KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, September 19, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 17 SEPTEMBER 2020



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 17 SEPTEMBER 2020
 
KITAB RUT
(Seri: 110)
 
Subtema: PESTA NIKAH ANAK DOMBA DALAM KEBAHAGIAANNYA ATAU PESTA BURUNG-BURUNG?
 
Shalom.
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah melayakkan kehidupan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Dan saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN yang terkasih yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN, lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.

Selanjutnya, marilah kita bersama-sama mohonkan kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga ibadah kita tidak menjadi percuma, segala pengorbanan tidak menjadi percuma, di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan.

Kita segera memperhatikan KITAB RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Kita telah melewati atau meninggalkan Rut 2:1-23, dan minggu lalu kita sudah memperhatikan Rut 3 dengan tema (judul utama) dari Rut 3 ini adalah Rut dan Boas di tempat pengirikan. Dalam susunan Tabernakel, terkena pada Meja Roti Sajian. Hal ini telah disampaikan pada minggu yang lalu sebagai pendahuluan dari Rut 3.
 
Kemudian, Rut 3 ini dibagi dalam 2 (dua) bagian:

1.      Ayat 1-7 = Rut berada di kaki Boas.

2.      Ayat 8-18 = Rut memohon kepada Boas agar Boas menjadi penebusnya.

Dua hal tersebut merupakan isi pokok dari Rut 3.
 
Sekarang, kita akan memasuki Rut 3:1.
Rut 3:1
(3:1) Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: "Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?
 
Intinya dari pernyataan Naomi ini adalah Naomi sedang berusaha mencari seorang suami bagi Rut, menantunya itu, supaya menantunya itu berbahagia. Sikap dari ibu Naomi ini menunjukkan bahwasanya Naomi memiliki pandangan rohani tentang kebahagiaan dalam nikah yang rohani, sebab memang ia sendiri mempunyai pengalaman kebahagiaan dalam nikah sebelum ia meninggalkan Betlehem-Efrata dan pergi (hijrah) ke Moab oleh karena kehendak mereka sendiri.
 
Kesimpulannya: Seorang gembala sidang harus tahu dengan pasti tentang sasaran akhir dari perjalanan rohani dari gereja TUHAN di atas muka bumi ini, yang tidak lain tidak bukan ialah pesta nikah Anak Domba.
 
Mari kita melihat perkara itu dalam Wahyu 19.
Wahyu 19:6-8
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
 
Sasaran akhir dari perjalanan panjang gereja TUHAN di atas muka bumi ini ialah berakhir (berujung) pada satu titik, yaitu pesta nikah Anak Domba. Dalam pesta nikah itu;

-          Yesus tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.

-          Gereja TUHAN yang sempurna tampil sebagai pengantin-Nya atau mempelai wanita-Nya.

 
Wahyu 19:9
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
 
Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” Dari kalimat ini menunjukkan bahwa sudah sangat jelas, bahwa; kebahagiaan kekal akan dialami oleh gereja TUHAN yang sempurna atau sidang mempelai TUHAN dalam pesta nikah Anak Domba.
Inilah sasaran akhir dari perjalanan panjang gereja TUHAN di atas muka bumi ini, yaitu pesta nikah Anak Domba; di situlah gereja (sidang mempelai TUHAN) mengalami kebahagiaan, persis seperti apa yang dinyatakan oleh ibu Naomi kepada Rut, menantunya itu.
 
Berarti, tanpa ragu saya mengatakan, bahwa: Sasaran akhir dari ibadah-ibadah di bumi ini bukanlah soal berkat-berkat dan bukan soal mujizat-mujizat semata. Saya yakin mengatakan itu.
Sekali lagi saya sampaikan: Tanpa ragu saya mengatakan, bahwa: Sasaran akhir dari ibadah-ibadah di bumi ini bukanlah soal berkat-berkat dan bukan soal mujizat-mujizat semata.
 
Sedikit saya tambahkan: BUKTI-BUKTI bahwa sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba, bukan soal berkat-berkat, bukan soal mujizat-mujizat.
 
Berbicara soal BERKAT-BERKAT à IBADAH LAUT.
Wahyu 13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.
 
Seekor binatang keluar dari dalam laut à Antikris.
Adapun wujud binatang itu ialah:
-          Bertanduk 10 (sepuluh) + 10 (sepuluh) mahkota di atas tanduk-tanduknya.

-          Berkepala 7 (tujuh).

Demikianlah wujud dari binatang yang keluar dari dalam laut tersebut.
 
Kemudian, terkait dengan binatang keluar dari dalam laut ini, lebih jauh kita akan melihat dalam ayat 16-18.
Wahyu 13:16-18
(13:16) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, (13:17) dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. (13:18) Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
 
Di sini kita melihat: Yang mendapat tanda pada tangan kanan atau pada dahinya diberi hak untuk membeli dan menjual. Dengan demikian, roh antikris adalah roh jual beli.
Kemudian, adapun cap meterai dari antikris ialah 666 (enam ratus enam puluh enam), menunjukkan bahwa;
-          6 à Tubuh dikuasai oleh daging.

-          6 à Jiwa dikuasai oleh daging.

-          6 à Roh dikuasai oleh daging.

Jadi, tubuh, jiwa, roh sudah dikuasai oleh daging, itulah bilangan binatang itu, yang merupakan bilangan manusia. Manusia itu terdiri dari tubuh, jiwa dan roh; jadi, kalau mendapat tanda cap antikris 666 (enam ratus enam puluh enam) pada tangan kanan atau pada dahinya, berarti tubuh, jiwa dan rohnya dikuasai oleh daging.
Kemudian, berbicara soal “membeli” dan “menjual”, jelas itu berbicara tentang keuntungan di tengah-tengah ibadah.
 
Pendeknya: Ibadah laut hanya berbicara soal berkat-berkat, hanya berbicara seputar keuntungan-keuntungan di tengah ibadah dan pelayanan, tidak lebih tidak kurang. Jadi, ukurannya adalah “berkat”, itulah ibadah laut.
Jadi, kalau ibadah itu hasilnya adalah soal-soal berkat, maka tentu ada yang berkata: “Ekonominya sudah diberkati”, ada yang berkata: “Keuangannya sudah diberkati”, ada yang berkata: “Bisnisnya sudah diberkati”. Hal itu tidak salah, tetapi itu bukanlah ukuran, sebab sebetulnya itu merupakan ibadah laut, dan ibadah laut bukanlah ukuran.
 
Berbicara soal MUJIZAT-MUJIZAT à IBADAH BUMI.
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.
 
Binatang yang keluar dari dalam bumi à Nabi-nabi palsu.
Buktinya; binatang tersebut bertanduk dua sama seperti anak domba, tetapi kalau ia berbicara seperti seekor naga.
-          Wujudnya adalah anak domba à hamba-hamba TUHAN dalam pelayanannya.

-          Tetapi suara perkataannya seperti seekor naga; penuh dengan perkataan dusta.

Itu sebabnya, binatang yang keluar dari dalam bumi ini jelas nabi palsu.
 
Sekarang kita lihat IBADAH BUMI dari nabi-nabi palsu.
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
 
Nabi-nabi palsu menyamar seperti domba. Berarti, sama seperti Wahyu 13:11. Jadi, Matius 7:15 sama dengan Wahyu 13:11.
Pendeknya: Nabi-nabi palsu adalah serigala berbulu domba.
 
Lebih jelasnya, kita melihat PERBUATAN (TINDAKAN) mereka di tengah-tengah ibadah pelayanan mereka.
Matius 7:21-23
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
 
Adapun tindakan-tindakan dari nabi-nabi palsu ialah:
1.      Bernubuat demi nama TUHAN.

2.      Mengusir Setan demi nama TUHAN.

3.      Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.

Inilah perkara ajaib, tindakan ajaib di tengah ibadah pelayanan mereka.
 
Tetapi pada ayat 23, sekalipun nabi-nabi palsu ini mengadakan tiga tanda ajaib, namun pada akhirnya TUHAN berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal kamu!”, selanjutnya TUHAN berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Tentu TUHAN mempunyai alasan mengatakan hal itu, sebab pada ayat 21 TUHAN berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga ...” Bukan setiap orang yang berseru kepada TUHAN: “TUHAN, TUHAN!” akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, seperti nabi-nabi palsu tadi, mereka berseru menyebut nama: “Tuhan, Tuhan!” dengan mengadakan tiga tanda ajaib -- yaitu; bernubuat, mengusir Setan dan mengadakan banyak mujizat --, tetapi selanjutnya TUHAN berkata: “ ... melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”.
Jadi, bukan setiap orang yang berseru: “Tuhan, Tuhan!” dengan melakukan tiga tanda ajaib yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan mereka yang melakukan kehendak Bapa di sorga.
 
Yesus, Anak Allah, telah melakukan kehendak Bapa di sorga, Ia telah meminum cawan Allah, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung di atas kayu salib, itulah kehendak Allah Bapa. Kalau hanya sebatas melakukan tiga tanda (perkara) ajaib, itu adalah ibadah bumi.
 
Kesimpulannya: Ibadah laut dan ibadah bumi adalah bersifat duniawi, bersifat lahiriah, sama sekali tidak ada kaitannya dengan perkara di atas (perkara di sorga), kecuali kepada daging semata. Pendeknya, ibadah di laut dan di bumi hanya terkait dengan perkara (kebutuhan) daging manusia.
Dengan demikian, ibadah laut dan ibadah bumi tidak membawa gereja TUHAN masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, atau tidak mengarah kepada pesta nikah Anak Domba, menjadi tubuh mempelai (menjadi sidang mempelai TUHAN), melainkan mengarah kepada pembangunan tubuh Babel, yang disebut dengan pesta burung-burung.
-          Kalau pembentukan tubuh Kristus yang sempurna disebut pesta nikah Anak Domba.

-          Sedangkan pembangunan tubuh Babel disebut pesta burung-burung.

Karena semuanya -- ibadah bumi dan ibadah laut -- bersifat daging, hanya terkait dengan kebutuhan daging, maka arah dari ibadahnya mengarah kepada pembentukan tubuh Babel, bukan tubuh mempelai, itulah yang disebut pesta burung-burung.
 
Wahyu 19:17-18
(19:17) Lalu aku melihat seorang malaikat berdiri di dalam matahari dan ia berseru dengan suara nyaring kepada semua burung yang terbang di tengah langit, katanya: "Marilah ke sini dan berkumpullah untuk turut dalam perjamuan Allah, perjamuan yang besar, (19:18) supaya kamu makan daging semua raja dan daging semua panglima dan daging semua pahlawan dan daging semua kuda dan daging semua penunggangnya dan daging semua orang, baik yang merdeka maupun hamba, baik yang kecil maupun yang besar."
 
Kalau kita perhatikan di sini: Tandingan dari pesta nikah Anak Domba adalah pesta burung-burung. Kemudian, dalam pesta burung-burung itu, mereka semua akan makan daging semua raja, daging semua panglima, daging semua pahlawan, daging semua kuda, daging semua penunggangnya, daging semua orang tanpa terkecuali. Itulah suasana di dalam pesta burung-burung, yang dinikmati dalam pesta burung-burung adalah daging, semuanya bersifat daging.
 
PERHATIKAN: Daging ini tiadalah bisa kita andalkan. Daging ini tidak lebih tidak kurang hanyalah takhta Setan, takhta dari roh jahat dan roh najis, kalau daging tidak dihukum. Daging ini harus dihancurkan, daging ini harus mengalami penghukuman oleh sengsara salib, barulah daging ini menjadi takhta Allah.
Daging ini hanya sebatas takhtanya Setan, daging ini hanya sebatas takhtanya roh jahat dan roh najis; oleh sebab itu, daging harus mengalami penghukuman.
 
Itulah perbedaan antara pesta burung-burung dan pesta nikah Anak Domba.
-      Pesta burung-burung yang dinikmati adalah semua daging, dan akhirnya mengarah kepada kenajisan, mengarah kepada pembentukan tubuh Babel.

-          Sementara pesta nikah adalah pembentukan tubuh Kristus yang sempurna.

Pilih mana; pesta burung-burung atau pesta nikah Anak Domba? Ada dua pesta nanti yang akan terjadi sekaligus berjalan bersamaan.
HATI-HATI, ibadah laut dan ibadah bumi seluruhnya hanya terkait dengan kebutuhan daging. Kalau menikmati daging, arahnya kepada kenajisan.
 
Lihat PERBUATAN DAGING.
Galatia 5:16,18
(5:16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (5:18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
 
Hiduplah oleh Roh Allah, maka tidak akan menuruti segala keinginan daging. Kalau kita hidup menurut pimpinan Roh, berada di dalam pengaruh yang besar dari Roh Kudus, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging dan tidak hidup di bawah hukum Taurat.
 
Maka, tentu saja kita bersyukur kepada TUHAN, lewat ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan kepada kita di atas muka bumi ini tentu saja untuk membawa kita berada dalam pengaruh yang besar dari Roh Kudus, supaya kita tidak lagi hidup menurut daging dan tidak hidup di bawah hukum Taurat.  Jadi, ibadah ini adalah sarana yang luar biasa untuk membawa kita kepada kesempurnaan; kalau tidak, kita pasti tetap hidup menurut daging dan berada di bawah hukum Taurat.
 
Hukum Taurat itu, berarti; mata ganti mata, artinya; kejahatan dibalas kejahatan. Kemudian, ibadah Taurat itu adalah ibadah yang dijalankan secara liturgis, ibadah secara lahiriah saja, umpamanya; mulut memuji TUHAN di tengah ibadah, tetapi hatinya jauh dari kesucian dan kesempurnaan Ilahi. Itulah Ibadah Taurat.
Tetapi kalau kita betul-betul penuh kuasa dalam Roh Kudus, maka kita tidak hidup menurut daging dan tidak lagi berada di bawah hukum Taurat. Kita bersyukur dengan ibadah ini, yang merupakan sarana untuk membawa kita dalam kegiatan Roh, dan biarlah kiranya kita berada di dalam pengaruh yang besar oleh Roh TUHAN, bukan pengaruh dari daging lagi.
 
Galatia 5:19-21
(5:19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (5:20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
 
Singkatnya: Ada 15 tabiat daging atau perbuatan daging, antara lain; (1) percabulan, (2) kecemaran, (3) hawa nafsu, (4) penyembahan berhala, (5) sihir, (6) perseteruan, (7) perselisihan, (8) iri hati, (9) amarah, (10) kepentingan diri sendiri, (11) percideraan, (12) roh pemecah, (13) kedengkian, (14) kemabukan, (15) pesta pora. Setiap orang yang hidup menurut daging tidak layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
 
Itu sebabnya, TUHAN berkata, bahwa; TUHAN tidak mengenal nabi-nabi palsu sekalipun melakukan tiga perkara (perbuatan) ajaib. Kalau hanya perbuatan ajaib tetapi tidak berbicara tentang kehendak Allah, atau mengabaikan sengsara salib, itu adalah pembuat kejahatan, karena sesungguhnya, tangga dari bumi ke sorga bukan perbuatan ajaib, tetapi sengsara salib.
Tiadalah mungkin kita tiba di sorga kalau kita tidak melewati tangga salib (sengsara salib). Itu sebabnya, setiap orang yang beribadah, kalau dia sadar, pasti mengalami sengsara dan derita di tengah ibadah dan pelayanan ini, sebab orang yang mau hidup beribadah, dia banyak menanggung penderitaan, sesuai dengan suratan Timotius.
 
Jadi, kalau di tengah ibadah dan pelayanan seseorang suka bersungut-sungut, suka ngomel, suka menggerutu, menunjukkan bahwa dia masih menjalankan ibadah bumi dan ibadah laut, belum lepas dari tabiat-tabiat (kebutuhan-kebutuhan) daging.
 
Biarlah hati kita dipuaskan oleh kasih mempelai, supaya ada kebahagiaan dalam hidup, dalam nikah, dalam rumah tangga di tengah ibadah dan pelayanan. Kalau seseorang yang najis belum sempat ketemu sasarannya, di situ terjadi kejengkelan dan sebagainya.
Saya menonton di Televisi: Karena kenajisannya, semua kebenaran dia lawan. Biarlah kita mencari kebahagiaan dari kasih Mempelai supaya dalam hidup, nikah, rumah tangga ada kebahagiaan. Oleh sebab itu, berkali-kali saya menyampaikan: Bijaksanalah, semakin hari semakin dewasa. Jangan melembut saat ibadah, tetapi di luar ibadah kembali ke tabiat daging lain.
Kesukaan orang semacam ini kebutuhannya adalah ibadah bumi dan ibadah laut, tidak bisa tidak. Tetapi sekarang TUHAN mau membawa kita sampai kepada ibadah sorga; jangan tertinggal di bumi ini, supaya jangan dilemparkan ke lautan api.
 
Semakin dewasa dan semakin bijaksanalah. Sadarilah, bahwa kasih mempelai saja yang sanggup memuaskan hati kita, tidak ada yang lain. Yang lain itu semu, kamuflase, semu, tidak nyata, itu hanya dusta. Oleh sebab itu, seorang laki-laki pun tidak boleh mencari kecantikan, karena kecantikan adalah sia-sia dan bohong.
 
Jadi, daging ini harus mengalami penghukuman supaya tidak menjadi takhtanya Setan, roh jahat dan roh najis. Sekarang, kita akan melihat AKHIR DARI PESTA BURUNG-BURUNG.
Wahyu 19:19-20
(19:19) Dan aku melihat binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka telah berkumpul untuk melakukan peperangan melawan Penunggang kuda itu dan tentara-Nya. (19:20) Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
 
Akhirnya, binatang yang keluar dari dalam laut, itulah antikris, dan binatang yang keluar dari dalam bumi, itulah nabi-nabi palsu yang mengadakan mujizat untuk menyesatkan penduduk bumi, keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang.
Itulah akhir dari ibadah laut dan ibadah bumi; dilemparkan ke dalam lautan api. Jadi, ujungnya adalah binasa.
 
Betapa bahagianya kita malam ini karena TUHAN memberi pengertian. Betapa bahagianya kita malam ini sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, tentu saja mereka yang sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, anak TUHAN, umat TUHAN maupun hamba TUHAN baik di dalam maupun di luar negeri, sebab lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini kita mendapatkan suatu janji yang pasti dari sorga, dari TUHAN.
Lewat pembukaan Firman TUHAN ini, anak TUHAN (jemaat) yang di Bandung bersaksi kepada saya, ia berkata: Lewat pembukaan firman ini, sorga itu nyata. Lewat pembukaan firman TUHAN ini, kita bisa melihat Kerajaan Sorga dengan jelas sejelas-jelasnya; tinggal kita mau melangkah atau tidak.
Itulah dasar saya mengatakan sebetulnya kita bahagia sekali, karena kita mendapatkan pembukaan firman, sehingga lewat pembukaan ini kita dapat melihat Kerajaan Sorga dengan jelas. Lewat pembukaan firman ini, jarak sorga dengan bumi serasa begitu dekat; hanya persoalannya, kita mau melangkah maju bersama dengan TUHAN lewat Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, atau tidak; itu saja pertanyaan yang harus kita jawab.
 
Pendeknya: Ibadah laut dan ibadah bumi akan dilemparkan ke dalam lautan api yang menyala-nyala untuk selama-lamanya = binasa.
 
Berarti, seorang ibu -- itulah gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat -- harus mengerti dan memiliki pandangan rohani tentang kebahagiaan dalam nikah rohani, seperti ibu Naomi kepada Rut, menantunya itu.
Sama halnya dengan Rasul Paulus di dalam 1 Tesalonika 2:7, di mana Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat sama seperti seorang ibu terhadap anak-anaknya. Ibu à seorang gembala, di mana tugasnya adalah mengasuh dan merawati kerohanian sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya; itulah tugas dari seorang ibu, yang adalah gambaran dari gembala sidang.
Maka, seorang ibu, seorang gembala sidang harus memiliki pandangan rohani, mengerti tentang kebahagiaan dalam nikah rohani, itulah pesta nikah Anak Domba; tidak hanya sibuk mengadakan ibadah bumi, tidak hanya sibuk mengadakan ibadah laut. Tetapi sesungguhnya, di hari-hari terakhir ini, di ujung abad ini, seorang gembala sidang, seorang ibu dituntut untuk mengerti tentang kebahagiaan dalam nikah rohani, pesta nikah Anak Domba, sama halnya dengan Rasul Paulus; dia memiliki pandangan rohani, memiliki pandangan yang jauh ke depan.
 
2 Korintus 4:16-18
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (4:17) Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (4:18) Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
 
Rasul Paulus berkata: Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, karena yang kelihatan adalah bersifat sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah bersifat kekal sampai selama-lamanya.
Pendeknya: Rasul Paulus memiliki pandangan nubuatan, pandangan jauh ke depan, tidak pendek, pandangannya tidak hanya tertuju kepada perkara-perkara lahiriah yang terkait dengan daging.
 
CIRI-CIRI memiliki pandangan nubuatan atau pandangan jauh ke depan:
1.      Tidak tawar hati sekalipun manusia lahiriah semakin merosot, asal saja manusia batiniah (manusia dalam) semakin dibaharui dari sehari ke sehari. Yang terpenting adalah manusia batiniah (manusia dalam).

2.      Rela menanggung sengsara dan derita bersama dengan Yesus Kristus. Berarti, tidak mengalami kepahitan sekalipun menanggung banyak penderitaan. Kalau tidak rela dalam penderitaan, pasti mengalami kepahitan, pasti suka menuntut balas; itu adalah tanda kepahitan, yaitu tidak rela menderita dan suka menuntut balas. Tetapi Rasul Paulus rela menanggung sengsara dan derita bersama Yesus Kristus, berarti tidak mengalami kepahitan (tidak tumbuh akar kepahitan) sekalipun menanggung banyak penderitaan.

Itulah gambaran dari ibu atau gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat dalam memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan.
 
Kita BANDINGKAN dengan Naomi ketika mengalami kepahitan.
Rut 1:8-13
(1:8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (1:9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras (1:10) dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu." (1:11) Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (1:12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (1:13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"
 
Kesimpulannya: Sementara dalam perjalanan dari Moab kembali ke Betlehem, Naomi sibuk berbicara tentang nikah kepada kedua menantunya -- Rut dan Orpa --, baik tentang nikah kedua menantunya, baik juga tentang nikahnya. Tetapi ketika ia berbicara tentang nikah, Naomi masih dalam keadaan kepahitan karena didikan TUHAN yang dia terima, lewat sengsara yang dialaminya, sebab Naomi telah kehilangan harta dan kehilangan orang-orang yang dia cintai -- yakni Elimelkh, suaminya, dan kedua anak-anaknya, Mahlon dan Kilyon -- karena ditinggal mati, yang terjadi atas seizin TUHAN, tetapi itu merupakan cara TUHAN untuk mendidik Naomi supaya menjadi ibu yang dewasa. Tetapi dalam didikan itu, dia tidak rela, sehingga dia mengalami kepahitan.
 
Kalau seseorang tidak rela dalam penderitaan, pasti dia mengalami kepahitan. Kalau seseorang tidak rela menderita, pasti dia tuntut penderitaan yang dialaminya dari siapa dia menderita, dia akan tuntut itu kepada orang itu. Pendeknya, dalam suasana kepahitan itu, Naomi sibuk berbicara tentang nikah kepada kedua menantunya, Rut dan Orpa.
 
CIRI-CIRI seorang gembala sidang (ibu) dalam kepahitan ialah berusaha melepaskan diri dari tanggung jawabnya. Seperti Naomi yang berusaha melepaskan diri dari tanggung jawabnya sebagai ibu mertua, antara lain;
1.      Berusaha untuk mendesak kedua menantunya masing-masing ke rumah ibunya ... ayat 8.

2.      Berusaha untuk mendesak kedua menantunya masing-masing untuk mencari tempat perlidungan dari suaminya ... ayat 9.

 
Demikian juga seorang imam-imam, pelayan TUHAN; kalau melayani dengan kepahitan, maka pasti ia akan berusaha untuk meninggalkan tanggung jawabnya, ia akan undur dari pelayanan, dan akhirnya salahkan TUHAN, salahkan situasi, salahkan keadaan, salahkan orang-orang yang ada disekitarnya, tidak berhenti menyalahkan yang bisa dia salahkan, termasuk TUHAN. Pendeknya; berusaha untuk melepaskan tanggung jawab, seperti ibu Naomi yang mendesak kedua menantunya masing-masing pulang ke rumah ibunya,  dan mencari tempat perlidungan dari suaminya; itu namanya melepaskan diri dari tanggung jawab oleh karena kepahitan.
 
Lihat, orang yang undur dari pelayanan, pasti karena kepahitan. Apa tanda kepahitan? Melepaskan tanggung jawab. Salahkan si A, si B, si C, salahkan TUHAN, salahkan situasi, kondisi dan keadaan. Termasuk sidang jemaat yang undur dari tengah ibadah, pasti  alasannya banyak, akhirnya TUHAN yang salah. Kalau berkata “banyak korban”, berarti TUHAN yang salah, tidak terima dengan salib yang harus dipikul, itu adalah kepahitan, lepas dari tanggung jawab.
 
Jadi, kalau seorang gembala sidang mengalami kepahitan, maka yang rugi adalah sidang jemaat. Oleh sebab itu, marilah kita saling mendoakan, saling menguatkan antara satu dengan yang lain; jangan saling melemahkan karena banyaknya kejahatan dan kenajisan yang masih tersimpan itu, supaya kita bisa terbangun dan bertumbuh bersama-sama, yang mengarah kepada Kristus, Kepala, tidak boleh egois. Kepahitan itu adalah egois.
 
TENTANG: Melepaskan kedua menantunya masing-masing kembali ke rumah ibunya.
Artinya; dilepaskan kepada asuhan dan rawatan yang salah.
Ibu à Seorang gembala sidang, di mana tugas dari seorang gembala sidang adalah mengasuh dan merawat. Berarti, melepaskan kedua menantunya masing-masing kembali ke rumah ibunya, artinya; dilepaskan kepada asuhan dan rawatan yang salah.
 
TANDA dilepaskan  kepada asuhan dan rawatan yang salah.
Ibrani 5:11-12
(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
 
Salah asuh dan salah rawat, tandanya adalah masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Kalau ditinjau dari sudut waktu atau lamanya mengikuti TUHAN, sudah seharusnya menjadi pengajar, tetapi anehnya masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Apa itu maksudnya? Berarti, salah asuh, salah rawat, sehingga tidak terlihat pertumbuhan rohaninya, tidak dewasa-dewasa, kerdil rohani.
Kalau masih memerlukan susu, sementara sudah mengikuti TUHAN berpuluh-puluh tahun, itu namanya kerdil rohani, tanda bahwa salah asuh, salah rawat.
 
Kalau sudah dimenangkan, contohnya; dahulu tidak mengenal Yesus, kemudian akhirnya dia percaya kepada TUHAN Yesus Kristus, sebagai TUHAN dan Juruselamat, tetapi dari tahun ke tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun masih memerlukan susu, berarti masih kanak-kanak. Mengapa kanak-kanak? Karena salah asuh. Mengapa kanak-kanak dari tahun ke tahun? Karena salah rawat.
 
Sesuai dengan Ibrani 6:1-3, susu à Asas-asas pokok dari penyataan Allah, yaitu percaya, bertobat dan dibaptis air.
 
Ibrani 5:13
(5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
 
Kalau masih memerlukan susu, ia tidak memahami tentang ajaran kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Kalau setiap hari memerlukan susu, bagaimana bisa menikmati makanan keras, ajaran tentang kebenaran? Tentu tidak bisa.
Ajaran tentang kebenaran = makanan keras = ajaran sehat. Inilah yang diperlukan orang-orang dewasa secara rohani, yaitu makanan keras, bukan susu. Susu itu hanya diperlukan oleh bayi, tetapi makanan keras diperlukan oleh orang dewasa. Jadi, orang dewasa tidak memerlukan susu, tidak hanya bicara soal percaya, tidak hanya bicara soal bertobat, tidak hanya bicara soal dibaptis.
Berbicara soal percaya, bertobat, dibaptis, itulah yang disebut “dibungkus dengan penginjilan”. Memang, di dalam penginjilan itu banyak terjadi mujizat, tetapi kalau hanya sebatas berkat-berkat dan mujizat, itulah yang disebut ibadah laut dan bumi.
 
Jadi, sekali lagi saya sampaikan: Ajaran tentang kebenaran = makanan keras = ajaran sehat.
 
1 Timotius 4:6-7
(4:6) Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini. (4:7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
 
Timotius terdidik dalam soal-soal pokok atau asas-asas pokok; percaya, bertobat, dibaptis air. Kemudian, dia juga terdidik dalam ajaran sehat.
Dua ajaran ini saling terkait, tetapi tidak boleh berhenti hanya sampai asas-asas pokok. Kalau sudah percaya, kalau sudah ikut TUHAN dari tahun ke tahun, tidak boleh lagi hanya memerlukan susu, melainkan harus meningkat sampai ajaran sehat, ajaran tentang kebenaran, itulah makanan keras.
 
Sekarang, TENTANG: Melepaskan kedua menantunya masing-masing supaya mendapat tempat perlindungan di rumah suaminya.
Artinya, dilepaskan kepada suami atau kepala yang salah. Kalau dilepaskan, dibiarkan kembali masing-masing mencari tempat perlindungan dari suami, tetapi suaminya dari bangsa Moab, berarti menempatkan suami atau kepala yang salah.
Sama halnya tadi; kalau melepaskan mereka kembali masing-masing ke rumah ibunya, sementara mereka itu adalah bangsa Moab, bangsa kafir yang tidak mengenal TUHAN, maka menjadi salah asuh dan salah rawat. Demikian juga, kalau melepaskan kedua menantunya masing-masing supaya mendapat tempat perlindungan di rumah suaminya, sama artinya; dilepaskan kepada suami atau kepala yang salah. Kalau toh juga kembali ke Moab, mengambil suami dari Moab, ya salah menempatkan kepala, salah menempatkan suaminya menjadi kepala.
 
Mari kita melihat SALAH MENEMPATKAN SUAMI sebagai kepala.
Matius 8:20
(8:20) Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
 
Jika tubuh atau hidup gereja TUHAN tidak menempatkan Kristus sebagai Suami dan menjadi Kepala, maka hidup gereja TUHAN menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung. Pendeknya, yang menjadi kepala atas tubuh, atas hidup gereja adalah serigala dan burung.
 
Tentang: Liangnya SERIGALA.
Serigala à Roh jahat. Pekerjaan dari roh jahat adalah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba.
 
Yohanes 10:12
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
 
Singkatnya: Pekerjaaan dari serigala adalah menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba, sehingga kawanan domba Allah itu menjadi liar, tidak tergembala. Kalau sudah diterkam dan dicerai-beraikan, maka domba-domba menjadi liar, tidak tergembala.
 
Liar, tidak tergembala, berarti; beredar-edar tanpa hari perhentian, tidak terkendali, karena dia melangkah hanya menurut keinginan di hati saja, melangkah menurut pikirannya saja. Oleh sebab itu, kalau seseorang beribadah sesuka hati, menunjukkan bahwa ia tidak tergembala; kalau lagi mood, ia datang beribadah, tetapi kalau tidak mood, tidak beribadah. Itu menunjukkan bahwa ia tidak tergembala,  kerohaniannya sedang diterkam oleh serigala, diterkam oleh roh jahat, sehingga liar, tidak tergembala, hanya menuruti keinginannya saja.
Hati-hati juga, jangan seolah-olah terlihat berada di tengah ibadah, tetapi dia tidak tergembala, mengambil jalannya sendiri, karena menuruti pemikirannya sendiri, menuruti keinginan di hati sendiri; itu tidak tergembala, walaupun tidak berada di dalam penggembalaan, sama artinya sudah diterkam oleh serigala, gambaran dari roh jahat. Hati-hati, jangan sampai sampai salah menempatkan kepala.
 
Lihat, kehidupan domba yang tidak tergembala.
Ayub 39:8-11
(39:8) Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai jalang? (39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. (39:10) Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, dan mencari apa saja yang hijau.
 
Gambaran dari sebuah kehidupan rohani (domba) yang liar, tidak tergembala:
YANG PERTAMA: Menertawakan keramaian kota, artinya; mengecilkan ibadah dan pelayanan, mengecilkan derajat dari ibadah dan pelayanan itu sendiri. Kalau sudah liar, tidak tergembala, maka ibadah dan pelayanan itu tidak bernilai baginya, dia berani mengecilkan derajat ibadah pelayanan itu, dia tertawakan ibadah dan pelayanan.
YANG KEDUA: Tidak mendengarkan teriak si penggiring, artinya; tidak mendengarkan suara gembala, sama artinya; tidak dengar-dengaran. Kalau tidak dengar-dengaran kepada suara gembala, maka domba semacam ini seringkali mendahului kehendak TUHAN, suka mendahului kehendak TUHAN. Belum diajar, tetapi dia sudah terlebih dahulu mengajar; suka mendahului kehendak TUHAN.
Kalau pun kita mengerti, tetapi tetaplah belajar dengar-dengaran, ikuti saja, supaya pengertian itu dimantapkan TUHAN dari sorga. Kita ini kawanan domba Allah dalam satu penggembalaan, kita ini digembalakan oleh firman pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, dengar saja suara firman penggembalaan supaya nasib dan keadaan kita baik. Kalau pun sudah mengerti, tetaplah belajar untuk dengar-dengaran. 
YANG KETIGA: Ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, artinya; beribadah di sembarang tempat. Alasannya ialah untuk mencari apa saja yang hijau, sesuka hati mencari firman penggembalaan bagi dia; hari ini beribadah di tempat yang satu, besok di tempat yang lain, besok ikuti KKR yang lain, di mana-mana ikuti KKR, tidak menetap di satu kandang penggembalaan, dengan alasan mencari yang hijau-hijau, mencari firman penggembalaan. Padahal dalam satu penggembalaan sudah harus tersedia firman penggembalaan.
 
Kalau domba-domba tidak tergembala, maka tersedia tempat bagi dia, yaitu:
1.      Tanah dataran.

2.      Padang masin.

 
Tempat bagi domba-domba yang tidak tergembala, Yang Pertama: TANAH DATARAN.
Tanah dataran, sama saja dengan tanah Mesir, yang tidak bergunung dan berlembah. Berbeda dengan tanah Kanaan yang bergunung dan berlembah, jelas itu berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Bangsa Israel dibawa ke tanah Kanaan, tanah perjanjian, bergunung dan berlembah, sehingga mereka bergantung dari kemurahan TUHAN, bergantung sebanyak hujan turun dari langit. Tiadalah mungkin orang yang berada di atas gunung untuk mengairi ladangnya harus mengambil air ke bawah, itu sesuatu yang tidak mungkin. Jadi, kalau tinggal di tanah yang bergunung dan berlembah, berarti hidup di dalam kemurahan TUHAN, berbeda dengan tanah dataran, tanah Mesir.
 
Ulangan 11:10
(11:10) Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur.
 
Itulah tanah dataran; harus mengandalkan kekuatan, harus dengan jerih payah untuk mengairi tanah dataran, yang disebut kebun sayur. Kalau tinggal di tanah dataran, maka harus mengandalkan kekuatan, seperti kebun sayun yang diairi dengan kekuatan masing-masing, tetapi kalau kita tinggal di tanah yang bergunung dan berlembah, berarti hidup dalam kemurahan TUHAN, bergantung sebanyak hujan turun dari langit. Ulangan 11:11.
 
Itulah tempat orang yang tidak tergembala, yaitu tanah dataran, di mana ia bergantung kepada kekuatannya. Tetapi kalau tinggal di tanah yang bergunung dan berlembah, maka bergantung kepada kemurahan TUHAN saja.
Oleh sebab itu, kalau tergembala, belajarlah dengar-dengaran, tergembala sungguh-sungguh, jangan suka mengambil jalannya masing-masing.
 
Tempat bagi domba-domba yang tidak tergembala, Yang Kedua: PADANG MASIN.
Padang masin adalah tempat yang tidak berpenduduk, tandus, kering-kering, tidak akan mengalami datangnya keadaan baik, tidak akan mengalami keubahan dalam hidupnya.
 
Yeremia 17:5-6
(17:5) Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (17:6) Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.
 
Orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN, itulah domba yang tidak tergembala, liar. Hidupnya tidak akan diubahkan lagi; itulah padang masin, tempat yang disediakan bagi mereka yang tidak tergembala.
 
Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita semua betul-betul menempatkan Kristus sebagai Kepala. Belajar menempatkan Kristus sebagai kepala; jangan sampai kita menjadi kawanan domba ada dalam penggembalaan, tetapi hidup rohani kita tidak tergembala, itu sama dengan merugikan diri sendiri.
 
Tentang: Sarangnya BURUNG.
Burung à Roh najis. Pekerjaan dari roh najis ialah menghambat pembangunan tubuh Kristus, sama artinya; merusak nikah suci.
Biarlah hubungan kita dengan TUHAN selalu intim; hubungan kita disebut dengan persekutuan yang indah dan yang baik dengan TUHAN, itulah hubungan dalam nikah suci.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan Hagai 2:11-14, dengan judul: “Pembangunan Bait Suci terancam oleh ikut sertanya orang-orang najis”. Pembangunan Bait Suci terancam batal, mengapa? Karena ikut sertanya orang-orang najis dalam pembangunan tubuh itu.
Jadi, sudah sangat jelas, dari judul ini kita mengetahui; kenajisan itu menghambat pembangunan tubuh Kristus. Itu tidak bisa dipungkiri dan itu sudah fakta; berapa banyak orang mengundurkan diri dari tempat ini hanya karena kenajisannya. Masih jugakah kita bertahan dalam kenajisan? Kalau kita sudah melihat banyak orang mundur karena kenajisan, lantas mengapa kita bertahan dalam dosa kenajisan? Belajarlah bijaksana.
Saya tidak merindukan satu pun dari antara kita keluar dari penggembalaan ini, tetapi kalau dia tidak berubah dari kenajisannya, maka pasti dia keluar dari penggembalaan ini oleh karena tuntutan dari penyucian firman -- yang sebenarnya tuntutan firman ini membawa kerohanian kita kepada penyembahan, kasih yang sempurna --.
 
Hagai 2:11-14
(2:11) Pada tanggal dua puluh empat bulan yang kesembilan, pada tahun yang kedua zaman Darius, datanglah firman TUHAN kepada nabi Hagai, bunyinya: (2:12) "Beginilah firman TUHAN semesta alam itu: Tanyakanlah pengajaran kepada para imam. (2:13) Andaikata seseorang membawa daging kudus dalam punca bajunya, lalu dengan puncanya itu ia menyentuh roti atau sesuatu masakan atau anggur atau minyak atau sesuatu yang dapat dimakan, menjadi kuduskah yang disentuh itu?" Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tidak!" (2:14) Berkatalah pula Hagai: "Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu?" Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tentu!"
 
Singkatnya: Datanglah Firman (perintah) TUHAN kepada nabi Hagai, yang bunyinya: “Tanyakanlah pengajaran kepada para imam. Tujuannya adalah untuk menyadarkan bangsa itu pada waktu mereka membangun Bait Suci.
 
Imam mengerti soal pengajaran Firman Allah yang benar dan murni, mengerti soal pengajaran yang benar dan suci. Kalau seorang imam memahami soal pengajaran Firman yang benar dan murni, pengajaran firman yang benar dan suci, maka perintah TUHAN kepada Hagai: “Tanyakanlah pengajaran kepada para imam.
 
Pertanyaan YANG PERTAMA: “Andaikata seseorang membawa daging kudus dalam punca bajunya, lalu dengan puncanya itu ia menyentuh roti atau sesuatu masakan atau anggur atau minyak atau sesuatu yang dapat dimakan, menjadi kuduskah yang disentuh itu? Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tidak!"
Jadi, seperti apapun hidup ini dalam kekudusan, namun tiga tabiat Allah tidak mungkin bisa kita ubah menjadi kudus.
-          Roti à Firman Allah, pribadi Yesus, Anak Allah.

-          Anggur à Kasih Allah yang menjadi kesukaan kita.

-          Minyak à Urapan Roh Kudus.

Tidak mungkin kita menguduskan tiga tabiat Allah hanya karena kita kudus. Tetapi TUHAN tuntut kita untuk hidup kudus di dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
 
Pertanyaan YANG KEDUA: “Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu? Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tentu!"
Jadi, kalau seseorang dikuasai roh kenajisan, lalu ikut serta dalam pembangunan tubuh Kristus, maka pembangunan itu akan berhenti.
Kita dituntut untuk hidup dalam kekudusan, sama seperti daging kudus, tetapi pada dasarnya, kita tidak bisa berbuat apa-apa sekalipun hidup dalam kekudusan. Kita dituntut untuk hidup kudus, itu baik, tetapi sebaliknya, kalau dikuasai roh kenajisan (hidup dalam kenajisan), kemudian ikut serta dalam pembangunan tubuh Kristus, maka itulah yang menghentikan (menghambat) pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Jadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa kalau bukan karena kemurahan TUHAN.
 
Pada ayat 13, walaupun kita digambarkan seperti daging kudus, tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi kalau hidup dalam kenajisan, sebab itulah yang menghentikan pembangunan tubuh Kristus. Daging kudus menyentuh roti, anggur dan minyak, kuduskan tiga perkara itu? Tidak. Kalau tidak hidup dalam kekudusan, lalu ikut serta dalam pembangunan tubuh, akan najiskah yang dikerjakannya itu? Iya, najis; dan TUHAN tidak inginkan pembangunan itu disertai dengan kenajisan.
 
Oleh sebab itu, dalam pelajaran yang kita terima malam ini dari TUHAN, maka belajarlah bijaksana. Pikirkanlah pembangunan tubuh yang luar biasa ini, tetapi kalau masih tetap dalam kenajisannya, maka tidak boleh ikut serta. Oleh sebab itu, saya selalu tegur dalam kenajisan ini, sebab kita ini memikul Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel yang membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna.
Pemuda-pemudi jangan suka oral seks, tidak boleh seks pada diri sendiri, kalau mau ikut dalam melayani pekerjaan TUHAN. Jangan suka menonton porno, sebab pembangunan akan berhenti, tidak ada artinya; sadarlah. Yang punya android, kuasai dirimu.
 
Oleh sebab itu, pertanyaan kepada imam: “Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu?” Menjadi najiskah pekerjaan TUHAN, pembangunan tubuh itu? Jawab mereka: “Tentu”.
Mayat = manusia tanpa roh. Maka, hidupnya itu penuh dan menjadi takhta Setan; roh jahat dan roh najis.
Dari tadi saya katakan; daging ini tidak lebih tidak kurang hanya sebatas takhta Setan, maka daging ini harus mengalami penghukuman lewat sengsara salib, supaya jangan menjadi najis, layak untuk masuk dalam pembangunan tubuh, layak untuk menyentuh pekerjaan TUHAN. Jangan kita hidup seperti mayat. Kalau hidup seperti mayat, pasti penuh dengan kenajisan; itulah yang menajiskan seseorang sehingga tidak layak untuk menyentuh pekerjaan TUHAN.
 
Hagai 2:15
(2:15) Maka berbicaralah Hagai, katanya: "Begitu juga dengan umat ini dan dengan bangsa ini di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, dan dengan segala yang dibuat tangan mereka; dan yang dipersembahkan mereka di sana adalah najis."
 
Semua tidak ada yang tersembunyi di hadapan TUHAN, semua terlihat dengan jelas. Mungkin saja kepada orang lain kita bisa menutup-nutupi manusia dalam yang najis itu, tetapi di hadapan TUHAN tidak bisa. Oleh sebab itu, ketika terjadi pembangunan Bait Suci, segera saja TUHAN memerintahkan Hagai supaya segera bertanya soal pengajaran kepada imam. Sekalipun kita kudus, kita tidak bisa apa-apa, apalagi jika hidup dalam kenajisan, itulah yang menghambat pembangunan tubuh.
 
Jadi, semuanya jelas, terlihat dengan baik. Tidak boleh kita menipu TUHAN. Mata manusia bisa kita tipu. Saya bisa menipu sidang jemaat, kalau memang saya mau, tetapi mata TUHAN tidak bisa saya tipu. Kalau saya mau berlaku najis, bisa saja di luaran sana, tetapi mata TUHAN tidak bisa saya tipu. Tetapi belajar berdiam diri bukan karena aturan, bukan karena terpaksa, melainkan karena memandang kemuliaan TUHAN, karena pekerjaan ini sangat besar, suci, dan mulia; jangan kita kecilkan derajat pembangunan tubuh Kristus yang sempurna ini.
 
Hagai 2:1-5
(2:1) Pada tahun yang kedua zaman raja Darius, (2:2) dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal dua puluh satu bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: (2:3) "Katakanlah kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, dan kepada selebihnya dari bangsa itu, demikian: (2:4) Masih adakah di antara kamu yang telah melihat Rumah ini dalam kemegahannya semula? Dan bagaimanakah kamu lihat keadaannya sekarang? Bukankah keadaannya di matamu seperti tidak ada artinya? (2:5) Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri, demikianlah firman TUHAN; bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam,
 
Di dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, pertama-tama TUHAN menghimbau supaya baik imam besar Yosua, baik juga Zerubabel, bupati Yehuda, TUHAN katakan kepada mereka: “Kuatkanlah hatimu”.
Jadi, untuk bekerja dalam pembangunan tubuh, maka TUHAN berkata: “Kuatkanlah hatimu”.
Kuatka nlah hatimu  = kuat dan teguh hati; tidak menyimpang ke kiri dan tidak menyimpang ke kanan, itulah orang yang bekerja dalam rangka pembangunan tubuh Kristus.
 
Hagai 2:6
(2:6) sesuai dengan janji yang telah Kuikat dengan kamu pada waktu kamu keluar dari Mesir. Dan Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu. Janganlah takut! (2:7) Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; (2:8) Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam.
 
Bekerja dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, maka jaminannya ialah, Yang Pertama: TUHAN menyertai kita dan Roh TUHAN tetap tinggal di tengah-tengah kita.
Maksudnya; jangan takut, sebagaimana dalam kitab Zakharia 4, di mana Zerubabel pada akhirnya menyelesaikan pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, tetapi Zerubabel berkata: “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.” TUHAN menyertai kita dan Roh TUHAN akan tinggal dalam kehidupan hidup kita, maka jangan takut.
 
Bekerja dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, maka jaminannya ialah, Yang Kedua: TUHAN akan menggoncangkan langit, bumi, laut dan darat.
Suatu kali nanti akan terjadi suatu goncangan yang hebat; menggoncang langit, bumi, laut dan darat, menggoncang seluruh aspek, baik pemerintahan digoncang, ekonomi digoncang, politik digoncang, kenegaraan digoncang, sampai kepada nikah rumah tangga digoncang.  Pada saat terjadi goncangan-goncangan itu, itulah cara TUHAN untuk membawa harta benda mereka untuk dibawa masuk dalam rumah TUHAN, sehingga pembangunan tubuh Kristus ini lebih indah dari rumah TUHAN yang pertama; tinggal tunggu waktu-Nya.
Sekarang ini sedang terjadi goncangan; lewat Corona ini, goncangan terjadi, maka kita tunggu harta-harta yang berharga akan dibawa masuk untuk membangun rumah TUHAN, lebih indah dari bangunan yang pertama.
 
Oleh sebab itu, perhatikan jaminan TUHAN;
1.      Orang yang bekerja untuk TUHAN, ia kuat dan teguh hati, sebab Roh TUHAN tinggal bersama dengan dia.

2.      TUHAN akan goncang semua aspek-aspek di muka bumi ini, mulai politik digoncang, ekonomi digoncang, bisnis digoncang, pemerintahan digoncang, sampai nikah-nikah digoncang, maka pada saat itulah ayat 8 berkata: Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam.

Inilah firman yang saya pegang sampai saat ini, tinggal tunggu waktu-Nya. Kegerakan besar akan terjadi; kegerakan Roh Kudus hujan akhir akan terjadi seiring goncangan-goncangan yang akan terjadi.
 
Lihat, Imam Besar Yosua bekerja sama dengan bupati Zerubabel atau disebut dengan pemerintahan kenegaraan atau pemerintahan kerajaan. Jadi, yang bekerja di sini adalah raja dan imam, singkatnya; imamat rajani.
 
1 Petrus 2:9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
 
Bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah, pekerjaannya adalah memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia. Karya Allah yang terbesar adalah salib di Golgota. Inilah dasar dari bangunan Bait Allah yang dibangun oleh imamat rajani; imam besar Yosua dan Zerubabel di Yerusalem. Inilah dasar bangunan itu, karya Allah yang terbesar, sebab batu penjuru, batu yang mahal, batu yang berharga itu ada di tangan Zerubabel, dan ketika orang melihat batu di tangan Zerubabel, orang berkata: “Bagus! Bagus sekali batu itu!”, dan itulah dasaar dari bangunan itu, itulah yang diberitakan oleh imamat rajani; Zerubabel dan imam besar Yosua.
 
Nanti, kita tinggal tunggu kegerakan yang besar, goncangan terjadi, di situlah TUHAN alirkan aliran-aliran kuasa dari sorga dalam rangka pembangunan tubuh. Tetapi yang pertama-tama, seorang gembala sidang, seorang ibu harus memiliki pandangan rohani tentang kebahagiaan dalam nikah sebagaimana Naomi mengharapkan supaya Rut mencari tempat perlindungan, mencari pasangan (suami). Inilah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita. Jadi, tidak hanya sebatas bekerja di ladang Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus, tetapi harus sampai kepada pandangan rohani, yaitu tentang kebahagiaan dalam nikah rohani, pembangunan tubuh Kristus yang sempurna. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment