KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, September 13, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 10 SEPTEMBER 2020




IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 10 SEPTEMBER 2020

KITAB RUT
(Seri: 109)

Subtema: KASIH KARUNIA BAGI ORANG MISKIN DAN ORANG ASING

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena rahmat-Nya dan kasih karunia-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Dua tangan TUHAN yang berkuasa telah menghimpunkan kita dari berbagai-bagai tempat untuk berada di tengah-tengah Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci ini.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada; salam persekutuan, salam di dalam kasih Kristus. Biarlah damai sejahtera memerintah di hati kita masing-masing.
Selanjutnya, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kemurahan hati TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga kita beribadah dengan tidak percuma, tidak sia-sia kepada TUHAN, baik segala pengorbanan, tenaga, pikiran, waktu yang sudah kita persembahkan tidak menjadi percuma, tidak menjadi sia-sia, sehingga nama TUHAN dipermuliakan, ibadah ini menjadi korban dan persembahan, bahkan dupa yang berbau harum mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang; nama TUHAN dipermuliakan.

Segera saja kita memperhatikan KITAB RUT, sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab. Kita sudah mengakhiri Rut 2:1-23 pada minggu yang lalu.
Dalam susunan Tabernakel;
-      Rut 2 terkena pada Pelita Emas; itu merupakan kegiatan Rut di ladang Boas rohani, itulah TUHAN Yesus Kristus. Jika kita sekarang berada dalam kegiatan rohani, dalam susunan Tabernakel terkena pada pelita emas; terang, menjadi kesaksian.
-        Rut 1 terkena pada Pintu Kemah; berarti, kepenuhan Roh-El Kudus. Sebagaimana Naomi dan Rut, menantunya itu, akhirnya kembali ke Betlehem, Efrata, dan pada saat mereka kembali ke Betlehem, mereka disambut oleh perempuan-perempuan; hal ini terkena pada Pintu Kemah; kepenuhan Roh-El Kudus. Sedangkan Orpa kembali ke Moab, kembali ke negertinya, artinya; kembali menyembah berhala, kembali kepada kenajisan dari pada bangsa kafir, berarti di luar pintu kemah = tertinggal, diinjak-injak oleh antikris.

Sekarang, kita akan memasuki Rut 3. Kesimpulan dari Rut 3 ini menceritakan tentang Rut dan Boas di tempat pengirikan. Bila dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena pada Meja Roti Sajian. Artinya, persekutuan yang mendalam dengan Yesus, Anak Allah, lewat pengajaran Firman Allah dan perjamuan suci.
Singkatnya: Persekutuan kita (manusia) dengan pengajaran Firman Allah, itu jelas terkait dengan hati manusia, seperti meja dengan roti sajian -- maka disebutlah meja dengan roti sajian --.

Marilah kita ikuti pemberitaan firman ini perlahan-lahan supaya kita memperoleh hikmat dari sorga, sehingga dengan hikmat itu kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap kita beribadah, dalam setiap kita melayani pekerjaan TUHAN.

Amsal 3:1
(3:1) Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku,

Anak-anak TUHAN jangan melupakan ajaran TUHAN; oleh sebab itu, biarlah Firman TUHAN itu dipelihara dengan baik di dalam hati kita masing-masing. Pendeknya: Hati manusia harus menjadi tempatnya Firman TUHAN, supaya firman itu terpelihara dengan baik.

Lalu, kita lanjutkan pada Amsal 7:1-3.
Amsal 7:1
(7:1) Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu.

Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku ...” Berpeganglah pada perkataan TUHAN, jangan berpegang pada perkataan yang jahat dan perkataan yang tidak suci. Sekali lagi saya sampaikan: Berpegang teguhlah pada Firman TUHAN.
Selanjutnya “... simpanlah perintahku dalam hatimu” Jadi, setelah berpegang pada Firman TUHAN, selanjutnya simpan firman itu di dalam hati kita masing-masing. Ingatlah akan hal itu.

Amsal 7:2-3
(7:2) Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. (7:3) Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu.

Mengapa harus berpegang pada ajaran TUHAN? Jawabnya adalah supaya kita hidup. Kalau manusia tanpa firman, itu bukanlah hidup; tetapi kalau manusia hidup, ia harus berpegang kepada firman, supaya hidup.
Jika manusia tanpa firman, maka ia seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput; suatu kali nanti rumput akan gugur, kemuliaannya juga akan lenyap, tetapi Firman TUHAN kekal sampai selama-lamanya, itulah hidup. Kalau hidup untuk binasa, itu bukanlah hidup, tetapi hidup sampai kepada Yerusalem Baru, itulah hidup, karena sifatnya kekal.
Oleh sebab itu, bersama-sama kita harus memelihara, bersama-sama kita harus menyimpan firman itu seperti biji mata dipelihara dengan baik. Kemudian, tambatkanlah semuanya itu, ikatkanlah semuanya itu pada jarimu. Setelah ditambatkan pada 10 (sepuluh) jari, barulah selanjutnya dituliskan pada loh hati.

10 (sepuluh) jari ini bagaikan 10 (sepuluh) ucapan bahagia di atas bukit; semuanya kasih karunia. Biarlah kita menambatkan Firman TUHAN itu di dalam 10 (sepuluh) jari ini, bagaikan ucapan Yesus di bukit sebagai 10 (sepuluh) ucapan bahagia kepada murid-murid, supaya kita berbahagia; sesudah itu, biarlah firman itu ditulis pada loh hati.

2 Korintus 3:3
(3:3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.

Biarlah kehidupan kita menjadi surat Kristus (surat pujian) yang dapat dibaca dan yang dapat dikenal oleh setiap orang, disebut juga surat yang terbuka; itu menandakan bahwa firman itu teleh dimeteraikan oleh Roh Kudus di dalam loh-loh daging kita, ditukik di dalam hati kita masing-masing.
Kalau firman itu sudah mendarah daging, dimeteraikan oleh Roh Kudus, ditukik di hati kita masing-masing, itu artinya kita sudah menjadi surat Kristus, surat pujian yang dapat dibaca dan dikenal oleh setiap orang. Baik perkataan kita semua dapat dilihat, dapat dibaca, dapat dikenal oleh semua orang, demikian juga pergerakan (perbuatan) kita dapat dilihat, dapat dikenal, dapat dibaca oleh setiap orang. Intinya; kita menjadi surat yang terbuka, menjadi kesaksian, menjadi contoh teladan, baik perkataan maupun perbuatan; dan itu adalah tanda bahwa kita senantiasa menikmati pelayanan Roh, bukan pelayanan tubuh. Pelayanan tubuh itu adalah ibadah yang dijalankan secara lahiriah atau rutinitas, atau disebut juga ibadah Taurat; firman itu tidak mendarah daging.

Kalau hanya menangis setelah mendengar firman, tetapi firman yang didengar tidak difollow-up, tidak ditindak lanjuti, itulah yang disebut dengan pelayanan tubuh. Sementara pelayanan Roh, berarti firman itu sudah dimeteraikan (dituliskan) oleh Roh Kudus pada loh-loh daging, ditukik pada hati kita masing-masing; itulah tanda bahwa kita sudah menjadi surat Kristus (surat pujian) sehingga dapat dibaca, baik perkataan dapat dibaca, baik perbuatan gerak-gerik sekecil apapun dapat dibaca manusia apalagi TUHAN.

HAL YANG HARUS KITA PERHATIKAN:
Amsal 7:2
(7:2) Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu.

Berpeganglah pada perintah TUHAN, maka jaminannya adalah kita hidup sampai selama-lamanya, karena firman itu hidup, maka kita hidup.
Kemudian, yang harus kita perhatikan dari ayat 2 ini adalah: “simpanlah ajaranku seperti biji matamu” Artinya, sejauh mana kita memperhatikan Firman Allah di dalam hati kita, sejauh itulah TUHAN memelihara hidup kita; terpelihara seperti biji mata TUHAN.
Sejauh mana kita memelihara Firman TUHAN di dalam hati ini, sejauh itulah TUHAN memelihara kehidupan kita, seperti biji mata yang terpelihara. Tidak ada biji mata yang dibiarkan dimasuki oleh serbuk sedikitpun, apalagi selumbar; oleh sebab itulah, TUHAN akan memelihara kehidupan kita sama seperti biji mata dipelihara dengan baik dan sempurna.

Rut 2:17
(2:17) Maka ia memungut di ladang sampai petang; lalu ia mengirik yang dipungutnya itu, dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya.

Rut mengirik jelai yang dipungutnya dari ladang Boas, ada kira-kira satu efa jelai banyaknya. Artinya, oleh karena kelimpahan Firman Allah, hidup Rut terpelihara seperti biji mata TUHAN.

Kalau kita bandingkan dengan bangsa Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun; mereka dipelihara oleh TUHAN dengan roti, yang disebut dengan manna. Setiap orang akan mengumpulkan manna itu satu gomer tiap-tiap orang, setiap hari, selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun; TUHAN pelihara dengan satu gomer saja. Adapun segomer ialah sepersepuluh efa, sesuai dengan Keluaran 16:36.
Kesimpulannya: Satu berbanding sepuluh (1/10), itu adalah kasih karunia Allah atau kemurahan hati TUHAN.

Jadi, kalau Rut mengirik jelai yang dipungutnya dari ladang Boas, dengan hasilnya ada kira-kira satu efa, jelas itu adalah kemurahan bagi Rut, yang adalah bangsa Moab, bangsa kafir. Sebagaimana dengan kisah perempuan Siro-Fenesia atau perempuan Kanaan yang juga merupakan bangsa kafir, dia bukan bangsa Israel, sehingga ia digambarkan seperti anjing, namun juga akhirnya beroleh kemurahan, beroleh kasih karunia, karena pada akhirnya anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya; itu adalah kemurahan, satu efa.

Mari kita lihat CONTOH KEMURAHAN bagi bangsa kafir, yang bukan bangsa Israel -- seperti kita yang adalah bangsa Indonesia, bukan bangsa kafir, bukan bangsa yang bersunat --.
Imamat 19:9-10
(19:9) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. (19:10) Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.

Suatu peraturan dan ketentuan yang berlaku di Israel pada waktu menuai hasil di ladang, yakni:
1.       Janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya.
2.       Janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu.
3.       Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya.
4.       Buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut.
Mengapa TUHAN berikan peraturan ini? Mengapa peraturan ini berlaku bagi bangsa Israel? Jawabnya ialah karena semuanya itu adalah bagian orang miskin dan orang asing. TUHAN sangat memperhatikan orang miskin dan orang asing.

Terlebih dahulu kita memperhatikan: Bukti bahwa TUHAN memperhatikan ORANG MISKIN.
Yesus rela menjadi miskin supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya atau salib-Nya. Pendeknya; TUHAN sangat memperhatikan orang yang lemah lembut dan rendah hati, sebagai gambaran dari orang-orang yang menyangkal dirinya dan memikul salibnya. Jadi, jangan kita ragu untuk kena mengena dengan salib Kristus di tengah ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan ini; jangan kita ragu untuk memikul salib Kristus.

2 Korintus 8:9
(8:9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus ...” Kamu telah mengenal kasih karunia. Kamu telah mengenal kemurahan. Kamu telah mengenal anugerah. Kamu telah mengenal tentang yang tidak layak menjadi layak. Kamu telah mengenal kasih karunia TUHAN atau kemurahan TUHAN kita, Yesus Kristus.

Oleh karena kita, Ia rela menjadi miskin, sekalipun sebenarnya Ia kaya. Tujuannya ialah sipaya kehidupan manusia yang miskin ini menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya, oleh karena sengsara-Nya di atas kayu salib. Jadi, kita mengenal kasih karunia atau kemurahan hati TUHAN, jelas dari salib, bukan dari berkat-berkat jasmani, itu hanya bonus saja.
Kita mengenal kasih karunia, karena kita rela memikul salib, sehingga yang miskin menjadi kaya. Sama seperti Yesus Kristus; Dia yang kaya rela menjadi miskin, rela meninggalkan Bapa-Nya, rela meninggalkan rumah-Nya di sorga, rela meninggalkan segala kekayaan yang ada di dalam Kerajaan Sorga, Dia turun ke dunia ini dan mati di atas kayu salib, supaya kehidupan kita yang berdosa, supaya kehidupan yang miskin ini menjadi kaya oleh karena salib.
Jadi, manusia, setiap orang, tidak akan mengenal kasih karunia kalau dia tidak mau memikul salib, dia tidak akan mengerti tentang kemurahan.

Saya memperhatikan di antara sidang jemaat; kalau dia tidak mau memikul salib, dia tidak akan pernah mengenal kemurahan sekalipun dia sudah ditolong TUHAN, sekalipun dia sudah diberkati oleh TUHAN. Ada beberapa orang yang saya lihat; sudah diberkati, tetapi tetap tidak mengenal kasih karunia, mengapa? Karena tidak mau memikul salibnya.
Sekali lagi saya sampaikan: Manusia mengenal kasih karunia karena ia mau memikul salibnya. Tetapi ingat; orang yang memikul salib, orang yang rela miskin akan menjadi kaya oleh karena salib. Ingatlah; janji firman “ya” dan “amin”, suatu kali kelak akan tergenapi cepat atau lambat, tergantung sejauh mana seseorang menyerah pada pembukaan firman, tergantung sejauh mana kita mau memikul salib.

Dengan demikian, kita telah mengenal kasih karunia TUHAN kita, Yesus Kristus, bukan? Jangan sampai kita tidak mengenal kasih karunia. Oleh sebab itu, jangan kita heran dengan sengsara salib. Kita memang harus terhubung langsung dengan salib, harus kena mengena dengan salib, tidak boleh menyingkir, supaya kita mengenal kasih karunia.

Kita awali PELAYANAN KASIH, dari ayat 1-2.
2 Korintus 8:1-2
(8:1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (8:2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

Saudara-saudaraku yang terkasih dalam Kristus Yesus, perhatikanlah ini dengan sunguh-sungguh: Kasih karunia dianugerahkan, dinyatakan, diberikan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap”, jangan menangis karena penderitaan, tetapi menangislah karena dosa. Kalau rohani kanak-kanak, ia akan menangis karena tidak punya uang, tetapi tidak menangis karena dosanya yang banyak itu; itu masih kanak-kanak, belum mengerti apa-apa.

Jemaat di Makedonia ini limpah dengan kasih karunia TUHAN, limpah dengan kemurahan hati TUHAN, kaya dengan kasih karunia TUHAN, sebagai bukti:
YANG PERTAMA: “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap.”
Jadi, dalam tekanan, dalam penderitaan, dalam pergumulan, sukacita mereka tetap meluap. Tidak ada air mata, tidak cengeng ketika tidak makan, tidak cengeng ketika tidak punya uang, tidak cengeng kalau pun harus memikul salib dan menderita oleh salib, tidak cengeng karena aniaya karena firman. Apa itu aniaya karena firman? Contohnya; karena aturan firman, kita harus mengembalikan sepersepuluh; karena aturan firman, kita harus mempersembahkan persembahan khusus; tidak cengeng karena aturan firman.
Tetapi Yesus berkata kepada ibu Maria: “janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu” Jangan tangisi sengsara salib, jangan tangisi Yesus yang disalib, tetapi tangisi diri kita, tangisi dosa-dosa yang kita perbuat.
YANG KEDUA: “Meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.
Miskin -- berarti tidak punya apa-apa --, tetapi kaya dalam kemurahan hati.

Itulah jemaat di Makedonia; mereka limpah kasih karunia. Sungguh, mereka mengenal kasih karunia.
Ada satu pujian: “Aku t’lah mengenal kasih karunia-Mu ... Dia kaya rela jadi miskin, supaya aku jadi kaya. Hosana, Hosana, bagi Yesus, Allahku. Hosana, Hosana, bagi Yesus, TUHANku.

Kita lanjut memperhatikan ayat 3-5.
2 Korintus 8:3-5
(8:3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (8:4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (8:5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.

Jemaat-jemaat di Makedonia ini betul-betul telah mengenal kasih karunia Allah, sebab mereka memberi melampaui kemampuan mereka atau memberi di luar kemampuan, memberi dari kekurangan, bukan memberi dari kelimpahan. Kalau memberi dari kelimpahan, semua orang bisa melakukannya, bahkan orang kaya yang tidak tergembala pun bisa memberi. Kalau memberi dari kelimpahan, orang di luar TUHAN pun bisa melakukannya, tetapi bukan seperti itu yang TUHAN mau, melainkan betul-betul supaya kehidupan kita ini, supaya hidup rohani kita ini sama seperti jemaat di Makedonia yang limpah kasih karunia dan betul-betul sudah mengenal kasih karunia, yaitu memberi dari kekurangan di dalam pelayanan kasih, bahkan mereka memberi lebih banyak dari pada yang diharapkan oleh rasul-rasul.

Bayangkan, sama seperti kisah seorang janda yang miskin di dalam Markus 12. Semua ahli Taurat, orang Farisi memberi dari segala kelimpahannya, tetapi rupanya TUHAN melihat dan memperhatikan semua persembahan-persembahan itu. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Akhirnya, Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Janda miskin memberikan dua peser, yaitu satu duit; dia memberikan dari segala kekurangannya, berbeda dengan orang banyak yang memberi dengan jumlah yang besar, mereka memberi dari segala kelimpahan. Orang yang hidup di luar TUHAN pun bisa melakukan hal seperti itu; jadi, jangan heran, kalau kita memberi karena “ada”, semua orang pun bisa. Tetapi yang TUHAN mau adalah supaya mata kita tercelik dan betul-betul melihat kasih karunia, mengenal kasih karunia dengan jelas.
Dengan pengertian yang kita miliki ini, maka kita dapat menyenangkan hati TUHAN di tengah-tengah ibadah dan pelayanan; kalau tidak, maka tidak akan pernah menyenangkan hati TUHAN selain menyenangkan daging dan di sekitar daging.

Sekali lagi saya sampaikan: Jemaat di Makedonia ini memberi lebih banyak dari yang diharapkan oleh rasul-rasul. Kemudian, mereka tidak hanya memberikan harta mereka, mereka tidak hanya mempersembahkan harta mereka sebagai korban persembahan, tetapi ternyata juga memberikan diri mereka atau hidup mereka, dengan kata lain; mengabdikan diri atau menyerahkan diri mereka pertama-tama kepada Allah, kemudian kepada rasul, hamba-hamba TUHAN.
Jadi, ternyata, bukan hanya harta saja yang mereka persembahkan kepada TUHAN, tetapi mereka juga mempersembahkan diri mereka pertama-tama untuk TUHAN, kemudian mengabdikan diri kepada rasul-rasul (hamba TUHAN). Sekali waktu, kalau saudara memperhatikan pekerjaan  TUHAN di pastori, itu memang merupakan Firman TUHAN; biarlah kiranya itu diperhatikan dengan baik.

Segala sesuatu yang diperbuat oleh jemaat di Makedonia di hadapan TUHAN ini , kalau dikaitkan dengan TAHBISAN atau penobatan imam-imam atau pengangkatan pelayan TUHAN, jelas itu terkena pada domba jantan yang pertama.

Keluaran 29:1
(29:1) "Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku: Ambillah seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela,

Untuk penobatan, untuk tahbisan imam-imam, TUHAN menuntut dan menentukan 3 (tiga) ekor korban binatang, yaitu: 1 (satu) ekor lembu jantan muda dan 2 (dua) ekor domba jantan yang tidak bercela (tidak bercacat).
Jadi, ada 2 (dua) ekor domba jantan, tetapi yang kita lihat adalah domba jantan yang pertama, karena itu terkait dengan penyerahan dari jemaat di Makedonia.

Kita akan melihat DOMBA JANTAN YANG PERTAMA.
Keluaran 29:15-18
(29:15) Kemudian haruslah kauambil domba jantan yang satu, lalu haruslah Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala domba jantan itu. (29:16) Haruslah kausembelih domba jantan itu dan kauambillah darahnya dan kausiramkan pada mezbah sekelilingnya. (29:17) Haruslah kaupotong-potong domba jantan itu menurut bagian-bagian tertentu, kaubasuhlah isi perutnya dan betis-betisnya dan kautaruh itu di atas potongan-potongannya dan di atas kepalanya. (29:18) Kemudian haruslah kaubakar seluruh domba jantan itu di atas mezbah; itulah korban bakaran, suatu persembahan yang harum bagi TUHAN, yakni suatu korban api-apian bagi TUHAN.

Kemudian haruslah kauambil domba jantan yang satu, lalu haruslah Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala domba jantan itu. Saat pengangkatan atau tahbisan imam, terlebih dahulu menaruh dua tangan di atas kepala domba jantan itu, itu merupakan gambaran dari persekutuan kita dengan Kristus dan korban-Nya.
Jadi, seorang imam harus bersekutu dengan korban, tidak boleh melayani sesuka hati tanpa korban. Itu sebabnya, berkali-kali saya sampaikan: “Ayo, periksa dulu hati masing-masing; mau melayani TUHAN atau tidak? Kalau belum ada persekutuan dengan korban, terserah, ambil keputusan; mau lanjut melayani atau sebagai sidang jemaat saja dulu, silahkan”. Seorang imam harus ada persekutuan dengan Kristus, sebagai Kepala, dan korban-Nya.

Haruslah kausembelih domba jantan itu dan kauambillah darahnya dan kausiramkan pada mezbah sekelilingnya. Artinya; untuk melayani, seorang imam (pelayan Tuhan) harus rela menjadi korban untuk orang lain, untuk sidang jemaat di tengah ibadah dan pelayanan ini.

Inti dari pembacaan Keluaran 29:15-18, korban domba jantan yang pertama ialah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, sebab binatang domba jantan pertama itu seluruhnya harus dibakar di atas Mezbah Korban Bakaran dari kepala sampai ekor, bahkan isi perut dan betisnya -- sesudah dibersihkan -- pun harus dibakar sampai habis; itulah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, sebab semua daging dari domba jantan yang pertama itu -- dari kepala sampai ekornya -- dibakar sampai hangus di atas Mezbah Korban Bakaran, dan menjadi korban api-apian yang baunya sampai ke hadirat TUHAN.
Dibakar sampai hangus, itulah penyerahan diri sepenuhnya dari seorang imam untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi taat kepada pemikirannya, bukan lagi taat kepada kepentingannya, bukan lagi taat kepada kehendak manusia dan kehendak sidang jemaat, tetap taat kepada kehendak Allah. Jadi, dibakar sampai hangus, menjadi korban api-apian yang baunya sampai hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah.

Seringkali kita membawa korban namun hanya untuk menyenangkan hati manusia, tetapi kalau kita membawa korban domba jantan yang pertama, maka semuanya dibakar sampai hangus sebagai korban api-apian, dan baunya sampai ke hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah. Tidak ada yang bisa menghalangi, bahkan malaikat pun tidak ada yang bisa menghalangi, apapun tidak bisa menghalangi, sampai menembusi takhta Allah; itulah yang terjadi, jikalau berada dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, sampai hangus.
Termasuk perut dan betis, sesudah dibasuh juga harus dibakar di atas Mezbah Korban Bakaran.
-          Isi perut à Bagian dalam, bagian yang terbaik, itulah manusia batiniah. Kalau tubuh bisa saja terlihat baik, tetapi belum tentu manusia dalam (manusia batinnya). Jadi, isi perut, itulah bagian yang terbaik, manusia batiniah, itu juga dibakar habis.
-          Betis à Perjalanan rohani kita juga dibakar sampai habis. Setelah kita mengikuti Yesus, setelah kita menjadi imam, maka perjalanan rohani kita ke depan harus dibakar sampai hangus.
Camkanlah apa yang sudah TUHAN nyatakan bagi kita, terkhusus bagi yang sudah melayani TUHAN; sungguh-sungguh.

Itulah penyerahan diri, pengabdian diri dari jemaat di Makedonia ini, yang kalau dikaitkan dengan “tahbisan” terkena pada domba jantan yang pertama.
Pengertian sorgawi yang turun ke bumi, itulah yang mengubah karakter kita, bukan? Jadi, tidak perlu saya katakan: “Ayo, sungguh-sungguh”, sebab pengertian sorgawi itu yang akan mengbahkan karakter kita.

Kita kembali membaca 2 Korintus 8.
2 Korintus 8:4
(8:4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.

Penyerahan diri sepenuh untuk tata kepada kehendak Allah harus dengan segala kerelaan hati, bukan dengan paksaan. Seperti jemaat di Makedonia; mereka mendesak Rasul-rasul supaya mereka mendapat bagian di dalam hal memikul salib, di dalam hal berkorban, mulai dari berkorban uang, berkorban materi, juga berkorban di dalam hal; pengabdian diri pertama-tama kepada TUHAN, selanjutnya kepada rasul-rasul (hamba-hamba TUHAN), baik tenaga, pikiran, waktu, dan lain sebagainya; semuanya itu dengan segala kerelaan, bukan dengan keterpaksaan. Kalau melayani, jangan dengan terpaksa. Kalau berkorban, jangan dengan tepaksa.

2 Korintus 8:5
(8:5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.

Pengabdian itu pertama-tama mereka tujukan kepada Allah, barulah kepada hamba-hamba TUHAN. Hal ini harus kita pahami.

2 Korintus 8:6-8
(8:6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (8:7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, -- dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami -- demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8:8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.

Pengorbanan di dalam pelayanan kasih, bukanlah sebagai perintah, dan kita mengerjakan hal itu pun bukan karena aturan-aturan yang ada sehingga seseorang berkorban di dalam pekerjaan TUHAN, melainkan dengan ketulusan hatinya, dengan segala keikhlasan hatinya, bukan karena keterpaksaan.
Jadi, apa yang sudah dinyatakan oleh Rasul Paulus adalah untuk dilaksanakan bukan dengan keterpaksaan, tetapi dengan segala keikhlasan.

Biarlah kita fokus memperhatikan Firman TUHAN, tidak ada artinya yang lain-lain. Toh juga yang lain-lain, itulah yang jahat, yang najis, kalau kita pikirkan di dalam hati, itu semua tidak ada artinya, dan itu sudah terbukti. Tetapi kalau kita fokus sampai firman itu mendarah daging, maka itulah yang memelihara hidup. Jadi, bijaksanalah.

Sekali lagi saya sampaikan: Pengorbanan di dalam pelayanan kasih bukanlah sebagai perintah, bukan juga karena aturan-aturan yang ada -- maksudnya; karena ada aturan, lalu kita ikuti, barulah kita berkorban -- di dalam melayani pekerjaan TUHAN, melainkan dengan ketulusan hati, keikhlasan hati, bukan dengan keterpaksaaan.
Biarlah kita semakin dewasa dan semakin bijaksana dengan pengertian yang sudah kita terima ini. Oleh sebab itu, lawan pengertian yang tidak sesuai dengan firman. Berpeganglah pada firman, supaya kita dipelihara oleh TUHAN.

2 Korintus 8:10-11
(8:10) Inilah pendapatku tentang hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang sudah sejak tahun yang lalu kamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikannya juga. (8:11) Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu.

Dalam ayat ini dikatakan; untuk pelayanan kasih itu, bagi yang berkorban sudah dilaksanakan dari sejak satu tahun yang lalu. Demikian juga tidak lama lagi kita akan melaksanakan agenda tahunan kita, yakni Kebaktian Natal Persekutuan: Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), yang jika TUHAN izinkan akan diselenggarakan pada tanggal 28-29 Desember 2020, selama 2 (dua) hari, dengan 3 (tiga) sesi Kebaktian. Kiranya hal itu kita kerjakan, kita laksanakan samapi dengan selesai.
Namun di dalam menyelesaikan pelaksanaan itu, perlu diperhatikan dua hal:
1.       Dilaksanakan sepadan dengan kerelaan hati kita masing-masing.
2.       Melakukannya berdasarkan apa yang ada pada kita.
TUHAN tidak memaksa; kita memberikan, kita berkorban sesuai (sepadan) dengan apa yang kita punya, TUHAN tidak otoriter; oleh sebab itu, harus dengan kerelaan hati.

Itulah tentang TUHAN mengasihi orang miskin, di mana pada akhirnya jemaat di Makedonia menjadi kaya oleh karena kemiskinan TUHAN, karena salib. Jemaat Makedonia mengenal kasih karunia karena Salib; yang miskin menjadi kaya.
Itulah bertitik tolak dari “satu efa” jelai yang dipungut di ladang Boas. Saat ini kita sedang berada di ladang Boas rohani, itulah TUHAN Yesus Kristus. Setelah Rut mengirik yang dipungutnya, hasilnya ialah satu efa. Sementara bangsa Israel dipelihara dengan manna selama 40 (empat puluh) tahun hanya dengan satu gomer setiap hari tiap-tiap orang. Ukuran satu gomer ialah sepersepuluh efa; jadi, satu banding sepuluh (1:10), itu adalah kemurahan bagi Rut, bagi gereja bangsa kafir -- kita ini adalah bangsa Indonesia, bangsa kafir --.
Kalau sampai malam ini kita boleh menikmati kelimpahan pembukaan firman (hikmat sorgawi), itu adalah kemurahan. Kalau sudah betul-betul dalam kemurahan yang sempurna, maka nanti bangsa Israel cemburu. Oleh sebab itu, dimulai dari kita, yang adalah bangsa kafir.

Sekarang kita akan memperhatikan: Bukti bahwa TUHAN memperhatikan ORANG ASING.
Ulangan 24:17-18
(24:17) Janganlah engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim; juga janganlah engkau mengambil pakaian seorang janda menjadi gadai. (24:18) Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu, dari sana; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini.

Di sini kita melihat suatu peraturan yang berlaku di Israel, yaitu: Janganlah memperkosa atau mengambil dengan paksa hak orang asing.
Mengapa peraturan ini diberlakukan? Alasannya adalah sebab bangsa Israel pernah menjadi orang asing atau pendatang di Mesir. Kalau kita pernah merasa sakit ketika dipukul, maka jangan kita memukul orang lain; rasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Ulangan 24:19
(24:19) Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda -- supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu.

Kemudian, pada saat musim menuai di ladang, lalu terlupa (tertinggal) seberkas di ladang, aturannya adalah; janganlah kembali ke ladang untuk mengambilnya. Kalau sudah terlupa, kalau sudah ketinggalan seberkas di ladang, jangan kembali lagi untuk mengambilnya; itu adalah aturan yang berlaku di Israel. Mengapa demikian? Sebab itu merupakan bagian dari orang asing atau bagian dari orang pendatang.

Manfaat bila aturan ini dilakukan (dikerjakan) ialah maka segala pekerjaan kita di muka bumi ini akan diberkati oleh TUHAN. Apapun jenis pekerjaan kita -- tentunya pekerjaan yang positif --, maka pekerjaan itu diberkati TUHAN. Jangan lihat “aku bekerja di perusahaan kecil. dia bekerja di perusahaan besar”, tetapi kalau kita betul-betul melakukan apa yang menjadi aturan ini, yaitu melupakan seberkas yang ketinggalan di ladang, jelas TUHAN berkata: “TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu.
Apapun yang dikerjakan oleh tangan ini akan diberkati oleh TUHAN. Jadi, jangan lihat perusahaan kecil atau perusahaan besar, tetapi ukurannya adalah aturan firman yang kita dengar dan kita lakukan; diberkati. Lepaskan pengertian yang lama, ikuti aturan firman, maka pekerjaan diberkati. Aminkan firman malam ini.

Pendeknya: Melupakan atau tidak menuntut kembali segala sesuatu yang kita berikan, manfaatnya ialah pekerjaan atau segala sesuatu yang kita kerjakan diberkati oleh TUHAN. Apa yang kita berikan, biarlah itu kita lupakan begitu saja, tidak usah dituntut kembali, maka balasannya adalah segala pekerjaan kita diberkati oleh TUHAN.

Ulangan 24:20
(24:20) Apabila engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda.

Apabila engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau memeriksa cabang yang lain sekali lagi walaupun memang ada hasilnya di situ, karena itu merupakan bagian dari orang asing.

Dari pohon zaitun yang dipukul-pukul, hasilnya boleh dipetik, tetapi dari dahan (cabang) pohon zaitun itu, dilarang untuk memeriksanya kembali. Mengapa aturan ini ada? Sebab itu adalah bagian dari orang asing.
Biarlah “yang pokoknya” saja yang menjadi bagian kita; Yesus adalah pokoknya dan kita adalah rantingnya. Biarlah yang menjadi bagian kita adalah TUHAN Yesus saja.

Ulangan 24:21-22
(24:21) Apabila engkau mengumpulkan hasil kebun anggurmu, janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda. (24:22) Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini."

Kemudian, ketika mengumpulkan hasil kebun anggur di ladang, dilarang mengadakan pemetikan untuk yang kedua kalinya. Jadi, kalau sudah menuai hasil pertama, jangan lagi dipetik untuk yang kedua kalinya, karena itu merupakan bagian dari orang asing, hak bagi orang asing.
Mengapa TUHAN keluarkan aturan itu? Karena pada ayat 22, TUHAN berkata: “Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini”. Karena itu merupakan bagian orang asing, sebagaimana bangsa Israel juga pernah menjadi orang asing atau pendatang di tanah Mesir, diperbudak di tanah Mesir.

Terkait dengan ORANG ASING atau pendatang, hal itu diperlukan kesadaran yang tinggi, kesadaran yang matang. Kalau kita hidup di luar TUHAN, tidaklah mudah untuk menyadari diri atau memperhatikan orang asing. Itu sebabnya, setiap kali TUHAN memberi aturan ini, TUHAN akhiri dengan kalimat: “Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir”, artinya; harus menyadari diri.
Jadi, kalau berbicara tentang orang asing, diperlukan kesadaran yang tinggi. Jangan lupa asal usul kita, jangan lupa bahwa kita ini adalah orang berdosa yang pernah diperbudak oleh dosa; oleh sebab itu, diperlukan kesadaran yang tinggi. Berbeda dengan orang tidak sadar; ia selalu merasa diri benar, merasa selalu berkorban, tetapi tidak ada korbannya. Orang yang sadar; biar sudah berbuat, tetapi terus merasa kurang kurang dan kurang untuk berkorban.

Soal KESADARAN YANG TINGGI, kalau dikaitkan dengan orang asing, bisa kita temukan dalam Keluaran 23:9.
Keluaran 23:9
(23:9) Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.

Orang asing janganlah kamu tekan, jangan ditindas, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang asing. Bukankah orang Israel mengenal jiwa orang asing, jiwa pendatang? Mengapa? Karena mereka pernah diperbudak di Mesir, di tanah asing, maka mereka pasti mengenal jiwa orang asing.

Jangan tekan orang asing dan pendatang, sebab orang Israel sendiri mengenal jiwa orang asing, karena mereka pernah menjadi orang asing di Mesir dan mereka diperbudak dengan kerja paksa sampai memahitkan hati mereka. Itulah jiwa orang asing ketika ditekan; sampai memahitkan hati mereka.
Jadi, kalau kita pernah merasakan mengalami pengalaman yang pahit, maka jangan kita tekan orang lain supaya mereka juga jangan mengalami kepahitan. Seringkali kita mau yang enak bagi daging walaupun itu dosa, tetapi ketika melihat kekurangan orang langsung kita hakimi, tidak terima dengan kekurangan orang.

Itu sebabnya, saya katakan: kalau berbicara tentang hak orang asing, diperlukan kesadaran tinggi. Kita harus mengenal orang asing; kalau ditekan akan mengalami kepahitan sampai memahitkan hati mereka. Dan kita pun sebetulnya pendatang di bumi ini, kita ini adalah orang asing di bumi ini. Sebab sebetulnya, pada awalnya, TUHAN menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, kemudian TUHAN menciptakan manusia dari seonggok tanah liat yang dibentuk oleh dua tangan TUHAN -- kita adalah tanah liat, dan TUHAN adalah penjunan --. Kita dibentuk sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Lalu sesudah manusia itu dibentuk, dan perempuan juga dibentuk dari tulang rusuk Adam, lalu TUHAN menempatkan di taman Eden, tetapi karena mereka jatuh dalam dosa karena melanggar hukum Allah, akhirnya mereka menjadi telanjang, terlihatlah banyak kekurangan-kekurangan, sama artinya; merusak gambar dan rupa Allah. Dan oleh karena itulah, TUHAN mengusir mereka dari taman Eden, bagaikan kita sekarang terlempar di bumi ini sebagai pendatang, sebagai orang asing. Maka, kalau berbicara tentang “orang asing”, diperlukan kesadaran yang tinggi.
Dewasalah, bijaksanalah. Kalau kita sudah mendapatkan hikmat pembukaan firman, kita harus semakin dewasa oleh pengertian semacam ini.

Mazmur 103:14
(103:14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu

Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu tanah. Hal ini menunjukkan bahwa TUHAN itu setia.

Ibrani 11:13
(11:13) Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.

Kita harus menyadari bahwa kita adalah orang asing, bahwa kita adalah pendatang di bumi ini; kita harus menyadari hal itu.
Kalau berbicara tentang “orang asing”, berbicara tentang “pendatang”, maka diperlukan kesadaran yang tinggi. Jangan sampai kita yang adalah orang asing atau pendatang yang sudah diperbudak oleh dosa, baik itu dosa kejahatan maupun tipu daya kenajisan, namun tidak menyadari diri sebagai orang asing, tidak menyadari diri sebagai debu tanah yang hina karena dosa. Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran yang tinggi.

Ibrani 11:14
(11:14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.

Kalau seseorang menyadari diri sebagai orang asing atau memiliki kesadaran yang tinggi, tandanya adalah rindu mencari suatu tanah air. Mengapa ada kerinduan dari kesadaran yang tinggi sebagai orang asing untuk mencari suatu tanah air? Karena selama kita tinggal di bumi ini dan mendiami kemah tubuh ini, kita akan selalu mengalami banyak penderitaan, banyak pergumulan-pergumulan, banyak tekanan-tekanan karena banyaknya penderitaan yang kita alami, tertekan karena penderitaan.
Selama kita tinggal di kemah tubuh ini, selama kita tinggal di rumah bumi ini, kita akan mengalami banyak tekanan karena banyaknya pergumulan penderitaan, maka kalau kita betul-betul sadar sebagai orang asing, sebagai pendatang, sebagai orang yang banyak dosa ini, tentu saja rindu tanah air.

Ibrani 11:15
(11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.

Oleh sebab itu, tidak boleh terlena di atas muka bumi ini, apalagi menikmati dosa. Kalau kita diberkati, puji TUHAN; kalau kita limpah dengan kemurahan TUHAN, puji TUHAN; tetapi tidak boleh terlena di bumi ini, harus kembali ke tanah air sorgaw, itulah tingkat kesadaran yang tinggi. Tetapi kalau tidak sadar, ia pasti akan berfoya-foya dengan kekayaannya; kalau tidak sadar, ia menikmati dosa kejahatannya; kalau tidak sadar, ia menikmati kenajisannya.
Sekali lagi saya sampaikan: Tidak boleh terlena di bumi ini, kita harus kembali ke tempat asal, di mana Adam dan Hawa ditempatkan.

Ibrani 11:16
(11:16) Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.

Mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Inilah tingkat kesadaran yang tinggi, yaitu menyadari diri sebagai orang asing, merindukan satu tanah air, itulah tanah air sorgawi.
Siapa yang menyadari dirinya sebagai orang asing, sebagai pendatang yang banyak dosanya? Saya masih banyak dosanya, saya belum sempurna; itu sebabnya, saya merindukan satu tanah air, itulah tanah air sorgawi.

Tetapi, hal yang ajaib, hal yang heran, hal yang luar biasa dinyatakan di sini: “Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka”. Allah tidak malu disebut Allah bagi orang asing, Allah tidak malu disebut Allah bagi pendatang; ini adalah sesuatu yang heran, sesuatu yang ajaib, sesuatu yang luar biasa, ini adalah kemurahan yang dialami oleh orang asing di bumi ini.
Mengapa Allah tidak malu disebut Allah bagi orang asing, apa buktinya? “Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka” Allah telah mempersiapkan sebuah kota tanpa malam -- itulah Yerusalem Baru -- bagi yang menyadari diri sebagai orang asing, yang memiliki kesadaran tingkat tinggi bahwa dia adalah orang asing dan pendatang.
Kalau tidak menyadari diri sebagai orang asing, maka seseorang hanya sibuk di dunia ini, sibuk berbuat dosa, sibuk menikmati dosa, terlena di bumi, tidak ingat dengan asal usul, tidak mau kembali kepada tanah air sorgawi.

Untuk apa seseorang memiliki harta, memiliki seisi dunia ini kalau ia harus kehilangan nyawanya. Maka, tentu saja, kita harus menyadari bahwa kita adalah orang asing, apa buktinya? Merindukan satu tanah air, yaitu tanah air sorgawi; tidak terlena dengan menikmati dosa kejahatan dan dosa kenajisan di bumi ini.
Oleh sebab itu, penderitaan kita di tengah ibadah dan pelayanan ini tidak sebanding dengan kebahagiaan yang akan kita terima di sorga.

Kita bersyukur, sebagaimana jemaat di Makedonia telah mengenal kasih karunia, betul-betul mengenal kasih karunia.
Efesus 2:13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.

Yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
-          Yang dahulu “jauh” à Bangsa kafir.
-          Sudah menjadi “dekat”, itulah bangsa Israel.
Kalau bangsa kafir menyatu dengan bangsa Israel, jelas itu karena darah salib Kristus, jelas itu oleh karena kasih karunia; menjadi satu kawanan, satu warga Kerajaan Sorga.

Efesus 2:18-19
(2:18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,

Kalau kita menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, itu jelas karena kasih karunia, itulah “satu efa” jelai yang dikumpulkan oleh Rut ladang Boas, itulah kemurahan.

Tentu saja kita bersyukur, kalau akhirnya kita bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, jelas itu karena kasih karunia, darah salib Kristus, kemurahan hati TUHAN.
Banyak orang Kristen tidak mengerti tentang “kemurahan”, apa buktinya? Kalau dia mendapat berkat jasmani (lahiriah), dia bahagia, tetapi kalau dia mendengarkan pembukaan Firman TUHAN, dia tidak bahagia, dia tidak mengenal kasih karunia. Bahagia kalau ada motor baru, rumah baru, itu tidak salah, tetapi rasanya jauh lebih bahagia kalau kita mengenal kasih karunia dengan baik.
Bijaksanalah, supaya kita bukan Kristen-kristenan, tetapi betul-betul di dalam kasih karunia, anugerah Allah, itulah “satu efa”.

Jadi, kita bukan lagi orang asing dan pendatang oleh karena darah Kristus, kasih karunia TUHAN, sama seperti Rut sebagai orang asing dan pendatang, ia mengumpulkan jelai di ladang Boas, lalu mengiriknya, dan hasil pengirikan itu ada kira-kira satu efa.

HAL YANG HARUS DIKETAHUI.
Rut 3 berbicara tentang Rut berada di pengirikan bersama dengan Boas, dalam susunan Tabernakel terkena pada Meja Roti Sajian; meja tersaji dengan 12 (dua belas) ketul roti yang diatur menjadi dua susun.

Imamat 24:6
(24:6) engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.

12 (dua belas) ketul roti diatur di atas meja dari emas murni; dua susun, enam buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu. Artinya, untuk menjadi tempatnya Firman Allah, hati kita sudah terlebih dahulu harus suci dan murni. Emas à Kesucian dan kemurnian.

Kita kembali memperhatikan KEMURNIAN RUT.
Rut 2:2-3
(2:2) Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." (2:3) Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

Rut menyampaikan permohonannya untuk pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati, lalu Naomi pun mengizinkan permohonan Rut, menantunya itu. Dan setibanya di ladang, ia pun memungut jelai di belakang penyabit-penyabit, tepat (sesuai) dengan perkataannya kepada Naomi.
Namun, tanpa dia sadari, ternyata Rut itu berada di ladang Boas, yang notabene adalah kaum Elimelekh. Rut tidak pernah tahu sebelumnya kalau tempat ia menuai jelai adalah ladangnya Boas, kaum kerabat Elimelekh, suami Naomi yang mati itu; Rut tidak sadari itu.

-    Pada ayat 2, Rut pamitan (permisi) kepada Naomi untuk bekerja di ladang orang yang murah hati di belakang penyabit-penyabit.
-        Pada ayat 3, Rut melakukannya tepat seperti yang dia katakan kepada Naomi, mertuanya.
Ada kalanya ketika seseorang diizinkan melakukan sesuatu, ia justru tidak melakukan sesuai yang dimohonkannya, tetapi Rut tidak demikian; Rut melakukan tepat seperti yang dia mohonkan kepada Naomi. Tetapi tanda dia sadari, Rut berada di ladang Boas, kerabat Elimelekh yang mati itu, suami dari pada Naomi.

Intinya: TUHAN menuntun langkah-langkah Rut sehingga ia sampai di ladang Boas, sebab TUHAN melihat dan mengenal betul kesucian dan kemurnian hati Rut. Kalau akhirnya Rut diberi kesempatan untuk mengumpulkan jelai dan ia mengirik yang dikumpulkan, yaitu satu efa, itu karena TUHAN melihat kesucian hati Rut, karena TUHAN melihat kemurnian hati Rut, yang layak menjadi tempatnya roti sajian.
Tidak ada sesuatu yang kebetulan di atas muka bumi ini. Menurut saya, kata “kebetulan” di dalam ayat 3 ini, hal itu bersifat hukum Taurat, karena sifatnya lahiriah, “kebetulan.” Tetapi kalau hukum kasih karunia; jika kita berada di suatu daerah, berada di suatu tempat, tidak akan kebetulan. Jadi, kata “kebetulan” ini bukan salah, melainkan ini betul Taurat, lahiriahnya. Tetapi kalau ada hamba TUHAN yang berbeda dengan pendapat saya, saya tidak paksakan, tetapi inilah menurut saya.

Jadi, TUHAN yang menuntun langkah-langkah Rut, dan tidak ada yang kebetulan di dalam tuntunan TUHAN dalam diri seorang anak TUHAN, karena TUHAN sudah melihat kesucian hati Rut, TUHAN sudah terlebih dahulu melihat kemurnian hati Rut yang layak untuk menjadi meja roti sajian -- meja yang dilapisi dengan emas murni --, layak untuk menjadi 12 (dua belas) ketul roti yang tersaji di atasnya.
Saudara pun ada di tempat ini, bukan karena kebetulan. TUHAN yang menuntun langkah-langkah kita, TUHAN mengenal kesucian hati kita, TUHAN mengenal kemurnian hati kita masing-masing.

Rut 3 ini, dari ayat 1-18, dibagi menjadi dua bagian atau dua kisah:
1.       Rut 3:1-7, Rut berada di bawah kaki Boas.
2.       Rut 3:8-14, Rut memohon agar Boas menjadi penebusnya.
Untuk dua perkara ini, kita akan ikut dalam study di minggu yang akan datang, jika TUHAN izinkan. Marilah kita terus berdoa supaya TUHAN kembali melawat dan memberkati hidup rohani kita sama seperti Rut. Perhatikan kesucian di hati. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman;
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang





No comments:

Post a Comment