KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, February 19, 2021

IBADAH RAYA MINGGU, 14 FEBRUARI 2021


 
IBADAH RAYA MINGGU, 14 FEBRUARI 2021
 
KITAB WAHYU
(Seri:12)
 
Subtema: MENYEMBAH NAGA & MENYEMBAH ANTIKRIS
 
Shalom.
Segala puji dan segala hormat, selayaknya hanya bagi Dia yang duduk di atas takhta-Nya; Dialah Pribadi di dalam kekekalan yang layak untuk disembah sampai selama-lamanya; sehingga oleh-Nya, bahagia dan damai sejahtera memerintah kehidupan kita masing-masing.
Allah telah memilih dan melantik raja-Nya di gunung Sion, sehingga ada damai sejahtera di dalam kehidupan kita masing-masing, ada damai sejahtera memerintah di hati kita masing-masing. Dan sebagai tanda memuliakan TUHAN, biarlah kita mengucapkan: “Amin”, sebagaimana ajaran Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Korintus.
Saya juga tidak lupa untuk menyapa sidang jemaat di Malaysia, di Bandung, di Semarang, bahkan yang sedang mengikuti pemberitaan firman di rumah masing-masing, kediaman masing-masing, bahkan umat TUHAN yang tekun memberikan diri-Nya untuk digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook GPT “BETANIA” Serang Cilegon di mana pun anda berada; Salam persekutuan bagi kita sekaliannya.
 
Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan TUHAN agar pembukaan rahasia Firman TUHAN yang kita terima petang malam ini sanggup meneguhkan setiap kehidupan kita masing-masing, pribadi lepas pribadi. Firman itu menjawab segala pergumulan-pergumulan di hari-hari terakhir ini.
Kita berdoa, supaya TUHAN senantiasa membimbing perjalanan rohani kita sampai sasaran akhir, tujuan akhir hidup kita masing-masing; jangan tersesat di tengah jalan, jangan jatuh dengan berbagai-bagai jenis dosa kejahatan dan kenajisan.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu (Kebaktian Umum Minggu) dari Wahyu 13:4. Namun, untuk sampai pada ayat 4, marilah kita perhatikan terlebih dahulu ayat 3.
Wahyu 13:3
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.
 
Pada akhirnya nanti, banyak orang menjadi pengikut antikris hanya karena mujizat kesembuhan yang diadakannya.
 
Kita tidak menolak mujizat kesembuhan, kita tidak menolak berkat-berkat yang TUHAN sudah sediakan, baik berkat jasmani maupun berkat rohani, tetapi jangan sampai kita mengikuti TUHAN hanya karena mujizat, jangan sampai kita mengikuti TUHAN hanya karena berkat keberkatan, berhasil keberhasilan.
Mulai dari sekarang, kita belajar dari apa yang TUHAN nyatakan, dari Firman yang kita dengar dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita masing-masing, karena tiadalah mungkin kita bisa sampai ke sorga dengan pengertian, dengan kekuatan, dengan kemampuan dari manusia duniawi.
 
Barulah, kita lanjut pada ayat 4.
Wahyu 13:4
(13:4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?"
 
Namun, selanjutnya, orang-orang yang mengikuti binatang yang keluar dari dalam laut (antikris), tanpa sadar, mereka akan digiring kepada suatu penyembahan yang salah dan keliru. Mengapa demikian? Karena pada akhirnya ...
-          Orang-orang yang mengikuti antikris akan menyembah naga atau Setan.
-          Kemudian, mereka juga menyembah binatang yang keluar dari dalam laut (antikris).
Ini adalah penyembahan yang keliru; ini adalah penyembahan yang salah.
 
Suasana semacam ini adalah suasana yang fenomenal. Mengapa saya katakan fenomenal? Karena kejadian semacam ini adalah kejadian yang aneh, namun kenyataannya terjadi, yaitu menyembah Setan (naga) dan menyembah binatang yang keluar dari dalam laut (antikris).
Singkatnya: Aneh, karena di luar akal sehat manusia, tetapi nyata.
 
Bukankah ini adalah kejadian yang aneh dan janggal?
-          Menyembah Setan adalah kejadian yang aneh.
-          Menyembah manusia yang keliru, itulah antikris, juga aneh.
Tetapi itu semua nyata. Satu kali nanti kejadian yang fenomenal semacam itu akan terjadi.
 
Seandainya saja sekarang, saya bertanya kepada orang-orang Kristen sekarang ini, dengan pertanyaan: “Anda menyembah TUHAN atau menyembah Setan?” Maka, tentu saja seluruh orang Kristen di muka bumi ini menjawab: “Kami menyembah TUHAN Yesus”.
Memang itu pastinya jawaban yang benar, tetapi mari kita teruskan memperhatikan pemberitaan firman malam ini; kiranya saudara tanggap akan maksud pemberitaan Firman TUHAN kepada kita petang malam ini, bukan hanya dalam kandang penggembalaan GPT “BETANIA” Serang Cilegon, tetapi juga penggembalaan di Semarang, penggembalaan di Bandung, di Malaysia, di dalam dan luar negeri yang senantiasa memberikan diri untuk digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, TUHAN mengasihi saudara. Oleh sebab itu, kiranya saudara tanggap akan maksud pemberitaan petang malam ini.
 
2 Tesalonika 2:9-10
(2:9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (2:10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.
 
Kedatangan si pendurhaka, kedatangan si pemberontak -- yang disebut antikristus, itulah binatang yang keluar dari dalam laut -- itu merupakan pekerjaan Iblis atau Satan. Singkatnya: Kedatangan antikris adalah pekerjaan Setan.
Kemudian, kedatangan antikris tersebut disertai dengan:
1.       Rupa perbuatan ajaib.
2.       Tanda-tanda heran.
3.       Mujizat-mujizat palsu.
4.       Rupa-rupa tipu daya jahat.
 
Pertanyaannya: Kepada siapakah 4 (empat) perkara tersebut berlaku?
Jawabnya ialah terhadap orang-orang yang harus binasa. Lebih jelasnya; mereka itu adalah orang-orang yang tidak menerima, orang-orang yang tidak mengasihi kebenaran yang bersumber dari salib Kristus. Padahal, yang menyelamatkan manusia dari dosanya ialah salib Kristus, salib di Golgota.
 
Seharusnya, ibadah-ibadah di bumi ini harus dihubungkan langsung dengan salib Kristus. Pelayanan-pelayanan di atas muka bumi ini harus dihubungkan langsung dengan salib. Berarti, ibadah dan pelayanan di bumi ini tidak boleh berhenti hanya sebatas mujizat-mujizat, keberkatan-keberkatan, tidak boleh berhenti hanya sebatas sensasi-sensasi di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini.
 
Hal ini sudah dinubuatkan oleh nabi Daniel beberapa ribu tahun yang lalu. Sejenak kita akan memeriksanya di dalam Daniel 8, dengan perikop: “Domba jantan dan kambing jantan”, berarti terkait dengan ibadah dan pelayanan yang segera dipersembahkan untuk TUHAN.
Daniel 8:12
(8:12) Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, kebenaran dihempaskannya ke bumi, dan apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil.
 
Antikris akan mengadakan kebaktian atau ibadah dan pelayanan secara fasik. Mengapa? Sebab mereka mengadakan kebaktian fasik untuk menggantikan korban sehari-hari, yaitu:
1.      Korban sembelihan à Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib.
2.      Korban santapan à Pengajaran Firman Allah yang benar dan murni.
Yang lebih aneh lagi, kebenaran itu dihempaskan mereka ke bumi, sama artinya; menganggap rendah salib Kristus = menginjak-injak salib Kristus Sebab, sumber dari kebenaran yang sejati adalah salib Kristus. Kebenaran yang sejati terletak pada salib Kristus; di luar salib tidak ada lagi kebenaran.
 
Kemudian, apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil. Apapun yang dikerjakan oleh antikris atau binatang yang keluar dari dalam laut, semuanya berhasil.
Puji TUHAN kalau berhasil, puji TUHAN kalau diberkati, puji TUHAN kalau mujizat terjadi di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi hati-hati, bukan itu segala sesuatunya, bukan itu segala-galanya.
 
Pendeknya: Ibadah dan pelayanan yang dikerjakan antikris di bumi ini ...
-          Sibuk hanya hanya memikirkan tentang keberhasilan.
-          Sibuk berbicara tentang keberkatan.
Sebetulnya, kalau hanya sibuk hanya soal mujizat, sibuk hanya soal keberhasilan, sibuk hanya soal berkat dan keberkatan, sebetulnya ibadah semacam ini merupakan kekejian bagi TUHAN.
 
Mungkin saudara merasa aneh mendengar kotbah malam ini, tetapi mari kita perhatikan Wahyu 17, dengan perikop: “Penghakiman atas Babel”.
Wahyu 17:1-3
(17:1) Lalu datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: "Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya. (17:2) Dengan dia raja-raja di bumi telah berbuat cabul, dan penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya." (17:3) Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. Binatang itu mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.
 
Seorang perempuan, itulah perempuan Babel, duduk di atas seekor binatang, yaitu antikris. Adapun wujud dari binatang tersebut ialah:
-          Mempunyai 7 (tujuh) kepala.
-          Mempunyai 10 (sepuluh) tanduk.
-          Di kepalanya tertulis nama-nama hujat.
Singkatnya, Wahyu 17:3 sama dengan Wahyu 13:1. Intinya di sini ialah perempuan Babel menunggangi antikris.
 
Biarlah kiranya ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” ditunggangi oleh TUHAN Yesus Kristus; Dialah Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Bagaikan menunggungai keledai muda yang tertambat; setelah dilepaskan, selanjutnya ditunggangi, untuk dibawa masuk dalam Yerusalem Baru, masuk dalam pesta nikah Anak Domba sebagai sasaran akhir atau tujuan akhir dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini. Jadi, tidak ada yang lain; bukan soal berkat, bukan soal keberhasilan, bukan soal mujizat, walaupun semua itu kita butuhkan.
 
Jadi, kembali saya sampaikan: Perempuan Babel itu menunggangi binatang yang keluar dari dalam laut tersebut, itulah antikris.
 
Wahyu 17:4
(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
 
Kemudian, perempuan Babel itu ...

-          Memakai kain ungu. Berarti, nampaknya mulia; seolah-olah mulia karena berada di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi sebetulnya palsu.

-          Memakai kain kirmizi yang dihiasi dengan emas. Nampaknya seolah-olah ada kemurnian oleh karena darah salib Kristus; seolah-olah sudah melewati ujian sehingga mengalami pemurnian. Seolah-olah begitu tampaknya.

-          Memakai permata, mutiara. Jadi, seolah-olah sudah melewati proses penderitaan Salib, seperti mutiara. Untuk memperoleh “mutiara”, maka suatu benda keras harus dimasukkan ke dalam kerang, tetapi terlebih dahulu kerang itu dilukai. Jadi, yang membuat kita menjadi “mutiara” adalah melewati proses sengsara salib; seolah-olah seperti itulah nampaknya perempuan Babel itu. 

 
Singkatnya: Ibadah dan pelayanan dari antikris ini nampaknya sukses. Ibadah dari antikris ini nampaknya berhasil. Jadi, sama dengan Daniel 8:12.
Yang dapat memahami hal semacam ini hanyalah manusia rohani yang sudah di dalam penyerahan diri, di mana hatinya tidak lagi terikat dengan perkara di bawah, perkara lahiriah, perkara di dunia. Kalau dia masih berlaku fasik dengan perkara lahiriah, sekalipun kebenaran firman yang begitu suci, mulia dan sempurna disampaikan, maka akan dilawan kembali, akan dia tolak. Jadi, hanya manusia rohani yang bisa menerima pengertian sedalam ini.
 
Tetapi kenyataannya, di tangannya ada suatu cawan emas yang isinya penuh dengan 2 (dua) hal:
1.      Segala kekejian.
2.      Segala kenajisan percabulannya.
Jadi, kedua perkara di atas -- kekejian dan kenajisan percabulannya -- merupakan hasil dari ibadah pelayanan yang dikerjakan oleh antikris, sesuai dengan Daniel 8:12, Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, kebenaran dihempaskannya ke bumi, dan apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil. Jadi, Wahyu 17:4 sama dengan Daniel 8:12.
 
Hal ini wajib untuk diperhatikan. Sidang jemaat di Semarang, perhatikan hal ini baik-baik. Sidang jemaat yang di Bandung, perhatikan hal ini baik-baik. Sidang jemaat yang di Malaysia, perhatikan hal ini baik-baik. Jangan karena berhasil dan  keberhasilan, berkat dan keberkatan, lalu lupa TUHAN, lupa salib Kristus.
Yang ada dini hanyalah sementara; harta, kekayaan, uang yang banyak, kedudukan jabatan, yang ada ini semua sifatnya sementara. Itu sebabnya, Ayub rela menderita, karena dia sadar betul: Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Datang ke dunia dengan tidak membawa apa-apa, kembali dari dunia pun dengan tidak membawa apa-apa.
 
Saya kembali katakan dengan tandas: Kekejian dan kenajisan percabulannya merupakan hasil dari ibadah pelayanan yang dikerjakan oleh antikris.
 
Daniel 8:12 dibagi menjadi 2 (dua) bagian, YANG PERTAMA:

-          Kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, yaitu:

1.      Korban sembelihan, berbicara tentang ibadah salib.

2.      Korban santapan, berbicara tentang pengajaran Firman Allah Yang benar dan murni, tidak ditambah dan tidak dikurang.

-          Kebenaran dihempaskannya ke bumi, sama artinya; menginjak-injak salib Kristus, menganggap rendah korban Kristus atau mengecilkan korban Kristus.

Bagian yang pertama ini disebut dengan KEKEJIAN BUMI. Salah satu isi dari cawan emas yang di tangan perempuan Babel tersebut.
 
Daniel 8:12 dibagi menjadi 2 (dua) bagian, YANG KEDUA: Apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil.
Artinya:

a.       Dapat mengadakan mujizat-mujizat, terjadi tanda-tanda heran, dapat mengadakan sensasi-sensasi dan sebagainya di tengah ibadah dan pelayanan.

b.      Diberkati secara lahiriah, mengalami keberhasilan; berbicara soal keberhasilan dan berhasil, berbicara soal keberkatan dan diberkati secara lahiriah. 

Bagian yang kedua ini disebutlah KENAJISAN PERCABULANNYA. Ini juga isi dari cawan emas yang dipegang perempuan Babel.
Mengapa saya mengatakan bagian yang kedua ini merupakan “kenajisan percabulannya”? Lihat, saya akan buktikan kepada saudara: Apabila suatu ibadah dan suatu pelayanan tidak dihubungkan dengan salib, sebaliknya ...
-          sibuk dengan mujizat-mujizat, tanda-tanda heran,
-          sibuk dengan berkat-berkat lahiriah atau keberhasilan,
disebut dengan; pelacur rohani, disebut dengan; kenajisan percabulannya.
Kalau tidak sibuk dengan salib, justru sibuk dengan perkara lahiriah di bumi, itu berarti melacur rohani = kenajisan percabulannya.
 
Saya melihat gereja-gereja di hari-hari ini sangat mengerikan, tetapi kalau saya sampaikan hal ini, tentu saja ditolak oleh mereka. Pemahaman yang dalam semacam ini hanya bisa diterima oleh orang yang rendah hati, hanya bisa diterima oleh manusia rohani, hanya bisa diterima oleh orang-orang yang sudah menyerahkan dirinya sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah dan mau menjadi kecil oleh karena darah salib. Dalam Injil dikatakan:
1.      Orang yang beruang susah masuk sorga.
2.      Orang sombong susah masuk sorga.
3.      Orang fasik susah masuk sorga.
 
Kita kembali memperhatikan Wahyu 17.
Wahyu 17:5
(17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi."
 
Singkatnya: Perempuan Babel itu merupakan ...
-          Ibu dari wanita-wanita pelacur, atau gereja-gereja yang melacurkan hidupnya secara rohani.
-          Adalah kekejian bumi.
 
Wahyu 17:5 ini semakin memperjelas keadaan dari pada antikris yang juga telah dinubuatkan oleh nabi Daniel dalam Daniel 8:12.
Kalau TUHAN menyatakan isi hati-Nya yang dalam itu dengan terang benderang, maka TUHAN sedang mempersiapkan kita untuk maju berperang menghadapi segala musuh di depan yang menghadang, termasuk menghadapi antikris. Oleh sebab itu, kita butuh pembukaan Firman TUHAN, tidak hanya joget-joget di dalam gereja, tidak hanya sibuk membuat sensasi-sensasi yang menghabiskan waktu. Tidak ada waktu lagi, tinggal sedikit waktu lagi; oleh sebab itu, manfaatkanlah dengan baik kalau saudara tidak mau mengalami kerugian.
 
Wahyu 17:6
(17:6) Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran.
 
Ini adalah pengakuan Rasul Yohanes ketika melihat situasi kondisi keadaan dari gereja TUHAN di akhir zaman pada waktu petang menjelang gelap malam; dia sangat heran, dia sangat ketakutan. Jadi, janganlah kita main-main.
Rasul Yohanes mengerti tentang apa yang akan terjadi; oleh sebab itu, dia heran. Tetapi anehnya, gereja di hari-hari terakhir ini banyak menganggap enteng pengertian yang dalam, lalu mencari yang tidak perlu dicari; ini kaitannya dengan hati yang keras.
 
Singkatnya: Yang melacur rohani dan bertindak keji oleh karena perempuan Babel ialah:
-          Orang-orang kudus = Penuh dengan Firman Allah à MEJA ROTI SAJIAN.
-          Saksi-saksi Yesus = Penuh Dengan Roh Kudus à PELITA EMAS.
Dengan kata lain, ibadahnya belum memuncak sampai kepada doa penyembahan; satu alat di sini tidak nampak, tidak kelihatan, itulah MEZBAH DUPA.
 
-          Siapakah orang-orang kudus? Jelas, itu adalah orang-orang yang penuh dengan Firman Allah.
-          Siapakah saksi-saksi Yesus? Jelas, itu adalah orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus.
Tetapi ibadahnya belum sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan, sehingga satu alat lagi tidak nampak di sini, yaitu Mezbah Dupa yang mereka lupakan.
Yang mengerti tentang semua rencana TUHAN hanyalah orang yang kecil oleh karena salib, hanyalah orang yang rendah hati, hanyalah orang yang rohani, hanyalah orang yang sudah menyerahkan dirinya sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
 
Jadi;

-          Gereja yang nanti melakukan pelacuran secara rohani atau kenajisan percabulan ialah gereja yang ibadahnya belum memuncak sampai kepada doa penyembahan.

-          Kemudian, gereja yang menjadi kekejian bumi bagi TUHAN adalah gereja yang ibadah belum memuncak sampai kepada doa penyembahan.

Biar dia adalah pendeta, biar dia adalah gembala sidang, tetapi kalau ibadahnya belum memuncak sampai kepada doa penyembahan, kalau hidupnya belum berada pada penyerahan diri sepenuh untuk taat dengar-dengaran kepada pembukaan firman, maka ia akan digilas. Itulah orang-orang kudus, itulah saksi-saksi Yesus, itulah hamba-hamba Allah yang ibadahnya belum memuncak sampai kepada doa penyembahan, akan digilas, dihabisi oleh perempuan Babel, dan menjadi bilangan dari antikris, keluar dari tubuh Kristus, keluar dari bilangan TUHAN.
 
Sementara di perjalanan tadi (menuju ke Gereja), saya sampaikan kepada isteri saya: Semua firman penggembalaan dalam GPT “BETANIA” wajib untuk didengar, diterima dengan rendah hati dan lemah lembut, tetapi hari ini wajib sekali hukumnya, mengapa saya katakan demikian kepada isteri saya? Karena saya tahu apa yang sudah saya terima dari TUHAN untuk selanjutnya disampaikan kepada umat TUHAN, baik di dalam kandang maupun di luar kandang penggembalaan, di dalam maupun di luar negeri.
 
Kembali saya sampaikan: Yang melacur rohani dan bertindak keji dengan perempuan Babel ialah mereka yang ibadahnya belum sampai kepada doa penyembahan, itulah Mezbah Dupa. Siapa saja mereka? Mereka itu tertulis di dalam Wahyu 12:7, Wahyu 11:1, Matius 6:31-32, itulah hamba-hamba Allah yang penuh dengan firman (orang-orang kudus) dan penuh dengan Roh Allah (saksi-saksi Yesus).
Jadi, yang ada ini bukan segalanya. Jangan sampai pikiran saudara nanti terbawa situasi kondisi dunia ini, habis nanti; saya ingatkan saudara sekarang akan hal ini. Oleh sebab itu, biarlah sama-sama kita saling mendoakan.
 
Wahyu 18:9
(18:9) Dan raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka melihat asap api yang membakarnya.
 
Dan raja-raja di bumi, orang-orang kudus, saksi-saksi Yesus, hamba-hamba Allah, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan dengan dia (perempuan Babel), akan menangisi dan meratapinya (perempuan Babel), apabila mereka melihat asap api yang membakarnya (perempuan Babel).
 
Yang mau saya sampaikan tentang Wahyu 18:9 ini adalah jikalau ibadah itu hanya sebatas keberhasilan, hanya sebatas kelimpahan, maka sama dengan melacur rohani = berbuat cabul dan kekejian bumi, itulah tadi orang-orang kudus dan saksi-saksi Yesus, itulah raja-raja di bumi, hamba-hamba TUHAN, hamba-hamba Allah, pelayan-pelayan TUHAN, imam-imam, tetapi ibadahnya belum memuncak sampai kepada doa penyembahan.
 
-          Jikalau ibadahnya hanya sebatas keberhasilan;
-          Jikalau ibadahnya hanya sebatas kelimpahan;
maka, disebutlah melacur rohani atau berbuat cabul dan kekejian bumi.
Jangan sampai kita melayani hanya karena perkara lahiriah, hanya karena berkat-berkat. Banyak hamba-hamba TUHAN menggunakan pelayanan hanya untuk sesuap nasi; hati-hati, orang semacam ini akan dihabisi oleh antikris = berbuat cabul = kekejian bumi.
Yang TUHAN butuhkan adalah penyerahan diri, supaya secepatnya TUHAN kirim sayap burung nasar yang besar, berarti; kita berada di bawah kepak sayap Allah, sebagai tempat perlindungan, sebagai tempat perteduhan, sebagai kubu pertahanan.
 
Lihat ORANG YANG BERLAKU CABUL (melacur rohani).
Ibrani 12:16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
 
Esau adalah seorang pelacur rohani, sebab ia telah berlaku cabul, ia menjual hak kesulungannya, ia mengabaikan ibadah dan pelayanannya, ia mengabaikan korban sehari-hari, hanya demi sepiring sop kacang merah, hanya demi sesuap nasi. Tuhan mereka adalah perut mereka, itulah cabul rohani, pelacur rohani.
 
Berlaku cabul = Nafsu rendah, nafsunya terlalu murahan. Jadi, jangan saudara anggap, kalau seseorang memiliki uang yang banyak, berarti ia mulia, tidak, sementara dia tidak menghargai salib Kristus, sesungguhnya ia murahan di hadapan TUHAN, nafsunya rendah.
 
Ibrani 12:17
(12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
 
Sebab kamu tahu, bahwa kemudian ... Hal “kemudian” inilah yang harus kita perhatikan. Jangan hanya memikirkan “hari ini”, tetapi pikirkan hari “kemudian”. Apa yang terjadi di kemudian hari tentang Esau, si orang cabul, pelacur rohani? Ketika ia hendak menerima berkat itu, berkat dari hak kesulungan itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
 
Pada akhirnya, di sini kita melihat: Pelacur rohani, itulah Esau, yang nafsunya rendah itu, tidak ada kesempatan bagi dia untuk menerima berkat dari hak kesulungan.
Apa berkat dari ibadah dan pelayanan? Itulah Yerusalem sorgawi. Tetapi Esau ditolak untuk menerima berkat ini, mengapa? Karena tidak ada lagi kesempatan bagi dia untuk bertobat. Sekalipun penuh dengan cucuran air mata, sekalipun menangis dan meraung-raung dengan tangisan darah, tetapi TUHAN tidak akan dengar doa semacam ini, sebab kesempatannya sudah habis; oleh sebab itu, dia ditolak.
 
Selagi masih ada kesempatan, itu adalah kemurahan TUHAN. Selagi nafas dikandung hayat, itu adalah kemurahan. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada. Jangan sia-siakan masa mudamu. Yang tua, jangan sia-siakan kesempatan yang ada walaupun tinggal berapa lama lagi kalau TUHAN kehendaki.
 
Kesimpulannya: Jikalau ibadah dan pelayanan di bumi ini berhenti hanya sebatas ...
-          Berhenti hanya sebatas mujizat-mujizat.
-          Berhenti hanya sebatas tanda-tanda heran.
-          Berhenti hanya sebatas kelimpahan, keberhasilan dan keberkatan.
itu adalah kesesatan, sehingga tidak sampai pada tujuan akhir hidup. Berhenti hanya sebatas di tengah jalan = Sesat. Kalau tidak sesat, pasti sampai pada tujuan akhir.
Jadi, kalau berhenti hanya sebatas mujizat, berhenti hanya sebatas mengadakan tanda-tanda heran, sensasi-sensasi di dalam gereja, kemudian berhenti hanya sebatas keberkatan, keberhasilan, pasti sesat, karena sudah berhenti di tengah jalan; sesat, tidak sampai tujuan akhir.

-          Tidak salah menempuh pendidikan setinggi-tingginya, tetapi TUHAN, atau ibadah dan pelayanan harus menjadi yang nomor satu.

-          Tidak salah bekerja dan berbisnis di atas muka bumi selagi masih ada kesempatan, tetapi di dalam kesempatan yang baik itu biarlah TUHAN nomor satu, ibadah dan pelayanan nomor satu. 

Tidak usah pusing dengan perkara yang lahiriah.
 
Jika kita diberkati oleh pembukaan rahasia firman, itu adalah kemurahan TUHAN. Jangan kalau berbicara “uang” baru senang dan semangat. Sesungguhnya, yang ada ini terlalu kecil bagi TUHAN; jangan ngiler dengan hal-hal yang begitu, tidak usah menganga, sebab itu terlalu kecil bagi TUHAN. Kalau TUHAN taruh seperti apa kita, syukuri saja, karena TUHAN jauh lebih tahu tentang masa depan kita, jangan keluar dari koridornya TUHAN, jangan keluar dari rencana TUHAN, sebab nanti akan binasa, sesat di tengah jalan.
Hati saya terharu, tetapi jangan hanya sebatas terharu, melainkan firman itu harus ditindak-lanjuti. Kalau hanya sebatas terharu, meneteskan air mata, itu adalah pelayanan tubuh (perjanjian lama), bagaikan huruf-huruf yang tertulis dalam 2 (dua) loh batu, atau yang pernah tertulis pada lembaran-lembaran dari gulungan kitab. Yang TUHAN mau adalah menikmati pelayanan Roh, itulah pelayan-pelayan pada perjanjian baru; huruf firman itu bukan lagi ditulis pada 2 (dua) loh batu, tetapi ditulis (dimeteraikan) oleh Roh Kudus dalam loh daging, ditukik oleh 5 (lima) ujung jari Allah di hati kita.
Memang, hati saya terharu saat ini, tetapi biarlah firman yang kita terima ini ditindaklanjuti, difollow-up, artinya firman itu menjadi praktek dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam rangka menantikan kedatangan TUHAN kembali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
 
Jadi, pada akhirnya, Esau ditolak; tidak ada kesempatan bagi dia.
 
Kesimpulannya: Jika ibadah dan pelayanan di bumi berhenti hanya sebatas mujizat, tanda heran, atau berhenti hanya sebatas kelimpahan, keberkatan, keberhasilan, itu adalah kesesatan, sehingga tidak sampai pada tujuan akhir.
 
1 Timotius 1:3-4
(1:3) Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain (1:4) ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.
 
Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia ... Makedonia ini adalah sidang jemaat kecil, tetapi pengorbanannya besar, bahkan pengorbanan mereka ialah memberi dari kekurangan, memberi di luar kemampuan.
 
... Aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain. Hamba-hamba TUHAN jangan mengajarkan ajaran lain, maksudnya; jangan sampai mengadakan kebaktian fasik, lalu menggantikan korban sehari-hari;
-          Menggantikan korban sembelihan, yaitu ibadah yang dihubungkan dengan salib;
-          Menggantikan korban santapan, itulah pengajaran Firman Allah yang benar dan murni;
lalu mengajarkan ajaran yang lain, ataupun sibuk menyampaikan satu dua ayat firman lalu ditambah dengan dongeng nenek tua. Contohnya:

-          Satu ayat firman ditambahkan dengan cerita si kancil, si kura-kura, si buaya dan lain sebagainya.

-          Kemudian, jangan sibuk dengan silsilah yang tidak ada putus-putusnya, itu sama dengan filsafat-filsafat kosong. 

 
Kalau sibuk dengan silsilah yang tidak ada putus-putusnya, nanti lama-lama tidak mengakui keberadaan TUHAN Yesus Kristus. Lihat orang pandai; penuh dengan filsafat dan silsilah-silsilahnya, lama-lama TUHAN disingkirkan karena silsilahnya, filsafatnya begitu hebat; dan orang bisa terpengaruh. Itu adalah ajaran lain.
Setelah mendengar penginjilan untuk memotivasi kita, itu bagus, tetapi harus lanjut sampai kepada perkembangan yang selanjutnya, tidak boleh berhenti hanya sebatas penginjilan atau mujizat.
 
Kemudian, jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman. Iman itu timbul dari pendengaran, yaitu pendengaran akan firman Kristus, firman salib. Kalau ajaran lain; menimbulkan kekacauan, tidak tertib dalam gereja, tidak tertib dalam rumah TUHAN, sehingga yang mana kepala - yang mana kaki tidaklah jelas, akhirnya kaki menjadi kepala, kepala menjadi kaki. Sehingga tidak banyak perempuan duduk dengar firman; dikira dengan kesibukannya, ia sudah menyelamatkan gereja TUHAN, itu tidak benar.
 
1 Timotius 1:5-6
(1:5) Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. (1:6) Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia.
 
Kalau kita menikmati korban sehari-hari, itulah;
-          Korban sembelihan, yaitu ibadah yang dihubungkan dengan salib;
-          Korban santapan, itulah pengajaran Firman Allah yang benar dan murni;
itu adalah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.
Kalau ajaran lain tidak demikian; tidak tulus, tidak suci.
 
Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan akhir hidup, tidak sampai pada tujuan akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini, dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia.
Jadi, nanti pada akhirnya, begitu banyak anak-anak TUHAN, begitu banyak orang Kristen, begitu banyak umat TUHAN yang sesat, tidak sampai pada tujuan akhir, sasaran akhir dari ibadah pelayanan -- itulah pesta nikah Anak Domba --, karena mereka sudah sesat di tengah jalan oleh karena ajaran-ajaran lain tadi; sibuk dengan keberhasilan, sibuk soal keberkatan, sibuk dengan mujizat, sibuk dengan sensasi, dan lain sebagainya. Itu namanya; berhenti di tengah jalan, maka sesat, tidak sampai pada tujuan akhir perjalanan rohani gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini.
 
Sekarang, kita kembali memperhatikan 1 Timotius 6, dengan perikop: “Mengenai penyakit bersilat kata dan mengenai cinta uang”.
1 Timotius 6:2B-5
(6:2) Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini. (6:3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (6:4) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (6:5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
 
Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat -- yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus -- dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, itulah korban sehari-hari (korban sembelihan dan korban santapan), ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Itu sebabnya, banyak hamba TUHAN untuk menutupi kebodohannya, ketidaktahuannya tentang kebenaran Firman TUHAN yang tertulis dalam Alkitab, yang dibagi menjadi 2 (dua) bagian -- Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru --, diganti dengan bahasa-bahasa yang tinggi, bahasa-bahasa yang tidak mudah untuk dimengerti, diganti dengan hal-hal yang kelihatannya hebat “waw”, padahal tidak tahu apa-apa. Sehingga terpaksa “cas cis cus cas cis cus”, padahal tidak tahu apa-apa.
 
Seharusnya, firman itu dijabarkan, bukan “cas cis cus cas cis cus”. Walaupun dengan bahasa sederhana, tetapi orang harus mengerti sasaran, mengerti rencana TUHAN, mengerti tujuan akhir. Jadi, jangan cari yang “cas cis cus cas cis cus” tetapi tidak tahu sasaran akhir dari ibadah pelayanan.
Ini bukan bicara sombong, tetapi fakta; kita harus bicara aktual. Jadi, jangan hanya sebatas supaya orang sampai terbelalak, tetapi tidak mengerti rencana Allah; untuk apa bikin sensasi, tetapi orang lain tidak mengerti rencana TUHAN?
 
Kalau tidak mengajarkan ajaran sehat, maka penyakitnya ialah mencari-cari soal. Misalnya: Ketika umur Yesus dari 12 (dua belas) tahun sampai 30 (tiga puluh) tahun, di dalam Alkitab tidak dituliskan Yesus di mana, berada di mana, lalu dalam keadaan apa. Hal itu tidak dituliskan di dalam Alkitab. Kalau memang Alkitab mengatakan hal itu ya sudah; jangan ditambahkan dan jangan dikurangkan. Tetapi banyak hamba TUHAN mencari-cari soal dan bersilat kata, dengan berkata:  Di manakah Yesus saat berumur 12 (dua belas) tahun sampai 30 (tiga puluh) tahun? Lalu, hamba TUHAN sibuk di situ, sibuk dengan soal yang dicari-cari, dan akhirnya logika mulai bermain, padahal tidak tahu apa-apa, namun terpaksa dia menggunakan cara seperti itu.
Kita semua sudah dibekali oleh TUHAN, maka tidak bisa dibodoh-bodohi dengan ajaran semacam itu, bukan?
 
Kemudian, oleh karena bersilat kata, menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga mencurigai, karena yang disampaikan bukan salib, bukan dasar yang teguh, bukan kasih Allah sebagai dasar nikah rumah tangga.
Dasar kita mengadakan hubungan antara tubuh dengan kepala, dasar kita mengadakan hubungan dengan TUHAN adalah kasih, itulah salib. Tidak ada yang lain. Kalau yang lain, misalnya adalah uang; habis uang, maka habis pula kebaikan. Dasar yang lain bisa habis, bisa berlalu. Tetapi dasar kita membangun hubungan intim dengan TUHAN adalah salib Kristus, korban Kristus, kasih Allah; kalau tidak, maka akan menimbulkan dengki, cidera, fitnah, curiga antara satu dengan yang lain:
-          Antara suami isteri, sebagai nikah yang paling kecil,
-          Bahkan di dalam nikah yang lebih besar, yaitu dalam penggembalaan; antar gembala dengan sidang jemaat, antara sidang jemaat satu dengan sidang jemaat yang lain, antara pelayan yang satu dengan pelayan yang lain saling curiga, benci, dengki, dan lain sebagainya.
Mengapa demikian? Karena sudah menggunakan logika.
 
Kemudian, pada ayat 5 dikatakan: ... orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
Ternyata, mereka yang terlibat di dalamnya adalah ...
-          Orang-orang kudus = penuh dengan Firman.
-          Dan juga saksi-saksi Yesus = penuh dengan Roh Kudus.
Yang melayani namun hanya untuk mencari keuntungan, itulah pelacur rohani, kenajisan percabulan dan juga merupakan kekejian bumi.
 
Sekarang kita akan BANDINGKAN dengan PEKERJAAN YESUS, Anak Tunggal Bapa, itulah pekerjaan kita di tengah ibadah pelayanan di bumi ini, yang sangat bertolak belakang dengan pekerjaan dari pada antikris.
Filipi 2:5-7
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
 
Biarlah kiranya, kita semuanya menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Jangan mempertahankan pikiran dan perasaan manusia daging atau manusia duniawi yang hidup secara manusiawi.
 
Filipi 2:6-7
(2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
 
Jadi, pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus itu adalah tidak mempertahankan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain:
1.      Ia meninggalkan Bapa-Nya.
2.      Ia meninggalkan rumah-Nya di sorga.
3.      Ia meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
 
Setelah menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus, tindakan selanjutnya adalah, YANG PERTAMA: Mengosongkan diri-Nya.
Kata dasar dari “mengosongkan” adalah kosong = nol. Nol merupakan titik terendah; oleh sebab itu, marilah kita merendahkan diri satu dengan yang lain. Biarlah Dia semakin besar, kita semakin kecil; Dia semakin bertambah-tambah, kita semakin berkurang-kurang. Beradalah pada titik nol, beradalah pada titik terendah, prakteknya; jangan bermegah, jangan menyombongkan diri dengan segala sesuatu yang kita miliki.
Sekalipun mempunyai potensi, mempunyai talenta, mempunyai ini dan itu, tetapi tidak perlu bermegah; itulah keadaan orang yang mengosongkan diri, yang berada pada titik terendah. Nol, berarti TUHAN semakin besar, kita semakin kecil; TUHAN semakin bertambah-tambah, kita semakin berkurang-kurang.
Oleh sebab itu, biarlah semakin tahun, kita semakin lemah lembut; semakin tahun, kita semakin rendah hati. Jangan melayani TUHAN tahun ke tahun tetapi tidak kelihatan kerendahan hati, justru malas menyembah TUHAN, malas berkorban, takut berkorban, akhirnya mulutnya dower, karena terlalu banyak alasan.
 
Setelah menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus, tindakan selanjutnya adalah, YANG KEDUA: Mengambil rupa seorang hamba.
Jangan kita datang beribadah dan melayani dengan mengambil rupa seorang “tuan”, tetapi biarlah kiranya kita mengambil rupa seorang “hamba”. Saya sendiri hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala sidang, kepada imam-imam, pelayan TUHAN, bahkan sampai kepada seluruh sidang jemaat, biarlah kita datang dengan mengambil rupa seorang “hamba” saja, jangan mengambil rupa seorang “tuan”.
 
Lebih detil dengan seorang HAMBA, di dalam Injil Lukas 17, dengan perikop: “Tuan dan hamba.” Tuan dari hamba-hamba TUHAN adalah TUHAN Yesus Kristus; oleh sebab itu, biarlah kita mengambil rupa hamba di tengah-tengah ibadah dan pelayanan saat menghadap takhta kasih karunia. Kita harus tahu tatanan dari Kerajaan Sorga; maksudnya tahu siapa tuan, siapa hamba.
Lukas 17:7
(17:7) "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
 
Di sini kita melihat keberadaan dari seorang hamba: Adapun pekerjaannya adalah ...
1.      Menggembalakan kambing domba tuannya.
2.      Membajak ladang tuannya.
 
Lukas 17:8
(17:8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
 
Seorang hamba, ia telah merendahkan dirinya, sebab di sini kita melihat; seorang hamba TUHAN itu akan mengikat pinggang dan melayani tuannya sampai selesai. Berarti, ia telah merendahkan dirinya = setia, tidak berhenti hanya sebatas kelimpahan, keberkatan dan mujizat dan sensasi.
 
Seorang hamba itu melayani tuannya dengan segala kerendahan hati, melayani tuannya dengan berikat pinggang, dengan kesetiaan. Kerendahan hati dan kesetiaan, itu adalah ikat pinggang. Setia, disertai dengan kerendahan hati, itulah seorang hamba yang melayani TUHAN.
Jadi, tidak berhenti hanya sebatas mujizat, sensasi, tidak berhenti hanya sebatas soal keberkatan, keberhasilan, itu bukanlah ikat pinggang, sebab ikat pinggang itu adalah setia melayani TUHAN.
 
Lukas 17:9-10
(17:9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (17:10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
 
Seorang tuan tidak akan pernah mengucapkan “terima kasih” kepada hambanya, tetapi hamba TUHAN harus menyadari hal itu. Oleh sebab itu, hamba TUHAN yang menyadari ayat 9 ini, maka apapun yang sudah dikorbankan di tengah ibadah dan pelayanan, hendaklah kita berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna” Mengapa kita harus berkata demikian? Karena kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
 
Kalau hamba TUHAN, gembala sidang, dan imam-imam, pelayan-pelayan di dalam rumah TUHAN suka ngomel, bersungut-sungut menggerutu manakala ada korban-korban tenaga, pikiran, waktu, uang dan materi, sesungguhnya dia bukanlah hamba, dia hanya sekedar pamer, unjuk gigi, supaya orang melihat kemampuannya. Hal ini sangat disayangkan tentunya.
Tetapi yang benar, saat kita menghadap TUHAN di tengah ibadah adalah berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Yang penting hati TUHAN senang. Jangan beribadah untuk mencari kesenangan diri sendiri.
-          Pada saat duduk dengar firman, yang penting adalah hati TUHAN senang.
-          Saat melayani pekerjaan TUHAN, yang penting adalah hati TUHAN senang.
-          Apapun yang kita perbuat, yang kita kerjakan di tengah ibadah pelayanan, yang penting adalah hati TUHAN senang.
 
Setelah menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus, tindakan selanjutnya adalah, YANG KETIGA: Menjadi sama dengan manusia.
Jadi, setelah mengosongkan diri, lalu mengambil rupa sebagai seorang hamba, barulah yang ketiga adalah menjadi sama dengan manusia.
 
Lihat KEADAAN YESUS SEBAGAI MANUSIA.
Filipi 2:8
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
 
Setia, berarti; tidak berhenti hanya sebatas mengadakan mujizat, tidak berhenti hanya sebatas keberkatan dan keberhasilan, tetapi dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Kalau keberkatan, keberhasilan, itu hanya bagian dari ibadah dan pelayanan, tetapi tujuan akhir ibadah dan pelayanan ialah harus setia; taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib. Itulah keadaan Yesus sebagai manusia, yaitu setia.
 
Jadi, bukan hanya sebatas “keberkatan”, tidak. Itulah kekeliruan dari antikris tadi; itulah kekeliruan dari orang fasik, orang congkak yang tidak mau rendah hati tadi, itulah binatang yang keluar dari dalam laut.
 
Singkatnya: Pelayanan dari Yesus selama 3.5 (tiga setengah) tahun di atas muka bumi ini bertolak belakang (kontradiksi) dengan pelayanan dari antikris, binatang yang keluar dari dalam laut, yang ditunggangi oleh perempuan Babel, pelacur besar dan kekejian bumi.
 
Sesudah kita melihat perbandingan yang kontradiksi itu, kita kembali membaca Wahyu 13.
Wahyu 13:4
(13:4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?"
 
Ada 2 (dua) pertanyaan yang timbul dari pembacaan pada Wahyu 13:4, pertanyaan YANG PERTAMA: Mengapa orang-orang yang mengikuti antikris itu menyembah naga atau Setan?
Jawabnya ialah mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu; naga itu memberikan kekuasan kepada antikris. Jadi, hanya karena kuasa yang telah diberikan oleh naga (Setan) itu kepada binatang yang keluar dari dalam laut (antikris), setelah melihat kuasa itu, selanjutnya pengikut-pengikut antikris itu menyembah Setan.
Sebetulnya, pengertian semacam ini bertolak belakang dengan ajaran TUHAN Yesus Kristus kepada 12 (dua belas) murid atau 12 (dua belas) rasul.
 
Kiranya kita diluruskan oleh TUHAN, di tengah kita beribadah dan melayani TUHAN. Ular yang menjalar, ia pasti berliku-liku; itu sebabnya, ular hanya bisa diluruskan oleh sepotong kayu salib yang ditusukkan dari mulut sampai ke ekornya, barulah lurus. Dulu kita berliku-liku, tetapi kita mau diluruskan malam ini, bukan?
 
Lukas 22:24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
 
Jadi, ternyata, sebelum Yesus mati, yang terjadi terakhir sekali adalah 12 (dua belas) murid -- yang disebut juga 12 (dua belas) rasul -- berlomba-lomba siapa menjadi yang terbesar.
 
12 (dua belas) murid adalah gambaran dari hamba-hamba TUHAN di akhir zaman ini. Jadi, ternyata, banyak hamba TUHAN berlomba-lomba menjadi yang terbesar;
-          Berlomba-lomba siapa menjadi hamba TUHAN yang terbesar di atas muka bumi ini,
-          Berlomba-lomba siapa yang menjadi hamba TUHAN yang paling TOP,
-          Berlomba-lomba siapa yang paling terkenal.
Karena hamba TUHAN berlomba-lomba, akhirnya sidang jemaat menjadi bodoh, sama seperti perempuan Samaria, yang sibuk mencari “timba”, tidak sibuk mencari air kehidupan dari pribadi Yesus.
Janganlah kita seperti itu; kalau melayani, layanilah dan katakan: Aku adalah hamba-hamba yang tidak berguna.
 
Setelah melihat gelagat geliat dari 12 (dua belas) murid, selanjutnya pada ayat 25, Yesus berkata ...
Lukas 22:25
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
 

-          Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka. Yang disebut pemerintah, yang disebut pemimpin adalah raja.

-          Orang-orang yang menjalankan kuasa (pejabat-pejabat) atas mereka (rakyatknya) disebut pelindung-pelindung

Ini adalah pengertian, pemahaman dari manusia duniawi.
Itu sebabnya, mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar, supaya layak menjadi pemimpin, supaya layak menjadi orang yang terkemuka, supaya layak menjadi cendekiawan. Namun itu adalah ukuran manusia duniawi; itu sebabnya, banyak orang mengikuti antikris, dan akhirnya menyembah Setan yang memberi kuasa kepada antikris.
 
Tetapi lihat, di dalam TUHAN tidak seperti itu; di dalam mengikuti TUHAN, bukan karena kuasa.
Lukas 22:26
(22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
 
Kalau mengikut TUHAN -- apalagi seorang hamba TUHAN, pelayan TUHAN --, maka:

1.      Yang terbesar hendaklah menjadi yang paling muda. Tidak menganggap tua, tidak menganggap hebat, tidak menganggap lebih senior, tidak menganggap lebih pengalaman, tetapi menganggap diri sebagai yang paling muda; mau belajar belajar belajar belajar. 

2.      Kemudian, kalau memang dia disebut pemimpin sejati, maka dia harus melayani, dan berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan”.

 
Jadi, jelas terlihat perbedaan itu.
-          Mengapa mereka menyembah Setan? Hanya karena “kuasa” diberikan kepada antikris.
-          Tetapi di dalam TUHAN tidak seperti itu, supaya kita jangan berlomba-lomba untuk dianggap yang terbesar, jangan, tidak seperti itu di dalam TUHAN.
Oleh sebab itu, jangan keliru dalam penyembahan. Tetapi biarlah betul-betul tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) yang menuntun kita, menuntun ibadah ini sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan; itulah penyembahan yang benar.
 
Lukas 22:27-28
(22:27) Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. (22:28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.
 
Siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Kalau di dalam dunia, tentu yang duduk makan, bukan yang melayani. Tetapi selanjutnya, TUHAN berkata: “Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan” Berarti, Yesus adalah Pemimpin sejati; Dialah yang terbesar.
 
Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Pikul saja salibmu masing-masing, itulah pengikut yang benar, supaya penyembahan kita jangan keliru, penyembahan kita jangan salah.
 
Lukas 22:37-38
(22:37) Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi." (22:38) Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."
 
Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.” Itulah perkataan Yesus terakhir kali pada perjamuan malam, di mana Yesus akan ditangkap dan disalibkan.
Perjamuan malam kawin Anak Domba terakhir kali di atas muka bumi ini, itu adalah sasaran akhir ibadah pelayanan kita. Sasaran dari pelayanan salib adalah pesta nikah Anak Domba, perjamuan malam kawin Anak Domba. Jadi, jangan keliru, jangan mau dibodoh-bodohi lagi oleh hamba TUHAN yang tidak bertanggung jawab itu.
Itu sebabnya saya merasa kasihan, karena ajaran Setan sedang marak di dalam gereja sekarang ini.
 
Lalu, mendengar Yesus hendak disalibkan, murid-murid berkata: “Tuhan, ini dua pedang.  Petrus dan rekan-rekan, 12 (dua belas) murid -- yang disebut juga 12 (dua belas) rasul masih berpikiran manusiawi, masih berusaha membuat dirinya untuk menjadi yang terbesar, sehingga mengandalkan kekuatan.
Tetapi lihat, apa jawab Yesus: “Sudah cukup” Salib Kristus sudah menyelesaikan masalah kita, dan itu cukup. Salib yang mencukupkan kebutuhan kita masing-masing, bukan pedangmu, bukan kemampuanmu, tetapi salib yang mencukupkan segala sesuatu.
 
Salib yang mencukupkan segala sesuatu, bukan gajimu, bukan usahamu, bukan kekuatanmu, bukan dua pedangmu. Yesus harus disalib, maka semuanya selesai, dan itu sudah cukup. Dengan demikian, pengikutan kita tidak keliru, sebab akan membawa kita kepada penyembahan yang benar.
Bersyukur, berterima kasihlah kepada TUHAN, kalau TUHAN akhirnya luruskan segala yang berliku-liku. Hanya salib yang meluruskan segala sesuatu.
 
Kita kembali membaca Wahyu 13.
Wahyu 13:4
(13:4) Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata: "Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?"
 
Ada 2 (dua) pertanyaan yang timbul dari pembacaan pada Wahyu 13:4, pertanyaan YANG KEDUA: Mengapa orang-orang yang mengikuti antikris itu menyembah antikris itu sendiri?
Jawabnya dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan mereka, yaitu:
A. Siapakah yang sama seperti binatang ini?
Mengapa ada pernyataan seperti itu? Karena pada ayat 3: satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh, dengan lain kata; mujizat terjadi diadakan oleh antikris. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu. Itu sebabnya timbullah pernyataan mereka: “Siapakah yang sama seperti binatang ini?
Jadi, hanya karena mujizat, lalu merasa sudah hebat sekali; itu sebabnya mereka menyembah antikris, bukan lagi menyembah TUHAN Yesus, Allah yang hidup, Pribadi dalam kekekalan.
B. Dan siapakah yang dapat berperang melawan dia?
Ini adalah pemikiran yang sangat bodoh dan dangkal sekali. Sebab, kalau kita perhatikan dalam 1 Korintus 14, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang?
Pernyataan pengikut antikris ini adalah pemikiran yang dangkal sekali. Oleh sebab itu, biarlah kiranya nafiri yang terbuat dari perak itu ditiup dengan terang-benderang, supaya kita mempersiapkan diri untuk selanjutnya maju dalam peperangan.
Di dalam kitab Bilangan 10, yang memimpin perjalanan bangsa Israel sampai akhirnya tiba diperjalanan adalah karena dikomandoi oleh dua nafiri perak yang ditiup oleh hamba-hamba TUHAN (orang Lewi). Dengan demikian, dari perintah itulah mereka tahu;

-          Kapan mereka berhenti berkemah dan kapan mereka berangkat.

-          Selanjutnya, kapan pasukan sebelah kiri maju berperang dan kapan pasukan sebelah kanan berperang.

-          Kapan mereka berkumpul raya.

Semuanya itu dikomandoi oleh nafiri perak yang ditiup oleh orang Lewi.
Jadi, dari pernyataan ini menunjukkan bahwa pengikut antikris ini dangkal sekali dalam pemahaman; itu sebabnya mereka menyembah binatang yang keluar dari dalam laut.
 
Tetapi malam ini, kita patut mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada TUHAN dan berterima kasih setinggi-tingginya kepada TUHAN, karena salib di Golgota telah meluruskan pikiran kita, telah meluruskan perasaan manusia daging kita, sehingga tidak sesat di tengah jalan, sebab TUHAN bawa sampai tujuan akhir, itulah perjamuan malam kawin Anak Domba, pesta nikah Anak Domba. Kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, itulah tubuh Mempelai; bangsa kafir dan bangsa Israel bersatu. Haleluya.. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment