dialami oleh Rut, menantu Naomi tersebut. Rut adalah bangsa kafir, bangsa Moab, tetapi lihatlah, persekutuannya dengan TUHAN adalah hubungan yang intim, berarti dalam nikah yang suci secara rohani. Walaupun ia belum masuk dalam nikah yang suci dengan Boas rohani, tetapi rohaninya sudah dibawa sampai kepada hubungan intim dengan TUHAN.
Jadi, saat ini kita sedang dipersiapkan oleh TUHAN, dimulai dari hubungan intim, hubungan nikah yang suci dengan TUHAN jangan dicemari oleh hal-hal yang tidak suci, baik pikiran, perkataan, sikap, tingkah laku, gerak-gerik, dalam keadaan situasi kondisi apapun; hubungan kita dengan TUHAN jangan dirusak. Sekali lagi saya sampaikan; hubungan kita dengan TUHAN adalah hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci, melebihi dari hubungan kita dengan hubungan apapun di atas muka bumi ini, jangan diganggu gugat oleh perkara-perkara apapun di atas muka bumi ini, apalagi dosa kejahatan dan tipu daya kenajisan, termasuk kecemaran-kecemaran yang lain.

Ayo, masing-masing kita belajar mempertahankan hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci, mulai dari sejak sekarang; mendengar firman duduk diam tenang, buktikan dalam pimpinan Roh Kudus, baik gerak-gerik, bahkan tangan pun, semuanya, gunakan 10 (sepuluh) jari ini dalam kesucian dan kesempurnaan, karena kita membuktikannya kepada TUHAN.

Tetapi, kita boleh belajar LEBIH DALAM LAGI soal HUBUNGAN INTIM ini dengan TUHAN.
Keluaran 25:10-11
(25:10) "Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. (25:11) Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya.

Ada suatu perintah untuk membuat tabut perjanjian dari kayu penaga, adapun ukurannya;
-          Dua setengah hasta panjangnya.
-          Satu setengah hasta lebarnya.
-          Satu setengah hasta tingginya.
Tetapi saya tidak menguraikan tentang panjang, lebar dan tinggi; yang mau saya sampaikan malam ini adalah TUHAN memberikan suatu perintah untuk segera dilaksanakan oleh Musa dan Israel, yaitu membuat tabut perjanjian dari kayu penaga.

Selanjutnya tabut perjanjian yang terbuat dari kayu penaga itu harus disalut dengan emas murni dari dalam dan dari luar.
Jadi, yang dilapisi bukan hanya bagian luar saja; terlihat bagian luarnya suci, tampilan luarnya sepertinya benar, bukan bagian luar saja, tetapi dimulai dari bagian dalam dilapisi dengan emas murni, barulah bagian luarnya dilapisi dengan emas murni.
Bukan hanya bagian luarnya saja tampak terlihat baik dan benar tetapi di dalamnya tidak; itu bukanlah pekerjaan TUHAN. Yang benar adalah dimulai dari melapisi bagian dalam, barulah melapisi bagian luarnya.

-          Kayu penaga à Manusia daging.
-          Emas murni à Kemuliaan, kemurnian dan kesucian Roh-El Kudus, itulah tabiat Ilahi, yang tidak berubah-ubah.
Pendeknya: Tabiat daging telah dilapisi atau disalut dengan tabiat Ilahi.
Kalau tabiat daging dilapisi dengan tabiat Ilahi, maka tabiat daging tidak terlihat lagi, dimulai dari bagian dalam maupun nanti bagian luarnya. Tabiat daging tidak lagi terlihat, karena tabiat Ilahi yang suci dan murni itu telah menutupi tabiat daging, baik manusia dalam (batinnya) dan juga lahiriah (bagian luarnya), semuanya sudah disalut (dilapisi) dengan emas murni (tabiat Ilahi).

Biarlah kiranya nyata bahwa kelak kita berada pada suatu kedudukan yang semacam ini. Oleh sebab itu, sungguh-sungguh beribadah, jangan pura-pura beribadah. Jangan beribadah hanya karena tuntutan, tetapi betul-betul kita harus sungguh-sungguh beribadah selama ada waktu (kesempatan) sebagai panjang sabar yang TUHAN berikan bagi kita.
Kita tidak tahu umur kita sampai kapan. Sekali waktu bisa saja terjadi perkara di tengah jalan; oleh sebab itu, sungguh-sungguh beribadah. Apalagi dalam suasana virus Corona ini; dokter, para medis yang pandai menghindari (melindungi) diri dari penyakit bisa juga terkena penyakit, apalagi kita, siapa kita ini yang tidak mempunyai pendidikan? Oleh sebab itu, benar-benar, kita harus bergantung kepada kasih dan kemurahan TUHAN saja. Maka, dewasalah dalam berpikir supaya kita berlaku bijaksana, sebagai tanda bahwa manusia daging sudah dilapisi dengan tabiat Ilahi bagian dalam dan bagian luar.

Kesimpulannya: Hidup gereja TUHAN sudah mencapai kesempurnaan dan kemuliaannya, sederajat dengan Mempelai Pria Sorga, baik lahir maupun batinnya. Jadi, hidup rohani dari gereja TUHAN sudah sederajat, kualitas rohaninya sudah sederajat dengan kualitas rohani dari pada Mempelai Pria Sorga, baik lahir maupun batin.
Mungkin ada di antara kita yang pernah bertanya: “Mungkinkah saya bisa sempurna? Apa mungkinkah saya bisa sama seperti TUHAN?” Jawabnya: Bagi TUHAN tidak ada yang mustahil, dengan catatan; menyerah.

Lihat GAMBARAN kualitas yang sederajat dengan Mempelai Pria Sorga.
Wahyu 21:9
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."

Malaikat yang ketujuh ialah malaikat yang akan menumpahkan cawan murka yang ketujuh (yang terakhir). Kalau cawan murka yang ketujuh itu sudah ditumpahkan, berarti genaplah seruan yang nyaring di kayu salib, “Sudah selesai.” Demikian juga setelah cawan murka yang ketujuh ditumpahkan ke angkasa, maka terjadilah gempa bumi, terjadilah ledakan-ledakan di atas muka bumi ini, baik itu ledakan terhadap ekonomi, ledakan terhadap pemerintahan, ledakan terhadap politik, semua meledak, berada dalam kehancuran; tetapi itu merupakan tanda keselamatan bagi mempelai TUHAN yang hubungannya intim dengan TUHAN seperti pribadi Rut.
Percayalah; nanti akan ada ledakan-ledakan, baik di bidang ekonomi, di bidang pemerintahan, di bidang politik, di dalam segala bidang, sampai akhirnya kota yang besar, kota Babel, terpecah menjadi tiga bagian;
-          Satu kota, itulah bagian dari naga.
-          Satu kota, itulah bagian dari antikris.
-          Satu kota, itulah bagian dari nabi-nabi palsu.
Sehingga, gunung-gunung dan pulau-pulau tidak terlihat lagi. Artinya, kekuasaan dari pada Iblis atau Satan Trinitas sudah tidak lagi nampak, sudah hancur kekuasaannya.

Sebetulnya, segala sesuatu yang dinyatakan oleh TUHAN kepada kita ini begitu indah, membuat hati kita begitu tenang, damai, penuh pengharapan, dan tidak ada rasa takut. Kalau kita betul-betul mengerti rencana TUHAN sesuai dengan pembukaan firman sehingga kita memperoleh pengertian, dan pengertian Allah menyatu dengan pengertian kita, pasti tidak ada rasa takut dan kuatir; itu sudah pasti, dan saya sudah alami sendiri. Oleh sebab itu, berkali-kali saya sampaikan; biarpun usia muda, tetapi berlakulah dewasa dan bijaksana.

Di sini kita melihat: Malaikat yang ketujuh yang memegang cawan yang ketujuh bercerita (memberitahukan). Apa yang diberitahukan? Katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."
Suatu kali nanti cawan murka yang ketujuh ini ditumpahkan ke angkasa oleh malaikat yang ketujuh, lihatlah baiknya malaikat yang ketujuh ini, di mana ia memberitahukan kedudukan rohani dari gereja TUHAN supaya kedudukan kita betul-betul berada dalam kedudukan rohani mempelai TUHAN, supaya kita lepas dari penghukuman cawan murka Allah yang ketujuh.

Bukankah TUHAN itu baik? Sebelum yang ada ini dihancurkan, malaikat yang ketujuh itu memberitahukan kedudukan dari gereja TUHAN sudah berada pada suatu kedudukan yang sangat tinggi, yakni menjadi mempelai TUHAN, yakni pengantin perempuan mempelai Anak Domba.
Jadi, malaikat sidang jemaat, itulah pemimpin sidang jemaat, itulah gembala sidang, sudah terlebih dahulu memberitahukan rencana Allah yang begitu rupa ini. Jangan sampai kita bermasa bodoh.

Sesudah diberitahukan posisi kedudukan dari pada pengantin perempuan, mempelai Anak Domba, lalu ...
Wahyu 21:10-11
(21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah ...” Penuh itu berarti bukan separuh, bukan setengah, melainkan penuh itu sederajat, sekualitas.
Jadi, pengantin perempuan, mempelai Anak Domba, tingkat rohaninya sudah sederajat, penuh dengan kemuliaan Allah; kualitas rohaninya sederajat dengan Mempelai Pria Sorga. Itulah yang ditunjukkan oleh malaikat yang ketujuh yang memegang cawan murka Allah yang ketujuh.

Kalau gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) mengarahkan pandangan kita kepada suatu kerohanian yang tertinggi, yaitu mempelai wanita TUHAN, maka marilah kita terima pengertian semacam ini, supaya kita lepas dari penghukuman yang terakhir, lepas dari cawan murka Allah yang ketujuh.

Kita kembali membaca Keluaran 25:11.
Keluaran 25:11
(25:11) Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya.

Ayat ini selanjutnya meneguhkan hati kita, karena setelah menyalut Tabut Perjanjian itu dengan emas murni bagian dalam maupun bagian luar, selanjutnya di sini ada suatu perintah: “ ... dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas (mahkota emas) sekelilingnya.
Di sini kita melihat ada suatu perintah untuk membuat bingkai emas atau mahkota emas di sekeliling pada peti Tabut Perjanjian itu. Bingkai emas di atas pada sekeliling tabut perjanjian adalah mahkota emas dari mempelai perempuan, karena peti dari tabut perjanjian adalah gereja yang sempurna (mempelai wanita TUHAN).

Apakah pengertian ini berarti bagi kita? Maka, perhatikanlah baik-baik. Tadi sudah saya sampaikan di atas; malaikat yang ketujuh menunjukkan pengantin perempuan mempelai Anak Domba. Kalau hamba TUHAN membawa kita sampai kepada kedudukan yang tertinggi, bukankah kita seharusnya bersyukur? Pengertian ini harus berarti bagi kita.

Kembali saya sampaikan: Di sini kita melihat ada suatu perintah untuk membuat bingkai emas atau mahkota emas di sekeliling pada peti Tabut Perjanjian, jelas ini menunjuk kepada; suatu persekutuan yang indah atau hubungan intim dengan Mempelai Laki-Laki Sorgawi, sebagai tanda ketundukan dari mempelai wanita TUHAN kepada Mempelai Laki-Laki Sorga.
Mahkota emas di atas kepala merupakan tanda ketundukan. Ketundukan ini membawa gereja TUHAN di dalam suatu hubungan yang intim dengan TUHAN. Tanpa ketundukan dari gereja TUHAN, tidak mungkin ada suatu hubungan yang intim dengan TUHAN.
Perhatikanlah ini dengan baik: Hubungan intim diawali dari ketundukan, itulah mahkota emas di atas kepala.

Kemarin saya memegang HP anak saya, Isai, tanpa sengaja saya membuka konten, tiba-tiba ada seorang perempuan berbicara dan menyampaikan, bahwa; perempuan yang kuat bukan dilihat dari perkataannya yang besar untuk menundukkan laki-laki, tetapi perempuan yang kuat ialah manakala mulutnya berdiam diri; itu adalah tanda ketundukan supaya hubungan intim ini bisa berlangsung. Itulah mahkota, itulah perhiasan kita, yaitu ketundukan.

Itulah tentang penglihatan-penglihatan; sekarang kita akan melihat tentang penyataan-penyataan.

Tentang: PENYATAAN-PENYATAAN.
2 Korintus 12:4
(12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. Jelas hal ini menunjuk adanya hubungan intim atau hubungan dalam nikah yang suci.

Kita kaitkan dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang berdiri di bukit Sion bersama dengan Anak Domba.
Wahyu 14:1,3
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru ... dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.” Jelas hal ini berbicara tentang hubungan dalam nikah yang suci.

Kalau kita berada dalam hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci, tidak ada orang yang tahu, kecuali orang itu dengan TUHAN. Kita adalah mempelai perempuan-Nya TUHAN, Dialah Mempelai Laki-Laki Sorga, Dialah suami. Jika hubungan itu intim atau disebut juga hubungan dalam nikah yang suci, tidak ada yang tahu, kecuali orang itu dengan TUHAN.
Oleh sebab itu, jangan tunjukkan kenajisan kita kepada sesama, sebab hubungan nikah suci itu harus tetap terbangun, tidak ada yang tahu, kecuali kita dengan TUHAN. Jangan perlihatkan sesuatu yang tidak suci kepada orang lain, sebab kita sekarang berada dalam hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci antara peti dari tabut perjanjian dengan tutup pendamaian, begitu erat sekali; itulah hubungan dalam nikah yang suci. Sehingga, di dalam Tabut Perjanjian terdapat tiga perkara, yaitu:
1.      Buli-Buli Emas berisi manna, itu berbicara tentang; Firman Allah (iman) yang permanen.
2.      Dua loh batu yang berisi 10 (sepuluh) hukum, itu berbicara tentang; kasih yang permanen.
3.      Tongkat Harun yang bertunas, itu berbicara tentang; Roh Allah yang permanen.

Jadi, kalau hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci itu terjalin, itulah yang disebut nyanyian baru, dan yang mengetahuinya adalah orang itu dengan TUHAN. Nyanyian baru; yang tidak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan oleh siapapun, kecuali orang itu dengan TUHAN.
Inilah merupakan gambaran dari tingkat rohani yang ditunjukkan oleh Rut di hadapan Boas ketika ia tersungkur dengan mukanya sampai ke tanah, sehingga ia boleh berada dalam persekutuan yang baik antara yang seorang dengan yang lain.

Selanjutnya, kita akan membaca Rut 2.
Rut 2:10-11
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?" (2:11) Boas menjawab: "Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal.

Dengan sikap yang ditunjukkan oleh Rut kepada Boas, maka sebaliknya Boas menunjukkan dua hal kepada Rut:
YANG PERTAMA: Boas memperhatikan Rut.
Biarlah kiranya kita semua mendapat perhatian dari TUHAN. Dan perhatian TUHAN kepada kita merupakan belas kasihan TUHAN kepada kita semua. Kalau kita diperhatikan, tentu karena belas kasihan, karena kita ini merupakan bangsa kafir, bukan bangsa Israel.
Kita ini bangsa Indonesia; jadi, kalau kita diperhatikan, itu karena belas kasihan. Soal makan, minum, pakaian diperhatikan, hidup rohani diperhatikan, kebutuhan sekecil apapun diperhatikan; sandang, pangan, tempat tinggal, semua diperhatikan; itu belas kasihan, bukan karena kita pandai, bukan karena kita orang yang sudah berjasa di hadapan TUHAN, tetapi karena belas kasihan. Kalau sampai hari ini dihimpunkan, lalu kita mendapat perhatian dalam banyak perkara, itu karena belas kasihan TUHAN.

Mari kita lihat BELAS KASIHAN itu dalam ayat 13.
Rut 2:13
(2:13) Kemudian berkatalah Rut: "Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan telah menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan."

Belas kasihan TUHAN juga merupakan penghiburan bagi kita.

Belas kasihan = kemurahan = yang tidak layak menjadi layak. Tetapi kalau akhirnya kita memperoleh belas kasihan, itu merupakan penghiburan bagi kita semua, sebab kita ini bukanlah bangsa Israel, seperti Rut berkata: “walaupun aku tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan”.
Kita bukan bangsa Israel, kita adalah bangsa kafir yang mendapat belas kasihan, itu adalah penghiburan, itu adalah perhatian TUHAN. Penghiburan dan perhatian TUHAN adalah belas kasihan TUHAN.

TUHAN memperhatikan kita dalam banyak perkara, baik secara jasmani maupun secara rohani, semua diperhatikan. TUHAN menghibur kita supaya kita bisa terhibur sekalipun dalam keadaan sangkal diri, pikul salib, sekalipun dalam lembah kekelaman, sekalipun dalam banyak pergumulan; TUHAN menghibur. Penghiburan dari dunia itu tidak kekal, hanya sementara, sifatnya kamuflase dan semua, tetapi penghiburan dari TUHAN sifatnya permanen.

Ketika seseorang semakin lama semakin hanyut dan tenggelam dalam kasih TUHAN, maka betul-betul kasih itu, penghiburan semakin terasa; dan itu sudah kita alami bersama. Sekalipun dalam keadaan menyangkal diri dan memikul salib, namun penghiburan itu terasa.
Namun itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal, tidak masuk logika, tidak sesuai dengan pemikiran dunia. Bagi orang dunia; ketika dia mencari penghiburan, maka dia terhibur, tetapi sesudah itu menyusul kesusahan.
Tetapi di dalam TUHAN tidak demikian; biar sangkal diri, pikul salib, tetapi yang menyusul adalah kemuliaan; dan hal ini tidak bisa dihitung oleh matematika, itulah yang tidak bisa ditemukan oleh orang dunia. Kiranya, tingkat rohani kita sudah sampai pada tahapan semacam ini; saya berdoa, saya berharap kita semua mengalami hal yang seperti itu.

Jadi, perhatian dan penghiburan merupakan belas kasihan Boas kepada Rut.

Dengan sikap yang ditunjukkan oleh Rut kepada Boas, maka sebaliknya Boas menunjukkan dua hal kepada Rut:
YANG KEDUA: Boas mengenal pribadi Rut secara pribadi.
Sebab, Boas mengetahui bahwa;
1.      Rut mengikuti Naomi, serta tunduk kepada ibu Naomi. Ibu adalah gambaran dari seorang gembala sidang, di mana tugasnya adalah mengasuh dan merawati. Kalau kita sudah merasakan bahwa hidup jasmani dan rohani kita sudah diasuh dan dirawat oleh TUHAN dalam penggembalaan ini, maka buktikanlah ketundukan kita masing-masing di hadapan TUHAN. Dan ketundukan Rut kepada Naomi diketahui dengan jelas oleh Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus; hal ini menunjukkan bahwa TUHAN tahu, TUHAN mengenal secara pribadi.
2.      Rut telah meninggalkan ayah dan ibunya serta tanah kelahirannya, sama artinya; Rut telah meninggalkan segala sesuatu yang berharga di dalam dirinya. Persis seperti yang dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah; dari sorga turun ke dunia, Dia meninggalkan Bapa-Nya dan rumah-Nya di sorga, bahkan segala sesuatu yang Dia miliki, bahkan keakuannya, semuanya ditinggalkan, sehingga kita bisa menyatu dengan TUHAN. Demikian juga dengan Rut; dia meninggalkan segala yang berharga supaya kelak ia bisa menyatu dengan Boas rohani, yaitu TUHAN Yesus Kristus.

Jadi, Boas betul-betul mengenal pribadi Rut secara pribadi.

Namun, saya tambahkan satu ayat lagi ...
Rut 2:23
(2:23) Demikianlah Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas untuk memungut, sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya.

Rut tetap dekat pada pengerja-pengerja perempuan Boas.” Itu berbicara tentang persekutuan antara yang satu dengan yang lain, yang diawali dengan hubungan intimnya dengan TUHAN, yang dikaitkan dengan pribadi Rasul Paulus ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga, lalu menerima penglihatan-penglihatan dan menerima penyataan-penyataan; seperti itulah tingkat rohani dari pada Rut.

“ ... Untuk memungut, sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum telah berakhir. Dan selama itu ia tinggal pada mertuanya.” Jadi, persekutuan itu tercipta sampai musim menuai jelai dan musim menuai gandum berakhir di ladang Boas.

Kita akan melihat Wahyu 6:6. Wahyu pasal 6 ini berbicara tentang keenam meterai pertama dibuka, ini berbicara tentang kegerakan Roh Kudus hujan akhir. Dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir ini, kita akan melihat soal GANDUM dan JELAI.
Wahyu 6:5-6
(6:5) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku mendengar makhluk yang ketiga berkata: "Mari!" Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya. (6:6) Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: "Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu."

Dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir, yang harus diperhatikan adalah: “Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu.
Saat ini kita bagaikan berada di Taman Getsemani sebagai tempat pemerasan anggur dan minyak.
-          Jangan rusakkan anggur.
Anggur à Kasih Allah. Tandanya; kita senantiasa menyangkal diri dan memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan ini, kita banyak berkorban tenaga, pikiran, waktu, uang, materi, bahkan apapun. Mengapa harus kita lakukan itu? Karena dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir; jangan rusakkan anggur.
-          Jangan rusakkan minyak.
Yesus telah mengalami penumbukan di atas kayu salib, bagaikan pohon zaitun tumbuk untuk selanjutnya diperas dan menghasilkan minyak zaitun yang murni.

Kita bersyukur, saat ini kita berada di tengah ibadah, bagaikan berada di tengah taman Getsemani, supaya terjadi pemerasan air anggur dan pemerasan minyak. Mengapa harus di tengah ibadah dan pelayanan? Sebab dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir, suatu perintah yang tegas dikatakan: “Janganlah rusakkan minyak dan anggur.
Apalagi dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir ini, di abad yang terakhir, Yobel yang terakhir ini, harga dari pada Firman Allah itu sudah semakin mahal dan langka ditemukan, sebab di sini dikatakan: “Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar.” Namun yang pasti, kita harus tetap berada dalam persekutuan, berada di dalam ladang Boas, sampai selesai memungut yakni; menuai jelai dan menuai gandum.

Hari ini kita bisa dengan limpah menikmati pembukaan firman, tetapi suatu kali nanti, kita akan setengah mati untuk mencari pembukaan firman, dan tanda-tanda itu sudah mulai terlihat. Dengan adanya Corona saja, gereja yang jemaatnya 500 (lima ratus) ke atas sudah tidak bisa lagi menjalankan ibadahnya, sama artinya; anggur dan minyak sudah hampir rusak, sementara hari ini merupakan hari-hari terakhir. Jangan bermain-main.

Mungkin saja saudara ada yang kurang menghargai, tetapi nanti saudara akan tahu hasil dari perbuatan saudara itu. Masing-masing kita akan menuai dari sikap kita dalam hal menghargai pembukaan firman. Saya tahu ada yang dikoreksi soal tidak adanya perhatian dalam perkerjaan TUHAN sehingga ia menolak pembukaan firman, tetapi nanti banyak orang akan tahu nasibnya di kemudian hari.

Jangan rusak minyak dan anggur, sebab dalam kegerakan Roh Kudus hujan akhir di abad terakhir, Yobel terakhir ini, harga dari Firman TUHAN begitu mahal dan langka ditemukan. Dan Corona ini sudah menceritakan itu kepada kita semua. Jadi, jangan sampai kita anggap enteng pemberitahuan sebagai sinyal yang kuat ini.
Bijaksanalah selama kebijaksanaan itu berfungsi. Dewasalah dalam bersikap selagi kedewasaan itu bisa kita gunakan dengan baik. Sebab dalam Injil Matius 24:20 dikatakan: “Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.” Ketika pembinasa keji berdiri di tempat kudus, janganlah kita melarikan diri saat musim dingin, jangan kita melarikan diri pada hari Sabat; kebijaksanaan dan kedewasaan tidak ada artinya pada masa itu. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment