KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, February 11, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 02 FEBRUARI 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 02 FEBRUARI 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 129)
 
Subtema: DIDIKAN SALIB ADALAH HIKMAT ALLAH
 
Shalom.
Segala hormat selayaknya kita naikkan hanya kepada Dia, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga; Dia Pembela dan Pemelihara hidup kita sampai saat ini.
Lewat Ibadah Doa Penyembahan malam ini, keberadaan kita bagaikan di bawah kepak sayap Allah sebagai tempat perlindungan, sebagai tempat perteduhan, sebagai kubu pertahanan kita masing-masing, sehingga lepas dari jerat si penangkap burung, itulah pekerjaan Setan lewat kaki tangan-Nya, itulah antikris.
 
Saya juga tidak lupa menyapa; selain menyapa sidang jemaat di rumah masing-masing, juga sidang jemaat yang di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang senantiasa setia di dalam ketekunan mengikuti firman pengajaran Mempelai dalam Ibadah Doa Penyembahan, baik di dalam negeri, maupun di luar negeri, di mana pun anda berada, nanti TUHAN akan melawat kita sekaliannya, kiranya TUHAN hadir di sana sebagai Imam Besar; melayani, berdoa dan memperdamaikan dosa kita masing-masing.
 
Selanjutnya, mari kita berdoa dan mohonkan segala kemurahan TUHAN, supaya nanti lewat pembukaan rahasia firman yang akan kita terima, betul-betul meneguhkan kehidupan kita masing-masing, sehingga janji kita pada saat kita bersaksi di tutup tahun -- di tanggal 31 Desember 2020 --, yang dilanjutkan pada ibadah sulung kita -- di tanggal 01 Januari 2021 -- tergenapi.
Jangan kita sama seperti anak kecil; gampang berucap, tetapi tidak mampu menggenapi. Sebentar menangis, sebentar bersungut-sungut, sebentar tertawa. Hari-hari ini kita harus semakin bijaksana, itulah tanda kedewasaan rohani kita masing-masing. Kedewasaan itu bukan dilihat dari usia, tetapi dilihat dari penyerahan diri kita kepada TUHAN, itulah kekekalan.
 
Selanjutnya, mari kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima oleh seorang suami dengan hati yang terbuka lebar-lebar disertai dengan kerendahan hatinya, sekalipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin dalam hubungan nikah rumah tangganya.
 
Kemudian, kita akan melihat lebih rinci tentang seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, di dalam Efesus 5.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak dua kali.
YANG PERTAMA pada ayat 25-27, terkhusus pada ayat 25: Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Jadi, oleh karena kasih Kristus ini, sidang jemaat TUHAN dijadikan sebagai mempelai wanita TUHAN, cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
 
YANG KEDUA, pada ayat 28-29, terkhusus pada ayat 28: Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri. Mengapa demikian?
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota, sebab di sini dikatakan: laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Jelas kalimat ini berbicara tentang salib di Golgota, sebagaimana dengan Yesus, Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, segala sesuatu yang Dia miliki, yakni:
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
-          Ia telah meninggalkan rumah-Nya di Sorga.
-          Ia telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Hal itu ditulis dengan jelas pada Filipi 2:5-8, dengan satu tujuan; supaya Kristus, yang adalah Kepala menyatu dengan sidang jemaat yang adalah tubuh-Nya.
 
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Bukti seorang suami mengasihi isterinya ialah mengasuhnya dan merawatinya sama seperti Kristus terhadap jemaat.
 
Hal yang senada tentang mengasuh dan merawatinya, dapat kita temukan di dalam 1 Tesalonika 2, di mana hal yang sanada ini diungkapkan kembali oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Jadi, jemaat di Tesalonika adalah jemaat yang betul-betul berada di dalam penggembalaan; memiliki roh yang tergembala dengan baik, karena mereka betul-betul diasuh dan dirawati.
 
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika sama seperti seorang ibu terhadap anaknya.
 
Ibu à Gembala sidang atau pemimpin sidang jemaat. Adapun tugas dari seorang gembala sidang ialah:
1.      Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2.      Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
 
Sidang jemaat perlu mendoakan gembala sidangnya supaya betul-betul bertanggung jawab di dalam hal mengasuh dan merawati sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN dalam sebuah penggembalaan. Jadi, gembala sidang tidak boleh tempo-tempo keluar-keluar dari kandang penggembalaan; apapun alasannya tidak boleh.
 
Selanjutnya, mari kita memperhatikan penjelasan tentang MENGASUH, yang dihubungkan langsung dengan Kisah Para Rasul 7.
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
 
Musa diasuh oleh puteri Firaun sama seperti anaknya sendiri
 
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama: Seorang ibu harus bertanggung jawab di dalam hal mengasuh anaknya sendiri. Tetapi di hari-hari terakhir ini, banyak ibu yang tidak bertanggung jawab di dalam hal mengasuh anaknya, hanya karena kuatir tidak punya uang, tidak punya harta, tidak punya apa-apa untuk mengasuh anaknya; begitu anak itu lahir, langsung ditinggalkan, langsung ditaruh atau diletakkan di depan rumah orang lain. Ini adalah ibu yang tidak bertanggung jawab. Dan itu sudah dituliskan di dalam Mazmur.
Oleh sebab itu, dengan tegas Allah berkata: Apabila ada seorang ibu yang tidak peduli dengan anaknya, tetapi TUHAN berkata: Aku tidak meninggalkan kamu seorang diri. Biarlah kiranya saya, sebagai seorang gembala sidang, betul-betul di dalam hal mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat TUHAN.
 
Sebaliknya, seorang anak berhak untuk mendapatkan hak asuh dari ibunya. Itu sebabnya, siapapun yang datang ke dalam rumah TUHAN untuk beribadah dan melayani TUHAN, ia tidak boleh dilarang dan tidak boleh ditolak, itu adalah haknya untuk mendapat hak asuk dari TUHAN.
 
Oleh sebab itu, kita patut mengucap syukur sedalam-dalamnya dan berterima kasih setinggi-tingginya kepada TUHAN kita, Yesus Kristus. Mengapa? Sebab Dia adalah kepala rumah TUHAN dan Gembala yang baik; Ia telah mengasuh hidup rohani kita masing-masing, lewat ibadah pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang Cilegon.
 
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Bukti bahwa Musa benar-benar diasuh oleh puteri Firaun ialah Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir.
Berarti, diasuh = menerima didikan langsung dari TUHAN.
 
Anak-anak TUHAN harus bangga sebab sudah mendapat didikan dari tempat di mana ia memperoleh (menempuh) pendidikan;
-          dimulai dari Sekolah Dasar selama 6 (enam) tahun,
-          kemudian Sekolah Menengah Pertama selama 3 (tiga) tahun,
-          kemudian, lanjut Sekolah Menengah Atas selama 3 (tiga) tahun,
-          dan ada juga yang menerima pendidikan sampai kepada Perguruan Tinggi,
itu bagus, karena kita berhak mendapat hak asuh dari tempat di mana kita menempuh pendidikan, dimulai dari pendidikan di rumah kita masing-masing. Didikan itu tidak salah, tetapi didikan itu belum sempurna untuk mengerti tentang Kerajaan Sorga.
 
Terkait dengan hal itu, kita akan baca 1 Korintus 11.
1 Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Jikalau anak-anak TUHAN menerima hukuman atau mengalami (menerima) ujian atas seizin TUHAN = Kita dididik oleh TUHAN, atau didikan itu sedang berlangsung dalam kehidupan kita masing-masing.
Pendeknya: Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib adalah ibadah yang mendatangkan didikan dari TUHAN terhadap sidang jemaat atau umat TUHAN.
 
Ibrani 12:5
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
 
Orang Kristen atau umat TUHAN, tidak boleh melupakan nasihat Firman TUHAN, dengan kata lain:
-          Jangan anggap enteng didikan TUHAN.
-          Jangan putus asa terhadap peringatan TUHAN.
 
Kalau seorang imam, pelayan TUHAN yang bertugas sesuai dengan tanggung jawab yang dipercayakan oleh TUHAN, saya harus ingatkan selalu dengan apa yang dia kerjakan. Ketika seorang imam, pelayan TUHAN tidak terima dengan peringatan, itu bisa saya rasakan; biar pun mulutnya lembut menjawab saya, namun saya bisa tetap rasa; biar lewat telepon pun, tetap saya bisa rasa dan mengerti, apalagi dengan tatap muka, saya dapat lihat raut wajahnya, cara berdirinya ketika memandang saja.
Jadi, seorang imam harus diperingatkan soal tanggung jawabnya. Maka, jangan anggap enteng didikan TUHAN, dan tidak boleh putus asa apabila ada peringatan. Kalau tidak mau diperingatkan, maka jangan melayani. Kalau tidak mau menerima didikan, jangan melayani.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tegas: Jangan melayani kalau tidak mau terima didikan; jangan melayani kalau tidak mau diperingatkan.
Sidang jemaat yang tidak melayani, tidak mungkin diperingatkan, tidak mungkin diajar untuk melayani TUHAN. Yang diperingatkan, yang menerima didikan adalah orang yang mau bekerja, orang yang mau melayani pekerjaan TUHAN. Ingat itu, jangan lupa.
 
Berarti, mau tidak mau, ibadah dan pelayanan yang sedang kita usahakan di bumi ini, memang harus dihubungkan langsung dengan salib yang merupakan didikan TUHAN. Ibadah pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib itu merupakan peringatan dari TUHAN.
 
Ibrani 12:6
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
 
Perhatikan:
-          Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya.
-          Kemudian, TUHAN menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
 
Pendeknya:
-          Meterai dari orang yang dikasihi oleh TUHAN ialah HAJARAN.
-          Meterai dari orang yang diakui sebagai anak Allah ialah dengan RELA untuk DISESAH.
Jangan sampai tidak rela dididik dan diperingatkan, sebab itu bukanlah orang yang melayani pekerjaan TUHAN. Oleh sebab itu, milikilah meterai.
 
Ayat yang senada kita temuka dalam Amsal 3, dengan perikop: “Berkat dari hikmat”.
Amsal 3:11
(3:11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
 
Umat TUHAN, sebagai anak-anak TUHAN ...
-          Jangan kita menolak didikan TUHAN.
-          Jangan kita bosan atau putus asa terhadap peringatan TUHAN.
 
Berarti, Amsal 3:11 sama dengan Ibrani 12:5-6.
 
Amsal 3:12-13
(3:12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. (3:13) Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,
 
Sebenarnya, didikan atau ajaran TUHAN ...
-          hanya berlaku bagi orang-orang yang dikasihi oleh TUHAN,
-          dan juga hanya berlaku bagi mereka yang diakui-Nya sebagai anak-anak Allah.
Siapa yang mendambakan untuk menjadi anak-anak Allah dan rindu untuk menjadi orang-orang yang dikasihi Allah? Maka, terimalah ajaran TUHAN dan didikan TUHAN.
 
Tujuan dari hajaran, teguran, dan peringatan TUHAN -- yang disebut dengan didikan salib -- ialah mendapatkan hikmat, serta memperoleh kepandaian. Kalau kita menyadari bahwa diri kita ini masih terlalu bodoh, maka mau tidak mau, kita harus menerima didikan salib.
 
Selanjutnya, kita akan melihat lebih jauh MANFAAT DARI HIKMAT.
Pada minggu yang lalu, kita sudah memperhatikan Amsal 24, namun kiranya kita kembali mendapat lawatan TUHAN dari Amsal 24.
Amsal 24:3-4
(24:3) Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, (24:4) dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.
 
Manfaat hikmat Allah bagi kita masing-masing, yaitu;
YANG PERTAMA: Dengan hikmat, rumah didirikan.
Berarti, tanpa hikmat, rumah tidak dapat berdiri.
YANG KEDUA: Dengan kepandaian, rumah menjadi tegak.
Memang, kepandaian itu harus ditegakkan supaya kita tidak menjadi sama dengan 5 (lima) gadis yang bodoh. Tetapi tetapi 5 (lima) gadis yang bijaksana, 5 (lima) gadis yang pandai itu berada dalam kedudukan yang tegak. Apa buktinya? Buktinya ialah dibawa masuk dalam ruang perjamuan kawin Anak Domba, itu tegak, sesuai dengan Matius 25:10, Wahyu 19:6-9.
Jadi, dengan kepandaian itulah rumah ditegakkan; tegak sampai Maranatha, kita dibawa masuk ke dalam ruang perjamuan kawin Anak Domba, sesuai dengan Injil Matius 25:10.
YANG KETIGA: Dengan pengertian, kamar-kamar (hati) diisi dengan bermacam harta benda yang berharga dan menarik.
Itu sudah pasti; jika rumah sudah ditegakkan, berarti di dalam rumah itu ada kamar-kamar, dan dengan pengertian itulah kamar-kamar hati diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.
 
Kita melihat ayat yang sama di dalam Amsal 9.
Amsal 9:1-6
(9:1) Hikmat telah mendirikan rumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya, (9:2) memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya. (9:3) Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota: (9:4) "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari"; dan kepada yang tidak berakal budi katanya: (9:5) "Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur; (9:6) buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian."
 
Pada Amsal 9:1 bagian A, di sini dikatakan: Hikmat telah mendirikan rumahnya.
Berarti, tanpa hikmat, rumah tidak berdiri, bukan? Hal ini sama dengan Amsal 24, yang mengatakan: “Dengan hikmat, rumah didirikan.
 
Pada Amsal 9:1 bagian B, di sini dikatakan: Menegakkan ketujuh tiangnya.
Jelas ini menunjuk; 5 (lima) gadis yang pandai atau 5 (lima) gadis yang bijaksana, yang dibawa masuk ke ruang perjamuan kawin = gereja TUHAN yang sempurna, sebab angka 7 (tujuh) adalah angka sempurna. Hal ini sama dengan Amsal 24, yang mengatakan: “Dengan kepandaian, rumah menjadi tegak.
 
Kemudian, pada Amsal 24 dikatakan: “Pengertian mengisi kamar-kamar (hati) diisi dengan harta yang berharga dan menarik
Namun dalam Amsal 9:2-6, “pengertian mengisi kamar-kamar hati dengan harta yang berharga dan menarik”, antara lain, YANG PERTAMA, Ayat 2:
-          Memotong ternak sembelihannya,
-          Mencampur anggurnya.
-          Menyediakan hidangannya.
Artinya: Hati kita diisi dengan kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai.
 
Apa “suasana kasih Mempelai”? Sebenarnya, dahulu kita sudah mati dan terhilang karena dosa dan karena segala pelanggaran-pelanggaran kita, yakni kejahatan dan kenajisan kita, tetapi oleh karena kasih Allah, kita didapat kembali, sampai akhirnya dibawa dalam suasana pesta atau ruang perjamuan malam kawin Anak Domba.
Sebagaimana anak yang terhilang itu; setelah dia didapat kembali oleh ayahnya, selanjutnya anak lembu disembelih. Demikian juga hal yang senada: Hidangan tersedia, sebab lembu disembelih, karena anak yang hilang itu sudah kembali. Dahulu hilang, dahulu mati, namun sudah didapat kembali oleh ayahnya.
Itu sebabnya, ketika anak yang sulung itu kembali dari ladang, dia bertanya kepada salah seorang hamba, apa yang sedang terjadi, mengapa ada suasana pesta, mengapa hidangan sudah tersedia? Lalu jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Dahulu terhilang dan mati oleh karena kenajisannya dengan pelacur-pelacur, tetapi sekarang didapat kembali. Itu adalah kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai.
 
Demikian juga dengan bangsa kafir, yang dituliskan dalam Efesus 2, dahulu sudah mati karena dosa, karena pelanggaran, karena noda kekafiran, tetapi di sini dikatakan: “memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya”, itu adalah kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai.
 
Lebih jelas kita baca dalam Injil Matius 22, dengan perikop: “Perumpamaan tentang perjamuan kawin”, itulah Perjamuan malam kawin Anak Domba, pesta nikah Anak Domba,
Undangan yang pertama pada ayat 1-7, tetapi rupanya mereka menolak, dengan alasan;

-          Ada yang pergi ke ladangnya,

-          Ada yang pergi mengurus usahanya,

-          Dan yang lain, menangkap hamba-hamba dari raja itu, hamba-hamba yang diutus untuk mengundang. Mereka menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.

Demikianlah undangan yang pertama tidak layak untuk masuk dalam pesta nikah.
Bukankah ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua membunuh Yesus, dan akhirnya Dia mati di kayu salib, lalu hari ketiga Dia bangkit? Inilah undangan yang pertama, tetapi undangan itu tidak layak bagi mereka.
Oleh sebab itu, undangan yang kedua beralih kepada bangsa kafir yang dahulu jauh, yang dahulu mati dan terhilang.
 
Matius 22:8-10
(22:8) Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. (22:9) Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. (22:10) Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
 
Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu, undangan yang pertama tidak layak untuk pesta nikah, tidak layak untuk masuk dalam perjamuan kawin.
Oleh sebab itu, undangan yang kedua beralih kepada: “Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan”, jelas itu menunjuk kepada bangsa kafir, hidup yang tidak menentu, itulah persimpangan-persimpangan. Sebab, hidangan telah tersedia, maka mau tidak mau harus ada yang masuk dalam perjamuan kawin, itu adalah kasih Allah dalam suasana Mempelai.
Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, bangsa kafir dijumpai di jalan-jalan, itulah orang-orang jahat dan orang-orang baik menurut pengertiannya.
 
Ini adalah kemurahan bagi bangsa kafir; yang dahulu jauh, yang dahulu mati, yang dahulu sudah terhilang, tetapi ditemukan kembali oleh karena kasih Allah untuk selanjutnya dibawa masuk dalam suasana kasih Mempelai, sebab hidangan sudah tersedia.
Biarlah kamar-kamar hati kita ini diisi penuh oleh kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai.
 
Pendeknya: Undangan yang kedua adalah kemurahan, atau kasih Allah kepada bangsa kafir, bangsa yang dahulu jauh, yang tidak mengenal TUHAN, yang telah terhilang dan mati.
Kalau saat ini kita berada dalam perjamuan malam menikmati hidangan, itu adalah kasih Allah dalam suasana kasih Mempelai, supaya kita tidak terhilang, supaya kita jangan binasa. Jadi, kalau bangsa kafir tidak menghargai undangan juga, ini adalah bangsa kafir yang tidak tahu diri.
 
Namun dalam Amsal 9:2-6, “pengertian mengisi kamar-kamar hati dengan harta yang berharga dan menarik”, antara lain, YANG KEDUA, Ayat 3-4:
Di sini dikatakan: Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota: "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari"; dan kepada yang tidak berakal budi.
Artinya, hati ini telah diisi penuh oleh kuasa Roh-El Kudus, dan akhirnya kita semua menjadi suatu kesaksian yang besar terhadap:
-          Orang-orang yang tidak berpengalaman.
-          Orang-orang yang tidak berakal budi.
Kita menjadi kesaksian oleh karena kuasa Roh-El Kudus.
 
Oleh sebab itu, biarlah kamar-kamar hati kita benar-benar dipenuhkan oleh kuasa Roh-El Kudus, supaya kita menjadi suatu kesaksian yang besar, menjadi tanda yang besar di tempat ketinggian terhadap orang-orang yang tidak berpengalaman, terhadap orang-orang yang tidak berakal budi.
Ini juga disebut Roh Mempelai, roh kesatuan. Kalau kita berbicara “Mempelai”, itu berbicara tentang kesatuan; dua menjadi satu.
 
Kalau kita beribadah, biarlah kita memiliki Roh Mempelai. Kalau melayani, miliki Roh Mempelai. Jangan anggap enteng didikan, jangan putus asa terhadap peringatan, dan jangan merasa dewasa dan mengerti, sekalipun sudah mengerti. Peringatan itu tidak satu kali, melainkan terus menerus; itulah arti peringatan.
 
Namun dalam Amsal 9:2-6, “pengertian mengisi kamar-kamar hati dengan harta yang berharga dan menarik”, antara lain, YANG KETIGA, Ayat 5-6:
Di sini dikatakan: "Marilah" Hal ini berbicara soal himbauan, yang tujuannya adalah:
-          Makanlah roti.
-          Minumlah anggur yang telah kucampur.
Artinya, hati ini harus diisi penuh dengan pribadi yang telah dikorbankan, atau diisi penuh dengan pribadi yang dipecah-pecahkan, itulah pribadi Yesus yang disalibkan, itulah pengajaran firman yang benar dan murni.
Manfaatnya adalah:
-          Membuang kebodohan = hidup.
-          Mengikuti jalan pengertian à jalan yang baru.
Dulu, waktu kita di luar TUHAN, kita menempuh jalan yang lama, tetapi lewat pembukaan rahasia firman, kita mempunyai pengertian, itu adalah jalan yang baru.
 
Jadi, mau tidak mau, kamar-kamar hati ini;
-          Harus diisi penuh dengan kasih Allah dalam suasana Mempelai.
-          Harus diisi penuh dengan Roh Mempelai supaya menjadi kesaksian yang besar.
-          Harus diisi penuh dengan pengajaran Firman Allah yang benar dan murni.
Sebab manfaatnya adalah membuang kebodohan -- berarti; hidup -- dan mengikuti jalan pengertian (jalan yang baru).
 
Biarlah kamar-kamar hati kita ini diisi penuh dengan barang yang berharga dan menarik, itulah kasih mempelai, Roh Mempelai dan Pengajaran Mempelai.
Kalau berbicara tentang “Mempelai” jelas itu berbicara tentang kesatuan, itulah harta yang berharga dan yang menarik, yang harus dipenuhkan di dalam hati kita masing-masing.
 
Amsal 9:7-10
(9:7) Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela. (9:8) Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya, (9:9) berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah. (9:10) Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.
 
Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, mendatangkan cemooh kepada si pemerita firman. Jadi, resiko untuk memberi didikan kepada si pencemooh itu besar sekali. Saya berharap, janganlah kita semua menjadi pencemooh.
Kemudian, memberikan didikan salib dengan tegas, memberikan peringatan dengan tegas kepada orang fasik, mendapat cela.
Oleh sebab itu, janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, tetapi kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya. Siapa yang ingon menjadi pencemooh? Siapa yang rindu menjadi orang bijak?
 
Singkatnya: Yang sangat membutuhkan hikmat Allah ialah ...
1.      Orang yang bijak.
2.      Orang yang takut akan TUHAN.
Itulah orang-orang yang membutuhkan hikmat Allah, tetapi pencemooh dan orang fasik tidak membutuhkan hikmat Allah. Oleh sebab itu, bijaklah, takutlah akan TUHAN, inilah orang yang sangat sangat membutuhkan hikmat Allah.
 
Sumber hikmat adalah takut akan TUHAN = Menerima didikan, menerima teguran, menerima hajaran dan peringatan-peringatan dari TUHAN. Itulah yang disebut didikan salib.
Kalau ibadah ini dihubungkan dengan salib, berarti TUHAN mendidik kita. Dan lewat didikan inilah kita memperoleh hikmat. Sedangkan yang membutuhkan hikmat ialah orang yang bijak dan orang yang takut akan TUHAN.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 
 
 
 

No comments:

Post a Comment