KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, April 13, 2020

IBADAH JUMAT AGUNG (KEMATIAN YESUS KRISTUS), 10 APRIL 2020





IBADAH JUMAT AGUNG (KEMATIAN YESUS KRISTUS),
10 APRIL 2020

KITAB RUT

Subtema: RUMAH TUHAN ADALAH PINTU GERBANG SORGA

Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita.
Kita bersyukur, oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita diizinkan untuk mengusahakan (mengadakan) Ibadah untuk memperingati kematian Yesus Kristus, yang disebut dengan Ibadah Jumat Agung. Biarlah kiranya lewat ibadah ini kita boleh menikmati dan merasakan uluran tangan TUHAN, kemurahan TUHAN, untuk segera menolong kehidupan kita, bahkan membawa kehidupan kita dekat kepada Dia.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohon kemurahan TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya, supaya di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan.

Kita awali dari Rut 2:20, biarlah kiranya ayat ini menjadi berkat bagi kita semua.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Berkatalah Naomi kepada Rut, menantunya itu: “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati.” Singkatnya, dalam ucapannya itu, Naomi memberkati orang yang telah memberkati Rut, menantunya itu.

Selanjutnya, kita akan memperhatikan; CONTOH DIBERKATI ORANG YANG MEMBERKATI.
Kejadian 12:1-2
(12:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (12:2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.

TUHAN memanggil sekaligus membuat Abraham menjadi:
-          Bangsa yang besar, sama dengan; kuat.
-          Diberkati, sama dengan; kelimpahan kasih karunia.
-          Membuatnya masyhur, sama dengan; dikenal dan terkenal. Dikenal belum tentu terkenal, tetapi kalau “masyhur”, berarti; dikenal dan terkenal.
-          Menjadi berkat, sama dengan; saluran berkat. Anak-anak TUHAN, terkhusus imam-imam, harus menjadi saluran berkat baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan, tenaga, pikiran, dalam segala perkara, sebab itu adalah tugas seorang imam (hamba TUHAN).

Kejadian 12:3-4
(12:3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (12:4) Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

Selanjutnya, TUHAN akan memberkati orang yang memberkati Abraham; hal ini akan terjadi dari pihak TUHAN. Sedangkan dari pihak Abraham; ia harus menghargai panggilan, sama dengan; berpadanan dengan panggilan-Nya.

Hal yang senada akan kita alami, dengan catatan; mau menghargai panggilan-Nya, seperti Rasul Paulus yang rela menderita demi pemberitaan Injil. Berarti, pemeliharaan dan pembelaan TUHAN nyata;
-          Bagi hamba-hamba TUHAN yang mau menghargai panggilan-Nya.
-          Bagi anak-anak TUHAN yang juga mau menghargai ibadah dan pelayanan yang dipercayakan oleh TUHAN.

Selanjutnya, kita akan memperhatikan Kejadian 27.
Kejadian 27:27-29
(27:27) Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: "Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. (27:28) Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. (27:29) Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia."

Berkat-berkat hak kesulungan yang diterima oleh Yakub dari TUHAN dibagi dalam dua bagian, Bagian Yang Pertama:
YANG PERTAMA: “Embun yang dari langit”, sama dengan; pengurapan. Suatu perkara yang sangat kita perlukan di dalam melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN, itulah pengurapan. Pendeknya, dengan pengurapan, maka kita dimampukan sampai akhirnya kita berhasil untuk mengerjakan pekerjaan TUHAN.
YANG KEDUA: “Tanah gemuk di bumi”, sama dengan; lemah lembut dan rendah hati. Kegunaan lemah lembut dan rendah hati ialah;
1.      Melayani TUHAN atau memikul salib.
2.      Menjadi sasaran dari Firman Allah.
YANG KETIGA: “Gandum yang berlimpah-limpah”, menunjuk; pembukaan rahasia Firman Allah, yang berguna sebagai perbekalan yang berlimpah-limpah. Perbekalan yang berlimpah-limpah; hal itu dapat kita temukan manakala kita tergembala. Maka, gandum yang berlimpah-limpah disebut juga dengan roti malaikat.
YANG KEEMPAT: “Anggur yang berlimpah-limpah”, sama dengan; kasih yang berlimpah-limpah. Jelas, ini menunjuk kepada; sukacita sorga. Berbeda dengan kasih di bumi ini; habis uang habis sukacita, habis harta habis sukacita; tetapi kasih dari sorga berlimpah-limpah.

Berkat-berkat hak kesulungan yang diterima oleh Yakub dari TUHAN dibagi dalam dua bagian, Bagian Yang Kedua:
YANG PERTAMA: “Bangsa-bangsa akan takluk kepadanya”, menunjukkan bahwa TUHAN tampil sebagai Pembela dan berpihak kepadanya. Kalau TUHAN di pihak kita, siapa yang melawan kita?
YANG KEDUA: “Suku-suku bangsa akan sujud kepadanya”, menunjuk; gunung Sion, mempelai TUHAN.
YANG KETIGA: “Menjadi tuan atas saudara-saudaranya.”
YANG KEEMPAT: “Anak-anak ibumu akan sujud kepadamu.”
YANG KELIMA: “Siapa yang mengutuk Yakub, terkutuklah ia; sebaliknya, siapa yang memberkati Yakub, diberkatilah ia.”

Sudah sangat jelas, berkat TUHAN kepada hamba-hamba TUHAN, pelayan-pelayan TUHAN, itulah imamat rajani, begitu nyata sekali, baik itu pemeliharaan, perlindungan, maupun pembelaan TUHAN. Jadi, kita tidak pernah merasa rugi, kalau kita mau melayani TUHAN dengan sungguh-sungguh, berarti; melayani TUHAN dengan benar, dengan suci, dengan tulus hati. Jika kita datang melayani dengan tahbisan yang benar, dan suci, maka kita diberkati, dibela, dipelihara oleh TUHAN dengan ajaib.

Kejadian 27:30
(27:30) Setelah Ishak selesai memberkati Yakub, dan baru saja Yakub keluar meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari berburu.

Di sini kita melihat; Ishak memberkati Yakub. Jadi, berkat yang diterima oleh Abraham juga turun kepada Yakub oleh Ishak.
Pendeknya, Ishak berhak menurunkan berkat kepada anaknya, Yakub, seperti yang dijanjikan oleh TUHAN Allah kepada Abraham, sebab Ishak adalah anak janji. Janji Firman TUHAN “ya” dan “amin”.

Tetapi yang pasti, salah satu berkat hak kesulungan yang diterima oleh Yakub tadi -- seperti yang dijanjikan TUHAN Allah kepada Abraham -- ialah siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.

Selanjutnya, mari kita memperhatikan peristiwa pada saat Yakub menerima hak kesulungan itu.
Kejadian 25:29-30
(25:29) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. (25:30) Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. (25:31) Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." (25:32) Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" (25:33) Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. (25:34) Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.

Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub, adiknya, demi sepiring kacang merah. Singkatnya, Esau mengorbankan yang rohani demi yang jasmani.

Sebenarnya, kelebihan dari pada “Esau” adalah:
1.      Anak sulung.
2.      Tubuhnya seperti jubah berbulu
Sementara “Yakub”; tubuhnya klimis, tidak punya apa-apa. Tetapi sekalipun Yakub adalah kehidupan yang tidak punya apa-apa, namun ia rela mengorbankan yang lahiriah (jasmani) demi yang rohani. Berbeda dengan manusia dunia yang mengorbankan ibadah demi harta, kekayaan, uang, kedudukan, jabatan, ijazah, pendidikan yang tinggi, namun Yakub tidaklah demikian.

Pendeknya; Yakub memiliki pandangan rohani. Sasaran dari pandangan rohani -- atau pandangan nubuatan -- ialah memandang yang tak kelihatan, itulah kerajaan kekal. Mengapa demikian? Sebab yang kelihatan ini sifatnya sementara, sebab suatu kali nanti yang ada ini akan berlalu, diganti dengan langit, bumi yang baru, itulah Yerusalem baru, mempelai TUHAN.

Kejadian 25:24-26
(25:24) Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya. (25:25) Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. (25:26) Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir.

Perhatikan: Sebenarnya, Esau adalah;
-          Anak sulung.
-          Tubuhnya seperti jubah berbulu.
Predikat ini merupakan kelebihan dari pada Esau.
Tetapi, di sini kita melihat: “tangannya (Yakub) memegang tumit Esau” Berarti, yang terpenting bukanlah predikat, tetapi yang terpenting adalah tangan digunakan untuk mengerjakan pekerjaan TUHAN, lebih mengutamakan pekerjaan yang rohani dari pada yang lahiriah (jasmani).

Biarlah tangan ini digunakan untuk terus mengerjakan pekerjaan TUHAN; sebab tidak cukup hanya dengan predikat sebagai “anak sulung” dan “jubah berbulu”, tetapi yang terpenting adalah tangan ini digunakan untuk mengerjakan pekerjaan TUHAN.

Kejadian 25:27-28
(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. (25:28) Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.

Lebih jauh kita melihat PERBEDAAN antara Esau dan Yakub.
Dimulai dari “Esau”, adalah;
-          Seorang yang pandai berburu daging.
-          Seorang yang suka tinggal di padang.
Berarti, tempat (kediaman) bagi orang yang sibuk berburu daging ialah tinggal di padang.
Padang à dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, antara lain;
1.      Keinginan daging.
2.      Keinginan mata.
3.      Keangkuhan hidup.
Tiga perkara di atas bukan berasal dari Allah, sesuai dengan suratan 1 Yohanes 2.

Sedangkan “Yakub”, adalah;
-          Seorang yang tenang.
-          Yang suka tinggal di kemah.

Jadi, sangat kontras sekali antara Esau dan Yakub; sifat, tabiat, karakter mereka sangat berbanding terbalik sekali.

Tadi malam, lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, kita sudah melihat “pribadi Yakub” sebagai seorang yang tenang. Tenang, berarti; senantiasa mengandalkan lutut, hidup dalam doa penyembahan.
Gunakanlah lutut sebagai kuda-kuda, itu merupakan kekuatan bagi kita. Kita sudah melihat Sadrakh, Mesakh, Abednego, dan juga Daniel, di mana mereka menggunakan lutut, hidup dalam doa penyembahan; itulah kekuatan mereka, mengingat hari-hari ini adalah hari-hari terakhir.

Sekarang kita akan melihat, tentang: YAKUB SUKA TINGGAL DI KEMAH.
Kata “kemah”, artinya; rumah TUHAN atau Bait Suci Allah.

Selanjutnya, kita akan melihat perihal Yakub yang berkaitan rumah Allah.
Kejadian 28:16-19
(28:16) Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya." (28:17) Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga." (28:18) Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya. (28:19) Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.

Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini …” Sesungguhnya TUHAN ada di rumah TUHAN ini, baik di sektor Serang, Perumnas, di BCA Cilegon.

“ … dan aku tidak mengetahuinya.” Mungkin kita tidak melihat dengan kasat mata, tetapi tanpa kita sadari, TUHAN ada di rumah TUHAN dalam setiap perhimpunan ibadah.

Setelah menerima berkat dari hak kesulungan itu, Yakub melarikan diri sebab Esau menaruh dendam kepada Yakub. Lalu tibalah Yakub di suatu tempat dan menamai tempat itu “Betel” -- dahulu nama tempat itu adalah Lus --. Kemudian, “Betel”, artinya; rumah Allah.

Sejenak kita akan melihat RUMAH ALLAH atau RUMAH TUHAN di dalam 1 Korintus 3.
1 Korintus 3:9-11
(3:9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. (3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Kehidupan kita, anak-anak TUHAN, adalah bangunan Allah, rumah Allah, yang dibangun di atas dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Jadi, tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus sendirilah dasar dari semua bangunan.
Entah dia membangun dari golongan yang pertama -- emas, perak dan permata -- maupun dari golongan yang kedua -- kayu, rumput kering dan jerami --, tetapi yang pasti; dasar dari semua bangunan adalah Yesus Kristus. Jadi, setiap rumah dibangun di atas dasar pribadi Yesus Kristus yang disalibkan.

Lebih jauh kita melihat PRIBADI YESUS KRISTUS ini dalam Efesus 2.
Efesus 2:19-20
(2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” Kita semua anggota keluarga Allah, bukan?

Kehidupan kita sebagai anggota keluarga Allah dibangun di atas dasar para rasul dan nabi, berarti; dibangun di atas dasar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
-          Perjanjian Lama = Nabi.
-          Perjanjian Baru = Rasul.
Tetapi Kristus Yesus adalah “batu penjurunya”; tidak ada dasar yang lain yang diletakkan oleh Rasul Paulus selain pribadi Yesus Kristus.

1 Petrus 2:6-7
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." (2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

“Batu penjuru” jelas itu menunjuk pribadi Yesus yang disalibkan. Singkatnya, batu penjuru à Korban Kristus.

Di sini kita melihat: Tukang-tukang atau ahli bangunan tidak menghargai korban Kristus, sebab di sini dikatakan: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan” Jadi, tukang-tukang bangunan betul-betul tidak menghargai korban Kristus.
Tukang-tukang bangunan à Ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua; mereka disebut ahli bangunan, tetapi tidak menghargai korban Kristus.
Berbeda dengan Rasul Paulus, di mana ia menyatakan bahwa; setiap orang harus membangun hidupnya sebagai rumah TUHAN di atas batu yang telah diletakkan, tidak ada dasar lain selain Yesus Kristus, Dialah batu penjuru, Yesus yang disalibkan.

Selanjutnya, kita akan memperhatikan 1 Korintus 6.
1 Korintus 6:19-20
(6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Rumah TUHAN adalah tempat Roh Allah berdiam. Namun, sebagai rumah TUHAN, hidup kita ini telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.

Sebagai pembuktiannya, kita akan melihat 1 Petrus 1.
1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Hidup kita, sebagai rumah TUHAN, telah ditebus dari perbuatan yang sia-sia, itulah dosa warisan, dosa turunan dari nenek moyang. Kita ditebus bukan dengan barang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama dengan darah Anak Domba, yang tak bernoda dan tak bercacat.

Dari rangkaian ayat-ayat yang sudah kita perhatikan di atas tadi, maka kita dapat menarik KESIMPULAN bahwa; rumah TUHAN didirikan di atas korban Kristus. Artinya, Yesus rela mati dan rela menanggung penderitaan di atas kayu salib, mati di atas kayu salib, untuk membangun suatu kehidupan manusia menjadi manusia rohani, sesuai dengan 1 Petrus 2:4-5.
Sekali lagi saya tandaskan untuk terus kita ingat: Kehidupan kita sebagai rumah TUHAN -- atau Betel yang adalah rumah TUHAN -- dibangun di atas dasar korban Kristus. Yesus rela menderita, bahkan mati di atas kayu salib, untuk menjadikan kita sebagai rumah rohani (manusia rohani).

Setelah kita mendapatkan suatu kesimpulan yang luar biasa ini, maka kesimpulan ini akan mengantar kita masuk lebih dalam untuk melihat bahwa; rumah TUHAN adalah sesuatu yang luar biasa untuk kemuliaan nama TUHAN.

Kita kembali membaca Kejadian 28.
Kejadian 28:17
(28:17) Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga."

Lihat, “Betel” yang adalah rumah TUHAN yang didirikan di atas korban Kristus merupakan “pintu gerbang sorga.” Itu sebabnya, Yakub berkata: Alangkah dahsyatnya tempat ini. TUHAN mau membuat kehidupan kita dahsyat dan luar biasa, sebab ternyata rumah TUHAN itu merupakan pintu gerbang sorga. Oleh sebab itu, jangan kecilkan dirimu, sebab kita semua dibangun di atas korban Kristus, dan merupakan pintu gerbang sorga; ini adalah sesuatu perkara yang sangat dahsyat sekali.

Kalau TUHAN bekerja, Dia tidak pernah bekerja setengah-setengah. Kalau TUHAN bekerja, maka Dia bekerja sepenuh hati sampai tuntas, maksudnya; sampai pekerjaan-Nya itu membuat kita dahsyat. TUHAN tidak tanggung-tanggung ketika bekerja.
Yang tanggung bekerja adalah manusia pemalas, yang maunya tidur saja, tidak peduli dengan pekerjaan TUHAN. Tetapi TUHAN tidak pernah tanggung dalam bekerja untuk membuat kehidupan manusia, kehidupan anak-anak TUHAN, yang adalah rumah TUHAN, sebagai kehidupan yang dahsyat. Mengapa? Karena rumah TUHAN merupakan “PINTU GERBANG SORGA”; camkan hal ini dengan baik.

Biarlah kiranya hal ini dipahami dengan baik oleh kita semua, demikian juga para pemirsa, anak-anak TUHAN, hamba TUHAN di mana pun anda berada. Ingat: TUHAN yang membuat kita dahsyat. Jadi, jangan rendah diri lagi, jangan kecilkan dirimu, tetapi yakinlah dalam melayani pekerjaan TUHAN, jangan minder. TUHAN membuat kita dahsyat karena kita adalah rumah TUHAN, pintu gerbang sorga. Sekali lagi saya tandaskan: Yakinlah dalam melayani pekerjaan TUHAN.
Rasul Paulus adalah contoh teladan yang hampir sempurna, di mana ia menghargai panggilannya untuk memberitakan Injil kepada orang Yahudi dan kafir. Dan demi berita Injil ini, Rasul Paulus rela menderita, namun ia tidak malu, mengapa? Karena Rasul Paulus tahu kepada siapa dia harus percaya. Jadi, tidak usah minder, melainkan “yakin” seperti apapun bentuk dan wujud kita.

Kalau kita melayani TUHAN, yakin saja, karena TUHAN yang pakai, bukan dunia. Sekali lagi saya sampaikan: Kalau TUHAN yang pakai, biarlah kita “yakin”, tidak usah minder. Kita dibuat menjadi suatu kehidupan yang dahsyat karena rumah TUHAN merupakan pintu gerbang sorga.

Mari kita lihat BUKTINYA.
Kejadian 28:11-12
(28:11) Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu. (28:12) Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.

Perhatikan: “ … Di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit …
“Tangga” ini menunjuk kepada; salib Kristus, korban Kristus. Jadi, salib adalah tangga atau penghubung atau pengantara antara bumi dengan langit. Harta kekayaan tidak bisa dijadikan pengantara; justru harta kekayaan yang ada ini bisa menjadi pemisah antara kita dari kasih Kristus, tidak akan membawa kita sampai ke langit, ke sorga, takhta Allah.

Dengan demikian, “Betel” yang adalah rumah TUHAN benar-benar “pintu gerbang sorga.” Dalam hal ini, kita tidak perlu ragu, melainkan patut diterima dengan pasti.

Mari kita melihat WUJUD DARI PINTU GERBANG SORGA.
1 Yohanes 2:1-2
(2:1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2:2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

Kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa -- dengan lain kata; pengantara antara bumi dengan langit --, yaitu Yesus Kristus yang adil, Ia adalah pendamaian untuk segala dosa manusia.
Pendeknya, Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung untuk memperdamaikan dosa manusia. Kita bersyukur, seorang Imam Besar bertugas sebagai pendamaian, berarti; Imam Besar adalah pengantara antara manusia dengan Allah.

Kemudian, pada ayat 1, ada kalimat: “Yesus Kristus, yang adil”.

Tentang “YESUS KRISTUS, YANG ADIL”, kita akan memperhatikan Roma 3.
Roma 3:23-24
(3:23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (3:24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

Perikop ayat ini ialah “Manusia dibenarkan karena iman” Berarti, manusia dibenarkan bukan karena melakukan hukum Taurat.

Karena semua orang telah berbuat dosa …” Semua orang sudah berbuat dosa -- hal ini sudah kita lihat tadi dalam 1 Petrus 1:18 --, itulah yang disebut dosa warisan, dosa nenek moyang. Kalau “harta” yang diwariskan, ya puji TUHAN, tetapi di sini kita lihat; yang diwariskan adalah dosa. Oleh sebab itu, kita harus sungguh-sungguh menyerahkan diri supaya dosa warisan ini patah (putus).
Contoh dosa warisan: Karakter anak bisa terbentuk, itu karena melihat tabiat kedua orang tuanya. Seperti apa bapanya, maka hal itu bisa diikuti oleh anak. Seperti apa ibunya, maka seperti itulah nanti anaknya. Tetapi dosa warisan (warisan dosa) ini bisa diputuskan jika kita mau memperhatikan apa yang TUHAN nyatakan pada malam hari ini.

Akibat dosa:
“ … Dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Oleh karena dosa yang diwariskan, manusia kehilangan kemuliaan Allah. Gambar dan rupa Allah rusak seiring rusaknya kelakuan manusia.

Namun, “ … Oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” Oleh karena kasih karunia, oleh kemurahan hati TUHAN, kita telah dibenarkan dengan cuma-cuma lewat penebusan dalam Kristus Yesus. Itu sebabnya, hari ini kita beribadah untuk memperingati hari kematian Yesus Kristus 2020 (dua ribu dua puluh) tahun yang lalu, dalam Ibadah Jumat Agung atau Ibadah Paskah.

Kita lanjut melihat Yesus Kristus, yang adil.
Roma 3:25
(3:25) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.

Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian -- berarti Dia adalah Imam Besar -- karena iman -- bukan karena ini dan itu --, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, mengapa demikian? Karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu, di mana dosa warisan itu sudah terjadi, sudah turun.
Kalau satu orang berdosa, contohnya; seperti Adam berdosa, lalu ia langsung mati, maka di mana “kasih karunia”, di mana keturunan Abraham? Atau, seandainya Adam tidak berbuat dosa, namun anaknya berbuat dosa, lalu langsung dijatuhi hukuman (mati), lantas di mana keturunannya kelak? Itu bukan kasih karunia, itu bukan keadilan.

Oleh sebab itu, mari kita lanjut memperhatikan ayat 25 ini: “ … karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya” Inilah keadilan TUHAN bagi kita; Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman dalam darah-Nya. Tujuannya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya.
Jadi, andaikata manusia berdosa langsung dihukum mati oleh karena dosa itu, tanpa diperdamaikan, berarti Allah tidak adil, Allah tidak fair. Tetapi dengan segala kesabaran-Nya, sampai akhirnya TUHAN utus Anak-Nya yang tunggal, itulah Yesus Kristus, untuk mengadakan pendamaian dosa oleh darah-Nya di atas kayu salib; inilah keadilan Allah itu. TUHAN sedang menunggu keubahan kita lewat salib yang kita pikul sampai saat ini, supaya nyata bahwa Allah itu adil.

Inilah arti dari Ibadah Paskah (Jumat Agung) yang kita jalankan pada malam hari ini. Sungguh jelas dan tidak perlu ragu bahwa rumah TUHAN adalah pintu gerbang sorga, karena ada didirikan sebuah tangga di bumi yang ujungnya sampai ke langit. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

TUHAN itu adil. TUHAN itu sabar menunggu keubahan kita. Hukum Taurat tidak sanggup mengubahkan kehidupan kita, maka akhirnya TUHAN turunkan Anak satu-satunya, bukankah ini adalah kesabaran TUHAN sebagai bukti bahwa TUHAN itu adil? Jadi, jangan kita berkata bahwa TUHAN itu tidak adil.
Manakala kita mengalami persoalan yang begitu berat, persoalan yang sangat menghimpit, beban hidup silih berganti tidak berkesudahan, lalu kita bersungut-sungut, ngomel, sampai berkata: “TUHAN tidak adil” Jika hal ini pernah terjadi, segera minta ampun kepada TUHAN; dan lewat firman yang sudah kita terima malam ini, sadarilah, bahwa TUHAN itu adil.

Roma 3:26
(3:26) Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

TUHAN telah menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, dengan bukti; TUHAN masih memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat lewat salib yang kita pikul di tengah ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan saat ini. Masih ada kesempatan; TUHAN sedang membuka hati-Nya selebar-lebarnya sebagai kesempatan bagi kita semua. Puji TUHAN … Haleluya …
Dengan demikian, Dia benar, sehingga Dia sanggup membenarkan kehidupan kita. Tidak ada seorang pun yang sanggup membenarkan kehidupan manusia, kecuali pribadi Yesus Kristus, Anak Allah, yang adil. Manusia itu tidak adil, dan seorangpun tidak, hanya Yesus saja yang adil.

Roma 3:27
(3:27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!

Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Jawab Rasul Paulus, yang juga menjadi jawaban kita semua: “Tidak ada!”
Lalu, berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Rasul Paulus berkata: “Tidak” Tetapi kita bermegah “berdasarkan iman”.

Kita boleh bermegah, membesarkan nama TUHAN, itu semua karena iman, bukan karena dasar yang lain-lain. Jadi, jangan kita sombong dan membenarkan diri dengan arogansi kita masing-masing. Kita tidak boleh bermegah atas dasar ini dan itu (atas dasar apa saja). Biarlah kiranya dapat dipahami dengan baik; kita harus jujur, bahwa darah salib Kristus yang benar. Yesus Kristus adil, sehingga Dia sanggup membenarkan kehidupan kita.

Roma 3:28
(3:28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.

Singkatnya, manusia dibenarkan karena iman oleh darah salib Kristus, yang merupakan kasih karunia bagi kita. Jadi, kita dibenarkan bukan karena melakukan hukum Taurat.
Kalau kita lihat Rasul Paulus; seorang cendekiawan, seorang yang luar biasa, dia adalah seorang Farisi yang taat kepada hukum Taurat, tetapi setelah dia menemukan kasih karunia, semua dianggapnya sampah (kotoran).

Mari kita perhatikan, kelemahan dari hukum Taurat:
1.      Tidak dapat mengampuni dosa.
2.      Menunjuk-nunjuk dosa.
Akibat hidup di bawah hukum Taurat adalah menjalankan ibadah secara Taurat atau menjalankan ibadah lahiriah. Misalnya; mulut memuji TUHAN, tetapi hatinya jauh dari TUHAN; itulah ibadah Taurat . Sama dengan; mempersembahkan tubuh jasmani, tetapi manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada TUHAN; inilah akibat kalau seseorang berada di bawah hukum Taurat.
Oleh sebab itu;
-          Allah menghapuskan imamat yang pertama. Sekalipun imam mempersembahkan korban bakaran dan korban-korban lainnya untuk menghapus dosa, namun Allah menghapuskan imamat yang pertama, sebab Allah tidak berkenan.
-          Allah menegakkan imamat yang kedua, yaitu Kristus mempersembahkan diri-Nya di atas kayu salib sebagai korban pendamaian untuk menebus dosa manusia.

Biarlah kiranya diberkati lewat apa yang TUHAN nyatakan kepada kita malam hari ini. Jangan minder lagi, tetapi yakinlah, karena TUHAN yang memakai kita semua sebagai pintu gerbang sorga, berarti menjadi suatu kehidupan yang sangat dahsyat; itulah arti Paskah bagi kita tahun ini.

Singkatnya …
Roma 8:3-4
(8:3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, (8:4) supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

Perhatikan betapa mulianya TUHAN, sebab apa yang tidak mungkin dilakukan oleh hukum Taurat telah dilakukan oleh Allah, dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal menjadi pendamaian terhadap dosa.
Yesus, Anak Allah, turun ke dunia dan menjadi manusia untuk mengadakan pendamaian terhadap dosa. Yesus rela menderita, menanggung penderitaan di atas kayu salib karena dosa manusia. Sedangkan hukum Taurat tidak berdaya oleh daging, sebab hukum Taurat lemah terhadap daging dengan segala nafsu dan segala keinginan-keinginannya yang jahat.
Oleh sebab itu, tuntutan hukum Taurat harus digenapi di dalam kita, supaya kita hidup menurut Roh, bukan lagi hidup menurut daging, supaya kita menjadi manusia rohani. Jadi, salib itu berkuasa mengubahkan; dari manusia nafsani menjadi manusia rohani. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik. 

Alangkah mulianya Allah yang telah mengutus Anak-Nya yang tunggal; sehingga oleh salib, kita dibenarkan, sedangkan hukum Taurat tidak berdaya terhadap daging.
Oleh sebab itu, -- dengar baik-baik di tiap-tiap sektor -- supaya kita menjadi manusia rohani; izinkanlah salib Kristus itu menghukum daging yang fana ini, sebab daging ini adalah takhtanya Setan, daging ini adalah takhtanya Iblis, jika daging tidak mengalami penghukum.  Sekali lagi saya tandaskan: izinkanlah salib menghukum daging ini, supaya kita hidup di dalam Roh, karena manusia nafsani berubah menjadi manusia rohani.

Roma 8:1-2
(8:1) Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. (8:2) Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

Jika hidup di dalam salib Kristus, hidup di dalam Roh, maka kita lepas dari penghukuman, kita bebas dari hukum dosa dan hukum maut, itulah hukum Taurat.
Perlu untuk diketahui: hukum Taurat tidak mampu untuk membebaskan kita dari dosa, justru merangsang kita untuk berbuat dosa. Ada 9 kali kata “jangan” dalam hukum taurat justru merangsang seseorang untuk berbuat dosa.

Kita bahagia, karena kasih Allah membuat kita bahagia, yang telah menjangkau kehidupan kita lewat pembukaan firman-Nya pada malam hari ini. Kebahagiaan dari bumi ini sifatnya sementara; ada uang, bahagia, tetapi habis uang, habis juga kebahagiaan, buktinya; setelah menganggur langsung menangis, setelah terdampak oleh wabah Corona langsung menderita. Tetapi, kebahagiaan sorgawi sifatnya kekal.
Ayo, renungkan kebaikan TUHAN ini. Hukum dagingmu dengan salib ini. Jangan ngomel ketika dituntut memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan. Hargai karunia jabatan yang dipercayakan oleh TUHAN, yang seharga dengan “setetes darah” sebagai sarana yang efektif untuk menghukum daging, sampai akhirnya mengubahkan “manusia nafsani” menjadi “manusia rohani”.

Kita lanjut memperhatikan Ibrani 2.
Ibrani 2:15-16
(2:15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (2:16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.

TUHAN sangat memperhatikan manusia, sekalipun kita masih bergelimangan dosa. TUHAN sangat peduli dan sangat mengasihi kehidupan kita lebih dari para malaikat. Manusia yang hina ini sangat diperhatikan oleh TUHAN. Sekalipun kita penuh dengan dosa, namun TUHAN sangat memperhatikan kita.

Ibrani 2:17
(2:17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

Ibrani 2:17 ini sama dengan Roma 8:3, “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging”.

Yesus, Anak Allah, Ia menjadi Imam Besar, untuk mengadakan pendamaian dosa seluruh bangsa, tanpa terkecuali. Sebagai Imam Besar, Dia menaruh belas kasihan. Dan di sisi yang lain, Dia juga setia kepada Allah. Kita bersyukur memiliki Imam Besar yang seperti ini.

Ibrani 2:18
(2:18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.

Yesus sudah terlebih dahulu melewati pencobaan itu dengan sempurna, maka tentu Ia dapat menolong mereka yang dicobai. Dia sangat mengerti, Dia peduli, Dia sangat memperhatikan kita, Dia menaruh belas kasihan kepada manusia.
Oleh karena belas kasihan itulah, mau tidak mau Dia harus setia kepada Bapa. Kalau hanya menaruh belas kasihan, tetapi tidak setia, maka Allah tidak akan mengutus Anak-Nya yang Tunggal. Memang, Dia menaruh belas kasih, tetapi Dia harus terlebih dahulu setia, supaya Dia layak menjadi korban pendamaian, layak menjadi pengantara, layak menjadi Imam Besar, layak menjadi tangga dari bumi sampai ke langit. Tidak cukup hanya: “saya kasihan”, “saya ingat dia, tetapi jika tidak setia, maka belas kasihan itu tidak ada artinya. Supaya belas kasih itu nyata dirasakan oleh manusia berdosa, maka Dia harus terlebih dahulu menunjukkan diri-Nya untuk setia kepada Bapa.

Ayo, belajar setia, kalau memang saudara menaruh belas kasihan kepada seseorang. Setialah, kalau memang menaruh belas kasihan kepada seisi rumah, keluarga, saudara, kerabat, handai taulan, siapa saja; setialah.
Tidak cukup hanya berkata: “aku kasihan”, tetapi terlebih dahulu buktikan kesetiaan itu. Jangan tiba-tiba dengan mudahnya kita berkata kepada orang lain: “aku ingat kamu”, “aku berbuat baik”, tetapi biarlah kita buktikan kesetiaan itu terlebih dahulu. Oleh sebab itu, Yesus, Anak Allah, dipercayakan suatu tugas yang mulia untuk mengadakan pendamaian terhadap dosa manusia.

Sekali lagi saya sampaikan: Yesus dapat menolong mereka yang dicobai karena Dia sudah terlebih dahulu melewati pencobaan dengan sempurna.

Ibrani 4:15
(4:15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita”, itulah sebabnya Dia harus menjadi manusia.
Jika ada pertanyaan: Mengapa Allah menjadi manusia? Jawabnya ialah supaya TUHAN Allah kita yang hidup, itulah pribadi TUHAN Yesus Kristus, merasakan apa yang kita rasakan. Kalau Allah tidak menjadi manusia, maka tidak ada artinya “penyelamatan”, bahkan tidak terjadi keselamatan.

Perhatikan lebih jelas lagi penekanannya di sini: “Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” Itu sebabnya Ia dapat menolong kita atau manusia berdosa, bahkan Dia dapat merasakan kelemahan-kelemahan kita. Apa yang kita rasakan, itulah yang Dia rasakan di atas kayu salib, Dia tanggung semuanya di atas kayu salib; Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Sebaliknya, tidak sedikit orang Kristen, bahkan hamba TUHAN bisa saja berdosa hanya karena pencobaan; terlalu lama menderita, akhirnya tinggalkan TUHAN, tinggalkan ibadah, tinggalkan pelayanan, dan mengambil jalan pintas, mencari Allah lain yang tidak ia kenal, sehingga akhirnya ia jauh dan binasa; ini adalah hidup yang sia-sia, bukan suatu kehidupan yang dahsyat.

Ibrani 4:16
(4:16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia” Puji TUHAN … Dia Imam Besar, Dia Pembela bagi kita, Dia sudah membuka jalan bagi kita sehingga kita mempunyai keberanian untuk menghampiri takhta kasih karunia, bagaikan sebuah tangga didirikan di bumi yang ujungnya sampai ke langit. “Betel”, rumah TUHAN adalah benar-benar pintu gerbang sorga. Kehidupan kita semua menjadi dahsyat oleh karena TUHAN.

Karena TUHAN sudah membuka jalan, Dia tampil sebagai Pembela dan membuka jalan bagi kita; oleh sebab itu, kita mempunyai keberanian untuk menghampiri takhta kasih karunia. Di tengah ibadah dan pelayanan inilah kita mendapatkan dua hal, yaitu:
1.      Menerima rahmat.
2.      Menemukan kasih karunia.
Sehingga pada akhirnya, pertolongan terjadi pada waktunya.

Jangan tinggalkan ibadah pelayanan, sebab ini merupakan pintu gerbang sorga. Rumah TUHAN adalah pintu gerbang sorga. Rumah TUHAN itu dahsyat, sebab TUHAN yang membuat kehidupan kita menjadi dahsyat.
Walaupun seseorang memiliki harta, kekayaan, kedudukan, jabatan yang tinggi, bahkan ijazah tinggi sekalipun, atau sekalipun ia adalah seorang konglomerat, ia tidak akan menjadi dahsyat oleh karena segala apa yang ia miliki itu. Tetapi yang membuat kehidupan seseorang menjadi dahsyat adalah TUHAN.

Hati saya penuh dengan keharuan karena TUHAN sungguh melawat kita di malam ini lewat Ibadah Jumat Agung, di mana sebagai Imam Besar, Dia tampil sebagai Pembela dan membuka jalan yang baru, sehingga kita mempunyai keberanian untuk menghampiri takhta kasih karunia, sehingga kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia, di mana tujuannya adalah untuk mendapat pertolongan pada waktu-Nya TUHAN.

Kita akan melihat perkara itu dalam Ibrani 9.
Ibrani 9:11-12
(9:11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.

Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang di kemudian hari, itulah hidup kekal, sebab Ia telah melintasi kemah yang lebih besar, yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia. Dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat kudus, bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri.

Ibrani 5:6-7
(5:6) sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." (5:7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

Menurut peraturan Melkisedek, Dia adalah Imam Besar untuk selama-lamanya, Imamatnya kekal, tidak berubah-ubah.
Kemudian, kalau kita melihat pada ayat 7 ini, sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia. Berarti, sebagai Imam Besar, Ia telah berdoa, Ia telah memperdamaikan dosa kita dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, sehingga karena kesalehan-Nya, doa-doa dan ratap tangis-Nya didengar oleh TUHAN.  Kita bersyukur memiliki Imam Besar yang begitu saleh dan sempurna.

Ibrani 5:8-10
(5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, (5:9) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, (5:10) dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.

Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat, setia, dengar-dengaran dari apa yang telah diderita-Nya; Ia tidak putus asa saat menderita. Sampai akhirnya menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. Dan Imamat-Nya tidak pernah berubah, sebab Ia taat, setia, dengar-dengaran.

Dia Imam Besar yang sudah berdoa dan memperdamaikan dosa kita di atas kayu salib. Dengan ratap tangis dan keluhan, Dia menaikkan permohonan-Nya kepada TUHAN, berarti; betapa hebatnya penderitaan yang dialami oleh Yesus. Tetapi sekalipun dicobai, Dia tidak berbuat dosa, karena Dia menaruh belas kasihan yang disertai dengan kesetiaan-Nya, sebab belas kasihan tidak ada artinya kalau Dia tidak setia. Imamat-Nya tetap, tidak berubah. Dia sudah membuka jalan bagi kita, bagaikan sebuah tangga yang didirikan di bumi yang ujungnya sampai ke langit. Ayo, belajar pikul salib.
Sebetulnya, lewat ibadah ini sudah membawa satu kaki kita berada di sorga, tinggal kesetiaan kita, maka TUHAN akan tolong kita pada waktu-Nya. Hai, kehidupan yang dahsyat, jangan minder lagi. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment