KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, February 16, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 09 FEBRUARI 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 09 FEBRUARI 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 130)
 
Subtema: BERKUASA DALAM PERKATAAN DAN PERBUATAN
 
Shalom.
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia. Dialah Allah sesembahan kita, Dialah Allah yang harus kita puji dari sekarang sampai selama-lamanya.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia bagi kita sekaliannya. Biarlah damai sejahtera memerintah di hidup kita masing-masing.
Tidak lupa saya menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, baik sidang jemaat yang di kediaman masing-masing, Serang dan Cilegon, maupun sidang jemaat yang di Malaysia, di Bandung, bahkan juga di Semarang, bahkan umat TUHAN yang terus memberikan dirinya digembalakan lewat live streaming video internet Youtube Facebook baik di dalam maupun di luar negeri, di mana pun anda berada; kiranya TUHAN memberkati kita sekaliannya, Shalom.
 
Di tengah-tengah Ibadah Doa Penyembahan ini, kita mendapat kunjungan yang istimewa dari sahabat saya, rekan, senior saya; Bapak Pendeta Jantje Mamahit bersama ibu. Ini adalah suatu kemurahan bagi kita, karena kita dikunjungi oleh hamba TUHAN yang sudah cukup berpengalaman di tengah ibadah dan pelayanan. Saya tahu, betapa besar tanggung jawab beliau terhadap satu sidang jemaat yang ada.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami, supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima oleh seorang suami dengan hati yang terbuka lebar-lebar disertai dengan kerendahan hatinya, sekalipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin dalam hubungan nikah rumah tangganya.
 
Kemudian, kita akan melihat lebih rinci tentang seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, di dalam surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Dari Efesus 5:25-29, kita dapat melihat sebanyak dua kali tentang seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya.
YANG PERTAMA pada ayat 25: Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Perkara yang pertama soal seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya ini telah diterangkan beberapa waktu yang lalu, dan masih jelas dalam ingatan kita masing-masing tentunya; dan saya berharap, hal itu menjadi berkat yang besar bagi kita.
Sebab, dari hal yang pertama ini, pada akhirnya nanti gereja TUHAN ditempatkan di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu = kudus dan tidak bercela. Ini adalah kasih yang pertama dari seorang laki-laki kepada isterinya.
 
YANG KEDUA, pada ayat 28: Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri. Mengapa demikian?
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota, sebab di sini dikatakan: laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Jelas hal ini berbicara tentang salib di Golgota.
Sebab, Yesus sendiri sebagai Anak Allah telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, yakni:
-          Meninggalkan Bapa-Nya.
-          Meninggalkan rumah-Nya di Sorga.
-          Meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Hal itu ditulis dengan jelas di dalam Filipi 2:5-8, dengan satu tujuan yang mulia; supaya Kristus, yang adalah Kepala secepatnya menyatu dengan jemaat yang adalah tubuh-Nya.
 
Jadi, yang mempersatukan antara suami dengan isterinya adalah salib di Golgota. Seperti seorang suami meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan isterinya, demikianlah Yesus, Anak Allah, meninggalkan kemuliaan-Nya, supaya secepatnya antara Kristus yang adalah Kepala menyatu dengan tubuh-Nya yang adalah isteri-Nya.
 
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri ... Allah tidak pernah benci kita semua, Allah mengasihi manusia, dan itu sudah dibuktikan oleh Yesus, Anak Allah, di atas kayu salib.
 
Bukti seorang suami mengasihi isterinya ialah mengasuhnya dan merawatinya sama seperti Kristus terhadap jemaatnya.
 
Hal yang senada tentang mengasuh dan merawati, kita temukan kembali dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika di dalam 1 Tesalonika 2:7.
Mengapa Rasul Paulus banyak berbicara tentang kasih Mempelai? Itu menunjukkan bahwa dia adalah pekabar Mempelai; dialah penyambung antara kabar Mempelai dalam Terang Tabernakelnya Musa dengan kabar Mempelai dalam Terang Tabernakel Sorgawi sesuai dengan penglihatan Rasul Yohanes di pulau Patmos. Dialah (Rasul Paulus) yang menjembataninya; dari Alfa sampai Omega, dialah yang menjembataninya.
 
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika sama seperti seorang ibu terhadap anaknya.
 
Ibu à Gembala sidang atau pemimpin rumah TUHAN. Adapun tugas dari seorang gembala sidang ialah:
1.      Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2.      Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan, akan menerima penjelasan tentang MENGASUH, yang dihubungkan langsung di dalam Kisah Para Rasul 7.
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
 
Musa diasuh oleh puteri Firaun sama seperti anaknya sendiri.
 
Perlu untuk diketahui:
-          Seorang ibu harus bertanggung jawab di dalam hal mengasuh anak yang dilahirkannya.
-          Sebaliknya, seorang anak berhak untuk mendapatkan hak asuh dari ibunya sendiri.
Hal ini tidak boleh bermain-main.
 
Oleh sebab itu, tentu saja kita patut berterima kasih setinggi-tingginya dan mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada TUHAN kita, Yesus Kristus. Mengapa? Sebab Dia adalah Kepala rumah TUHAN, Dia juga adalah Gembala yang baik, yang telah mengasuh hidup rohani kita masing-masing, lewat ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang Cilegon. Demikian juga sidang jemaat di Bandung, sidang jemaat di Malaysia, sidang jemaat di Semarang, dan umat TUHAN yang senantiasa memberikan dirinya digembalakan lewat live streaming, kita bersyukur kepada TUHAN, sebab kita senantiasa diasuh oleh TUHAN.
 
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Salah satu bukti bahwa Musa diasuh oleh puteri Firaun ialah Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir.
Berarti, diasuh = menerima didikan langsung dari TUHAN.
 
Kita pada umumnya sudah mendapat didikan;
-          6 (enam) tahun di Sekolah Dasar.
-          3 (tiga) tahun di Sekolah Menengah Pertama.
-          Lalu 3 (tiga) tahun kemudian di Sekolah Menengah Atas.
-          Dan juga ada di antara kita yang lanjut sampai kepada Perguruan Tinggi.
Pendidikan semacam itu bagus, tidak salah, dan itu harus. Tetapi sehebat apapun pendidikan di dunia ini, belum sempurna untuk memperoleh keselamatan.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Pendidikan di dunia ini belum sempurna untuk mendapatkan keselamatan. Berarti, yang mengasuh kehidupan kita, jelas hanya TUHAN. Pendidikan di dunia belum tentu mengasuh hidup untuk memperoleh selamat.
 
Kita hubungkan langsung dengan 1 Korintus 11.
1 Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Kalau kita menguji diri kita sendiri, sadar menghadapi ujian, dengan sadar menghadapi sengsara salib, dengan sadar menerima aniaya karena firman, maka hukuman tidak menimpa kita, dengan lain kata; lepas dari kebinasaan. Oleh sebab itu, pikul saja salibmu.
Tetapi kalau kita menerima hukuman dari TUHAN, menghadapi ujian atas seizin TUHAN, itu merupakan didikan dari TUHAN, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Singkatnya: Jikalau anak-anak TUHAN menerima hukuman atau mengalami ujian atas seizin TUHAN = Kita dididik oleh TUHAN.
Didikan TUHAN tidak sama dengan didikan dari dunia. Sehebat apapun didikan dari dunia, itu belum tentu mengasuh hidup rohani kita. Tetapi kalau kita sangkal diri dan pikul salib di tengah ibadah dan pelayanan ini, berarti TUHAN mendidik kita langsung supaya jangan binasa.
 
Pendeknya: Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib adalah ibadah yang mendatangkan didikan dari TUHAN terhadap sidang jemaat, umat TUHAN seantero dunia ini. Dengan kata lain, ibadah salib, pelayanan salib merupakan didikan langsung dari TUHAN bagi kita masing-masing. Hal ini harus kita ketahui dengan cermat dan bijaksana.
Bersyukurlah karena TUHAN kita adalah Gembala yang baik; betul-betul mengasuh hidup rohani kita sampai saat ini.
 
Ibrani 12:5
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
 
Orang Kristen atau umat TUHAN tidak boleh melupakan nasihat Firman TUHAN, dengan kata lain:
-          Jangan anggap enteng didikan TUHAN.
-          Jangan putus asa terhadap peringatan TUHAN.
Berarti, mau tidak mau, ibadah dan pelayanan yang sedang kita kerjakan di bumi ini memang harus dihubungkan langsung dengan salib, tidak boleh dihubungkan dengan yang lain-lain. Maka nanti, soal perkara ini dan itu akan TUHAN tambahkan, tetapi terlebih dahulu mencari sumbernya, itulah pribadi yang disalibkan, yang ada di tempat yang tinggi. Jadi, ibadah itu harus dihubungkan dengan salib, pelayanan pun harus dihubungkan dengan salib; jangan soal berkat dan mujizat palsu, jangan, sebab itu adalah suatu kebodohan.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Ibadah dan pelayanan yang kita kerjakan di bumi ini harus dihubungkan dengan salib, sebab itu merupakan didikan dari TUHAN dan peringatan dari TUHAN.
 
Ibrani 12:6
(12:6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
 
Kita harus mengetahui dan harus menyadari dengan sungguh, bahwasanya:
-          TUHAN menghajar orang yang dikasihi-Nya.
-          TUHAN menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
 
Pendeknya:
-          Meterai dari orang-orang yang dikasihi oleh TUHAN ialah HAJARAN.
-          Meterai dari orang-orang yang diakui sebagai anak ialah dengan RELA untuk DISESAH.
Itulah meterainya. Miliki meterai ini.
-          Miliki meterai sebagai kehidupan yang dikasihi, berarti ditegur.
-          Miliki meterai sebagai orang yang diakuinya sebagai anak, berarti rela disesah.
 
Kalau melayani tetapi tidak rela pikul salib, maka tidak diakui sebagai anak Allah. Jadi, meterai anak-anak yang dikasihi TUHAN adalah hajaran, dan meterai dari orang-orang yang diakui sebagai anak ialah dengan rela untuk disesah, bukan tanggung-tanggung kita beribadah dan melayani TUHAN, tetapi “dengan rela disesah”, itu adalah meterai orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Jangan kita seperti gereja tua, gereja lama, yang belum mengerti tentang pengikutan kepada TUHAN, lalu berkata: Saya ini kan sudah ubanan, saya ini sudah tua, saya ini sudah banyak makan asam garam, kok saya menerima ajaran semacam ini? Saudara salah. Yang benar adalah miliki meterai supaya diakui sebagai anak.
 
Ibrani 12:7-8
(12:7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (12:8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
 
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Kalau memang harus menanggung ganjaran, berarti kita adalah anak.
Sebaliknya, kalau lepas dari ganjaran, berarti bukan anak. Kalau ibadah pelayanan tidak dihubungkan dengan salib, maka dia bukan anak-anak TUHAN, walaupun disebut sebagai orang Kristen.
 
Jikalau kamu bebas dari ganjaran, tidak sangkal diri dan tidak pikul salib di tengah ibadah dan pelayanan, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak Allah, tetapi dia adalah anak-anak gampang. Anak gampang adalah anak yang lahir di luar nikah.
Contoh anak gampang ialah orang Samaria, juga disebut “anak tiri”. Orang Samaria adalah anak Allah, keturunan Yakub, tetapi di luar nikah. Tetapi satu orang yang mendapat kemurahan, itulah perempuan Samaria di sumur Yakub, mendapat kemurahan menjadi anak-anak Allah.
 
Apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada orang Ibrani dalam Ibrani 12 tadi, diadopsi oleh Rasul Paulus dari seorang yang memiliki hikmat yang dinyatakan dengan gamblang di dalam Amsal 3, dengan perikop: “Berkat dari hikmat”.
Amsal 3:11
(3:11) Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
 
Umat TUHAN yang disebut juga sebagai anak-anak TUHAN ...
-          Jangan kita menolak didikan TUHAN.
-          Jangan kita bosan atau putus asa terhadap peringatan TUHAN.
Inilah ayat yang diadopsi oleh Rasul Paulus lalu disampaikan kepada jemaat di Ibrani.
 
Amsal 3:12-13
(3:12) Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. (3:13) Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,
 

-          Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya ... Hal ini sama dengan; meterai dari orang yang dikasihi adalah hajaran.

-          Kemudian, ... seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. Hal ini sama dengan; metera dari seorang anak yang dikasihi adalah teguran dan peringatan. 

 
Selanjutnya di sini dikatakan: Berbahagialah orang yang mendapat hikmat ... Sama; hikmat itu diperoleh lewat didikan salib, tidak ada lagi cara yang lain untuk memperoleh didikan dari sorga, dari Allah.
Pendidikan di bumi itu bagus, tetapi tidak memberi hikmat untuk memperoleh keselamatan, belum sempurna untuk memperoleh keselamatan. Tetapi didikan salib adalah hikmat Allah, kekuatan Allah, untuk memperoleh keselamatan. Percayalah.
 
Jangan ditipu dengan hamba-hamba TUHAN yang ...
-          Seringkali menghubungkan ibadah dengan mujizat dan sensasi.
-          Seringkali menghubungkan ibadah dengan berkat dan keberkatan.
-          Menghubungkan ibadah dengan berhasil dan keberhasilan.
ini adalah kehidupan yang tidak diakui sebagai anak dan tidak dikasihi oleh Allah, sekalipun ia menjalankan ibadah setiap hari. Saya berani mengatakan hal ini, sebab ini adalah ayat firman, yang tidak perlu diragukan.
 
Sekarang, marilah kita melihat MANFAAT atau DAMPAK POSITIF DARI HIKMAT.
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Manfaat dari hikmat ialah berkuasa dalam perkataan dan perbuatan.
 
Siapa yang rindu untuk berkuasa dalam perkataan? Siapa yang rindu untuk berkuasa dalam perbuatan? Biarlah kiranya hal itu nyata dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
SEBAGAI CONTOH, kita akan memperhatikan Injil Lukas 24. Kita belajar dari Firman TUHAN, bukan dari pengetahuan manusia.
Lukas 24:17,19-20
(24:17) Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. (24:19) Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. (24:20) Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.
 
Yesus berkuasa dalam perkataan dan perbuatan-Nya. Itulah yang sedang dipercakapkan oleh 2 (dua) murid yang berjalan ke Emaus, dan itu diutarakan kepada Pribadi yang berkuasa dalam perkataan, berkuasa dalam perbuatan-Nya.
 
Kemudian, pada ayat 20 dikatakan: Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Berkuasa dalam perkataan dan perbuatan, itu ada kaitannya dengan salib Kristus di bukit Golgota.
 
Namun, sebelum dijatuhi hukuman mati di atas kayu salib di bukit Golgota, Yesus terlebih dahulu diadili di hadapan 3 (tiga) pengadilan, Yang Pertama: YESUS DIADILI DI MAHKAMAH AGAMA, yaitu di hadapan Kayafas dan di hadapan Hanas, sebagai imam besar.
Lukas 22:63-65
(22:63) Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. (22:64) Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" (22:65) Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya.
 
Pada saat diadili di Mahkamah Agama, di sini kita melihat ...
Fase pertama pada pagi hari: Orang-orang yang menahan Yesus

1.      Mengolok-olok Yesus.

2.      Lalu memukuli Yesus.

3.      Kemudian, mereka mempermain-mainkan Yesus dengan cara menutupi muka-Nya dan bertanya: "Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?"

4.      Selanjutnya mereka mengucapkan kata-kata hujat kepada Yesus.

 
Lukas 22:66-69
(22:66) Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, (22:67) katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami." Jawab Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; (22:68) dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. (22:69) Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa."
 
Pada saat diadili di Mahkamah Agama, di sini kita melihat ...
Fase kedua setelah hari siang: Imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua dari bangsa Yahudi menghadapkan Yesus kepada Mahkamah Agama mereka.
Peristiwa yang terjadi pada fase kedua ini, mereka bertanya kepada Yesus: Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami. Mendengar hal itu, sontak Yesus menjawab:
-          Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya.
-          Sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab.
Dengan pernyataan ini, Yesus sedang menceritakan, Yesus sedang memberitahukan keberadaan mereka sebagai orang-orang yang tidak percaya dan sebagai orang-orang yang tidak akan menjawab, dengan kata lain; mereka tidak akan mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, mereka tidak mengakui bahwa Yesus adalah Messiana.
 
Kemudian, Yesus kembali berkata: Mulai sekarang, Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Maha Kuasa.
Mendengar hal ini, mari kita lihat ayat 70 ...
Lukas 22:70
(22:70) Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah."
 
Mereka kembali bertanya kepada Yesus: “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?
Lalu Yesus menjawab: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.” Jawaban ini menunjukkan bahwa Yesus berkuasa dalam perkataan, berkuasa dalam perbuatan. Jadi, tidak perlu berbantah-bantah, sebab apabila berkuasa dalam perkataan dan perbuatan, maka semua keadaan kita akan nampak dengan jelas, nampak segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Itulah kehidupan yang berkuasa dalam perkataan dan perbuatan.
 
Kiranya dari apa yang sudah kita terima malam ini, hal itu nyata dalam kehidupan kita masing-masing. Dengan demikian, Yesus Kristus berkuasa dalam perkataan, sehingga mereka mengetahui bahwa Yesus adalah Messiana, Yesus adalah Anak Allah yang hidup.
Sekalipun pada akhirnya memang, mereka memutuskan untuk menjatuhi hukuman mati terhadap Yesus, namun itu tidak jadi soal, sebab berkuasa dalam perkataan dan berkuasa dalam perbuatan itu memang kaitannya dengan salib. Kalau berkuasa dalam perkataan dan perbuatan, semuanya nampak.
Tetapi imam kepala, tua-tua dan ahli Taurat, memang dasar keras kepala, dasar keras hati. Kalau keras kepala dan keras hati dikolaborasikan, disatukan, maka menjadi orang yang tegar tengkuk; kepala tidak mau tunduk di kaki salib Kristus. Namun yang pasti, Yesus berkuasa dalam perkataan dan perbuatan.
 
Sekarang, pertanyaannya: Untuk apa yesus memberitahukan bahwa ia adalah Mesias?
Pada kesempatan malam ini, kita akan melihat satu pertanyaan saja dulu, dan mungkin pertanyaan yang kedua tentang “Anak Allah” akan kita terima pada minggu yang akan datang, jika TUHAN izinkan; oleh sebab itu, bantu doa.
 
Kembali saya sampaikan pertanyaannya: UNTUK APA YESUS MEMBERITAHUKAN BAHWA DIRINYA ADALAH MESIAS?
Untuk melihat jawaban ini, kita harus awali dari Injil Matius 23.
Matius 23:8-10
(23:8) Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. (23:9) Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. (23:10) Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.
 
Perlu untuk diketahui:
-          Hanya ada satu Bapa, yaitu Bapa di sorga.
-          Hanya ada satu Rabi (Guru), yaitu Allah yang ada di sorga.
 
Kalau kita mau mengakui bahwa hanya ada satu Rabi, yaitu Allah di sorga, maka kita tidak saling menggurui, selain bahwa kita hanya saudara dan bersaudara = tolong menolong = saling mengasihi, saling memperhatikan satu dengan yang lain. Mengapa? Sebab hanya ada satu Rabi.
Kalau semuanya adalah “guru”, maka kita tidak akan saling memperhatikan, selain hanya saling menggurui, menggurui, menggurui dan menggurui, sehingga menjadi sombong. Tetapi hanya ada satu Rabi, mengapa? Sebab kita adalah saudara bersaudara, saling memperhatikan, saling tolong menolong, saling mengasihi, sebab kita semua adalah keluarga Allah, sidang jemaat GPT “BETANIA”, baik yang di dalam negeri, maupun di luar negeri, TUHAN memberkati kita.
 
Kemudian, hanya ada satu Pemimpin, yaitu Mesias.
Mengapa harus satu Pemimpin, yaitu Mesias? Tujuannya tidak lain, tidak bukan, supaya kita masing-masing saling merendahkan diri satu dengan yang lain.
 
Matius 23:11-12
(23:11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. (23:12) Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
 
Hanya satu Pemimpin, yaitu Mesias, supaya kita masing-masing kita saling merendahkan diri satu dengan yang lain.
Lalu, keuntungan kalau kita saling merendahkan diri adalah ditinggikan di tempat yang tinggi; bahagia bersama dengan Dia di dalam kekekalan, tempat tinggi. Itulah mengapa TUHAN memproklamirkan diri-Nya sebagai Mesias.
 
Dia berkuasa dalam perkataan dan perbuatan, sekaligus memproklamirkan diri-Nya sebagai Mesias, supaya kita saling merendahkan diri satu dengan yang lain. Tidak ada ruginya kalau kita saling merendahkan diri, sebab keuntungan saling merendahkan diri adalah supaya kita ditinggikan di tempat yang tinggi. Tidak ada ditinggikan di tempat yang rendah. Kerajaan Sorga melebihi ketinggian-ketinggian di bumi, di situlah tempat kita ditinggikan.
 
Yohanes 4:25-26
(4:25) Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." (4:26) Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."
 
Kalau Kristus yang menjadi Pemimpin (Mesias), maka kita tidak akan mencari kepuasan dari dalam dunia ini, tidak lagi mencari kepuasan dari dalam sumur Yakub.
 
Sederhana saja: Kalau seseorang mencari kepuasan dari sumur Yakub, mencari kepuasan dari dunia ini, itulah perkara lahiriah yang ada di dunia ini, maka ujung-ujungnya nanti jatuh dalam dosa kenajisan, seperti perempuan Samaria yang hidup dengan lima laki-laki ditambah dengan satu laki-laki -- ketika ia sedang bercaka-cakap dengan Yesus di sumur Yakub --, jadi ada 6 (enam) laki-laki. Tetapi puji TUHAN, laki-laki yang ketujuh, itulah pribadi Yesus Kristus, menjadi Mesias, menjadi Messiana di dalam diri perempuan Samaria, dan dia tidak lagi mencari kepuasan ke sana kemari.
 
Jadi, banyak keuntungan yang kita alami kalau Kristus Yesus menjadi Mesias. Oleh sebab itu, ayo, layani TUHAN dengan rendah hati. Tidak usah ingin disebut “rabi”, tidak usah ingin disebut “bapa”, apalagi ingin disebut “Mesias”. Rendah hati saja.
 
Singkatnya: Di pengadilan yang pertama, yaitu di hadapan Mahakamah Agama, Yesus betul-betul berkuasa dalam perkataan dan perbuatan yang dikaitkan dengan salib. Jangan kalau sudah punya “harta”, lalu merasa perkataannya berkuasa, perbuatannya berkuasa sehingga berkata dan berbuat sesuka hati; tidak seperti itu.
Maka, hamba TUHAN pun tidak boleh memandang muka di dalam melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN, juga tidak boleh memandang muka di dalam hal mengasihi sidang jemaat.
 
Sebelum dijatuhi hukuman mati di atas kayu salib di bukit Golgota, Yesus terlebih dahulu diadili di hadapan 3 (tiga) pengadilan, Yang Kedua: YESUS DIADILI DI HADAPAN PILATUS.
Lukas 23:1-2
(23:1) Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. (23:2) Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: "Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja."
 
Ketika berada di pengadilan yang kedua, yaitu di hadapan Pilatus, mereka (orang Yahudi) ...
1.      Menuduh Yesus sebagai penyesat.
2.      Kemudian, menuduh Yesus melarang orang untuk membayar pajak kepada kaisar.
3.      Kemudian, mereka tidak mau mengakui Yesus sebagai Raja.
Itulah peristiwa yang terjadi di pengadilan yang kedua, yaitu di hadapan Pilatus.
 
Lukas 23:3
(23:3) Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya."
 
Setelah mendengarkan tuduhan itu, Pilatus bertanya: Engkau raja orang Yahudi?
Jawab Yesus: Engkau sendiri mengatakannya. Dari jawaban ini (dari pernyataan Yesus ini), menunjukkan bahwa Dia berkuasa dalam perkataan dan perbuatan.
 
Tidak perlu kita sampai bertengkar untuk menunjukkan jati diri kita. Banyak orang mencari kebenaran sampai ke meja hijau dan menyewa pengacara terkenal; ini adalah suatu sikap yang bodoh.
Oleh sebab itu, ayo, biarlah kita berkuasa dalam perkataan, berkuasa dalam perbuatan, di mana semuanya itu dikaitkan dengan salib, maka TUHAN akan melihat keberadaan kita. Tetapi orang Yahudi memang dasar keras kepala, keras hati, tegar tengkuk, sekalipun Yesus berkuasa dalam perkataan dan perbuatan.
 
Lukas 23:4
(23:4) Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada orang ini."
 
Kalau kita berkuasa dalam perkataan dan perbuatan, maka pasti tidak terdapat kesalahan. Tetapi kalau kita mengumbar-umbar dengan kata-kata yang banyak sampai seolah-olah kita berkuasa dalam perkataan, lalu kita mengumbar-umbar perbuatan supaya seolah-olah kita berkuasa dalam perbuatan, ya tidak benar, pasti banyak kesalahan.
 
Lukas 23:5
(23:5) Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini."
 
Kemudian, mereka juga makin kuat mendesak, dan katanya: Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini.
Itulah tuduhan-tuduhan mereka, sampai akhirnya nanti Yesus dijatuhi hukuman mati di atas kayu salib. Tetapi yang pasti, dari pengadilan yang kedua ini pun, Yesus berkuasa dalam perkataan dan perbuatan-Nya.
 
Sebelum dijatuhi hukuman mati di atas kayu salib di bukit Golgota, Yesus terlebih dahulu diadili di hadapan 3 (tiga) pengadilan, Yang Ketiga: YESUS DIADILI DI HADAPAN HERODES.
Ini adalah puncak pengadilan. Sekalipun seolah-olah tidak ada sesuatu, tetapi pengadilan yang ketiga ini adalah puncaknya.
 
Lukas 23:8
(23:8) Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda.
 
Herodes ingin melihat TUHAN Yesus. Memang Herodes sering mendengar tentang TUHAN Yesus. Herodes juga mengharapkan untuk melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda atau pun mujizat; itu saja yang diharapkan oleh Herodes, yang membuat dia penasaran sekali. Namun dibalik rasa penasaran itu ...
 
Lukas 23:9-11
(23:9) Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apa pun. (23:10) Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. (23:11) Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus.
 
-          Lalu, Herodes mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus.
-          Sebaliknya, dari sisi Yesus; Ia tidak memberi jawaban apa pun.
Jelas, ini berbicara soal penyembahan.
Sebab, di dalam penyembahan, yang dibutuhkan bukan kata-kata yang banyak, di dalam penyembahan hanya dibutuhkan penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah; itulah penyembahan.
Sekali lagi saya sampaikan: Yang dibutuhkan bukan dengan mengumbar kata-kata, tetapi yang dibutuhkan dalam penyembahan adalah penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah. Itulah hikmat TUHAN.
 
Saya bersyukur kepada TUHAN. Pengadilan yang ketiga inilah puncak ibadah kita, yaitu doa penyembahan; yang dibutuhkan di dalam kehidupan penyembahan bukanlah kata-kata, tetapi penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
 
Yesus berseru pula dengan suara nyaring ... Berarti, seruan yang pertama sudah pernah terjadi, itulah di ayat 46: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku seorang diri di atas kayu salib?
 
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya = Penyahutan -> Penyembahan. Jadi, di dalam doa penyembahan tidak dibutuhkan kata-kata, selain menyerahkan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Kita kaitkan lagi dengan Wahyu 4.
Wahyu 4:9-11
(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, (4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: (4:11) "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
 
4 (empat) makhluk menaikkan segala pujian kepada Dia, itulah Pribadi di dalam kekekalan. Di lain pihak, 24 (dua puluh empat) tua-tua tersungkur di hadapan Dia, sujud menyembah di hadapan Pribadi di dalam kekekalan, yang melemparkan mahkotanya, dan berseru: “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.
 
Kalau kita hidup dalam doa penyembahan, sama seperti 24 (dua puluh empat) tua-tua melemparkan mahkota di hadapan takhta itu dan berkata: Segala kemuliaan hanya bagi TUHAN .
Itulah pribadi yang hidup dalam penyembahan; tidak banyak kata-kata. Yang dibutuhkan dalam penyembahan adalah penyerahan diri, mengapa? Sebab segala kemuliaan, segala hormat dan kepujian hanya bagi Dia, selayaknya hanya bagi Dia, Pribadi di dalam kekekalan.
 
Kekekalan; Penyembahan.
Kekekalan; Penyerahan Diri.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment