KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, April 8, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 05 APRIL 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 05 APRIL 2020

WAHYU PASAL 11
(Seri: 31)

Subtema:  TUHAN MENUNJUKKAN TABUT PERJANJIAN SETELAH BAIT SUCI ALLAH TERBUKA

Shalom.
Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita di petang malam ini. Saya juga tidak lupa mengucapkan puji syukur dan hormat dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Dia yang masih memberi kesempatan kepada kita untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu, melayani pekerjaan Tuhan lewat Ibadah Raya Minggu, serta membawa korban dan persembahan, sehingga ibadah lewat live streaming ini menjadi ibadah yang menyenangkan hati Tuhan, serta ibadah yang mengandung janji maupun kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Tuhan memberkati, memelihara, melindungi dan membela kehidupan kita sampai pada masa sukar nanti.

Saya juga tidak lupa menyapa anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan bukakan firman-Nya bagi kita di saat ini.

Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU 11. Malam hari ini kita akan memperhatikan Wahyu 11:19, namun kita awali dulu dari ayat 18.

Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”

Secara khusus, kita memperhatikan ayat 18 bagian A: “ … dan semua bangsa telah marah …
Kemarahan dari semua bangsa ini bisa kita ketahui dari pernyataan 24 (dua puluh empat) tua-tua pada ayat 16-17. 24 (dua puluh empat) tua-tua mengucap syukur kepada Tuhan Allah Yang Mahakuasa sebagai yang ada dan yang sudah ada serta yang akan datang sebagai Raja di atas segala raja, dan memerintah sampai selama-lamanya, dengan demikian, bagi dunia, tidak ada lagi kebebasan untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak sendiri. Singkatnya, kebebasan untuk berbuat dosa telah dipasung untuk selama-lamanya karena Tuhan Allah telah menjadi Raja di atas segala raja dan memerintah untuk selama-lamanya.

Oleh sebab itu, mulai dari sejak sekarang, belajarlah untuk mematuhi aturan-aturan yang ada dalam sebuah ibadah pelayanan sebagai wilayah kekuasaan atau pemerintahan Allah kita, sebab nanti Dia akan mengambil alih pemerintahan dunia ini; Dia tampil sebagai Raja di atas segala raja, maka kebebasan dunia akan terpasung, pada saat itulah segala bangsa akan marah.

Perlu untuk diketahui: Di Luar Tabernakel, Allah tidak memerintah. Oleh sebab itu, mulai dari sejak sekarang, belajarlah untuk mematuhi segala aturan-aturan yang ada dalam sebuah ibadah pelayanan, sebagai wilayah atau kekuasaan pemerintahan Allah kita, sebab di luar Tabernakel, Allah tidak memerintah… Ibrani 9:1.

Selanjutnya, ayat 18 bagian B: “… Tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi …
Amarah Tuhan telah datang untuk menghakimi orang mati. Orang mati di sini menunjuk orang-orang yang sengaja berbuat dosa, dan upah dosa adalah maut (kematian orang-orang berdosa).

Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi, kalau orang berdosa mau berubah, mau bertobat seperti Rasul Paulus. Lihat saja, dosa masa lalu Rasul Paulus sebelum terpanggil, di dalam 1 Timotius 1:12-14.

1 Timotius 1:12-14
(1:12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku -- (1:13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. (1:14) Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Paulus, yang tadinya adalah:
1.     Seorang penghujat, berarti; seorang yang tidak menghargai ibadah dan pelayanan, tidak menghargai kegiatan Roh.
2.     Seorang penganiaya, sama dengan; seorang yang suka menyakiti sesama.
3.     Seorang ganas, berarti; prilakunya, tabiatnya tidak ada bedanya dengan seekor binatang buas.
Tetapi, oleh karena kelimpahan kasih karunia, Tuhan memanggil dan mempercayakan pelayanan kepadanya.

Pendeknya, Tuhan bisa saja memakai orang yang paling berdosa sekalipun, kalau ia memang mau bertobat dengan sungguh-sungguh serta mau menghargai kasih dan kemurahan yang dinyatakan oleh Tuhan, maksudnya tidak bermain-main dalam kasih karunia. Tuhan bisa pakai orang yang paling berdosa sekalipun, dengan catatan; asal dia mau dengan sungguh-sungguh menghargai kasih dan kemurahan, dengan lain kata; tidak bermain-main dengan kasih dan kemurahan.
Yang sudah melayani sesuai karunia jabatan, hargai, itu merupakan kemurahan Tuhan. Yang di tiap-tiap sektor juga perhatikan; pelayanan merupakan kemurahan. Kesempatan hanya datang satu kali. Kedatangan Tuhan tidak lama lagi.

Sekali lagi saya tandaskan: Tuhan bisa saja memakai orang yang berdosa sekalipun, kalau memang ia mau bertobat dengan sungguh-sungguh dan menghargai kasih dan kemurahan yang dinyatakan oleh Tuhan Allah kepada kita. Terkhusus kepada imam-imam, hargai kasih dan kemurahan Tuhan. Karunia jabatan, itu adalah kemurahan.

1 Timotius 1:15
(1:15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.

Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan Rasul Paulus berkata: “… di antara mereka akulah yang paling berdosa.” Berarti, oleh karena kasih, oleh karena salib Kristus, Rasul Paulus diselamatkan, bukan karena hukum Taurat yang digeluti sebelumnya. Kemudian, terhadap salib Kristus, kita harus yakin dan patut menerima sepenuhnya. Jangan ragu memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan, itu merupakan kasih dan karunia yang dianugerahkan untuk menyelamatkan setiap kehidupan, bahkan seorang berdosa sekalipun.

1 Timotius 1:16
(1:16) Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.

Dan oleh karena kesabaran Tuhan, Rasul Paulus menjadi contoh bagi orang-orang yang mau percaya dan bertobat.

Kita kembali membaca Wahyu 11:18B.
Wahyu 11:18B
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

Amarah Tuhan telah datang untuk memberi upah kepada hamba-hamba Tuhan, yakni: nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama Tuhan. Pendeknya, Tuhan datang untuk memberi upah kepada orang yang melakukan kehendak Allah Bapa, yakni besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, kaya miskin, tanpa terkecuali.
Juga amarah Tuhan datang untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi. Bumi ini sudah rusak seiring rusaknya kelakuan manusia.

Selanjutnya, berkat yang akan kita terima ialah ayat 19.
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.

Setelah segala perkara di atas -- yaitu pada ayat 15-18 -- terjadi, maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya. Suatu kenyataan yang ajaib terjadi dan suatu pemandangan yang heran. Terpujilah Tuhan kita, sebab tidak tersembunyi kuasa Allah, segala kemuliaan hanya bagi Dia, dan tidak ada sesuatu perkara yang mustahil bagi Dia.

Singkatnya, ayat 19 ini menjelaskan kepada kita, bahwa; Pengajaran Mempelai tidak terlepas dari Pengajaran Tabernakel, sebab Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sebab mempelai wanita Tuhan atau Yerusalem baru juga disebut Tabernakel Allah.
Kita bersyukur, tampak suatu pemandangan yang heran. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Mari kita lihat hal itu dalam Wahyu 21.
Wahyu 21:2-3
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. (21:3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

Yerusalem baru yang turun dari sorga, dari Allah, yaitu pengantin perempuan, disebut juga kemah atau Tabernakel Allah.
Singkatnya, ukuran kesempurnaan dari mempelai wanita Tuhan adalah Tabernakel Allah.

Kesimpulannya: Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sebab kesempurnaan dari mempelai wanita Tuhan, ukurannya adalah Tabernakel Allah.
Jadi, kita bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan, oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, mempercayakan kepada kita suatu pengajaran yang besar ini, jangan disia-siakan, supaya nanti Tuhan akan menunjukkan keheranan-Nya kelak; apabila sorga (Bait Suci Allah) terbuka, maka Tuhan akan menunjukkan Tabut Perjanjian Allah.

Ibrani 8:5
(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."

Ibadah di bumi dengan menggunakan pola Tabernakel adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga. Singkatnya, Tabernakel adalah miniatur dari Kerajaan Sorga. Untuk itu, segera kita memperhatikan pola Tabernakel yang dibangun oleh Musa menurut contoh yang ditunjukkan kepadanya di atas gunung Sinai.

Adapun TABERNAKEL terdiri dari tiga daerah:
-       Daerah yang pertama adalah HALAMAN atau pelataran sebelah luar.
-       Daerah yang kedua adalah RUANGAN SUCI.
-       Daerah yang ketiga adalah RUANGAN MAHA SUCI.


Selanjutnya, kita akan melihat alat-alat yang ada di tiga daerah tersebut.
Daerah yang pertama: HALAMAN.
Di halaman terdapat dua alat, yaitu:
1.     MEZBAH KORBAN BAKARAN. Arti rohaninya ialah salib, di mana Kristus yang menjadi korban. Sedangkan Mezbah Korban Bakaran, menunjuk; pertobatan.
2.     KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA, menunjuk; baptisan air, yang merupakan tanda kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
-       Mati terhadap dosa.
-       Hidup untuk kebenaran untuk Allah.

Tetapi syarat untuk berada di daerah Halaman, sudah terlebih dahulu barang tentu melewati PINTU GERBANG. Ari rohaninya ialah percaya kepada Yesus sebagai Kepala, lewat Injil atau Firman Allah … Yohanes 1:12. Singkatnya, pintu gerbang adalah jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Berarti, kalau berada di luar pintu gerbang, sama dengan; berada di daerah di mana Allah tidak memerintah = terhilang atau binasa. Itu sebabnya di atas tadi saya katakan: mulai dari sekarang, belajar untuk mematuhi segala aturan-aturan di daerah/wilayah pemerintahan Allah. Jangan kita beribadah, tetapi masih menuruti kehendak sendiri, tidak dengar-dengaran, inilah yang membuat seseorang susah sendiri.

Daerah yang kedua: RUANGAN SUCI.
Di dalam Ruangan Suci terdapat tiga macam alat:
1.     Meja Roti Sajian.
2.     Kaki Dian Emas.
3.     Mezbah Dupa.
Tiga macam alat tersebut, menunjuk kepada; ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
1.     Meja Roti Sajian, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci.
= Persekutuan dengan firman Allah dan perjamuan suci.
= IMAN.
2.     Kaki Dian Emas, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu, disertai kesaksian.
= Persekutuan dengan Roh-El Kudus.
= PENGHARAPAN.
3.     Mezbah Dupa, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
= Persekutuan dengan Allah lewat penyembahan.
= KASIH.
Perlu untuk diketahui; penyembahan adalah sarana untuk menghasilkan perobekan tirai atau daging kita. Tabir atau tirai adalah bayangan dari pada daging.

Tetapi syarat untuk berada pada Ruangan Suci, terlebih dahulu melewati PINTU KEMAH. Arti rohaninya ialah kepenuhan atau baptisan Roh-El Kudus. Jadi, pintu kemah adalah batas antara Halaman dan Ruangan Suci.

Daerah yang ketiga: RUANGAN MAHA SUCI.
Di dalam Ruangan Maha Suci terdapat alat yang paling utama dan terpenting di dalam Tabernakel, yaitu Tabut Perjanjian.

Pada akhirnya, setelah segala perkara terjadi, akhirnya terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, lalu Tuhan menunjukkan Tabut Perjanjian. Berarti -- tadi saya sudah sampaikan --, Pengajaran Mempelai merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pengajaran Tabernakel, sebab kesempurnaan dari mempelai, ukurannya adalah Tabernakel.
Berarti, Tabernakel yang dibangun oleh Musa, itulah yang disebut Tabernakel di bumi, maka sudah barang tentu ada Tabernakel sorgawi, sebab setelah terbuka Kemah Suci, Tuhan menunjukkan Tabut Perjanjian.

Maka kita sangat berbahagia tentunya, karena Tuhan mempercayakan kepada kita Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel. Biarlah kita mengikutinya ke mana pun kita dibawa, seperti bangsa Israel terus mengikuti gerak dari pada Tabut Perjanjian yang dipikul oleh para imam yang memang suku Lewi, dan pandangan mereka terus terarah kepada Tabut Perjanjian, dan memang jaraknya ada 2000 (dua ribu) hasta. Tuhan Yesus telah mengerjakan itu 2000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib.

Singkatnya, kalau ada Tabernakel di bumi, juga ada Tabernakel di sorga.

Mari kita perhatikan TABERNAKEL SORGAWI, di dalam Wahyu 4:1-7, yang menceritakan keadaan dari Tabernakel Sorgawi.
Wahyu 4:1
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.

Pintu Sorga terbuka, lalu Tuhan menunjukkan kepada Rasul Yohanes “apa yang harus terjadi sesudah ini.” Namun, pada saat pintu sorga terbuka, terdengar suara dan berkata kepada Rasul Yohanes “seperti bunyi sangkakala.

Jadi, ayat ini sama dengan Wahyu 11:19, di mana sesudah sangkakala yang terakhir ditiup oleh malaikat yang ketujuh, diiringi dengan suara orang banyak, selanjutnya terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga dan kelihatanlah Tabut Perjanjian.
Sangkakala telah ditiup, Tuhan sudah memperdengarkan firman-Nya kepada kita. Tuhan mau menunjukkan segala apa yang terjadi kepada kita semua.

Lalu, lihatlah apa yang Tuhan tunjukkan kepada Rasul Yohanes.
Wahyu 4:2
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.

“… Sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.” Inilah yang Tuhan perlihatkan kepada kita, kalau kita mau mengikuti Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel.
Sebuah takhta terdiri di sorga, menunjuk; TABUT PERJANJIAN.

Wahyu 4:3-4
(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.

Di sekeliling takhta itu ada 24 (dua puluh empat) takhta, dan di takhta-takhta itu duduk 24 (dua puluh empat) tua-tua.

24 (dua puluh empat) tua-tua di sekeliling takhta, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, itu jelas menunjuk; 12 (DUA BELAS) KETUL ROTI DI ATAS MEJA SAJIAN, dengan dua susun, masing-masing susun terdiri dari 6 (enam) ketul roti.

Wahyu 4:5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu, kalau dikaitkan dengan Tabernakel di bumi, itu terkena kepada; PELITA EMAS.

Kemudian, tentang Mezbah Dupa, di dalam Wahyu 4 tidak dituliskan, tetapi itu bisa kita temuka di dalam Wahyu 8:3-4.

Wahyu 4:6
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.

Lautan kaca bagaikan kristal, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel di bumi, terkena kepada; KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA.

Tetapi di dalam Wahyu 4 ini, tidak dituliskan mengenai Mezbah Korban Bakaran, namun itu bisa kita temukan dalam Wahyu 15:2, itulah “lautan kaca bercampur api”, dalam pola Tabernakel, terkena pada MEZBAH KORBAN BAKARAN.

Jadi, Tabernakel sorgawi = Tabernakel di bumi.
Kalau kita beribadah di bumi ini dengan menggunakan pola Tabernakel, ibadah itu merupakan gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga. Untuk itu, kita tidak perlu ragu. Kita harus percaya dan patut untuk diterima. Justru inilah kemurahan yang besar yang Tuhan nyatakan pada kita sekaliannya.
Sungguh heran Tuhan kita, sebab satu perkara ajaib Tuhan perlihatkan. Tak tersembunyi kuasa Allah bagi kita semua untuk menolong dan menyelamatkan kehidupan manusia, gereja Allah, secara khusus sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon.

Lanjut kita memperhatikan Wahyu 4:6-7.
Wahyu 4:6-7
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. (4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.

Di sini kita melihat; ada empat makhluk. Dari penampilan empat makhluk tersebut menunjukkan kepada kita bahwa Tabernakel dibangun sampai sempurna, jelas oleh karena darah salib Kristus.

Sebagai bukti, adapun empat makhluk tersebut:
-       Makhluk yang pertama sama seperti singa.
-       Makhluk yang kedua sama seperti anak lembu.
-       Makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia.
-       Makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
Dengan penjelasan sebagai berikut;
-       Singa (dari suku Yehuda), menunjuk; kemuliaan dan keagungan Yesus sebagai RAJA.
-       Anak lembu, menunjuk; kebangkitan Yesus sebagai HAMBA.
-       Muka manusia, menunjuk; sengsara Yesus sebagai MANUSIA.
-       Burung rajawali, menunjuk; keadilan dan kebenaran Yesus, sebagai ANAK ALLAH.

Kemudian, penampilan dari empat makhluk jika dikaitkan dengan diagram atau garis horizontal dan vertikal, maka:
-       Garis vertikal: Yesus, ANAK ALLAH -- berarti sama dengan burung nasar (burung rajawali) -- dari sorga turun ke bumi menjadi MANUSIA.
-       Garis horizontal: Yesus, sebagai RAJA -- sama dengan singa -- menjadi HAMBA -- sama dengan lembu --.

Jadi, kesimpulannya adalah darah salib Kristus telah membangun kehidupan kita sampai sempurna menjadi mempelai Tuhan. Itu sebabnya, tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan.

Lebih jauh kita melihat ayat 8.
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

Jadi, empat makhluk ini menggambarkan manusia rohani, tentu yang dikerjakan dan disempurnakan oleh darah salib Kristus atau korban Kristus. Kita bersyukur, oleh darah salib Kristus, kita ditebus sampai nanti sempurna.

Selanjutnya, kita melihat: “… Keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam sekelilingnya …” Berarti, tabiat daging tidak terlihat lagi. Itu sebabnya di atas tadi saya sampaikan, bahwa; keempat makhluk ini menggambarkan kehidupan dari manusia rohani yang telah dikerjakan oleh darah salib Kristus, yang tidak lagi hidup menurut tabiat-tabiat daging.

Kemudian, “… di sebelah dalamnya penuh dengan mata … ” Artinya, terangnya bercahaya. Berarti, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi, tidak ada lagi dosa yang disembunyikan, sebab terangnya bercahaya, sama seperti cahaya kemuliaan dari mempelai wanita Tuhan dalam Wahyu 21:9-11, seperti permata yaspis, jernih seperti kristal, berarti transparan; luar dalam sama, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi.

Kemudian, kita akan melihat: “ … tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." Aktivitas dari empat makhluk adalah siang malam menyerukan kekudusan dari Allah Trinitas, yakni Tuhan Yesus Kristus sebagai yang ada, yang sudah ada, yang akan datang.
Namun di sini kita melihat, seruan dari empat makhluk ini diawali dengan kata “yang sudah ada”, barulah selanjutnya “yang ada dan yang akan datang.” Artinya, Yesus telah membangun Tabernakel oleh darah salib Kristus, oleh karena korban-Nya. Sebab “yang ada” dan “yang sudah ada” dan “yang akan datang”, itu menunjuk kepada; Alfa dan Omega; Yang Awal dan Yang Akhir; yang ada, yang sudah ada, yang akan datang = hidup, mati, hidup.
Berarti; “Yang sudah ada”, menunjukkan; sengsara dan kematian Yesus di atas kayu salib.
Seruan mereka diawali dengan “yang sudah ada”, artinya; Yesus sudah membangun Tabernakel oleh korban Kristus atau oleh darah salib Kristus.

Jadi, ibadah ini seharga dengan setetes darah salib Kristus. Imam-imam tidak boleh bermain-main di dalam melayani pekerjaan Tuhan, tidak boleh bermain-main di dalam kenajisan. Petang malam ini, kita harus memberi diri untuk dipuaskan oleh kasih Allah. Tidak ada kebahagiaan yang melebihi dari kasih Allah. Yang ada ini hanya sementara saja. Jangan rusak pekerjaan Tuhan dengan sesuatu yang tidak suci.
Ingat, hidup kita ini dibangun oleh “yang sudah ada”, yaitu; oleh darah salib Kristus. Jangan rusak hidup rohanimu hanya karena sesuatu yang sifatnya tidak kekal, sebab semuanya adalah sia-sia. Belajar menjadi dewasa. Ukuran kesempurnaan dari mempelai Tuhan adalah Tabernakel. Jangan paksakan kesucian itu lewat arogansi kita masing-masing.

Kita kembali membaca Wahyu 11.
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.

Terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah Tabut Perjanjian Tuhan.
Jadi, lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini, Tuhan akan membawa kita kepada satu kemuliaan yang kekal.


Tabut Perjanjian terdiri dari:
a.      Tabut itu sendiri, menunjuk; gereja Tuhan yang sempurna.
b.     Tutup pendamaian dengan dua kerub di atasnya, menunjuk; Allah Trinitas, yakni Tuhan Yesus Kristus.
-       Tutup = Anak Allah.
-       Kerub I = Allah Bapa.
-       Kerub II = Allah Roh Kudus.
Itulah Allah Trinitas, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
c.     Isi dari Tabut, yaitu;
1.     Buli-Buli Emas Berisi Manna.
2.     Tongkat Harun yang bertunas, berbunga dan berbuahkan buah badam.
3.     Dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum.
Tiga perkara di dalam Tabut Perjanjian tersebut, menunjuk;
-       Iman yang permanen.
-       Harap yang permanen.
-       Kasih yang permanen.

Tetapi arti rohani dari Tabut Perjanjian itu sendiri ialah:
1.     Takhta Allah.
2.     Hubungan nikah antara Kristus sebagai Kepala dan Mempelai Pria Sorga dengan sidang jemaat sebagai tubuh dan mempelai perempuan-Nya berdasarkan kasih.

Jadi, Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel akan membawa kita sampai kepada takhta Allah, yaitu pesta nikah Anak Domba Allah. Sudah sangat jelas, tidak perlu ragu lagi, tetapi tentu setelah perkara itu semua terjadi, yaitu Wahyu 11:15-18.
-       Ayat 15, sangkakala yang terakhir ditiup disertai dengan bunyi suara yang banyak.
-       Ayat 16-18, itu soal 24 (dua puluh empat) tua-tua yang duduk di atas takhta mereka dengan aktivitas mereka, yaitu tersungkur dan menyembah di hadapan Anak Domba Allah yang duduk dan memerintah sampai selama-lamanya.

Inilah yang terlebih dahulu kita kerjakan, maka sesudah itu terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, Tuhan akan menunjukkan Tabut Perjanjian. Terpujilah Tuhan kita kekal sampai selama-lamanya. Tuhan sudah menyatakan kemuliaan-Nya, Tuhan sudah menyatakan keajaiban-Nya, sungguh heranlah Tuhan kita.

Selanjutnya, kita kembali membaca Wahyu 11:19.
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.

Terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya, sesudah itu “terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.” Suatu goncangan yang hebat terjadi untuk menggoncang langit, bumi dan laut.

-       Kilat dan deru guruh, itu merupakan goncangan yang menyangkut langit.
-       Gempa bumi, itu merupakan goncangan yang menyangkut bumi.
-       Hujan es lebat, itu merupakan goncangan yang menyangkut laut atau sungai.
Jadi, goncangan yang hebat ini suatu kali nanti akan terjadi menggoncang baik langit, bumi dan laut, tentunya sesudah terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya.

Perlu untuk diketahui:
-       Bagi dunia, “goncangan yang hebat” ini merupakan suatu malapetaka, celaka dan kehancuran.
-       Sedangkan bagi anak-anak Tuhan yang hidup menurut kehendak Allah, justru “goncangan yang hebat” itu merupakan kebebasan dari segala ikatan-ikatan dunia yang membelenggu kehidupan rohani kita.

Kalau seseorang diikat dan dibelenggu dengan segala perkara yang ada di dunia ini, maka seseorang tidak bisa melayani pekerjaan Tuhan, mau berkorban pun tidak bisa, dan kalau kaki terikat, melangkah ke rumah Tuhan untuk berbakti kepada Tuhan pun tidak bisa, sebab masih ada belenggu ikatan dunia, itulah segala perkara-perkara yang ada di dalamnya, segala kegiatan-kegiatan, kesibukan-kesibukan dan perkara-perkara yang ada di dalam dunia ini.
Jangan saudara bangga dengan yang ada di dunia ini. Kalau saudara diberkati dengan limpah, bersyukur, tetapi jangan terikat dengan berkat. Kalau saudara mendapat pekerjaan, lalu dipercayakan kedudukan yang tinggi, bersyukur, tetapi jangan terikat dengan itu. Dan lain sebagainya.

Kita harus belajar dengan kisah-kisah dari para rasul, hamba-hamba Tuhan yang luar biasa dipakai oleh Tuhan. Kisah Para Rasul ditulis dengan jelas dalam kitab Para Rasul. Kita bisa melihat pelayanan mereka yang luar biasa. Sekalipun mereka menghadapi segala sesuatu yang ada di dunia ini, tetapi segala perkara yang ada di dunia ini tidak dapat membelenggu hidup rohani mereka, tidak dapat membatasi kegiatan-kegiatan mereka dalam melayani pekerjaan Tuhan. Demikian halnya dengan pribadi Rasul Paulus di dalam pemberitaan Injil, bagi bangsa kafir, maupun bagi bangsa Yahudi.

Dalam Kisah Para Rasul 16:19-40, kita bisa melihat pelayanan pemberitaan Injil di Filipi; Paulus dan Silas dimasukkan dalam penjara yang paling tengah, kaki dan tangan mereka dibelenggu, oleh karena pelayanan pemberitaan Injil di Filipi, tetapi hati mereka tidak surut, mereka tetap berkobar-kobar di dalam melayani pekerjaan Tuhan.

Kisah Para Rasul 16:23-26
(16:23) Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. (16:24) Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. (16:25) Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. (16:26) Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.

Keadaan dari Paulus dan Silas, di dalam melayani pemberitaan injil:
-       Paulus dan Silas berkali-kali didera,
-       kemudian dilemparkan ke dalam penjara yang paling tengah -- berarti paling ketat --,
-       kemudian kaki dan tangan mereka dibelenggu dalam pasungan yang kuat,
namun sekalipun demikian, mereka tidak berhenti untuk berdoa, Paulus dan Silas tidak berhenti menaikkan puji-pujian kepada Tuhan.  Adakah kesaksian kita sama seperti kesaksian mereka? Tidak berhenti untuk melayani pekerjaan Tuhan.

Lihat, seketika itu juga, “terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah (gugurlah) belenggu mereka semua.” Ini merupakan sebuah contoh teladan yang baik. Jangan berhenti untuk berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan. Jangan berhenti untuk menaikkan puji-pujian tanda ucapan syukur kepada Tuhan. Jangan berhenti untuk melayani pekerjaan Tuhan = memikul salib.
Singkatnya, kaki dan tangan tidak boleh dibelenggu oleh segala perkara-perkara yang ada di dunia ini.

Kita bersyukur kepada Tuhan, sebab Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk mengusahakan setiap ibadah-ibadah yang Tuhan percayakan. Oleh karena perkenanan Tuhan, kita berada di tengah-tengah kegiatan Roh, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan mengingat hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, keadaan dunia sudah tidak menentu lagi, kasih sudah semakin dingin, dunia ini sudah rusak seiring rusaknya kelakuan manusia. Di mana-mana tidak ada lagi ketentraman selain di takhta Allah, di mana Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk beribadah dan melayani Tuhan.

Lihat, manakala gempa bumi yang terjadi, itu adalah pembebasan bagi kita dari segala ikatan dunia, tetapi gempa bumi bagi dunia ini, itu merupakan suatu guncangan yang menghancurkan bahkan menjadi celaka besar bagi orang dunia. Tetapi bagi mereka yang melakukan kehendak Tuhan, itu merupakan kelepasan, seperti kelepasan yang membelenggu Paulus dan Silas ketika mereka berada di dalam penjara; sekalipun mereka dimasukkan ke dalam penjara yang paling tengah, yang paling ketat, juga tangan dibelenggu, sedangkan kaki mereka dipasung, tetapi pada saat gempa bumi terjadi, semua ikatan itu gugur seketika itu juga. Dan kepala penjara ketakutan, tetapi pada akhirnya, lewat kesaksian Rasul Paulus, kepala penjara diselamatkan, bahkan seisi rumah diselamatkan. Biarlah lewat kesaksian kita, seisi rumah kita diselamatkan.

Kesimpulannya: Darah salib Kristus telah membangun kehidupan kita sekaliannya sampai sempurna menjadi mempelai Tuhan, karena Tuhan sendiri yang telah menunjukkan Tabut Perjanjian itu.

Kita kembali melihat Tabernakel Sorgawi di dalam Wahyu 4.
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

Empat makhluk itu penuh dengan mata, artinya; terangnya bercahaya, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Dan aktivitas mereka juga sudah kita lihat tadi; mereka siang malam tidak henti-hentinya memuji Tuhan, seperti Paulus dan Silas tidak henti-hentinya berdoa, tidak henti-hentinya menaikkan puji-pujian sebagai ucapan syukur dan tanda mereka memuliakan Tuhan selagi Tuhan masih memberi kesempatan.

Seisi rumah akan diselamatkan kalau kita memiliki kesaksian yang heran; bebas dari segala ikatan, segala perkara yang mengikat di dunia ini.
Gempa bumi yang terjadi adalah suatu celaka bagi dunia, tetapi bagi mereka yang melakukan kehendak Allah, itu adalah suatu kelepasan. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment