KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, September 2, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 30 AGUSTUS 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 30 AGUSTUS 2020


WAHYU PASAL 12
(Seri: 20)

Subtema: IBLIS MENAMPI SEPERTI GANDUM

Shalom.
Selamat sore (petang), salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing.
Saya tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya TUHAN membukakan firman-Nya kembali di sore ini untuk melawat, memberkati, memulihkan kehidupan kita pribadi lepas pribadi.

Segera kita menyambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah (Kebaktian) Minggu dari KITAB WAHYU 12, dan kita masih berada pada ayat 10. Namun sebelum kita membaca ayat 10, saya akan tetap menjelaskan tentang Wahyu 12:7-9 secara singkat.
Naga besar itu dan malaikat-malaikatnya telah dilemparkan ke bumi, selanjutnya dialah yang menyesatkan seluruh dunia ini. Kemudian, oleh karena kekalahan yang dialami oleh naga beserta malaikat-malaikatnya, terdengarlah nyanyian kemenangan di sorga.

Wahyu 12:10
(12:10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:  "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.

Adapun penggalan syair dari nyanyian kemenangan itu ialah “karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita”. Singkatnya: Naga besar yang disebut juga Iblis atau Setan, selain menyesatkan, ia juga mendakwa.
Mendakwa, sama artinya; menuduh, serta menuntut dan menghakimi.

Kita sudah melihat CONTOH YANG PERTAMA yang dikaitkan dengan Ayub pada dua minggu yang lalu. Kemudian, kita juga sudah melihat CONTOH YANG KEDUA yang dikaitkan dengan imam besar Yosua pada minggu yang lalu, di mana Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa imam besar Yosua, karena dia memakai pakaian yang kotor, bukan pakaian pesta. Tetapi oleh karena kemurahan TUHAN, oleh karena TUHAN yang memilih imam besar Yosua, TUHAN yang memilih Yerusalem, maka TUHAN harus memperhatikan Yerusalem.
Demikian juga kehidupan kita yang dipilih, pasti diperhatikan oleh TUHAN asal sungguh-sungguh beribadah dan melayani, menyerahkan segenap hidup kita kepada TUHAN, maka pasti diperhatikan oleh TUHAN. 

Dan sore hari ini, kita akan melihat CONTOH YANG KETIGA, yang dikaitkan dengan Simon Petrus.
Lukas 22:28,31-32
(22:28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. (22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (22:32) tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."

Di sela-sela dalam percakapan waktu perjamuan malam, Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum”. Yesus mengatakan hal itu kepada Simon Petrus terkait dengan pencobaan yang akan dialami oleh Yesus Kristus, itulah salib di Golgota.
Singkatnya: Iblis atau Satan hendak mendakwa Simon Petrus, tepatnya menampi Simon Petrus seperti gandum. Sore petang hari ini kita telah menikmati gandum yang turun dari sorga, itulah Firman Allah, supaya manakala kita menghadapi ujian (cobaan), maka kita kuat.

Yesus memberitahukan soal ujian di mana Iblis atau Satan menuntut (mendakwa) untuk menampi Simon Petrus seperti gandum, namun sekalipun demikian, Yesus kembali berkata: “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur”.
Siapapun yang mendengar pernyataan semacam ini, tentu saja ia akan mengucap syukur dan berterima kasih setinggi-tingginya kepada TUHAN.

Namun, mari kita baca ayat 33.
Lukas 22:33
(22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"

Namun, di sini kita melihat jawab Petrus: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!
Sebetulnya, jawaban ini menunjukkan bahwa Simon Petrus masih bergantung kepada manusia daging, serta mengandalkan kekuatannya. Simon Petrus tidak bergantung kepada kemurahan hati TUHAN yang senantiasa berdoa untuk dia supaya imannya jangan gugur.
Pendeknya: Simon Petrus belum mengalami keubahan sekalipun ia telah mengikuti TUHAN dan bertahun-tahun bersama dengan Yesus.

Jadi, jawaban Simon Petrus itu sebetulnya adalah jawaban yang mengagetkan, menurut saya, itu bukan jawaban yang diharapkan oleh Yesus. Di atas tadi saya sudah katakan; kalau ada yang berdoa mendukung kehidupan kita, mendukung ibadah dan pelayanan, nikah dan rumah tangga kita, tentu kita akan segera saja berkata: “terima kasih” kepada orang itu. Dan saya kira, jawaban itu juga yang harusnya keluar (terlontar) dari mulut Simon Petrus, tetapi kenyataannya, jawab Simon Petrus ialah: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” Jawaban ini jelas saja menunjukkan bahwa Simon Petrus masih bergantung kepada manusia daging, masih mengandalkan kekuatannya, Simon Petrus belum bergantung kepada kemurahan hati TUHAN yang senantiasa berdoa untuk dia supaya imannya jangan gugur.
Pendeknya: Simon Petrus belum mengalami keubahan sekalipun Simon Petrus mengikuti TUHAN dan sekalipun ia telah bertahun-tahun bersama dengan Yesus. Simon Petrus belum bergantung kepada kemurahan hati TUHAN, ia masih mengandalkan kekuatannya, bergantung kepada manusia.

Sebenarnya, ketika Yesus berkata: “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur”, menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang pribadi Imam Besar Agung yang telah berdoa dan sekaligus mengadakan pendamaian terhadap dosa manusia.
Kita bersyukur, karena sore hari ini kita boleh mengalami atau merasakan pelayanan dari Imam Besar. Dan biarlah lewat pemberitaan firman ini, kehadiran dari Sang Imam Besar kita alami dan kita rasakan.

Sejenak kita lihat Keluaran 29.
Keluaran 28:33-34
(28:33) Pada ujung gamis itu haruslah kaubuat buah delima dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi, pada sekeliling ujung gamis itu, dan di antaranya berselang-seling giring-giring emas, (28:34) sehingga satu giring-giring emas dan satu buah delima selalu berselang-seling, pada ujung gamis itu.

Pada ujung gamis baju efod, digantungkan “buah delima” dan “giring-giring emas” berselang-seling. Jadi, satu buah delima diselingi dengan satu giring-giring emas, kemudian satu buah delima, lalu satu giring-giring emas, satu buah delima, satu giring-giring emas, terus berselang-seling.
“Gamis baju efod” merupakan gambaran dan bayangan dari pengalaman Yesus dalam tanda kebangkitan-Nya. Sesudah mengalami kematian, lalu pada hari ketiga, Yesus bangkit; itulah pengalaman Yesus dalam tanda kebangkitan-Nya.
“Buah delima” à Sidang jemaat atau hidup gereja TUHAN.
Pendeknya: Hidup gereja TUHAN bergantung kepada pengalaman Yesus dalam tanda kebangkitan-Nya, sama artinya; hanya bergantung kepada kemurahan hati TUHAN saja, tidak bergantung kepada manusia dan kekuatannya selain hanya kepada kemurahan hati TUHAN saja. Kalau Yesus mati dan bangkit untuk kita, itu merupakan kemurahan hati TUHAN.

“Giring-giring emas” à Hadirnya Imam Besar. Sedangkan kehadiran Imam Besar dalam setiap kebaktian-kebaktian yang diselenggarakan -- seperti sore hari ini -- dibuktikan dengan adanya penyembahan dan adanya bahasa lidah atau bahasa asing. Hal ini merupakan sebuah tanda bahwa hidup gereja TUHAN sudah mengalami keubahan, sedangkan Simon Petrus belum mengalami keubahan sekalipun ia selalu mengikuti TUHAN dan bersama-sama dengan TUHAN selama 3.5 (tiga setengah) tahun sampai sebelum Yesus disalibkan.

Kalau berbicara tentang “bahasa asing”, berarti tidak sama dengan bahasa dunia ini, berarti mengalami (terjadi) keubahan; itulah hadirnya Imam Besar di tengah-tengah sidang jemaat dalam setiap kebaktian-kebaktian diselenggarakan.
Selain ada bahasa asing, juga ada “penyembahan”, yang merupakan tanda penyerahan diri kepada TUHAN. Dengan demikian, Imam Besar ada di tengah-tengah kebaktian itu.
Jangan kita datang beribadah tanpa keubahan, sama seperti Simon Petrus yang bersama dengan TUHAN tetapi belum mengalami keubahan; Simon Petrus bersama dengan TUHAN tetapi masih tetap bergantung kepada kekuatannya, bergantung kepada manusia daging.

Padahal, Yesus sendiri berkata: “Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur”. Seharusnya, setelah mendengarkan ungkapan yang penuh kasih, ungkapan yang penuh dengan perhatian, menurut saya, seharusnya dia mengucap syukur dan berterima kasih. Sedangkan kalau ada orang lain saja berdoa kepada kita, pasti kita ungkapkan: “terima kasih”, tetapi sebaliknya, Simon Petrus justru berkata: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!
Bukan jawaban semacam ini yang diharapkan oleh TUHAN, tetapi biarlah rasa syukur kita bagaikan asap dupa kemenyan yang naik di hadirat TUHAN. Kita belajar mulai dari sekarang ini sampai selama-lamanya.

Kita kembali memperhatikan Lukas 22:33-34.
Lukas 22:33
(22:33) Jawab Petrus: "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"

"Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" Sesungguhnya, bukan jawaban ini yang TUHAN harapkan. Kalau menurut saya, setelah mendengarkan pernyataan Yesus, seharusnya Simon Petrus mengucap syukur dan berterima kasih dan setinggi-tingginya, tetapi ia justru berkata yang tidak-tidak.
Pendeknya: Simon Petrus seakan-akan tidak membutuhkan pelayanan sekaligus doa dari Imam Besar.

Biasanya, memang banyak orang demikian; orang yang suka bergantung kepada manusia daging, orang yang suka mengandalkan kekuatannya, seakan-akan tidak butuh pelayanan Imam Besar. Hati-hati dengan kesombongan yang terselubung semacam ini; jangan ada di tengah-tengah kehidupan kita masing-masing, sebab itu tidaklah baik. Dan kalau kita pernah mengalami dosa semacam ini, minta ampunlah kepada TUHAN dan berdamailah.

Saya sebagai kepala rumah tangga, sebagai seorang suami butuh pelayanan seorang Imam Besar. Isteri juga butuh pelayanan dari seorang Kepala (suami), apalagi anak. Jangan kita sama seperti Simon Petrus ini; seakan-akan tidak butuh pelayanan Imam Besar, seakan-akan tidak butuh doa dari Imam Besar.
Kita butuh pelayanan dan doa dari Imam Besar, tetapi orang yang mengandalkan manusia daging dan kekuatannya tidak butuh TUHAN Yesus.

Namun, sekalipun demikian ...
Lukas 22:33-34
(22:34) Tetapi Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku."

Sekalipun Simon Petrus menunjukkan keberadaannya yang seolah-olah setia kepada TUHAN, dengan berkata: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!”, tetapi Yesus menampik perkataan Simon Petrus itu, dan Yesus tetap berkata: “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.

Saya kira, yang benar adalah perkataan TUHAN, sebab banyak perkataan manusia yang ditentukan oleh situasi kondisi keadaan yang ada. Kalau susah, maka ia menangis. Kalau ia diberkati, maka ia tertawa dan sombong, bahkan tidak peduli dengan pekerjaan TUHAN.
Tetapi perkataan TUHAN tidaklah demikian, sebab Ia adalah Allah yang adil; perkataan TUHAN tidak berubah-ubah, karena kehidupan-Nya pun tidak berubah-ubah. Dahulu, sekarang, sampai selamanya, Dia tidak pernah berubah. Sekali Dia mengasihi manusia, tetap untuk selamanya Dia mengasihi. Tetapi manusia tidaklah demikian, termasuk perkataan (pengakuan) dari Simon Petrus.

Mari kita buktikan, PERKATAAN SIAPA YANG BENAR? Apakah perkataan Simon Petrus -- pada ayat 33 -- atau perkataan Yesus -- pada ayat 34 --?
Lukas 22:56-60
(22:56) Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu berkata: "Juga orang ini bersama-sama dengan Dia." (22:57) Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia!" (22:58) Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: "Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!" (22:59) Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea." (22:60) Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.

Singkatnya: Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Jadi, yang benar adalah perkataan Yesus.
Sekalipun dalam Injil Lukas 22:33 dengan pengakuan Simon Petrus yang luar biasa itu, namun Yesus tetap berkata dalam Injil Lukas 22:34, “hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.” Berarti, perkataan Yesus yang benar, perkataan Simon Petrus tidak benar, karena ternyata Simon Petrus menyangkali Yesus sebanyak tiga kali.

Jadi, benar, manusia itu hanya ditentukan oleh situasi, kondisi, keadaan yang ada, sehingga perkataannya pun seperti itu, ditentukan oleh situasi, kondisi, keadaan yang ada. Saat dia bersama-sama dengan Yesus, dia berkata: “aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau”. Tetapi saat mengalami pencobaan yang dialami oleh Yesus, perkataannya juga berubah, hati dan pikirannya juga berubah. Tidak sedikit orang Kristen sama seperti kekristenan dari pada Simon Petrus; berubah-ubah.

Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, singkatnya: Simon Petrus tiga kali menyangkal Yesus.
Penyangkalan YANG PERTAMA, Simon Petrus berkata: "Bukan, aku tidak kenal Dia!"
Mengapa penyangkalan yang pertama ini terjadi? Sebab seorang hamba perempuan berkata kepada Dia: “Juga orang ini bersama-sama dengan Dia”.
Pendeknya, penyangkalan yang pertama ialah tidak mengakui kebersamaannya dengan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Simon Petrus meniadakan kebersamaannya dengan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Tidak sedikit orang Kristen meniadakan segala kebaikan dan kemurahan TUHAN, tidak sedikit orang Kristen menolak (tidak mengakui) bahwa TUHAN yang memelihara, bahwa TUHAN yang menyertai, bahwa TUHAN yang bersama-sama dengan dia di dalam pekerjaannya.
Tidak sedikit orang Kristen seperti Simon Petrus ini yang meniadakan kebersamaannya dengan Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Banyak juga orang Kristen yang seperti ini; meniadakan kebersamaan Yesus, penyertaan Yesus dalam setiap aktivitasnya, kebersamaan Yesus dalam setiap pekerjaannya, kebersamaan Yesus dengan dia dalam perkuliahannya, dalam segala perkara dalam hidupnya; semua ditiadakan.

Andaikata saudara berbuat sesuatu kepada seseorang, dan saudara senantiasa bersama-sama dengan dia dalam segala perkara untuk menyertai dia, lalu pada akhirnya orang itu meniadakan kebersamaan kita kepada dia, tentu betapa sakitnya. Tetapi justru seringkali kita mempraktekkan kehidupan semacam itu di hadapan TUHAN. TUHAN selalu bersama-sama di mana pun kita berada, baik dalam perkuliahan, dalam pekerjaan, dalam aktivitas, dalam kesibukan, dalam segala perkara, tetapi itu yang ditiadakan oleh Simon Petrus.
Bukankah terlalu parah kehidupan semacam inis? Oleh sebab itu, hati-hati, jangan suka mengandalkan kekuatan, tetapi bergantunglah kepada kemurahan hati TUHAN, supaya tidak terjadi penyangkalan yang pertama semacam ini, yaitu meniadakan kebersamaannya dengan Yesus dengan dia.

Penyangkalan YANG KEDUA, Simon Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!"
Mengapa penyangkalan yang kedua ini terjadi? Sebab ada seorang lain melihat dia dan berkata: “Engkau juga seorang dari mereka!
Pendeknya, penyangkalan yang kedua ini ialah tidak mengakui dirinya bahwasanya dirinya adalah bagian dari bilangan (hitungan) TUHAN.
Jangan sampai kita keluar dari bilangan TUHAN. Biarlah kita masuk dalam hitungan TUHAN. Dihitung oleh TUHAN, berarti; nama kita terdaftar di sorga, sama seperti domba yang tergembala, maka dia dihitung, namanya terdaftar di sorga.

Penyengkalan YANG KETIGA: Simon Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan
Mengapa penyangkalan yang ketiga ini terjadi? Sebab orang lain berkata dengan tegas: “Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.
Pendeknya, penyangkalan yang ketiga ini ialah sudah tahu, tetapi pura-pura tidak tahu, dengan lain kata; sudah tahu, tetapi tidak berubah, sama dengan; bodoh, dungu, dan bebal. Setiap hari dinasehati, setiap hari diberi pengertian, tetapi tidak mau juga berubah; sudah tahu yang baik, yang benar, yang suci, yang sempurna, yang berkenan untuk TUHAN untuk segera dilakukan, tetapi pura-pura tidak tahu, bukankah ini adalah kebodohan?
Inilah penyangkalan Simon Petrus yang ketiga, lebih parah lagi dari penyangkalan pertama dan kedua.

Jadi, kita menarik suatu kesimpulan ...
Akibat menyangkal Yesus dan menyangkal salib-Nya ialah:
1.      Tidak merasakan dan tidak mengalami kebersamaan dengan TUHAN sekalipun sudah diberkati dan dipelihara oleh TUHAN. Hati-hati, TUHAN itu selalu bersama dengan kita di tempat perkuliahan, di tempat bekerja, di tempat bisnis, di mana pun kita berada, maka jangan sampai kita tiadakan kebersamaan dengan TUHAN itu. Hati-hati. TUHAN mau datang, jangan tiadakan kebersamaan dengan TUHAN itu. Dalam segala waktu dan segala perkara, TUHAN bersama-sama dengan kita; jangan sampai itu diabaikan. Terlalu konyol sekali manusia semacam ini yang mengabaikan kebersamaannya dengan TUHAN.
2.      Tidak masuk dalam bilangan TUHAN = nama tidak terdaftar di Sorga.
3.      Menjadi bodoh, menjadi dungu dan bebal. Mengapa demikian? Karena sudah tahu yang baik, tahu yang benar, tahu yang suci, bahkan berkenan untuk dilakukan kepada TUHAN, namun ia tidak lakukan; maka sama dengan dungu, bodoh dan bebal.

Berlakulah bijaksana, jangan seperti orang yang bodoh, dungu dan bebal. Saya tambahkan sedikit, ada kisah mengenai sepasang suami isteri, yaitu Nabal dan Abigail. Nabal namanya, bebal orangnya, susah sekali diberikan pengertian. Sekali waktu pada hari pengguntingan bulu domba, para pasukan tentara dari Daud diperintahkan untuk mendatangi Nabal, lalu memberitahukan segala kebaikan-kebaikan, memberitahukan segala kemurahan-kemurahan dari TUHAN yang sudah dialami dan dirasakan oleh Nabal itu sendiri. Dan juga diakui oleh para gembala-gembala Nabal itu sendiri, bahwa selama Daud berada di gunung Karmel, semua kawanan domba itu dipelihara oleh TUHAN, semua kawanan domba itu diberkati oleh TUHAN, bahkan semua perusahaan dari pada Nabal dipelihara oleh TUHAN. Namun pada saat pasukan tentara dari pada Daud mengunjungi Nabal, Nabal begitu marah sekali dan dengan tidak ada rasa takut berkata: “Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya.” Nabal kecilkan Daud yang adalah raja Israel; dia kecilkan Daud yang adalah kehidupan yang diurapi TUHAN. Jangan usik orang yang diurapi.
Begitu pasukan itu kembali kepada Daud lalu memberitahukan apa yang menjadi jawaban dari pada Nabal, seketika itu juga Daud mengambil keputusan untuk mengambil pedang lalu akan membunuh semua orang yang ada di Karmel, secara khusus di perusahaan yang dikelola oleh Nabal, sampai fajar tidak akan dibiarkan satu orang laki-laki saja pun hidup.
Namun, dalam perjalanan itu, seorang isteri yang bijaksana, itulah Abigail. Begitu mendengarkan berita bahwa Daud hendak membunuh Nabal, suaminya itu, dia langsung membawa korban dan persembahan, membawa dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis dan dua ratus kue ara. Begitu bertemu di tengah jalan, Abigail segera turun dari keretanya, lalu tersungkur di hadapan raja Daud, lalu berkata: “Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya.” Itulah kehidupan yang bijaksana.
Kemudian, masih ada lagi perkataan Abigail yang sangat mengagumkan kita sore hari ini: “ Apabila TUHAN melakukan kepada tuanku sesuai dengan segala kebaikan yang difirmankan-Nya kepadamu dan menunjuk engkau menjadi raja atas Israel ... apabila TUHAN berbuat baik kepada tuanku, ingatlah kepada hambamu ini.” Jelas saja, setelah Saul mati, tentu posisi raja akan diduduki oleh Daud; pada saat Daud dalam kedudukannya sebagai raja, Daud teringat perkataan Abigail, Daud teringat perkataan orang yang bijaksana, Daud teringat segala kerendahan hati dari pada Abigail.
Karena pada akhirnya, Nabal itu mati, dan setelah Nabal mati, Daud ingat Abigail, Daud mengambil Abigail menjadi isterinya di antara isteri-isteri yang lain, tetapi tentu saja isteri Daud yang pertama adalah Mikhal, anak Saul.
Jadilah bijaksana, jangan bebal seperti Nabal; sudah diberkati oleh TUHAN, perusahaannya diberkati oleh TUHAN, penggembalaannya diberkati oleh TUHAN, namun semuanya itu ditiadakan, bahkan mengecilkan raja besar, bahkan mengusik yang diurapi oleh TUHAN; ini adalah sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan.

Kembali saya sampaikan, akibat menyangkal Yesus dan salib-Nya ialah:
1.      Meniadakan kebersamaan yang dialami dengan TUHAN.
2.      Tidak masuk dalam bilangan TUHAN. Ini adalah hal yang merugikan, sebab kalau tidak masuk dalam bilangan TUHAN, maka menjadi bilangan antikris suatu saat nanti.
3.      Menjadi bodoh, dungu dan bebal, seperti Nabal namanya.

Pertanyaannya: Mengapa Simon Petrus tidak mengalami keubahan; mengapa Simon Petrus masih bergantung kepada manusia dan kekuatannya, walaupun ia telah mengikuti TUHAN Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun?
Jawabannya akan kita temukan dalam Injil Lukas 22:24.

Lukas 22:24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.

Murid-murid, termasuk Simon Petrus sendiri, berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar. Berarti, menganggap dirinya masing-masing lebih besar, orang lain lebih kecil.

Banyak anak TUHAN semacam ini; bukan saja anak TUHAN, tetapi juga banyak hamba TUHAN semacam ini. Oleh sebab itu, bantu doa supaya kita masing-masing berlomba-lomba saling merendahkan diri satu dengan yang lain, karena pada dasarnya manusia memang seperti itu; menganggap dirinya lebih besar dan orang lain lebih kecil; itulah penyebabnya. Mari kita berlomba-lomba untuk saling merendahkan diri.

Lukas 22:25-26
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. (22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.

Melihat situasi kondisi yang ada, melihat murid-murid saling membesarkan dirinya masing-masing, menganggap dirinya lebih besar dan yang lain lebih kecil, maka mau tidak mau TUHAN angkat bicara dan berkata tentang dua jenis kepemimpinan:
YANG PERTAMA: Pemimpin menurut ukuran dunia.
1.      Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka.
2.      Orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Tetapi belum tentu pejabat tinggi melindungi rakyatnya, tetapi itulah kepemimpinan menurut pandangan duniawi. Tetapi di dalam TUHAN tidaklah demikian, oleh sebab itu, TUHAN ajarkan lagi kepada murid-murid soal kepemimpinan jenis yang kedua di dalam TUHAN.
YANG KEDUA: Pemimpin di dalam TUHAN.
1.      Yang terbesar hendaklah menjadi yang paling muda. Muda, artinya; minim pengalaman. Biasanya, kalau seseorang menyadari dirinya minim pengalaman, pasti ia banyak belajar. Berbeda dengan orang yang merasa senior dan banyak pengalaman, ia tidak butuh diajar.
Maka, pemimpin di dalam TUHAN ialah yang terbesar hendaklah menjadi yang paling muda. Muda, artinya; minin pengalaman, berarti; senantiasa rindu untuk diajar dan mau belajar.
2.      Pemimpin sebagai pelayan. Pelayan, berarti; melayani, bukan dilayani. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, puncaknya adalah menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan kepada orang yang terjual kepada maut -- yang terjual kepada maut itu ditebus kembali, dibeli lagi --.

Setelah TUHAN memberi pengertian semacam ini, dan menjelaskan soal kepemimpinan ini, mana yang harus kita pilih? Sebagaimana murid-murid juga harus memilih. TUHAN itu bukan TUHAN yang otoriter; TUHAN menjelaskan dan menyatakan kemurahan-Nya, tergantung kita ikut atau tidak. Kalau kita sudah tahu yang baik, maka ikuti yang baik; jangan keraskan hati.

Lukas 22:27
(22:27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.

Yesus memberi contoh: siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Kalau menurut ukuran dunia, tentu saja dia yang duduk makan, tetapi kalau di dalam TUHAN yang lebih besar adalah seperti contoh yang diberikan oleh Yesus, yaitu Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.

Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan: Yesus adalah pemimpin yang terbesar dalam sepanjang sejarah, sebab Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dunia.
Inilah pemimpin yang sejati, yaitu pemimpin sebagai pelayan. Pelayan, berarti; melayani, bukan untuk dilayani.

Sejenak kita melihat Matius 20.
Matius 20:25
(20:25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

Ini adalah jenis kepemimpinan pertama menurut ukuran dunia, justru cenderung otoriter dan kekerasan. Di dalam kepemimpinan dalam dunia itu terlihat keakuan yang tinggi sekali, ego yang tinggi sekali; memimpin tetapi tidak memperhatikan orang yang dipimpin. Seharusnya, pemimpin yang sejati adalah pemimpin sebagai pelayan, tetapi di dalam dunia tidaklah demikian.

Kemudian, mari kita lihat kepemimpinan yang kedua pada ayat 26.
Matius 20:26
(20:26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

Tetapi kepemimpinan di dalam TUHAN: Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Siapa yang rindu untuk menjadi kehidupan (pribadi) yang besar? Layani TUHAN dengan sungguh-sungguh, maka TUHAN yang membuat kita menjadi besar. Tidak usah ragu dalam hal melayani TUHAN, tidak usah ragu dalam hal berkorban, sebab TUHAN nanti yang akan membuat kita besar, termasuk segala sesuatu yang terkait di dalam diri kita, entah itu pendidikan kita, entah itu perusahaan yang kita punya, entah itu kesibukan yang kita punya, semua menjadi besar.

Matius 20:26
(20:27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

Kemudian, di sini juga dikatakan: “barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.
Siapa yang ingin menjadi terkemuka, terkenal, cendekiawan? Maka, hendaklah menjadi hamba.

Soal HAMBA, kita akan mempelajari dalam Injil Lukas 17.
Lukas 17:7-10
(17:7) "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (17:9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (17:10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Seorang hamba di dalam hal melakukan tugasnya di hadapan TUHAN, dalam ucapannya di hadapan TUHAN adalah:
YANG PERTAMA: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna
Seorang hamba tidak boleh bermegah sekalipun memiliki kelebihan di dalam hal-hal yang rohani seperti Rasul Paulus; ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, disebut juga Firdaus, di situ dia mendapat dan menerima dua perkara, yaitu;
1.      Menerima penglihatan-penglihatan.
2.      Mendapatkan penyataan-penyataan dari TUHAN yang heran.
Namun, seorang hamba tetap berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna
YANG KEDUA: “kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan
Berarti, tidak mengharapkan pamrih, tidak mengharapkan ucapan terima kasih dari tuannya, sebab seorang hamba melakukan apa yang harus dia lakukan. Jadi, tidak menunggu ucapan “terima kasih.”

Mengapa harus menghambakan diri di hadapan TUHAN? Supaya pribadi kita lepas pribadi menjadi kehidupan yang cendekiawan, supaya pribadi lepas pribadi menjadi suatu kehidupan yang terkemuka, bukan yang terbelakang.
Berbeda dengan orang cacat mental; biar dia kaya, tetapi kalau tidak bermoral, maka ia terbelakang. Oleh sebab itu, jadilah pribadi yang terkemuka, supaya kita semua menjadi pribadi-pribadi yang terkemuka dan cendekiawan. Belajar dari firman, jangan belajar dari pengertian manusia, sebab pengertian manusia tidak sempurna untuk mendapatkan keselamatan dari sorga, pengertian manusia belum cukup untuk menyenangkan hati TUHAN ketika kita datang di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Tetapi biarlah kita menerima pengertian dari sorga supaya kita dapat menyenangkan hati TUHAN ketika kita datang di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kepada TUHAN.

Matius 20:26-28
(20:26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (20:27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (20:28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Maka, dapatlah kita mengambil kesimpulan: Yesus adalah pemimpin yang terbesar dalam sepanjang sejarah; Dialah pemimpin yang sejati.

Barangkali saudara bukan pengusaha, barangkali saudara bukan pemimpin di suatu perusahaan, tetapi jadilah kepala, bukan ekor, lebih lagi kalau saudara seorang pemimpin di dalam sebuah perusahaan; belajar dari Firman TUHAN.
Untuk menjadi yang terbesar, perhatikanlah firman yang sudah kita terima; untuk menjadi yang terkemuka, juga perhatikan pengertian yang sudah kita terima dari TUHAN malam ini. Saya rindu supaya kita semua menjadi pribadi-pribadi yang terbesar, walaupun kita tidak mempunyai apa-apa, dan jadilah pribadi-pribadi yang terkemuka.
Berbeda; biar kaya, tetapi kalau cacat mental (tidak bermoral), maka terbelakang. Yang TUHAN mau adalah supaya kita semua terkemuka.

Oleh sebab itu, supaya kita keluar dari pada kegagalan Simon Petrus ini, maka tentu saja kita belajar untuk melihat JALAN KELUARNYA.
Lukas 22:31
(22:31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum,

Di sini kita melihat: Iblis menuntut untuk menampi Simon Petrus seperti gandum.
“Menampi”, berarti; pemisahan. Sewaktu saya tinggal di kampung, ada tampi, dalam bahasa batak anduri.

Sekali lagi saya sampaikan: “Menampi”, artinya; pemisahan atau penyucian dari tabiat-tabiat lama, sehingga menjadi seperti gandum. Jadilah gandum, namun terlebih dahulu ditampi, mengalami pemisahan, penyucian dari tabiat lama. Tabiat lama dari pada Simon Petrus adalah mengandalkan manusia daging, bergantung kepada kekuatannya, dan ternyata resikonya banyak sekali, bahkan ia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali;
1.      Meniadakan kebersamaan (penyertaan) Yesus.
2.      Nama tidak terdaftar dalam Kerajaan Sorga.
3.      Bebal, dungu, bodoh.
Jadi, banyak kerugian di dalam penyangkalan terhadap salib Kristus.
Mengapa bisa terjadi begitu? Karena Simon Petrus mengandalkan kekuatannya dan bergantung kepada manusia daging, tidak bergantung pada kemurahan hati TUHAN. Oleh sebab itu, biarlah kita mengalami penampian, berarti; dipisahkan, disucikan dari tabiat-tabiat lama, terkhusus mengandalkan manusia daging dan kekuatannya untuk dijadikan seperti gandum.

Yohanes 12:24
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Biarlah kita semua menjadi benih gandum. Tetapi untuk menjadi benih gandum yang tumbuh dan berbuah, terlebih dahulu benih itu jatuh ke dalam tanah dan selanjutnya mati.
Jadi, YANG PERTAMA-TAMA adalah “jatuh ke dalam tanah”, ini berbicara tentang kerendahan hati; itu lebih dulu. Jadilah kehidupan yang rendah hati, dan biasanya selalu diikuti dengan kelemahlembutan. Jadilah pribadi yang rendah hati; jadilah pribadi yang lemah lembut. Semakin hari semakin rendah hati; semakin hari semakin lemah lembut, bukan semakin keras hati dan sombong.

Matius 11:29
(11:29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Tanda orang yang lemah lembut dan rendah hati ialah mau bertanggung jawab memikul tanggung jawab (tugas-tugas) yang dipercayakan oleh TUHAN di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Walaupun sakit, tetapi tetap bertanggung jawab, itulah orang yang rendah hati dan lemah lembut.

Yesus adalah pribadi yang lemah lembut dan rendah hati; Dia mau bertanggung jawab untuk dosa kita semua, dan Dia sudah memikulnya di atas kayu salib. 
Dimulai dengan bertanggung jawab atas keselamatan jiwa sendiri, bertanggung jawab dengan berkat-berkat yang TUHAN berikan. Tidak semua orang bisa bertanggung jawab ketika dia diberkati, mengapa saya katakan seperti itu? Ketika seseorang miskin, ia bisa menangis, tetapi ketika seseorang sudah diberkati dengan uang (berkat) yang limpah, maka ia bisa sombong; oleh sebab itu, jadilah orang yang bertanggung jawab. Tanggung jawab terhadap berkat TUHAN, jangan semberono mengeluarkan uang, jangan semberono mengeluarkan berkat-berkat TUHAN, jangan semberono memakai berkat-berkat TUHAN; gunakan pada tempatnya.

Itulah orang yang rendah hati dan lemah lembut; ia bertanggung jawab, dimulai dengan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terkait dengan jiwa masing-masing, sesudah itu tanggung jawabnya akan semakin besar; misalnya jika ia seorang suami, maka ia akan bertanggung jawab terhadap isterinya, bertanggung jawab terhadap keluarganya, dan sebaliknya isteri terhadap suami.
Dan saya juga bertanggung jawab terhadap keselamatan jiwa sidang jemaat. Saya harus tetap memikul salib, tidak boleh enak-enak saja menerima persembahan persepuluhan, menerima ini dan itu; tidak boleh, tetapi harus juga memikul salibnya.
Untuk yang kesekian kali saya sampaikan: untuk mendapatkan pembukaan Firman TUHAN, saya harus berlutut di kaki salib berjam-jam, tidak cukup satu dua jam, melainkan berjam-jam, barulah membaca sampai larut malam, bahkan sampai pagi. Ini adalah tanggung jawab saya. Jadi, saya harus bertanggung jawab kepada dirinya saya, sekiranya sudah mampu, lalu bertanggung jawab kepada seluruh sidang jemaat.
Kalau saya liar dan salah dalam menggunakan berkat yang ada, itu bukan orang yang bertanggung jawab; biarlah kita semua ditanamkan di dalam Bait Allah. Jangan liar.

Selain rendah hati, selanjutnya YANG KEDUA adalah “mati.”
Mati, berarti; daging tidak bersuara, atau istilah lain; tidak lagi hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. Jika sudah mati terhadap dosa, maka nanti hidup dalam kebenaran bagi Allah.

Soal “mati” ini, kita belajar dari apa yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya.
Yesaya 53:7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya.” Di dalam menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, mulut tetap tertutup; tidak bersungut-sungut, tidak menggerutu, tidak ngomel walaupun menderita. Walaupun sakit namun tidak bersungut-sungut; walaupun menderita karena salib namun tidak bersungut-sungut, tidak ngomel, tidak menggerutu.

Ada lagi di antara kita yang saya tidak habis pikir, di mana dia mempersalahkan soal sepersepuluh. Padahal dia sudah bertahun-tahun digembalakan di tempat ini, tetapi masih tidak mengerti soal sepersepuluh, ngomel, bersungut-sungut soal sepersepuluh, dan anehnya lagi dia berkata: “Di mana uang Natal? Di mana uang itu semua?” Dia tidak pernah berkorban, tetapi dia tanyakan soal uang; dia tidak sepersepuluh, tetapi dia tanyakan uang; bukankah lucu orang yang seperti itu?

Kalau menanggung penderitaan, mulut harus tertutup; itu artinya mati. Tidak ada orang mati, ketika ditendang, dia ngamuk dan berdiri, lalu berkata: “Ayo, pukul saya, maka saya balas dengan pencak silat”. Tidak ada orang mati yang seperti itu. Tetapi yang benar adalah biar dimaki, tetapi mulut tetap berdiam; itu mati.

Soal pengalaman kematian Yesus ini digambarkan dengan dua hal:
1.      Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian. Yesus adalah Anak Domba Allah, Dia telah dibantai di atas kayu salib; tetapi dengan pembantaian ini, kita boleh menikmati potongan-potongan roti itu. Itu sebabnya Yesus berkata: “Aku adalah roti hidup”.
2.      Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Ingat; sekalipun dosa itu merah seperti kain kirmizi akan menjadi putih seperti bulu domba, itulah kasih Allah yang sempurna, yang mampu menutupi dosa-dosa manusia. Tetapi kalau sesorang ngomel, tidak mungkin dosa tertutupi; kalau dia ngomel, tidak mungkin dosa diampuni.

Jadi, kalau Simon Petrus didakwa oleh Iblis atau Setan, dituduh dan dituntut untuk dihakimi, itu adalah seizin TUHAN, supaya Simon Petrus menjadi benih gandum. Kalau benih itu tidak jatuh dalam tanah, kalau benih itu tidak mati, maka tidak tumbuh dan tidak berbuah-buah. Maka, saya tidak habis pikir dengan pribadi yang tidak suka memberi persembahan, tetapi ngomel. Bagaimana kehidupan yang semacam ini bisa melayani TUHAN?
Seharusnya, kalau pun mengalami ujian, kalau pun mengalami cobaan, didakwa oleh Iblis atau Satan atas seizin TUHAN, hal itu diizinkan terjadi, dialami oleh Simon Petrus, supaya dia menjadi benih gandum. Jadilah benih-benih gandum. Kalau tidak, maka tidak akan bisa tumbuh, apalagi berbuah, itu tidak akan mungkin.

Ingat: Simon Petrus diizinkan TUHAN untuk mengalami penampian lewat ujian yang begitu berat, tetapi itu terjadi supaya ada pemisahan, supaya ada penyucian terhadap dosa, teramat lebih manusia daging, manusia lamanya.
Jangan lagi daging bersuara, supaya benih gandum itu apabila jatuh ke tanah (rendah hati), kemudian mati (daging tidak bersuara, tidak hidup menurut hawa nafsu daging), maka ia akan bertumbuh, tinggal nantikan buah-buah yang manis, nantikan buah-bauh yang begitu nikmatnya dari TUHAN. Terlebih dulu alami perkara-perkara kerendahan hati dan alami dulu perkara pengalaman kematian, maka dia akan tumbuh, dan tinggal tunggu waktu untuk menikmati buah-buah yang manis dari TUHAN; berkat-berkat jasmani dan rohani akan TUHAN nyatakan.

Saya tahu di antara kita banyak mengalami ujian. Dan kalau kita sadari, sebetulnya itu merupakan penampian. Jangan kita bersungut-sungut lagi, jangan ngomel dan jangan menggerutu, padahal ia tidak tahu apa yang ia perbuat. Orang ngomel itu tidak tahu apa-apa, tetapi berdiam diri manakala menghadapi penampian adalah orang yang bijaksana, karena dia tahu akan hari depan, di mana TUHAN akan limpahkan dengan buah-buah akan yang dinikmati.

Sekarang kita akan melihat; CIRI-CIRI benih gandum yang sudah mati.
1 Korintus 15:37
(15:37) Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain.

Ciri-ciri menjadi benih gandum yang akan tumbuh dan berbuah adalah biji yang tidak berkulit.
Kalau masih segar, kulit-kulitnya masih di situ, itu bukanlah benih. Tetapi benih yang akan tumbuh dan berbuah adalah biji yang tidak lagi berkulit. Itulah ciri-ciri benih gandum; tidak berkulit.

Biarlah kita semua dengan rela hati dikuliti. Dan ketika dikuliti, daging rasanya terlihat sakit, dan ia akan mengeluarkan darah dan air. Tidak ada sesuatu yang dikuliti tanpa mengeluarkan darah dan air. Darah dan air, itu merupakan tanda kelahiran baru. Biarlah kita semua dikuliti. Arti rohani “dikuliti” adalah dia yang benar dijadikan dosa.
Kiranya kita semua mengerti akan Firman TUHAN yang disampaikan malam hari ini; jangan sampai kita mendengar, tetapi tidak mengerti. Apa buktinya tidak mengerti? Kembali ke tabiat lama, kembali lagi bersungut-sungut, daging kembali bersuara. Hati-hati, jangan sampai mendengar tetapi tidak mengerti; mendengar harus sampai mengerti.

2 Korintus 5:21
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Singkatnya: Yesus rela dikuliti, itulah kasih Allah yang menutupi dosa kita.

Dari sejak semula, pertama kali Yesus dikuliti adalah ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena pelanggarannya terhadap hukum Allah, maka TUHAN menyembelih anak domba, lalu mengambil kulitnya untuk dijadikan pakaian bagi Adam dan Hawa.
Ketika pakaian yang pertama untuk menutupi dosa tidaklah layak, karena mereka mengambil daun pohon ara, lalu menutupi dosa dan dijadikan cawat. Tetapi sampai berapa lama daun pohon ara dapat bertahan? Cepat lambat akan rapuh, maka kelihatan kembali dosa dan ketelanjangan itu.
Oleh sebab itu, mau tidak mau, untuk pertama kali peristiwa dikuliti terjadi di taman Eden; anak domba disembelih, dikuliti untuk dijadikan pakaian untuk menutupi dosa ketelanjangan Adam dan Hawa. Dikuliti berarti; yang benar dijadikan dosa supaya dosa orang lain ditutupi. Itulah ciri-ciri benih.

Saya berharap, setiap pribadi menjadi benih, sebab kalau setiap pribadi menjadi benih, maka berapa banyak buah yang dapat dihasilkan? Berapa buah yang akan dihasilkan kalau kita semua menjadi benih? Tetapi persoalannya, pikiran masih cetek, pikiran masih dangkal, pikiran masih ngawur, pikiran masih keliru, tidak mau menerima pengertian dan perasaan yang terdapat dalam pikiran Yesus, akhirnya dalam pengikutannya tidak mendapat apa-apa selain hanya menggerutu, ngomel, menggerutu, ngomel.
Camkan itu; kalau semua menjadi benih, maka berapa banyak buah yang akan dihasilkan? Tetapi ingat; mati dulu. Jatuh dulu ke tanah, baru mati, dan ciri-cirinya adalah rela dikuliti.
Memang benih tidak berkulit. Umpamanya mangga; kalau berkulit masih manis, itu belum bisa disebut benih. Benih itu tidak berkulit.

2 Korintus 5:17
(5:17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Inilah pengalaman kematian Yesus tadi, di mana akhirnya tiga hari kemudian Dia bangkit. Mati, tumbuh dan berbuah; menjadi ciptaan baru.

Namun tidak berhenti sampai ciptaan baru, lihat ayat 18-20.
2 Korintus 5:18-20
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.

Selain menjadi ciptaan baru, juga menjadi alat pendamaian. Utusan-utusan TUHAN, pelayan-pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN, teramat lebih pemimpin sidang jemaat harus menjadi alat TUHAN, yaitu alat pendamaian. Di mana pun kita diutus harus menjadi alat pendamaian; memperdamaikan dosa orang lain; inilah buah itu.

Bukan saja hanya sekedar ciptaan baru, tetapi menjadi hamba TUHAN, mejadi alat kemuliaan TUHAN dalam mendamaikan dosa orang lain; inilah buah itu. Kita damaikan yang satu, di mana pun kita berada. Kita damaikan lagi, di mana pun komunitas kita. Maka, berapa banyak buah yang akan dihasilkan nanti? Tetapi jangan lewati pengalaman rendah hati dan pengalaman kematian, dengan ciri-cirinya rela dikuliti. Dan kalau kita ditelanjangi (dikuliti) -- itu sama dengan difitnah --, terima saja, karena itu adalah ciri-cirinya.
Nanti lihat, selain menjadi ciptaan baru, selanjutnya adalah menjadi alat TUHAN, yaitu alat pendamaian. Di mana pun kita diutus, kita memperdamaikan dosa orang lain; di mana pun kita berada, kita memperdamaikan dosa orang lain; di mana pun kita berada, kita memperdamaikan orang lain, maka berapa banyak buah yang akan dihasilkan itu?
Camkanlah hal ini dengan baik; dewasalah. Jangan ngomel-ngomel tidak tahu apa yang kita omeli. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment