KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, September 16, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 13 SEPTEMBER 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 13 SEPTEMBER 2020


WAHYU PASAL 12
(Seri: 22)

Subtema: IBADAH SORGA ATAU IBADAH BUMI DAN LAUT?

Shalom.
Pertama-tama, biarlah segala puji dan segala hormat hanya bagi Dia, dan selayaknyalah Dia ditinggikan diagungkan di atas muka bumi ini.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan hamba-hamba TUHAN yang terkasih; bapak, ibu, saudara, saudari yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada; salam persekutuan, salam di dalam kasih Kristus, damai sejahtera Kristus memerintah senantiasa di dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Dan selanjutnya, kita mohonkan kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN kembali membukakan firman-Nya bagi kita di sore ini, kembali menyatakan isi hati-Nya dalam kehidupan kita masing-masing, supaya kita mengerti apa yang menjadi kehendak TUHAN, supaya kita mengerti rencana-rencana TUHAN di ujung perjalanan rohani kita boleh bertemu kelak bersama-sama dengan Dia, itulah sasaran akhir dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini.

Segera kita kembali memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU PASAL 12. Sekarang kita akan memperhatikan Wahyu 12:12.
Wahyu 12:12
(12:12) Karena itu bersukacitalah,  hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya,  celakalah kamu, hai bumi dan laut!  karena Iblis telah turun kepadamu,  dalam geramnya yang dahsyat,  karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."

Dari pembacaan ayat ini, kita dapat melihat satu perkara yang bersifat kontradiksi, sebab;
-          Pada satu sisi: “bersukacitalah sorga dan mereka yang diam di dalamnya.” Saat ini kita berada di takhta Allah, di mana suasana sorga ada di tengah-tengah takhta Allah lewat Ibadah Raya Minggu, itu adalah kemurahan bagi kita semua. Kebahagiaan kita lebih dari kebahagiaan orang-orang yang ada di luar ibadah.
-          Namun pada sisi yang lain: “celakalah bumi dan laut.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa ada perkara yang bersifat kontradiksi -- pada satu sisi ada kebahagiaan di sorga dan orang-orang yang diam di dalamnya merasakan kebahagiaan itu, kemudian pada sisi yang lain; celakalah bumi dan laut --?
Jawabnya adalah sebab naga besar itu, yang disebut juga Iblis atau Satan, serta para malaikat-malaikatnya, telah dikalahkan. Mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga, mereka telah dilemparkan ke bumi, mereka telah dilemparkan ke bawah.

Kemudian, di sini dikatakan: “Karena ia (Iblis) tahu, bahwa waktunya sudah singkat.” Berarti, di hari-hari terakhir ini, Iblis atau Satan akan bekerja keras dan berusaha untuk menyeret dan menjatuhkan anak-anak TUHAN dalam jumlah yang sangat besar, karena ia tidak mau sendirian di dalam api neraka.
Waktu yang tersisa ini tinggal sedikit; oleh sebab itu, jangan disalahgunakan. Namun waktu yang tersisa ini harus dipergunakan sebaik mungkin, seoptimal mungkin, seefisien mungkin, jangan berfoya-foya pada siang hari, jangan bermain-main lagi dalam dosa kejahatan dan dosa kenajisan. Pergunakanlah waktu yang singkat ini. Mengapa? Karena Iblis tahu bahwa waktunya sudah singkat.

Oleh sebab itu, masing-masing kita harus memeriksa ibadah kita dengan benar. Ibadah itu tidak boleh dikerjakan dengan asal-asalan, sebab ibadah yang kita jalankan sekarang di bumi ini menyangkut (sangat menentukan) masa depan kita, supaya kelak tidak ada penyesalan di kemudian hari.  Semoga, kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Sekarang, timbul pertanyaan bagi kita: Apakah ibadah kita di bumi ini sudah berada pada puncaknya -- atau yang disebut dengan ibadah yang tertinggi -- ? Yang pasti, ibadah kita di bumi ini harus masuk dalam ukuran TUHAN.
Jadi, ibadah itu tidak boleh dikerjakan dengan asal-asalan; ibadah itu harus berada pada puncaknya; ibadah itu harus berada pada tempat (kedudukan) yang tertinggi, sebab ibadah kita di bumi ini diukur oleh TUHAN. Ibadah kita di bumi ini tidak dapat diukur oleh siapapun, ibadah kita di bumi ini tidak diukur oleh seorang pendeta, tidak bisa diukur oleh seorang hamba TUHAN, tidak bisa diukur oleh gembala sidang, tidak bisa diukur oleh keahlian dan ilmu pengertian (pengetahuan) di bumi. Ibadah kita harus diukur oleh TUHAN.

Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Yang masuk dalam ukuran TUHAN ialah:
1.      Bait Suci Allah à Gereja yang sempurna atau sidang mempelai TUHAN; inilah yang diukur oleh TUHAN.
2.      Mezbah à Pelayanan yang terhubung langsung dengan sengsara salib. Jadi, orang yang melayani TUHAN harus terhubung langsung dengan sengsara salib; rela di dalam hal berkorban, itulah seorang pelayan TUHAN, itulah yang diukur oleh TUHAN.
3.      Mereka yang beribadah di dalamnya. Jadi, yang diukur adalah ibadah. Jelas, ibadah yang dimaksud di sini ialah ibadah yang sudah berada pada puncaknya, bukan lagi ibadah yang dikerjakan dengan asal-asalan (bukan asal-asalan beribadah). Tidak sedikit orang Kristen asal-asalan mengerjakan ibadahnya (ibadahnya asal-asalan). Kalau hanya asal beribadah saja, maka ibadah itu tidak memberi jaminan, tetapi ibadah yang memberi jaminan harus membawa kehidupan rohani kita sampai berada pada puncaknya.

Inilah yang masuk dalam ukuran TUHAN. Jadi, bukan diukur oleh manusia dan pengertian manusia, termasuk tidak bisa diukur oleh hamba TUHAN, tidak bisa diukur oleh gembala sidang.

Jadi, ibadah di bumi jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena pada tiga macam alat yang ada di dalam Ruangan Maha Suci:
1.      Meja Roti Sajian à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci = IMAN.
2.      Pelita Emas à Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu, disertai dengan kesaksian -- seperti ibadah yang kita jalankan sore ini; Ibadah Raya Minggu, Ibadah Kesaksian Roh, Ibadah Pelita Emas = PENGHARAPAN. Tetapi, tidak berhenti hanya sebatas iman dan pengharapan, lanjut kepada alat yang ketiga ...
3.      Mezbah dupa à Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = KASIH.

Berarti, puncak dari ibadah adalah doa penyembahan; berada dalam kasih Allah yang besar, kasih Allah yang sempurna. Tetapi, kebanyakan orang Kristen hanya mengerti Ibadah (Kebaktian) Minggu, padahal itu baru kesaksian Roh (pengharapan), itu belum puncak ibadah. Puncak ibadah adalah alat yang ketiga, yaitu Mezbah Dupa, menunjuk kepada; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan (kasih).
Khusus imam-imam yang melayani TUHAN harus tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok. Tetapi bukan saja imam-imam, untuk kepentingan keselamatan jiwa, ibadah kita di bumi ini sudah seharusnya berada pada puncaknya; jadi, bukan untuk imam-imam saja. Sekali lagi saya sampaikan: Untuk keselamatan jiwa kita, maka ibadah yang kita kerjakan di bumi ini sudah seharusnya berada pada puncak ibadah, itulah doa penyembahan.

Kita lihat LEBIH RINCI dalam 1 Korintus 13.
1 Korintus 13:8
(13:8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

Ingat; Kasih tidak berkesudahan. Sebaliknya, nubuat firman dari seorang nabi suatu kali nanti akan berakhir di bumi ini. Kemudian, bahasa roh juga akan berhenti, tetapi kasih tidak berkesudahan.
Oleh sebab itu, ibadah ini tidak boleh dikerjakan asal-asalan, atau saya balik; tidak boleh asal-asalan beribadah. Tidak sedikit orang Kristen beribadah asal-asalan, yang penting masuk gereja; padahal, itu belum ukuran. Tetapi ibadah itu harus memuncak sampai kepada doa penyembahan = kasih tidak berkesudahan.

Nubuatan firman suatu kali nanti akan berhenti, diawali dari aniaya antikris. Kemudian juga bahasa roh akan berhenti; ibadah dan pelayanan (kegiatan roh) akan berhenti, tepatnya pada saat masa aniaya antikris yang berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini. Antikris disebut juga dengan pembinasa keji, sebab mereka akan menghentikan korban sehari-hari, yakni; 1) Korban Sembelihan, 2) korban Santapan.

1 dan 2 Korintus ini adalah tulisan Rasul Paulus yang dinyatakan langsung kepada jemaat di Korintus. Namun, lewat pembaca firman TUHAN malam ini, surat yang dikirim oleh Rasul Paulus juga ditujukan kepada kita karena kita juga turut membaca firman yang ditulis kepada jemaat di Korintus ini.
Rasul Paulus menulis itu sesuai dengan apa yang dia lihat ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, dalam 2 Korintus 12. Kemudian, ia tuliskan kembali kepada jemaat di Ibrani.

Mari kita melihat Ibrani 9.
Ibrani 9:1
(9:1) Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.

Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah.” Ibadah Taurat, ibadah kemah yang pertama yang dibangun oleh Musa, memang juga ada peraturan-peraturan ibadahnya. Di bumi ini kita menjalankan ibadah, juga ada peraturan-peraturan ibadahnya. Jadi, tidak boleh asal-asalan beribadah atau ibadah asal-asalan.

Ibrani 9:2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,

Peraturan-peraturan dalam ibadah:
Pada RUANGAN SUCI atau kemah yang pertama terdapat:
1.      Kaki dian emas (Pelita Emas) à Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu, yang disertai dengan kesaksian Roh = Penuh dengan Roh = Pengharapan.
2.      Meja Roti Sajian à Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci = Penuh dengan Firman = Iman.
Tadi kita sudah melihat; Peraturan di bumi, itulah Tabernakel Musa, sebetulnya 3 (tiga) alat itu ada di dalam kemah yang pertama (Ruangan Suci), yaitu:
1.      Meja Roti Sajian.
2.      Pelita Emas.
3.      Mezbah Dupa.
Tetapi, ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, yang disebut juga Firdaus, yakni; RUANGAN MAHA SUCI, di situlah dia melihat perkara-perkara itu, sehingga apa yang dia lihat, dia tuliskan kepada jemaat di Ibrani, di mana pada kemah yang pertama hanya terdapat 2 (dua) alat, itulah Kaki Dian Emas dan Meja Roti Sajian.

Kemudian, Rasul Paulus melihat cawan dupa emas (pembakaran ukupan emas) sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci, bukan hanya Tabut Perjanjian. Jadi, ada 2 (dua) perkara di dalam Ruangan Maha Suci, atau kemah yang kedua itu, yaitu:
1.      Mezbah pembakaran ukupan dari emas, itulah doa penyembahan.
2.      Tabut Perjanjian.

Pertanyaannya: Apakah yang dilihat oleh Rasul Paulus BERTOLAK BELAKANG dengan apa yang dilihat oleh Musa di gunung Sinai? Jawabnya: TIDAK. Lalu, perkara apa yang ada di dalam Ruangan Maha Suci? Itulah cawan emas yang berisi dengan kemenyan, itulah doa penyembahan dari anak-anak TUHAN, itulah puncak ibadah.
Sementara dua ibadah yang lain, yaitu;
1.      Ibadah Pendalaman Alkitab; penuh dengan firman= iman, itu akan berakhir di bumi.
2.      Ibadah Raya Minggu; kepenuhan Roh Kudus= pengharapan, itu akan berakhir di bumi.
Tetapi kasih Allah tidak berkesudahan, itulah doa penyembahan.

Itu sebabnya, mau tidak mau, kita harus mengerjakan ibadah di bumi ini tidak boleh dengan asal-asalan. Ibadah itu harus sampai ke puncaknya, jangan kita mengerjakan ibadah ini secara liturgis, hanya setor muka supaya kelihatan beribadah (asal-asalan), ibadah semacam ini tidak sampai kepada penyembahan.
Oleh sebab itu, pikirkan masa depan, jangan pendek cara berpikir. Pikirkan masa depan, jangan kita menyesal di kemudian hari nanti, seperti penyesalan orang kaya; sementara Lazarus berada di pangkuan Abraham, dan orang kaya itu ada di alam maut, dalam keadaan kepanasan. Ketika orang kaya itu ingin keluar dari situ, namun tidak bisa; itu adalah penyesalan yang tiada tara. Jangan kita mengerjakan ibadah asal-asalan supaya jangan menyesal di kemudian hari.

Saya sebagai seorang suami harus bertanggung jawab dalam ibadah saya. Saya tidak bisa menyelamatkan isteri dan anak saya, tetapi saya harus bertanggung jawab dengan ibadah saya. Kiranya, dengan ibadah yang saya tanggungjawabi ini, isteri dan anak saya melihat ibadah saya, dan mengikut, dan juga berada pada puncak ibadah.

Pendeknya: Dua ibadah yang lain tinggal di bumi, berakhir di bumi. Nubuatan akan berakhir, bahasa roh akan berakhir; berakhir di bumi, tidak sampai dibawa masuk ke sorga. Jadi dengan demikian, puncak ibadah kita adalah doa penyembahan.

Dengan demikian, kita dapat menarik kesimpulan: Puncak ibadah kita di bumi ini adalah doa penyembahan. Jadi, bukan Kebaktian Minggu seperti pengertian kebanyakan orang Kristen, melainkan doa penyembahan. Kalau saudara ingin mendapatkan keselamatan, berada di tempat yang tinggi, ayo, ikuti doa penyembahan. Jangan hanya Kebaktian Minggu saja, sebab itu belum sempurna.
-          Ibadah Pendalaman Alkitab = Nubuatan akan berakhir.
-          Ibadah (Kebaktian) Minggu = Bahasa roh akan berhenti.
Tetapi doa penyembahan kekal sampai selama-lamanya, itulah kasih yang tidak berkesudahan. Doa penyembahan merupakan puncak ibadah.

Tentu saja kita bersyukur dengan pengertian yang kita peroleh sore hari ini. Pengertian ini harus dipertahankan, dipegang teguh, dipelihara supaya kita terpelihara seperti biji mata. Jangan mau digeser oleh pengertian-pengertian yang tidak jelas, ibadah-ibadah yang tidak jelas yang sudah disesatkan oleh Iblis atau Satan.

Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Asap dupa kemenyan itu naik di hadirat TUHAN. Jadi, sudah sangat jelas; yang naik sampai ke takhta Allah itulah doa penyembahan. Nubuatan berakhir, Ibadah Pendalaman Alkitab berakhir; bahasa roh, Ibadah Raya Minggu, akan berhenti; tetapi doa penyembahan naik sampai ke hadirat Allah.

Semua perkara kalau dilempar ke atas akan jatuh ke bawah; hanya satu perkara yang lepas dari daya tarik bumi, yaitu asap dupa kemenyan, itulah doa penyembahan.
Seseorang bisa saja penuh dengan firman, namun tetap saja masih ada keinginannya; seseorang bisa saja penuh dengan Roh Kudus (berbahasa roh), tetapi bisa saja masih ada keinginan dagingnya, pendeknya masih dikuasai oleh daya tarik bumi; sedangkan asap dupa kemenyan, itulah doa penyembahan, kehidupan rohani yang sudah berada pada tingkat doa penyembahan, lepas dari daya tarik bumi.

Kita lihat sebagai GAMBARANNYA yang sudah dikerjakan oleh Imam Besar tadi. Di sini dikatakan: “Seorang malaikat lain”, ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pendupaan emas, itu tidak lain tidak bukan, itulah pribadi Yesus Kristus, Dialah Imam Besar, yang telah mengadakan pendamaian dosa, sekaligus memimpin ibadah kita, memimpin doa penyembahan kita untuk selanjutnya dibawa sampai ke hadirat Allah/takhta Allah.

Sebagai bukti.
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.

Kira-kira jam 3 (tiga), berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Itulah yang terjadi ketika Yesus mati di atas kayu salib; Dia menanggung penderitaan seorang diri saja. Memang, orang yang menanggung penderitaan seringkali merasa diabaikan, ditinggalkan, tidak ada yang peduli lagi; memang itu yang harus kita alami untuk membawa kita sampai ke tingkat doa penyembahan. Jadi, saudara jangan minder, jangan kecil hati, jangan larut dalam dukacita; tidak usah. Jangan menangis karena tidak punya uang; jangan menangis karena banyak penderitaan, tetapi menangislah kalau masih terdapat banyak dosa (menangisi dosanya).

Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Jadi, doa penyembahan, seruan Yesus, itulah doa penyahutan-Nya kepada Allah Bapa: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Sesudah doa penyahutan itu, lalu Ia “menyerahkan nyawa-Nya.”
Jadi, penyembahan itu artinya; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi taat kepada keinginan daging, bukan lagi taat kepada perkara dunia, tetapi penyembahan itu setara dengan penyerahan diri sepenuh untuk taat hanya kepada kehendak Allah, tidak yang lain.
Itulah penyembahan yang sudah dikerjakan oleh malaikat yang kuat itu, itulah Imam Besar Agung yang kita syukuri sore ini, yang memimpin hidup kita sampai dibawa menembusi takhta Allah. Lewat doa penyembahan, kehidupan rohani kita, ibadah kita dibawa sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.

Lihat, ketika kita berada dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah ...
Matius 27:51
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

“Lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah ...” Setelah Dia menyerahkan diri-Nya sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, maka tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
Tabir Bait Suci terbelah bukan dalam bentuk horizontal; jika terbelah dua dengan bentuk horizontal, berarti masih ada penghambat jalan dari atas dan bawah. Tetapi tabir Bait Suci itu terbelah dua dari atas sampai ke bawah; itu berbicara tentang perobekan daging, dengan lain kata; sudah robek dagingnya, sudah terpisah dari daging, sudah dirobek segala daging dari atas kepala sampai ke bawah (sampai kaki). Itulah penyerahan diri, berarti; tabiat daging sudah dirobek, tidak lagi hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging, itulah doa penyembahan.

Menyembah itu memang berlutut, tetapi jika menyembah tanpa penyerahan diri, itu hanya sekedar berlutut. Jadi, tanda dari penyembahan adalah ada di dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, apa buktinya? Tabiat daging sudah dirobek, sudah lepas dari tabiat-tabiat daging. Itulah penyembahan, itulah penyerahan diri Yesus sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah Bapa.

Kembali saya sampaikan: Pada ayat 51 tadi, ciri dari penyerahan diri adalah tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah = perobekan daging, dengan lain kata; sudah terpisah dari tabiat-tabiat daging.
Sehingga, lewat Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, sekarang kita dapat memahami betul tentang ibadah yang diukur oleh TUHAN, bukan? Jadi, kalau ibadah itu diukur, berarti ukurannya adalah menurut ukuran TUHAN, berarti; sampai kepada penyembahan. Ada hamba Tuhan yang mengklaim dirinya dan jemaatnya sudah berada di tempat Maha Kudus, tetapi ia sendiri tidak memahami tentang puncak ibadah.

Sebaliknya, kalau ibadah itu diukur dengan, YANG PERTAMA: Berkat-berkat.
Misalnya; usahanya diberkati, pekerjaannya diberkati, bisnisnya diberkati, kemudian ekonominya, keuangannya diberkati, semua diberkati, itu tidak salah; memang, orang yang beribadah pasti diberkati, tetapi itu belum menjadi ukuran.

Sedikit saya tambahkan: Jangan mau lagi disesatkan oleh kekeliruan hamba-hamba TUHAN, karena sasaran kita adalah Kerajaan Sorga, supaya kita boleh mengalami kebahagiaan di sana selama-lamanya bersama dengan Dia. Oleh sebab itu, mari kita lihat apa yang terjadi jika ibadah diukur dengan berkat.

CONTOH ibadah yang diukur dengan berkat:
Wahyu 13:1
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.

Binatang yang keluar dari dalam laut à Antikris.
Kemudian, adapun wujud binatang itu ialah;
-          Bertanduk sepuluh,
-          Berkepala tujuh,
-          Di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota.

Wahyu 13:16-18
(13:16) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, (13:17) dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. (13:18) Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

Lihat, antikris itu menyebabkan sehingga kepada semua orang -- kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba -- diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, diberi cap meterai 666 (enam ratus enam puluh enam), itulah meterai dari antikris.
Kemudian, kegunaan (manfaat) dari cap meterai ini ialah mereka bebas menjual dan membeli. Berbeda dengan orang yang tidak ada cap di tangan kanan atau di dahi mereka; tidak diberi kesempatan untuk bebas menjual, tidak diberi kesempatan untuk bebas membeli.

Kesimpulannya: Roh antikris adalah roh jual beli. Berarti, memberi keuntungan dalam ekonomi, dalam keuangan, itulah roh jual beli, itulah roh antikris. Itulah ibadah kalau hanya sebatas “diberkati”; ekonominya diberkati oleh karena roh jual beli (roh antikris), keuangannya diberkati oleh karena roh jual beli (roh antikris), segalanya diberkati karena roh jual beli.
Apakah ibadah kita hanya sebatas roh jual beli? Apakah ibadah kita hanya sebatas diberkati? Tentu tidak. Walaupun setiap orang yang beribadah pasti diberkati, tetapi sasaran ibadah bukanlah berkat, melainkan harus berada pada puncak ibadah.

Tadi kita sudah melihat, wujud dari antikris ialah:
-          Bertanduk sepuluh,
-          Berkepala tujuh,
-          Di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota.

Langsung saja kita melihat ROH ANTIKRIS ini di dalam Wahyu 17.
Wahyu 17:3-4
(17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk. (17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.

Di sini kita melihat: Binatang yang mempunyai 7 (tujuh) kepala dan 10 (sepuluh) tanduk ditunggangi oleh seorang perempuan, itulah roh antikris.
Apa tandanya binatang ini ditunggangi oleh roh antikris? Di tangan perempuan itu ada cawan yang berisi penuh dengan 2 (dua) hal;
1.      Kekejian.
2.      Kenajisan percabulannya.

PRAKTEK KEKEJIAN -- sesuai Daniel 12 -- ialah meniadakan 2 (dua) hal:
1.      Meniadakan korban sembelihan = Mengecilkan derajat dari ibadah pelayanan, sebab yang terpenting baginya hanyalah “diberkati” saja, yang utama baginya adalah berkat-berkat lahiriah -- usahanya diberkati, keuangannya diberkati, ekonominya diberkati, semuanya diberkati --.
2.      Meniadakan korban santapan = Mengecilkan derajat Firman TUHAN. Jadi, derajat firman itu dikecilkan, derajat firman itu dianggap enteng, sebab yang terpenting baginya adalah diberkati usahanya, diberkati pekerjaannya, diberkati keuangannya, diberkati ekonominya, diberkati, diberkati, dan diberkati.
Itulah praktek kekejian; mengecilkan derajat ibadah dan pelayanan, sebab bagi dia yang terpenting adalah berkat lahiriah melimpah, dan orang semacam ini datang asal-asalan saja beribadah. Kemudian, ketika firman TUHAN disampaikan, bagi dia itu tidaklah penting, sebab yang penting bagi dia adalah uangnya diberkati, ekonominya diberkati, sehingga derajat firman yang disampaikan itu terlalu kecil bagi dia.
Ingat, dalam Amsal 28:9 dikatakan: “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.” Banyak orang Kristen berdoa: “TUHAN pulihkan nikah saya. TUHAN berkati keuangan saya”, tetapi tidak mau mendengar firman, maka doa semacam ini adalah kekejian. Saudara harus mengerti hal ini; jangan seperti Kristen-kristen ketinggalan zaman yang tidak mengerti apa-apa.

PRAKTEK KENAJISAN PERCABULANNYA.
Ibrani 12:16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.

Janganlah ada orang yang menjadi cabul, dengan lain kata; jangan ada orang yang dikuasai roh kenajisan percabulannya, sebab itu sama dengan nafsu rendah, keinginannya rendah sekali, sama seperti Esau. Jangan seperti Esau yang dikuasai oleh roh cabul, dikuasai oleh nafsu rendah
Mengapa dia disebut “nafsu rendah”, mengapa ia dikuasai roh kenajisan percabulannya? Sebab, Esau rela menjual hak kesulungannya, artinya; dia rela menjual ibadah dan pelayanannya demi sesuap nasi, demi semangkok kacang merah.

Banyak sekali orang Kristen yang berkata: “Kalau saya tidak kerja, dari mana saya punya uang? Kalau saya tidak kerja, dari mana saya bayar ini, bayar itu, beli ini, beli itu, biaya sekolah, biaya ini, biaya itu. Kalau saya ke gereja, tidak bekerja, dari mana saya makan? Isteri saya makan apa? Anak saya makan apa? Pakai apa beli susu untuk anak saya?
Itu adalah nafsu rendah; dikusai oleh kenajisan percabulannya, itulah yang menajiskan seseorang. Persis seperti apa yang saya katakan di atas tadi: mengecilkan derajat ibadah, dan mengecilkan derajat firman.

Perlu untuk diketahui:
-          Ibadah ini seharga dengan setetes darah salib Kristus. Kalau tidak ada darah, maka tidak ada ibadah. Berarti, seseorang tidak akan selamat kalau tidak ada ibadah.
-          Kemudian, firman yang kita terima, itu adalah pribadi Yesus.
Mana yang lebih mulia? Tetapi kenyataannya, banyak orang yang dikuasai kenajisan percabulannya, dikuasai nafsu rendah seperti Esau; mengecilkan nilai ibadah, mengecilkan nilai firman, sebab membesarkan perkara yang lahiriah.
Tetapi tidak sedikit orang mengukur ibadah hanya dengan berkat semacam ini; dia keliru, dia belum mengerti. Namun sore hari ini kita patut bersyukur, sebab lewat Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, kita dibawa sampai kepada ibadah yang tertinggi, itulah doa penyembahan untuk kita boleh menyerahkan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, maka terjadilah perobekan daging dari atas sampai ke bawah.

Ibrani 12:17
(12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.

Ketika Esau hendak menerima berkat yang satu itu, ketika ia mencari berkat yang satu itu, namun ia ditolak, mengapa? Karena tidak ada lagi kesempatan bagi dia untuk memperbaiki kelakuan.
Waktu yang tersisa tinggal sedikit; oleh sebab itu, gunakan sebaik mungkin. Jangan kita seperti Esau yang sibuk berburu daging. Ibadahnya hanya sebatas berkat, berkat, berkat dan berkat.

Kita kembali lagi melihat Wahyu 18:9.
Wahyu 18: 9
(18:9) Dan raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka melihat asap api yang membakarnya.

Raja-raja di bumi, itu jelas imamat rajani, orang yang sudah melayani TUHAN, hamba-hamba TUHAN di bumi.
Di sini kita melihat: Raja-raja di bumi berbuat cabul seperti Esau; berbuat cabul dengan perempuan Babel hanya karena kelimpahan, hanya karena soal berkat-berkat, sehingga nilai dari pada ibadah itu dikecilkan, nilai dari pada pemberitaan firman juga dikecilkan, dia rela berlaku cabul.

Tidak sedikit hamba TUHAN berlaku cabul (nafsu rendah) hanya karena kelimpahan, hanya karena uang, tetapi dia bungkus bahasa-bahasa rohani dengan kepandaiannya, dengan kelicikannya; saya yakin banyak hamba TUHAN semacam ini.
Ayo, saudara harus jujur; kalau tidak jujur (dusta), maka tidak masuk sorga. Biar hamba TUHAN pandai-pandai berbicara, tetapi kalau dibungkus dengan kelicikan, maka tidak masuk sorga.
Para pemirsa, anak-anak TUHAN yang saya kasihi, baik yang ada di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri, perhatikan pemberitaan firman ini. Memang sakit bagi daging untuk sesaat lamanya, tetapi lihat nanti hasilnya; kebahagiaan yang kita alami kelak tidak sebanding dengan penderitaan yang kita alami di bumi ini. Oleh sebab itu, ibadah jangan asal-asalan. Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar di hadapan TUHAN Yesus; jangan bermain-main lagi dalam nikah yang suci.

Jadi, kesimpulannya: Ibadah kalau diukur dengan berkat-berkat dan kelimpahan = Ibadah laut.
Tetapi kalau kita menjalankan ibadah laut, lihat konsekuensinya ialah dilemparkan ke dalam lautan api neraka sampai selama-lamanya.

Sekarang, kita akan melihat; kalau ibadah itu diukur dengan, YANG KEDUA: Mujizat.
Misalnya; hamba-hamba TUHAN sibuk mengadakan mujizat-mujizat kesembuhan, mengusir Setan, dan lain sebagainya; itu tidak salah. Memang itu harus terjadi di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Saya tidak anti dengan mujizat kesembuhan, saya juga tidak anti dengan mujizat berkat, tetapi percayalah; mujizat dan berkat itu akan mengikuti asal sungguh-sungguh beribadah, sungguh-sungguh melayani pekerjaan TUHAN, tidak asal-asal dalam mengerjakan ibadah di atas muka bumi ini.
Ingat; selagi masih ada kesempatan, gunakan dengan sebaik mungkin, sementara kesempatan yang masih tersisa tinggal sedikit. Waktu yang tersisa yang sedikit ini jangan dipergunakan untuk bermain-main seperti Esau, sehingga ketika dia kembali untuk mencari berkat yang satu itu, dia ditolak, karena tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki kelakuannya, tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat. Hari ini ada kesempatan untuk bertobat, maka bertobatlah.

Sekarang kita akan melihat, kalau ibadah itu diukur dengan, Yang Kedua: Mujizat.
Misalnya; hamba-hamba TUHAN sibuk dengan mujizat kesembuhan, mujizat mengusir Setan, dan lain sebagainya.
Kita akan memperhatikan Matius 7, dengan perikop “Hal Pengajaran Yang Sesat.” Kita harus tahu tentang pengajaran yang sesat; oleh sebab itu, jangan mau disesatkan. Kalau kita sudah tahu pengajaran yang sesat, jangan mau disesatkan hanya karena tidak suka memikul salib, padahal salib adalah tangga dari bumi ke sorga.
Kemarin, anak TUHAN dari Malaysia menghubungi saya. Dan oleh karena TUHAN sendiri yang menyatakan diri-Nya kepada ibu ini, lalu akhirnya ibu ini tergerak untuk mau digembalakan lewat internet; dia sudah menyatakan diri sebagai jemaat di Malaysia sana, “TUHAN Yesus memberkati anda di sana.” Masih banyak lagi anak-anak TUHAN yang belum menyatakan diri, tetapi terus mengikuti pemberitaan Firman TUHAN; ada yang dari Amerika Serikat, ada yang dari India, ada yang dari Belanda, ada yang dari Portugal, Malaysia, Singapura, bahkan negara Mozambik pun ada yang mengikuti, dan dari Libanon juga ada satu orang; tinggal kita menunggu kesaksian mereka satu per satu. Yang di Bandung juga terus mengikuti, yang di Jakarta juga terus mengikuti, tinggal kita menunggu kesaksian saudara-saudara kita yang ada di luar negeri ini.

Kita lihat Injil Matius 7:15
Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang di tengah-tengah ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan. Lihat, seperti apa nabi palsu itu? Nabi palsu = Serigala tetapi berbulu domba. Hati-hati, dengan penyamaran mereka. Bagaimana nabi-nabi palsu ini menyamar? Sebetulnya dia ini serigala, tetapi berbulu domba; mengapa penyamaran ini bisa terjadi?

Matius 7:21-23
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Bukan berarti kalau seseorang berseru dan menyebut: Tuhan, Tuhan!”, lantas masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tidak.
Contohnya: Pada hari terakhir, banyak hamba-hamba TUHAN berseru kepada TUHAN dan menyebut: “Tuhan, Tuhan”, dengan melakukan 3 (tiga) perkara:
1.      Bernubuat demi nama TUHAN.
2.      Mengusir setan demi nama TUHAN.
3.      Mengadakan banyak mujizat demi nama TUHAN.
Mereka melakukan 3 (tiga) perkara ajaib, semuanya demi nama TUHAN. Tetapi lihat, ada hal yang aneh ....
Pada ayat 23, kepada mereka yang melakukan 3 (tiga) perkara ajaib tadi, pada akhirnya, TUHAN berterus terang dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Mengapa TUHAN berkata demikian? Hal itu bisa dilihat dari pernyataan berikutnya: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

Mereka melakukan 3 (tiga) perkara ajaib demi nama TUHAN, tetapi disebut “pembuat kejahatan”? Kesimpulannya; kalau di tengah ibadah hanya sibuk mengadakan 3 (tiga) perkara tadi, sibuk mengadakan mujizat kesembuhan, sibuk mengadakan mujizat-mujizat yang lain, sibuk mengusir Setan, tetapi mengabaikan sengsara salib (aniaya karena firman), hamba TUHAN tidak mengajarkan tentang salib (kehendak Allah Bapa), tidak mengajarkan aniaya karena firman, maka disebutlah hamba TUHAN pembuat kejahatan.
Jadi, ukuran ibadah bukan mujizat kesembuhan, walaupun mujizat kesembuhan terjadi; hal ini harus saudara pahami dan ketahui. Sebenarnya, kalau sungguh-sungguh mendengar firman, dengan satu patah kata saja ayat Firman, langsung sembuh. Tidak perlu saya mengadakan demonstrasi-demonstrasi seperti mengadakan tumpang tangan di mana orang itu sakit, tumpang tangan di bagian apa orang itu mengalami sakit; tidak perlu. Satu patah kata saja, pasti sembuh.

Tetapi anehnya, hari-hari ini Setan memutarbalik fakta; kebenaran diputar balik di dalam rumah TUHAN, sehingga hamba-hamba TUHAN banyak sibuk hanya mengadakan sebatas mujizat-mujizat. Kalau hanya mengadakan mujizat kesembuhan saja, ya masih lumayan, tetapi justru yang terakhir di hari-hari ini; banyak hamba TUHAN sibuk membuat jemaatnya rubuh (tumbang), teler, sampai muntah-muntah, bahkan diajar ketawa-ketiwi. Bukankah itu adalah suatu kebodohan? Mereka hanya sibuk di situ saja.
Akhirnya, sekalipun mereka melakukan 3 (tiga) perkara ajaib tadi demi nama TUHAN, namun TUHAN berkata: “Aku tidak mengenal kamu”, lalu TUHAN berkata: “Kamu semua pembuat kejahatan.” Di mana letak kejahatannya?

Lebih jelas lagi kita perhatikan dalam ayat 21.
Matius 7:21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Yesus Anak Allah “Melakukan kehendak Allah Bapa yang di sorga”, itulah yang terpenting.
-          Sebagai seorang suami; pikul salibmu. Itu adalah kehendak Allah Bapa kepada seorang suami.
-          Sebagai seorang isteri; pikul salibmu. Itu adalah kehendak Allah Bapa kepada seorang isteri.
-          Sebagai seorang anak; pikul salibmu. Itu adalah kehendak Allah Bapa kepada seorang anak.
-    Sebagai seorang imam di tengah ibadah dan pelayanan; pikul salibmu, tanggung jawabi pelayananmu. Itu adalah kehendak Allah Bapa kepada seorang imam.
-          Sebagai seorang sidang jemaat; tanggung jawabmu banyak, tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok. Itu adalah kehendak Allah Bapa kepada seorang sidang jemaat.

Itulah kehendak Allah Bapa. Kalau hanya mujizat-mujizat, itu adalah karunia; tetapi siapa yang mau memikul salib? Siapa yang mau melakukan kehendak Allah Bapa, seperti Yesus melakukan kehendak Allah Bapa, memikul salib di atas bukit Golgota?
Jangan lagi disesatkan pikiran-pikiran ini oleh pengertian yang bodoh. Setiap hari gereja tumbang-tumbang, rubuh, dan teler serta muntah-muntah, hanya mengadakan mujizat saja, tetapi salib tidak diajarkan; maka banyaklah sidang jemaat yang disesatkan. Inilah yang saya kuatirkan sekarang; hati saya terbeban untuk memproklamirkan Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel sampai seantero dunia ini.

Saya juga berharap kepada anak-anak TUHAN, umat TUHAN, bahkan kalau saudara hamba TUHAN; ayo, belajar untuk menerima kebenaran yang hakiki. Ibadah tidak hanya sebatas diberkati, ibadah tidak hanya sebatas mengadakan mujizat di tengah ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini.

Kesimpulannya: Kalau ibadah diukur hanya sebatas mengadakan mujizat-mujizat, berarti sama dengan; ibadah bumi -- itulah binatang yang keluar dari dalam bumi --, bukan ibadah di sorga.

Mari kita lihat CONTOH di dalam Wahu 13:11.
Wahyu 13:11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.

Seekor binatang lain keluar dari dalam bumi, dengan wujud; bertanduk dua seperti anak domba -- seperti Yesus, Anak Domba --, tetapi lucunya, kalau dia berbicara persis seperti seekor naga, berarti itulah nabi palsu. Ibadah di bumi yang dikerjakan oleh nabi palsu adalah kepalsuan. Kalau ibadah hanya sebatas mengadakan mujizat, itu adalah ibadah palsu = ibadah bumi. Jadi, ibadah bumi itu adalah ibadah palsu.

Kita harus memiliki ketegasan mulai dari sekarang. Waktu yang tersisa tinggal sedikit; tidak boleh bermain-main lagi. Ayo, sebagai seorang suami perhatikanlah isteri dan anak-anakmu; mulai dari tanggung jawabi diri kita masing-masing. Sebagai isteri, kalau melihat kekurangan suami, tidak perlu ngomel, tetapi banyaklah berlutut di kaki Salib; itu adalah cara TUHAN supaya kita berada pada puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
Tidak usah menangis karena tidak punya beras, tetapi tangisilah dosa kita masing-masing. Maria menangis ketika melihat Yesus memikul salib, tetapi Yesus berkata: “Janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu.” Jangan tangisi salib, tetapi tangisilah dosa. Salib memang harus dipikul, dosa-lah yang harus disesali. Jangan nikmati dosa; tangisi dosa, sesali mulai dari sekarang; bertobat selagi ada kesempatan, supaya jangan menyesal di kemudian hari.

Jadi, kesimpulannya:
-          Ibadah laut berbicara soal berkat.
-          Ibadah bumi berbicara soal mujizat.
Keduanya tidak masuk dalam ukuran ibadah atau bukan puncak ibadah.

Mari kita lihat “binatang yang keluar dari dalam bumi”, itulah NABI-NABI PALSU.
Wahyu 13:12-13
(13:12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh. (13:13) Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang.

Jadi, sudah jelas, nabi palsu ini bisa mengadakan mujizat kesembuhan, tanda-tanda yang dahsyat, bahkan bisa menurunkan api dari langit ke bumi; namun itu bukan suatu ukuran bahwa ibadah kita sudah memuncak, bukan.
Ibadah di bumi belum memuncak, ibadah di laut juga belum memuncak; kesembuhan bukanlah puncak ibadah, mujizat bukanlah puncak ibadah. Sekalipun kita melihat ada seorang hamba TUHAN bisa menurunkan api dari langit ke bumi, namun bukan itu puncak ibadah, bukan; jangan kita mau dibodoh-bodohi.

Wahyu 13:14
(13:14) Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu.

Lewat penyesatan-penyesatan dari nabi-nabi palsu, akhirnya banyak orang disesatkan. Dan tanda kesesatan itu, akhirnya banyak orang menyembah patung binatang yang pertama, dengan lain kata; jatuh dalam penyembahan berhala.

Saya sangat bersyukur sekali memperoleh pengertian dari Allah dari sorga. Sekalipun kita ada di bumi, tetapi kita menjalankan ibadah dalam suasana di sorga; itu yang patut kita syukuri. Kita di bumi, tetapi kita tidak menjalankan ibadah di bumi; kita bumi, tetapi kita tidak menjalankan ibadah laut, singkatnya; tidak terikat dengan perkara-perkara duniawi.
Oleh sebab itu, biarlah kita mengerjakan ibadah ini sungguh-sungguh, tidak lagi dengan asal-asalan; ibadah bukan hanya setor muka, dengar firman bukan hanya asal-asalan, mengecilkan derajat firman, lebih mengutamakan hati, pikiran dan perasaan daging ini. Hati-hati dengan ibadah bumi dan ibadah laut.

Sekarang, kita akan melihat; AKIBAT MENJALANKAN IBADAH LAUT dan IBADAH BUMI.
Wahyu 12:12
(12:12) Karena itu bersukacitalah,  hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya,  celakalah kamu, hai bumi dan laut!  karena Iblis telah turun kepadamu,  dalam geramnya yang dahsyat,  karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."

Bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya. Ibadah yang sudah memuncak sampai ke sorga, itulah Ibadah Doa Penyembahan, biarlah berbahagia senantiasa; tidak usah kuatir bila tidak ada beras, atau mungkin saat ini sedang menghadapi ekonomi yang pas-pasan, namun tidak usah kuatir, sebab yang penting adalah kita menjalankan ibadah di bumi, tetapi bersuasanakan sorga, itulah ibadah yang memuncak kepada penyembahan.
Kalau ibadah sudah memuncak sampai kepada penyembahan, itulah penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, maka tidak perlu kuatir, sebab pemeliharaan TUHAN pasti terjadi dengan ajaib, asal sungguh-sunguh; dan hal itu sudah saya alami.

Celakalah kamu, hai bumi dan laut! Celakalah, hai kamu yang menjalankan ibadah laut dan ibadah bumi. Ibadah laut dan ibadah bumi adalah ibadah yang bersifat duniawi, bersifat di bawah, sama sekali tidak ada kaitannya dengan perkara di atas dan perkara di sorga -- seperti yang sudah saya jelaskan di atas tadi --. Akibatnya; ibadah bumi dan ibadah laut menampung Iblis turun kepadanya dalam geramnya yang dahsyat.
Tentu kita rugi, bukan? Hanya karena kekerasan hati lantas kita menjalankan ibadah laut; hanya karena kekerasan hati lantas kita menjalankan ibadah bumi, tetapi lihat akibatnya; Iblis turun dalam geramnya yang dahsyat. Dia sedang menampung, dia sedang membuat suatu wadah (tampungan) hanya untuk Iblis turun dengan geramnya yang dahsyat sekali.

Hal itu sudah terjadi sebetulnya dalam kehidupan kekristenan, tetapi tidak disadari. Lihat saja; ketika Iblis dengan suara yang lembut, kehidupan kita sudah sengsara. Suara Iblis yang lembut itu, misalnya; sibuk berbicara soal berkat, hanya berbicara soal mujizat kesembuhan, namun dosa tidak terkoreksi, hati tidak tertuduh, begitu lembut sekali dia berbicara, tetapi nikah rumah tangga menderita.
Andaikata ada berita salib kasar menusuk hati, mengoreksi dosa, maka pasti nikah tidak hancur, hidup kita tidak hancur, dan pasti bahagia. Tetapi Setan berbicara dengan lembut saja -- mujizat terjadi, kesembuhan terjadi, saudara diberkati, kebangkitan sedang berlangsung, tetapi salib tidak diajarkan; ini adalah bahasa yang lembut -- sehingga membuat gereja TUHAN menderita, nikah kita hancur, lalu bagaimana bila di akhir zaman nanti Iblis turun dalam geramnya yang dahsyat?

Ingat: Jika menjalankan ibadah bumi dan laut, berarti ia sedang membuat wadah untuk menampung Iblis turun dalam geramnya yang dahsyat. Camkanlah apa yang sudah saya sampaikan sore ini; jangan diabaikan.
Hanya salib yang menolong kita, menolong hidup kita, menolong nikah rumah tangga kita. Kalau kita menuruti daging ini, hidup dalam hawa nafsu, kemudian kotbahnya dielus-elus, bahasa Iblis lembut sekali, maka hancurlah nikah rumah tangga kita. Sebab dunia ini semakin lama semakin sukar, karena Setan begitu hebat sekarang, karena dia sadar waktunya sudah sangat singkat; oleh sebab itu, dia sedang berusaha untuk menyeret kehidupan anak-anak TUHAN, untuk menjatuhkan sebanyak mungkin anak-anak TUHAN dalam berbagai-bagai dosa, karena waktunya sudah singat; maka, sadarlah.

Di sini tadi dikatakan: “Celakalah kamu, hai bumi dan laut!” Kesimpulannya: Ibadah bumi dan ibadah laut celaka.
Kalau kita tidak mengerti firman, maka tidak akan bisa masuk sorga. Oleh sebab itu, harus mengerti firman; tidak cukup hanya “diberkati”, melainkan kita harus mengerti rahasia sorga.

Mari kita perhatikan Mazmur 97:6-12.
Mazmur 97:6
(97:6) Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.

Langit memberitakan keadilan-Nya. Ibadah sorga, berita dari sorga membawa ibadah kita sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan, itu adalah keadilan TUHAN bagi orang yang sudah menderita di atas muka bumi ini. Dan akhirnya, bangsa-bangsa akan melihat kemuliaan Allah; hal itu akan terjadi nanti, bukan sekarang. Oleh sebab itu, hamba TUHAN tidak boleh sombong dengan berkat yang ada.

Kemuliaan yang hakiki nanti akan terlihat ketika TUHAN sudah menyatakan kemuliaan-Nya kepada mereka yang sungguh-sungguh dalam beribadah, di mana ibadah mereka akan dibawa sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan, itulah keadilan Allah karena selama ini kita rela menderita karena salib, tetapi ujungnya ialah dibawa kepada suasana (tempat) yang paling tertinggi.
Berbeda dengan orang kaya itu; setiap hari ia hidup dalam kemewahan, berbaju kemewahan, tetapi mengabaikan dan mengecilkan firman TUHAN, buktinya apa? Banyak makanan tercecer jatuh dari meja orang kaya itu. Tetapi Lazarus datang untuk duduk di bawah meja itu, tanda bahwa ia menghargai derajat dari pembukaan firman.

Mazmur 97:7
(97:7) Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepada-Nya.

Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu. Mereka yang beribadah kepada penyembahan berhala karena ibadah bumi dan ibadah laut, ibadah yang bersifat duniawi (menyembah kepada patung), akan mendapat malu. Nanti mereka akan mendapat malu; hari ini mungkin mereka seperti merasa terberkati, sudah dibutakan rohani mereka, tetapi nanti ujungnya, ibadah bumi, ibadah laut, ibadah yang terikat di bumi, ibadah yang bersifat duniawi saja, yang tidak ada kaitannya dengan sorga, atau tidak ada kaitannya dengan salib sebagai penghubung dari bumi ke sorga, akan mendapat malu, sebab mereka menyembah kepada patung, kepada berhala-berhala. Ibadah bumi, ibadah laut, itu adalah penyembahan berhala.

Orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; karena kaya, diberkati ekonomi, diberkati keuangan, kemudian memegahkan diri karena terjadi mujizat kesembuhan dalam pelayanan, tetapi nanti dia akan tahu bahwa TUHAN akan menyatakan kemuliaan-Nya. Bersabar saja, ada waktu-Nya. Bersabar saja; jangan ingin cepat-cepat kaya, tetapi jatuh nanti ujung-ujungnya, seperti yang dilukiskan oleh Nabi Yesaya pasal 31.

Mazmur 97:8
(97:8) Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri-puteri Yehuda bersorak-sorak, oleh karena penghukuman-Mu, ya TUHAN.

Sion mendengarnya dan bersukacita. Sion, gereja TUHAN mendengarnya, bersukacita. Hai, sorga, bersukacita. Siapa yang ada di dalam sorga? Itulah gunung Sion, yakni; mempelai TUHAN, termasuk rasul-rasul, nabi-nabi, orang-orang kudus-Nya, para malaikat-Nya, 4 (empat) makhluk, 24 (dua puluh empat) tua-tua. Bersukacitalah sorga dan mereka yang ada di dalamnya.
Puteri-puteri Yehuda bersorak-sorak. Mereka yang melayani TUHAN, imamat rajani bersorak-sorak oleh karena penghukuman-Mu, ya TUHAN.

Ketika Iblis dilemparkan ke bumi, bersukacitalah hai sorga dan yang ada didalamnya, tetapi celakalah hai bumi dan laut. Jelas, bukan? Ayo, pertahankan pengertian dari sorga. Jangan mau pengertian ini digeser oleh karena ibadah di bumi dan di laut. Pertahankan ibadah sorgawi.

Mazmur 97:9
(97:9) Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah.

Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah, melebihi dari allah-allah ibadah bumi dan ibadah laut, melebihi soal berkat dan soal mujizat, melebihi itu semua.

Mazmur 97:10
(97:10) Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik.

Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Bencilah berhala-berhala, benci ibadah bumi, benci ibadah laut, sebab suatu kali nanti kita akan dilepaskan dari masa aniaya antikris selama 3.5 (tiga setengah) tahun di bumi ini.
Oleh sebab itu, ibadah harus berada pada puncaknya, itulah doa penyembahan. Tandanya ialah berada pada penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi taat kepada kehendak diri sendiri atau kehendak orang lain; itulah penyembahan.

Penyembahan tanpa penyerahan diri, berarti hanya sekedar berlutut. Penyembahan yang sesungguhnya ialah harus berada dalam tanda penyerahan diri. Saat itulah kita berlutut dua, tiga jam, bahkan empat jam, dan itu sangat dinikmati sekali; bukan untuk pamer-pamer, tetapi hubungan intim dengan TUHAN betul-betul dinikmati. Kalau kita sudah menikmati hubungan intim dengan TUHAN, pasti nikah-nikah di bumi ini begitu intim dan mesra.

Mazmur 97:11
(97:11) Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati.

Lewat pengertian, terang sudah terbit bagi orang benar dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah hai sorga dan yang diam di dalamnya.

Mazmur 97:12
(97:12) Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.

Bersukacitalah karena sorga, bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar. Dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus; biarlah kita senantiasa mengucap syukur, sekalipun tidak ada beras tetap mengucap syukur saja; tidak ada uang untuk membeli susu anak, tetap mengucap syukur saja, tidak usah menangis, tetapi tangisilah dosa masing-masing, sesalilah dosa masing-masing. Mengucap syukur saja, jangan banyak ngomel, jangan banyak menggerutu, dan ibadah ini juga harus kita kerjakan dengan syukur.
Jangan sedikit-sedikit berkata: “Banyak sekali korban; uang ini, uang itu”, bersyukur saja, sebab suatu kali nanti, keadilan TUHAN akan dinyatakan. TUHAN akan membalas segala sesuatu yang kita kerjakan di atas muka bumi ini, dan ibadah ini tidak akan percuma.

Kita kembali memperhatikan ayat 7.
Mazmur 97:7
(97:7) Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepada-Nya.

Ibadah bumi, ibadah laut, itulah ibadah dengan penyembahan berhala, suatu kali nanti akan mendapat malu, akan mendapat celaka. Dan orang yang memegahkan diri dengan berkat-berkat dan berhala-berhala, memegahkan diri dengan pekerjaannya yang besar, memegahkan diri dengan pendidikannya yang sangat tinggi, memegahkan diri dengan apa yang dia punya, itu adalah berhala; lihat, dia akan takluk nanti kepada TUHAN.

Galatia 4:21-23
(4:21) Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? (4:22) Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? (4:23) Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji.

Perikop ayat ini ialah “Hagar dan Sara.” Ada 2 (dua) perempuan yang menjadi ketentuan TUHAN untuk kita perhatikan.

Abraham mempunyai dua orang anak;
-          Seorang anak lahir dari perempuan yang menjadi hambanya.
-          Seorang anak lahir dari perempuan yang merdeka.
Ismael lahir dari Hagar, lahir dari keinginan daging saja, namun Ishak lahir dari Sara, itu karena janji Allah kepada Abraham. Yesus, Anak Tunggal, demikian juga Ishak adalah Anak Tunggal. Yesus adalah janji Allah kepada manusia, demikian juga Ishak adalah anak yang dijanjikan Allah.

Galatia 4:24-27
(4:24) Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar -- (4:25) Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab -- dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. (4:26) Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita. (4:27) Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami."

Hagar dan Sara hanyalah berupa kiasan; dan kedua perempuan itu ialah dua ketentuan Allah. Yang satu berasal dari gunung Sinai. Bukankah Musa juga menerima 2 (dua) loh batu di atas gunung Sinai? Bukankah Musa mendirikan Tabernakel sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang dia terima dari TUHAN selama 2 kali 40 hari 40 malam di atas gunung Sinai?
Tetapi Hagar melahirkan anak-anak perhambaan. Isamel adalah anak hamba. Jadi, kalau kita hanya berada di gunung-gunung rumah TUHAN tetapi menjalankan ibadah secara lahiriah, itu tidak ada artinya, tetap menjadi hamba dosa.
Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab. Gunung Sinai yang dimaksud di sini adalah gunung dalam bentuk lahiriah, bukan gunung yang tinggi dalam bentuk gunung rohani. Dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, menunjukkan bahwa; bersifat lahiriah, ibadah lahiriah menjadi hamba dosa. Itu sebabnya, jangan sering-sering keluar saat mendengar firman TUHAN apapun alasannya. Jangan ibadah lahiriah, sebab itu sama dengan gunung Sinai yang ada di tanah Arab sekarang. Sekalipun kita mempunyai Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, tetapi kalau menjalankan ibadah lahiriah, itu semua tidak ada artinya, tetap menjadi hamba dosa.

Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita. Ayo, merdeka dari dosa, itulah hidup rohani anak-anak TUHAN yang dilahirkan dari perempuan merdeka. Manusia rohani, itulah yang lahir dari perempuan merdeka, Yerusalem sorgawi. Jadi, Sara adalah gambaran dari Yerusalem baru, Yerusalem sorgawi.

"Bersukacitalah, hai si mandul”, bersukacitalah hai sorga dan yang ada di dalamnya. Pada akhirnya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami. Sebab itu, TUHAN sudah menyatakannya di awali dari Abraham, sehingga ketika TUHAN mencobai Abraham untuk mempersembahkan anaknya Ishak sebagai korban bakaran, dia tidak ragu karena di dalam hatinya di percaya kepada TUHAN bahwa TUHAN bisa menjadikan keturunan bagi dia karena Tuhan berkuasa. Sesungguhnya jika menggunakan pikiran manusia daging, anak Abraham hanya satu jika dikorbankan, bagaimana janji TUHAN kepada Abraham dapat tergenapi? Namun sekalipun demikian, Abraham tetap mengikuti perintah TUHAN. Tetapi setelah TUHAN melihat kemurnian hatinya, TUHAN katakan: “Jangan, saya sudah melihat hatimu. Ambillah seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut di semak belukar di situ sebagai gantinya”. Yesus sudah rela mati di kayu salib, Dialah Anak Domba jantan, Dialah Anak Allah yang tersangkut di semak belukar, yaitu; dosa kita, Dia harus mati di atas kayu salib.
Dan anak Ishak, itulah Esau dan Yakub. Yakub berganti nama menjadi Israel. Israel mempunyai 12 (dua belas) anak. Jadi, sudah benar; yang ditinggalkan suaminya karena budak perempuan tadi akan mempunyai banyak anak dari pada yang bersuami.

Galatia 4:28-29
(4:28) Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. (4:29) Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.

Ishak anak janji, lahir dari perempuan merdeka, Yerusalem sorgawi. Jadi, kalau kita menjadi manusia rohani, berarti kita lahir dari Yerusalem sorgawi, itulah anak yang dijanjikan. Tetapi, anak yang dijanjikan ini banyak menderita.
Dalam ayat 29 dikatakan: “dia, yang diperanakkan menurut daging, itulah Ismael, akan menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, itulah Ishak” Jadi, setelah Ishak ini lepas sapih (lepas dari air susu ibu), ia bermain-main dengan saudara tiri yang sudah jauh lebih besar, tetapi saudara tiri ini suka menyakiti, memukul-mukul Ishak. Jadi, manusia rohani banyak menanggung penderitaan, banyak memikul salib; jangan ikuti tabiat daging yang hanya bisa menyakiti hati TUHAN, menyakiti tabiat Roh Kudus. Tetapi biarlah kita semua menjadi anak-anak rohani, anak janji, yang senantiasa hidup dalam pengaruh yang kuat dari Roh Kudus, mau memikul salib. 

Itulah yang disebut dengan “anak janji”. Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita senantiasa menyangkal diri, memikul salibnya, melakukan kehendak Allah Bapa, seperti Yesus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di kayu salib untuk melakukan kehendak Allah Bapa. Itulah ibadah dari sorga supaya kelak kita bersukacita. Hai, sorga, bersukacitalah.
Jangan turuti tabiat daging sebab tabiat daging hanya bisa menyakiti hati Roh Kudus, tabiat daging hanya bisa menyakiti hati TUHAN, tetapi biarlah kita seperti Ishak, anak janji, yang senantiasa menyangkal diri, memikul salibnya supaya pada akhirnya; bersukacitalah hai sorga.
Oleh sebab itu, yang terutama adalah; carilah dahulu Kerajaan Sorga dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan. Jangan ibadah di bawah, di bumi; jangan beribadah di bawah, di laut, tetapi carilah dahulu Kerajaan Sorga, itulah ibadah di sorga, maka semuanya nanti akan ditambahkan.

Roma 14:16
(14:16) Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah.

Anak-anak TUHAN yang sudah memiliki jabatan menjadi pelayan TUHAN sesuai dengan karunia-karunia Roh Kudus; jangan permalukan TUHAN di luaran sana. Kita sudah memiliki TUHAN Yesus, maka jangan permalukan TUHAN Yesus terhadap tetangga kita masing-masing

Roma 14:17
(14:17) Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Kerajaan Sorga, ibadah sorga, bukan soal mujizat kesembuhan, bukan soal bicara berkat-berkat jasmani, bukan soal keuangan diberkati, ekonomi diberkati, bukan soal itu; melaikan soal kebenaran, damai sejahtera dalam nikah, dan bersukacita oleh karena pengaruh yang besar dari Roh Kudus, itulah Kerajaan Sorga.
Jadi, jangan puas kalau ada uang. Untuk apa ada uang tetapi tidak ada kebenaran? Untuk apa ada uang tetapi tidak ada damai sejahtera? Untuk apa ada uang tetapi tidak ada sukacita? Cari dahulu Kerajaan Sorga, maka semuanya akan ditambahkan.

Roma 14:18
(14:18) Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

Barangsiapa beribadah dengan ibadah sorgawi, ia berkenan kepada Allah dan pasti dihormati oleh manusia, oleh tetangga-tetangga, tidak akan dipermalukan. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment